Referat Dislokasi
Referat Dislokasi
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. ANATOMI SENDI
Tempat pertemuan dua tulang atau lebih, baik terjadi pergerakan atau tidak
terjadi pergerakan disebut sendi (junctura). Sendi dikelompokkan menurut
jaringan yang terdapat di antara tulang-tulang: junctura fibrosa, junctura
cartilaginea, dan junctura synovialis.
1. Junctura fibrosa
Permukaan tulang yang bersendi dihubungkan oleh jaringan fibrosa
sehingga kemungkinan geraknya sangat sedikit. Derajat pergerakan
tergantung pada panjang serabut kolagen yang menghubungkan tulang.
Sutura tengkorak dan articulation tibiofibularis inferior merupakan contoh
junctura fibrosa.
2. Junctura cartilaginea
Junctura cartilaginea dapat dibagi menjadi dua tipe:
Junctura cartilaginea primer adalah junctura cartilaginea yang tulang-
tulangnya disatukan oleh selempeng atau sebatang cartilage hialin.
Persatuan antara epifisis dan diafisis pada sebuah tulang yang sedang
tumbuh dan hubungan antara iga pertama dan manubrium sterni
merupakan contoh sendi ini. Tidak ada pergerakan yang dapat
dilakukan.
2
Junctura cartilaginea sekunder adalah sendi kartilaginosa yang tulang-
tulangnya dihubungkan oleh selempeng cartilage fibrosa dan facies
articularis-facies articularisnya diliputi oleh selapis tipis cartilage hialin.
Contohnya adalah sendi di antara corpus vertebrae dan simfisis pubis.
Mungkin dapat dilakukan sedikit pergerakan.
3. Junctura synovialis
Facies articularis dan tulang-tulang diliputi oleh selapis tipis cartilage
hialin dan ujungnya dipisahkan oleh rongga sendi. Susunan ini
memungkinkan pergerakan yang luas. Rongga sendi dibatasi oleh
membrane synovialis, yang terbentang dari pinggir facies articularis yang
satu ke facies articularis yang lain. Membran sinovialis dilindungi
permukaan luarnya oleh membrana fibrosa yang kuat disebut capsula
articularis. Facies articularis mendapatkan pelumas dari cairan kental yang
disebut sinovia (cairan sinovial), yang dihasilkan oleh membrane
sinovialis. Pada junctura synovialis tertentu, seperti articulatio genus, di
antara facies articularisnya terdapat discus atau potongan fibrocartilago,
disebut discus articularis.
Bantalan lemak ditemukan pada beberapa sendi sinovial dan terletak di
antara membrana synovialis dan capsula fibrosa atau tulang. Contohnya
dapat ditemukan pada articulation coxae dan articulatio genus.
Luas pergerakan junctura synovialis ditentukan oleh bentuk tulang yang
membentuk sendi, struktur anatomi yang mengikuti pergerakannya
(misalnya, paha berhadapan dengan dinding anterior abdomen pada fleksi
sendi panggul), dan adanya ligamentum fibrosa yang menghubungkan
tulang-tulang. Kebanyakan ligamentum terletak di luar capsula articularis,
tetapi pada articulatio genus beberapa ligamentum penting seperti
ligamentum cruciatum, terletak di dalam capsula.
3
Gambar 1. Pengelompokkan sendi menurut jaringan di antara tulang
4
mungkin dilakukan gerakan rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini
adalah articulatio atlantoaxialis dan articulatio radioulnaris superior.
Articulatio condyloidea: Sendi ini mempunyai dua permukaan konveks
yang bersendi dengan dua permukaan konkaf. Gerakan yang mungkin
dilakukan adalah fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi, serta sedikit
rotasi. Contoh yang baik dari sendi ini adalah articulationes
metacarpophalangeae atau articulationes interphalangeae manus.
Articulatio ellipsoidea: Pada sendi ini, facies articularis berbentuk
konveks elips yang sesuai dengan facies articularis konkaf elips.
Gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi dapat dilakukan, kecuali
rotasi. Contohnya ialah articulation radiocarpalis.
Articulatio sellaris (sendi pelana): Pada sendi ini, faciess articularis
berbentuk konkafokonveks yang saling berlawanan dan mirip dengan
pelana kuda pada punggung kuda. Sendi ini dapat melakukan fleksi,
ekstensi, abduksi, adduksi dan rotasi. Contoh tipe sendi pelana yang
paling baik yaitu articulatio carpometacarpalis pollicis,
Articulatio spheroidea (sendi peluru): Pada sendi ini, kepala sendi yang
berbentuk bola pada satu tulang cocok dengan lekuk sendi yang
berbentuk socket pada tulang yang lain. Susunan ini memungkinkan
pergerakan yang luas, termasuk fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi,
rotasi medial, rotasi lateral, dan sirkumduksi. Contoh yang baik untuk
sendi ini adalah articulatio humeri dan articulatio coxae.
5
Gambar 2. Jenis-jenis sendi sinovial
6
Stabilitas Sendi
Stabilitas sebuah sendi tergantung pada tiga factor utama: (a) bentuk, ukuran, dan
susunan facies articularis; (b) ligamentum; (c) tonus otot di sekitar sendi.
Permukaan Sendi
Ligamentum
Tonus Otot
Pada kebanyakan sendi, tonus otot merupakan factor utama yang mengatur
stabilitas sendi, misalnya tonus otot-otot pendek di sekitar articulation humeri
mempertahankan caput humeri yang berbentuk setengah bulat pada cavitas
7
glenoidalis scapulae. Tanpa kerja otot-otot ini, hanya dibutuhkan sedikit tenaga
untuk menyebabkan terjadinya dislokasio sendi. Articulatio genus merupakan
sendi yang sangat tidak stabil tanpa aktivitas tonus musculus quadriceps femoris.
Sendi antara tulang-tulang kecil yang membentuk lengkung kaki sebagian besar
disokong oleh tonus otot-otot tungkai bawah, yang tendonya berinsersio pada
tulang-tulang kaki.
C. EPIDEMIOLOGI
8
2. Non traumatik akibat kelainan kongenital yaitu keadaan ligamen
pada seseorang yang jauh lebih kendur sehingga terjadi penurunan
stabilitas dari daerah persendian ataupun adanya penyakit tertentu
yang mengakibatkan perubahan struktur dari daerah persendian.
3. Patologis
Akibat destruksi tulang, misalnya tuberculosis tulang belakang.
Dimana patologis: terjadinya tear ligament dan kapsul articular
yang merupakan komponen vital penghubung tulang.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian
2. Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau diberikan
beban
3. Pergerakan dari sendi yang menjadi sangat terbatas
9
4. Terdapat bengkak dan kebiruan atau memar pada daerah persendian.
5. Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan warna
maupun bentuk (adanya deformitas yaitu hilangnya tonjolan tulang
yang normal)
F. PATOFISIOLOGI
Cedera akibat olahraga dapat disebabkan karena beberapa hal seperti tidak
melakukan pemanasan yang benar sebelum melakukan olahraga sehingga dapat
memicu terjadinya dislokasi, yaitu cedera olahraga yang dapat menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga struktur sendi
dan ligamen menjadi rusak. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan
tulang yang terdorong ke depan sehingga merobek kapsul atau menyebabkan tepi
glenoid menjadi teravulsi akibatnya tulang berpindah dari posisi yang normal.
Keadaan tersebut disebut sebagai dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang hati-hati dalam
melakukan suatu tindakan atau saat sedang berkendara dimana tidak
menggunakan helm atau sabuk pengaman dapat memungkinkan terjadinya
dislokasi. Trauma kecelakaan mengkompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi
sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen. Keadaan selanjutnya yaitu
terjadinya penekanan pada jaringan tulang yang terdorong ke depan sehingga
merobek kapsul sehingga tulang dapat berpindah dari posisi normal dan
menyebabkan dislokasi.
G. KLASIFIKASI DISLOKASI
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya adalah:
1. Dislokasi kongenital
Hal ini terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan seseorang,
paling sering terlihat pada daerah panggul (hip).
10
2. Dislokasi spontan atau patologik
Hal ini dapat terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini
disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatik
Dislokasi traumatik adalah suatu kedaruratan ortopedi, yang
memerlukan pertolongan segera. Hal ini membuat sistem
vaskularisasi terganggu, susunan saraf rusak dan serta kematian
dari jaringan. Trauma yang kuat membuat tulang keluar dari posisi
anatomisnya dan mengganggu jaringan lain seperti merusak
struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem vaskular. Seringkali
terjadi pada orang dewasa. Bila tidak ditangani dengan segera
dapat terjadi nekrosis avaskuler (kematian jaringan akibat anoksia
dan hilangnya pasokan darah) dan paralisis saraf.
11
Dislokasi berdasarkan daerah anatomis
12
Gambar 3. Anatomi Sendi Bahu
Dislokasi biasanya disebabkan karena terjatuh yang bertumpu pada
tangan dan bahu, humerus. Pada dislokasi berulang, labrum dan kapsul
sering terlepas dari lingkar anterior glenoid.
13
Dislokasi Anterior
Manifestasi
Penderita biasanya menyangga lengan yang cedera pada bagian
siku dengan menggunakan tangan sebelahnya. Lengan dalam posisi
abduksi ringan selain itu kontur terlihat ‘squared off’ dan penderita
mengeluh sangat nyeri.
1. Teknik Cooper-Milch
a. Dibawah conscious sedation, tempatkan penderita pada posisi
supine dengan siku fleksi 90.
b. Luruskan siku dan dengan sangat perlahan pindahkan lengan
pada posisi abduksi penuh yang ditahan pada traksi lurus dimana
seorang asisten mengaplikasikan tekanan yang lembut pada sisi
medial dan inferior dari humeral head.
c. Adduksi lengan secara bertahap.
d. Pasang collar dan cuff, kemudian lakukan X-ray post reduksi.
14
Gambar 5. Teknik Cooper-Milch
2. Teknik Stimson’s
Metode yang memanfaatkan gaya gravitasi, yang sering dilakukan
pada ED yang sangat sibuk.
a. Berikan analgesic IV dimana penderita berbaring pada posisi
pronasi dengan lengan tergantug di sebelah trolley dengan beban
seberat 2,5-5 g tertarik pada lengan tersebut.
b. Perlahan setelah 5-30 menit, lakukan rotasi relokasi bahu.
c. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.
3. Teknik Hipocrates
a. Reposisi dilakukan dengan menggunakan general anestesi.
15
b. Lengan pasien ditarik kea rah distal punggung dengan sedikit
abduksi, sementara kaki penolog berada diketiak pasien untuk
mengungkit kaput humerus ke arah lateral dan posterior.
c. Setelah reposisi, bahu dipertahankan dalam posisi endorotasi
dengan penyangga ke dada selama paling sedikit 3 minggu.
d. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.
4. Teknik Kocher
Penderita ditidurkan di atas meja. Penolong melakukan gerakan yang
dapat dibagi menjadi 4 tahap :
a. Tahap 1 : dalam posisi siku fleksi, penolong menarik lengan atas
ke arah distal.
b. Tahap 2 : dilakukan gerakan eksorotasi dari sendi bahu.
c. Tahap 3 : melakukan gerakan adduksi dan fleksi pada sendi bahu.
d. Tahap 4 : melakukan gerakan endorotasi sendi bahu.
Setelah tereposisi, sendi bahu difiksasi dengan dada dengan
menggunakan verban dan lengan bawah digantung dengan sling
(mitella) selama 3 minggu.
16
5. Teknik Countertraction
Bermanfaat sebagai sebuah maneuver back-up ketika cara-cara diatas
gagal.
a. Dibawah conscious sedation, tempatkan pasien berbaring supine
dan tempatkan rolled sheet di bawah aksila dari bahu yang
terkena.
b. Abduksi lengan sampai 45 dan aplikasikan sustained in line
traction sementara. Asisten memasang traksi pada arah yang
berlawanan menggunakan rolled sheet.
c. Setelah relokasi, pasang collar dan cuff, periksa X-ray post
reduksi.
d. Penempatan : klinik ortopedik setelah 3 hari.
6. Teknik Spaso
Walaupun teknik ini tidak dikenal secara luas, tetapi dianggap bahwa
metode ini merupakan metode yang paling mudah dilakukan dengan
angka keberhasilan yang tinggi.
a. Dibawah conscious sedation, letakkkan lengan yang sakit di
dinding dada.
b. Fleksikan lengan pada bahu, dan lakukan rotasi eksternal secara
simultan. Pada kebanyakan kasus, sebelum bahu mencapai fleksi
ke depan 90, akan terdengar bunyi ‘clunk’, dan head humerus
telah kembali pada posisinya.
c. Adduksi lengan
d. Pasang collar dan cuff, periksa X-ray post reduksi.
Dislokasi Posterior
Biasanya trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi
interna, serta terjulur atau karena hantaman pada bagian depan
bahu, selain itu dapat juga terkait dengan adanya kontraksi otot saat
kejang atau cedera akibat tersetrum listrik.
17
Manifestasi
Lengan dalam posisi rotasi internal dan adduksi. Penderita
merasakan nyeri dan dapat terjadi penurunan pergerakan dari sendi
bahu.
Dislokasi Inferior
Pada luksasio erecta, posisi lengan atas dalam posisi abduksi,
kepala humerus terletak di bawah glenoid, terjepit pada kapsul
yang robek. Karena kerobekan kapsul sendi lebih kecil disbanding
kepala humerus, maka sangat susah kepala humerus ditarik keluar,
hal ini disebut ‘efek lubang kancing (Button hole effect)’.
Pengobatan dapat dilakukan dengan melakukan reposisi tertutup
seperti dislokasi anterior, jika gagal dilakukan reposisi terbuka
dengan operasi.
Manifestasi Klinis
Abduksi lengan atas dengan posisi ‘hand over head’. Selain itu,
hilangnya kontur bulat dari bahu.
18
Pasien menyangga lengan bawahnya dengan siku yang sedikit
berfleksi. Kalau pembengkakan tidak hebat, deformitas jelas terlihat.
Terdapat nyeri spontan, nyeri sumbu dan gerak abnormal sangat
terbatas pada posisi kurang lebih 30. Pada pemeriksaan dorsal siku,
didapat perubahan pada segitiga sama kaki yang dibentuk oleh
olecranon, epikondilus lateral, dan epikondilus medial. Segitiga yang
noral sama kaki berubah menjadi segitiga yang tidak sama kaki.
Olecranon dapat teraba di bagian belakang.
Anatomi
Elbow atau siku dibentuk oleh tiga tulang yaitu distal humeri,
proksimal ulnar dan proksimal radius.
Os Humerus
Os humerus merupakan tulang terpanjang pada anggota gerak
atas. Ujung atas os humerus terdiri dari sebuah caput humeri
yang membuat persendian dengan rongga glenoidalis scapula dan
merupakan bagian dari persendian bahu. Di bagian bawah kaput
terdapat bagian yang ramping di sebut collum anatomicum dan di
sebelah luar terdapat tuberositas mayor serta bagian dalam
terdapat tuberositas minor. Di antara kedua tuberositas terdapat
celah, yaitu sulcus intertubercularis.
Pada batang os humerus terdapat tuberositas deltoid, yaitu tempat
melekatnya insersio otot deltoideus. Di sebelah dorsal dari
tuberositas deltoid terdapat sulcus yang membelit disebut sulcus
nerve radialis.
Pada ujung bawah os humerus terdapat permukaan sendi yang
berhubungan dengan tulang lengan bawah. Trochlear yang
terletak di sebelah sisi dalam tempat persendian os ulna dan sisi
luar terdapat caspitulum yang bersendian dengan os radius. Pada
kedua sisi persendian ujung bawah os humerus terdaapat dua
epicondylus, yaitu epindocylus lateral dan medial
19
Os Radius
Tulang radius terletak di sisi lateral pada lengan bawah dan
merupakan tulang yang lebih pendek dibandingkan dengan os
ulna. Os radius mempunyai batang dan dua ujung atas, yaitu
kaput yang berbentuk kancing. Di bagian bawah terdapat
tuberositas radii.
Os Ulna
Tulang ulna terletak di sisi medial pada lengan bawah yang
terdiri atas sebuah batang dan dua ujung. Ujung os ulna masuk
dalam persendian siku yang disebut prosessus olecranon.
Prosessus ini menonjol ke atas di sebelah posterior dan masuk ke
dalam fossa olecrani os humerus. Prosessus koronoideus os ulna
menonjol di depannya dan tempat masuk di dalam fossa coronoid
os humerus, bila siku dibengkokkan.
Batang os ulna semakin ke bawah semakin mengecil dan
memberi kaitan pada otot yang mengendalikan gerak sendi
pergelangan tangan dan jari-jari. Ujung bawah os ulna terdiri dari
caput ulna yang bersendian dengan os radius dan prosessus
styloideus yang menonjol ke bawah.
20
Ligamen anular radii yaitu ligamen yang bersama dengan ligamen
collateral radial menahan capitulum humeri pada tempatnya.
21
Elbow joint terdiri atas 3 sendi, yaitu : humeroulnar joint,
humeroradial joint, dan proximal radioulnar joint. Ketiga sendi
tersebut dibungkus oleh kapsul sendi yang sama. Tulang yang
membentuk elbow dan forearm adalah os humerus bagian distal, os
radius dan os ulna. Elbow joint diperkuat oleh ligamen collateral
radial/lateral dan ligamen collateral ulnar/medial serta ligamen
annulare.
Artikulasio Humeroradialis
Persendian ini dibentuk oleh capitulum humeri dan fovea
capitulum radii. Gerakan yang terjadi adalah fleksi dan ekstesi
sendi siku, terjadi pada bidang gerak sagittal dengan axisnya
frontal, serta mempunyai lingkup gerak sendi 0-145.
Artikulasio Humeroulnaris
Humeroulnar joint merupakan sendi berbentuk hinge (engsel)
dengan trochlea humeri yang ovular bersendi dengan fossa
trochlearis ulna. Permukaan trochlea humeri menghadap ke arah
anterior dan bawah membentuk sudut dari shaft humeri. Fossa
trochlearis ulna menghadap ke atas dan anterior membentuk sudut
45 dari ulna. Pada umumnya, bagian posterior sulcus trochlearis
tampak berjalan vertikal tetapi pada bagian posterior tampak
berjalan oblique sehingga pada saat ekstensi penuh akan terbentuk
kea rah distal lateral carrying angle pada lengan (Normal = 15).
Gerak utama pada sendi ini adalah fleksi-ekstensi (fossa yang
konkaf slide dalam arah yang sama dengan gerak ulna). Sendi ini
paling stabil pada close pack position ekstensi elbow. Untuk
mencapai ROM penuh, maka gerak fleksi selalu disertai varus
angulasi (lateral slide) dan gerak ekstensi selalu disertai valgus
angulasi (medial slide).
Gerak arthrokinematika pada humeroulnar joint adalah gerak slide
mengikuti gerak angular tulang. Gerakan yang terjadi adalah fleksi
22
dan ekstensi sendi siku. Terjadi pada bidang gerak sagittal dengan
aksisnya frontal, serta mempunyai lingkup gerak sendi 0-145.
Artikulasio Radioulnaris
Persendian ini dibentuk oleh kepala dari radius dengan ulna. Sendi
ini bergerak secara simultan dengan proksimal radioulnar joint.
Saat gerak pronasi-supinasi, fossa ulnaris radii yang konkaf
bergerak slide dalam arah yang sama dengan gerak tulang.
23
Gambar 9. Anatomi Pergelangan Tangan
24
ini terjadi sebagai akibat dari patah tulang skafoid atau dislokasi dari
sendi scapholunate, dan jika tekanannya lebih parah, dislokasi tulang
perilunate dapat terjadi. Trans-skafoid perilunate fraktur-dislokasi
lebih sering terjadi daripada dislokasi tulang perilunate. Mayfield dan
kawan-kawan telah mengklasifikasikan dislokasi pergelangan tangan
menjadi beberapa tingkatan, antara lain sebagai berikut (lihat gambar
dibawah ini):
Stage I – dislokasi scapholunate akibat sobekan pada ligament
interoseus scapholunate dan ligament radiolunate.
Stage II – subluksasi sendi Lunate-capitate yang diakibatkan
dari cederanya sendi capitolunate.
Stage III – dislokasi sendi Lunate-capitate yang akibat
terdapatnya cedera pada ligamen interoseus triquetrolunate.
Stage IV – dislokasi tulang lunate yang akibat terdapatnya
cedera pada ligamen radioulnate bagian dorsal.
25
Gambar 10. Dislokasi Sendi Panggul
Anatomi Panggul
Sendi panggul atau articulation coxae adalah persendian antara
caput femoris yang berbentuk hemisphere dan acetabulum os coxae
yang berbentuk mangkuk dengan tipe “ball and socket”. Permukaan
sendi acetabulum berbentuk tapal kuda dan di bagian bawah
membentuk takik disebut incisura acetabula. Rongga acetabulum
diperdalam dengan adanya fibrokartilago dibagian pinggirnya yang
disebut sebagai labrum acetabuli. Persendian ini dibungkus oleh
capsula dan melekat di medial pada labrum acetabuli.
Simpai sendi jaringan ikat di sebelah depan diperkuat oleh sebuah
ligamentum yang kuat dan berbentuk Y, yakni ligamentum ileofemoral
yang melekat pada SIAI dan pinggiran acetabulum serta pada linea
intertrochanterica di sebelah distal. Ligamentum ini mencegah ekstensi
yang berlebihan sewaktu berdiri. Di bawah sipai tadi diperkuat oleh
ligamentum pubofemoral yang berbentuk segitiga. Dasar ligamentum
melekat pada ramus superior ossis pubis dan apex melekat dibawah
pada bagian bawah linea intertrochanterica. Ligamentum ini
membatasi membatasi gerakan ekstensi dan abduksi. Di belakang
simpai ini diperkuat oleh ligamentum ischiofemorale yang berbentuk
spiral dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabula.
26
Ligamentum ini mencegah terjadinya hiperekstensi dengan cara
memutar caput femoris ke arah medial ke dalam acetabulum sewaktu
diadakan ekstensi pada articulation coxae. Ligamentum teres femoris
berbentuk pipih dan segitiga. Ligamentum ini melekat melalui
puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan melalui
dasarnya pada ligamentum transversum dan pinggir incisura acetabula.
Ligamentum ini terletak pada sendi dan dibungkus membrane
synovial.
Sistem vaskularisasi pada sendi panggul berasal dari cabang arteria
circumflexa femoris lateralis dan arteria circumflexa femoris medialis
dan arteri untuk kaput femoris, cabang arteria obturatoria. Sendi
panggul juga dipersarafi oleh nervus femoralis yang memberi
percabangan ke muskulus rectus femoris, nervus obturatorius atau pada
bagian anterior sementara nervus ischiadicus mempersarafi pada
daerah muskulus quadratus femoris dan sendi panggul juga dipersarafi
oleh nervus gluteus superior.
27
Dislokasi sendi panggul terbagi menjadi dua yaitu dislokasi
anterior dan dislokasi posterior tergantung berat atau tidaknya trauma
tersebut.
28
Congenital Hip Joint Dislocation
Dislokasi panggul kongenital merupakan suatu fase ketidakstabilan
sendi panggul pada bayi baru lahir. Dalam keadaan normal, panggul
bayi baru lahir dalam keadaan stabil dan sedikit fleksi. Insidensi
ketidakstabilan adalah 5-20 per 1000 kelahiran hidup, namun biasanya
panggul menjadi stabil secara spontan dan dengan pemeriksaan ulang 3
minggu setelah kelahiran insidensi berkurang menjadi 1-3 per 1000
kelahiran hidup. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal
diantaranya faktor genetik, faktor hormonal yaitu tingginya kadar
estrogen, progesterone, dan reaksi lain pada ibu dalam beberapa
minggu terakhir kehamilan dapat memperlonggar ligamentum pada
bayi, malposisi intrauterine (terutama posisi bokong dengan kaki yang
ekstensi) dapat mempermudah terjadinya dislokasi hal ini berhubungan
dengan lebih tingginya insidensi pada bayi yang merupakan anak
sulung dimana versi spontan kemungkinan untuk terjadinya lebih kecil,
serta faktor pasca kelahiran. Dislokasi sendi panggu secara kongenital
memiliki gambaran klinis yaitu asimetri pada lipatan-lipatan kulit
paha. Pemeriksaan klinik untuk mengetahui dislokasi panggul bawaan
pada bayi baru lahir adalah uji Ortolani, uji Barlow, dan terdapatnya
tanda Galleazi.
29
5. Dislokasi sendi lutut (kneecap joint)
Dislokasi patella paling sering disebabkan oleh robeknya ligamen
yang berfungsi untuk menstabilkan dari sendi lutut tersebut. Ligamen
yang paling sering mengalami cedera dalam hal ini yaitu ligamentum
krusiatum, dimana hal ini dapat terjadi ketika bagian lateral dari lutut
mengalami suatu tekanan atau benturan keras. Padahal ligamen ini
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk penyembuhannya.
Dislokasi sendi lutut atau patella ini dapat menyebabkan cederanya
otot quadriceps, yang akan memperparah dalam hal ini terutama bila
terjadi efusi pada bagian lutut atau dalam keadaan terlalu cepat
melakukan pemanasan, dan terlalu cepat untuk kembali melakukan
suatu aktivitas (olahraga). Dislokasi pada sendi lutut jarang terjadi. Hal
ini terjadi akibat trauma yang cukup besar seperti terjatuh, tabrakan
mobil, dan cedera yang terjadi secara cepat. Bila sendi lutut mengalami
dislokasi, maka akan terlihat terjadinya deformitas. Bentuk dari kaki
akan terlihat bengkok atau mengalami angulasi. Kadang dislokasi pada
sendi lutut ini akan mengalami relokasi secara sendiri. Lutut dalam hal
ini akan menjadi sangat bengkak dan sakit.
30
Anatomi
Sendi lutut dibentu oleh epifisis distalis tulang femur, epifisis
proksimalis, tulang tibia dan tulang patella, serta mempunyai beberapa
sendi yang terbentuk dari tulang yang berhubungan, yaitu antar tulang
femur dan patella disebut articulatio patella femoral, antara tulang tibia
dengan tulang femur disebut articulatio tibio femoral dan antara tulang
tibia dengan tulang fibula proksimal disebut articulatio tibio fibular
proksimal.
Sendi lutut merupakan suatu sendi yang disusun oleh beberapa
tulang, ligamen beserta otot, sehingga dapat membentuk suatu
kesatuan yang disebut dengan sendi lutut atau knee joint.
31
acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut kaput femoris.
Di sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat taju yang
disebut trochanter mayor dan trochanter minor, di bagian ujung
membentuk persendian lutut, terdapat dua buah tonjolan yang
disebut condyles medialis dan condyles lateralis, di antara kedua
condyles ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung
lutut (patella) yang disebut dengan fossa condyles.
b. Tulang tibia
Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal melekat
pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian dengan
tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebutnos malleolus
medialis.
c. Tulang fibula
Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha yang
membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian
ujungnya. Terdapat penonjolan yang disebut os maleollus lateralis
atau mata kaki luar.
d. Tulang patella
Jarak patella dengan tibia saat terjadi gerakan adalah tetap dan
yang berubah hanya jarak patella dengan femur. Fungsi patella di
samping sebagai perekatan otot-otot atau tendon adalah sebagai
pengungkit sendi lutut. Pada posisi fleksi lutut 90, kedudukan
patella di antara kedua condyles femur dan saat ekstensi maka
patella terletak pada permukaan anterior femur.
32
2. Ligamentum pembentuk sendi lutut
33
persendian. Pergelangan kaki terdiri dari dua tulang yaitu tulang fibula
dan tibia yang berdampingan. Kedua tulang ini turut membangun
persendian pada pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki terdiri atas
kapsul sendi dan beberapa ligamen yang membantu kestabilan dari
persendian. Dalam pergerakannya, stretching atau pemanasan yang
berlebihan dapat merusak dari jaringan konektif yang ada, sehingga
tulang pada persendian ini dapat keluar dari posisi normalnya atau
mengalami dislokasi.
34
pergelangan kaki namun dapat terjadi penjalaran nyeri pada bagian kaki
sekitarnya. Nyeri sendiri dapat dirasakan ketika bagian pergelangan kaki
tersebut disentuh. Selain nyeri didapatkan juga bengkak dalam hal ini.
Pergerakan dari sendi lutut ini juga akan semakin terbatas akibat
membengkaknya daerah sendi dalam hal ini. Mati rasa atau kebas dan
kesemutan juga dapat dirasakan pada bagian
Anatomi
Sendi ini merupakan modifikasi hinge joint. Sendi ini dibentuk
oleh ujung distal tibia, fibula dan talus (trochlea tali). Ujung distal tibia
dan fibula membentuk bangunan seperti garpu yang diperkuat oleh
ligamentum tibiofibularis anterior dan posterior. Tulang talus terletak
persis ditengah garpu tersebut. Maleollus lateralis lebih panjang
dibandingkan dengan maleollus medialis.
Pada bagian medial sendi ini diperkuat oleh ligamentum deltoid
atau ligamentum collaterale mediale, yang terdiri dari empat buah
ligamentum, yaitu :
Ligamentum tibionaviculare
Ligamentum tibiotalare posterior
Ligamentum tibiotalare anterior
Ligamentum tibiocalcaneare
Pada lateral sendi ini diperkuat oleh ligamentum “T” yang terdiri dari :
Ligamentum talofibulare anterior
Ligamentum talofibulare posterior
Ligamentum calcaneofibulare
Gerakan yang terjadi pada sendi ini yaitu dorsal fleksi dan plantar
fleksi. Dalam keadaan normal, plantar fleksi ini bias dilakukan sampai
punggung kaki segaris dengan permukaan depan tungkai bawah.
Dengan demikian, ROM plantar fleksi normal adalah 90. Dari jumlah
tersebut sendi pergelangan kaki ini hanya memberi andil sejumlah 45.
35
Dorsal fleksi mempunyai ROM +20 dari posisi netral. Posisi netral
kaki adalah apabila posisi kaki membentuk sudut 90 dengan tungkai
bawah.
Gerakan plantar fleksi dihambat oleh ligamentum-ligamentum
yang berjalan dari maleollus bagian depan ke punggung kaki yaitu
ligamentum talofibulare anterior, tibiotalare anterior dan ligamentum
tibionaviculare.
Gerakan dorsal fleksi terutama dihambat oleh tendon Achilles.
Selain itu, karena trochlea tali bagian anterior lebih lebar daripada
bagian posterior sehingga pada saat gerakan dorsal fleksi, trochlea tali
bagian anterior ini terjepit rapat di antara kedua maleollus sehingga
tidak memungkinkan untuk bergerak ke dorsal fleksi lebih lanjut.
H. PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai adanya riwayat trauma,
bagaimana mekanisme terjadinya trauma, apakah terasa ada sendi yang
keluar, bila trauma minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi
rekuren atau habitual.
2. Pemeriksaan Fisik
Look
a) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang
mengalami dislokasi
b) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang
mengalami dislokasi
c) Tampak adanya perubahan warna pada daerah yang mengalami
dislokasi sendi
Feel
Didapatkan nyeri tekan pada daerah sendi yang cedera.
36
Move
Akan terlihat keterbatasan pada pergerakan sendi baik pada pergerakan
sendi secara aktif maupun pasif serta ketidakstabilan pada pergerakan
pasien serta dinilainya kekuatan otot pada daerah persendian.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) X-Ray : dilakukan pemeriksaan berupa foto rontgen pada daerah
persendian yang mengalami cedera, hal ini juga dilakukan guna
memastikan apakah terdapat fraktur pada tulang di daerah
persendian. Bisa juga dilakukan pemeriksaan radiologi melalui CT-
Scan ataupun MRI.
37
Gambar 17. Foto Rontgen Dislokasi
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada seseorang dengan dislokasi
diantaranya
1) Cedera pada saraf yang dapat menyebabkan kelemahan pada
daerah otot yang dipersarafi.
2) Cedera pada pembuluh darah di tulang, bahkan dapat menyebabkan
avaskuler nekrosis (osteonekrosis).
3) Fraktur dislokasi, yang akan semakin memperburuk keadaan dari
pasien
J. PENATALAKSANAAN
1. Relokasi : Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi
adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian
yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Tindakan reposisi ini
dapat dilakukan di tempat kejadian tanpa anastesi. Namun tindakan
reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan, maka diperlukan
reposisi dengan anastesi lokal dan obat – obat penahan rasa sakit.
Reposisi tidak dapat dilakukan jika penderita mengalami rasa nyeri
yang hebat, disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap
penderita bahkan dapat menyebabkan syok neurogenik, ataupun
menimbulkan fraktur. Dislokasi sendi dasar misalnya dislokasi sendi
panggul memerlukan anestesi umum terlebih dahulu sebelum
direposisi.
2. Imobilisasi : sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau
traksi dan dijaga agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari
38
beberapa minggu setelah reduksi gerakan aktif lembut tiga sampai
empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran sendi, sendi tetap
disangga saat latihan.
3. Dirujuk : Dislokasi yang kadang disertai oleh cederanya ligamen
bahkan fraktur pada tulang yang dapat semakin memperparah hal
tersebut, maka untuk mencegah hal tersebut setelah dilakukan
pemeriksaan dan penanangan awal maka perlu dilakukan rujukan
segera kepada spesialis ortopedi sehingga dapat diperiksa dan
ditangani lebih lanjut (dapat dilakukannya operasi atau tindakan
pembedahan).
K. PROGNOSIS
Prognosis dislokasi sendi pada umumnya baik apabila tidak terdapat
komplikasi lebih lanjut, dimana hal tersebut didukung dengan
dilakukannya fisioterapi yang rutin pada daerah persendian tersebut
sehingga fungsi dari sendi dapat kembali normal dalam beberapa bulan.
39
BAB III
KESIMPULAN
40
DAFTAR PUSTAKA
41
5. Gammon Matthew. Hip Dislocation. Medscape. 2014. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/86930-overview. Updated March
27th, 2014.
6. William C, Shiel Jr. Knee Dislocation. Emedicine Health. 2014. Available
from : http://www.emedicinehealth.com/knee_dislocation/article_em.htm.
7. Keany JE. Ankle Dislocation in Emergency Medicine. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/823087-overview. Updated
October 29th, 2012.
8. Salter RB. Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal
System. 3rd ed. USA : Lippincott Williams and Wilkins. 1999. p 619-23.
9. Chairuddin, R. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, ed 3. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone, 2007.
10. Kwon Y, Zuckerman J. Chapter 34: Subluxations and Dislocations About
The Glenohumeral Joint. Available at :
http://www.msdlatinamerica.com/ebooks/RockwoodGreensFracturesinAd
ults/sid930742.html. Acessed on: October 5th 2014.
11. Nordin M, Frankel H. basic Biomechanic of the Musculoskeletal System.
Lea and Febriger. London: 225-34.
12. Anonym. Glenohumeral Dislocation. Available at:
http://www.ebmedicine.net/topics.php?paction=showTopicSeg&topic_id=
120&seg_id=2486. Accessed on: September 29th 2014.
13. Leonard B, Goldstein. Dislocated Shoulder: Approaches to Lessen the
Pain of Reduction Techniques. Available at:
http://www.practicalpainmanagement.com/pain/other/dislocated-shoulder-
approaches-lessen-pain-reduction-techniques. Acessed on: September 20th
2014.
14. Cluett J. Lunate Dislocation. Available at:
http://orthopedics.about.com/od/wristconditions/qt/lunate.htm. Accessed
on: September 29th 2014.
42
15. Mochart M. Wrist Fractures and Dislocation. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1285825-overview. Accessed on:
September 25th 2014.
16. Halimi K. Wrist Dislocation in Sport Medicine. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/98552-overview. Accessed on:
October 3rd 2014.
17. Haelstad M. Elbow Dislocation. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/96758-overview. Accessed on:
September 27th 2014.
18. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Elbow Dislocation.
Available at: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00029. Accessed
on: October 2nd 2014.
43