Anda di halaman 1dari 26

BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT

(Capsicum frustescens L.)

OLEH:
JUTER MADANI SIANTURI
174110468

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR AGRONOMI

DOSEN PENGASUH : SELVIA SUTRISNA, SP, MP

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2018
BUDIDAYA TANAMAN CABAI RAWIT
(Capsicum frustescens L.)

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR DASAR AGRONOMI

OLEH:

NAMA : JUTER MADANI SIANTURI


NPM : 174110468
PROGRAM STUDI : AGROTEKNOLOGI
SEMESTER :3
KELAS :A

Menyetujui

Dosen pengasuh Asisten dosen

Selvia sutrisna, SP, MP Carmon Ramos Sirait


i

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmatNya yang dilimpahkan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan laporan
praktikum dasar dasar agronomi yang berjudul ”Budidaya tanaman cabai rawit
(capsicum frustencens L).
Penyusunan laporan praktikum ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai
mata kuliah dasar dasar agronomi di Fakultas Pertanian, Universitas Islam Riau.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan sangat banyak terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada :
1. Selvia sutrisna, SP, MP selaku dosen mata kuliah Dasar dasar agronomi
pertanian yang telah memberikan izin untuk melaksanakan praktikum di
Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.
2. Abang Carmon sirait selaku asisten yang telah memberikan pengarahan,
saran, nasehat dan bimbingan praktikum dasar dasar agronomi ini.
3. Kedua orangtua terkasih yang telah mendukung dalam segala aspek.

Semoga apa yang penulis tuangkan dalam bentuk skripsi ini dapat
bermanfaat bagi dunia ilmu pengetahuan dalam bidang pertanian, Amin.

Pekanbaru, 2 Desember 2018

Penulis
ii

DAFTAR ISI

hal
Kata Pengantar ............................................................................................ i
Daftar isi........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ iii
I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2.Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN ............................................ 11
3.1.Tempat dan waktu penelitian ............................................................. 11
3.2.alat dan Bahan penelitian ................................................................... 11
3.3.Pelaksanaan penelitian ....................................................................... 11
3.3.1. Pembibitan ............................................................................. 11
3.3.2. Pengolahan lahan ................................................................... 12
3.3.3. Pemberian pupuk dasar .......................................................... 12
3.3.4. Penanaman ............................................................................. 12
3.3.5. Pemupukan ............................................................................. 12
3.3.6. Pemeliharaan .......................................................................... 12
3.3.7. panen ...................................................................................... 13
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 14
4.1.Hasil penelitian ................................................................................. 14
4.1.1. Tinggi tanaman .................................................................... 14
4.1.2. Umur panen .......................................................................... 14
4.1.3. Jumlah daun ......................................................................... 14
4.1.4. Berat segar tanaman ............................................................. 15
4.2.Pembahasan ...................................................................................... 15
V. PENUTUP ................................................................................................ 16
5.1. Kesimpulan ...................................................................................... 16
5.2. Saran ................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 17
LAMPIRAN .................................................................................................. 18
1. Lampiran jadwal kegiatan ................................................................ 18
2. Lampiran dokumentasi..................................................................... 19
BIODATA ..................................................................................................... 21
iii

DAFTAR TABEL

hal
Tabel 1 Tinggi Tanaman ............................................................................. 14

Tabel 2 Umur Panen ............................................................................ 14

Tabel 3 Jumlah Daun ......................................................................... 14

Tabel 4 Berat Ekonomis ..................................................................... 15


1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dengan perkembangan zaman yang canggih di era globalisasi ini


mengakibatkan perkembangan teknologi pun semakin pesat, begitu juga dengan
ilmu pengetahuan. Ilmu biologi saat ini sedang mengalami perkembangan
khususnya dinegara Indonesia. Peranan ilmu biologi bagi kehidupan manusia
sangat luar biasa bahkan hampir menyakup berbagai aspek kehidupan, contohnya
dalam bidang pangan.
Alasan inilah yang melatar belakangi saya untuk menyusun dan membuat
makalah ini yang dimana untuk memenuhi syarat agar mendapatkan nilai yang
bagus dalam mata kuliah dasar dasar agronomi. Juga untuk memberitahukan
khalayak orang banyak tentang bagaimana cara menanam dan membudidayakan
tanaman cabai rawit yang baik
Cabai rawit (capsicum frutescens), adalah buah dan tumbuhan anggota
genus capsicum. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu
masak di Negara Negara Asia Tenggara lainnya.di Malaysia dan Singapura ia
dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di
kerala, India terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan
dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai
pepper atau bird’s eye chili pepper.
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau menjadi merah saat matang.
Meskipun ukurannya kebih kecil daripada varietas varietas cabai lainnya, ia
dianggap cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 – 100.000 pada
skala scoville. Cabai rawit biasanya dijual di pasar pasar bersama dengan varietas
cabai lainnya.
Cabai rawit merupakan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi disebabkan karena rasa pedas dan kandungan karotenoidnya. Diindonesia
tingkat konsumsi masyarakat perkapita terhadap cabai cukup tinggi, demikian
pula cabai pun dibutuhkan pada beberapa industri.
Cabai rawit merupakan salah satu jenis rempah yang seringkali
ditambahkan sebagai bumbu masakan karena rasanya yang pedas memberikan
kesegaran, serta mengandung vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan. Hal ini
merupakan salah satu peluang yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan
cabe dengan baik dan benar sehingga memperoleh produksi yang tinggi. Selain itu
harganya cukup tinggi jika dibandingkan dengan cabai keriting ataupun cabe jenis
lainnya.
Cabai rawit dapat tumbuh dengan baik didataran tinggi, maupun dataran
rendah. Bertanam cabai rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi
apabila diusahakan dengan sungguh- sungguh. Satu hektar tanaman cabai rawit
mampu menghasilkan sekitar 8 ton buah cabai rawit karena tanaman cabai rawit
2

dapat kita usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam.
Menanam cabai rawit ini bisa dilakukan dengan berbagai media, misalnya dengan
tanah langsung, organic dan bisa mencoba membudidaya tanaman cabai dalam
polybag atau yang sering disebut sebagai system perkebunan holtikultura modern.
Untuk menanam tanaman cabai rawit juga dapat dilakukan oleh orang awam yang
mungkin tidak berfokus menjadi sebagai petani.
Untuk pemeliharaan tanaman cabai rawit juga tidak terlalu sulit.
Pemeliharaannya mencakup kegiatan antara lain : pangkas/wiwil, pengikatan
tanaman, pengairan, penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit.
Pemangkasan dilakukan terhadap tunas samping yang muncul sebelum
pembungaan. Untuk pengairan lahan hanya dilakukan rutin setiap 7-10 hari. Hal
yang harus diperhatikan dalam pengairan ini adalah pada waktu pelepasan air dari
petak tanaman harus dilakukan dengan pelan pelan.pengikatan dilakukan agar
tanaman cabai rawit tidak roboh terkena terpaan angin.
Proses pemanenan merupakan proses yang sangat ditunggu tunggu para
petani, pemanenan pertama dilakukan adalah 2,5–4 Bulan setelah tanam,
pemanenan dilakukan pda buah cabai yang telah berwarna merah.
Melihat kebutuhan cabai rawit tiap tahunnya meningkat sehubungan dengan
beragam dan variasi jenis masakan di Indonesia meningkat yang membutuhkan
bahan asal cabai.mulai dari kebutuhan rumah tangga, permintaan pasar, bahkan
sampai pada kebutuhan ekspor luar negeri. Maka dari itu perlu diadakan tekhnik
budidaya untuk meningkatkan produksi dan mutu dari tanaman cabai itu sendiri.

Berikut kandungan kandungan yang terdapat pada tanaman cabai yang


mempunyai manfaat bagi tubuh:
 Kandungan vitamin C yang tinggi. Vit C berfungsi sebagai antioksidan
yang baik untuk menguatkan imun tubuh.
 Vitamin B6 yang terdapat pada cabai memiliki peran penting dalam
metabolisme tubuh.
 Vit K6 berpengaruh pada pembekuan darah dan kesehatan tulang dan
ginjal.
 Potassium dapat mengurangi resiko penyakit jantung.
 Copper merupakan elemen sisa antioksidan yang memiliki fungsi untuk
kesehatan neuron dan tulang yang kuat.
 Beta karoten dittemukan pada cabai dan ketika masuk ke tubuh dapat
diubah menjadi vit A
 Cabai sangat tinggi akan carotenoids antioksidan, sehingga sangat beguna
untuk berbagai macam kesehatan tubuh.
 Capsaicin berfungsi untuk memberikan rasa panas, diduga memberikan
berbagai efek kesehatan untuk tubuh, pun dapat menangani berbagai
penyakit seperti gangguan syaraf radang sendi neuropati diabetes.
 Synaptic acid adalah antioksidan, selain itu juga sebagai anti kanker
3

 Ferulic acid merupakan antioksidan yang berfungsi untuk mencegah


berbagai penyakit kronis.

Berbagai manfaat cabai untuk kesehatan:


Setelah melihat kandungannya yang begitu banyak, kini anda harus
mengetahui manfaat dari cabai:
 Penghilang rasa sakit
Pelepasan endorphin yang dirangsang oleh cabai dapat berperan sebagai
penghilang rasa sakit alami. Selain itu, endorphin juga dapat membuat
seseorang menjadi ketergantungan. Berikut ini rasa sakit yang mampu
diredakan adalah herpes zoster, bursitis, neuropati diabetes dan kejang otot
pada bahu, serta penyakit rematik. Capsaicin pada cabai bekerjasama pada
reseptor rasa sakit.
 Penurunan berat badan
Capsaicin dipercaya mampu mengurangi asupan kalori.Penelitian
menunjukkan 10 gram cabai mampu meningkatkan pembakaran lemak
 Detoksifikasi
Cabai bisa membantu detoksifikasi gastrointerstinal dalam mencerna
makanan, dan membuang zat zat yang tidak terpakai oleh tubuh, selain itu
juga mampu meningkatkan pasokan nutrisi kedalam jaringan tubuh.
 Kesehatan kardiovaskular
Cabai rawit mampu mengurangi kolesterol dalam darah dan level
trigliserida
 Mencegah bisul pada lambung
Cabai membantu membunuh bakteri yang kemungkinan tertelan oleh anda
dan memberikan stimulasi sel sel yang melapisi lambung untuk
mengeluarkan zat zat yang melindungi lambung.
 Mencegah penyakit jantung
Vit B6 dan asam folat yang terdapat pada cabai dapat membuat anda
terhindar dari penyakit jantung.
 Mencegah resiko kanker usus besar
Vit C sangat berpengaruh dalam peningkatan imun tubuh. Cartonoid
lycopene, beta karoten dan asam folat sangat berguna untuk metabolism
tubuh yang sehat.
4

1.2 Tujuan praktikum

1. Salah satu syarat untuk memenuhi nilai mata kuliah dasar dasar agronomi
2. Untuk mengetahui cara budidaya tanaman cabai rawit
5

II. TINJAUAN PUSTAKA

Cabai merupakan tanaman holtikultura yang cukup penting dan banyak


dibudidayakan, terutama di pulau jawa. Cabai termasuk tanaman semusim
(annual) berbentuk perdu, berdiri tegak dengan batang berkayu, dan banyak
memiliki cabang. Tinggi tanaman dewasa antara 65‐120 cm. lebar mahkota
tanaman 50‐90 cm (Setiadi, 2006).
Tanaman cabai mudah dikenali, yaitu tanaman yang berupa perdu yang
berkayu yang tumbuh tegak mempunyai tinggi 50‐90 cm, dan batang cabai sedikit
mengandung zat kayu, terutama yang dekat dengan permukaan tanah, tanaman
cabai adalah tanaman yang memproduksi buah yang mempunyai gizi yang cukup
tinggi. Tanaman cabai selain sebagai sayuran juga dapat digunakan sebagai
tanaman obat (Setiadi, 2006).
Terdapat 3 macam buah cabai, yang besar agak pendek, besar panjang dan
yang kecil (cabai rawit) cabai besar agak lonjong rasanya kurang pedas, berwarna
merah dan hijau tetapi konsumen di Indonesia biasanya menyukai ketika masih
berwarna hijau, untuk sayur, ataupun dimakan mentah sebagai lalap. Demikian
pula cabai besar yang panjang kebanyakan dipetik setelah berwarna merah,
sebagai pencampur sayur atau dikeringkan sebagai tepung (Kartasapoetra, 1988).
Cabai rawit rasanya sangat pedas, sangat baik dijadikan saus, sambal atau
dikeringkan dijadikan tepung. Tepung cabai banyak diperlukan baik oleh
perusahaan pembuat makanan dan pembuat atau pencampur obat tradisional.
Harganya mahal, oleh karena itu kalau para petani membudidayakan tanaman ini,
sebaiknya sebagian hasilnya diolah menjadi tepung untuk di ekspor
(Kartasapoetra, 1988).
Tanaman cabai berasal dari benua Amerika, tepatnya Amerika Latin
dengan garis lintang 0‐30 LU dan 0‐30 LS. (Setiadi, 2006). Prajnanta (2007)
menambahkan bahwa tanaman cabai berasal dari Peru. Ada yang menyebutkan
bahwa bangsa Meksiko kuno sudah menggemari cabai semenjak tahun 7000 jauh
sebelum Colombus menemukan benua Amerika (1492). Christophorus Colombus
kemudian menyebarkan dan mempopulerkan cabai dari benua Amerika ke
Spanyol pada tahun 1492. Pada awal tahun 1500‐an, bangsa Portugis mulai
6

memperdagangkan cabai ke Macao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina, dan
Thailand. Sekitar tahun 1513 kerajaan Turki Usmani menduduki wilayah Portugis
di Hormuz, Teluk Persia. Di sinilah orang Turki mengenal cabai. Saat Turki
menduduki Hongaria, cabai pun memasyarakat di Hongaria. Cabai rawit banyak
dibudidayakan diberbagai negara, hasilnya selain untuk mencukupi kebutuhan
sendiri, karena banyak dibutuhkan di negaranegara yang berhawa dingin
(Kartasapoetra, 1988).
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memiliki beberapa nama daerah
antara lain : di daerah jawa menyebutnya dengan lombok japlak, mengkreng,
cengis, ceplik, atau cempling. Dalam bahasa Sunda cabai rawit disebut cengek.
Sementara orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan nama lada limi
dan pentek. Secara internasional, cabai rawit dikenal dengan nama thai pepper
(Tjandra, 2011).
Akar cabai merupakan akar tunggang yang kuat dan bercabang cabang ke
samping membentuk akar serabut, akar serabut bisa menembus tanah sampai
kedalaman 50 cm dan menyamping selebar 45 cm (Setiadi, 2006). Sedangkan
menurut Prajnanta (2007), Perakaran tanaman cabai merupakan akar tunggang
yang terdiri atas akar utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral
keluar serabut‐serabut akar (Akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35‐50 cm.
Akar lateral menyebar sekitar 35‐45 cm.
Batang utama cabai tegak lurus dan kokoh, tinggi sekitar 30‐37,5 cm, dan
diameter batang antara 1,5‐3 cm. Batang utama berkayu dan berwarna coklat
kehijauan. Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi mulai umur 30 hari
setelah tanam (HST). Setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai
pada umur 10 hari setelah tanam namun tunas‐tunas ini akan dihilangkan sampai
batang utama menghasilkan bunga pertama tepat diantara batang primer, inilah
yang terus dipelihara dan tidak dihilangkan sehingga bentuk percabangan dari
batang utama ke cabang primer berbentuk huruf Y, demikian pula antara cabang
primer dan cabang sekunder (Prajnanta, 2007).
Pertambahan panjang cabang diakibatkan oleh pertumbuhan kuncup ketiak
daun secara terus‐menerus. Pertumbuhan semacam ini disebut pertumbuhan
simpodial. Cabang sekunder akan membentuk percabangan tersier dan seterusnya.
Pada akhirnya terdapat kira‐kira 7‐15 cabang pertanaman (tergantung varietas)
7

apabila dihitung dari awal percabangan untuktahapan pembungaan I, apabila


tanaman masih sehat dan dipelihara sampai pembentukan bunga tahap II
percabangan dapat mencapai 21‐23 cabang (Prajnanta, 2007).
Daun cabai berwarna hijau muda sampai hijau gelap tergantung
varietasnya. Daun ditopang oleh tangkai daun. Tulang daun berbentuk menyirip.
Secara keseluruhan bentuk daun cabai adalah lonjong dengan ujung daun
meruncing (Prajnanta, 2007).
Umumnya suku Solanaseae, bunga cabai berbentuk seperti terompet
(hypocrateriformis). Bunga cabai tergolong bunga yang lengkap karena terdiri
dari kelopak bunga (calyx), mahkota bunga (corolla), benang sari (stamen), dan
putik (pistilum). Alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik)
pada cabai terletak dalam satu bunga sehiingga disebut berkelamin dua
(hermaprodit). Bunga cabai biasanya menggantung, terdiri dari 6 helai kelopak
bunga berwarna kehijauan dan 5 helai mahkota bunga berwarna putih. Bunga
keluar dari ketiak daun (Prajnanta, 2007).
Tangkai putik berwarna putih dengan kepala putik berwarna kuning
kehijauan. Dalam satu bunga terdapat 1 putik dan 6 benang sari, tangkai sari
berwana putih dengan kepala sari berwarna biru keunguan. Setelah terjadi
penyerbukan akan terjadi penbuahan. Pada saat pembentukan buah, mahkota
bunga rontok tetapi kelopak bunga tetap menempel pada buah (Prajnanta, 2007).
Cabai rawit (Capsicum frutencens L) adalah spesies yang paling luas
dibudidayakan dan paling penting secara ekonomis, dan meliputi buah manis dan
pedas dengan berbagai bentuk dan ukuran. Bentuk yang didomistikasi
diklasifikasikan sebagai Capsicum annuum varietas annuum; anggota liarnya
adalah Capsicum. annuum varietas aviculare. Tampaknya, spesies ini
didometikasi sekitar wilayahh Meksiko dan Guatemala (Yamaguci, 1999).
Cabai rawit (Capsicum frutescens L) adalah spesies semidomistikasi yang
ditemukan di dataran rendah tropika Amerika. Selain itu, Asia Tenggara
merupakan dikenal sebagai daerah keragaman sekunder (Yamaguci, 1999).
Menurut Setiadi (2006), cabai rawit paling banyak mengandung vitamin A
dibandingkan cabai lainnya. Cabai rawit segar mengandung 11.050 SI vitamin A,
sedangkan cabai rawit kering mengandung mengandung 1.000 SI. Sementara itu,
8

cabai hijau segar hanya mengandung 260 vitamin A, cabai merah segar 470, dan
cabai merah kering 576 SI.
Selain untuk sayuran, cabai mempunyai kegunaan yang lain. Dengan
beberapa keunggulan tersebut, cabai dianggap penting untuk bahan ramuan
industri makanan, minuman maupun farmasi. Malahan, dengan kandungan
vitamin A yang tinggi, selain bermanfaat untuk kesehatan mata, cabai juga cukup
manjur untuk menyembuhkan sakit tenggorokan. karena rasanya yang pedas
(mengandung capsicol‐semacam minyak atsiri yang tinggi) (Setiadi, 2006).
Cabai bisa menggantikan fungsi minyak gosok untuk mengurangi pegal‐
pegal, rematik, sesak nafas, juga gatal‐gatal. Dengan ketajaman aromanya, cabai
juga digunakan untuk menyembuhkan radang tenggorokan akibat udara dingin
serta mengatasi polio (Setiadi, 2006) Menurut hasil penelitian Departemen
Kesehatan cabai cukup manjur untuk mengobati sakit perut, mulas, bisul, iritasi
kulit dan sekaligus untuk stimulan (perangsang) misalnya merangsang nafsu
makan (Setiadi, 2006).
Faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman harus tersedia dalam jumlah yang
optimum. Pengaturan jarak tanam merupakan salah satu cara untuk menciptakan
faktor-faktor yang dibutuhkan tanaman dapat tersedia secara merata bagi setiap
individu tanaman dan untuk mengoptimasi penggunaan faktor lingkungan yang
tersedia (Sitompul dan Bambang, 1995).
Menurut Tjandra (2011), tanah yang tidak baik untuk penanaman cabai
rawit adalah tanah yang strukturnya padat dan tidak berongga. Tanah semacam ini
akan sulit ditembus air pada saat penyiraman sehingga air akan tergenang. Selain
itu, tanah tidak akan memberikan keleluasan bagi akar tanaman untuk bergerak,
karena sulit ditembus akar tanaman. Akibatnya, tanaman sulit menyerap air dan
zat hara pada tanah. Jenis tanah yang tidak baik untuk pertumbuhan cabai rawit
antara lain : tanah liat, tanah berkaolin, tanah berbatu, dan tanah berpasir.
Cabai rawit menghendaki tingkat kemasaman tanah optimal, yaitu tanah
dengan nilai pH 5,5 – 6,5. Jika pH tanah kurang dari 5,5, tanah harus diberi kapur
pertanian. Pada pH rendah, ketersediaan beberapa zat makanan tanaman sulit
diserap oleh akar tanaman, sehingga terjadi kekurangan beberapa unsur makanan
yang ahirnya akan menurunkan produktivitas tanaman. Menurut Tjandra (2011),
derajat keasaman tanah atau pH tanah nertal berkisar 6-7. Pada tanah dengan pH
9

rendah, sebagian besar unsur-unsur hara di dalamnya, terutama fosfor (P) dan
kalsium (Ca) dalam keadaan tidak tersedia atau sulit terserap tanaman. Kondisi
tanah yang masam dapat menjadi media perkembangan beberapa cendawan
penyebab penyakit tanaman seperti Fusarium sp. dan Pythium sp.. Pengapuran
juga berfungsi menambah unsur kalsium yang sangat diperlukan tanaman.
Kalsium berfungsi mengeraskan bagian tanaman yang berkayu, merangsang
pembentukan bulu-bulu akar, mempertebal dinding sel buah, dan merangsang
pembentukan biji (Prajnanta, 2011).
Pasca panen merupakan salah satu kegiatan penting dalam menunjang
keberhasilan agribisnis. Meskipun hasil panennya melimpah dan baik, tanpa
penanganan pasca panen yang benar maka resiko kerusakan dan menurunnya
mutu produk akan sangat besar, seperti diketahui bahwa produk terutama
holtikultura pertanian bersifat mudah rusak, mudah busuk, dan tidak tahan lama,
hal ini menyebabkan pemasarannya sangat terbatas dalam waktu maupun
jangkauan pasarnya sehingga butuh penanganan pasca panen yang baik dan benar
(Setiadi, 2006).
Penanganan pascapanen dilakukan segera setelah buah dipetik. Kemudian
ditebar (diangin‐anginkan) (Setiadi, 2006). Setelah itu dilakukan sortasi
(pemilahan), dalam sortasi ini dipilah‐pilah antara cabai yang masih utuh dan
sehat, cabai utuh tetapi abnormal, cabai yang rusak sewaktu pemanenan, dan cabai
yang terserang hama dan penyakit. Setelah melakukan pemilahan selanjutnya
dilakukan grading yaitu penggolongan buah berdasarkan kualitas dan ukuran buah
setelah itu buah dimsukkan ke dalam karung goni dan langsung dijual ke pasar
(Prajnanta, 2007).
Selama proses penyimpanan terjadi perubahan kimiawi yang dapat
merubah penampilan, citarasa, dan kualitasnya. Perubahan yang disebabkan oleh
kerja enzim yang mengakibatkan perubahan semakin cepat terjadi berbeda dengan
yang dipanen dalam kondisi belum terlalu tua sehingga perubahan agak lambat
disebabkan karena mengandung gula yang rendah dan lebih tinggi zat tepung
(Sumoprastowo, 2004).
Salah satu cara menjaga agar tetap segar dalam waktu yang agak lama
adalah dengan menekan kerja enzim. Hal itu dilakukan dengan cara menyimpan
pada suhu rendah (Sumoprastowo, 2004). Suharto (1991), menambahkan dengan
10

menyimpan dalam suhu rendah dapat menghambat aktivitas pertumbuhan


mikroba Jumlah uap air di sekitar buah mempunyai pengaruh besar terhadap
kondisi fisiologis buah, udara yang hampir jenuh menyebabkan kulit buah pecah
abnormal, sedangkan penyimpanan dalam udara yang terlalu kering menyebabkan
kulit buah berkerut sehingga bentuknya abnormal (Susanto, 1994).
11

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Pratikum

Praktikum Mata Kuliah Pemuliaan Tanaman ini di laksanakan di Kebun


Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution
Km 11, Kelurahan simpang tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kotamadya Pekanbaru
dengan ketinggian tempat + 89 m dpl. Dan waktu pratikum setiap hari kamis jam
16.00 WIB, yang berlangsung dari bulan September 2018 sampai Desember 2018.

3.2 Alat dan Bahan


Alat alat yang dipakai pada praktikum dasar dasar agronomi ini berupa
cangkul yang berfungsi untuk menggemburkan tanah dan juga sebagai alat
pertama dalam membuka lahan, garut juga sangat mendukung dalam membuka
lahan, golok ataupun parang untuk memotong tanaman tanaman pengganggu,
angkong juga digunakan pada waktu membuka lahan untuk mengangkut sampah
sampah yang tertimbun didalam tanah, handsprayer berfungsi untuk menyiram
ketika masih masa penyemaian, gembor berfungsi untuk penyiraman ketika
tanaman sudah mulai tumbuh, , dan juga kamera sebagai alat dalam mendukung
dokumentasi.
Dan bahan bahan yang digunakan berupa benih cabai rawit varietas
dewata f1, pupuk urea, pupuk kcl, pupuk TSP, dan kami juga memakai pupuk
kandang.

3.3 Pelaksanaan praktikum


3.3.1. Pembibitan
Bibit cabai rawit harus disemaikan lebih dahulu sebelum ditanam. Untuk
mempercepat pertumbuhannya, biji sebaiknya direndam dahulu dalam air
selama 24 jam sebelum ditanam. Perlu diperhatikan bahwa biji cabai yang
baik adalah biji yang betul betul masak dan kering. Penyemaian bibit cabai
rawit menggunakan babybag yang ukuran 10x15 sebanyak 240 buah.
Persemaian sebaiknya menggunakan naungan dari daun kelapa maupun daun
yang lain agar suasana menjadi lebih lembab dan tanaman tidak terkena
12

matahari langsung. Selanjutnya persemaian dilakukan penyiraman 2 x sehari


pagi dan sore menggunakan handsprayer.
3.3.2. Pengolahan lahan
Lahan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman sebelumnya, kemudian
dicangkul dan tanah digemburkan. Masing masing individu luas plot 1x1 m.
3.3.3. Pemberian pupuk dasar
Pemberian pupuk dasar pada praktikum ini adalah, pemberian pupuk
kandang sebanyak 1 karung/plot. Pupuk kandang harus benar benar busuk
dan tidak boleh masih baru dan basah, karena dapat menyebabkan timbulnya
penyakit pada tanaman cabai rawit tersebut. dan pupuk harus didiamkan
seminggu dalam timbunan tanah.
3.3.4. Penanaman
Pada praktikum kali ini jenis benih cabai rawit yang digunakan yaitu
benih cabai rawit varietas dewata f1 yang direndam sesuai perlakuan.
Penanaman benih cabai dilakukan secara serentak, menggunakan jarak tanam
2x 25 cm dengan jumlah 1bibit/lubang. Pelu dilakukan penyisipan terhadap
tanaman cabai rawit yang tidak mengalami pertumbuhan/mati.
3.3.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan terhadap tanaman cabai rawit agar kebutuhan
terhadap unsur hara terpenuhi dan tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Pemupukan dilakukan menggunakan pupuk urea, pupuk TSP, pupuk
KCL.pemupukan dilakukan dengan cara selang seling dan berjarak 10 cm
dari tanaman.
3.3.6. Pemeliharaan
 Penyiraman
Penyiraman dilakukan rutin setiap pagi dan sore dan dilihat juga kondisi
kelembapan tanah. Hal ini menyangkut ketersediaan air bagi pertumbuhan
tanaman. Jika tanaman kekurangan air ini juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Dan jika kelebihan air juga mengakibatkan
masalah bagi tanaman cabai rawit.
 Penyiangan
Penyiangan sendiri bertujuan untuk menyingkirkan gulma atau tanaman
pengganggu yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dari cabai rawit.
13

Dimana jika tumbuhan pengganggu dapat tumbuh dengan bebas maka zat
unsur hara pada tanah dapat kekurangan bagi tanaman utama. Sebaiknya
penyiangan dilakukan sekali seminggu.
 Pengendalian hama dan penyakit
Hama adalah hewan atau biantang kecil yang dapat menyebabkan penyakit
pada tanaman. Hama terhadap tanaman merupakan suatu musuh alami dari
petani, dimana keberadaan hama sangat tidak diinginkan oleh petani. Pada
praktikum ini tidak dilakukan pengendalian hama dan penyakit secara
quaratif.
3.3.7. Panen
Dikarenakan tanaman kami mengalami kegagalan karena terserang ulat
grayak secara massal maka kami tidak ada panen. Ulat grayak sendiri
menyerang daun tanaman cabai rawit dan mengakibatkan daun menjadi habis
menyisahkan tangkai dan daun. Maka sebaiknya saya menyarankan ketika
mau membudidaya tanaman cabai rawit harus benar benar ekstra dalam
mengendalikan hama, dikarenakan tanaman cabai merupakan tanaman yang
agak sulit untuk dibudidayakan.
14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 hasil penelitian

4.1.1. Tinggi tanaman

Tanaman Tinggi Tanaman

Tanaman 1 8 cm

Tanaman 2 10 cm

Tanaman 3 11 cm

Tanaman 4 11,5 cm

4.1.2. Umur Panen

Tanaman Umur Panen

Tanaman 1 -

Tanaman 2 -

Tanaman 3 -

Tanaman 4 -

4.1.3. Jumlah Daun

Tanaman Jumlah Daun

Tanaman 1 8

Tanaman 2 11
15

Tanaman 3 9

Tanaman 4 9

4.1.4 Berat Ekonomis

Tanaman Tinggi Tanaman

Tanaman 1 -

Tanaman 2 -

Tanaman 3 -

Tanaman 4 -

4.2 Pembahasan

Pada praktikum ini kami mengalami kegagalan panen, ini dikarenakan


tanaman cabai rawit kami diserang oleh hama ulat grayak. Dimana ulat grayak
tersebut menyerang bagian daun tanaman cabai kami sehingga tidak menyisahkan
daun lagi dan tinggallah cabang cabang dan batang. Namun tidak sedikit juga
masih ada yang dapat bertahan dan ada juga yang tidak diserang ulat tersebut.
namun jikalaupun tanaman tersebut dipertahankan maka tanaman lain juga pasti
akan terserang.
16

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam mengembangkan dan pembudidayaan cabai rawit tidak hanya


sekedar menanam sesuai dengan keadaan yang ada. Karena kita harus
mempertimbangkan dan bisa mengetahui hal – hal yang mungkin terjadi dalam
proses pengembangan budidaya cabe rawit tersebut. Baik dalam hal biaya maupun
kemampuan dalam mengolah cabai rawit tersebut. Karena hal – hal yang awalnya
dianggap remeh dan dirasa tidak penting justru itu yang akan berdampak besar
kedepannya.

Maka dari itu saran saya bagi yang ingin bergerak dalam bidang ini harus
mempertimbangkan betul hal positif dan negatifnya baik dari segi keuangan
maupun kemampuan dan keterampilan dalam mengolah tanaman ini. Dan juga
tidak lupa untuk meninjau prospek pemasarannya maksudnya ketika setelah
dipanen mau di suplai kemana hasil cabai rawit. Agar tidak terjadi penimbunan
yang tidak berguna yang akhirnya akan membusuk dan ujung- ujungnya kerugian
yang akan kita dapat.

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum sebaiknya perlu diterapkan disiplin dalam


waktu yang efektif mungkin agar waktu dan pekerjaan tidak dilakukan dengan
sia-sia dan terus berulang-ulang.
17

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik NTB, 2007. Statistik Produksi Tanaman Hortikultura


Provinsi NTB. Mataram, NTB.
Badan Pusat Statistik NTB, 2010. Statistik Tanaman Sayur dan Buah
Semusim Indonesia. Jakarta. Indonesia
Hadiyanto, iskandar. 2005. Bertanama Cabai. Balai Pustaka (persero).
Jakarta. 35 ha.
Polengs, 2011. Cabai, Pertanian, Tanaman http://
budidayanews.blogspot.com/ 2011/03/cara-budidaya-cabai-rawit.html diakses 4
November 2012.
Prajanata, final. 2007. Kiat Sukses Bertanam Cabai di Musim Hujan. Penebar
swadaya. Cetakan ke XII. Jakarta 64h.
Prajanata, final.2006. Agribisnis Cabai Hibrida. Penebar swadaya. Jakarta. 162
ha.
Redaksi TRUBUS. 2001. Bertanam Cabai Dalam Pot. Penebar swadaya,
Jakarta. 42 ha.
Sophia N., 2012. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cabe Rawit.
http://sophianirmalida.blogspot.com/2012/03/pertumbuhan-dan-perkembangan-
tanaman.html diakses 4 November 2012.
18

LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan

Agustus November Dese


N September Oktober
Kegiatan mber
O
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Persiapan Lahan
2 Pembuatan Plot

Pemberian pupuk
3
kandang
Persiapan Bahan
4
Tanam
5 Pemasangan Label
6 Penyemaian
7 Pembuatan naungan

8 Penanaman
Perlakuan
a. Pemberian
9 Reagen

b. Pemberian
NPK

c. Penyisipan

10 Pemeliharaan
11 Penen
12 Pengamatan terakhir

13 Laporan
19

Lampiran 2. Dokumentasi

Tanaman cabai belum terserang ulat Tanaman masih tumbuh normal


20

Ulat yang menyerang tanaman cabai Cabai rawit menjadi mati dan layu
21

BIODATA DIRI

Nama :Juter Madani Sianturi


Tempat/Tanggal Lahir :Duri/19 januari 1999
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Jln kempas sari km 5
RT/RW : 06/09
Kel/Desa : Titian antui
Kecamatan : Pinggir
Agama : Kristen protestan
Status Perkawinan : Belum kawin
Status : Pelajar/mahasiswa
Kewarganeegaraan : Indonesia
Asal Sekolah : Sman 01 Mandau
Hobi : Futsal,Parkour
Alamat Sekarang : Jln sukakarya,Panam
Fakultas : Pertanian
Program studi : Agroteknologi
Kelas/semester : IIIA Agroteknologi

Anda mungkin juga menyukai