Anda di halaman 1dari 51

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................5

C. Tujuan............................................................................................................5

D. Manfaat Penulisan........................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................8

A. Stroke.............................................................................................................8

B. Self-care.......................................................................................................12

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................31

A. Desain Penelitian.........................................................................................31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................31

C. Populasi dan Sampel..................................................................................31

1. Populasi....................................................................................................31

2. Sampel.....................................................................................................32

3. Teknik Sampling......................................................................................33

D. Definisi Operasional...................................................................................34

E. Jenis Pengumpulan Data............................................................................35

F. Uji Validitas dan Reabilitas.......................................................................36

1. Uji Validitas.............................................................................................36

2. Uji Reliabilitas.........................................................................................37

G. Prosedur Pengumpulan Data.....................................................................38

1. Tahapan Penelitian...................................................................................38

a. Prosedur Administrasi (Perijinan)............................................................38


2

b. Prosedur Pengambilan Data.....................................................................39

c. Pemilihan Asisten Penelitian....................................................................40

H. Etika Penelitian...........................................................................................41

I. Pengolahan Data.........................................................................................43

J. Analisis Data...............................................................................................45

1. Analisis Univariat....................................................................................45

K. Jadwal Penelitian........................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................46

LAMPIRAN...........................................................................................................49
3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke adalah suatu serangan pada otak akibat gangguan pembuluh

darah dalam mensuplai darah yang membawa oksigen dan glukosa untuk

metabolisms sel-sel otak agar dapat tetap melaksanakan fungsinya. Serangan

ini bersifat mendadak dan menimbulkan gejala sesuai dengan bagian otak

yang tidak mendapat suplai darah (Riyanto & Ageng, 2017)

Stroke berada di urutan ketiga sebagai penyebab kematian di dunia

setelah jantung dan kanker, berdasarkan data Stroke Association, stroke

merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di dunia dengan angka

kematian 6,7 juta setiap tahun pada tahun 2016 (Dewi & Darliana, 2017).

Sedangkan prevalensi stroke di Indonesia menurut Riskesdas (2018) dari yang

tertinggi yaitu Kalimantan Timur (14,7%o) diikuti DIYogyakarta (10,3 %o),

Sulawesi Utara, kemudian Kepulauan Riau dan Jawa tengah berada pada

urutan ke 11 dari 34 provinsi di Indonesia. Sedangkan berdasarkan data Protil

Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 penyakit stroke sebanyak 40.972

terdiri dari stroke hemoragik sebanyak 12.542 dan stroke non hemoragik

sebanyak 28.430. Prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah selama kurun

waktu 2012-2015 mengalarni peningkatan. Berdasarkan data dari Dinkes

Provinsi Jawa Tengah tahun 2015, prevalensi tertinggi di tahun 2014 adalah

Kabupaten Kudus sebesar 1 .84%. Jumlah kasus stroke tahun 2015 tertinggi di

Kota Magelang sebesar 14.459 kasus dan terendah di Kabupaten Jepara


4

sebesar 15 kasus (Dinkes Prov Jateng. 2015). Insiden penyakit stroke yang

tercatat di RSUD Tidar Kota Magelang tahun 2014 sebanyak 436 kasus dan

tahun 2018 Insiden penyakit stroke melonjak menjadi 881 kasus.

Stroke dapat menyebabkan kelemahan (Hemiparase) atau kelumpuhan

(Hemiplagia) pada ekstremitas (Bakara & Warsito, 2016). Kcrusakan pada

otak kiri menyebabkan kelemahan pada ekstremitas pada sebelah kanan,

sebaliknya kerusakan pada otak kanan menyebabkan kelemahan ekstremitas

pada bagian kiri yang akan menyebabkan kemandirian dan mobilitas menjadi

berkurang atau bahkan hilang sehingga akan membutuhkan bantuan orang lain

dalam melakukan aktivitas sehari hari (Bakara & Warsito, 2016)

Beberapa aktivitas pada pasien pasca stroke yang memerlukan bantuan

orang lain menurut teori Orem, Dorothea (2001) meliputi tidak terpenuhinya

pemeliharaan udara (adalah benapas tanpa inenggunakan peralatan oksigen.

Pada pasien stroke mengalaini ketidak mampuan menelan, batuk, adanya

hambatan jalan nafas), air (yang dimaksut yaitu minum dan mandi, minum

tanpa adanya gangguan, pada pasien stroke sering terjadi disfagia atau

kesulitan menelan cairan), makanan (makan tanpa gangguan, yang dimaksud

adalah dapat mengambil makanan atau peralatan makanan tanpa bantuan, pada

pasien stroke memiliki kesulitan dalam mengambil makanan dan mencerna

makanan tersebut), proses eliminasi (adalah penyediaan perawatan yang

terkait dengan proses eliminasi, misalnya dalam BAB dan BAK),

keseimbangan antara aktivitas dan istirahat (adalah aktivitas untuk menjaga

keseimbangan gerakan fislk seperti berolahraga dan menjaga pola tidur atau
5

istirahat. Pemenuhan kebutuhan interaksi sosial dan lingkungan, (adalah

menjalin hubungan atau berinteraksi dengan teman sebaya). Pencegahan dari

bahaya, (adalah mengerti jenis bahaya yang membahayakan diri sendiri,

mengambil tindakan untuk mencegah bahaya). Peningkatan fungsi manusia

dan perkembangan dalam kelompok.

Dalam Wurtiningsih (2017) mengatakan diantara peran keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan self-care yaitu antara lain: Pertama, mengenal masalah

kesehatan keluarga. Kedua memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi

keluarga. Ketiga, merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Keempat, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga. Kelima, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan disekitar

keluarga. Kelima hal tersebut menunjukan bahwa keluarga berperan penting

dalam proses penyembuhan kembali pada klien (Suprajitno, 2012).

Dalam hal ini penderita stroke akan sering mengalami keputusasaan

karena orang-orang disekitarnya sering menganggap bahwa dirinya tidak

mampu melakukan apapun terutama dalam hal memenuhi Self-care. Peran

serta keluarga sangatlah penting bagi penderita stroke dikarenakan penderita

sangat bergantung terhadap aktifitas guna pemenuhan self-care penderita

sehari-hari. Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam

memenuhi kebutuhan perawatan dari penderita untuk menerapkan

kernandirian dan kesehatan yang optimal. Orem mengembangkan teori yang

sating berhubungan yaitu teori "Self-care Deficit', Teori "Self-care", dan teori

"Nursing System", ketiga teori tersebut berfokus pada manusia


6

menyeimbangkan kehidupan kesehatan dan kesejahteraannya dengan merawat

diri mereka sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 5 anggota keluarga pasien stroke

yang di rawat di RSUD Tidar Kota Magelang didapatkan hasil 4 orang belum

mengerti bagaimana melakukan pemenuhan kebutuhan self-care terhadap

pasien stroke dibuktikan dengan tidak fahamnya keluarga dalam merawat

pasien, keluarga bergantung kepada perawat dalam melakukan pemenuhan

kebutuhan self-care pasien dan 1 orang mengerti bagaimana mclakukan

pemenuhan kebutuhan self-care terhadap pasien stroke dibuktikan dengan

fahamnya keluarga dalam melakukan pemenuhan kebutuhan self-care

misalnya dengan melakukan bersihan diri kepada pasien, memberikan asupan

makan dan minum, dan membantu pasien dalam mclakukan BAB maupun

BAK dengan jumlah 3 orang pasien stroke di ruang Dahlia 3 dan 4. Dari hasil

studi pendahuluan tersebut kebutuhan self-care pasien stroke di RSUD Tidar

khususnya di ruang Dahlia 3 dan 4 sangat kurang dibuktikan dengan

kurangnya pemahaman keluarga pasien tentang pemenuhan kebutuhan self-

care bagi pasien stroke. Sedangkan wawancara dengan petugas kesehatan

yang berada di poli syaraf mengatakan kunjungan pasien dengan stroke

perhari biasanya berjumlah 10 hingga 20 pasien dari total 45 kunjungan

pasien, kunjungannya meliputi kontrol dan pemeriksaan.

Dari pemiasalahan dan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Gambaran Pengetahuan Keluarga

Tentang Pemenuhan Kebutuhan Self-care Pada Pasien Stroke.

B. Rumusan Masalah
7

Hasil wawancara dan uraian singkat diatas dapat mengambarkan

bahwa keluarga belum mengetahui bagaimana melakukan pemenuhan

kebutuhan self-care kepada pasien. Melihat kejadian tersebut maka

dirumuskan pertanyaan penelitian scbagal berikut "Bagaimanakah Gambaran

Pengetahuan Keluarga Tentang Pemenuhan Kebutuhan Self-care Pada Pasien

Stroke Di Rsud Tidar Kota Magelang?"

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

gambaran pengetahuan keluarga tcntang pemenuhan kebutuhan self-care

pada pasien pasca stroke di RSUD Tidar Kota Magelang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang self-care

meliputi pemenuhan kebutuhan udara atau bernafas bagi pasien.

b. Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang self-care

meliputi pemenuhan kebutuhan asupan makanan bagi pasien.

c. Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang self-care

meliputi pemenuhan kebutuhan asupan minum bagi pasien.

d. Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang self-care

meliputi pemenuhan kebutuhan eliminasi meliputi BAB dan BAK bagi

pasien.

e. Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang self-care


8

meliputi pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat bagi pasien.

f. Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang self-care

meliputi pemenuhan kebutuhan interaksi sosial.

g. Mengetahui gambaran pengetahuan keluarga tentang self-care

meliputi pemenuhan kebutuhan pencegahan resiko bahaya bagi

kehidupan

h. Mengetahui gambaran peningkatan fungsi dan perkembangan

dalam kelompok masyarakat.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Responder

Memberikan infonnasi tentang pengetahuan keluarga tentang self-

care pada anggota keluarga yang mengalami stroke.

2. Bagi Institusi

Sebagai infonnasi dan bisa dijadikan acuan sejauh mans

pengetahuan keluarga tentang self-care pada anggota keluarga yang

mengalami stroke.

3. Bagi Keluarga

Sebagai acuan pemahaman dan media informasi, sehingga

mengetahui pentingnya self-care pada anggota keluarga yang mengalami

stroke dan akhirnya dapat dipraktikkan pada kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian im diharapkan dapat dijadikan sebagai kebijakan

bagi tenaga kesehatan khususnya dalam pengetahuan keluarga tentang


9

self-care

5. Bagi peneliti selanjutnya

Menambah ilmu pengetahuan dan dasar pengembangan bagi

penelitian selanjutnya tentang pengetahuan keluarga tentang pemenuhan

kebutuhan self-care pada pasien stroke.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke

Stroke adalah suatu serangan pada otak akibat gangguan pembuluh

darah dalam mensuplai darah yang membawa oksigen dan glukosa untuk

metabolisms sel-sel otak agar dapat tetap melaksanakan fungsinya, serangan

ini bersifat mendadak dan menimbulkan gejala sesuai dengan bagian otak

yang tidak mendapat suplai darah (Riyanto & Ageng, 2017)

Serangan ini terjadi secara tiba-tiba dengan akibat kematian atau

kelumpuhan sebelah bagian tubuh. Karena sifatnya yang menyerang itu,

sindroma ini diberi nama “Stroke” yang artinya kurang lebih pukulan telak

dan mendadak. Kadang pula stroke disebut CVA (cerebro-vaskular accident)

(Hartono,L.A. 2009).

Stroke merupakan salah satu defisit neurologik akut yang disebabkan

oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak, apabila berlanjut

dan tidak segera ditangani bisa mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian

(Oktariani, Meri. 2011).

Menurut Brunner & Suddarth (2013), penyebab terjadinya stroke

diantaranya yaitu, Trombosis Serebral terjadi pada pembuluh darah yang

mengalami oklusi sehinga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat

menimbulkan edema dan kongesti sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada

orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur.Hal ini dapat terjadikarena

penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat


11

menyebabkan iskemi serebral.Kedua yaitu Hemoragi perdarahan intrakranial

atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subaraknoid atau ke

dalam jaringan otak.Perdarahn ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan

hipertensi. Akibat pecahnva pembuluh darah otak menyebabkan perembesan

darah ke dalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan,

pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan,sehingga otak akan

membengkak, jaringan otak tertekan, terjadilah infark otak dan mungkin

herniasi otak. Ketiga yaitu hipoksia urnum, penyebab yang berhubungan

dengan hipoksia umurn adalah hipertensi yang parah, henti jantung-paru dan

curah jantung turun akibat aritmia.Yang keempat yaitu Hipoksia setempat,

penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah spasme arteri

serebral, yang disertai perdarahan subaraknoid, vasokontriksi arteri otak

disertai sakit kepala migren.

Menurut Brunner & Suddarth (2013), terdapat 2 jenis stroke yaitu

stroke Non Hemoragik (sumbatan pembulu darah) dan Stroke

Hemoragik(pecah pembulu darah). Pada kasus stroke hampir 85% disebabkan

oleh sumbatan bekuan darah (non hemoragik), penyempitan sebuah arteri atau

beberapa arteri yang mengarah ke otakatau embolus (kotoran) yang terlepas

dari jantung atau arteri ekstrakranial (arteri yang berada di luar tengkorak)

yang menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakrani (arteri

yang berada di dalam tengkorak).Ini disebut sebagai infark otak atau stroke

iskemik. Pada orang berusia lanjut lebih dari 65 tahun, penyumbatan

ataupenyernpitan dapat disebabkan oleh ateroklerosis (mengerasnya arteri)

(Irfan,,Muhammad. 2012).Stroke hemoragik disebabkan oleh pendarahan ke


12

dalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom

intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid yaitu ruang sempit antara

permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut hemoragia

subaraknoid).Ini adalah jenis stroke yang paling mematikan, tetapi relatif

hanya mcnyusun sebagian kecil dari stroke total 10-15% untuk pendarahan

intraserebrum dan 5% untuk pendarahan subaraknoid (Irfan, Muhammad.

2012).

Gejala stroke menurut Brunner &, Suddarth (2013) dikenal dengan

istilah"the golden hour", yaitu saat-saat sangat penting yang

harusdimanfaatkan untuk membawa penderita ke dokter, yaitu sebelum 3 jam

di hitting sejak mengalami serangan.

Faktor risiko stroke memperbesar kemungkinan seseorang

untukmenderita stroke.Ada 2 kelompok utama faktor risiko stroke yaitu

(Brunner & Suddarth, 2013). :

1. Kelompok pertama ditentukan secara genetik atau berhubungan

dengan fungsi tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang

termasukkelompok ini adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke

dalam keluarga dan serangan Transient Ischemic Attack atau stroke

sebelumnya.

2. Kelompok yang kedua merupakan akibat dari gaya hidup

sescorang dan dapat dimodifikasi. Faktor risiko utama yang termasuk

kelompok kedua adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok,

hiperlipidemia dan intoksikasi alkohol.

Serangan stroke jenis apa pun akan menimbulkan defisit neurologis

yang bersifat akut. Tanda dan gejala stroke yaitu (Setyopranoto dan Ismail,
13

2011):

1. Hemidefisit motorik

2. Hemidefisit sensorik

3. Penurunan kesadaran

4. Kelumpuhan nervus fasialis (VII) dan hipoglosus(XII) yang

bersifat sentral

5. Gangguan fangsi luhur seperti kesulitan berbahasa (afasia) dan

gangguan fungsi intelektual(demensia).

6. Buta separuh lapangan Pandang (hemianopsia),

7. Defisit batang otak

Patofisiologi Stroke Infark cerebral yaitu berkurangnya suplai darah

di otak.Luasnya infark bergantung pada lokasi dan besarnya pembuluh darah

dan adekuatnya sirkulasi area yang disuplai oleh pembuluh darah tersebut.

Suplai darah ke otak dapat terganggu dan dapat berubah makin lambat atau

cepat, karena adanya gangguan lokal seperti thrombus, emboli, perdarahan

dan spasme vaskular atau karena gangguan umum seperti hipoksia karena

gangguan jantung. Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah

merupakan faktor penyebab infark pada otak.Trombus (bekuan darah) berasal

dari plak aterosklerotik dan darah dapat beku di area stenosis, sehingga yang

terjadi aliran darah mengalami pelambatan dan turbulensi.Trombus bisa pecah

dari dinding pembuluh darah lalu terbawa sebagaiemboli dalam aliran

darah.Trombus menyebabkan iskemia jaringan otak dan edema serta kongesti

di area sekitar.Pendarahan pada otak disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik


14

dan hipertensi pembuluh darah.Pendarahan intraserebral dapat menyebabkan

peningkatan tekanan intrakranial dan dapat menyebabkan hemiasi otak. (S,

Wiwit.2015).

Dari faktor-faktor yang terjadi diatas maka terjadilah stroke.Stroke

dapat mengakibatkan defisit neurologis yang mengakibatkan kehilangan

kontrol volunter, kemudian terjadi kerusakan mobilitas fisik yang dapat

mengakibatkan menurunnya kemampuan self-care (S, Wiwit.2015).

B. Self-care

Pengertian Self-care menurut Orem (2001) adalah kegiatan memenuhi

kebutuhan dalam mempertahankan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan

individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit yang dilakukan oleh individu

itu sendiri. Self-care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu yang

dilaksanakan oleh individu itu sendiri untuk memenuhi serta mempertahankan

kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya jika dilakukan secara efektif,

upaya self-care dapat memberi kontribusi bagi integritas struktural fungsi dan

perkembangan manusia. Normalnya, orang dewasaakan peduli dan mau

merawat dirinya sendiri dengan sukarela, sedangkan bayi, lansia dan orang

sakit membutuhkan bantuan untuk memenuhi aktivitas self-care-nya.

