Tema
”Penurunan stunting melalui revitalisasi ketahanan pangan dan gizi
dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan”
Kondisi stunting merupakan akibat dari berbagai faktor multidimensi terkait derajat
kesehatan anak terutama pada saat 1000 hari pertama kehidupannya (HPK).
Data dan informasi yang berkualitas sangat diperlukan sebagai pijakan dalam tahap
perencanaan, monitoring, dan evaluasi program intervensi pengentasan stunting.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Maret 2017
Susenas merupakan survei rutin tahunan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Ukuran contoh Susenas sebesar 300.000 rumah tangga tersebar di seluruh
kabupaten/kota.
Skema sampling yang digunakan Susenas adalah two stage one phase stratified
sampling.
Menghasilkan data representatif estimasi tingkat kabupaten/kota.
Menggunakan kuesioner konsumsi pengeluaran dan kuesioner kor
Merupakan salah satu survei penyuplai data untuk kebutuhan SDGs dan RPJMN.
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Modul Kesehatan dan Perumahan 2016
Susenas Modul Kesehatan dan Perumahan merupakan survei rutin tiga tahunan
yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Ukuran contoh Susenas sebesar 75.000 rumah tangga tersebar di seluruh provinsi.
Skema sampling yang digunakan Susenas adalah two stage one phase stratified
sampling.
Menghasilkan data representatif estimasi tingkat provinsi.
Menggunakan kuesioner konsumsi pengeluaran dan kuesioner modul kesehatan dan
perumahan.
Topik Tulisan
Eksplorasi Susenas untuk Intervensi Stunting
Prosedur untuk menghasilkan konsumsi kalori perkapita dari Susenas Konsumsi dan
Pengeluaran yaitu:
1. Menghitung jumlah konsumsi menurut komoditi selama seminggu terakhir dari setiap
rumah tangga.
2. Menghitung jumlah konsumsi gizi menurut komoditi untuk setiap rumah tangga
Peta Tematik. Prevalensi Ketidakcukupan Konsumsi Pangan Menurut Provinsi di Indonesia, 2017.
Keterangan:
Food Insecurity Experienced Scale (FIES) atau Skala Pengalaman Kerawanan Pangan adalah
metode untuk mengukur akses pangan pada tingkat individu atau rumah tangga.
FIES berdasarkan pengalaman dari seberapa parah kondisi kerawanan pangan rumah tangga
atau individu yaitu kendala pada kemampuan untuk mengakses makanan.
FIES Ini mampu menghasilkan matrik keparahan kerawanan pangan berbasis pengalaman yang
mengandalkan tanggapan langsung orang-orang terhadap serangkaian pertanyaan terkait
akses mereka ke makanan yang memadai.
FIES diharapkan dapat memberikan kontribusi penting untuk setiap indikator keamanan
pangan dan gizi.
Topik 2.
Skala Pengalaman Kerawanan Pangan/
Food Insecurity Experienced Scale (FIES)
Indonesia, 2017.
Pada Susenas Maret 2017 pertanyaan mengenai Skala Pengalaman Kerawanan Pangan (FIES-
Food Insecurity Experienced Scale) sudah dimasukkan dengan mengadopsi 8 (delapan)
pertanyaan mengenai FIES dari FAO.
Delapan pertanyaan tersebut terbagi menjadi 3 bagian, untuk pengukuran jenis kerawanan
pangan:
1. Bagian pertama adalah 3 pertanyaan pertama, mengarah pada pengukuran
kerawanan pangan ringan (light),
2. Bagian kedua adalah 3 pertanyaan kedua, mengarah pada pengukuran
kerawanan pangan sedang (moderate), dan
3. Bagian ketiga adalah 2 pertanyaan terakhir, mengarah pada pengukruan
kerawanan pangan berat (severe)
Topik 2.
Skala Pengalaman Kerawanan Pangan/
Food Insecurity Experienced Scale (FIES)
Indonesia, 2017.
1. Selama setahun terakhir, apakah anda/art lainnya khawatir tidak akan memiliki cukup
makanan untuk disantap karena kurangnya uang atau sumber daya lainnya?
2. Selama setahun terakhir, apakah ada saat di mana anda/art lainnya tidak dapat
menyantap makanan sehat dan bergizi karena kurangnya uang atau sumber daya
lainnya?
3. Selama setahun terakhir, apakah anda/art lainnya hanya menyantap sedikit jenis
makanan karena tidak memiliki uang atau sumber daya lainnya?
1. Selama setahun terakhir, apakah anda/art lainnya khawatir tidak akan memiliki cukup
makanan untuk disantap karena kurangnya uang atau sumber daya lainnya?
2. Selama setahun terakhir, apakah ada saat di mana anda/art lainnya tidak dapat
menyantap makanan sehat dan bergizi karena kurangnya uang atau sumber daya
lainnya?
3. Selama setahun terakhir, apakah anda/art lainnya hanya menyantap sedikit jenis
makanan karena tidak memiliki uang atau sumber daya lainnya?
1. Selama setahun terakhir, apakah anda/art lainnya khawatir tidak akan memiliki cukup
makanan untuk disantap karena kurangnya uang atau sumber daya lainnya?
2. Selama setahun terakhir, apakah ada saat di mana anda/art lainnya tidak dapat
menyantap makanan sehat dan bergizi karena kurangnya uang atau sumber daya
lainnya?
Topik 2.
Skala Pengalaman Kerawanan Pangan/
Food Insecurity Experienced Scale (FIES)
Indonesia, 2017.
Secara nasional, selama setahun terakhir sebanyak 9,77 persen rumah tangga di
Indonesia pernah mengalami rawan pangan.
Rumah tangga yang mengalami rawan pangan antar provinsi sangat variatif. Provinsi
yang rumah tangganya paling tinggi mengalami rawan pangan adalah Nusa Tenggara
Timur (31,79 persen) sedangkan yang paling rendah adalah Bangka Belitung (3,77
persen).
Topik 3.
Peta Kesehatan Balita di Indonesia, 2017.
(Sumber Data: VSEN17.K)
Ardian Candra M , Hertanto W. Subagio, Ani Margawati. 2016. Determinan Kejadian Stunting Pada Bayi Usia
6 Bulan di Kota Semarang. https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgi/article/viewFile/16302/11942
M Rizal Permadi, Diffah Hanim, Kusnandar, dan Dono Indarto. 2016. Risiko Inisiasi Menyusu Dini Dan
Praktek Asi Eksklusif Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak 6-24.
https://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/pgm/article/view/5965/804580458063
Indah Yuliana. 2015. Faktor-faktor Penentu Disparitas Prevalensi Stunting Pada Balita Di Berbagai
Kabupaten/Kota di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Aditianti. 2010. Faktor Determinan “Stunting” Pada Anak Usia 24 – 59 Bulan di Indonesia. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Gambar. Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Terakhir BBLR, di Indonesia Tahun 2015-2017.
20
15 14.57
10 13.03 14.35
5
0
2015 2016 2017
Gambar. Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun yang Melahirkan Anak Terakhir BBLR Menurut Provinsi, di Indonesia Tahun 2017.
Keterangan:
Peta Tematik. Persentase Wanita Usia 15-49 Tahun yang Melaksanakan IMD Saat Melahirkan Anak Terakhir
Menurut Kabupaten, di Indonesia Tahun 2017.
Keterangan:
Persentase
ASI Eksklusif,
Peta Tematik. 2015 - 2017
Persentase Anak Usia < 6 Bulan yang Diberikan ASI Eksklusif
Menurut Provinsi, di Indonesia Tahun 2017. 55,96
50,04
45,09 2017
2016
2015
Keterangan:
Persentase Anak Usia 6 -23 Bulan yang Masih Diberikan ASI Menurut Kabupaten/Kota, di Indonesia Tahun 2017.
Keterangan:
Gambar. Persentase Anak Usia 12 -23 Bulan yang Imunisasi Lengkap* Menurut Provinsi, di Indonesia Tahun 2017.
Keterangan:
1. Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). 100 Kabupaten/Kota Prioritas untuk
Intervensi Anak Kerdil (Stunting) - Ringkasan. 2017. Jakarta:TNP2K
2. Harriet Torlesse, Aidan Anthony Cronin, Susy Katikana Sebayang, Robin Nandy. Determinants of
stunting in Indonesian children: evidence from a cross-sectional survey indicate a prominent role
for the water, sanitation and hygiene sector in stunting reduction. BMC Public Health. 2016; 16:
669. Published online 2016 Jul 29. doi: 10.1186/s12889-016-3339-8,
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4966764.
3. UNICEF South Asia. 2015. Stop Stunting in South Asia A Common Narrative on Maternal and
Child Nutrition UNICEF South Asia Strategy 2014-2017. Nepal: UNICEF South Asia.
4. Lulu'ul Badriyah, Ahmad Syafiq. The Association Between Sanitation, Hygiene, and Stunting in Children
Under Two-Years (An Analysis of Indonesia’s Basic Health Research, 2013). Makara J. Health Res., 2017,
21(2): 35-41 doi: 10.7454/msk.v21i2.6002 .
http://journal.ui.ac.id/index.php/health/article/view/6002/3928
5. Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Makalah
disajikan pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta 17-19 Mei 2004.
Topik 4.
Air minum yang layak adalah air minum yang terlindung meliputi air ledeng (keran), keran
umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur
terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan
kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air isi
ulang, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur tidak terlindung, mata
air tidak terlindung, dan air permukaan (seperti sungai/danau/waduk/kolam/irigasi).
Air minum aman dan berkelanjutan adalah air minum (termasuk air untuk memasak, mandi,
cuci, dll) yang berasal dari sumber air minum layak (sesuai definisi diatas) yang memenuhi
aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas, dan keterjangkauan), yaitu:
(i) lokasi sumber air minum berada di dalam atau di halaman rumah;
(ii) jarak ke sumber air minum kurang dari 1 km atau memerlukan waktu kurang dari 30
menit (pulang pergi termasuk antri) untuk mendapatkan air;
(iii) memenuhi kondisi fisik air minum (tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak
berbusa, dan tidak berbau); dan
(iv) memenuhi kondisi biologi dan kimiawi air minum.
Topik 4.
Keterangan:
Gambar. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Sanitasi Layak Menurut Provinsi, di Indonesia Tahun 2017.
Keterangan:
Peta. Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Akses Cuci Tangan Pake Sabun Menurut Provinsi, di Indonesia Tahun 2017.
Keterangan:
Peta. Persentase Rumah Tangga yang Tinggal di Rumah Tidak Layak Huni Menurut Provinsi, di Indonesia Tahun 2017.
Keterangan:
Penelitan yang Menunjukkan adanya Pengaruh Kebutuhan Keluarga Berencana terkait Stunting
1. Carrie Shapiro-Mendoza, Beatrice J Selwyn, David P Smith, Maureen Sanderson. Parental pregnancy
intention and early childhood stunting: findings from Bolivia. International Journal of Epidemiology,
Volume 34, Issue 2, 1 April 2005, Pages 387–396, https://doi.org/10.1093/ije/dyh354.
2. Rosha, B., Kumala Putri, D., dan Surya Putri, I. Determinan Status Gizi Pendek Anak Balita Dengan
Riwayat Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2007-2010). Jurnal
Ekologi Kesehatan, Volume 12, 3 Sep 2015, Hal:195 - 205. doi:10.22435/jek.v12i3 Sep.3866.195 – 205
3. Aditianti. 2010. Faktor Determinan “Stunting” Pada Anak Usia 24 – 59 Bulan di Indonesia.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Topik 5.
Hasil olah data membuktikan bahwa variabel status bekerja dan kepemilikan JKN tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi.
Hasil ini perlu tindak lanjut, mengingat pemenuhan jaminan pelayanan kontrasepsi
dengan berlakunya program JKN telah ditanggung pemerintah
Saat ini wanita yang tidak bekerja pun memiliki keinginan yang sama untuk melakukan
penjarangan ataupun pembatasan jumlah kelahiran.
Peningkatan peluang memiliki kebutuhan KB yang tidak terpenuhi terjadi apabila wanita
usia 15-49 tahun berstatus kawin:
Tinggal di daerah perkotaan,
Memiliki ijazah lebih tinggi dari SMA,
Berada pada kelompok umur lebih tua,
Memiliki jumlah anak lahir hidup lebih banyak, dan
Berada pada kuintil pengeluaran per kapita terendah
̂
Topik 5.
Keterangan:
Persentase Wanita usia 15-49 tahun Persentase Wanita usia 15-49 tahun yang
yang Periksa ke Faskes Saat Mengandung, Periksa ke Faskes Saat Mengandung,
Menurut Jenis Fasilitas Kesehatan, 2016
2016
Topik 6.
Persentase Wanita usia 15-49 tahun yang Periksa ke Nakes Saat Mengandung dan
Mendapatkan Pemeriksaan Lengkap, 2016
Topik 6.
Persentase Wanita usia 15-49 tahun yang Periksa ke Nakes Saat Mengandung
dengan Frekuensi Minimal 4 Kali (K4)
(Minimal 1 kali pada Tw 1; Minimal 1 kali pada Tw 2; dan Minimal 2 kali pada Tw 3)
Topik 6.
11.79
16.19
51.65
20.37