BLOK
HEALTHY LIFESTYLE & HEALTH
PROMOTION
Disusun oleh :
Tim Fisiologi FK UNSOED
1
BAB I
AKTIVITAS FISIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi aktivitas fisik
2. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi aktivitas fisik
3. Mahasiswa mampu mengukur tingkat aktivitas fisik
B. METODE PEMBELAJARAN
Praktikum
2
1. Metode Subyektif
Metode penilaian aktivitas fisik secara subyektif dilakukan dengan penggunaan
kuesioner, diari aktivitas fisik, ataupun dengan observasi langsung. Secara keseluruhan
akurasi dari metode subyektif sangat tergantung pada kemampuan subyek untuk
mengingat setiap aktivitas secara detail, serta pada pendapat dan persepsi subyek maupun
peneliti. (Corder K et al, 2008)
a. Kuesioner dan Diari Aktivitas Fisik
Metode ini merupakan metode yang relatif tidak membutuhkan biaya yang mahal
dan dapat diterapkan pada populasi berukuran besar. Oleh karena itu metode ini
paling sering digunakan dalam penilaian aktivitas fisik. Namun demikian metode
kuesioner memiliki keandalan (reliability) dan kesahihan (validity) yang rendah
(Westerterp KR, 2009).
Berbagai kuesioner telah tersedia untuk dipakai sesuai dengan populasi target yang
dituju, antara lain International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Physical
Activity Recall (PAR), Habitual Activity Questionnaire (HAQ), Physical Activity
Questionnaire for Older Children (PAQ-C), Physical Activity Questionnaire for
Adolescent (PAQA), Physical Activity Scale for Elderly (PASE), The Rapid
Assessment of Physical Activity (RAPA) dan lain-lain (Corder K et al, 2008). Selain
itu terdapat juga kuesioner yang menilai aktivitas fisik secara restrospektif dan
kuantitatif (retrospective quantitative history), seperti misalnya Minnesota Leisure-
time Physical Activity Questionnaire dan the Tecumseh Questionnaire. Kuesioner
retrospektif kuantitatif ini biasanya mencakup jangka waktu yang cukup lama yaitu
dapat mencapai 1 tahun, namun tentunya hal ini berarti responden memiliki beban
yang lebih besar untuk mengingat aktivitas yang dilakukan di masa lampau (Haskell
WL &Kiernan M, 2000). Di Indonesia sendiri, survei tingkat aktivitas fisik dilakukan
dengan menggunakan kuesioner RISKESDAS seperti pada lampiran 1 (Depkes RI,
2008).
Diari aktivitas fisik memungkinkan pengumpulan informasi yang detail mengenai
seluruh aktivitas fisik yang dilakukan. Subyek diminta untuk mencatat aktivitas yang
dilakukannya setiap periode interval waktu tertentu, yang umumnya adalah sebesar
15 menit, dan biasanya pencatatan dilakukan selama periode satu hingga tiga hari.
3
Kemudian akan dihitung skor (dalam satuan kJ) untuk setiap aktivitas fisik yang
dilakukan dengan cara mengalikan durasi aktivitas fisik dengan perkiraan jumlah
energi yang dikeluarkan saat melakukan aktivitas tersebut (Corder K et al, 2008).
Salah satu bentuk diari aktifitas fisik yang sering digunakan adalah cara pencatatan
aktifitas fisik tiga hari dari Bouchard. Metode pencatatan Bouchard ini dilakukan
sendiri oleh subyek (setelah mendapat pengarahan yang cukup dari peneliti) selama
tiga hari yang mencakup dua hari kerja dan satu hari akhir pekan. Subyek diminta
untuk menuliskan jenis aktivitas fisik yang telah dikelompokkan menjadi 9 macam
aktivitas fisik pada formulir yang telah disediakan. Untuk setiap jenis aktifitas fisik,
Bouchard et al telah menghitung median jumlah pengeluaran energi yang dinyatakan
dalam satuan kcal/kgBB/15 menit (Bouchard C et al, 1983).
