Anda di halaman 1dari 26

Askep Penyakit Addison

Askep Penyakit Addison

by Heri Setiawan

A. Definisi Penyakit

 Penyakit Addison merupakan penyakit isufiensi adrenal yang mengakibatkan


sindrom klinik ( Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Endokrin, 1999 ).

 Penyakit Addison Merupakan suatu proses patologik akibat dari isufiensi


dikorteks adrenal. ( Patofisiolagi Vol 2, 2005 )

 Penyakit Addison Adalah Kegagalan korteks adrenal memproduksi hormon


adrenokortikal yang disebabkan oleh atropi primer pada korteks adrenal
akibat automunitas (www.goegle.co.id)

 Penyakit Addison ( insufiensi adrenokortikal ) terjadi jika adrenal yang kurang


aktif menghasilkan kortikosteroid dalam jumlah yang tidak memadai
(www.Medicastore.com).

B. Etiologi

Etiologi dari penyakit Addison antara lain adalah :

- Autoimmune ( Idiopatik ).

- Pengangkatan Kelenjar adrenal.

- Infeksi pada kelenjar adrenal.

- Tuberkulosis.

- Isufiensi ACTH Hipofise

( Ilmu Penyakit Dalam I edisi 3, 1996 )

C. Web Of Caution

Penyakit Addison atau isufiensi adrenokortikal terjadi bila fungsi


hormone-hormon korteks adrenal. Atrofi otoimun atau idiopatik pada kelenjar
adrenal merupakan penyebab pada 75% kasus penyakit Addison ( stren & tuek,
1994 ). Penyebab lainnya adalah mencakup operasi pengangkatan kedua
kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
hitoplasma merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan
kerusakan pada kelenjar adrenal, sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar
hipofisis juga akan menimbulkan isufiensi adrenal akibat penurunan stimulasi
korteks adrenal. Gejala isufiensi adrenokartikal dapat pula terjadi akibat
penghentian mendadak terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan
respons normal tubuh terhadap keadaan stress dan mengganggu mekanisme
umpan balik normal. Terapi denganb pemberian kortikosteroid setiap hari selama
2 minggu – 4 minggu dapat menekan fungsi adrenal ; Oleh sebab itu,
kemungkinan penyakit adddison harus diantisipasi pada pasien yang mendapat
pengobatan kortikosteroid. ( Keperawatan Medikal Bedah II, edisi 8,2001 )

D. Manifestasi Klinis

Penyakit Addison ditandai oleh kelemahan otot anoreksia, gejala


gastrointestinal, keluhan mudah lelah, emasiasi ( Tubuh kurus kering );
Pigmentasi pada kulit, bulu-bulu jari, lutut, siku serta membran mukosa
;hipotensi, kadar glukosa darah dan natrium serum rendah; dan kadar kalium
serum yang tinggi. Pada kasus yang berat, gangguan metabolisme natrium
natrium dan kalium yang dapat ditandai oleh pengurangn natrium dan air,serta
dehidrasi yang kronis dan berat. Dengan berlanjutnya penyakit yang disertai
hipotensi akut akibat dari hipokortikoisme, pasien akan mengalami krisis
addisonian yang ditandai oleh sianosis, panas dan tanda-tanda syok, pucat,
perasaan cemas, dennyut nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat serta tekanan
darah rendah. Disamping itu, pasien dapat mengeluh sakit kepala, mual, nyeri
abdomen serta diare , dan memperlihatkan tanda-tanda kebingungan serta
kegilasahan. Bahkan aktivitas jasmani ynag sedikit berlebihan, terpajan udara
dingin, infeksi yang akut atau penurunan asapan garam.( keperawatan Medikal
Bedah II, edisi 8, 2001 )

E. Pemerikasaan Penunjang

- Kadar kortisol dan aldosteron serum

- Kadar ACTH serum

- BUN

- Kadar glukosa darah

- Pemeriksaan urine

- Pemeriksaan radiologi, anteriografi, sken

- Pemeriksaan Ekce

F. Penata laksanaan

Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi


darah, memberikan cairan, melakukan terapi penggantian,kortisteroid, memantau
tanda-tanda fital dan memempatkan pasien pada posisi setengah duduk dengan
kedua tungkai ditingggikan.Hidrokortison ( Solu-cortef) disuntikkan secara
intravena yang kemudian diikuti dengan pemberian infus dektrosa 5% dalam
larutan normal salin. Preparat vasopretor amina mungkin diperlukan jika kedaan
hipotensi bertahan. Anti biotik dapat diberikan jika infeksi memicu krisis adrenal
pada penderita insufiensi kronis adrenal. Asupan per oral dapat dimulai segera
setelah pasien dapat menerimanya, secara perlahan-lahan. Pemberian infus
dikurangi ketika asupan cairan per oral sudah adekuat, untuk mencegah
hipokolemia jika kelenjar adrenal tidak dapat berfungsi kembali. Pasien
memerlukan terapi penggantian seumur hidup untuk mencegah timbul kembali
isufiensi adrenal serta krisis adisonia pada keadaan stress atau sakit. Selain itu
pasien mungnkin akan memerlukan suplemen makanan penembahan garam,
pada saat terjadi kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah dan diare. (
Keperawatan medikal Bedah II, edisi 8.2001 )

