Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN

PREEKLAMSIA

OLEH KELOMPOK 6 :
NIA NAGITA SAFITRI
ANGGUN DYTA DURROTUNNISA
DINI RISMALA DEWI
IIS LESTARI
SEFTIYANI MAYA NOVIA SARI
LAILY AGUSTRIANI
EKAWATI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat allah SWT karena atas rahmat dan karunianya makalah ini
telah dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Keberhasilan kami dalam penulisan makalah
ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu kami menyampaikan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang masih perlu di perbaiki,untuk itu kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini,sehingga dapat bermanfaat bagi
siapa pun yang membacanya.

Pringsewu, Februari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... 3
BAB I ........................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 4
B. TUJUAN ....................................................................................................................................... 5
BAB II ....................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 6
A. PENGERTIAN ............................................................................................................................... 6
B. ETIOLOGI ..................................................................................................................................... 6
C. KLASIFIKASI PREEKLAMSIA .......................................................................................................... 8
D. PATOFISIOLOGI ........................................................................................................................... 9
E. MANIFESTASI KLINIS ................................................................................................................. 11
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................................................... 12
G. KOMPLIKASI .............................................................................................................................. 13
H. PENATALAKSANAAN ................................................................................................................. 13
I. PENCEGAHAN............................................................................................................................ 13
BAB III .................................................................................................................................................... 18
ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................................................... 18
A. PENGKAJIAN .............................................................................................................................. 18
B. PEMERIKSAAN FISIK .................................................................................................................. 20
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN ....................................................................................................... 22
D. INTERVENSI KEPERAWATAN ..................................................................................................... 22
BAB VI.................................................................................................................................................... 29
PENUTUP ............................................................................................................................................... 29
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................. 29
B. SARAN ....................................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 31
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di dunia ini setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait
dengan kehamilan dan persalinan. 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari
500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Di
Indonesia, 2 orang ibu meninggal setiap jam karena kehamilan, persalinan dan nifas.
Begitu juga dengan kematian anak, di Indonesia setiap 20 menit anak usia di bawah 5
tahun meninggal. Dengan kata lain 30.000 anak balita meninggal setiap hari dan 10,6 juta
anak balita meninggal setiap tahun. Sekitar 99% dari kematian ibu dan balita terjadi di
negara, terutama di afrika dan asia selatan. Di dunia ini setiap menit seorang perempuan
meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata
lain, 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan
meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Sebagai perbandingan, angka
kematian bayi di Negara maju seperti di inggris saat ini sekitar 5 per 1.000 kelahiran
hidup. Sebagian besar kematian perempuan disebabkan komplikasi karena kehamilan dan
peralinan, termasuk perdarahan, infeksi, aborsi tidak aman, tekanan darah tinggi dan
persalinan lama (Anonim, 2005)

Preeklampsia merupakan kesatuan penyakit yang masih merupakan penyebab utama


kematian ibu dan penyebab kematian perinatal tertinggi di Indonesia. Sehingga diagnosis
dini preeclampsia yang merupakan pendahuluan eklampsia serta penatalaksanaan harus di
perhatikan dengan seksama. Disamping itu, pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara
rutin untuk mencari tanda preeclampsia yaitu hipertensi dan proteinuria sangat penting
dalam usaha pencegahan, disamping pengendalian faktor-faktor predisposisi lain
(Sudinaya, 2003)

Insiden preeklampsia sangat di pengaruhi oleh paritas, berkaitan dengan ras dan etnis.
Disamping itu juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik dan juga faktor lingkungan.
Sebagai contoh, dilaporkan bahwa tempat yang tinggi di Colorado meningkatkan insiden
preeklampsia. Beberapa penelitian menyimpilkan bahwa wanita dengan sosio
ekonominya lebih maju jarang terkena peeklampsia. Preeklampsia lebih sering terjadi
pada primigravida dibandingkan multigravida. Faktor risiko lai yang menjadi predisposisi
terjadinya preeklampsia meliputi hipertensi kronik, penyakit autoimun seperti lupus, usia
ibu yang terlalu muda atau yang terlalu tua dan riwayat preeklampsia dalam keluarga
(Cunningham, 2003)

Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat berperan sebagai pendidik, konselor dan
bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Oleh karena itu pentingnya peran ibu untuk
mengurangi atau mencegah risiko terjadinya preeclampsia menjadi eklampsia.
Berdasarkan pada beberapa hal tersebut, penyusun tertarik untuk mengambil judul
“Asuhan Keperawatan Pada Preeklampsia” dalam makalah ini.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan dari pembuatan makalah asuhan keperawatan dengan preeklampsia adalah
supaya perawat dan mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan
pasien preeklampsia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penyususnan makalah ini adalah untuk mengetahui :
a. Pengertian dari preeklampsia
b. Insiden dari preeklampsia
c. Etiologi dari preeklampsia
d. Klasifikasi dari preeklampsia
e. Patofisiologi dari preeklamsia
f. Manifestasi dari preeklampsia
g. Pemeriksaan penunjang dari preeklampsia
h. Pencegahan dari preeklamsia
i. Penatalaksanaan dari preeklampsia
j. Komplikasi dari preeklampsia
k. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan preeclampsia
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN
Preeklamsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan
vaskuler atau hipertensi sebelumnya, adapun gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 20 minggu (Obgynacea, 2009).

Preeklamsia adalah timbulanya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat


kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Mansjoer, 2006).

Preeklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga dalam kehamilan, atau
segera setelah persalinan. ( Prawirohardjo, 2008).

Preeklamsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria (kasus saku kedokteran Dorland).
Preeklamsia dibagi dalam dua golongan ringan dan berat penyakit digolongkan berat bila
satu atau lebih tanda gejala dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmhg atau lebih
2. Proteinuria 5 g atau lebih dalam 24 jam; 3 atau 4 + pada pemeriksaan kualitatif.
3. Oliguria air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri didaerah epigastrium
5. Edema paru dan sianosis
(Ilmu Kebidanan: 2005)

B. ETIOLOGI
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori-teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu
disebut “Penyakit Teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Tetapi terdapat suatu kelainan yang menyertai penyakit ini yaitu :
1. Spasmus arteriola
2. Retensi Na dan air
3. Koagulasi intravaskuler
Walaupun vasoplasme mungkin bukan merupakan sebab primer penyakit ini, akan tetapi
vasopasme ini menimbulkan berbagai gejala yang menyertai eklamsi (obtetri
patologi:1984)

Teori yang dewasa ini dikemukakan sebagai sebab preeklamsia ialah iskemia plasenta
akan tetapi, teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang bertalian dengan penyakit
itu. Rupanya tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan
prekelmasia dan eklamsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar
ditemukan mana yang sebab mana yang akibat. (Ilmuan Kebidanan : 2005)

Banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut : penyakit teori, namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai penyebab
preeklamsia adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkat
semua hal yang berkaitan dengan penyakit ini (Rustam, 1998 )
Adapun teori tersebut adalah :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsia dan eklamsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang,
sedangkan pada kehamilan normal prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh
trombosit bertambah sehingga timbul vasokontrikso generalista dan sekresi
aldosteron menurun akibat perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta
sehingga 50%, hipertensi dan penurunan plasma ( Y.Joko 2002)
2. Peran faktor imunologis
Preekelmasia sering terjadi pada kehamilan satu karena pada kehamilan satu terjadi
pembentukan bloking antibidies terhadap antigen plasenta tidak sempurna pada
preeklamsia terjadi komplek imun humoral dan aktivitas komplemen hal ini dapat
diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria
3. Peran faktor genetik
Preeklamsia hanya terjadi pada manusia. Prekelamsia meningkat pada anak dan ibu
yang menderita preeklamsia
4. iskemik dan uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah diuterus
5. defisiensi kalsium diketahui bahwa kalsium berfungsi tinggi untuk membantu
mempertahankan vasodilatasi pembuluh darah (Joane 2006).
6. Disfungsi dan aktifasi endotelial
Kerusakan endotel vaskuler maternal memiliki peran penting dalam patogenesis
terjadinya preeklamsia. Fibronektin diketahui dilepaskan oleh sel endotel yang
mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil
dengan preeklamsia. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada terimester
pertama kehamilan dan kadar fibrinektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan
kehmilan (Koerniawan, Drajat)

C. KLASIFIKASI PREEKLAMSIA
Menurut Wiknjosastro (2008) preeklamsia dibagi menjadi :
1. Preeklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau dengan kenaikkan diastolic 15mmHg atau lebih,atau kenaikan
sistolik 30mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurangkurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1jam, sebaiknya 6jam
b. Edema umum, kaki, jari tangan dan muka serta kenaikkan berat badan 1kg atau
lebih setiap minggunya
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1 + atau 2+ pada urin
kateter atau midstream

2. Preeklamsia berat
a. Tekanan darah 160/100 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5gr atau lebih per liter
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebal, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium
e. Terdapat edema paru atau sianosis
f. Keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, odema
paru, dan sianosis gangguan kesadaran.
g. Pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina,
tromosit kurang dari 100.000 /mm.

D. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.
Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus,
lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat di lakui oleh satu sel darah
merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah
akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi. Sedangkan kenaikan berat dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air
yang berlebihan dalam ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena
retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi
perubahan pada glomerulus (sinopsis Obstretri, Jilid I , Halaman 199).

Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada
sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia
(Cunniangham, 2003).

Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap
sebagai subtansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan
vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan thrombus dan perdarahan dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan deficit syaraf
lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus
dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi
penurunan volume intavaskuler, meningkatnya kardiakoutput dan peningkatan tahanan
pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trobositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat bahkan kematian janin dalam rahim (Michael, 2005).

Perubahan pada organ :

1. Perubahan kardiovaskuler
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia dan
eklampsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan
afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi
oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara
introgenik ditingkatkan oleh larutan onkotik/ kristaloid intravena, dan aktifasi endotel
disertai ekstravasasi kedalam ekstravaskuler terutama paru (Cunningham, 2003).
2. Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui
penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada penderita
preeklampsia dan eklampsia dari pada wanita hamil biasa atau penderita dengan
hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat mengeluarkan dengan sempurna
air dan garam yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun,
sedangkan penyerapan kembali tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan
protein tidak menunjukan perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi
kalium, natrium, dan klorida dalam serum biasanya dalam batas normal (Trijatmo,
2005)
3. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat
terjadi ablasio retinayang disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan salah
satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukkan
pada preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma,
diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau didalam retina (Rustam, 1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo, 2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menrun dan menyebabkan gangguan pada plasenta, sehingga
terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat
janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan
kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus premature.
6. Paru-paru
Kematia ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru
yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bias juga karena aspirasi pneumonia atau
abses paru (Rustam, 1998).
PATHWAY

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada ibu hamil pada preaklamsia secara umum sebagai berikut:
1. Gejala subjektif
Pada preaklamsia didapatkan sakit kepala didaerah prontal ,skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri didaerah epigattrium, mual atau muntah muntah. Gejala
gejala ini sering ditemukan pada preeklamsia yang meningkat dan merupakan
petunjuk bahwa eklamsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningakat lebih
tinggi,edema dan protein urine bertambah meningakat ( Trijadmo : 2015).
2. Tanda objektif
Pada pemeriksaan fisik yang dapat ditemukan meliputi peningkatan tekanan sistolik
30 mmhg dan diatolik 30 mmhg atau tekana darah meningakat lebih dari
140/90mmhg. Tekanan darah pada preeklamsia berat meningkat lebih dari 160/110
mmhg dan disertai kerusakan beberapa organ. Selain itu kita dapat menemukan kaki
kardi, takipnu, edema paru, perubahan kesadaran, hipertensi, ensevalopati,
hiperefleksia, pendarahan otak ( miachael : 2015)

Sedangakan berdasarkan klasifikasinya menisfestasi klinis dari preaklamsia yaitu:


1. Preeklamsia ringan bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 140/90 mmhg, atau kenaikan diastolik 15mmhg/lebih, atau
riwayat tekanan darah normal
b. Protein uria kuantitatif lebih dari 0,3 gr, perliter atau kualitatif 1+ atau 2+
pada urine kateter atau mid stramm
2. Peeklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
a. Tekanan darah 160/110 mmhg atau lebih
b. Protein uria 5 gr/ lebih perliter dalam 24 jam atau kualitataif 3+ atau 4+
c. Oliguri, yaitu jumlah urine kurang dari 500 cc per 24 jam
d. Adanya gangguan serebral, gangguan penglihantan, dan rasa nyeri
diepigatrium
e. Terdapat edema paru dan sianosis
f. Trobositopeni
g. Ganghuan fungsi hatipertumbuhan janin terhambat
( lanak,2004)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
 penurunan hemoglobin( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk
wanita hamil adalah 12- 14 gr%
 Hemotokrit meningkat ( nilai rujukan 37- 43 vol% )
 Trombosit menurun ( nilai rujukan 150- 450 ribu/mm3)
b. Urinalisis
Ditemukan protein dalam urine
c. Pemeriksaan fungsi hati
 Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/ dl
 LDH ( laktat dehidrogenesa) meningkat
 Aspartat aminomtransferasse ( AST) > 60 ul
 Serum glutamat oxaloacetic transaminase ( SGPT ) meningkatkan ( N = 15 –
45 u/ ml)
 Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT) meningkat ( N= < 31 u/l)
 Potal protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 G/DL)
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N =2,4 -2,7 mg/dl )
2. Radiologi
a. Ultasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus.
Intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
G. KOMPLIKASI
1. Pada ibu
a. Eklaplamsia
b. Solusio plasenta
c. Pendarahan subkapsula hepar
d. Kelainan pembekuan darah ( DIC)
e. Sindrom HELPP( hemolisis,elevated, liver, enzymes dan platelet count)
f. Ablasio retina
g. Gagal jantung hingga shok dan kematian

2. Pada janin
a. Terhambatnya opertumbuhan dalam uterus
b. Prematur
c. Asfiksia neonatorum
d. Kematian dalam uterus
e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.

H. PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien pre eklamsia ringan :


 Banyak istirahat ( berbaring tidur/miring)
 Diet: cukup protein , rendah karbihideat, lemah dan garam.
 Sedativa ringan:teblet pnobarbital 3 x 30 mg / diajepam 3x 2ng peroral selama
tuju hari
 Roborantia
 Kunjungan ulang setiap satu minggu
 Pemeriksaan laboratorium; hemoglobin, hematokrip, trombosit, urine lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
2. Penatalaksaanaan rawat tinggal pasien preeklamsia ringan berdasarkan kriteria:
 Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukan adanya perbaikan dari
gejala gejala preeklamsia seperti;
 Naikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu sama 2x berturut –turut ( 2
minggu)
 Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda tanda preeklamsia berat.
 Bila setalah satu minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsia
ringan dianggap sebagai preeklamsia bera Bila dalam lanjutan dirumah sakit
sudah ada perbaikan sebelum satu minggu dan kehailan masih pretem maka
penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu
diseseuaikan dengan perawatan rawat jalan
3. Penatalaksaan
Ditinjau dari mur kehamilan dan perkembangan dan gejala –gejala preeklamsia berat
selama perawatan maka perawatan menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atu diterminasi ditambah
pengobatan medisinal.
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahannkan ditambah pengobatan
medisinal
1. Perawatan aktif
 Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan
pemeriksaan fetal asenmens ( NST & USG).
 Indikasi
 Ibu
- Usia kehamilan 37 minggu atau lebih
- Adanya tanda dan gejala impending eklampsia
- Kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan
medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah atau setelah 24 jam terapi
medikamentosa tidak ada perbaikan.
 Janin
- Hasil fetal assesment jelek (NST & USG).
- Adanya tanda IUGR.
 Laboratorium
- Adanya “HELP syndrom” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar).
 Pengobatan medikamentosa yaitu:
 Segera masuk rumah sakit
 Tidur baring, miring ke satu sisi (sebaiknya kiri), tanda vital diperiksa 30
menit, reflek patella setiap jam
 Infuse dextrose 5% dimana 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam)
500cc.
 Antasida
 Diet cukup protein, , rendah karbohidrat, lemak dan garam
 Pemberian obat anti kejang : diazepam 20 mg IV dilanjutkan dengan 40 mg
dalam dekstrase 10 % selama 4-6 jam atau MgSO4 40 % 5 gram IV pelan-
pelan dilanjutkan 5 gram dalam RL 500cc untuk 6 jam
 Diuretik tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah
jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40
mg/IV.
 Antihipertensi diberikan bila : tekanan darah sistolik e”180 mmHg, diastolik
e” 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Dapat diberikan catapres ½ - 1
ampul IM dapat di ulang tiap 4 jam, atau alfametildopa 3 x 250 mg , dan
nifedipin sublingual 5-1- mg.
 Kardiotonika, indikasinya bila ada tanda-tanda payah jantung, diberikan
digitalisasi cepat dengan cedilanid.
 Lain-lain :
- Konsul bagian penyakit dalam/ jantung, mata.
- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal lebih 38,5 derajat cecius
dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol ata
xylamidon 2cc IM.
- Antibiotik diberikan atas indikasi , diberikan ampicillin 1 gr / 6 jam / IV /
hari.
- Anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus,
dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2
jam sebelum janin lahir.
 Pengobatan obstetrik
a. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
 Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai bishop 5 atau
lebih dan dengan fetal heart monitoring.
 Seksio sesaria bila :
 Fetal assesment jelek
 Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai bishop kurang dari 5 )
atau adanya kontraindikasi tetesaan oksitosin.
 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif.
 Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan
seksio sesaria.
b. Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala 1.
 Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
 Fase aktif : amniotomi saja bila 6 jam setelah amniotomi belum terjadi
pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu dilakukan
tetesan oksitosin).

Kala II.

 Pada persalinan pervaginam , maka kala II diselesaikan dengan partus


buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3
menit setelah pemberian terapi medikamentosa. Pada kehamilan 32
minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali
24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
2. Perawatan konservatif
 Indikasi : bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda
inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
 Terapi medikamentosa : sama dengan terapi medikamentosa pada pengolaan
aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan intravenous , cukup
intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri dan 4 gram pada bokong
kanan.
 Pengobatan obstetri :
 Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti
perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
 MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda preeklampsia
ringan , selambat-lambatnya dalam 24 jam.
 Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap terapi
medikamentosa gagal dan harus diterminasi.
 Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu
MgSO4 20% 2 gram intravenous.
 Penderita dipulangkan bila :
 Penderita kembali ke gejala-gejala / tanda-tanda preeklampsia ringan dan
telah dirawat selama 3 hari.
 Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklampsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai preeklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).

I. PENCEGAHAN
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklamsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih
waspada akan timbulnya preeklamsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti
yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya preeklamsia tidak dapat dicegah
sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan
secukupnya dan pelaksanaan pengawasannya yang baik pada wanita hamil. Penerangan
tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti
berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan
lebih banyak duduk dan berbaring,. Diet tinggi protein dan rendah lemak, karbohidrat,
garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan. Menegnal
secara dini preeklamsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan
obat antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan
antenatal yang baik.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
a. Data Biografi
Nama, Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun,
Jenis, pendidikan, agama, pekerjaan, status.
Kelamin
b. Riwayat Kesehatan
1. keluhan Utama : biasanya klien dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit
kepala
2. Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
3. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,
hipertensi kronik, DM
4. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta
riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
5. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
6. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,
oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
c. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan
dengan eklamsia sebelumnya.
d. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut
KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan
pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan
kontrasepsi.
e. Pola aktivitas sehari-hari
1. Aktivitas
Gejala : Biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan
atau penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda : Pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
2. Sirkulasi
Gejala : Biasanya terjadi penurunan oksigen.
3. Abdomen
Gejala :
 Inspeksi : Biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah
adanya sikatrik bekas operasi atau tidak ( - )
 Palpasi
Leopold I : Biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II : Teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil
janin di sebelah kanan.
Leopold III : Biasanya teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : Biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas
panggul
 Auskultasi : Biasanya terdengar BJA 142 x/1’ regular
4. Eliminasi
Gejala : Biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
5. Makanan / cairan
Gejala : Biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah
Tanda : Biasanya nyeri epigastrium
6. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut.
Tanda : Cemas.
7. Neurosensori
Gejala : Biasanya terjadi hipertensi
Tanda : Biasanya terjadi kejang atau koma
8. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus,
gangguan penglihatan.
Tanda : Biasanya klien gelisah,
9. Pernafasan
Gejala : Biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor
Tanda : Biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
10. Keamanan
Gejala : Apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
11. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus

B. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
1. Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari
14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes
mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
2. Sistem cardiovaskuler
Inspeksi : Apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
Palpasi :
 Tekanan darah : Biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi
tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan,
 Nadi : Biasanyanadi meningkat atau menurun
 Leher : Apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis,
jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami
gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
Suhu dingin
Auskultasi : Untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya
fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
3. System reproduksi
 Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
 Genetalia
Inspeksi : adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah,
adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
 Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema,
periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
4. Sistem integument perkemihan
 Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas
akibat gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium,
(Fungsi ginjal menurun).
 Oliguria
 Proteinuria
5. Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
6. Sistem Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas),
anoreksia, mual dan muntah.
d. Pengelompokan Data
1. Data Subyektif
Biasanya ibu mengeluh Panas
Biasanya ibu mengeluh sakit kepala
Biasanya ibu mengeluh nyeri kepala
Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
Biasanya mengeluh nyeri
Skala nyeri (2-4)
Klien biasanya mengatakan kurang nafsu makan
Klien biasanya sering mual muntah
Klien biasanya sering bertanya
Klien biasanya sering mengungkapkan kecemasan
2. Data Obyektif
Biasanya teraba panas
Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
Biasanya ibu tampak kejang
Biasanya ibu tampak lemah
Biasanya penglihatan ibu kabur
Biasanya klien tampak cemas
Biasanya klien tampak gelisah
Biasanya klien tampak kurus,
Biasanya klien tampak lemah, konjungtiva anemis.
Tonus otot perut tampa tegang
Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
Biasanya tamapa cemas
Biasanya DJJ bayi cepat >160
Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
Biasanya ibu tampak cemas
Bianyasa skala nyeri 4 = nyeri berat (skala nyeri 1-5)
aktivitas janin menurun
DJJ meningkat >160

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Bobak 2005 :

1. Kelebihan volume cairan intertisial berhubungan dengan peningkatan reabsorpsi dan


retensi cairan
2. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi darah
plasenta
3. Resiko tinggi terhadap cidera ibu berhubungan dengan edema atau hipoksia jaringan
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi, edema serebral.
5. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein plasma,
penurunan tekanan osmotik koloid (marlyin dongoes : 2000)

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan intertisial berhubungan dengan peningkatan reabsorpsi dan
retensi cairan
a. Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam diharapkan volume cairan
kembali seimbang
b. Kriteria Hasil
 Tidak ada destensi vena perifer dan edema
 Paru bersih dan bb stabil
c. Intervensi
intervensi Rasional
1. Pantau dan catat intake dan output 1. Dengan memantau inteke dan
setiap hari output diharapkan dapat
2. Pantau tanda tanda vital, catat diketahui adanya
waktu pengisapan kapiler( keseimbangan cairan dan
cappilery fefiil time – CRT) dapat diramalkan keadaan
3. Memantau atau menimbang berat dan kerusakan glomerulus
badan ibu 2. Dengan memantau tanda
4. Opservasi keadaan edema tanda vital dan mengisi
5. Berikan diet rendah garam sesuai kapiler dapat dijadikan
hasil kolaborasi dengan ahli gizi pedoman untuk penggantian
6. Kaji distensi vena jugularis dan cairan atau menilai respon
ferifer dari kadiovaskuler
7. Kaji dengan dokter ddalam 3. Engan memantau berat badan
pemberian diuretik ibu dapat diketau berat badan
indikator yang tepat untuk
mememtukan keeimbangan
cairan.
4. Keadaan edema merupakan
indikator keadaan cairan
dalam tubuh.
5. Diet rendah garam akan
mengurangi terjadinya
kelebiha cairan.
6. Retensi cairan yang
berlebihan bsa
dimanisfestasikan dengan
pelebaran vena jugularis dan
edema verifer
7. Diuretik dapat meningkatkan
filtrasi glumerulur dan
menghambat penyerapan
sodium dan air dalam tubulus
giinjal..

2. Risiko cedera pada janin berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi darah


plasenta
a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
adekuatnya perfusi darah plasenta
b. Kriteria hasil
 Tidak ada tanda-tanda gawat janin
 DJJ janin dalam batas normal
c. Intervensi
Intervensi Rasional
1. Istirahat ibu 1. Dengan mengintirahatkan ibu
2. Anjurkan ibu agar tidak miring diharapkan metebolisme
kekiri menurun dan perdaran darah k
3. Pantau tekanan darah ibu jantung eplasenta menjadi
4. Memantau bunyi jantung janin adekuat,sehingga kebutuhan
5. Beri obat hipertensi setelah oksigen untuk janin dapat
kolaborasi dengan dokter terpenuhi.
2. Denga miring kekiri diharapkan
vena kafa dibagian kanan tidak
tertekan oleh uterus yang
mendasar ,sehingga aliran darah
keflasenta menjadi lancar.
3. Dengan memantau tekanan darah
ibu dapat diketahui keadaan
darah keplasenta seperti tekanan
darah tinggi, aliran daran
kealiran darah
kplasenta,sehingga suplay
oksigen kejanin berkurang
4. Dengan memantau bunyi jantung
janin dapat diketahui keadaan
jantung janin lemah atau
menurun menandakan suplai
oksigen plasenta berkurang,
sehingga dapat direncanakan
tindak selanjutnya.
5. Obat antihipertensi akan
menurunkan tonus arteri dan
menyebabkan penurunan
afterload jantung dengan
vasodilatasi pembuluh darah ,
sehingga tekanan darah turun.
Dengan menurunnya tekanan
darah , maka aliran darah
keplasenta menjadi adekuat.

3. Resiko tinggi terhadap cidera ibu berhubungan dengan edema atau hipoksia jaringa

a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam


diharapkan tidak terjadi edema atau hipoksia jarinagan
b. Kriteria Hasil
 Berpartisipasi dalam tindakan atau modifikasi lingkungan untuk melindungi
diri dan meningkatkan keamanan
 Bebas dari tanda tanda iskemia serebral (gangguan penglihatan , sakit kepala
perubahan pada mental )
 Menunjukan kadar faktor pembekuan dan kadar enzim hepar normal
c. Intervensi
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya masalah SSP (misalnya 1. Edema serebral dan vasokontriksi
sakit kepala, peka rangsang dapat dievaluasi dari masa
gangguan penglihatan pada perubahan gejala,perilaku atau
pemeriksaan funduscopi ) retina
2. Tekankan pentingnya klien, 2. Keterlambatan tindakan atau
melaporkan tanda- tanda dan gejala awitan progresif gejala gejala
yang berhubungan dengan SSP yang dapat mengakibatkan
3. Perhatikan perubahan pada tingkat kejang tonik-klomik atau
kesadaran eklamsia
4. Kaji tanda tanda eklamsia yang 3. Pada kemajuan HKK
akan datang hiperaktivitas dari vasokontriksi dan vasospasme
reflek tendon dlam,klonus pembuluh darah serebral
pergelangan kaki,penurunan nadi menurunkan konsumsi oksigen
dan pernafasan,nyeri epigastrik, dan 20% dan mengakibatkan iskemia
oliguria serebral
5. Implementasi tindakan pencegahan 4. Edema/vasokontiksi umum,
kejang perprotokol dimanefestasikan oleh masalah
6. Pada kejadian kejang,miringkan ssp berat dan masalah ginjal
klien,pasang jalan nafas/blok hepar, kardiovaskuler dan
gigitan bila mulut rileks,berikan pernapasan mendahului kejang
oksigen lepaskan pakaian ketat, terjadi
jangan membatasi gerakan,dan 5. Menurunkan resiko cidera bila
dokumentasi masalah kejang terjadi
motorik,durasi kejang.dan perilaku 6. Mempertahankan jalan nafas
paska kejang menurunkan resiko aspirasi dan
mencegah lidah menyumbat jalan
nafas memaksimalkan oksigenasi

4. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi, edema serebral.


a. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan
b. Kriteria Hasil :
 Klien tidak akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis, penurunan
tekanan darah, edema
c. Intervensi
Intervensi Rasioanl
1. Monitor input dan output setiap 1. Dengan memonitor intake dan
hari output maka akan dapat diketahui
2. Kontrol tetesan infus mgso4 tingakat toleransi atau fungsi
3. Monitor edema yang tampak tubuh
4. Anjurkan klien untuk istirahat atau 2. Cairan mgso4 berguna untuk
tidur dengan posisi berbaring pada mengurangi vasiospasme, dengan
salah satu sisi tubunya menurunnya vasosopasme akan
5. Kontrol vital sign secara berkala memebantu meningkatkan perfusi
ginjal, mobilisasi cairan
intravaskuler dan diuresisi
sehingga edema dapat dikirangi
3. Dengan meonitor edema yang
tampak dapat diketahui keadaaan
edema merupak indikator
keadaan cairan tubuh
4. Dengan istirahat tidur dengan
posisi berbaring pada salah satu
sisi tubuhnya akan
memaksimalkan aliran darah dan
meningkatkan diuresis
5. Dengan mengontrol vital sign
dapat diketahui keadaaan umum
klien dan dapat menentukan
tindakan selanjutnya

5. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan


pembukaan jalan lahir

a. Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam di harapkan ibu


mengerti penyebab nyeri dan dapat mengantisipasi rasa nyerinya
b. Kriteria hasil :
 ibu mengerti penyebab nyerinya
 ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
c. Intervensi
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri 1. Ambang nyeri stiap orang
pasien berbeda, dengan demikian akan
2. Jelaskan penyebab nyerinya dapat menentukan tindakan
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri keperawatan yang sesuai
dengan nafas dalam bila HIS dengan respon pasien terhadap
timbul nyerinya
4. Bantu ibu dengan mengusap atau 2. Ibu dapat memahami penyebab
message pada bagian yang nyeri nyerinya sehingga bisa ke
operatif
3. Dengan nafas dalam otot-otot
dapat berelaksasi, terjadi vaso
dilatasi pembuluh darah,
ekspansi paru yang optimal
sehingga kebutuhan o2 pada
jaringan terpenuhi
4. Untuk mengalihkan perhatian
pasien

6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein plasma,


penurunan tekanan osmotik
d. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapkan volume cairan kembali seimbang dan regulasi cairan normal
e. Kriteria hasil :
 BB normal
 Tidak terjadi edema
 Nyeri epigastrik berkurang
 Mempertahankan urine output sesuai dengan BB
f. Intervensi
Intervensi Rasional
1. Timbang BB klien 1. Penambahan BB bermakna dan
2. Bedakan edema kehamilan tiba-tiba menunjukan retensi cairan
patologis dan fisiologis. Pantau 2. Adanya edema pitting pada wajah,
lokasi dan derajat pitting tangan, kaki, area sakral atau
3. Perhatikan tanda edema dinding abdomen, edema yang
berlebihan (nyeri epigastric, tidak hilang selama 12 jamtirah
gejala serebral, mual, muntah) baring adalah bermakna
kaji terhadap kemungkinan 3. Mengidentifikasi derajat
eklamsia hemokonsentrasi yang disebabkan
4. Perhatikan perubahan kadar Ht oleh perpindahan cairan
atau Hb 4. Ketidakadekuatan protein atau
5. Kaji ulang masukan diit dari kalori meningkatkan resiko
protein dan kalori pembentukan edema
6. Pantau masukan dan pengeluaran 5. Pengeluaran urine adalah indikator
urine, perhatikan warna urine dan sensitif dari sirkulasi volume darah
ukur berat jenis sesuai indikasi 6. Penggantian cairan memperbaiki
7. Kolaborasi dalam memberikan hipovolemia yang harus diberikan
cairan baik secara oral atau hati-hati untuk mencegah kelebihan
parenteral melalui infuse sesuai beban
indikasi

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang
timbul karena kehamilan.
Preeklampsia adalah merupakan hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan. Preeklampsia
adalah penyakit yang disebabkan oleh tekanan darah toksemia tinggiyang terkait dengan
kondisi diawal kehamilan.

Preeklampsia adalah penyakit multisistem, yang bisa melibatkan otak, hati, ginjal, dan
plasenta.Komplikasi-komplikasi maternal mencakup eklampsia, stroke, gagal hati dan
gagal ginjal, dan koagulopati.

B. SARAN
Lebih meningkatkan lagi penyuluhan tentang pre eklamsia oleh tim medis dan para medis
kepada masyarakat banyak, khusus nya yang ada di daerah terpencil agar masyarakat
lebih cepat mengetahui tanda-tanda dan gejala dari pre eklamsi terutama pada ibu-
ibu,agar dapat di atasi dengan cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. ECG : Jakarta

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika : Jakarta

Wagner, L. 2004. Diagnosis And Management Of Preeklampsia. ECG : Jakarta

Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan Persalinana & Kelahiran . ECG : Jakarta

Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. YPB : Jakarta

Albar, Erdjan. 1987. Kontrasepsi Ilmu Kandungan. ECG. Jakarta.

Ida Bagus, Maunaba G. 1990. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. ECG. Jakarta.

Sofian, Anru. 2012. Sinopsis Obstetri. ECG. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai