Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN PENDIDIKAN BUDI PEKERTI SEBAGAI PEMBENTUKAN

KARAKTER SISWA DI SEKOLAH: SEBUAH FENOMENA DAN REALITAS

Sutiyono
FBS Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: sutiyono_63@yahoo.com

Abstrak: Tulisan ini hendak melihat pendidikan budi pekerti untuk membentuk karakter siswa di
sekolah masih dalam persimpangan jalan. Pengembangan karakter siswa diperlukan untuk mem-
bentuk mata pelajaran budi pekerti. Pendidikan yang selama ini dialami siswa di sekolah masih ber-
sifat kognitif.. Padahal, untuk dapat mewujudkan hasil didikan yang maksimal, siswa haruslah me-
miliki pengetahuan secara intelektual dan pendidikan budi pekerti untuk membangun karakter
bangsa. Penerapan pendidikan budi pekerti di sekolah menjadi amat penting untuk membangun ka-
rakter bangsa. Namun, permasalahannya pendidikan budi pekerti di Indonesia baru menyentuh pada
tahap pengenalan dan pemahaman nilai-nilainya. Selain itu, berbagai peristiwa seperti korupsi, bu-
daya kurang santun, tawuran dan kekerasan, konflik horizontal di masyarakat adalah suatu kenyata-
an yang harus disikapi agar sekolah-sekolah di Indonesia menerapkan pendidikan budi pekerti untuk
membentuk karakter siswa.

Kata Kunci: pendidikan budi pekerti, pembentukan karakter, fenomena, realitas

THE IMPLEMENTATION OF MORAL EDUCATIONAS SCHOOL STUDENTS’


CHARACTER BUILDING: A PHENOMENON AND REALITY

Abstract: This paper aims to view moral education to shape the character of the school students which
is still in controversy. The development of the students’ character is needed in moral education. The
school education the students have experienced so far is still cognitive in nature. In order to achieve a
maximum result of education, the students should have intellectual knowledge and moral education
to build the nation’s character. The implementation of moral education at school becomes very im-
portant to build the nation’s character. However, the problem is that the moral education in Indonesia
has only touched the introduction and the comprehension of its values. Besides, various phenomena
such corruption, impolite culture, brawls and violations, and horizontal conflicts in the community
are realities that must be dealt with so that schools in Indonesia implement moral education to build
the students’ character

Keywords: moral education, character building, phenomena, reality

PENDAHULUAN Terlebih dengan masuknya muatan mata


Tampaknya pendidikan budi pekerti pelajaran teknologi dan informasi yang di-
di Indonesia masih dalam persimpangan pelajari, pendidikan budi pekerti ini telah
jalan. Tidak sedikit orang yang yang meng- banyak ditinggalkan oleh sekolah.
idealkan pendidikan budi pekerti, tetapi Saat ini, terlihat usaha untuk mem-
kenyataannya masih banyak masalah yang bangun pendidikan karakter dengan me-
dihadapi bangsa. Sementara itu, disusun- ngembangkan nilai-nilai budi pekerti di se-
nya mata pelajaran budi pekerti yang di- kolah pada ranah struktur aparatur peme-
ajarkan di semua tingkatan sekolah dari rintah menuju menyatunya antara pendi-
tingkat dasar hingga perguruan tinggi, dikan dan kebudayaan, yaitu Kementerian
pembelajarannya masih tetap cenderung Pendidikan dan Kebudayan (Kemendik-
mengarah pada satu ranah kognitif saja. bud). Hal ini disebabkan adanya reduksi

309
310

besar-besaran terhadap arti pendidikan syarakatnya sendiri. Menjadikan pendidik-


dan kebudayaan, yaitu pemisahan antara an yang steril dari kekayaan budayanya
pendidikan dan kebudayaan menjadi De- sendiri berpotensi menghasilkan keter-
partemen Pendidikan dan Departemen Ke- asingan dalam masyarakat. Oleh karena
budayaan dan Pariwisata. Dengan meng- itu, kebudayaan yang tidak menyatu de-
atasnamakan Kemendikbud, tidak hanya ngan pendidikan akan cenderung asing
pendidikan saja yang menjadi tumpuan bagi kehidupan dan mulai ditinggalkan
utama, akan tetapi persoalan kebudayaan oleh masyarakatnya sendiri.
juga benar-benar dipertimbangkan secara Banyak kalangan yang menyebutkan
matang. Tetapi, hingga sekarang belum ter- bahwa pendidikan karakter di Indonesia
lihat bagaimana sekolah menerapkan pen- sampai saat ini belum berhasil. Bahkan,
didikan karakter untuk mengembangkan beberapa kalangan menyatakan pendidik-
nilai-nilai budi pekerti di sekolah secara an karakter dinyatakan gagal karena ba-
terpadu. Sementara itu, disusunnya mata nyak peristiwa kekerasan dan kerusuhan
pelajaran budi pekerti yang diajarkan di di berbagai daerah. Sementara itu, di-
semua tingkatan pendidikan pada desain susunnya mata pelajaran budi pekerti yang
pembelajarannya masih tetap cenderung diajarkan di semua tingkatan pendidikan
mengarah pada satu ranah kognitif saja. pada desain pembelajarannya masih tetap
Bahkan, sejalan dengan syaratnya muatan cenderung mengarah pada satu ranah kog-
teknologi dan ilmu yang dipelajari, pen- nitif saja. Bahkan, sejalan dengan syaratnya
didikan budi pekerti ini telah banyak di- muatan teknologi dan ilmu yang dipelajari
tinggalkan oleh sekolah. pendidikan budi pekerti ini telah banyak
Sementara itu, pendidikan masih di- ditinggalkan oleh sekolah.
reduksi menjadi suatu lembaga yang meng-
haruskan cara mendidiknya berbasis kom- PENDIDIKAN BUDI PEKERTI DAN
petensi untuk dipersiapkan menjadi manu- FENOMENANYA
sia dalam kerangka mekanisme pasar. Hal Akhir-akhir ini istilah budi pekerti
ini tidak berbeda dengan sekolah pada menjadi hangat dibicarakan oleh berbagai
masa kolonial, yang tujuannya untuk meng- kalangan, mulai dari lembaga tinggi negara
isi atau menjadi pegawai yang mengabdi hingga kalangan akar rumput. Hal ini di-
pada kepentingan pemerintah Belanda. Ka- sebabkan banyaknya perilaku yang me-
rena ditujukan untuk kepentingan pasar, nyimpang atau melanggar hukum mulai
mekanisme proses pembelajarannya hanya dari pejabat pemerintah hingga masyarakat
tertuju pada bentuk penguasaan ilmu dan bawah, mulai dari soal korupsi hingga ke-
disiplin tertentu tanpa mempertimbangkan kerasan yang sampai berdarah-darah. Budi
budaya. Dengan kata lain, dijadikannya pekerti sering diartikan sebagai moralitas
pendidikan sebagai bagian dari komoditas yang mengandung pengertian antara lain
perdagangan pasar dunia, kondisi pendi- adat istiadat, sopan santun, dan perilaku
dikan karakter yang berbasis budaya se- (Sedyawati, 1997:5). Sebagai perilaku, budi
perti pengembangan nilai-nilai budi peker- pekerti meliputi pula sikap yang dicermin-
ti saat ini cukup memrihatinkan. kan oleh perilaku itu. Sikap dan perilaku
Pendidikan yang tidak didasari oleh itu menyatu dalam bentuk tindakan nyata
aspek kebudayaan akan menghasilkan ge- yang dianggap baik bagi diri sendiri dan
nerasi yang tercerabut dari kehidupan ma- orang lain.

Penerapan Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah


311

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia amanah, antisipatif, baik sangka, bekerja
disebutkan bahwa budi pekerti diartikan keras, beradab, berani berbuat benar, be-
sebagai ‘tingkah laku, akhlak dan watak’. rpikir jauh ke depan, bersahaja, bersema-
Budi merupakan alat batin yang memandu ngat, bijaksana, cerdas, cermat, cinta ilmu,
akal dan perasaan untuk menimbang baik dedikasi, demokratis, dinamis, disiplin, efi-
buruk, benar-salah, watak, perbuatan, sien, efektif, empati, gigih, giat, hemat, hor-
daya-upaya dan akal sehingga menentu- mat, hati-hati, harmonis, iman, ikhlas, is-
kan kualitas diri seseorang yang tercermin tighfar, inisiatif, inovatif, jujur, kasih sa-
dalam ucapan dan perbuatannya. Pekerti yang, keras kemauan, ksatria, komitmen,
berkaitan erat dengan sikap dan perilaku konstruktif, konsisten, kooperatif, kreatif,
dalam hubungan seseorang dengan Tuhan lapang dada, lemah lembut, lugas, mandiri,
Yang Maha Esa, diri sendiri, keluarga, manusiawi, mawas diri, menghargai, men-
masyarakat, bangsa dan alam sekitar. jaga, nalar (logis), optimis, patriotik, pe-
Budi sering diartikan sebagai nalar, maaf, pemurah, pengabdian, pengendalian
pikiran, akal. Inilah yang membedakan diri, percaya diri, produktif, proaktif, rajin,
manusia dan hewan. Budi inilah yang ramah, rasa indah, rasa malu, rasional, rela
mempersatukan kita semua sebagai ma- berkorban, rendah hati, sabar, saleh, setia,
nusia, entah mereka itu dari suku, golong- sopan santun, sportif, susila, syukur, tak-
an, kelompok, atau umur apa pun. Sejauh wa, taat, teguh, tangguh, tanggung jawab,
mereka adalah manusia, mereka memu- tawakal, tegar, tegas, tekun, tenggang rasa,
nyai kesamaan budi. Selanjutnya, dengan terbuka, tertib, terampil, tekun, tobat, ulet,
nalar itulah orang berpekerti atau bertin- unggul, wawasan luas, wirausaha, dan
dak baik. Oleh karena itu, pelajaran budi yakin.
pekerti menjadi pelajaran tentang etika Sejak Indonesia merdeka, para pen-
hidup bersama untuk bertindak baik yang diri bangsa (founding fathers) telah memi-
berdasarkan nalar. Ada unsur kesadaran kirkan pendidikan budi pekerti sebagai-
dan ada unsur melaksanakan kesadaran mana tercantum dalam Pembukaan UUD
tersebut (Suparno, 2002:28). 1945 yang berbunyi ikut mencerdaskan
Ki Hajar Dewantara mengemukakan kehidupan bangsa berdasarkan pada sila-
bahwa budi pekerti berkaitan erat dengan sila dalam Pancasila. Namun, pada tahun
adab yang menunjukkan sifat batin ma- 1970-an pendidikan budi pekerti dihilang-
nusia, misalnya keinsyafan tentang kesuci- kan. Dampak dari penghilangan pendidik-
an, kemerdekaan, keadilan, ketuhanan, cin- an budi pekerti adalah akibat yang harus
ta kasih dan kesosialan. Kata adab (bu- ditanggung bangsa Indonesia baru terasa
daya) dalam hal ini menjadi kata kunci kurang lebih 30 tahun berikutnya yang
bahwa segala tindakan manusia harus ter- berupa bermacam-macam kasus KKN (ko-
pandu oleh adab yang dimiliki oleh yang rupsi, kolusi, dan nepotisme). Masyarakat
bersangkutan (Dwiarso, 2010). kembali bereaksi dan melakukan tuntutan
Visi Departemen Pendidikan Nasio- untuk mengembalikan pendidikan budi
nal yang tertuang dalam Rencana Strategis pekerti yang telah dihilangkan pada tahun
Depdiknas Tahun 2005-2009, Menuju Pem- 1970-an. Kemudian pendidikan budi pe-
bangunan Pendidikan Nasional Jangka kerti dicanangkan kembali tahun 1994.
Panjang 2025 menyebutkan bahwa nilai- Dalam hal ini, pendidikan budi pe-
nilai budi pekerti antara lain meliputi: adil, kerti yang dimaksud adalah yang secara

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 3, Oktober 2013


312

integratif menyatu dengan mata pelajaran pedoman hidup dalam kehidupan berma-
(integrated learning). Sampai pada tahun syarakat, berbangsa, dan bernegara. Ber-
2000, pendidikan budi pekerti bergema ke dasarkan hal tersebut, nilai-nillai budi pe-
seluruh tanah air setelah dilaksanakan su- kerti perlu diajarkan di sekolah agar gene-
plemen kurikulum. Tahun 2000 Dikdasmen rasi sekarang dan yang akan datang mam-
Jakarta menerbitkan Buku I dan II yang pu berperilaku sesuai dengan moral yang
berisi pendidikan budi pekerti dan disusul diharapkan menuju terwujudnya manusia
tahun 2002 Pusat Kurikulum, Balitbang Indonesia seutuhnya yang bermoral, ber-
Depdiknas Jakarta juga menerbitkan seri karakter, berakhlak mulia dan berbudi pe-
Pendidikan Budi Pekerti untuk tingkat SD kerti luhur merupakan tujuan dari pem-
hingga SLTA yang termuat dalam salah bangunan manusia Indonesia yang ke-
satu seri Kurikulum Berbasis Kompetensi. mudian dicanangkan ke dalam tujuan pen-
Sayang, buku-buku tersebut tidak menyaji- didikan nasional.
kan cara pembelajaran yang strategis guna Budi pekerti adalah harta yang tiada
mencapai tujuan pendidikan budi pekerti. terkira. Bahkan, budi pekerti bukan lagi
Hasilyang ditunggu-tunggu hingga kini harta yang seperti sekarang ini diartikan. Ia
belum tampak tanda-tanda keberhasilan merupakan modal sosial (social capital)
pendidikan budi pekerti. Buktinya, di la- bangsa. Budi pekerti merupakan fitrah baik
pangan banyak dijumpai fenomena peri- manusia yang dapat membedakan antara
laku menyimpang dari tatanan sosial. manusia dan bukan manusia. Sebab, budi
Betapa memilukan jika kita merenungi be- pekerti harus selalu disemai jika manusia
rita tentang kriminal dan kekerasan dari masih dan selalu mendamba hidup damai
media, baik cetak maupun elektronik. dan bermartabat di mata manusia lainnya
Akankah pengalaman kegagalan pendidik- dan terutama Tuhan. Hal ini juga sesuai
an budi pekerti yang mulai dicanangkan dengan yang dilontarkan Menteri Pendi-
kembali pada tahun 1994 menjadi lagu dikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh
wajib yang memilukan? Di manakah letak dalam kesempatan pidato Hari Pendidikan
fenomena dan kebuntuan saluran pendi- Nasional 2012 mengangkat tema Bangkit-
dikan budi pekerti itu? nya Generasi Emas Indonesia. Beliau men-
Apa yang disebut dengan pendidik- jelaskan pada periode tahun 2010 sampai
an etika, akhlak, moral serta nilai budi tahun 2035 kita harus melakukan investasi
pekerti bagi semua warga negara adalah besar-besaran dalam bidang pengembang-
penting kiranya tidak perlu diperdebatkan. an sumber daya manusia (SDM) sebagai
Jika warga negara dapat menjaga nilai-nilai upaya menyiapkan generasi emas 2045,
budi pekerti yang diharapkan, maka ne- yaitu 100 tahun Indonesia merdeka. Arti-
gara akan menjadi utuh dan kuat di mata nya, jika mulai sekarang sudah dimulai
orang asing. Tetapi sebaliknya, jika warga- penerapan pendidikakan karakter untuk
negara terlebih pejabat dan rakyatnya ber- mengembangkan nilai-nilai budi pekerti,
perilaku tidak bermoral, maka negara atau itu artinya sama dengan kita melakukan
suatu bangsa bisa runtuh. Contoh berperi- investasi masa depan bangsa.
laku tidak bermoral ialah melakukan ke- Pendidikan yang teratur adalah yang
rusuhan, keonaran, penyimpangan dan bersandar pada perkembangan ilmu pe-
lain-lain yang menyebabkan kehancuran ngetahuan atau ilmu pendidikan. Ilmu ini
suatu bangsa. Mereka tidak memiliki tidak boleh berdiri sendiri; ada saling hu-

Penerapan Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah


313

bungan dengan pengetahuan lain. Ilmu baikan terhadap sesama. Pendidikan ka-
harus berfungsi sebagai pelengkap sem- rakter kini memang menjadi isu utama
purnanya mutu pendidikan dan pemba- pendidikan sekarang. Tugas-tugas dan pe-
ngunan karakter kebangsaan yang kuat. kerjaan rumah, bahan kajian, simulasi
Dalam menyelenggarakan pengajaran dan menggiring para peserta didik untuk
pendidikan kepada rakyat, Ki Hajar De- membangun kelompok sehingga dapat
wantara menganjurkan agar kita tetap berbagi dengan temannya. Sebagai bagian
memperhatikan ilmu jiwa, ilmu jasmani, dari proses pembentukan karakter anak
ilmu keadaban dan kesopanan (etika dan bangsa, pendidikan budi pekerti juga
moral), ilmu estetika, dan menerapkan diharapkan mampu menjadi fondasi utama
cara-cara pendidikan yang membangun dalam rangka mencerdaskan kehidupan
karakter (Amoersetya, 2012). Ki Hajar De- bangsa. Oleh karena itu, menanamkan
wantara menegaskan bahwa seorang pen- nilai-nilai budi pekerti pada peserta didik
didik yang baik harus tahu bagaimana cara dirasa sangat penting selain mengajarkan
mengajar, memahami karakter peserta didik aspek kognitif.
dan mengerti tujuan pengajaran. Agar da- Pendidikan budi pekerti merupakan
pat mewujudkan hasil didikan yang mem- pilar yang amat penting untuk memba-
punyai pengetahuan yang mumpuni secara ngun karakter bangsa. Namun, kekurang-
intelektuil maupun budi pekerti untuk annya pendidikan budi pekerti di Indone-
membangun bangsa. sia baru menyentuh pada tahap pengenal-
an dan pemahaman nilai-nilainya. Padahal,
PENGETRAPAN PENDIDIKAN BUDI pendidikan budi pekerti seharusnya di-
PEKERTI lakukan pada tahapan internalisasi dan
Dalam rangka mengembangkan ka- perilku nyata dalam kehidupan sehari-
rakter peserta didik memang diperlukan hari. Lickona (1991) menyebutkan penting-
upaya untuk membentuk mata pelajaran nya diperhatikan tiga unsur dalam mena-
budi pekerti. Pendidikan budi pekerti yang namkan nilai moral supaya sungguh ter-
dimaksud adalah pendidikan (berupa mata jadi, yaitu unsur pengertian, perasaan, dan
pelajaran) yang secara khusus mendidik tindakan moral. Ketiga unsur ini saling
budi pekerti kepada peserta didik. Tam- berkaitan. Ketiga unsur ini perlu diperhati-
paknya sulit untuk diterapkan. Dalam arti, kan supaya nilai yang kita tanamkan tidak
agar dapat menjawab tantangan pendidik- tinggal sebagai pengetahuan saja, tetapi
an karakter, caranya adalah dengan meng- sunguh menjadi tindakan seseorang. Unsur
integrasikan nilai-nilai budi pekerti ke pengertian moral menyangkut peserta
dalam kandungan kurikulum. Setiap ka- didik dibantu untuk mengerti apa isi nilai
rakter yang akan dikembangkan harus ter- yang digeluti dan mengapa nilai itu harus
wujud di dalam kandungan setiap mata dilakukan dalam kehidupan mereka.
pelajaran. Wujudnya dapat melalui tugas- Dengan demikian, peserta didik sung-
tugas dan pekerjaan rumah, bahan kajian, guh mengerti apa yang akan dilakukan
simulasi, dan juga terwujud di dalam per- dan sadar akan apa yang dilakukan. Unsur
aturan akademik yang lain. perasaan moral meliputi peserta didik di-
Melalui cara ini, peserta didik akan bantu untuk menyenangi ataupun meng-
terlatih secara terpola, yang menjadikan iyakan nilai yang hendak dilakukan. Pe-
peserta didik terbiasa untuk berbuat ke- serta didik dibantu untuk menjadi lebih

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 3, Oktober 2013


314

tertarik akan nilai tersebut. Peserta didik ruang kelas sinkron dengan makna moral
dibantu untuk dapat merasakan bahwa yang membentuk karakter peserta didik
nilai itu sungguh baik dan perlu dilakukan. dan perkembangan moral (Ryan, 1996:75).
Unsur tindakan moral meliputi peserta Cakupan pendidikan karakter meliputi
didik perlu dibantu untuk dapat melaku- aspek kognitif, afektif, dan perilaku moral
kan nilai budi pekerti yang telah disadari yang dialami individu, baik sebagai indi-
dalam wujud tindakan nyata. Peserta didik vidu maupun warga negara yang baik.
perlu dibantu untuk memunyai kemauan Oleh karena itu, sekolah bertanggung ja-
melakukan nilai tersebut. Ia menyimpul- wab untuk memberikan bantuan terhadap
kan bahwa pendidikan karakter adalah anak didik dalam menguasai moralitas dan
usaha sengaja untuk menolong orang agar kebangsaan sehingga menjadi warga ne-
memahami, peduli akan, dan bertindak gara yang baik (Lickona, 2002).
atas dasar nilai-nilai etis. Melalui proses pendidikan, terutama
Pendidikan karakter bisa diartikan pendidikan formal di sekolah, peserta
sebagai sebuah bantuan sosial agar indi- didik dapat dibantu untuk mengerti nilai
vidu itu dapat bertumbuh dalam meng- karakter yang diharapkan, dan pelan-pelan
hayati kebebannya dalam hidup bersama membantu mereka untuk melatih dan
dengan orang lain. Pendidikan karakter menjadikan nilai itu sebagai sikap hidup
bertujuan membentuk setiap pribadi men- mereka. Untuk mewujudkannya diperlu-
jadi insan yang memiliki keutamaan. kan pembiasaan sehingga nilai itu menjadi
Dalam lingkup pendidikan ini tidak hanya nilai yang spontan dijalanlan anak. Sekolah
berurusan dengan penanaman nilai bagi formal memiliki tanggung jawab besar
peserta didik. Namun, merupakan sebuah terhadap pendidikan karakter ini, karena
usaha bersama untuk menciptakan sebuah anak meinimal berada di sekolah enam jam
lingkungan pendidikan, yang menempat- setiap hari. Mereka dipercayakan oleh
kan setiap individu dapat menghayati ke- orang tua kepada sekolah untuk dididik
bebasannya sebagai sebuah prasyarat bagi dan dibantu berkembang menjadi pribadi
kehidupan moral yang dewasa. Dengan yang utuh (Suparno, 2012:5).
demikian, pendidikan karakter dapat di-
lihat sebagai usaha manusia untuk men- SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER:
ciptakan kultur kehidupan yang men- HARUS DILAKUKAN
dukung pertumbuhan individunya secara Untuk menjawab permasalahan
autentik (Koesoema, 2007:22). pendidikan budi pekerti untuk membentuk
Pengembangan karakter adalah sua- karakter siswa harus dipikirkan secara se-
tu pendekatan holistik yang menghubung- rius agar proses bersekolah yang dialami
kan dimensi moral pendidikan dengan ra- para peserta didik dapat menghasilkan ka-
nah sosial dan sipil dari kehidupan peserta rakter bangsa yang baik. Salah satunya
didik. Sikap dan nilai dasar dari masyara- adalah pendidikan karakter dirancang de-
kat diidentifikasikan dan diteguhkan da- ngan cara diintegrasikan ke dalam kan-
lam lingkup sekolah dan komunitas. Pen- dungan kurikulum tertulis, kurikulum
didikan karakter bersifat sarat nilai, karena yang tidak tertulis (hidden curriculum), serta
masyarakat menentukan apa-apa yang kegiatan kokurikulum dan ekstrakurikuler.
akan dan tidak akan diteladani. Moral Artinya, karakter yang ingin dikembang-
ditangkap bukan diajarkan dan kehidupan kan harus terwujud di dalam kandungan

Penerapan Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah


315

setiap mata pelajaran melalui proses pem- luarga, dan masyarakat di dalam pengem-
belajaran di kelas, tugas di luar kelas, dan bangan karakter. Dalam arti tidak bisa
juga terwujud di dalam peraturan sekolah pendidikan karakter hanya dikembangkan
Perlu diketahui bahwa desain pem- di sekolah saja, tetapi juga di dalam ling-
belajaran budi pekerti semestinya tidak kup keluarga dan lingkungan masyarakat.
muncul sebagai suatu mata pelajaran atau Institusi pendidikan dan keluarga
tidak diatasnamakan mata pelajaran budi merupakan garda depan yang lebih berpe-
pekerti. Namun, aplikasi nilai-nilai budi ran dalam penyemaian budi pekerti yang
pekerti itu terserap sebagai muatan di baik. Kedua intitusi inilah yang seharusnya
setiap aktivitas pembelajaran yang sudah memunyai waktu lebih untuk bisa menan-
dirancang. Dengan demikian, setiap mata capkan nilai budi pekerti pada peserta
pelajaran dapat bermuatan nilai-nilai budi didik atau anggota keluarganya. Bagai-
pekerti. Oleh karena itu, pendidikan karak- manapun sekarang ini, pengaruh “dunia
ter untuk mengembangkan nilai budi pe- luar” yang bertentakel liar kini getol meng-
kerti ini tentu saja tidak dapat berhasil injeksikan budaya yang tanpa seleksi kare-
dalam waktu yang singkat. Misalnya, lang- na visinya adalah “pasar” dan berdagang.
sung dapat dilihat melalui bentuk spot Dapat dilihat tayangan TV setiap hari yang
mata pelajaran di awal, di tengah, ataupun isinya penawaran barang dagangan dan
di akhir saja. Di samping itu, juga jangan film-film yang sama sekali tidak mendidik,
diharapkan langsung dapat berhasil dalam bahkan yang ada kaitannya dengan nilai-
satu mata pelajaran. Pendidikan karakter nilai budi pekerti dibuang. Di sinilah peran
yang hanya menekankan pada satu atau institusi pendidikan dan keluarga menjadi
dua mata pelajaran saja tidak akan dapat penyeimbang moral san anggota. Jangan
menjamin tercapainya karakter peserta sampai institusi pendidikan malah ikut-
didik yang diinginkan. Dengan demikian, ikutan sebagai tempat penyemai dan peng-
pendidikan karakter harus berjalan sesuai iklan gaya baru berpakaian. Sekolah bu-
dengan proses yang menyeluruh dan ber- kanlah catwalk di mana peragaan busana
kelanjutan. Selama kurikulum ini diterap- berlangsung.
kan, kandungan dan muatan pendidikan Lembaga pendidikan memiliki tugas
karakter akan juga tetap dilaksanakan. mempersiapkan terbentuknya individu-
SK Mendiknas No 045/U/Mendik- individu yang cerdas dan berakhlak mulia.
nas/2002 tentang pelaksanaan kurikulum Terbentuknya dua kriteria ini memungkin-
di PT merupakan satu contoh yang tepat kan terwujudnya kehidupan sosial yang
dalam usaha pengembangan karakter. Di ideal, yang diwarnai semangat mengem-
dalam SK itu, disyaratkan bahwa tujuan bangkan potensi diri dan memanfaatkan-
akhir pendidikan adalah membentuk lu- nya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan
lusan yang berkarakter dan berkepribadian batin serta keselamatan dunia akherat
kuat harus tertuang di dalam kurikulum (Zuchdi, 2008:141). Dengan kata lain, lem-
serta dilakukan secara simultan dalam as- baga pendidikan dalam konteks ini di-
pek kegiatan belajar mengajar. Tetapi, un- harapkan dapat menghasilkan terbentuk-
tuk membentuk karakter seseorang tidak nya manusia yang memiliki budi pekerti
cukup hanya mengandalkan dari hasil be- yang baik. Dalam hal ini, pendidikan budi
lajar di sekolah saja. Pihak sekolah perlu pekerti dapat dipandang sebagai proses
menjalin kerja sama antara sekolah, ke- pembentukan manusia yang bermuara

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 3, Oktober 2013


316

pada aspek kecerdasan dan sosialitas yang Pendidikan Nasional Jangka Panjang 2025,
bermuara pada aspek akhlak mulia. bahwa “Pembangunan pendidikan nasional ke
Selain itu, perlu pembelajaran tetap depan didasarkan pada paradigma membangun
bersandar pada empat pilar pendidikan manusia Indonesia seutuhnya yang berfungsi
yang digariskan oleh UNESCO secara ter- sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk
padu yaitu learning to know, learning to do, mengaktualisasikan potensi dan dimensi kema-
learning to be, and learning to live together. nusiaan secara optimal. Sesuai dengan ama-
Dengan mengetahui pendidikan budi pe- nat peraturan perundangan tersebut, ideal-
kerti secara eksplisit, guru dan pembelajar nya seluruh komponen tenaga pendidikan
lebih mudah dalam memahami materi pada semua jenjang dan jenis lembaga pen-
pendidikan budi pekerti (learning to know). didikan apapun hendaknya mengupaya-
Setelah terjadi internalisasi (pemahaman kan terciptanya pribadi-pribadi yang me-
diri terhadap budi pekerti), guru mencipta- miliki karakter adiluhung, berakhlak mulia,
kan kondisi yang menuntut para peserta dan berbudi pekerti terpuji.
didik untuk melakukan dan mempraktikan Oleh karena itu, diperlukan kesatu-
pendidikan budi pekerti (learning to do). paduan pandangan, persepsi dan komit-
Jadi, kondisi itu sengaja diciptakan oleh men semua pihak terkait dengan bidang
guru. Maka, guru perlu mengemas pen- pendidikan yang didukung oleh tekad
didikan karakter untuk mengembangkan yang kuat, kebijakan yang konsisten, pe-
budi pekerti dengan bentuk dan strategi laksanaan yang konsekuen didukung oleh
yang menarik peserta didik sesuai dengan sarana prasarana yang memadai. Salah
perkembangan jiwanya hingga mereka ti- satu hal yang sangat mendasar demi ter-
dak mudah tergoda budaya maya yang capainya tujuan dan cita-cita di atas adalah
tiada berguna. Dari sinilah awal jatidiri keteladanan pemimpin, guru, orang tua
(learning to be) mulai terbentuk, yaitu jati dan pembiasaan peserta didik berbudi pe-
diri dalam koridor budi pekerti. Biarkan kerti luhur sejak usia dini.
mereka dengan caranya sendiri menggali Sedyawati (1997) mengemukakan
pendidikan budi pekerti. bahwa banyak hasil penelitian yang me-
nunjukkan bahwa pelanggaran hukum
BERHADAPAN DENGAN REALITAS paling banyak dilakukan oleh remaja. Hal
Pendidikan karakter kini memang ini menunjukkan bahwa pelanggaran hu-
menjadi isu utama pendidikan. Sebagai ba- kum atau pun perilaku yang menyimpang
gian dari proses pembentukan akhlak anak dari tatanan sosial justru dilakukan oleh
bangsa, pendidikan karakter juga diharap- orang-orang yang sedang mencari ilmu di
kan mampu menjadi pondasi utama dalam sekolah, bukan orang-orang yang sudah
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. berumah tangga meskipun tidak sedikit
Oleh karena itu, menanamkan pendidikan yang berperilaku menyimpang. Dalam arti,
karakter dengan mengembangkan nilai- bahwa kondisi moralitas remaja sebagai
nilai budi pekerti pada peserta didik dirasa peserta didik yang lemah dan perlu men-
sangat penting selain mengajarkan aspek dapatkan bimbingan dan pembinaan yang
kognitif. Ditegaskan pula dalam Visi De- intensif dari orang dewasa di sekitarnya.
partemen Pendidikan Nasional yang ter- Kondisi remaja yang lemah merupakan
tuang dalam Rencana Strategis Depdiknas gambaran fondasi moral yang rapuh di
Tahun 2005-2009, Menuju Pembangunan masa masa kanak-kanak. Pembinaan budi

Penerapan Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah


317

pekerti yang kuat sejak dini akan mem- yang halus dan licik itu begitu banyak dan
bekali para remaja di kemudian hari. bersinggungan dengan kita. Lihatlah peri-
Tetapi, sekarang ini kita dihadapkan laku korupsi, menipu, gendam, percaloan,
pada realitas, yaitu minimnya keteladan- sogok-menyogok dan sebagainya merupa-
an dari para pemimpin, pejabat, wakil rak- kan perilaku yang tak tampak mata, tetapi
yat, hakim, guru, dan orang tua. Rasanya daya rusaknya lebih berkepanjangan di-
mencari keteladanan seseorang di zaman rasakan. Bahkan, akhir-akhir ini kita kerap
sekarang sangat sulit mengingat banyak- dipertontonkan dengan fenomena kekeras-
nya perilaku anomali (penyimpangan) an baik yang terjadi di dunia pendidikan,
yang merebak di tanah air. Taruhlah misal- pentas politik, dan kehidupan bermasyara-
nya praktik korupsi besar-besaran baik kat di sekitar kita. peserta didik menunjuk-
untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, kan borok dunia pendidikan kita yang
atau golongan di lingkungan birokrasi dan makin jauh dari budi pekerti. Pun, tak ter-
partai politik, merupakan pelanggaran hitung banyaknya kasus kekerasan yang
etika serta hilangnya karakter bangsa. Hal terjadi di sekitar kita, tak terkecuali di
ini bukti minimnya pendidikan budi pe- rumah.
kerti sejak di sekolah. Pendek kata, berbagai peristiwa se-
Negara kita yang disebut-sebut orang perti korupsi yang begitu meluas dan
memiliki nilai-nilai luhur, ternyata hu- menggila, budaya kurang santun dalam
bungan kekerabatan dan persaudaraan su- mengungkapkan perbedaan pendapat se-
dah mulai hancur. Setiap warga berlomba perti sering dilihat dalam sidang DPR, ta-
mengkhianati negerinya atau temannya; wuran dan kekerasan di lingkungan pen-
kepercayaan mutual lenyap karena sum- didikan menengah dan PT, konflik hori-
pah dan keimanan disalahgunakan; hukum zontal di masyarakat yang sering me-
atau institusi lumpuh tak mampu mere- makan banyak korban jiwa. Selain itu, tan-
dam perluasan korupsi; yang muda malas tangan globalisasi dalam berbagai aspek
yang tua gatal; kedua jenis dari segala kehidupan juga menuntut disikapi dengan
umur penuh budaya jorok. Ketamaan dan karakter yang lebih kuat. Itulah sebabnya
hasrat meraih kehormatan rendah meraja- peristiwa akhir-akhir ini dapat mengkha-
lela. Akhirnya, timbul kematian dan peng- watirkan kehidupan bangsa telah menjadi
asingan: kebaikan dimusuhi, kejahatan di- penyebab mendesakkan dihidupkan kem-
agung-agungkan. Akibatnya, kebajikan da- bali pembangunan karakter bangsa (Su-
sar kehidupan berbangsa seperti sipilitas, parno, 2012:1).
responsibilitas, keadilan, dan integritas Namun, nilai-nilai budi pekerti di
runtuh (Latif, 2007:38). atas mudah untuk diucapkan tapi sulit
Kemorosotan moral sekilas selalu di- diamalkan. Seorang pendidik untuk men-
kaitkan dengan perilaku fisik yang me- jelaskan nilai-nilai tersebut di atas tidak
nyimpang seperti tawuran, aksi porno, hu- memerlukan waktu yang relatif lama, satu
jatan, dan lain sebagainya. Identifikasi ini atau dua kali tatap muka dengan peserta
tidak tepat, sebab jika gejala kemorosotan didik dapat dengan mudah menjelaskan-
moral hanya dibatasi perilaku yang tam- nya. Tetapi, apabila nilai-nilai budi pekerti
pak pada mata maka gejala yang lebih ha- tersebut di atas ingin nampak dalam ke-
lus dan licik akan aman dari kecaman ma- pribadian sehari-hari memerlukan waktu
syarakat. Padahal, untuk sekarang gejala yang cukup lama. Untuk merealisasikan-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 3, Oktober 2013


318

nya memerlukan manajemen dalam arti syarakat bangsa tersebut. Sebelum negara
memanfaatkan dan memberdayakan segala kita mengalami kebangkrutan marilah kita
sumber daya manusia dan benda secara antisipasi dengan cara semua pihak: se-
efektif, efesien, kontinyu dan konsisten. kolah, masyarakat, dan aparat pemerintah
Implementasi manajemen sekolah berusaha menjadi teladan bagi generasi
berwawasan budi pekerti hendaknya di- penerus bangsa. Kita warisi mereka de-
laksanakan dengan pendekatan integral ngan nilai-nilai akhlak mulai dan budi
sistemik. Perangkat-perangkat yang ada pekerti luhur. Seluruh komponen bangsa
meliputi perangkat keras (hardware) seperti tidak boleh berpangku tangan dan apatis
sarana dan prasarana sekolah, perangkat menyaksikan fenomena nilai-nilai akhlak
lunak (software) seperti kurikulum, media mulia yang semakin sirna dalam kehidup-
pembelajaran, dan perangkat pikir (brain- an nyata.
ware) seperti kemampuan pengembangan Selain itu, untuk mencapai tujuan
pemikiran, tidak bisa berdiri sendiri, ter- mulia di atas jelas tidak mudah, apalagi
pisah satu dengan lainnya, tetapi semua- pada era di mana mayoritas masyarakat
nya harus saling terkait dan saling men- cenderung lebih mementingkan hal-hal
dukung. Bila ketiga perangkat tersebut ti- yang bersifat materialistik dan hedonistik.
dak disinergiskan dan bersifat parsial, Upaya untuk mencapai tujuan mulia di
maka penanaman nilai-nilai budi pekerti atas sungguh sangat berat dan sulit. Tetapi
dalam kepribadian sehari-hari pada pe- bagaimana pun pendidikan budi pekerti
serta didik sulit direalisasikan. harus dilkukan, dari pada terlambat, se-
Berhasil tidaknya membentuk kepri- mentara perilaku menyimpang semkin hari
badian peserta didik yang memiliki akhlak jumlahnya tidak semakin sedikit, tetapi
mulia dan berbudi pekerti luhur sangat jumlahnya semakin banyak.
tergantung pada niat, tekad dan kesung-
guhan serta keikhlasan dari semua pihak: PENUTUP
Kepala Sekolah, guru, dan stakehoder lain- Pengetrapan pendidikan budi pekerti
nya (orang tua, masyarakat dan pemerin- untuk mengembangkan karakter di seko-
tah). Perlu kiranya semua pihak mengakui lah yang dimaksud adalah proses pendi-
bahwa dewasa ini kepribadian peserta di- dikan dengan cara mengintegrasikan nilai-
dik sangat memprihatinkan, sulit kita me- nilai budi pekerti ke dalam kandungan ku-
nemukan para peserta didik dari mulai pe- rikulum. Setiap karakter yang akan dikem-
serta didik TK sampai mahapeserta didik bangkan harus terwujud di dalam kan-
di Perguruan Tinggi yang memiliki akhlak dungan setiap mata pelajaran. Wujudnya
mulia dan berbudi pekerti luhur, bahkan dapat melalui tugas-tugas dan pekerjaan
sebaliknya terlalu banyak kita saksikan ge- rumah, bahan kajian, simulasi, dan juga
nerasi muda kita yang mengalami deka- terwujud di dalam peraturan akademik
densi moral. yang lain di sekolah. Melalui cara ini, pe-
Kondisi ini perlu perhatian serius serta didik akan terlatih secara terpola,
dari semua pihak dan harus dicari solusi yang menjadikan peserta didik terbiasa
untuk mengatasinya. Harus kita yakini ber- untuk berbuat kebaikan terhadap sesama.
sama bahwa kehancuran kehidupan ma- Sebagai bagian dari proses pembentukan
syarakat suatu bangsa penyebab utamanya karakter anak bangsa, pendidikan budi
adalah kehancuran akhlak dan moral ma- pekerti juga diharapkan mampu menjadi

Penerapan Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah


319

pondasi utama dalam rangka mencerdas- memberikan masukan demi sempurnanya


kan kehidupan bangsa. tulisan ini.
Namun demikian, pendidikan budi
pekerti untuk membentuk karakter siswa DAFTAR PUSTAKA
di sekolah masih dalam persimpangan ja- Amoersetya, Rusdiyanto Alit. 2012. Pemi-
lan antara fenomena dan realitas di lapang- kiran Ki Hajar Dewantara tentang
an. Secara fenomenal, dalam pendidikan Pendidikan Nasional. http://www.ber-
budi pekerti itu sendiri masih banyak di- dikarionline.com/opini/20120609/.
jumpai kejanggalan mulai dari merencana-
kan hingga menerapkan dalam proses Dwiarsa, Priya. 2010. ”Implementasi Pen-
pembelajaran di sekolah. Sejak Indonesia didikan Karakter Melalui Kearifan
merdeka para pendiri bangsa telah memi- Lokal di Perguruan Tamansiswa”.
kirkan pendidikan budi pekerti, tetapi Makalah Dipresentasikan dalam Se-
1970-an pendidikan budi pekerti dihilang- minar Nasional Implementasi Pendidik-
kan, dampaknya banyak perilaku menyim- an Karakter dalam Praksis Pendidikan
pang. Masyarakat kembali bereaksi dan dan Pembelajaran, 20 November. Yog-
melakukan tuntutan untuk mengembali- yakarta: PHK-I UNY.
kan pendidikan budi pekerti yang dica-
nangkan kembali tahun 1994 yang hingga Koesoema, Doni. 2007. “Tiga Matra Pen-
sekarang pengetrapannya di lapangan be- didikan Karakter”. Basis, No. 07 - 08.,
lum tertata degan baik. hlm. 22.
Realitasnya, kita dihadapkan pada
minimnya keteladanan dari para pemim- Latif, Yudi. 2007. “Hancur Karakter Hancur
pin, pejabat, wakil rakyat, hakim, dan Bangsa Urgensi Pendidikan Karak-
orang tua. Bahkan, dari pihak guru itu sen- ter”. Basis, No. 07 - 08., hal. 38.
diri juga terjadi krisis keteladanan, yang
berarti sulit ditiru oleh para siswa. Misal- Lickona, Thomas. 1991. Educating for Cha-
racter: How Our School can Teach Res-
nya, praktik korupsi besar-besaran baik
pect and Responsibility. New York:
untuk memperkaya diri sendiri, orang lain,
Bantam Books.
atau golongan di lingkungan birokrasi dan
partai politik, merupakan pelanggaran eti-
Lickona, Thomas. dkk. 2002. Eleven Prin-
ka serta hilangnya karakter bangsa. Rea-
ciples of Effective Character Education.
litas ini menjadi bukti minimnya pendidik-
Washington DC: Character Education
an budi pekerti sejak di sekolah.
Partnership.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ryan, K. 1996. ”Charakter Education in the
Pada kesempatan ini, diucapkan ba-
United States”. Journal for A Just And
nyak terima kasih kepada Ki Hajar Dewan-
Caring Education, No. 2., hlm. 75-84.
tara (almarhum), Bapak Pendidikan Nasio-
nal Indonesia yang gagasannya banyak
Sedyawati, Edy dkk. 1997. Pedoman Pena-
penulis pelajari dan memberikan inspirasi
naman Budi Pekerti Luhur. Jakarta:
untuk tulisan ini. Di samping itu, penulis
Balai Pustaka.
ucapkan banyak terima kasih kepada Edi-
tor Jurnal Pendidikan Karakter yang banyak

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 3, Oktober 2013


320

Suparno, Paul dkk. 2002. Pendidikan Budi Zuchdi, Darmiyati. 2008. Humanisasi Pen-
Pekerti di Sekolah Suatu Tinjauan didikan: Menemukan Kembali Pendidik-
Umum. Yogyakarta: Kanisius. an Yang Manusiawi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suparno, Paul dkk. 2012. ”Peran Pendidik-
an dan Penelitian terhadap Pemba-
ngunan Karakter Bangsa”. Makalah
Seminar Nasional dalam rangka Dies
Natalis ke-48 Universitas Negeri Yog-
yakarta.

Penerapan Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah

Anda mungkin juga menyukai