1.2. Tujuan
Secara umum, survei ini bertujuan untuk mengukur situasi awal dari indikator dampak dan hasil
pelaksanaan Emo-Demo PMBA di 4.494 Posyandu di 5 Kabupaten/Kota (Bondowoso, Jember,
Probolinggo, Trenggalek dan Surabaya) di Jawa Timur. Secara khusus, penelitian ini akan menilai:
• Profil anak Balita, ibu/pengasuh dan keluarganya di wilayah yang menjadi fokus kerjasama
pelaksanaan Emo-Demo PMBA di Posyandu
• Cakupan program-program untuk pencegahan kejadian gizi kurang
• Pengetahuan ibu/pengasuh Balita tentang PMBA yang sesuai dengan tumbuh kembang anak
• Perilaku PMBA yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak termasuk persentase
inisiasi menyusui dini, pemberian ASI ekslusif hingga anak berusia 6 bulan, dan minimum
acceptable diet untuk anak 6-59 bulan.
• Perilaku cuci tangan pakai sabun
1.3. Metode
Rancangan surevi ini adalah serial cross-sectional survey (pada baseline dan endline) dengan
menggunakan simple cluster sampling design, dimana Posyandu sebagai cluster. Seluruh Balita di
wilayah posyandu terpilih akan menjadi sampel.
Survei ini akan menggunakan metode kuantitatif dalam mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
untuk menjawab pertanyaan survei. Subjek penelitian ini adalah semua ibu atau pengasuh lainnya
dari anak Balita yang bersedia menjadi responden di lokasi terpilih, sedangkan objek penelitian
adalah pengetahuan dan perlilaku PMBA yang sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak.
Kriteria inklusi subjek penelitian ini adalah:
- Semua ibu atau pengasuh anak Balita di Posyandu terpilih
- Bersedia menjadi responden
- Perhitungan besar sampel diperoleh dengan cara menghitung ukuran responden yang
diperlukan untuk mendeteksi perbedaan proporsi terhadap perilaku spesifik (perilaku PMBA)
antara dua titik waktu (baseline dan endline) dilokasi terpilih yang sama. Perhitungan besar
sampel untuk kelompok responden penelitian secara acak cukup menantang karena data awal
untuk perkiraan koefisien intra-cluster correlation (ICC) atau variasi koefisien antara cluster
dari sumber yang terpercaya ditingkat Posyandu tidak mudah didapatkan.
1
https://event.crowdcompass.com/sbccsummit/activity/8NQlJBrPGl
- Formula baku dalam menghitung jumlah sampel yang dibutuhkan untuk melihat
perbandingan proporsi antar waktu setelah perlakuan dan untuk menguji hipotesa H0: π0 =
π1 dengan asumsi, tingkat kepercayaan 95%, nilai Z = 1,96, besar populasi = 253.705, design
effect = 1,5, dan perkiraan penolakan 10%, adalah sebagai berikut2:
-
- Dengan memperhatikan beberapa faktor seperti biaya dan keterlaksanaan studi di lapangan
dan relative precision 20% (absolute precision utk proportion 25% adalah 5%, 95%CI 20-30%,
maka jumlah sampel yang dipilih adalah minimal 479 ibu/pengasuh Balita dari 8 Posyandu
(cluster) disetiap Kabupaten/Kota sebagaimana tabel dibawah ini.
Kabupaten/ Populasi Besar Sampel
Kota
Posyandu Balita Rerata SD Posyandu Balita Rerata SD
Bondowoso 592 26,400 44.59 21.95 8 482 60.25 23.40
Jember 1,406 75,724 53.86 26.78 8 488 61.00 17.26
Probolinggo 490 30,824 62.91 30.36 8 490 61.25 21.52
Surabaya 1,616 102,625 63.51 32.30 8 488 61.00 21.45
Trenggalek 390 18,232 46.75 21.02 8 482 60.25 22.04
Total 4,494 253,805 56.48 29.20 40 2,430 60.75 20.12
1.4. Lokasi
Pemilihan lokasi survei (dalam hal ini Posyandu) dilakukan secara probability proportional to size
terhadap estimasi jumlah Balita di Posyandu yang menjadi wilayah dukungan program kerjasama
Kemenkes-GAIN dan melalui konsultasi dengan Dinas Kesehatan/Kota. Daftar Posyandu terpilih dari
proses pemilihan dengan menggunakan metode PPS adalah sebagai berikut:
Jumlah
Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Posyandu
Balita
Maesan Pakuniran Anggrek 5 84
Bondowoso Nangkaan Dahlia 45
Tamanan Kalianyar Anggrek 5 69
Sumberwringin Rejoagung Nusa Indah 5 96
Bondowoso
Bondowoso Blindungan Jambu 58
Tapen Kalitapen Bougenvil 3 65
Sumberwringin Sukorejo Anggrek 12 25
Grujugan Taman Nanas 6 40
Sukowono Sukowono Kamboja 4 85
Sumberbaru Yosorati Anggrek 12 63
Jember Mayang Tegalrejo Tulip 55 38
Sumberjambe Gunung Malang Durian 52 69
Jenggawah Kemuningsari Kidul Apel 48 71
2
Murray, D. M. (1998). Design and analysis of group-randomized trials (Vol. 29): Oxford University Press
Jumlah
Kabupaten/Kota Kecamatan Desa Posyandu
Balita
Jenggawah Jatimulyo Apel 85 75
Jenggawah Kemuningsari Kidul Apel 56 45
Sumberbaru Pringgowirawan Anggrek 90 42
Maron Pegalangan Kidul Krajan II 44
Krejengan Gebangan Matahari 62
Tiris Rejing Kemuning 4 80
Tiris Andungbiru Krajan 76
Probolinggo
Kraksaan Kandangjati Kulon Kamboja 43
Tongas Pamatan Bulakdowo 49
Tiris Pedagangan Kamboja 1 98
Maron Brani Kulon Dusun Tengah 38
Pakal Benowo Bunga Tulip 31
Gayungan Kentintang Melati VII 55
Tambaksari Gading Gading Sehat I 77
Benowo Kandangan Melati VI 85
Surabaya Rungkut Kalirungkut Tulip 35
Benowo Sememi PPT Anggrek 70
Sukolilo Keputih Anggrek I 85
RW V Pos 4
Tambaksari Pacar Kembang 50
Pacarkembang
Gandusari Sukorejo Bandung 78
Dongko Pandean Bonsari 45
Suruh Gamping Gempolan 61
Pogalan Ngadirenggo Kenanga 70
Trenggalek
Bendungan Sumurup Winong 56
Trenggalek Ngantru Seruni 18
Pogalan Wonocoyo Mawar 63
Gandusari Gandusari Pundensari 91
BAB 2. PERSIAPAN LAPANGAN
2.1. Perijinan dan rekrutmen pewawancara
Sebelum pelaksanaan pelatihan petugas lapangan perlu dilakukan pemeriksaan beberapa hal,
antara lain:
a. Ijin survei tingkat Puskesmas sampai dengan tingkat desa/kelurahan.
Pelaksanaan survei memerlukan surat ijin atau pemberitahuan kepada otoritas setempat.
Surat ijin di tingkat kecamatan, desa, yang mengurus adalah pihak korlap dan dibantu oleh
pewawancara District Coordinator GAIN. Tim lapangan perlu membawa surat yang
menjelaskan pelaksanaan survei. Setiap pewawancara juga perlu membawa kartu identitas
atau surat tugas. Kartu identitas ini tidak perlu ditunjukkan di tempat umum.
b. Rekrutmen dan seleksi pewawancara. Lembaga pengumpul data memiliki hak untuk
menentukan pewawancara yang layak terlibat dalam studi ini.
2.2. Pelatihan
Pelatihan akan dilakukan 2 tahap, tahap pertama diselenggarakan di Surabaya dan tahap kedua di
lakukan di setiap Kabupaten/Kota (Bondowoso, Jember, Probolinggo, Trenggalek dan Surabaya).
Rencana pelatihan tahap 2 akan dilakukan dalam waktu lima hari sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Tujuan pelatihan agar:
a. Semua petugas lapangan memiliki PEMAHAMAN yang sama akan metode dan instrumen yang
dipakai.
b. Semua petugas lapangan memiliki kesamaan SEMANGAT DAN MOTIVASI yang kuat dalam
menjalankan kegiatan.
c. Semua petugas lapangan memiliki sifat PROFESIONAL, jujur, tepat waktu, dan komitmen yang
tinggi, menjaga sopan-santun & kompak.
b. Tugas Pewawancara
1. Menghadiri pelatihan secara penuh (2 hari).
2. Mempelajari konsep dan prosedur wawancara/pengumpulan data.
3. Bekerjasama dengan koordinator lapangan dan pewawancara lainnya sebagai sebuah tim.
4. Mengikuti semua prosedur wawancara sesuai dengan panduan dan pelatihan.
5. Bertanggungjawab terhadap kualitas data yang dikumpulkan dan menjaga kualitas data
(dengan berlaku jujur).
6. Mencermati setiap pertanyaan dalam kuesioner secara rinci serta tahu bagaimana
menginputnya.
7. Mampu membangun hubungan yang baik dengan responden guna kelancaran proses
wawancara.
8. Dapat melakukan identifikasi informasi yang penting.
9. Menjaga nama baik lembaganya, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan GAIN selama di
lapangan.
BAB 3. PENGUMPULAN DATA
3.1 Kegiatan Lapangan
Setelah petugas lapangan mengikuti pelatihan, maka sehari kemudian sudah dapat memulai kegiatan
di lapangan. Koordinator lapangan akan membagikan daftar cluster (posyandu) yang akan dikunjungi
oleh setiap pewawancara untuk melakukan proses identifikasi rumah keluarga Balita dan wawancara.
Pada hari pertama dan kedua kunjungan rumah untuk identifikasi maupun wawancara atau korlap
harus mengikuti secara langsung proses identifikasi dan pengumpulan data oleh pewawancara,
sehingga bila ada kesalahan-kesalahan atau ketidakjelasan prosedur dapat dikoreksi segera, dan
menjadi bahan untuk diskusi pada sore/malam hari.. Bila ada kesalahan prosedur, dan ditetapkan
oleh Korlap bahwa pewancara harus mengulang maka biaya operasional mengulang wawancara
tersebut menjadi tanggung jawab pewancara pribadi. Kesalahan besar dan atau fatal dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk memberhentikan pewawancara yang bersangkutan. Hal ini menjadi
wewenang dari Korlap.
Koordinator lapangan, perlu mendampingi pewawancara setiap hari pada hari-hari permulaan survei
ketika, dan melakukan spot check setiap petugas lapangan serta membahas pengalaman dan
pemecahan setiap masalah yang timbul. Masalah yang tidak dapat diatasi di tingkat Koordinator
lapangan perlu dibahas dengan penanggung jawab dari lembaga masing-masing dan District
Coordinator GAIN.
Dalam pelaksanaan survei, kekuatan dan kekompakan tim memegang peranan lebih penting dan
menentukan keberhasilan survei. Setiap anggota tim pewawancara harus menghargai setiap orang,
termasuk anggota masyarakat di mana survei dilakukan, dan tidak membuat masalah dengan
kelompok responden, atau anggota masyarakat. Penanggung jawab survei harus tegas menyatakan
bahwa mereka yang membuat masalah di lapangan harus dikeluarkan dari tim. Secara jelas tugas
semua yang terlibat dalam tim survei adalah menjaga dan menjamin mutu data.
CATATAN:
Responden yang tidak ada dirumah/ tidak dapat ditemui saat pengumpulan data, harus dilakukan
kunjungan ulang pada tiga waktu yang berbeda (sore, malam, atau siang) pada hari yang berbeda
sampai pengumpulan data di cluster tersebut selesai.
3.4 Wawancara
Wawancara terstruktur: sarana mendapatkan informasi dan data dengan menggunakan sejumlah
pertanyaan yang sudah disusun. Orang yang sedang melakukan wawancara disebut pewawancara,
sedangkan orang yang sedang diwawancarai disebut responden. Agar sukses pewawancara Survei ini
perlu:
• Menguasai maksud pertanyaan
• Mengerti maksud dalam setiap kategori jawaban
• Menangkap maksud responden dengan melakukan klarifikasi
• Menguasai teknis wawancara
• Memahami cara mengisi kuesioner.
Etika dan Teknik wawancara
Dalam melakukan wawancara, kita memerlukan kesediaan responden untuk memberikan
keterangan. Kesediaan responden tersebut sangat tergantung kepada sikap pewawancara, pada
waktu ia datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan, kesabaran dan keseluruhan
penampilan pewawancara selama wawancara berlangsung. Penampilan yang sopan dan ramah
dengan sendirinya akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan perasaan dan sikap penerimaan
responden yang negatif, sehingga responden dapat memberikan informasi sesuai yang diharapkan.
Hal sebaliknya dapat terjadi bila pewancara memberikan kesan yang tidak baik sehingga dapat
responden memberikan reaksi negatif yang dapat merugikan penelitian, seperti rasa curiga, rasa
takut, rasa enggan atau malu.
Beberapa hal yang sangat penting diperhatikan pewawancara untuk menciptakan hubungan yang
baik dengan responden adalah sebagai berikut.
• Pada permulaan wawancara, pewawancara harus selalu memperkenalkan diri, menunjukan kartu
pengenal (bila perlu tunjukan surat tugas) serta menyebutkan lembaga atau badan yang
menugaskannya. Kemudian menguraikan maksud wawancara serta tujuan survei yang dilakukan.
Pewawancara dapat mengatakan bahwa wawancara yang dilakukan bukan suatu ujian atau test,
tidak ada jawaban yang benar atau salah dan katakan bahwa semua pertanyaan yang diajukan
akan mudah dijawab karena berhubungan dengan pengalaman, kehidupan, pikiran dan perasaan
responden sendiri. Jelaskan semua secara sederhana, tetapi cukup jelas dan tidak berbelit.
• Gunakan bahasa yang dimengerti oleh responden. Jika responden lebih mengerti bahasa
daerah daripada bahasa Indonesia, maka gunakan bahasa daerah untuk memperlancar
wawancara.
• Dalam wawancara, pewawancara sebaiknya selalu menunjukkan perhatian sepenuhnya
terhadap hal-hal yang sedang dibicarakan. Dalam hal ini, pewawancara dapat berperan
sebagai seorang yang ingin tahu dan ingin belajar dari responden. Dengarkanlah dengan
penuh perhatian terhadap segala hal yang dibicarakan oleh responden.
• Bila pewawancara kurang memahami sesuatu, maka dapat meminta responden tersebut
untuk mengulangi jawaban/pernyataannnya. Katakan bahwa hal yang dikatakan responden
sangat menarik, sehingga perlu dicatat dan dicamkan, atau kita sendiri mencoba
mengulanginya agar kita tahu apakah kita tidak salah tangkap.
• Dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat sensitive atau soal pribadi (privasi),
usahakanlah agar pertanyaannya tidak menyinggung perasaan responden atau membuatnya
merasa malu atau segan untuk menjawab.
• Gunakanlah waktu untuk wawancara dengan efektif, artinya dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya dapat diperoleh banyak data dan jelas.
• Ucapkan terima kasih, bila wawancara tersebut telah selesai, karena responden telah
meluangkan waktu serta memberikan keterangan dalam wawancara tersebut.
Persetujuan dan ijin dari responden
Kerahasiaan pribadi (privasi) responden harus dijamin dan ini kadang-kadang tidak mudah pada
beberapa situasi. Saat wawancara, responden sebaiknya jangan ada orang lain yang mendengar
percakapan wawancara. Untuk menjamin privasi, pewawancara perlu mengajak responden ke
tempat yang terlindung dari orang lain. Responden sebaiknya jangan dibayar dengan uang, tetapi
pada situasi dimana responden mengharapkan imbalan, karena waktu yang tersita, maka tanda mata
yang tidak mahal dapat diberikan apabila dana memungkinkan.
Seluruh jawaban dan kerahasiaan pribadi hasil wawancara perlu dijamin. Mendapatkan ijin dari
responden untuk bersedia diwawancarai merupakan hal penting yang harus dilakukan. Perlu
pendekatan persuasif meyakinkan calon responden agar mengerti haknya, dan memahami tujuan
wawancara, dan kegunaan hasil wawancara untuk masyarakat luas, sehingga bersedia diwawancarai.
Para pewawancara harus dilatih supaya dapat meyakinkan hal tersebut kepada calon responden,
sehingga dapat mengumpulkan data dengan netral dan faktual tanpa prasangka kepada responden.
Responden harus menyatakan secara lisan persetujuannya dan menandatangani formulir persetujuan
sebelum wawancara. Jika calon responden tidak setuju, kita harus menghormati haknya dan
wawancara dibatalkan seraya menyatakan terimakasih atas waktunya.