b. Observasi Langsung
Observasi langsung merupakan salah satu metode penilaian aktivitas fisik yang lebih
unggul dibandingkan dengan metode lainnya sehingga metode ini sering digunakan
sebagai kriteria validasi (Westerterp KR, 2009). Observasi langsung memungkinkan
peneliti untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi kebiasaan aktivitas
fisik.5 Penerapan metode observasi telah menggunakan sarana komputer (program video
digital) yang dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk observasi. Dalam
observasi langsung beban penilaian banyak terletak pada penilai / pengamat karena
pengelompokan aktivitas yang diamati bersifat subyektif sesuai persepsi penilai (Corder
K et al, 2008). Oleh karena itu metode ini kurang dapat digunakan untuk evaluasi dalam
kondisi kehidupan sehari-hari (free living condition) dan lebih banyak digunakan untuk
penilaian aktivitas fisik dalam situasi yang terkendali (controlled situations).
4
2. Metode Obyektif
Secara umum metode obyektif dapat dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu
penilaian langsung menggunakan metode laboratorium, dan berbagai metode lapangan,
misalnya dengan menggunakan pedometer, pemantauan denyut jantung, serta
akselerometer. Berdasarkan dasar penilaian yang digunakan, berbagai metode obyektif
juga dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu (Schutz Y at al, 2001):
a. Penilaian berdasarkan jumlah energi yang dikeluarkan atau penggunaan oksigen,
seperti misalnya dengan mengukur activity energy expenditure, activity related time
equivalent, physical activity level, physical activity ratio, metabolic equivalent.
b. Penilaian berdasarkan pemantauan denyut jantung, seperti misalnya dengan
menghitung net heart rate, physical activity ratio heart rate, physical activity level
heart rate, activity-related time equivalent, dan daytime physical activity level heart
rate.
c. Penilaian berdasarkan percepatan tubuh.
5
Contoh Kuesioner Tingkat Aktivitas Fisik
1. Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang dilakukan terus menerus
paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya?
Jawab : a. Ya
b. Tidak 4
2. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik berat tersebut?
Jawab : .................hari
3. Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik berat, berapa total waktu
yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ?
Jawab : .................menit
4. Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang dilakukan terus
menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya?
Jawab : a. Ya
b. Tidak 7
5. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik sedang
tersebut? Jawab : .................hari
6. Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik sedang, berapa total waktu
yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ?
Jawab : .................menit
7. Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik ringan, yang dilakukan terus
menerus paling sedikit selama 10 menit setiap kalinya?
Jawab : a. Ya
b. Tidak
8. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas fisik ringan
tersebut?
Jawab : .................hari
9. Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik ringan, berapa total waktu
yang digunakan untuk melakukan seluruh kegiatan tersebut ?
Jawab : .................menit
6
Pengisian intensitas aktivitas fisik dapat menggunakan panduan berikut :
KLASIFIKASI INTENSITAS AKTIVITAS FISIK
7
menggambar
10. Duduk menggunakan
computer
8
Panduan Analisis Kuesioner Tingkat Aktivitas Fisik
I. PENGHITUNGAN AKTIVITAS FISIK
Cara penghitungan tingkat aktivitas fisik adalah dengan menghitung jumlah aktivitas fisik
yang tercantum dalam kuesioner dalam waktu 1 minggu.
9
Contoh Diari Aktivitas Fisik
PETUNJUK PENGISIAN
1. Kuesioner dibuat untuk mengetahui gambaran tingkat aktivitas fisik .
2. Pencatatan kuesioner dilakukan selama 3 (tiga) hari, dengan perincian 2 (dua) hari kerja dan 1
(satu) hari libur, dengan menuliskan nomor kategori aktivitas fisik yang dilakukan setiap hari
pada kolom yang tersedia. Apabila aktivitas fisik dilakukan secara terus menerus (misalnya tidur),
maka pada kolom tersebut harap ditandai dengan garis lurus sampai terjadi perubahan pada
aktivitas fisik berikutnya.
3. Pada kuesioner, 1 kolom mendatar mewakili 15 (limabelas) menit, sedangkan kolom menurun
mewakili jumlah 24 (dua puluh empat) jam dalam sehari.
4. Pengisian kuesioner dimulai pada hari Pertama jam 00.00 WIB dan berakhir pada hari ketiga jam
24.00.
5. Mengingat adanya keterbatasan waktu maka apabila masih terdapat kesulitan pada pengisian
kuesioner diharapkan untuk segera menghubungi pembagi kuesioner.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin ☐ Pria ☐ Wanita
Tinggi Badan / Berat Badan cm / kg
Hari pencatatan ☐ Jumat – Sabtu – Senin
☐ Jumat – Minggu – Senin
Alamat
10
BOUCHARD 3 DAY PHYSICAL ACTIVITY RECORD
Hari 1 Menit
0 - 15 16 - 30 31 - 45 46 - 60
Tgl : Jam
0
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Catatan tambahan :
-
-
11
BOUCHARD 3 DAY PHYSICAL ACTIVITY RECORD
Hari 2 Menit
0 - 15 16 - 30 31 - 45 46 - 60
Tgl : Jam
0
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Catatan tambahan :
-
12
BOUCHARD 3 DAY PHYSICAL ACTIVITY RECORD
Hari 3 Menit
0 - 15 16 - 30 31 - 45 46 - 60
Tgl : Jam
0
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Catatan tambahan :
13
Pengelompokan aktivitas fisik untuk metode pencatatan Bouchard.
Perkiraan jumlah
Kategori Contoh aktivitas pengeluaran
energi*
1 Berbaring : tidur, beristirahat di ranjang 0,26
2 Duduk : - mendengarkan di dlaam kelas
- Makan
- Menulis atau mengetik
- Membaca
- Mendengarkan radio atau menonton TV
- Mandi
3 Berdiri, aktivitas ringan : 0,38
- Mencuci bagian tubuh
- Bercukur
- Menyisir rambut
- Memasak
- Membersihkan debu
4 Berpakaian 0,57
Mandi
Mengendarai mobil
Berjalan-jalan
5 Pekerjaan manual ringan : 0,83
- Pekerjaan rumah tangga - Penjahit
(membersihkan jendela, menyapu, dll) - Pembut bir
- Pekerjaan laboratorium - Pelukis
- Pertukangan kayu - Mekanik
- Pertukangan batu - Tukang kue
(roti)
- Mengendarai traktor pertanian
- Memberi makan hewan di peternakan
- Membereskan ranjang
Berjalan agak cepat (ke sekolah, belanja)
6 Olahraga atau aktivitas di waktu senggang tingkat ringan: 1
- Kano (ringan) - Panahan
- Bola voli - Bowling
- Tenis meja - Croquet
- Baseball (kecuali pitcher) - Berlayar
- Golf - Bersepeda
- Mendayung
14
7 Pekerjaan manual tingkat sedang : 1,2
- Mengoperasikan mesin
- Memperbaiki pagar
- Memasukkan tas-tas / kotak-kotak
- Bercocok tanam
- Pekerjaan kehutanan (menggunakan gergaji listrik dan
penanganan kayu gelondongan)
- Pekerjaan pertambangan
- Menyekop salju
8 Olahraga atau aktivitas di waktu senggang tingkat sedang: 1,4
- Baseball (pitcher) - Mengendarai kuda
- Bulu tangkis - Ski es
- Kano - Berenang
- Bersepeda (kompetisi) - Senam
- Menari - Jalan cepat
- Tenis - Jogging (lari pelan)
9 Pekerjaan manual yang berat : 1,95
- Menebang pohon dengan kampak
- Menggergaji dengan gergaji tangan
- Memotong cabang dahan pohon
Olahraga atau aktivitas di waktu senggang tingkat berat :
- Berlari (kompetisi) - ice hockey
- Tinju - Bola basket
- Mendaki gunung - football
- Squash
Keterangan : * Satuan yang digunakan : kcal/kg/15 menit
15
BAB II
KEBUGARAN FISIK
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi kebugaran fisik.
