Laporan Dda Juter
Laporan Dda Juter
OLEH:
JUTER MADANI SIANTURI
174110468
OLEH:
Menyetujui
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang dilimpahkan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan laporan
praktikum dasar dasar agronomi yang berjudul ”Budidaya tanaman cabai rawit
(capsicum frustencens L).
Penyusunan laporan praktikum ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai
mata kuliah dasar dasar agronomi di Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan sangat banyak terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Selvia sutrisna, SP, MP selaku dosen mata kuliah Dasar dasar agronomi
pertanian yang telah memberikan izin untuk melaksanakan praktikum di
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.
2. Abang Carmon sirait selaku asisten yang telah memberikan pengarahan,
saran, nasehat dan bimbingan praktikum dasar dasar agronomi ini.
3. Kedua orangtua terkasih yang telah mendukung dalam segala aspek.
Semoga apa yang penulis tuangkan dalam bentuk skripsi ini dapat
bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dalam bidang pertanian, Amin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
hal
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar isi........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2.Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ............................................ 11
3.1.Tempat dan waktu penelitian ............................................................. 11
3.2.alat dan Bahan penelitian ................................................................... 11
3.3.Pelaksanaan penelitian ....................................................................... 11
3.3.1. Pembibitan ............................................................................. 11
3.3.2. Pengolahan lahan ................................................................... 12
3.3.3. Pemberian pupuk dasar .......................................................... 12
3.3.4. Penanaman ............................................................................. 12
3.3.5. Pemupukan ............................................................................. 12
3.3.6. Pemeliharaan .......................................................................... 12
3.3.7. panen ...................................................................................... 13
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 14
4.1.Hasil penelitian ................................................................................. 14
4.1.1. Tinggi tanaman .................................................................... 14
4.1.2. Umur panen .......................................................................... 14
4.1.3. Jumlah daun ......................................................................... 14
4.1.4. Berat segar tanaman ............................................................. 15
4.2.Pembahasan ...................................................................................... 15
V. PENUTUP ................................................................................................ 16
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 16
5.2. Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17
LAMPIRAN .................................................................................................. 18
1. Lampiran jadwal kegiatan ................................................................ 18
2. Lampiran dokumentasi..................................................................... 19
BIODATA ..................................................................................................... 21
iii
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1 Tinggi Tanaman ............................................................................. 14
1. PENDAHULUAN
dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam.
Menanam cabai rawit ini bisa dilakukan dengan berbagai media, misalnya dengan
tanah langsung, organic dan bisa mencoba membudidaya tanaman cabai dalam
polybag atau yang sering disebut sebagai system perkebunan holtikultura modern.
Untuk menanam tanaman cabai rawit juga dapat dilakukan oleh orang awam yang
mungkin tidak berfokus menjadi sebagai petani.
Untuk pemeliharaan tanaman cabai rawit juga tidak terlalu sulit.
Pemeliharaannya mencakup kegiatan antara lain : pangkas/wiwil, pengikatan
tanaman, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum
pembungaan. Untuk pengairan lahan hanya dilakukan rutin setiap 7-10 hari. Hal
yang harus diperhatikan dalam pengairan ini adalah pada waktu pelepasan air dari
petak tanaman harus dilakukan dengan pelan pelan.pengikatan dilakukan agar
tanaman cabai rawit tidak roboh terkena terpaan angin.
Proses pemanenan merupakan proses yang sangat ditunggu tunggu para
petani, pemanenan pertama dilakukan adalah 2,5–4 Bulan setelah tanam,
pemanenan dilakukan pda buah cabai yang telah berwarna merah.
Melihat kebutuhan cabai rawit tiap tahunnya meningkat sehubungan dengan
beragam dan variasi jenis masakan di Indonesia meningkat yang membutuhkan
bahan asal cabai.mulai dari kebutuhan rumah tangga, permintaan pasar, bahkan
sampai pada kebutuhan ekspor luar negeri. Maka dari itu perlu diadakan tekhnik
budidaya untuk meningkatkan produksi dan mutu dari tanaman cabai itu sendiri.
1. Salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah dasar dasar agronomi
2. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman cabai rawit
5
memperdagangkan cabai ke Macao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina, dan
Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki Usmani menduduki wilayah Portugis
di Hormuz, Teluk Persia. Di sinilah orang Turki mengenal cabai. Saat Turki
menduduki Hongaria, cabai pun memasyarakat di Hongaria. Cabai rawit banyak
dibudidayakan diberbagai negara, hasilnya selain untuk mencukupi kebutuhan
sendiri, karena banyak dibutuhkan di negaranegara yang berhawa dingin
(Kartasapoetra, 1988).
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memiliki beberapa nama daerah
antara lain : di daerah jawa menyebutnya dengan lombok japlak, mengkreng,
cengis, ceplik, atau cempling. Dalam bahasa Sunda cabai rawit disebut cengek.
Sementara orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan nama lada limi
dan pentek. Secara internasional, cabai rawit dikenal dengan nama thai pepper
(Tjandra, 2011).
Akar cabai merupakan akar tunggang yang kuat dan bercabang cabang ke
samping membentuk akar serabut, akar serabut bisa menembus tanah sampai
kedalaman 50 cm dan menyamping selebar 45 cm (Setiadi, 2006). Sedangkan
menurut Prajnanta (2007), Perakaran tanaman cabai merupakan akar tunggang
yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral
keluar serabut‐serabut akar (Akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐50 cm.
Akar lateral menyebar sekitar 35‐45 cm.
Batang utama cabai tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30‐37,5 cm, dan
diameter batang antara 1,5‐3 cm. Batang utama berkayu dan berwarna coklat
kehijauan. Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi mulai umur 30 hari
setelah tanam (HST). Setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai
pada umur 10 hari setelah tanam namun tunas‐tunas ini akan dihilangkan sampai
batang utama menghasilkan bunga pertama tepat diantara batang primer, inilah
yang terus dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari
batang utama ke cabang primer berbentuk huruf Y, demikian pula antara cabang
primer dan cabang sekunder (Prajnanta, 2007).
Pertambahan panjang cabang diakibatkan oleh pertumbuhan kuncup ketiak
daun secara terus‐menerus. Pertumbuhan semacam ini disebut pertumbuhan
simpodial. Cabang sekunder akan membentuk percabangan tersier dan seterusnya.
Pada akhirnya terdapat kira‐kira 7‐15 cabang pertanaman (tergantung varietas)
7
cabai hijau segar hanya mengandung 260 vitamin A, cabai merah segar 470, dan
cabai merah kering 576 SI.
Selain untuk sayuran, cabai mempunyai kegunaan yang lain. Dengan
beberapa keunggulan tersebut, cabai dianggap penting untuk bahan ramuan
industri makanan, minuman maupun farmasi. Malahan, dengan kandungan
vitamin A yang tinggi, selain bermanfaat untuk kesehatan mata, cabai juga cukup
manjur untuk menyembuhkan sakit tenggorokan. karena rasanya yang pedas
(mengandung capsicol‐semacam minyak atsiri yang tinggi) (Setiadi, 2006).
Cabai bisa menggantikan fungsi minyak gosok untuk mengurangi pegal‐
pegal, rematik, sesak nafas, juga gatal‐gatal. Dengan ketajaman aromanya, cabai
juga digunakan untuk menyembuhkan radang tenggorokan akibat udara dingin
serta mengatasi polio (Setiadi, 2006) Menurut hasil penelitian Departemen
Kesehatan cabai cukup manjur untuk mengobati sakit perut, mulas, bisul, iritasi
kulit dan sekaligus untuk stimulan (perangsang) misalnya merangsang nafsu
makan (Setiadi, 2006).
Faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman harus tersedia dalam jumlah yang
optimum. Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan
faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap
individu tanaman dan untuk mengoptimasi penggunaan faktor lingkungan yang
tersedia (Sitompul dan Bambang, 1995).
Menurut Tjandra (2011), tanah yang tidak baik untuk penanaman cabai
rawit adalah tanah yang strukturnya padat dan tidak berongga. Tanah semacam ini
akan sulit ditembus air pada saat penyiraman sehingga air akan tergenang. Selain
itu, tanah tidak akan memberikan keleluasan bagi akar tanaman untuk bergerak,
karena sulit ditembus akar tanaman. Akibatnya, tanaman sulit menyerap air dan
zat hara pada tanah. Jenis tanah yang tidak baik untuk pertumbuhan cabai rawit
antara lain : tanah liat, tanah berkaolin, tanah berbatu, dan tanah berpasir.
Cabai rawit menghendaki tingkat kemasaman tanah optimal, yaitu tanah
dengan nilai pH 5,5 – 6,5. Jika pH tanah kurang dari 5,5, tanah harus diberi kapur
pertanian. Pada pH rendah, ketersediaan beberapa zat makanan tanaman sulit
diserap oleh akar tanaman, sehingga terjadi kekurangan beberapa unsur makanan
yang ahirnya akan menurunkan produktivitas tanaman. Menurut Tjandra (2011),
derajat keasaman tanah atau pH tanah nertal berkisar 6-7. Pada tanah dengan pH
9
rendah, sebagian besar unsur-unsur hara di dalamnya, terutama fosfor (P) dan
kalsium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit terserap tanaman. Kondisi
tanah yang masam dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan
penyebab penyakit tanaman seperti Fusarium sp. dan Pythium sp.. Pengapuran
juga berfungsi menambah unsur kalsium yang sangat diperlukan tanaman.
Kalsium berfungsi mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang
pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah, dan merangsang
pembentukan biji (Prajnanta, 2011).
Pasca panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam menunjang
keberhasilan agribisnis. Meskipun hasil panennya melimpah dan baik, tanpa
penanganan pasca panen yang benar maka resiko kerusakan dan menurunnya
mutu produk akan sangat besar, seperti diketahui bahwa produk terutama
holtikultura pertanian bersifat mudah rusak, mudah busuk, dan tidak tahan lama,
hal ini menyebabkan pemasarannya sangat terbatas dalam waktu maupun
jangkauan pasarnya sehingga butuh penanganan pasca panen yang baik dan benar
(Setiadi, 2006).
Penanganan pascapanen dilakukan segera setelah buah dipetik. Kemudian
ditebar (diangin‐anginkan) (Setiadi, 2006). Setelah itu dilakukan sortasi
(pemilahan), dalam sortasi ini dipilah‐pilah antara cabai yang masih utuh dan
sehat, cabai utuh tetapi abnormal, cabai yang rusak sewaktu pemanenan, dan cabai
yang terserang hama dan penyakit. Setelah melakukan pemilahan selanjutnya
dilakukan grading yaitu penggolongan buah berdasarkan kualitas dan ukuran buah
setelah itu buah dimsukkan ke dalam karung goni dan langsung dijual ke pasar
(Prajnanta, 2007).
Selama proses penyimpanan terjadi perubahan kimiawi yang dapat
merubah penampilan, citarasa, dan kualitasnya. Perubahan yang disebabkan oleh
kerja enzim yang mengakibatkan perubahan semakin cepat terjadi berbeda dengan
yang dipanen dalam kondisi belum terlalu tua sehingga perubahan agak lambat
disebabkan karena mengandung gula yang rendah dan lebih tinggi zat tepung
(Sumoprastowo, 2004).
Salah satu cara menjaga agar tetap segar dalam waktu yang agak lama
adalah dengan menekan kerja enzim. Hal itu dilakukan dengan cara menyimpan
pada suhu rendah (Sumoprastowo, 2004). Suharto (1991), menambahkan dengan
10
Dimana jika tumbuhan pengganggu dapat tumbuh dengan bebas maka zat
unsur hara pada tanah dapat kekurangan bagi tanaman utama. Sebaiknya
penyiangan dilakukan sekali seminggu.
Pengendalian hama dan penyakit
Hama adalah hewan atau biantang kecil yang dapat menyebabkan penyakit
pada tanaman. Hama terhadap tanaman merupakan suatu musuh alami dari
petani, dimana keberadaan hama sangat tidak diinginkan oleh petani. Pada
praktikum ini tidak dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara
quaratif.
3.3.7. Panen
Dikarenakan tanaman kami mengalami kegagalan karena terserang ulat
grayak secara massal maka kami tidak ada panen. Ulat grayak sendiri
menyerang daun tanaman cabai rawit dan mengakibatkan daun menjadi habis
menyisahkan tangkai dan daun. Maka sebaiknya saya menyarankan ketika
mau membudidaya tanaman cabai rawit harus benar benar ekstra dalam
mengendalikan hama, dikarenakan tanaman cabai merupakan tanaman yang
agak sulit untuk dibudidayakan.
14
Tanaman 1 8 cm
Tanaman 2 10 cm
Tanaman 3 11 cm
Tanaman 4 11,5 cm
Tanaman 1 -
Tanaman 2 -
Tanaman 3 -
Tanaman 4 -
Tanaman 1 8
Tanaman 2 11
15
Tanaman 3 9
Tanaman 4 9
Tanaman 1 -
Tanaman 2 -
Tanaman 3 -
Tanaman 4 -
4.2 Pembahasan
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Maka dari itu saran saya bagi yang ingin bergerak dalam bidang ini harus
mempertimbangkan betul hal positif dan negatifnya baik dari segi keuangan
maupun kemampuan dan keterampilan dalam mengolah tanaman ini. Dan juga
tidak lupa untuk meninjau prospek pemasarannya maksudnya ketika setelah
dipanen mau di suplai kemana hasil cabai rawit. Agar tidak terjadi penimbunan
yang tidak berguna yang akhirnya akan membusuk dan ujung- ujungnya kerugian
yang akan kita dapat.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Pemberian pupuk
3
kandang
Persiapan Bahan
4
Tanam
5 Pemasangan Label
6 Penyemaian
7 Pembuatan naungan
8 Penanaman
Perlakuan
a. Pemberian
9 Reagen
b. Pemberian
NPK
c. Penyisipan
10 Pemeliharaan
11 Penen
12 Pengamatan terakhir
13 Laporan
19
Lampiran 2. Dokumentasi
Ulat yang menyerang tanaman cabai Cabai rawit menjadi mati dan layu
21
BIODATA DIRI