G. Konsep Keperawatan

1. Pengkajian ( data focus )

a. Riwayat penyakit yang dapat menggali kemungkinan penyebab dan faktor


yang mempermudah seperti operasi intra abdominal, radiasi kepala,
pengangkatan hipofise atau adrenal.

b. Keluhan yang biasanya mencakup kelelahan, tetapi dan tidak mampu


beraktivitas juga tidak nafsu makan, mual, muntah, diare dan nyeri
abdomen.

c. Tanyakan pada klien pakah terjadi penuruanan berat badan selama enam
bulan terakhir. Bagaimana masukan garamnya

d. Pada klien wanita tanyakan pola menstruasinya, pada klien pria tanyakan
apakah mengeluh impotensi.

e. Tanyakan apakah klien menderita tuberculosis, karsinoma paru atau infeksi


menahun kuman gram negatif, karena kesemuanya ini dapat
menyebabkan hipofungsi idiopatik

f. Penggunaan obat-obatan baik masa lalu maupun sekarang seperti


golongan steroid, anti kuagulan dan obat sitotoknik

g. Pemeriksaan fisik mencakup pigmentasi pada klit yang disebabkan oleh


peransangan MSH akibat mekanisme kontrol hipofise yang terganggu.

h. Kerontokon rambut tubuh.

i. Banyak berkeringat, nyeri kepala, takikardia dan tremor dapat dijumpai bila
klien mengalami hipoglikemia.

j. Kaji juga tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang buruk, mukosa
kering dan penurunan berat badan.

k. Pengkajian psikososial : Apakah klien tampak lertagi atau apasis, bingung


atau psikosa; kaji bagaimana orientasi klien terhadap orang,tempat dan
waktu, keluarga mungkin akan mengeluh emosi klien labil dan sangat
lemah.

l. Pemeriksaan Laboratorium Mencakup :

- Kadar kartisol dan aldosteron serum

- Kadar ACTH serum

- BUN

- Kadar glukosa darah

- Pemeriksaan urine terhadap 17 – OHC dan 17 ketosteroid.

- Pemeriksaan radiologi, anteriografi, sken-CT

- Pemeriksaan EKG ( dapat dijumpai gelombang QRS yang melebur,


interval PR memanjang dan elevasi gelombang ). Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem endokrin. 1999 )

2. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi aktivitas ( kelelehan ) berhubungan dengan ketidakseimbangan


elektrolit. ( Carpenito, Lynda Juall. 1998 )

● Definisi :

Intoleransi aktifitas : Penurunan kapasitas fisiologi seseorang untuk


mempertahankan aktivitas sampai ketingkat yang diinginkan atau
diperlukan ( magnam, 1987 )

● Batasan Karekteristik

- Mayor :

- Frekuensi nafas meningkat.

- Pernafasan cepat

- Nadi cepat dan lemah.

- Minor :

- Kelemahan Kelelahan.

- Pucat atau sianosis

- Kacau mental.
● Faktor-faktor yang berhubungan.

- Berhubungan dengan meningkatnya kebutuhan metabolisme


sekunder terhadap : kelainan metabolic atau endokrin.

- Situsional berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolic


sekunder terhadap stress.

2. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan melalui


ginjal / kelenjar keringat, saluran gastrointestinal ( Carpenito, Lynda Juall,
1998 ).

● Definisi

Kekurangan volume cairan : keadaan dimana seseorang yang tidak


makan dan minum peroral mempunyai resiko terjadinya dehidrasi
vaskuler, interstisial atau intraseluler.

● Batasan karekteristik.

- Mayor :

- Ketidakcukupan masukan cairan peroral.

- Tidak adanya keseimbangan antara asupan dan saluran.

- Membran mukosa / kulit kering.

- Berat badan kurang.

- Minor :

- Meningkatnya natrium darah.

- Menurunnya saluran urine atau saluran urine berlebihan.

- Sering berkemih.

- Turgor kulit menurun.

- Haus / mual/ anoreksia.

● Faktor faktor yang berhubungan.

- Situsional

Berhubungan dengan muntah / mual.


Berhubungan dengan menurunnya motivasi untuk minum, sekunder
terhadap keletihan dan depresi

- Berkurangnya asupan cairan yang dengan

- Mual atau anoreksia, keletihan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,


muntah, anoreksia ( carpenito, Lynda Juall. 1998 )

● Definisi :

Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh kondisi ini dilami oleh
individu yang tidak mengalami puasa atau berisiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan tidak cukupnya
masukan atau metabolisme nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

● Batasan karakteristik

- Mayor :

Seseorang yang mengalami puasa dilaporkan atau mempunyai


ketidakcukupan masukan makanan, kurang dari ynag dianjurkan
sehari-hari (RDA) dengan atu tanpa terjadinya penurunan berat
badan dan /atau kebutuhan metabolic aktual atau potensial pada
kelebihan masukan terhadap penurunan terhadap berat badan.

- Minor :

- Berat badan 10%-20% dibawah normal dan tinggi serta kerangka


tubuh dibawah ideal.

- Lipatan kulit trisep, lingkar lengan tengah, dan lingkar otot


pertengahan lengan kurang dari 60% dari ukuran standart.

- Penurunan albumin serum.

● Faktor-faktor yang berhubungan

- Patofisiologi

Berhubungan dengan muntah disengaja bahkan fisik berlebihan


dari masukan kalori, atau menolak makan sekunder terhadap
anoreksia.

- Situsional

Berhubungan denga menurunnya nafsu makan sekunder terhadap :

- Anoreksia
- Stress

- Mual dan muntah

4. Gangguan rasa nyaman nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan


asam lambung.

● Definisi :

- Perubahan kenyamanan : Suatu keadaan dimana individu mengalami


perasaan yang tidak nyaman dalam berespon terhadap stimulus
yang berbahaya.

● Batasan Karekteristik

- Mayor :

Induvidu mengatakan atau terlihat tidak nyaman

- Minor : Respon otonomi pada nyeri akut

Tekanan darah meningkat.

5. Ganguan Pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri kronis (


Carpenito, Lynda Juall, 1998 )

● Definisi :

Gangguan pola tidur : suatu keadaan dimana individu mengalami atau


mempunyai resiko mengalami istirahat yang menyebabkan
ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.

● Batasan karakteristik

- Mayor :

- Kesulitan jatuh atau tetap tertidur.

- Minor :

- Lelah pada saat bangun atau sepanjang hari.

- Agitasi

- Mengantuk sepanjang hari.

- Perubahan atau perasaan.

● Faktor faktor yang berhubungan


- Patofiologis

Berhubungan dengan sering terbangun sekunder terhadap


kerusakan eliminasi yaitu diare.

- Situsional

Berhubungan dengan nyeri.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan :

Intoleransi aktivitas ( kelelahan ) berhubungan dengan ketidakseimbangan


elektronik.(Doenges,Marylin E.1999)

Tujuan :

o Menyatakan mampu untuk beristirahat,peningkatan tenaga dan


penurunan rasa.

o Mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan .

o Menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam


aktifitas.

Intervensi

a. Kaji / diskusikan tinggkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang


dapat dilakukan klien.

Rasional :

Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelelahan otot


menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit dan
munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalsium.

b. Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan


aktivitas,observasi adanya takikardi, hipotensi dan perifer yang dingin.

Rasional :

Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stes aktifitas jika
curah jantung berkurang.

c. Diskusikan kebutuhan aktivitas dan rencanakan jadwal aktivitas


bersama –sama dengan pasien. Identifikasi aktivitas yang
menyebabkan kelelahan.

Rasioanal :
Aktivitas yang kurang selama menerima terapi hormon pengganti
untuk memperbaiki tonus dan kekuatan otot, menurunnya kelelahan .
Selain itu hal tersebut memberikan harapan bahwa kemampuan untuk
melakukan aktivitas yang baik akan kembali seperti semula.

d. Sarankan pasien untuk menentukan masa / periode antara dan


melakukan aktivitas.

Rasional :

Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pola jantung .

e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk ikut berpartisipasi secara


adekuat untuk melakukan aktifitasnya sehari hari sebagian atau
seluruhnya. Tingkatkan keterlibatkan pasien sesuai kemampuan.

Rasional :

Menambahkan kenyakinan pasien dan harga dirinya secara baik


sesuai dengan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransinya .

2. Diagnosa keperawatan

Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


melalui ginjal,kelenjar keringat. Saluran gastrointestional.

(Doenges marylin E.1999)

Tujuan

Menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan dengan kriteria :


pengeluaran urine yang adekuat (batas normal) , tanda-tanda vital stabil
,tekanan nadi periver jelas, turgor kulit baik , pengertian kapiler baik dan
membran mukosa lembab / basah.

Intervensi :

a. Dapatkan riwayat dari pasien atau keluarga yang berhubungan dengan


lama dan intensitas dari gejala yang muncul seperti contoh ; muntah,
pengeluaran urine yang berlebihan

Rasional:

Membantu memperkirakan penurunan volume total cairan.

b. Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan


posisi, kekuatan dari nadi perifer

Rasional
Hipotensi postural merupakan bagian hipovolemia akibat kekurangan
hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari
penurunan kortisol ,nadi mungkin melemah yang dengan mudah
dapat hilang .

c. Ukur dan timbang berat badan setiap hari

Rasional

Memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan


dan keefektifan pengobatan. Peningkatan berat badan yang cepat
disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang
berhubungan dengan pengobatan steroid.

d. Kaji pasien mengenai adanya rasa haus, kelelahan, nadi cepat,


pengisian kapiler memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering, catat warna kulit dan temperaturnya.

Rasional

Untuk mengindikasikan berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi


kebutuhan volume pengganti.

e. Auskultasi bising usus (peristaltik usus ). Catat dan laporkan adanya


mual, muntah dan diare.

Rasional :

Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan


cairan dan elektrolik dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan
dan nutrisi .

f. Anjurkan cairan oral diatas 3000 ml / hari segera mungkin sesuai


dengan kemampuan pasien.

Rasional :

Adanya perbaikan pada saluran cerna dan kenbalinya fungsi saluran


cerna tersebut memungkinkan untuk memberikan cairan dan elektrolit
melalui oral.

g. Kolaborasi dalam memeberikan cairan 0,9% NaCI ( normal salin )

Rasional :

Pasien mungkin memerlukan cairan pengganti 4-6 liter dengan


pemberian cairan NaCL 0,9 % Melalui IV Sebanyak 500 – 1000
ml/jam dapat mengatasi kekurangan natrium yang telah terjadi.

3. Diagnosa Keperawatan :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual/muntah, anoreksia.( Doenges, Marylin E. 1999)

Tujuan :

o Tidak ada mual dan muntah.

o Menunjukkan berat badan stabil atau menungkat sesuai dengan yang


diharapkan nilai laboratorium normal.

Intervensi :

a. Auskultasi bising usus dan kaji apakah nyeri perut mual atau muntah.

Rasional :

Kekurangan kortisol dapat menyebabkan gejala gastrointestinal berat


yang mempengaruhi pencernaan dan absorbsi dari makanan.

b. Catat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat


kesadaran, nadi yang cepat, peka ransang,nyeri kepala sempoyongan.

Rasional :

Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu


pemberian glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan
glukokortikoid.

c. Pantau pemasukan makanan dan timbang berat badan setiap hari.

Rasional :

Anoreksia, kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme oleh


kortisol terhadap makanan dapat mengakibatkan penurunan berat
badan dan terjadinya malnutrisi yang serius. Perhatikan : Berat badan
yang meningkat dengan cepat merupakan indikasi terjadinya retensi
cairan atau pengaruh dari pemberian glukokortikoid.

d. Catat muntah mengenai jumlah kejadian, atau karekteristik lainnya.

Rasional :

Ini dapat membantu menentukan derajat kemampuan pencernaan atau


absorbsi makanan.

e. Berikan informasi tentang menu pilihan.

Rasional :
Pencernaan menu yang disukai pasien dapat menstimulasi nafsu
makan dan meningkatkan pemasukan makanan.

f. Kolaborasi dengan ahli gizi.

Rasional :

Bermanfaat menentukan penggunaan / kebutuhan kalori dengan tepat.

g. Tingkatkan diet natrium, contoh : Daging, ikan, susu, telur.

Rasional :

Dapat menolong mencegah / memperbaiki hiponatremia.

h. Pantau Hb,Ht.

Rasional :

Anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi atau pencernaan (difusi )


yang terjadi akibat retensi cairan sehubungan pemberian
glukokortikoid.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri kronis berhubungan dengan peningkatan


asam lambung (Doenges, Marylin E. 1999)

Tujuan :

o Menyatakan nyeri abdomen hilang / terkontrol.

o Menunujukkan menurunya tegangan, rileks, mudah bergerak.

Intervensi :

a. Pantau / catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk non


verbal, dan respon hemodinamik ( contoh meringis, menangis, gelisah,
berkeringat, nafas cepat,TD / frekuensi jantung berubah.

Rasional :

Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai


temukan pengkajian.

b. Lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman.

Rasional :

Menurunkan ransangan eksternal.

c. Kolaborasi dalam pemberian analgasik.


Rasional :

Untuk mengurangi nyeri pada abdomen.

5. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri kronis (


Doenges, marylin E. 1999 )

Tujuan :

o Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi.

o Kebutuhan tidur kurang lebih 7 -8 jam perhari.

o Klien tidak lesu dan tidak gelisah.

o Klien merasa nyaman.

Intervensi :

a. Jelaskan pada klien tentang pentingnya istirahat tidur bagi kesehatan.

Rasional :

Klien bisa mengerti manfaat tidur, sehingga termotivasi untuk


memenuhi kebutuhan istirahat tidurnya.

b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi.

Rasional :

Untuk mengalihkan dan mengurangi rasa nyeri yang dialami klien.

c. Kaji kebutuhan istirahat tidur pasien.

Rasional :

Mengetahui sejauh mana pasien / klien mengalami gangguan dalam


pemenuhan istirahat tidur.

d. Batasi jumlah pengunjung dan ciptakan lingkungan yang aman.

Rasional :

Mendukung usaha pemenuhan istirahat tidur klien.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta : EGC


Doenges, Marylin E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Rumaharbo, Hotman. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


sistem Endokrin. Jakarta : EGC

Suddarth & Burmmer. 2001. Keperawatan Medikal Bedah II Edisi 8 Vol 2. Jakarta
: EGC

Suparman. 1996. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi III. Jakarta : FKUI

Wilson, Loraine & Sylvia A. Price. 2005. Patofisiologi Vol II Edisi 6. Jakarta : EGC

ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN

ADDISON DISEASE

I. KONSEP DASAR MEDIS

A. Pendahuluan

Addison Disease (AD) terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan hormon korteks adrenal. Penyebab terbanyak (75%) atrofi otoimun dan
idiopatik, penyebab lain: operasi dua keelenjar adrenal atau infeksi kelenjar adrenal, TB kelenjar
adrenal, sekresi ACTH tidak adekuat. Penghentian mendadak terapi hormon adrenokortika akan
menekan respon normal tubuh terhadap stress dan menggangu mekanisme umpan balik normal.
Terapi kortikosteroid selama dua sampai empat minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal.

B. Epidemiologi

Insiden penyakit Addison adalah 4 per 100.000 penduduk, 50% pasien dengan penyakit
addison, kerusakan korteks adrenalnya merupakan manifestasi dari proses atoimun.

C. Definisi

1. Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggu fungsi bagian dari kelenjar adrenal
disebut korteks. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting bahan kimia (hormon)
biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron.

2. Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat rusaknya korteks adrenal.
3. Addison Disease merupakan suatu penyakit hormonal yang disebabkan karena sekresi hormon
korteks adrenal menurun karena penyakit primer atau insufisiensi korteks adrenal dan kekurangan
sekresi ACTH.

D. Anatomi

Adrenals dua kelenjar, masing-masing bertengger di atas bagian dari dua ginjal. Bagian luar
dari kelenjar dikenal sebagai korteks; bagian dalam yang dikenal sebagai medula. Masing-masing
bagian dari kelenjar adrenal adalah bertanggung jawab untuk memproduksi berbagai jenis hormon.

Kortisol adalah hormon yang sangat kuat yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Hal ini
terlibat dalam mengatur fungsi yang hampir setiap jenis organ dan jaringan di seluruh tubuh, dan
dianggap sebagai salah satu dari beberapa hormon mutlak diperlukan untuk hidup. Kortisol terlibat
dalam:

1. proses yang sangat kompleks dan pemanfaatan nutrisi banyak, termasuk gula (karbohidrat), lemak,
dan protein

2. fungsi normal dari sistem sirkulasi dan jantung

3. fungsi otot

4. fungsi normal ginjal

5. produksi sel darah

6. proses normal yang terlibat dalam rangka mempertahankan system

7. tepat fungsi otak dan saraf

8. respon normal dari sistem kekebalan tubuh

Aldosteron, juga diproduksi oleh korteks adrenal, memainkan peran sentral dalam
mempertahankan proporsi yang sesuai air dan garam dalam tubuh. Ketika keseimbangan ini marah,
volume darah yang beredar di seluruh tubuh akan jatuh berbahaya yang rendah, disertai dengan
penurunan tekanan darah.

penyakit Addison juga disebut insufisiensi adrenocortical primer . Dengan kata lain, proses
beberapa mengganggu langsung dengan kemampuan korteks adrenal untuk menghasilkan nya
hormon. Tingkat kortisol dan aldosteron baik drop, dan banyak fungsi seluruh tubuh adalah
terganggu.
Penyakit Addison terjadi pada sekitar pukul empat setiap 100.000 orang. Ini pemogokan baik
laki-laki dan perempuan dari segala usia

E. Etiologi

Penyebab paling umum penyakit Addison adalah Kerusakan dan menyusut (atrofi) dari
adrenal korteks.

F. Patofisiologi

Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang menyebabkan


hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang mengakibatkan hipoglikemia, insufisiensi
kortisol mengakibatkan ACTH dan sehingga merangsang sekresi melanin meningkat sehingga
timbulMSH hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan peningkatan
kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal kekurangan garam
dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume plasma yang bersirkulasi
akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan hipotensi.

Pada sekitar 70% dari semua kasus, atrofi ini diduga terjadi karena adanya gangguan
autoimun. Dalam gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuh, bertanggung jawab untuk
mengidentifikasi penyerbu asing seperti virus atau bakteri dan membunuh mereka, sengaja dimulai
untuk mengidentifikasi sel-sel dari korteks adrenal sebagai asing, dan menghancurkan mereka. Pada
sekitar 20% dari semua kasus, perusakan korteks adrenal disebabkan oleh tuberkulosis. Itu sisa kasus
penyakit Addison dapat disebabkan oleh infeksi jamur, seperti histoplasmosis, coccidiomycosis, dan
kriptokokosis, yang mempengaruhi adrenal kelenjar dengan memproduksi merusak, massa tumor
seperti disebut Granuloma; penyakit amiloidosis disebut, di zat tepung yang disebut amiloid
diendapkan pada abnormal tempat seluruh tubuh, mengganggu fungsi apa struktur itu hadir dalam;
atau Invasi kelenjar adrenal oleh kanker.

Pada sekitar 75% dari semua pasien, penyakit Addison cenderung menjadi sangat bertahap,
perlahan-lahan berkembang penyakit. gejala signifikan tidak dicatat sampai sekitar 90% dari korteks
adrenal telah dihancurkan. Yang paling umum termasuk gejala kelelahan dan hilangnya energi,
penurunan nafsu makan, mual, muntah, diare, sakit perut, penurunan berat badan, lemah otot,
pusing ketika berdiri, dehidrasi, tidak biasa bidang gelap (pigmen) kulit, dan freckling gelap. Sebagai
penyakit berlangsung, pasien mungkin tampak telah sangat disamak, atau kulit berwarna perunggu,
dengan penggelapan lapisan mulut, vagina, dan rektum, dan gelap pigmentasi daerah sekitar puting
susu (aereola). Sebagai dehidrasi menjadi lebih parah, tekanan darah akan terus untuk drop dan
pasien akan merasa semakin lemah dan pusing. Beberapa pasien memiliki gejala kejiwaan, termasuk
depresi dan mudah tersinggung. Perempuan kehilangan kemaluan dan rambut ketiak, dan berhenti
setelah menstruasi normal periode.

Ketika pasien menjadi sakit dengan infeksi, atau ditekankan oleh cedera, penyakit ini tiba-
tiba dan kemajuan pesat, menjadi hidup mengancam. Gejala dari krisis "Addisonian" termasuk
jantung abnormal irama, rasa sakit parah di punggung dan perut, tak terkendali mual dan muntah,
penurunan drastis dalam darah tekanan, gagal ginjal, dan pingsan. Tentang25% dari pasien penyakit
semua Addison diidentifikasi karena terhadap perkembangan krisis Addisonian.

G. Manifestasi Klinik

1. Hipotensi

2. Pusing

3. Hiperpigmentasi pada kulit

4. Hipoglikemia

5. Anoreksia

6. Dehidrasi

7. Mual muntah

8. Cemas

9. Kelelahan dan kelemahan otot

10. Keringat dingin dan gemetar

11. Penurunan kesadaran

Krisis Addison

Manifestasi krisis Addison adalah sianosis, panas, tanda klasik syok (pucat,perasaan cemas, denyut
nadi cepat dan lemah, pernapasan cepat, tekanan darah rendah). Krisis addison dapat dipicu oleh
persiapan pemeriksaan diagnostik/pembedahan.Sakit kepala, mual, nyeri abdomen serta diare,
bingung dan gelisah. Aktivitas berlebihan, terpajan udara dingin, infeksi akut, penurunan garam
menyebabkan kolaps sirkulasi, sehingga terjadi syok dan kematian.

H. Penatalaksanaan
1. Terapi darurat ditujukan untuk mengatasi syok, memulihkan sirkulasi, memberikan caiaran,
pergantian kortikosteroid.

2. Pantau tanda-tanda vital.

3. Menempatkan klien pada posisi stengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan.

4. Hidrokortison disuntikan IV, kemudian IVFD D5% dalam larutan normal saline.

5. Kaji stress/keadaan sakit yang menimbulkan serangan akut.

6. Bila asupan oral (+), IVFD perlahan dikurangi

7. Bila Kelenjar adrenal tidak berfungsi lagi, perlu dilakukan terapi penggantian preparat kortikosteroid
dan mineralokortikoid seumur hidup.

8. Suplemen penambah garam untuk menghindari kehilangan cairan dari saluran cerna akibat muntah
dan diare.

I. Pemeriksaan diagnostic

1. Hipoglikemia

2. Hiponatremia

3. Hiperkalemia

4. Leukositosis

5. Diagnosis pasti: ditegakkan berdasarkan kadar hormon adrenokortikal yang rendah dalam darah dan
urin, kortisol serum turun.

6. Bila adrenokortikal sdh rusak: penyuntuikan ACTH tidak menaikkan kadar kortisol.

J. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium
Dari tes laboratorium, penderita mengalami penurunan eksresi dari hasil pemecahan atau metabolit
dari kortisol yaitu 17 hidrosikartikoid kadar-kadar kortisol plasma merah, sedangkan kadar ACTH
plasma meningkat.

2. Inspeksi
Terdapat hiperpigmentasi pada permukaan esktremitas, mukosa pipi, lidah, lipatan telapak tangan
dan sendi-sendi jari, puting susu, tampak gemetar, keluar keringat dingin.

G. Diagnosa

Banyak pasien tidak mengakui memperlambat kemajuan gejala dan penyakit ini akhirnya
diidentifikasi ketika pemberitahuan dokter bidang pigmentasi meningkat kulit. Setelah dicurigai,
sejumlah darah tes dapat menyebabkan diagnosis penyakit Addison. Hal ini tidak cukup untuk
menunjukkan tingkat kortisol darah yang rendah, sebagai tingkat kortisol normal bervariasi cukup
luas. Sebaliknya, pasien diberi dosis hormon lain pengujian disebut kortikotropin (ACTH). ACTH
diproduksi di tubuh oleh kelenjar hipofisis, dan biasanya bertindak dengan mempromosikan
pertumbuhan di dalam korteks adrenal dan merangsang produksi dan pelepasan kortisol. Pada
penyakit Addison, bahkan dosis ACTH sintetik tidak meningkatkan tingkat kortisol.

Untuk membedakan antara primer adrenocortical insufisiensi (penyakit Addison's) dan


sekunder adrenocortical insufisiensi (yang disebabkan oleh kegagalan ACTH hipofisis untuk
menghasilkan cukup), tingkat ACTH dalam darah diperiksa. Normal atau tingkat tinggi ACTH hipofisis
menunjukkan bahwa bekerja dengan benar, tapi korteks adrenal biasanya tidak menanggapi ke
kehadiran ACTH. Ini mengkonfirmasikan diagnosis Penyakit Addison.

H. Prognosa

Prognosis untuk pasien ditangani dengan tepat hidrokortison dan aldosteron sangat baik. Ini
pasien dapat mengharapkan untuk menikmati masa hidup yang normal. Tanpa pengobatan, atau
dengan perlakuan kurang lancar, pasien selalu berisiko terkena krisis Addisonian.

Kekurangan vol.cairan

Kehilangan cairan dan elektrolit

Resiko penurunan curah jantung

Hipotensi

kecemasan

P↓ vol darah yg beredar

Perubahan fungsi fisiologis

Syok sirkulasi pd situasi stress

Ketokolamin tidak memicu terjadinya vaso kontriksi


Tdk adanya efek permisif untuk banyak aktifitas metabolik

Atropi idiopatik kelenjar

Desrtuksi otoimun pd kelenjar

Kesalahan produksi A.B yg menyerang korteks adrenal

kelemahan

Tdk terjadi metabolism produksi energy (asam laktat)

Menghambat pengeluaran glikogen yg tersimpan di hati/otot

Harga diri rendah

Kulit menjadi hitam

hiperpigmentasi

P↑produksi melanin

Merangsang pengeluaran MSH

P↓ glucagon hati

Insufisiensi sekresi ACTH

Insufisiensi kortisoldi hipofisis

Pengeluaran natrium dlm urine

P↓ peneluaran K dalam urine

Deplesi natrium hiponatriumia)

Retensi Kalium(hiperkalemia

Defisiensi aldostero di ginjal

Defesiensi korteks adrenal

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data subyektif :

a. Mengeluh pusing

b. Cepat lelah
2. Data obyektif :

a. Hipotensi

b. Hiponatrimia

c. Keringat dingin

d. Gemetar

e. Mual-mual

f. Hiperpigmentasi

g. Kecemasan

h. Nampak lemah

i. Kadang-kadang terjadi penurunan kesadaran

B. Diagnosa keperawatan

1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit
melalui ginjal.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan hyperpigmentasi

3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan fungsi fisiologi

4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme (kadar glucosa darah)

5. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung.

C. Intervensi dan rasional

Dx.1. Kekurangan volume cairan dari elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan dan natrium
melalui ginjal.

1. Kriteria Evaluasi Yang Diharapkan:

Pasien menunjukkan adanya perbaikan keseimbangan cairan,

2. Ditandai dengan :

a. pengeluaran urine yang adekuat (batas normal)


b. tanda-tanda vital stabil

c. tekanan nadi parifer jelas

d. turgor kulit baik

e. pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab/basah.

3. Intervensi dan Rasionalisasi

a) Dapatkan riwayat dari pasien atau orang terdekat yang berhubungan dengan lama dan intensitas
dari gejala yang muncul.

R/ Membantu memperkirakan volume total cairan

b) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang turgor kulit
jelek, membran mukosa kering. Catat warna kulit dan temperaturnya.

R/ Untuk mengindikasikan berlanjutnya hipovolemia dan mempengaruhi kebutuhan volume


pengganti.

c) Pantau tanda vital, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi
perifer.

R/ Hipotensi postural merupakan bagian hipovolemia akibat kekurangan hormon aldosteron dan
penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kortisol. Nadi mungkin melemah yang
mudah dapat hilang.

d) Ukur dan timbang berat badan setiap hari.

R/ Memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan dan keefektifan pengobatan.
Peningkatan berat badan yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang
berhubungan dengan pengobatan steroid.

e) Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori.

R/ Dehidrasi berat menunjukkan curah jantung dan perfusi jaringan terutama jaringan otak.

f) Auskultasi bising usus/peristaltik usus. Catat dan laporkan adanya mual, muntah dan diare.

R/ Kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit dan
mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi.
g) Kolaboratif dalam pemberian cairan, larutan gula dan obat-obatan.

R/ Cairan dan obat-obatan akan membantu pemenuhan kekurangan cairan dan elektrolit tubuh

Dx.2. Harga diri rendah berhubungan dengan hipopigmentasi

1. Kriteria evaluasi yang diharapkan:

Pasien mampu mengungkapkan penerimaan terhadap keadaan diri sendiri diungkapkan secara
verbal.

2. Ditandai dengan :

Pasien menunjukkan kemampuan adaptasi terhadap perubahan yang ditandai pasien berpartisipasi
aktif dalam bekerja/bermain/berhubungan dengan orang lain.

3. Intervensi dan Rasionalisasi

a) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya, tunjukkan perhatian,
bersikap tidak menghakimi.

R/ Membina hubungan dan peningkatan keterbukaan dengan pasien, membentuk dalam


mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien.

b) Dorong pasien untuk membuat daftar bantuan orang terdekat.