2. Mahasiswa mampu mengukur tingkat kebugaran kesehatan (health related fitness) :
a. Komposisi tubuh
b. Fleksibilitas
c. Kekuatan Otot
d. Ketahanan Otot
e. Ketahanan Jantung Paru (Kesanggupan Kardiovaskuler)
B. METODE PEMBELAJARAN
Praktikum
16
Berikut adalah komponen kebugaran fisik yang berhubungan dengan kesehatan
(ACSM, 2006) :
a. Komposisi tubuh
Komposisi tubuh adalah banyaknya massa atau jaringan bebas lemak seperti otot,
tulang dan air. Berat tubuh dapat dibagi secara sederhana menjadi dua komponen:
berat lemak (berat dari jaringan lemak) dan berat bebas lemak (berat dari jaringan
lain selain lemak). Massa tubuh tanpa lemak terdiri dari massa otot 40-50%,
tulang 16-18%, dan organ-organ tubuh 29-39%.
Komposisi tubuh dapat diukur dengan menggunakan parameter seperti :
persentase lemak tubuh, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang
(Depkes RI, 2005).
1) Persentase lemak tubuh adalah berat lemak relative terhadap berat badan.
Tabel berikut merupakan standar persentase lemak tubuh.
Tabel 1. Standar persentase lemak tubuh
Klasifikasi Laki – laki (%) Perempuan (%)
Berisiko ≤5 ≤8
Kurang baik 6 – 14 9 – 22
Cukup 15 23
Kurang baik 16 – 24 24 – 31
Berisiko ≥ 25 ≥ 32
(Sumber : Depkes RI, 2005)
2) IMT adalah berat badan yang diukur dalam satuan kilogram dibagi tinggi
badan dalam meter kuadrat yang menggambarkan proporsi berat badan
terhadap tinggi badan. Tabel berikut menggambarkan klasifikasi IMT untuk
wilayah Asia – Pasifik.
Tabel 2. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
Klasifikasi IMT (kg/m2)
Underweight < 18,5
Normal 18,5 – 22,9
Overweight 23 – 24,9
Obesitas I 25 – 29,9
Obesitas II ≥ 30
(Sumber : Depkes RI, 2005)
17
3) Lingkar pinggang juga dapat digunakan sebagai parameter komposisi tubuh.
Prosentase lemak viseral dapat diprediksi dari lingkar pinggang. Prosentase
lemak viseral dan indeks massa tubuh (IMT) merupakan indikator faktor
risiko penyakit jantung koroner. Lingkar pinggang diukur pada lokasi titik
tengah antara rusuk paling bawah dengan krista iliaka. Lingkar pinggang
diklasifikasikan menjadi (ACSM, 2006) :
a) Berisiko menderita penyakit kardiovaskuler (laki – laki ≥ 90 cm,
perempuan ≥ 80 cm).
b) Tidak berisiko menderita penyakit kardiovskuler.
b. Fleksibilitas
Komponen kebugaran fisik yang kedua setelah komposisi tubuh adalah kelenturan
atau yang sering disebut fleksibilitas. Fleksibilitas adalah kemampuan persendian
untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi secara maksimal. Keleluasaan
gerak tubuh pada persendian sangat dipengaruhi oleh elastisitas otot, tendon, dan
ligamen sekitar sendi serta sendi itu sendiri. Fleksibilitas mempengaruhi postur
tubuh seseorang, mempermudah gerak tubuh, mengurangi kekakuan, meningkatkan
ketrampilan, dan mengurangi risiko terjadinya cedera.
Pengukuran fleksibilitas dapat diukur menggunakan metode sit and reach test, baik
yang menggunakan mistar maupun menggunakan bangku fleksibilitas (Depkes RI,
2005).
c. Kekuatan Otot
Komponen kebugaran fisik yang berikutnya adalah kekuatan otot. Kekuatan otot
adalah energi yang dapat dihasilkan otot pada kontraksi maksimal. Kekuatan otot
sangat penting bagi keseimbangan tubuh. Penurunan kekuatan otot ini akan
mengganggu keseimbangan tubuh dan peningkatan risiko jatuh.
Pengukuran kekuatan otot dapat menggunakan alat dynamometer. Jenis tes yang
dilakukan dapat berupa hand grip streght test, back strength test, leg strength test,
push strength test maupun pull strength test (Depkes RI, 2005).
18
d. Ketahanan otot
Ketahanan otot sebagai parameter kebugaran fisik yang berikutnya adalah
kemampuan otot untuk melakukan kontraksi yang berulang – ulang terhadap suatu
beban submaksimal dalam jangka waktu tertentu. Ketahanan otot menggambarkan
kemampuan untuk mengatasi kelelahan. Metode untuk mengukur ketahanan otot
adalah dengan menggunakan tes sit up, tes push up atau tes pull up (DepkesRI,
2005).
19
c. Tidak melakukan aktivitas fisik berat yang dapat menimbulkan kelelahan, sehari
sebelum pengukuran kebugaran fisik.
d. Tidak merokok, tidak minum kopi, dan tidak minum alkohol 3 jam sebelum
pengukuran kebugaran fisik.
e. Makan terakhir dilakukan 2 jam sebelum pengukuran kebugaran fisik.
f. Memakai pakaian olahraga yang menyerap keringat dan nyaman untuk bergerak.
g. Memakai sepatu olahraga yang nyaman dan sesuai dengan jenis tes yang akan
dilakukan.
20
3. Indikasi Kontra Pengukuran Kebugaran Fisik
Indikasi kontra absolut (Depkes RI, 2005):
Pengukuran kebugaran jasmani mutlak tidak boleh dilakukan sampai kondisi stabil pada
keadaan sbb:
a. Infark miokard akut
b. Angina yang tidak stabil
c. Aritmia ventrikel dan atrium
d. Gagal jantung kongestif
e. Stenosis aorta
f. Miokarditis atau Perikarditis aktif atau yang masih diduga
g. Tromboflebitis atau trombi intra kardial
h. Emboli paru atau sistemik
i. Infeksi akut
j. Blok jantung
21
h. Alat pacu jantung yang berfrekuensi tetap.
i. Penyakit metabolik yang tidak terkontrol (diabetes melitus, tirotoksikosis, dan
miksedema)
j. Penyakit infeksi kronis (hepatitis, AIDS, mononukleosis)
k. Kelainan neuromuskuler, muskuloskeletal, atau rematoid yang dapat diperparah
dengan melakukan aktivitas fisik.
l. Kehamilan
22
6. Metode Pengukuran Kebugaran Fisik
a. Komposisi Tubuh (Persentase Lemak Tubuh)
Alat dan Bahan :
Skinfold Caliper
Cara Kerja :
1) Peserta tes berdiri relaks dengan posisi kedua lengan menggantung di samping
tubuh
2) Bagian yang diukur adalah sisi kanan tubuh. Untuk laki-laki pada bagian dada,
perut, dan paha
3) Kulit yang akan diukur dicubit dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pemeriksa
sedemikian rupa sehingga bagian yang dicubit hanya bagian kulit dan lemak saja
tanpa mengikutsertakan lapisan otot dibawahnya
4) Kulit yang sudah dijepit kemudian diangkat untukdiukur dengan calliper
5) Tangan kanan pemeriksa memegang calliper dengan posisi vertikal untuk
menjepit lapisan kulit yang telah dicubit dengan tangan kiri
6) Calliper dijepit 1 cm di bawah jari yang menjepit dan ditahan selama 2-3 detik
7) Setiap pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan perbedaan ±1 mm antara
setiap pengukuran
8) Hasilnya adalah rata-rata dari ketiga pemeriksaan tersebut.
23
kiri. Tungkai kaki lurus.
(Sumber : Depkes RI, 2005)
Gambar 1. Cara pengukuran lemak pada dada dan perut
24
Tabel 4. Norma Persen Lemak Tubuh
25
Tabel 5. Klasifikasi Persen Lemak Tubuh pada Laki - laki
Klasifikasi Umur (tahun)
<19 20-29 30-39 40-49 >50
Baik sekali < 12.1 <13.1 <14.1 <15.1 <16.1
Baik 12.1-17.0 13.1-18.0 14.1-19.0 14.1-20.0 16.1-21.0
Sedang 17.1-22.0 18.1-23.0 19.1-24.0 20.1-25.0 21.1-26.0
Kurang 22.1-27.0 23.1-28.0 24.1-29.0 25.1-30.0 26.1-31.0
Kurang sekali >27.0 >28.0 >29.0 >30.0 >31.0
( Sumber : Hoeger, 1994)
b. Fleksibilitas
Pemeriksaan fleksibilitas menggunakan metode sit and reach test .
Cara Kerja :
1) Subyek duduk di lantai dengan kedua tungkai lurus ke depan
2) Kedua kaki direnggangkan sekitar 10 cm dan telapak kaki menyentuh mistar
pada skala 26 cm;
3) Dengan perlahan subyek membungkukkan tubuh, kedua lengan diluruskan, jari
tangan dirapatkan dan lutut dalam posisi lurus (lutut dipegang petugas);
4) Ujung – ujung jari tangan menyentuh dan menyelusuri mistar sejauh mungkin;
5) Tes dilakukan 3 kali berturut – turut; hasil yang dicatat adalah angka terbaik
26
Gambar 3. Sit and reach test (DepKes RI, 2005)
c. Kekuatan Otot
Pemeriksaan kekuatan otot dengan metode leg strength test
Alat dan Bahan :
back-leg dynamometer.
27
Cara Kerja:
1) Subjek yang akan diperiksa dipersilahkan untuk melakukan
stretching(peregangan) dan pemanasan terlebih dahulu
2) Subjek berdiri diatas Back-leg dynamometer
3) Kedua tangan memegang bagian tengah tongkat pegangan Back-leg
dynamometer
4) Kedua tangan dan punggung lurus
5) Sedangkan lutut ditekuk mebuat sudut kurang lebih 110-120 derajat.
6) Setelah itu tarik tongkat pegangan keatas sekuat-kuatnya dengan meluruskan
lutut
7) Tumit tidak boleh diangkat
8) Dilakukan 3 kali, diambil hasil yang terbaik.
28
Tabel 7. Norma Penilaian Kekuatan Otot
Kategori Grip kiri Grip kanan Back Leg
Laki – Laki
Baik sekali >67 >69 >208 >240
Baik 56-67 62-69 177-208 214-240
Cukup 43-55 48-61 126-176 160-213
Kurang 39-42 41-47 91-125 137-159
Kurang sekali <39 <41 <91 <137
Perempuan
Baik sekali >36 >40 >110 >135
Baik 34-36 38-40 98-110 114-135
Cukup 22-33 25-37 52-97 66-113
Kurang 18-21 22-24 39-51 49-65
Kurang sekali <18 <22 <39 <49
(Sumber : Hayward Vivian, 1998)
d. Ketahanan Otot
Pemeriksaan ketahanan otot diukur menggunakan metode sit up 1 menit.
Alat dan Bahan :
1) Matras
2) Stopwatch
Cara Kerja:
1) Subyek berbaring di lantai menggunakan alas matras.
2) Kedua lutut dibengkokkan dan kedua kaki dirapatkan.
3) Kedua lengan berada di sisi kepala dengan jari – jari memegang telinga.
4) Kedua siku diarahkan untuk menyentuh lutut saat pengukuran.
5) Saat pengukuran, kedua siku menyentuh kedua lutut dan kembali ke posisi
berbaring dengan bahu menyentuh lantai (dianggap sebagai sit up lengkap).
6) Dilakukan selama 1 menit dengan menggunakan stop watch.
7) Jumlah sit up lengkap yang dapat dilakukan dalam 1 menit dicatat sebagai hasil.
29
Gambar 5. Sit up 1 menit
30
Cara Kerja:
1) Metronom diatur sehingga memberikan irama 120x/menit
2) Probandus berdiri menghadap bangku Harvard dengan sikap tenang. Metronom
mulai dijalankan.
3) Probandus menempatkan salah satu kaki (yang kanan ataupun yang kiri) di atas
bangku tepat pada detikan pertama metronom
4) Pada detikan kedua, kaki lainnya dinaikkan ke atas bangku, sehingga probandus
berdiri di tegak di atas bangku.
5) Pada detikan ketiga, kaki yang pertama naik ke atas diturunkan
6) Pada detikan keempat, kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula, sehingga
probandus berdiri di depan bangku.
7) Segera setelah itu probandus disuruh duduk dan denyut nadinya dihitung selama
30 detik, sebanyak tiga kali pada: 1’-1’30”, 2’-2’30”, dan dari 3’-3’30”
31
Interpretasi Hasil
Cara menghitung indeks kesanggupan badan serta penilaiannya dapat dilakukan
dengan dua cara:
1) Cara lambat
Rumus:
2) Cara cepat
Rumus
𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑛𝑎𝑖𝑘 𝑡𝑢𝑟𝑢𝑛 (𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘)𝑥 100
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 =
5,5 𝑥 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑑𝑒𝑛𝑦𝑢𝑡 𝑛𝑎𝑑𝑖 30" 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
32
PHYSICAL ACTIVITY READINESS QUESTIONNAIRE
PAR-Q
Jawab NO Anamnesis
Ya Tidak
1 Apakah anda pernah dinyatakan dokter mengidap penyakit jantung dan
membatasi aktivitas fisik kecuali atas rekomendasi dokter?
2 Pernahkah anda merasakan nyeri dada pada saat tidak melakukan
aktivitas fisik?
3 Pernahkah anda merasakan nyeri dada pada saat tidak melakukan
aktivitas fisik dalam 1 bulan terakhir?
4 Pernahkah anda merasa kehilangan keseimbangan karena pusing atau
anda kehilangan kesadaran/ pingsan?
5 Apakah anda mempunyai masalah tulang atau persendian yang
menjadi lebih parah jika anda melakukan aktivitas fisik?
6 Apakah anda saat ini sedang dalam pengobatan/minum obat untuk
hipertensi atau penyakit jantung?
7 Selain yang telah disebutkan di atas apakah ada alasan/kondisi lain
sehingga anda tidak boleh atau harus membatasi aktivitas fisik?
Keterangan :
Jika semua jawaban adalah TIDAK , maka responden sehat dan layak untuk melakukan
aktivitas fisik
Jika ada satu atau lebih jawaban YA, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh
dokter.
DAFTAR PUSTAKA
ACSM (American College of Sport Medicine). 2006. ACSM’s guidelines for exercise testing
and pescription. Seventh Edition. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Bouchard C, Tremblay A, LeBlanc C, Lortie G, Savard R, Theriault G. 1983. A method to assess
energy expenditure in children and adults. Am. J. Clin. Nutr.;37:461-7.
Corder K, Ekelund U, Steele RM, Wareham NJ, Brage S. 2008. Assessment of physical activity
in youth. J Appl Physiol;105:977-87.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005.Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran
Jasmani. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Departemen kesehatan
Republik Indonesia
33
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Laporan hasil riset kesehatan dasar
(RISKESDAS) Indonesia tahun 2007. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Haskell WL, Kiernan M. 2000. Methodologic issues in measuring physical activity and physical
fitness when evaluating the role of dietary supplements for physically active people. Am J
Clin Nutr;72(suppl): 514S-50S
Hayward Vivian. 1998. Fitness Assessment And Exercise Prescription. 3 rd ed. Mexico : Human
Kinetics
Hoeger WK. 1994. Principles And Labs for Physical Fitness and Wellness. Colorado : Morton
Publishing Company
Nieman David C. 1990. Fitness and Sports Medicine An Introduction. California : Bull
Publishing Company
Nieman David C. 1993. Fitness and your health. California : Bull Publishing Company
Schutz Y, Weinsier RL, Hunter GR. Assessment of free-living physical activity in humans: An
overview of currently available and proposed new measures. Obes Res. 2001;9:368-79.
Westerterp KR. Assessment of physical activity: a critical appraisal. Eur J Appl Physiol
2009;105:823-8.
34