Self-care merupakan teori keperawatan yang menekankan kebutuhan

klien terhadap perawatan diri sendiri. Self-care dibutuhkan oleh setiap

individu manusia, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun

dewasa. Saat self-care tidak dapat terpenuhi maka akan mengakibatkan


15

terjadinya kesakitan ataupun kematian. Menurut Orem, asuhan keperawatan

diperlukan ketika klien tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis, psikologis,

perkembangan dan sosial. Perawat akan menilai apa yang membuat klien tidak

dapat memenuhi kebutuhannya, apa yang harus dilakukan untuk

meningkatkan kemampuannya, serta menilai seberapa jauh klien mampu

memenuhinya secara mandiri (Orem. D.E. 2001).

Berdasarkan self care oleh Orem, D.E. (2001), manusia pada dasarnya

mempunyai kemampuan dalam merawat dirinya sendiri yang disebut Self'

Care Agency. Ketika terjadi defisit perawatan diri, peran perawat sebagai

nursing agency membantu untuk memaksimalkan kemampuan pelaksanaan

perawatan diri pada pasien.Semua manusia mempunyai kebutuhan untuk

melakukan perawatan diri dan mempunyai hak untuk melakukan perawatan

diri secara mandiri kecuali bila orang itu tidak mampu.

Terdapat teori defisit perawatan diri (Deficit Self-care) Orem yang

dibentuk menjadi 3 teori yang saling berhubungan (Abi Muhlisin, Irdawati.

2010):

1. Teori perawatan diri (self-care theory): menggambarkan dan

menjelaskan tujuan dan cara individu melakukan perawatan dirinya.

2. Teori defisit perawatan diri (deficit self-care theory):

menggambarkan dan menjelaskan keadaan individu yang membutuhkan

bantuan dalam melakukan perawatan diri, salah satunya adalah dari tenaga

keperawatan.

3. Teori sistem keperawatan (nursing system theory) :


16

menggambarkan dan menjelaskan hubungan interpersonal yang harus

dilakukan dan dipertahankan oleh scorang perawat agar dapat melakukan

sesuatu secara produktif

Adapun penjelasan mengenai ketiga teori keperawatan di atas adalah

sebagai berikut (Abi Muhlisin, Irdawati. 2010):

1. Teori perawatan diri (self care theory) berdasarkan Orem terdiri

dari

a. Perawatan diri adalah tindakan yang diprakarsai oleh individu dan

diselenggarakan berdasarkan adanya kepentingan untuk

mempertahankan hidup, fungsi tubuh yang sehat, perkembangan dan

kesejahteraan.

b. Agen perawatan diri (self-care agency) adalah kemarnpuan yang

kompleks dari individu atau orang-orang dewasa (matur) untuk

mengetahui dan memenuhi kebutuhannya yang ditujukan untuk

melakukan fungsi dan perkembangan tubuh. Self-care Agencyini

dipengaruhi oleh tingkat perkembangan usia, pengalaman hidup,

orientasi sosial kultural tentang kesehatan dan sumber-sumber lain

yang ada pada dirinya.

c. Kebutuhan perawatan diri terapeutik (therapeutic self-care

demands) adalah tindakan perawatan diri secara total yang dilakukan

dalamjangka waktu tertentu untuk memenuhi seluruh kebutuhan

perawatan diri individu melalui cara-cara tertentu seperti, pengaturan

nilai-nilai terkait dengan keadekuatan pemenuhan udara, cairan serta


17

pemenuhan elemen- elemen aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan tersebut (upaya promotif, pencegahan. pemeliharaan dan

penyediaan kebutuhan).

d. Orem menyebutkan ada beberapa kebutuhan self-care atau yang

disebut sebagai self-care requisite (Orem, DE. 2001), yaitu :

1) Kebutuhan perawatan diri universal (Universal selfcare

requisite)
Hal yang umum bagi seluruh manusia meliputi pemenuhan

kebutuhan yaitu:
a) Pemenuhan kebutuhan udara, pemenuhan kebutuhan udara,

yang, dirnaksud berdasarkan Orem adalah bernapas tanpa

menggunakan peralatan oksigen. Pada pasien stroke mengalami

ketidak mampuan menelan, batuk, adanya hambatan jalan

nafas. Pada penderita stroke dengan penurunan kesadaran akan

mengalami masalah tentang bersihan jalan napas karena

akumulasi sekret. Dimana saat mukus menutup sebagian

saluran papas maka terjadi penurunan tidal volume yang

berdampak pada penurunan saturasi oksigen, sehingga tubuh

melakukan kompensasi dengan peningkatan frekuensi

pernapasan dan peningkatan denyut jantung (Potter & Perry,

2010).
b) Pemenuhan kebutuhan air, kebutuhan air yang dimaksut

yaitu minum dan mandi, minum tanpa adanya gangguan, yang

dimaksud berdasarkan Orem adalah kebutuhan air sesuai

kebutuhan individu masing-masing atau 6-8 gelas air/hari. Pada


18

pasien stroke sering terjadi disfagia atau kesulitan menelan

cairan. Hal ini terjadi karena disfungsi dan inkoordinasi otot

faring dan central nenvous system kehilangan kontrol terhadap

fungsi menelan. Disfagia sangat berhubungan dengan

terjadinya malnutrisi, infeksi saluran pernapasan, dan dehidrasi

(Mahan. L.K, 2012). Pada saat mandi pasien stroke memiliki

keterbatasan kemampuan untuk berdiri lama dan memiliki

keseimbangan yang buruk maka diperlukan kursi disaat mandi.

Mandi bagi pasien stroke juga dapat dilakukan dengan

mengelapsemua bagian tubuh dengan menggunakan kain dan

air bersih. Untuk menjaga keamanan di kamar mandi maka

diperlukan pegangan (hand rail) agar pasien stroke tidak jatuh

(Syairi, 2013).
c. Pemenuhan kebutuhan makanan tanpa gangguan, yang

dimaksud berdasarkan Orem adalah dapat mengambil makanan

atau peralatan makanan tanpa bantuan. Pada pasien stroke

memiliki kesulitan dalam mencerna makanan, kehilangan nafsu

makan, mual muntah, kehilangan sensasi rasa kecap pada lidah,

pipi, dan tenggorok, dan kesulitan menelan. Sebelum makan,

makanan yang sulit dipotong sebaiknya dipotong terlebih

dahulu untuk memudahkan pasien saat makan. Disaat makan

tinggi meja perlu disesuaikan dengan jangkauan pasien, agar

pasien stroke dapat mudah disaat makan, disaat makan kursi

yang digunakan harus nyaman dan dapat menopang tubuh


19

penderita stroke (Syairi, 2013).


d. Pemenuhan kebutuhan eliminasi, yang dimaksud

berdasarkan Orem adalah penyediaan perawatan yang terkait

dengan proses eliminasi, seperti kemampuan individu dalam

eliminasi membutuhkan bantuan atau melakukan secara

mandiri seperti BAK dan BAB. Menyediakan peralatan

kebersihan diri dan dapat melakukan tanpa gangguan. Untuk

membantu memudahkan pasien pasta stroke melakukan BAB

dan BAK, hendaknya pasien menggunakan kloset duduk

dibandingkan dengan kloset yang jongkok, karena kloset duduk

mampumengurangi ketidak seimbangan tubuh pasien. Pasien

yang mengalami gangguandalam berkernih, sebaiknya

menggunakan popok khusus sesuai indikasi dari dokter. Kamar

mandi yang digunakan lebih baik memiliki jarak yang dekat

dengan pasien agar pasien tidak menempuh jarak yang cukup

jauh jika ingin BAK atau BAB (Syairi, 2013)


e. Pernenuiian kebutuhan akifitas dan istrahat, yang dimaksud

berdasarkan Orem adalah aktivitas untuk menjaga

keseimhangan gerakan fisik seperti berolah raga dan menjaga

pola tidur atau istirahat, memahami gejala-gejala yang

mengganggu intensitas ticlur. Penderita stroke harus merubah

posisi setiap 2 jam sekali yaitu miring kanan dan miring kiri.