R/ Pasien tidak merasa sendirian dan merasa berguna dalam berhubungan dengan orang lain.

c) Dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam perawatan diri.

R/ Data membantu meningkatakn tingkat kepercayaan diri, memperbaiki harga diri dan
meningkatkan perasaan terhadap pengendalian diri.

d) Sarankan pasien untuk menggunakan ketrampilan management stres, misal: teknik relaksasi,
visualisasi dan bimbingan imajinasi.

R/ Meminimalkan perasaan stres, frustasi, meningkatkan kemampuan koping dan kemampuan


untuk mengendalikan diri.

e) Sarankan untuk mengunjungi seseorang yang penyakitkan telah terkontrol.

R/ Dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan.
f) Tindakan kolaborasi dengan: rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai
kebutuhan

R/ Pendekatan komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk memelihara


tingkah laku.

Dx.3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan perubahan fungsi fisiologis.

1. Kriteria evaluasi yang diharapkan :

a. Pasien tampak rileks

b. Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi

2. Ditandai dengan :

Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan perasaannya.

3. Intervensi dan Rasionalisasi

a) Observasi tingkat laku yang menunjukkan tingkat ansietas

R/ Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan insomnia. Ansietas berat yang
berkembang ke dalam keadaan panik dapat menimbulkan perasaan terancam, teror, ketidak
mampuan untuk bicara dan bergerak. Berteriak-teriak/bersumpah-sumpah.

b) Pantau respon fisik, palpitasi, gerakan yang berulang-ulang, hiperventilasi, insomnia.

R/ Peningkatan pengeluaran penyekat beta-adrenergik pada daerah reseptor, bersamaan dengan


efek-efek kelebihan hormon tiroid, menimbulkan manifestasi klinik dari peristiwa kelebihan
ketekolamin ketika kadar epinefrin/norepinefrin dalam keadaan normal.

c) Kurangi stimulasi dari luar: tempatkan pada ruangan yang tenang, berikan kelembutan, musik yang
nyaman, kurangi lampu yang terlalu terang, kurangi jumlah orang yang berhubungan dengan pasien.

R/ Menciptakan lingkungan yang terapeutik; menunjukkan penerimaan bahwa aktivitas


unit/personal dapat meningkatkan ansietas pasien.

d) Bicara singkat dengan kata yang sederhana.

R/ Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang, yang membatasi


kemampuan untuk mengasimilasi informasi.
e) Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin didengar oleh pasien.

R/ Memberikan informasi akurat yang dapat menurunkan distorsi/kesalahan interpretasi yang dapat
berperanan pada reaksi ansietas atau ketakutan.

f) Tekankan harapan bahwa pengendalian emosi itu harus tetap diberikan sesuai dengan
perkembangan terapi obat.

R/ Memberikan informasi dan meyakinkan pasien bahwa keadaan itu adalah sementara dan akan
membaik dengan pengobatan.

Dx.4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolisme (gula darah)

1. Kriteria evaluasi yang diharapkan :

Pasien menyatakan mampu untuk beristirahat, peningkatan tenaga dan penurunan rasa

2. Ditandai dengan :

a. Mampu menunjukkan faktor yang berpengaruh terhadap kelelahan.

b. Pasien mampu menunjukkan peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktifitas.

3. Intervensi dan Rasionalisasi

a) Kaji/diskusikan tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan klien.

R/ Pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga, kelelahan otot menjadi terus memburuk
setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium dan kalium.

b) Pantau tanda vital sebelum dan sesudah melakukan aktivitas observasi adanya takikardia hipotensi
dan perifer yang dingin.

R/ Kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stres aktifitas jika curah jantung berkurang

c) Sarankan pasien untuk menentukan masa/periode antara istirahat dan melakukan aktifitas

R/ Mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada jantung.

d) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga (misal: duduk lebih baik daripada berdiri selama
melakukan aktifitas/latihan), jika perlu biarkan pasien melakukannya sendiri.

R/ Pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan mengurangi pengeluaran tenaga
pada setiap kegiatan yang dilakukannya.
Dx.5. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

1. Kriteria evaluasi yang diharapkan :

Menunjukkan curah jantung yang adekuat .

2. ditandai dengan:

a. tanda vital dalam batas normal

b. nadi perifer teraba dengan baik

c. pengisian kapiler

3. Intervensi dan Rasional

a) Kaji pengisian kapiler dan nasi perifer

R/ Pengisian kapiler yang memanjang, nadi yang lambat & lemah merupakan indikasi terjadi syok.

b) Pantau tanda vital: tensi, irama jantung

R/ Krisis addison mungkin menyebabkan tekanan darah menurun. Frekwensi jantung yang tidak
teratur akan menimbulkan penurunan curah jantung.

c) Ukur jumlah haluaran urine.

R/ Walaupun biasanya ada poliuria penurunan haluaran urine menggambarkan penurunan perfusi
ginjal oleh penurunan curah jantung.

d) Kolaborasi pemberi O2

R/ Kadar O2 yang maksimal dapat membantu menurunkan kerja jantung.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan PasiEdisi 3. Jakarta : EGC.

Sherwood, Laualee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol. 2.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai