Anda di halaman 1dari 18

Fraktur Humerus

Klasifikasi NEER
Pergeseran < 1 cm dengan angulasi < 45⁰
Fraktur collum anatomikum, pergeseran > 1 cm
Fraktur collum chirrugikum dengan pergeseran dan angulasi
Fraktur tuberkulum majus dengan 2 atau 3 fragmen
Fraktur tuberkulum majus dengan lebi 2 fragmen
Fraktur dislokasi
Macam-macam fraktur humerus

Berdasarkan pergeseran
1. Fraktur Kollum fragmen distal ada 3 type :
1. Fragmen tanpa pergeseran
Chirrugikum humeri 2. Fragmen dengan pergeseran
2. Fraktur Shaft humerus tetapi masih ada kontak
3. Fraktur Suprakondilaris 3. Fragmen distal dan proksimal
humeri tidak ada kontak
Mekanisme dan patofisiologi
TIPE EKSTENSI

Akibat trauma lengan bawah dalam posisi


langsung pada supinasi dengan siku hiperekstensi
humerus distal melalui dengan tangan yang terfiksasi,
benturan pada siku olekranon terdorong ke depan
sehingga terjadi fraktur.

Fragmen distal dari fraktur akan terdorong ke


arah posterior dan proksimal, hal ini karena gaya
fraktur yang diteruskan ke atas melalui tulang
lengan bawah dan disebabkan tarikan muskulus
biceps, sehingga fragmen ini akan miring ke
lateral atau medial dan berotasi ke medial.
Mekanisme dan patofisiologi
TIPE FLEKSI

Kortek anterior akan mengalami pergeseran


sehingga pada fragmen distal akan ke
jatuh pada telapak tangan dengan anterior pada bidang sagital, dan pada
tangan dan lengan bawah dalam
posisi pronasi dan siku dalam posisi bidang coronal, fragmen distal akan
sedikit fleksi. bergeser ke lateral. Sehingga fragmen distal
pada fraktur tipe ini akan bergeser ke arah
anterior dan proksimal.

jarang terjadi komplikasi neurovaskular, yaitu cedera


nervus ulna biasanya karena terkena ujung dari
fragmen proksimal.
tatalaksana

 Tipe I
Tanpa pergeseran, immobilisasi dengan posisi siku fleksi tidak lebih dari 90⁰. Bila
terdapat pergeseran penanganannya dengan menggunakan back slap long arm
dengan posisi siku fleksi. Fleksi dilakukan sampai 120⁰ sehingga lebih stabil dan
juga pada posisi ini dapat mengurangi resiko terjadinya trauma neurovaskular
karena tindakan.

Posisi dipertahankan selama 3


sampai 4 minggu, dengan
pemeriksaan radiologis pada satu
minggu pertama dan minggu
terakhir.
tatalaksana

 Tipe II
Bila fraktur disertai angulasi dengan aligment yang masih bagus, lebih adekuat untuk
dilakukan tindakan minimal reposisi. Reposisi dilakukan dengan siku dalam keadaan
pronasi dan fleksi tidak lebih dari 120⁰.
 Tipe III
1. reposisi
2. percutaneus pinning dengan fiksasi k-wire
3. reposisi terbuka
Reposisi terbuka atau operasi pada fraktur suprakondilar tipe ekstensi dilakukan pada
reposisi tertutup yang gagal, fraktur terbuka atau gangguan neurovaskuler. Pada
pembengkakan yang hebat akan terjadi hematom yang banyak di daerah tersebut,
maka perlu dikeluarkan sehingga penekanan terhadap neurovaskuler akan berkurang.
FRAKTUR ANTEBRACHII

Fraktur MONTEGGIA
Fraktur ULNA 1/3 proksimal / tengah dengan dislokasi kaput radii antrior /
posterior. Pemeriksaan penting pada saraf radialis dan olekranon.

Fraktur GALEAZZI
Fraktur RADIUS 1/3 distal / tengah disertai subluksasio sendi radiuulnaris. Jenis
fraktur ini biasanya tidak stabil artinya penangananya dilakukan operasi. Untuk
menjaga panjang antomi tulang radius.
FRAKTUR SMITH
Fraktur Smith adalah fraktur dari radius bagian distal yang lokasinya ½ – 1 inch
dari ujung distal radius dengan pergeseran fragmen distal ke depan (volar) dan ke
atas disertai pergeseran ulna bagian distallke belakang (dorsal).

I fraktur Smith yang comminutive dan oblique


II fraktur Barton, yang disebut anterior fraktur tipe fleksi marginal
dengan dislokasi pergelangan tangan.
III fraktur transversal yang disebut juga fraktur radius bagian distall
yang tidak dengan tipe fleksi kominutif.
Tatalaksana

Konservatif :
1. Mills (1957), telah menganjurkan cara manipulasi dari fraktur Smith dengan
mengembalikan arah persendian seperti semula. Mills dan Thomas menyarankan
cara mengunci fragmen pada tempatnya dengan posisii supinasi penuh. Imobilisasi
dengan sirkuler gips diatas siku selama 5 – 6 minggu.
2. Plewer (1962), menganjurkan untuk mobilisasi setelah gips dibuka supaya
cepat, sebab kalau kurang aktif akan mengakibatkan pergerakan pronasi yang
terbatas dan terjadi kekakuan sendi tangan dan siku.
FRAKTUR COLLES
Fraktur Colles adalah fraktur pada tulang radius berjarak kurang atau sama
dengan 2,5 cm dari pergelangan tangan.

Fraktur Colles terjadi pada penderita dengan riwayat jatuh dengan tangan
terentang. Trauma yang terjadii merupakan trauma langsung yaitu jatuh pada
permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah
distal ke arah dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan
bila dilihat dari samping menyerupai garpu terbalik.
. Klasifikasi Fraktur Colles menurut Frykman

Tipe Uraian

I Fraktur radius ekstra artikuler

II Fraktur radius ekstra artikuler dengan fraktur ulna

III Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal

IV Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal disertai fraktur ulna
distal.

V Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal

VI Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radioulnaris distal disertai


Fraktur ulna distal

VII Fraktur radius intra artikuler melibatkan sendi radiokarpal dan radio ulnaris
distal.
Tatalaksana
Penanganan fraktur Colles umumnya dilakukan rawat jalan yaitu setelah
terdiagnosis diberikan tindakan reposisi tertutup. Bila tidak ada pergeseran, cukup
di imobilisasi dengan gip bawah siku. Bila terjadii pergeseran atau sedikit
pergeseran perlu tindakan reposisi dengan anestesi lokal, regional atau umum,
kemudian dilakukan gip bawah siku dengan posisi fragmen distal fleksi dan
pronasi. Pada hari berikutnya anggota gerak atas elevasi. Adapun jari-jari
sesegera mungkin melakukan latihan. Seminggu kemudian dilakukan pemotretan
dengan sinar X kontrol untuk menilai apakah terjadi pergeseran kembali
(redisplacement).
FRAKTUR ASETABULUM

I II

Klasifikasi Apley dan Solomon


1993 :
I. Pilar anterior
II. Posterior
III. Transversal III
IV. Komposit IV
FRAKTUR PELVIS

Klasifikasi TILE
dan PENNAL (1980)
A : Stabil
A1 : Fraktur isolated tanpa f
raktur cincin pelvis
A2 : Fraktur cincin pelvis tan
pa pergeseran

A1: Avulsion A2: Non- A3: Transverse


fracture displaced pelvic sacral or coccyx
ring fracture fractures
B : Rotasi (tidak stabil) dan Vertikal (stabil)
B1 : Open book
Stage 1 Symphisiolisis < 2,5 cm terapi dengan bed rest
Stage 2 Symphisiolisis > 2,5 cm terapi dengan OREF
Stage 3 Bilateral Lessio terapi dengan OREF
B2 : Kompresi lateral / ipsilateral
B3 : Kompresi lateral / kontralateral (bucker handle terapi dengan OREF)
C : Rotasi dan vertikal (tidak stabil)
C1 : Unilateral
C2: : Bilateral
C3 : dengan fraktur asetabulum

C1: Ipsilateralanterior C2: Bilateral C3 :Any pelvic fracture with


and posterior pelvic hemipelvic disruption anassociated acetabularfracture
injuries
tatalaksana
 1. Evaluasi A, B, C
Syok akibat perdarahan , infus dan transfusi 4-6
U (24-36 jam pertama), bila perdarahan
menetap transfusi 10-12U (24-36 jam pertama)
, perdarahan hebat lakukan laparotomi dan repair
dan pikirkan untuk dilakukan artrografi.
2. Konservatif
Istirahat sampai nyeri hilang untuk tipe A. Pelvik sling
untuk tipe B stage 2.
3. Operatif
Hentikan perdarahan. Stabilkan fraktur untuk tipe C.

Anda mungkin juga menyukai