Jika mengalami keterbatasan untuk berdiri, gunakan kursi roda

atau tongkat untuk beraktivitas di rumah.Penderita stroke


20

memerlukan latihan fisik seperti latihan berjalan dan latihan

menggerakan anggota badan. Pasien stroke akan mengalami

gangguan, dimana pasien akan sering terbangun akibat

arterosklerosis perifer, tidur pada siang hari yang berlebihan

akibat pengaruh obatobatan seperti kortikosteroid pada kasus

stroke karena Hipertensi (Syairi, 2013).


f. Pemenuhan kebutuhan interaksi sosial dan lingkungan,

yang dimaksud adalah menjalin hubungan atau berinteraksi

dengan teman sebaya, saudara atau keluarga serta mampu

beradaptasi dengan lingkungan. Pasien dengan stroke akan

kehilangan kontrol atas dirinya sehingga menimbulkan

manifestasi klinis depresi, penderita mudah merasa takut,

gelisah, marah, dan sedih atas kekurangan fisik dan mental

yang mereka alami (Widarti. Luluk et al 2012). Keadaan

tersebut berupa emosi yang kurang menyenangkan yang

dialami oleh pasien stroke karena merasa khawatir berlebihan

yang akan membuat tingkat ketergantungan seseorang terhadap

orang lain menjadi semakin meningkat, sehingga orang tidak

mandiri dalam melakukan aktivitas kemandirian sehari-hari dan

memerlukan bantuan orang lain (Karunia, 2016).


g. Pemenuhan pencegahan dari bahaya pada kehidupan

manusia, adalah mengerti jenis bahaya yang membahayakan

diri sendiri, mengambil tindakan untuk mencegah bahaya dan

melindungi diri sendiri dari situasi yang berbahaya. Pada


21

pasien dengan stroke biasanya akan mengalami masalah

kelumpuhan dan kelemahan, hal ini disebabkan banyaknya

komplikasi yang timbul akibat imobilisasi/tirah baring yang

lama misalnya decubitus. Misalnya pada saat mandi pasien

stroke memiliki keterbatasan kemampuan untuk berdiri lama

dan memiliki keseimbangan yang buruk maka diperlukan kursi

disaat mandi. Untuk menjaga keamanan di kamar mandi maka

diperlukan pegangan (hand rail) agar pasien stroke tidak jatuh.

Disaat makan tinggi meja perlu disesuaikan dengan jangkauan

pasien, agar pasien stroke dapat mudah disaat makan, disaat

makan kursi yang digunakan harus nyaman dan dapat

menopang tubuh penderita stroke (Syairi, 2013).


h. Peningkatan fungsi manusia dan perkembangan dalam

kelompok masyarakat berdasarkan kemampuan manusia,

keterbatasan keterampilan dan keinginan manusia normal pada

umumnya, kenorrnalan yang dimaksut adalah konteks manusia

secara esensial (manusia secara uniurn) dan konteks manusia

secara genetis dimana masing-masing individu memiliki

karaktenstik dan talenta masing-masing (Orem, DE. 2001).

Hal-hal ini dapat mempengaruhi kondisi tubuh yang dapat

mempertahankan fungsi dan struktur tubuh manusia dan

mendukung untuk pertumbuhan serta perkembangan manusia.

Pemenuhan peningkatan kesejahteraan dapat dilakukan dengan

menghindari makanan yang tinggi lemak dan gula, berhenti


22

merokok (Dennis, 1997). Memberikan sistem pendukung

(orang terdekat, perkumpulan pasien pasca stroke, dan

pelayanan kesehatan terdekat), dan kemampuan self care pasien

(Ernawati, 2013). Bagi penderita stroke sebaiknya menghindari

makanan yang berlemak dan berkadar natriurn tinggi. Beberapa

makanan yang tidak disarankan untuk dikonsumsi menurut

Alillatsiel, (2010), adalah : Semua daging yang berlemak

(kambing, babi, harn, sosis, kulit ayam, lemak hewan). Jeroan.

Roti (kue yang mengandung soda kue atau garam). Margarine

(mentega). Garam dapur. Bahan makanan yang menimbulkan

gas (ubi, kacang merah, sawi, lobak). Buah-buahan yang

masam atau bergas (nanas, kedondong, nangka dan durian).

Minuman yang mengandung alkohol, soda, kopi dan teh kental.


2. Kebutuhan perkembangan Perawatan Diri (Development self-care

requisite)

Kebutuhan yang dihubungkan pada proses perkembangan

dapatdipengaruhi oleh kondisi dan kejadian tertentu sehingga dapat berupa

tahapan-tahapan yang berbeda pada setiap individu, seperti perubahan

kondisi tubuh dan status sosial. Tahap perkembangan diri sesuai tahap

perkembangan yang dapat terjadi pada manusia adalah :

a. Penyediaan kondisi-kondisi yang mendukung proses perkembangan.

b. Memfasilitasi individu dalam tahap perkembangan seperti sekolah.

c. Keterlibatan dalam pengembangan diri.

d. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang mendukung perkembangannya.


23

e. Pencegahan terhadap gangguan yang mengancam.

3. Kebutuhan Perawatan Diri Pada Kondisi Adanya Penyimpangan

Kesehatan (Health Deviation Self-care Requisite)

Kebutuhan ini dikaitkan dengan penyimpangan dalam aspek

struktur dan fungsi manusia, seseorang yang sakit, terluka mengalami

kondisi patologis tertentu, kecacatan atau ketidakmampuan seseorang yang

menjalani pengobatan tetap membutuhkan perawatan diri. Adapun

kebutuhan perawatan diri pada kondisi penyimpangan kesehatan atau

perubahan kesehatan antara lain:

a. Pencarian bantuan kesehatan.

b. Kesadaran akan resiko munculnya masalah akibat pengobatan atau

perawatan yang dijalani.

c. Melakukan diagnostik, terapi, dan rehabilitative,memahami efek

buruk dari perawatan.

d. Adanya modifikasi gambaran atau konsep diri.

e. Penyesuaian gaya hidup yang dapat mendukung perubahan status

kesehatan.

Setiap orang memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan

perawatan diri secara mandiri, tetapi ketika seseorang tersebut mengalami

kctidakmampuan untuk melakukan perawatan diri secara mandiri, disebut

sebagai Self-care Deficit (Orem, DE. 2001). Defisit perawatan diri

menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam

bertindak/beraktivitas dengan tuntunan kebutuhan tentang, perawatan diri,


24

sehingga ketika tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka seseorang

akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri, pemenuhan self-care

pada penderita pasien stroke dapat dibantu oleh keluarga karena

mempunyai peran yang bersifat mendukung selama masa pcnyembuhan

dan pemulihan pasien, dukungan keluarga berperan sangat penting untuk

menjaga dan memaksimalkan pemenuhan kebutuhan self' care

(Wurtiningsih, 2017).

C. Keluarga

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan olch

perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan

mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional dan sosial dari individu-individu yang ada di dalamnya

terlihat dari pola interaksi yang saling keterganturigan untuk mencapai tujuan

bersama (Friedman, 2010).

Keluarga memiliki beberapa fungsi diantaranya yang pertarna fungsi

afektif yaitu berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan

dasar kekuatan keluarga, berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.

Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran

dijalankan dengan baik dan penuh rasa kasih sayang. Yang kedua fungsi

sosialisasi, yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu

menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan perannya

dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu melaksanakan


25

sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma budaya, dan

perilaku melalui interaksi dalam keluarga. Sehingga individu mampu

berperandi dalam masyarakat.Yang ketiga fungsi reproduksi, yaitu fungsi

untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah SDM (Sumber

Daya Manusia).Yang keempat Fungsi ekonomi, yaitu fungsi untuk memenuhi

kebutuhan keluarga, seperti makan, pakaian, perumahan, dan lain-

lain.Yangkelima fungsi perawatan kesehatan, keluarga menyediakan makanan,

pakaian, perlindungan dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan

keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu (Ali, 2010).

Rendahnya tingkat pengetahuan keluargatentang stroke menyebabkan

meningkatnya tingkat keparahan, pasien tidak memiliki kemandirian, terjadi

serangan ulang bahkan menyebabkan kematian.Keluarga mempengaruhi

perilaku sehat dari setiap anggotanya, begitu juga status kesehatan dari setiap

individu mempengaruhi fungsi keluarga dan kemampuannya untuk mencapai

tujuan (Potter, 2006).

Menurut Notoadmodjo (2010) faktor internal dan faktor eksternal yang

mempengaruhi terbentuknya pcngetahuan yaitu :

Pertama intelegensi, merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir,

yang memungkinkan sescorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Orang

berpikir menggunakan inteleknya atau pikirannya.Cepat atau tidaknya dan

terpecahkan tidaknya suatu masalah tergantung kemampuan


26

intelegensinya.Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan pesan dalam

komunikasi adalah taraf intelegensi seseorang. Dikatakan bahwa orangyang

lebih intelegen akan lebih mudah menerima suatu pesan. Dari uraian tersebut

dapat disimpulkan bahwa orang yang mempunyai taraf intelegensi tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang baik dan sebaliknya.

Kedua yaitu pendidikan, tugas dari pendidikan adalah memberikan

atau meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sifat positif, serta memberikan

atau meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek

yang bersangkutan, sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang.

Sistem pendidikan yang berjenjang diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan melalui pola tertentu (Notoatmodjo. 2010).Jadi tingkat

pengetahuan seseorang terhadap suatu objek sangat ditentukan oleh tingkat

pendidikan.

Ketiga yaitu pengalaman, bahwa pengalamanlah yang menyebabkan

seseorang itu berperilaku tertentu salah satunya disebabkan karena adanya

pemikiran dan perasaan dalam diri seseorang yang terbentuk dalam

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian-

penilaian seseorang terhadap objek tersebut, dimana seseorang mendapatkan

pengetahuan baik dari pengalaman pribadi maupun pengalaman oranglain.

(Notoatmodjo: 2010)

Keempat yaitu informasi, disebutkan bahwa media massa dianggap

sebagai sistem informasi yang memiliki peranan penting dalam proses

pemeliharaan, perubahan, dan kontlik dalam tatanan masyarakat, kelompok


27

atau individu dalam aktivitas sosial dimana media massa ini nantinya akan

inempengaruhl ftingsi kognitif, afektif, dan behavioral. Pada fungsi kognitif

diantaranya adalah berfungsi untuk menciptakan ataumenghilangkan

ambiguitas, pembentukan sikap, perluasan sistem, keyakinan masyarakat dan

penegasan atau penjelasan nila-nilaitertentu. (Notoatmodjo: 2010). Media

dibagi menjadi tiga yaitu media cetak yang meliputi boolet, leaflet, rubrik

yang terdapat pada surat kabar atau majalah dan seseorang terhadap suatu

objek sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan.

Kelima kepercayaan, komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang,

mengenai apa yang berlaku bagi objek sikap, sekali kepercayaan itu telah

terbentuk, maka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa

yang dapat diharapkan dari objek tertentu.

Keenam yaitu umur, umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin

cukup umur tingkat kemampuan; kematangan seseorang akan lebih matang

dalam berpikir dan menerima informasi.

Ketuju yaitu pekerjaan, menurut Hurlock (2006) bahwa pekerjaan

adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan

guna kebutuhan hidupnya sehari-hari. Lama bekerja rnerupakan pengalaman

individu yang akan menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan.

Kedelapan yaitu sosial budaya, sosial budaya termasuk di dalamnya

pandangan agama, kelompok etnis dapat mempengaruhi proses pengetahuan

khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat super

egonya.
28

Kesembilan yaitu status sosial ekonomi, status sosial ekonomi

berpengaruh terhadap tingkah lakunya.Individu yang berasal dari keluarga

yang bestatus sosial ekonomi baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif

memandang diri dan masa.

Menurut Ali (2010), dukungan keluarga mempunyai arti yang besar

dalam kekambuhan berbagai penyakit dalam hal ini pada pasien

stroke.Dukungan keluarga menurut Fuady, N., Sjattar, E. L et. All.(2016)

merupakan bantuan yang diterima salah suatu anggota keluarga dari anggota

keluarga lainnya dalam menjalankan fungsi keluarga.Dukungan yang dimiliki

oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang

dihadapi. Dukungan keluarga baikakan membantu pasien dalam menghadapi

dan mengatasi masalahnya dibanding dengan pasien yang tidak memiliki

dukungan keluarga. Keluarga perlu mendukung keterbatasan perawatan diri

pasien, perubahan gaya hidup dan kemampuan pasien untuk meningkatkan

kemandirian. Keluarga harus terlibat secara aktif dalam proses meningkatkan

kemandirian. Keyakinan yang diterima keluarga adalah hal yang penting bagi

pasien untuk menumbuhkan kepatuhan pasien menjalani program medis

(Srneltzer dan Bare, 2010).

Keluarga seharusnya memberikan dukungan kepada anggota keluarga

yang mengalami masalah dengan cara keluarga berusaha mengambil

keputusan yang tepat untuk menyelesaikan masalah anggota keluarga dan juga

memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit sebagai tugas

keluarga (Suprajitno 2012). Bentuk hubungan interpersonal yang meliputi


29

sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota

keluarga merasa ada yang memperhatikan, memberi kenyamanan fisik, dan

psikologis.Keluarga mempunyai beberapa fungsi dukungan yaitu berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional (Friedman, 2010).

Peran keluarga dalam merawat klien stroke adalah pemeliharaan

kesehatan yaitu mempertahankan keadaan kesehatan agar tetap memiliki

produktivitas tinggi, keluarga mempunyai peran kesehatan dalam merawat

klien stroke antara lain (Suprajitno, 2012): Pertama, mengenal masalah

kesehatan keluarga. Kedua, memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi

keluarga.Ketiga, merawat keluarga yang mengalami gangguan

kesehatan.Keempat, memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.Kelima, memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

disekitar keluarga. Kelima hal tersebut menunjukkan bahwa keluarga berperan

penting dalam proses penyembuhan kembali pada klien.

Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat

hubungannyadengan seseorang.Untuk itu diperlukan hubungan saling

membantu dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan pasien penderita

stroke.Anggota keluarga yang menderita stroke memiliki masalah-masalah

fisik, emosi dan komunikasi untuk tinggal bersama, hal ini dapat

menimbulkan perubahan keseimbangan kehidupan yang normal dalam

keluarga. Seluruh anggota keluarga akan terlibat dalam perawatan pasien

stroke dan ini akan mempengaruhi kehidupan keluarga (Suprajitno, 2012).


30

Untuk itu dukungan keluarga sangat diperlukan dalam merawat anggota

keluarga yang terkenastroke, karena dukungan keluarga merupakan suatu

keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dan orang lain yang

dapat dipercaya (dalam hal ini adalah keluarga), sehingga seseorang akan tahu

bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

Menurut Yastroki (2012), tanpa pengetahuan dalam merawat pasien

stroke pada keluarga dan mengorientasikan mereka pada perawatan untuk

penderita stroke, maka keluarga tidak akan mengerti dalam memberikan

perawatan yang memadai dan dibutuhkan oleh penderita stroke. Keluarga

perlu mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh penyakit stroke serta

kemungkinan komplikasi yang akan terjadi, kesembuhan pasien juga akan

sulit tercapai optimal jika keluarga tidak mengerti apa yang hares dilakukan

untuk memperbaiki dan perawatan apa yang sebaiknya diberikan untuk

keluarganya yang mengalami stroke.

D.Kerangka Teori

Stroke
Faktor yang
mempengaruhi stroke:
Faktor yang
1. Kelompok
Serangan stroke mempengaruhi
pertama ditentukan
jenis apapunakan pengetahuan
secara genetik atau
menimbulkan 1. Intelegensi
berhubungan dengan
2. Pendidikan
fungsi tubuh yang
3. Pengalaman
normal sehungga tidak
4. Informasi
dapat dimodifikasi
2. Kelompok kedua 5. Kepercayaan
merupakan akibat dari 6. Umur
31

Kehilangn
kontrol voluner

Kerusakan
mobilitas fisik

Penurunan self care


meliputi kebutuhan: Fungsi keluarga

1. Udara 1. Afektif
2. Air 2. Sosialisasi
3. Makanan 3. Reproduksi
4. Eliminasi 4. Ekonomi
5. Aktivitas 5. Perawatan

istirahat keluarga
6. Interaksi
sosial
7. Pencegahan
bahaya

Gambar 2.1 Kerangka teori


(Oktariani, Meri. 2018), (S, Wiwit.2015), (Orem, DE.2001), (Friedman. 2010),
(Ali.2010), (Notoadmojo. 2010), (Wurtiningsih.2017)

E. Kerangka Konsep

Pemenuhan kebutuhan self carepada pasien pasca stroke meliputi


pemenuhan kebutuhan udara, air, makanan, eliminasi, aktivitas istirahat,
interaksi sosial, pencegahan bahaya, fungsi dan pencegahan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
32

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu penelitan yang

bertujuan mengetahui gambaran analisis suatu variabel.Penelitian kuantitatif

merupakan penelitan objektif dan dapat diukur, peneliti mengembangkan

instrumen, mengumpulkan data, mengukur, dan menganalisis data yang

didapat.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan

keluarga tentang pemenuhan kebutuhan self care pada pasien stroke di RSUD
33

Tidar Kota Magelang.Rancangan penelitian ini menggunakan cross sectional,

karena pendekatan dan pengumpulan data yang dilakukan hanya dilakukan

sekali dan tanpa tindak lanjut.(Notoatmodjo, 2014).


B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Poli stroke RSUD Tidar Kota

Magelang pada bulan Mei 2019.


C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang

diteliti (Notoatmodjo, 2010), populasi yang diteliti dalam penelitian ini

adalah keluarga yang memiliki penderita stroke di RSUD Tidar Kota

Magelang sebanyak 881 keluarga.

2. Sampel
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dapat mewakili

atau representative populasi (Riyanto, 2011).


Dahlan, S. (2016), menguraikan menghitung sampel dengan rumus:
za2PQ
n= d2

1,962 x 0,045 x 0,955


n= 0,052

n = 66,03
n = 66
Keterangan :
Za = nilai standar dari alpha yaitu 1,96
P = Proporsi dari kategori yang menjadi point of interest.
Nilai P yaitu 4,5% atau 0,045 (Dewi, (2017) “Pengetahuan keluarga

berperan terhadap keterlambatan kedatangan pasien stroke iskemik akut di

instalasi gawat darurat”).


Q = 1-P (1 - 0,045 = 0,955)
2 =
d Presisi penelitian, yaitu kesalahan prediksi proporsi yang masih

dapat diterima.
Koreksi benar sampel untuk antisipasi drop out mengunakan rumus :
34

n
n’ = (1 – f)
66
n’ = ( 1 – 0,1)

66
n’ = 0,9
n’ = 73,33

n’ = 73
Keterangan :
n’ = Besar sampel yang dihitung
f = Perkiraan proporsi drop out 10% (f=0,1)
Besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 73 keluarga di RSUD

Tidar Kota Magelang.


3. Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian ini adalah dengan cara

accindental sampling. Menurut Sugiyono (2009) teknik pengambilan

accindetal sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu populasi yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang secara kebetulan cocok

sebagai sumber data. Peneliti mengambil teknik ini dengan alasan pasien

atau responden dalam penelitian ini keberadaannya tidak dapat dipastikan,

artinya mereka berkunjung ke rumah sakit ketika sesuai jadwal kontrol yang

akan ditetapkan oleh tenaga kesehatan. Peneliti melakukan pengambilan

sampel berdasarkan pasien pasca stroke yang ditemui pada saat pelaksanaan

penelitian.
Kriteria sampel dalam penelitian ini meliputi kriteria inklusi dan

eklusi, dimana kriteria tersebut dapat menentukan layak dan tidaknya

sampel yang digunakan. Kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini

yaitu:
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
35

a. Keluarga yang memiliki pasien stroke


b. Keluarga yang bersedia menjadi reponden

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah


a. Keluarga yang tidak kooperatif

D. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang
Pemenuhan Kebutuhan Self Care Pada Pasien Stroke di RSUD
Tidar Kota Magelang.

Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Jumlah nilai benar
Kemampuan Kuesioner yang Pengukuran Ordinal
Jumlah soal
keluarga dalam berisi 32 pertanyaan pengetahuan
Pengetahuan memahami dan dengan dua pilihan dilakukan dengan
keluarga mengaplikasikan jawaban “benar” angket kuisioner,
tentang informasi yang dan “salah” Hasil kemudian
pemenuhan didapat dari tingkat penelitian dilakukan
kebutuhan self tahu sampai dikategorikan penilaian, nilai 1
care pada memahami sehingga sebagai berikut untuk jawaban
Benar = 1
pasien stroke dapat benar dan nilai 0
Salah = 0
mengaplikasikan Dengan rumus yang untuk jawaban
informasi yang digunakan yaitu salah. Kemudian
didapat tersebut digolongkan
x 100%
menjadi 3 kategori
yaitu baik, sedang,
kurang. Dikatakan
baik(>76%), cukup
(56-75%), kurang
( ≤55%)
(Arikunto, 2002)
36

E. Jenis Pengumpulan Data


1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer pada penelitian ini didapat langsung oleh peneliti

dengan cara melakukan pengukuran pengetahuan self care dengan

menggunakan lembar kuesioner.


b. Data Sekunder
Data sekunder yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ini

yaitu data yang berupa nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,

dan hubungan keluarga di RSUD Tidar Kota Magelang.


Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Gambaran Pengetahuan Keluarga
Tentang Pemenuhan Kebutuhan Self Care Pada Pasien
Pasca Stroke Di RSUD Tidur Kota Magelang

No Sub Pokok Bahasan Nomor Soal Jenis


1 Udara 4, 5, 6 Favorable
2 Air 1, 2, 3, 7, 24 Favorable
3 Makanan 8, 9, 10, 11 Favorable
4 Eliminasi 12, 13, 14, 15 Favorable
5 Aktivitas Istirahat 17, 18, 19, 20 Favorable
6 Interaksi Sosial 21, 22, 23, 28 Favorable
7 Pencegahan Bahaya 16, 25, 26, 27 Favorable
8 Fungsi dan Perkembangan 29, 20, 31, 32 Favorable

Kuesioner ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga

tentangpemenuhankebutuhan self care pada pasien pasca stroke.Kuisioner

ini terdiri dari 32 item pertanyaan dengan menggunakan skala Guttman.

Skala dalam penelitian ini, akan di dapat jawaban yang tegas, yaitu”benar

dan salah”. Instrumen penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang

berbentuk kuesioner, responden hanya diminta untuk memberikan tanda

centang pada jawaban yang dianggap sesuai dengan responden. Penilaian

pada kuesioner ini yaitu:" benar dan salah”.


37

Rumus yang digunakan untuk mengukur presentase dari jawaban

yang didapat dari kuisioner menurut Arikunto (2013), yaitu

Jumlah nilai yang benar


Presentase ¿ x 100%
Jumlah soal

Arikunto (2010) membuat kategori tingkat pengetahuan seseorang

menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai presentase yaitu sebagai

berikut:

1. Tingkat pengetahuan kategori baik dengan nilai ≥ 76-100%


2. Tingkat pengetahuan kategori cukup dengan nilai 60-75%
3. Tingkat pengetahuan kategori kurang dengan nilai ≤ 60%

F. Uji Validitas dan Reabilitas


1. Uji Validitas
Uji validitas adalah derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti, dengan

demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antar data yang

dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek

penelitian (Sugiyono, 2011).


Untuk mencari validitas angket dengan menggunakan rumus

korelasi product moment (Arikunto,2013), sebagai berikut:


N ∑xy – ( ∑x ∑y )
rxy=√{N∑2 -(∑x)2}{N∑y2-(∑y)2}
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara item (x) dan skor total (y)
∑x = Jumlah skor dari setiap item
∑y = Jumlah skor total item
∑xy = jumlah perkalian skor x dan skor y obyek
N = Jumlah subjek
Hasil perhitungan tiap-tiap item dibandingkan dengan tabel nilai

product moment instrument dimana suatu pertanyaan dikatakan valid

apabila nilai r hitung ≥ r tabel (Arikunto, 2010)


2. Uji Reliabilitas
38

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan

bila fakta atau kenyataan hidup diukus atau diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama

memegang peran penting dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,

2010).
Untuk menguji reliabilitas intrumen dengan menggunakan teknik

Alpha Cronback dengan rumus koefisensi Alpha Cronback sebagai berikut:

r11 = [ K
( K−1) ][ b2
1− 2
(❑1) ]
Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan


2
= jumlah varian butir
2
1 = varian total

Intrumen penelitian dinyatakan reliable jika diperoleh nilai Alpha

Cronback > 0,60 (Sugiyono,2012)

G. Prosedur Pengumpulan Data


1. Tahapan Penelitian
a. Prosedur Administrasi (Perijinan)
1) Peneliti meminta ijin penelitian dari Universitas Ngudi

Waluyo sebagai pengantar yang ditujukan kepada Kepala Satuan

Bangsa dan Politik Kota Magelang dan kepada Direktur RSUD Tidar

Kota Magelang
2) Setelah mendapat ijin dari kantor Kesatuan Bangsa dan

Politik peneliti kemudian meneruskan surat ijin ke Badan Penelitian

dan Pengembangan Kota Magelang.


39

3) Setelah mendapat ijin dari kantor Badan Penelitian dan

Pengembangan Kota Magelang peneliti kemudian meneruskan surat

ke Direktur Utama RSUD Tidar Kota Magelang.


4) Setelah mendapat ijin dari Direktur Utama RSUD Tidar

Kota Magelang peneliti kemudian meneruskan surat ijin ke Kepala

Bidang Keperawatan RSUD Tidar Kota Magelang.


5) Setelah mendapat surat ijin Kepala Bidang Keperawatan

RSUD Tidar Kota Magelang peneliti kemudian meneruskan surat

ijin ke Penanggung jawab raung Dahlia 4 dan Dahlia 5 RSUD Tidar

Kota Magelang.
b. Prosedur Pengambilan Data
1) Penelitian ini dilakukan di RS Tidar Kota Magelang pada bulan

April hingga Mei 2019, di mana sebelum penelitian dilakukan

peneliti melakukan identifikasi calon responden yaitu penderita pasca

stroke berdasarkan data poli rawat jalan dan rekam medik.


2) Setelah mendapat data – data calon responden, selanjutnya

dilakukan penentuan populasi dan sampel yang diteliti dengan

mempertimbangkan kriteria inklusi dan eksklusi, serta teknik

sampling yang digunakan yaitu accidental sampling, sehingga

diperoleh jumlah sampling sebanyak 73 orang.


3) Peneliti melakukan penelitian setiap hari senin hingga kamis. Pada

hari pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan sosialisasi menemui

responden di poli rawat jalan dan di ruang dahlia, selanjutnya

memperkenalkan diri dan melakukan penjelasan mengenai tujuan,

manfaat penelitian serta menanyakan kesediaan calon responden

untuk membantu proses penelitian.


40

4) Peneliti dan asisten meminta calon responden yang sudah terpilih

menjadi sampel penelitian untuk untuk menandatangani informed

consent dan apabila tidak bersedia maka tidak ada paksaan untuk

menandatangani.
5) Penderita yang bersedia menjadi responden kemudian diberikan

penjelasan tentang cara pengisian kuesioner untuk mengukur

pengetahuan keluarga tentang pemenuhan kebutuhan self care pada

pasien pasca stroke


6) Selama pengisian kuesioner, peneliti dan asisten peneliti akan

melakukan pendampingan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengantisipasi jika ada pertanyaan yang belum dipahami responden

maka peneliti dapat langsung memberikan penjelasan tetapi tidak

membantu memberikan jawaban atas pertanyaan dari kuesioner agar

tidak menimbulkan bias dalam penelitian.


7) Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti memeriksa

kembali kelengkapan jawaban dari responden dan diperoleh semua

pertanyaan telah terisi dengan lengkap sehingga dapat dilakukan

analisis data.
8) Peneliti mengumpulkan semua kuesioner dari responden,

selanjutnya data yang terkumpul dilakukan tabulasi data.


c. Pemilihan Asisten Penelitian
1) Kriteria Asisten Penelitian
a) Mahasiswa S1 keperawatan Universitas Ngudi Waluyo

Ungaran yang mempunyai tingkat pendidikan minimal sederajat

dengan peneliti.
b) Peneliti melakukan persamaan persepsi sebelum melakukan

penelitian.
2) Tugas Asisten Peneliti
41

a) Membantu peneliti meminta informed consent pada

responden.
b) Membantu peneliti dalam memberikan lembar kuesioner.
c) Membantu peneliti dalam pengisian kuesioner.
d) Membantu responden jika tidak paham dalam menjawan

kuesioner.
e) Membantu peneliti dalam menarik kembali kuesioner yang

telah diisi jawaban atas pertanyaan dari kuesioner agar tidak

menimbulkan bisa dalam penelitian.


f) Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti

memeriksa kembali kelengkapan jawaban dan responden

diperoleh semua pertanyaan telah terisi dengan lengkap sehingga

dapat dilakukan analisis data


g) Peneliti mengumpulkan semua kuesioner dari responden,

selanjutnya data yang terkumpul dilakukan tabulasi data.

H. Etika Penelitian
1. Pelaksanaan penelitian ini memperhatiakan prinsip etik yang

meliputi:
a. Inform Concent
Lembar persetujuan diberikan kepada responden yang diteliti

dan memenuhi kriteria inklusi, peneliti menjelaskan tentang tujuan dan

manfaat penelitian gambaran pengetahuan keluarga tentang self care pada

pasien stroke. Calom responden yang bersedia untuk diteliti

menandatangani lembar persetujuan, dan jika calon responden menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap

menghormati.
b. Anonimity
42

Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak

mencantumkan nama responden dalam pengolahan data penelitian tetapi

menggunakan inisial sebagai penggantinya.


c. Confidentiality
Informasi terkai identitas dan hasil pengukuran tidak diberikan

kepada siapapun tanpa persetujuan responden dan dijaga hanya

dugunakan untuk kepentingan penelitian.


d. Nonmaleficence
Penelitian dilakukan kepada keluarga tidak mengandung unsur

bahaya atau merugikan, serta tidak memperburuk keadaan keluarga atau

responden.
e. Beneficiency
Penelitian ditujukan untuk kebaikan dan menghasilkan manfaat

bagi keluarga penderita stroke.


f. Veracity
Peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan responden.Peneliti

memberikan penjelasan secara lengkap tentang enelitian terkait tujuan,

prosedur, dan manfaat penelitan yang dilakukan.

I. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh kemudian diolah melalui tahap-tahap

pengolahan data adalah sebagai berikut:


1. Editing
Peneliti dalam tahapan ini melakukan pemeriksaan data seperti,

kelengkapan pengisian, kesalahan dan konsistensi dari setiap

jawaban.Editing dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga jika ada

kekurangan data bisa segera dilengkapi, yaitu apabila ada jawaban yang

belum di isi maka diberikan kepada responden lagi untuk di isi kembali.
2. Scoring
43

Peneliti kemudian memberikan skor pada kuesioner dalam

pemenuhan kebutuhan self care pada anggota keluarga yang mengalami

stroke yaitu:
1 = Benar
0 = Salah
Variabel untuk pemenuhan self care pada anggota keluarga yang

mengalami pasca stroke menurut Arikunto (2010) yaitu:


a. Tingkat pengetahuan kategori baik dengan nilai ≥ 76-100%
b. Tingkat pengetahuan kategori cukup dengan nilai 60-75%
c. Tingkat pengetahuan kategori kurang dengan nilai ≤ 60%
3. Coding
Peneliti melakukan coding untuk mempermudah proses

pengolahan data. Peneliti memberikan kode pada data yang diperoleh untuk

mempermudah dalam pengelompokan data klasifikasi data.Setiap item pada

lembar kuesioner diberi kode sesuai dengan karakter masing-

masing.pemberian kode untuk variabel pemenuhan kebutuan self care pada

anggota keluarga yang mengalami stroke dibagi menjadi 3 yaitu; baik,

cukup, kurang
3. Entry
Peneliti memasukan data kedalam komputer untuk dianalisis

mengunakan spss setelah tabel tabulasi selesai untuk selanjutnya dilakukan

analisis data dengan menggunakan program excel.


4. Cleaning
Setelah data yang dimasukan ke dalam program spss selesai,

peneliti memastikan bahwa seluruh data yang dimasukan ke dalam pengolah

data sudah sesuai dengan sebenarnya atau untuk mecari ada kesalahan atau

tidak pada data yang sudah dimasukan.


5. Tabulating
Peneliti melakukan tabulating atau penyusunan data setelah

menyelesaikan pemberian nilai dan pemberian kode dari masing-masing


44

jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan agar dengan mudah

dijulahkan, disusun dan ditata untuk dianalisis.


6. Transferring
Peneiti melakukan pemindahan kode-kode yang telah ditabulasi ke

dalam komputer suatu program atau sistem tertentu, dalam hal ini peneliti

menggunakan spss versi 16.0 untuk mepercepat proses analisis data.

J. Analisis Data
Data yang sudah diolah kemudian dilakukan analisis secara bertahap

sesuai dengan tujuan penelitian.


1. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah analisis yang mengambarkan setiap

variabel dengan menggunakan distribusi frekuensi dan proposi, sehingga

tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel yang

diteliti.Analisis uniariat dalam penelitian ini dihitunng dengan rumus

distribusi frekuensi untuk menggambarkan gambaran pengetahuan keluarga

tentang kebutuan self care pada pasien stroke di RSUD Tidar Kota

Magelang.

K. Jadwal Penelitian
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan
September Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 Tahap persiapan
Pembagian dosen pembimbing
Pengajuan judul
Penyusunan proposal
Penyusunan permohonan data
Penyusunan permohonan studi
pendahuluan
2 Tahap pelaksanaan
Konsultasi
Studipendahuluan
45

DAFTAR PUSTAKA

A. Muhlisin, Irdawati (2010). Teori Self Care dari Orem dan Pendekatan dalam
Praktek Keperawatan.Berita Ilrnu Keperawatan, Vol II (2) 97-100.

Activity of Daily Living (ADL) Pasca Stroke.Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4


(September), 213-224. https://dol.org/l 0.20473/jbe.v4i2.2016.21 3

Ali. (2010). Konsep dukungan keluarga. Jakarta: salemba medika

Almatsier, S. (2010).Prinsip Dasar 11mit Gizi.Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2013).Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Asmadi. (2010). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi


Kebutuhan dasar Klien Jakarta: Salemba Medika

Bakara, D. M., &Warsito, S. (2016).Latihan Range Of Motion (ROM) Pasif


Terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca stroke. Idea Nursing Journal , 12-
18.

Brunner & Suddarth, (2013).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8


volume 2. Jakarta EGC

Christanto, R., Mahama, N, C., & Tumboimbela, J, M. (2014). ProfilFaktor-

Dahlan, S. (2016).Besar Sampel Dalan? Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan.


Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
46

Dennis. (1998). "Julian Simon and Population Growth Debate".Pop u lation and
Development Review.Vol 24 No 2.pp 317-327.

Dewi, C. M., & Darliana, D. (2017).DukunganKeluarga Dengan Depresi Pada


Pasien Pasca Stroke Family Support And Depression Of Post-Stroke
Patients. Idea Nursing Journal, VI11(3 )).

Dinkes. Jateng.(2012. 2013). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Semarang:


Dinkes Jateng

Elizabeth, Hui-lock. (1998). Perkembangan Anak Jilid I.J akarta :Erlangga

Faktor Risiko Pada Pasien Stroke Yang Dirawat .1nap DI IRINA F

Friedman, M. (2010).Buku Ajar Keperawatan kelitarga : Riser, Teori, dan


Praktek. Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Fuady, N., Sjattar, E. L., & Hadju, V. (2016).Pengaruh Pelaksanaan Discharge


Planning Terhadap Dukungan Psikososial Keluarga MerawatPasien Stroke
Di Rsup Dr. Wahidin Sudirohusodo The Influence Of The Implementation
Of Discharge Planning On Family Psychosocial Support In Caring For
Stroke Patients In. Jurnal Sains Terapan Kesehatan, 6(2), 172-178.

Handayani, F. 2013.Angka kejadian serangan stroke pada wanita lebih rendah


dari pada laki-laki. Jurnal Keperawatan Medika Bedah 1(1); 75-79.

Hartono, L.A. (2009).Stresdan stroke. Yogyakarta: Kanisilts. Kabi, G. Y.. C. R.,


Tumewah, R., & Keniblian, niieke A. H. N. (2015). GanibaranFaktor
Risiko Pada Penderita Stroke Iskemik Yang Dirawat Inap Neurologi Rsup
Prof .Dr .R .D.Kandou Manado. E-Clinic, 3(l), 1-6.

Hurlock, E. B. 2006. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Edisikelima. Alih bahasa Isti widayanti dan
Soedjarwo. Jakarta: Erlangga
47

Karunia, E. (2016). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan


Kemandirianr.D

Neurologi RSVP PROF. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari –

Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


Notoatmodjo, S. (2014). Metode Penelitian Kesehatan .Jakarta: Rineka
Cipta Nursalam. (2009). Konsepdan Penerapan Metodologi Penelitian
Milli Keperawatan Pedonian Skripsi, Tesisdan Instritnien Penelitian
Keperawatan .Jakarta: Salemba Medika

Oktariani, Meri. 2011. HubunganAntara Tingkat Pengetahitan Klien Tentang


Stroke dengan Konsep Diri di Poliklinik Saraf RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta. J urn al Keschatan Masyarakat, Vol. 2 No. 1.

Oktober 2012. Jurnal E-Clinic (ECI), 2(3 )), 1-4.

Orem, DE. (2001). Nursing concept of practical. St.Louis: The CV Mosby


Company

Patricia, H., Kembuan, M. A. H. N., &Tumboimbela, M. J. (2015).Karakieristik


Penderita Stroke Iskemik Yang Di RawatInap Di RsupProf .Dr .R .D.
Kandou Manado. Jurnal E-Clinic (ECI).

Potter, P. A., &Perry, A. G. (2006).Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktik Edisi 4, Vol. 2. Jakarta: EGC. p

Riyanto, A. (201 1).Pengolahandan Analisa Data Kesehatan. Bantul:


Nuhamedika.

Riyanto, R., & Ageng, B. (2017).Pengaruh Subtype Stroke Terhadap Yerjadinya


Demensia Vascular Pada Pasien Post Stroke Di Rsud Prof Dr.
MargonoSoekaijo. Medisains

Smeltzer, C. S., & Bare, B. G. (2010).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah


48

Brunner & Suddart. Jakarta: EGC.

Suprajitno. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Syairi, A. (2013). Tingkat Pengetahuan Keluarga Pasien Tentang Self Care


( Perawatan Diri ) Pada Anggota Keluarga Yang Mengalami Stroke
DiRSU Kabupaten Tangerang Tahun 2013. UIN Svarif Hidayatullah
.Jakarta.

Wurtiningsih, B., 2017. Dukungan Keluarga pada Pasien Stroke di Ruang, Saral'
RSVP Dr. Kariadi Semarang. Medics Hospital] a-J ournal of Clinical
Medicine.Vol. 1.No. 1.Pp : 57 – 59. http://www.medicahospitalia.
rskan*adi.co.id/index.php/mh!article/view/42/34. Diakses : 27 oktober
2018

Yayasan Stroke Indonesia. (2012). Pengetahuan sekilas tentang stroke


(http://`K,Kw.yastroki.or.idlread.plip, diakses tanggal I IMaret 2019).
49

LAMPIRAN
Instrumen Pengetahuan Keluarga Tentang Self-Care Pada Penderita Stroke
Keterangan
No Pernyataan
Benar Salah
1 Keluarga memenuhi kebutuhan cairan pada pasien
dengan cara mengukur berat badan dan tinggi badan
2 Keluarga mengkonsultasikan pemberian kebutuhan
cairan kepada tim pelayanan kesehatan
3 Pemberian cairan pada pasien stroke dengan melihat
dampak pemberian cairan pada pasien stroke
4 Keluarga pasien memperhatikan posisi saat pasien
batuk
5 Keluarga pasien memperhatikan posisi saat pasien
menelan makanan supaya tidak tersedak
6 Pada pasien stroke dengan gangguan gerak maka
keluarga memenuhi kebutuhan oksigen dengan tirah
baring
7 Keluarga mengkonsultasikan pemberian kebutuhan
cairan kepada tim pelayanan kesehatan
8 Pada saat memberikan makan pada pasien stroke
keluarga memperhatikan sisi yang lemah pada pasien
9 Keluarga memberikan makanan sesuai dengan diet
yang dianjurankam pada pasien
10 Pada saat memberikan makan keluarga
memperhatikan posisi semi fowler pada saat
memberikan makan
11 Menu yang diberikan pada pasien sesuai dengan
anjuran dari tim kesehatan
12 Keluarga membantu pasien untuk melakukan
kegiatan buang air besar dengan memfasilitasi di
kamar mandi maupun diatas tempat tidur
13 Keluarga pasien membersihkan tempat buang air
besar sehingga pasien merasa nyaman dengan
kondisinya
14 Keluarga membantu pasien untuk melakukan
kegiatan buang air kecil dengan memfasilitasi di
50

kamar mandi maupun diatas tempat tidur


15 Keluarga pasien membersihkan tempat buang air
kecil sehingga pasien merasa nyaman dengan
kondisinya
16 Keluarga pasien menjaga kebersihan pasien terbebas
dari bau pesing dan feses
17 Keluarga memfasilitasi pasien dengan latihan rentang
gerak seperti yg diajarkan dari petugas kesehatan
18 Pasien dibantu dalam perubahan posisi miring kanan
dan kiri
19 Pada saat pasien istrahat, keluarga memfasilitasi
kesenangan pasien. Contoh menyediakan tv,
membaca buku, atau yang lain
20 Keluarga menyediakan jam atau pengingat waktu
untuk aktifitas atau istirahat
21 Keluarga memfasilitasi pasien dengan beradaptasi
dengan lingkungan dengan cara memberikan kursi
roda
22 Keluarga membantu pasien dengan mengajak pasien
untuk berinteraksi pada keluarga maupun tetangga
terdekat
23 Keluarga memfasilitasi pemenuhan kebutuhan emosi
dengan cara mempersilahkan pasien saat pasien
marah dengan mendengarkan tanpa menyangkalnya
24 Keluarga perlu memandikan pasien setiap hari
25 Pada saat pasien makan, tinggi meja yang digunakan
harus mudah dijangkau pasien
26 Pada saat pasien makan, kursi yang digunakan harus
dapat menopang tubuh pasien dengan baik
27 Sebelom makan, makanan yang susah dipotong
sebaiknya dipotong terlebih dahulu, agar penderita
stroke mudah saat makan
28 Keluarga mendampingi pasien ketika pasien merasa
sedih yang disebabkan karena kekurangan fisik yang
dialami, misalnya kelumpuhan pada anggota gerak
29 Keluarga tidak memberikan makanan atau minuman
51

yang tidak dianjurkan oleh tim kesehatan, misalnya


daging jeroan, daging dengan lemak yang tinggi
30 Bagi pasien dengan perokok, keluarga membantu
pasien agar mengurangi dalam merokoknya
31 Keluarga mengajarkan pasien agar sedikit demi
sedikit mulai bisa melakukan kegiatan secara
mandiri, misalnya pasien memakai baju
32 Keluarga mengkonsultasikan kesehatan pasien
kepada pelayanan kesehatan, misalnya ke rumah
sakit untuk memantau perkembangan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai