Anda di halaman 1dari 7

Laporan Hasil Diskusi Kelompok 1

KAPITA SELEKTA HUKUM ACARA PERDATA

Oleh:
Muhammad Richsan S - 1506676191
Elo Hagai S - 1506747433
Raissa Richka Jonah 1606821545
Fadhel Muhammad - 1606823626
Aisyah Sharifa - 1606823714
Andira Permata Sari - 1606824673
Dita Harina Sawenda - 1606824843
Chyka Yustika A - 1606827044
Shamira Diandra - 1606827643
Jasmine Aisyah - 1606828091
Tunggal S - 1606828394
Jihan Fauziah Hamdi - 1606828803
Alma Qarnain - 1606829176

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
2018/2019
1. Zico: Apabila gugatan class action sudah di tahap persidangan, baru diketahui ada
kelalaian bahwa seseorang yang semestinya merupakan anggota kelompok tidak
dituliskan sebagai anggota kelompok, apakah orang tersebut tetap bisa dimasukkan ke
dalam kelompok tersebut? Kalau bisa, bagaimana? Kalau tidak bisa, upaya apa yang
bisa dilakukan orang tersebut
Andira dibantu oleh Raissa:
Sebelumnya perlu diketahui bahwa Indonesia menganut sistem pernyataan
keluar atau option out, ini mengacu kepada Bab IV Peraturan Mahkamah Agung No.
1 Tahun 2002 tentang Pernyataan Keluar. Sistem option out ini dapat dipahami bahwa
jika seseorang tidak menyatakan ia tidak keluar dari anggota kelompok saat notifikasi,
maka ia akan dianggap tetap dalam anggota kelompok gugatan sampai perkara
selesai.
Sebagaimana pertanyaan anda, sebenarnya kelalaian tidak terteranya nama
seseorang dalam anggota kelompok itu tidak mungkin terjadi, karena pada dasarnya
(sebagai akibat dari sistem option out) seluruh anggota kelompok akan terlebih dahulu
disebutkan. Kemudian bagi siapa yang tidak ingin ikut ke dalam anggota kelompok
membuat pernyataan ketidakinginannya untuk menjadi anggota kelompok tersebut.
Contohnya seperti, “seluruh anggota kelompok adalah mahasiswa dan mahasiswi
yang berada dalam ruangan E301 FHUI” atau “seluruh anggota kelompok adalah
pemilik rumah yang terletak di Jalan Hang Lekir XII” hal itu berarti semua orang
yang berada dalam ruangan atau jalan tersebut akan menjadi anggota kelompok jika
tidak melakukan option out. Bukan berlaku seperti nama-nama anggota kelompok
diidentifikasi terlebih dahulu, yang memungkinkan adanya seseorang tertinggal
namanya.
Selain itu sebenarnya Pasal 3 ayat (1) poin b Perma No. 1 Tahun 2002 tentang
Acara Gugatan Perwakilan Kelompok menyebutkan bahwa gugatan perwakilan
kelompok tidak harus menyebutkan nama satu persatu secara rinci. Artinya bahwa
tertinggalnya satu nama saja sebagaimana pertanyaan anda juga tidak dimungkinkan,
karena sebenarnya dalam anggota kelompok memang tidak menyebutkan nama satu
persatu dalam anggota kelompok, melainkan hanya penyebutan seperti yang saya
contohkan diatas. Jadi menurut saya, sistem pernyataan keluar atau option out ini
tidak memungkinkan adanya kelalaian seperti yang anda maksud.

2. Firman: Jika dalam sengketa gugatan kelompok masyarakat yang menuntut ganti rugi,
bagaimana cara pembagian ganti rugi kepada masing-masing anggota kelompok tersebut?
Alma Qarnain:
Cara Pembagian dan Distribusi Ganti Rugi
Sehubungan dengan itu, Pasal 9 PERMA 1/2002 telah memberi pedoman kepada hakim
yaitu:
Dalam hal gugatan ganti rugi dikabulkan, hakim wajib memutuskan jumlah ganti rugi secara
rinci, penentuan kelompok dan/atau sub kelompok yang berhak, mekanisme pendistribusian
ganti rugi dan langkah-langkah yang wajib ditempuh oleh wakil kelompok dalam proses
penetapan dan pendistribusian seperti halnya kewajiban melakukan pemberitahuan atau
notifikasi.
Perumusan amar putusan atas pengabulan tuntutan ganti rugi, sebagai berikut:
1. Wajib dengan jelas dan pasti memutuskan jumlah ganti rugi dengan rinci:
a. secara individual terhadap korban; dan
b. kerugian untuk kepentingan komunitas atau kolektif yang mengalami dampak kerusakan
sebagai biaya pemulihan (jika ada).
2. Penentuan kelompok dan/atau subkelompok yang berhak atas ganti rugi,
3. Amar yang mengatur mekanisme pendistribusian kepada anggota kelompok, meliputi
perumusan tentang:
a. langkah-langkah yang wajib ditempuh dalam pendistribusian ganti rugi kepada anggota
kelompok, oleh wakil kelompok;
b. cara yang wajib ditempuh wakil kelompok menyampaikan pemberitahuan (notifikasi)
pendistribusian kepada anggota kelompok.
Beberapa cara distribusi yang dapat dilakukan adalah:
A. diberikan langsung kepada masing-masing anggota kelompok, dengan syarat yang
bersangkutan membuktikan dirinya sebagai anggota kelompok yang ikut mengalami
kerugian,
B. dapat juga melalui subkelompok (jika ada) tanpa mengurangi keharusan membuktikan
sebagai korban dari peristiwa yang diperkarakan.
Pemberitahuan Ganti Rugi
Wakil kelompok menyampaikan pemberitahuan atas pengabulan tuntutan ganti rugi kepada
seluruh anggota kelompok dengan cara mekanisme yang dituntutkan dalam putusan melalui
media atau perangkat yang ditentukan dalam Pasal 7 ayat (1) PERMA 1/2002 yaitu melalui
media cetak dan/atau elektronik, kantor-kantor pemerintah seperti kecamatan, kelurahan atau
desa, kantor pengadilan, atau secara langsung kepada anggota kelompok yang bersangkutan
sepanjang yang dapat diidentifikasi berdasarkan persetujuan hakim.
Jadi, cara pembagian ganti rugi dalam gugatan perwakilan kelompok yaitu harus ditentukan
oleh hakim jumlah ganti rugi secara rinci, serta siapa saja kelompok atau sub kelompok yang
berhak.

Jadi setelah dijumlahkan keseluruhan kerugian yang diminta oleh kelompok melalui
perwakilan kelompok,
Kemudian majelis hakim memerintahkan penyelesaian pembayaran uang ganti rugi kepada
Penggugat I dan Penggugat II melalui komisi pembayaran ganti rugi yang anggotanya 9
orang yang terdiri dari 3 wakil dari masing-masing kelas (para penggugat) dengan
mekanisme pendistribusian uang ganti rugi yang ditentukan sendiri oleh komisi pembayaran
ganti rugi.

3. Nindya : Apakah tuntutan untuk class action bisa dikabulkan sebagian? Jika
dikabulkan sebagian dan ada anggota kelompok yg tuntutannya tidak diterima, apakah ada
upaya hukum yg dapat dilakukan seperti banding dan bagaimana mekanismenya?
Fadhel Muhammad : Bisa. karna class action sama halnya dengan putusan hakim
dalam perkara perdata biasa, yaitu putusan itu dapat diterima (mengabulkan
sebagian/seluruh gugatan), bisa tidak dapat diterima, dan bisa ditolak. Upaya hukum
yang dapat ditempuh, yaitu dengan Banding. Karena pada dasarnya Class action ini
akan mencari keadilan untuk semua anggotanya, jika anggota kelompok ada yang
belum mendapatkan keadilan atau kebermanfaatan dari putusan hakim, maka class
action ini akan melakukan banding terhadap putusan tersebut. Terhadap
mekanismenya, secara general adalah sama dengan mekanisme banding biasanya.
Hanya saja ini dilakukan oleh class action.
4. Chika: Upaya Hukum dalam Gugatan Class Action apakah sama dengan
pada gugatan biasa?
Tunggal : Upaya Hukum yang dapat diajukan dalam Gugatan Class Action dalah
sama halnya dengan upaya hukum dalam Gugatan Perdata Biasa, yakni upaya
hukum banding dan kasasi.

5. Kamilia : ada pihak yang mau banding dan ada yang mau menerima putusan, itu
harus notifikasi ulang atau bagaimana?

Jasmine : Dalam hal mengajukan banding, perlu diingat bahwa putusan class action
mengikat seluruh Class Members yang ada di dalamnya. Sehingga tentu dalam
mengajukan banding tetap akan diperiksa kembali adanya aspek kesamaan
kepentingan yaitu faktor kesamaan fakta, kesamaan dasar hukum dan kesamaan
tuntutan yang digunakan.
6. Achmad Revaldo : Apakah yang menjadi tolak ukur bagi Hakim dalam menentukan
bahwa wakil kelompok memiliki kejujuran dan kesungguhan untuk melindungi
kepentingan anggota kelompok yg diwakilinya?
Chyka Yustika : Untuk menentukan parameter yang dijadikan dasar bagi hakim
untuk menentukan kejujuran dan kesungguhan dari wakil kelompok, sangatlah sulit
mengingat nilai kejujuran dan kesungguhan adalah hal yang abstrak. Pun, dalam
Perma No.1 Tahun 2002 mengenai Acara Gugatan Perwakilan Kelompok, tidak
diberikan penjelasan mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan kejujuran dan
kesungguhan dari wakil kelompok. Namun, dalam hal ini kami berpandangan bahwa
kejujuran dan kesungguhan dari wakil kelompok dapat dimaknai dengan melihat atau
merujuk kepada beberapa hal seperti misalnya;
 Melihat petitum yang diajukan. Apakah petitum tersebut telah mencerminkan
kebutuhan dari kepentingan kelompok atau tidak. Apakah petitum itu telah
mengakomodir kebutuhan dan keinginan yang diharapkan dari kelompok
tersebut atau tidak.
 Melihat apakah wakil kelompok menjalankan setiap tahapan/prosedur
beracara dalam gugatan kelompok dengan benar dan sesuai. Seperti, apakah
wakil kelompok melaksanakan notifikasi dengan benar, dimana wakil
kelompok mengumumkan batas waktu juga alamat jelas sebagai informasi
yang dibutuhkan anggota kelompok apabila ada diantara mereka yang ingin
keluar dari anggota kelompok (opt out)
Jadi sebenarnya, untuk menilai kejujuran dan kesungguhan dari wakil kelompok
secara sederhana dapat melihat apakah wakil kelompok tersebut telah patuh
menjalankan segala ketentuan dan prosedur beracara gugatan class action
sebagaimana mestinya atau justru sebaliknya.

7. Sabrina : Apakah bisa kalau anggota kelompok lain melakukan opt out? Mengapa
tidak melakukan opt out dari awal?
Raissa : Seharusnya anggota kelompok bisa menyatakan keluar sebagai anggota
kelompok yang mengajukan gugatan class action dalam mekanisme opt out.
Berdasarkan Pasal 7 ayat (2) huruf a Perma No. 1 Tahun 2002 tentang Acara Gugatan
Perwakilan Kelompok, Para Penggugat sebagai perwakilan kelompok harus
memberitahukan kepada para anggota kelompok segera setelah hakim menyatakan
bahwa gugatan perwakilan kelompok sah kemudian berdasarkan Pasal 7 ayat (3)
Perma No. 1 Tahun 2002, pemberitahuan yang dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf
a memuat mekanisme pernyataan keluar. Dalam kasus ini, tidak dilakukan opt out
karena memang ada kesalahan sejak awal dalam tahapan-tahapan gugatan class action
yang diajukan di mana hakim tidak melakukan pemeriksaan terlebih dahulu mengenai
keabsahan gugatan class action yang diajukan sebagaimana diatur dalam Pasal 5
Perma No. 1 Tahun 2002. Seharusnya, Hakim melakukan pemeriksaan mengenai
keabsahan gugatan yang diajukan, kemudian jika gugatan class action dinyatakan sah,
dilakukan pemberitahuan kepada para anggota kelompok sebagaimana diatur dalam
Pasal 7 ayat (2) huruf a Perma No. 1 Tahun 2002 untuk memberikan kesempatan bagi
anggota kelompok yang hendak menyatakan keluar. Jadi, seharusnya anggota
kelompok dapat menyatakan keluar namun dalam kasus ini tidak ada kesempatan bagi
anggota kelompok sebab ada kesalahan dalam tahapan pemeriksaan gugatan class
action.

8.
9. Ayu: Kalau di Indonesia menggunakan sistem opt out, adakah negara dengan sistem
opt in? Kalau ada, negara mana dan mengapa mereka menggunakan sistem opt in?

Jihan:
Seperti yang diketahui, kalau dengan sistem opt out, anggota kelompok bisa
menyatakan keluar sebagai anggota kelompok yang mengajukan gugatan class action,
sedangkan apabila dengan sistem opt in itu apabila seseorang ingin menjadi anggota
kelompok yang mengajukan gugatan class action, maka ia harus melakukan
pernyataan persetujuan untuk menjadi bagian dari kelompok tersebut, sistem ini
dianut oleh salah satu negara contohnya adalah di Perancis.
Sistemnya dalam Perancis termasuk sistem di mana mula-mula hakim
memutuskan apakah tindakan dapat diterima dan terdakwa lah yang bertanggung
jawab. Kemudian, begitu pengadilan menetapkan pertanggungjawaban, pengadilan
menetapkan — dalam putusan yang sama — sekelompok orang yang dipengaruhi
oleh subjek dari gugatan class action dan dengan metode pemberitahuan untuk
memberitahukan akan tindakan tersebut. Kemudian anggota kelompok dari class
action tersebut akan memiliki kesempatan untuk ikut serta dalam class action.
Alasan digunakannya sistem opt in dikarenakan sistem opt in ini untuk
memastikan dan memberikan penegasan bahwa gugatan class action itu memang
dilakukan oleh anggota-anggota kelompok yang menyetujui dan hendak mengajukan
gugatan class action.

10. Nidya: Apakah hakim dapat mengganti pengacara dalam class action?

Shamira:
Dalam gugatan class action, wakil kelompok dapat memberikan kuasa dengan surat
kuasa kepada pengacara atau kuasa hukum untuk mewakilkan gugatannya di
pengadilan. Namun, jika pengacara atau kuasa hukum tersebut melakukan tindakan-
tindakan yang bertentangan dengan kewajiban membela atau melenceng dari
kewajibannya untuk melindungi kepentingan anggota kelompok, maka Hakim dapat
menganjurkan kepada wakil kelompok untuk melakukan penggantian pengacara atau
kuasa hukum tersebut. Hal ini diatur di dalam PERMA No. 1 Tahun 2002 tepatnya
Pasal 2 huruf d, yang berbunyi:
“Hakim dapat menganjurkan kepada wakil kelompok untuk melakukan
penggantian pengacara, jika pengacara melakukan tindakan-tindakan
yang bertentangan dengan kewajiban membela dan melindungi
kepentingan anggota kelompoknya”
Hal ini cukup menarik karena hanya ada dalam gugatan class action, tidak dapat ditemukan
dalam perkara biasa. Dapat dikatakan bahwa Hakim hanya dapat menganjurkan kepada wakil
kelompok untuk mengganti, tidak dapat secara sepihak mengganti pengacara yang telah
terbukti melakukan hal yang diatur di Pasal tersebut. Keputusan akan dilakukan oleh wakil
kelompok setelah Hakim menganjurkan penggantian pengacara.

Anda mungkin juga menyukai