Antiemetik
Antiemetik
PENDAHULUAN
A. DEFINISI ANTIEMETIK
Antiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual dan muntah.
Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas refleks muntah menggunakan
satu dari dua cara: secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap stimulus yang dikirim
ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk menghambat CTZ secara
langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang bekerja secara lokal dapat berupa anastid,
anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi mukosa GI, atau obat yang mencegah
distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI. Agen ini sering kali digunakan untuk mengatasi
mual yang ringan.
Antiemetik yang bekerja secara sentral terbagi atas beberapa kelompok: fenootiazin,
nonfenotiazin, penyekat reseptor serotonin (5-HT3), antikolinergik/antihistamin, dan kelompok
yang bermacam-macam. Dua jenisfenotiazin yang umum digunakan adalah proklorperazin
(compazine) dan prometazin (phenergan) keduanya memiliki awitan yang cepat dan efek
merugikan yang terbatas.
Agen lainnya adalah dronabinol (marinol), yang mengandung bahan aktif kanabis
(mariyuana), hidroksizin (generik) yang dapat menekan area kortikol pada SSP dan
trimetobenzamid (tigan), ini serupa dengan antihistamin dan tidak menimbulkan sedeasi.
Trimetobenzamid sering kasli merupakan obat pilihan dalam kelompok ini karena tidak dikaitkan
dengann sedadi yang berlebihan dan sepresi SSP. Obat ini tersedian dalam bentuk
oral,parenteral,dan surositoria. Obat ini diabrsorpsi dengan cepat, di metabolisme dalam hati dan
diekskresi melalui urine. Obat ini menembus plasenta dan menembus ASI, dan digunakan jika
manfaatnya lebih besar pada ibu dari pada resiko potensial pada janin atau neonatus.
Hidroksizin digunakan untuk mual dan muntah sebelum dan sesudah pelahiran atau
pembedahan obsterik. Obat ini diabsorpsi dengan cepat, dimetabolisme dalam hati dan diekskresi
melalui urine. Obat ini tidak dikaitkan dengan masalah pada janin selama kehamilan dan
diperkirakan tidak masuk ke ASI. Sama halnya dengan semua jenis obat, kewaspadaan perlu
digunakan selama kehamilan dan laktasi.
Dronabinol disetujui untuk penatalaksanaan mual dan muntah yang berkaitan dengan
kemoterapi kanker jika pasien tidak berespons terhadap pengobatan lain. Mekanisme kerja obat
ini masih belum diketahui dengan cepat. Obat ini merupakan zat yang dikendalikan kategori C-III,
dan harus digunakan di bawah pengawasan ketat karena adanya kemungkinan perubahan status
mental. Obat ini diabsobsi dengan mudah dan dimetabolisme dalam hati dengan ekskresi melalui
empedu dan urine.
B. Perfenazin (trilafon)
Sediaan :Tablet.
Kelompok Obat: Antipsikotik(antiemetik)
Mekanisme Kerja: Tidak begitu jelas, diduga menghambat reseptor dopamine pada
mesokortikal-mesolimbik otak depan, nigrostriatal, dan sel mamotropi hipofise anterior.
Indikasi: Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai depresi, depresi
karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca operasi.
Kontraindikasi: Wanita hamil dan menyusui, depresi SSP atau koma, sindrom Reye,
anak-anak, MCI. Hati-hati pemberian pada penyakit hati.
Efek samping: Pandangan kabur, salivasi, hidung tersumbat, sakit kepala,
reaksi ekstrapiramidal, dikinesia tardif.
Interaksi Obat: Tidak boleh diberikan bersama penghambat MAO karena menimbulkan
hiperpiretik krisis. Epinefrin tidak boleh diberikan bersama karena mengantagonis obat ini.
Simetidin menurunkan metabolism perferazin. Paralitik ileus dapat terjadi bila digabung
dengan obat antikolinergik.
Dosis
Skizofernia: dewasa: 8-32 mg/hari dosis terbagi.
Antiemetic: dewasa: oral: 4-6 x 2-4 mg/hari.
IM: 5 mg atau 10 mg
BAB II
MEKANISME
C. Farmakologi
Perfenazin merupakan obat anitiemetik yang paling sering diresepkan karena obat ini
dapat diberikan peroral, intramuskular, dan per rektal.
D. Farmakokinetika
Absorpsi bentuk padat oral dari perfenazin tidak menentu, tetapi bentuk cairnya lebih stabil
dan laju absorpsinya lebih cepat. Presentase peningkatan pada protein dan waktu paruhnya tidak
diketahui. Perfenazin dimetabolisme oleh hati dan mukosa gastrointestinal dan kebanyakan dari
obat diekskresikan ke dalam urine.
E. Farmakodinamik
Perfenazin menghambat dopamin pada CTZ, sehingga mengurangi perangsangan CTZ
pada pusat muntah. Obat ini juga dipakai sebagai antipsikotik. Mula kerja dari perfenazin oral
bervariasi dari 2 sampai 6 jam, dan lama kerjanya dari 6 sampai 12 jam. Mula kerja dari perferazin
intravena dan intramuskular cepat, dan lama kerjanya sama dengan preparat oral.
BAB III
SPESIFIKASI OBAT
F. Khasiat
Untuk Skizofrenia kronis atau akut, ansites berat, ansietas yang disertai depresi, depresi
karena penyakit organis, antiemetic terutama pasca operasi.
H. Efek Samping
Efek samping antiemetik penotiazin adalah sedasi sedang, hipotensi gelaja
ekstrapirmidal, yang seperti perkinsonisme, efek SSP (kegelisahan, kelemahan, reaksi distonik,
agitasi), dan gejala antikoligenik ringan (mulut kering, retensi air kemih,konstipasi). Karenan
dosis obat ini untuk muntah lebih ringan daripada dosis psikosis, maka efek samping yang
ditimbulkan juga tidak seberat bila dipakai untuk psikosis.
J. Dosis
Dosis umum: 8-16 mg/hari PO dalam dosis terbagi; 5-10 mg IM untuk pengontrolan yang cepat,
setiap 6 jam; 5 mg IV dalam dosis terbagi, secara perlahan.
BAB II. PEMBAHASAN
I. Definisi Anti emetik
Anti emetik atau obat mual adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa mual dan
muntah. Antiemetik secara khusus digunakan untuk mengatasi mabuk perjalanan dan efek
samping dari analgesik golongan opiat, anastesi umum, dan kemoterapi yang digunakan
untuk melawan kanker, juga untuk mengatasi vertigo (pusing) dan migrain.