Anda di halaman 1dari 4

Bahan Tambahan Ilegal - Boraks, Formalin dan Rhodamin B

2004
Pendahuluan
Umumnya beberapa bahan tambahan pangan
(BTP) digunakan dalam pangan untuk
memperbaiki tekstur, flavor, warna atau
mempertahankan mutu. Beberapa bahan
dan 26 BALAI POM
kimia yang bersifat toksik (beracun) jika
Bekerjasama
digunakan dalam pangan akan menyebabkan
dengan
penyakit atau bahkan kematian. Oleh karena
itu, dalam peraturan pangan dilarang
menggunakan bahan kimia berbahaya dalam
pangan.
Balai Besar
Industri Agro Badan POM secara rutin mengawasi pangan Bakso ini terlihat enak – Tetapi apakah makanan ini
dan 13 Baristan
yang beredar di Indonesia untuk memastikan mengandung bahan berbahaya?
apakah pangan tersebut memenuhi syarat.
Dari hasil analisis sampel yang dikirimkan oleh beberapa laboratorium Balai POM antara
Februari 2001 hingga Mei 2003, dapat disimpulkan bahwa masih ada pangan olahan yang
menggunakan bahan kimia berbahaya, seperti :
Departemen
Pertanian
• Rhodamin B
• Boraks
• Formalin

Di Indonesia, industri kecil, menengah dan besar diawasi oleh tenaga inspektur pangan yang
profesional untuk memastikan produk yang dihasilkan memenuhi syarat dan aman.
Sedangkan untuk industri pangan yang tidak terdaftar, tidak rutin dikunjungi oleh inspektur
pangan dan produsen mungkin tidak sadar hukum atau bahaya yang ditimbulkan oleh bahan
kimia yang mereka gunakan.

Laporan food watch ini menjelaskan tentang masalah penggunaan BT (bahan tambahan)
422 Pemda yang dilarang oleh produsen pangan, menggambarkan hasil analisisnya dan menyediakan
Kabupaten/Kota
informasi tentang BTP yang aman.

Masalah apa yang dapat timbul bila menggunakan bahan berbahaya untuk pangan?

Rhodamin B Boraks Formalin

Boraks merah
Rhodamin B adalah pewarna Boraks disalahgunakan untuk pangan Formalin adalah larutan formaldehida
terang komersial, ditemukan bersifat dengan tujuan memperbaiki warna, dalam air dan dilarang digunakan
racun dan dapat menyebabkan kanker.
Formalin tekstur dan flavor. Boraks bersifat dalam industri pangan sebagai
Bahan ini sekarang banyak sangat beracun, sehingga peraturan pengawet.
disalahgunakan pada pangan dan pangan tidak membolehkan boraks
kosmetik di beberapa negara. untuk digunakan dalam pangan. Formaldehida digunakan dalam
industri plastik, anti busa, bahan
Kelebihan dosis bahan ini dapat Boraks (Na2B4O7.10H2O) dan asam konstruksi, kertas, karpet, tekstil, cat
menyebabkan keracunan, berbahaya borat (H3BO3) digunakan untuk dan mebel. Formaldehida juga
jika tertelan, terhirup atau terserap deterjen, mengurangi kesadahan, dan digunakan untuk mengawetkan
antiseptik lemah.
melalui kulit. Gejala keracunan meliputi mayat dan mengontrol parasit pada
iritasi pada paru-paru, mata, ikan.
Ketika asam borat masuk ke dalam
tenggorokan, hidung dan usus.
tubuh, dapat menyebabkan mual, Formalin diketahui dapat
muntah, diare, sakit perut, penyakit menyebabkan kanker dan bila
Rhodamin B tersedia di pasar untuk kulit, kerusakan ginjal, kegagalan
industri tekstil. Bahan tersebut terminum dapat menyebabkan rasa
sistem sirkulasi akut, dan bahkan terbakar pada tenggorokan dan
biasanya dibeli dalam partai besar, kematian. Jika tertelan 5-10g boraks
dikemas ulang dalam plastik kecil dan perut. Sedikitnya 30 mL (sekitar 2
oleh anak-anak bisa menyebabkan sendok makan) formalin dapat
tidak berlabel sehingga dapat terbeli shock dan kematian.
oleh industri kecil untuk digunakan menyebabkan kematian.
dalam pangan.
Apa yang telah ditemukan?

Hasil yang akan dipaparkan berikut ini mungkin tidak menggambarkan


keamanan pangan yang beredar secara akurat. Karena proses pengambilan
sampel dilakukan oleh inspektur pangan yang mengumpulkan sampel untuk
melihat apakah produk tersebut memenuhi syarat (MS) atau tidak memenuhi
syarat (TMS). Mereka menggunakan ketrampilan dan pengalaman untuk
menyeleksi sampel yang akan dianalisis yang diduga mengandung BT yang
dilarang.
Apakah terasi ini mengandung
Rhodamin B?
Beberapa pangan ditemukan mengandung rhodamin B, boraks atau formalin

Hasil analisis sampel yang TMS adalah rhodamin B (dari 315 sampel, 155 sampel mengandung rhodamin-B /
49%), boraks (dari 1222 sampel, 129 sampel mengandung boraks /11%) serta formalin (dari 242 sampel 80
sampel mengandung formalin / 33%). Berikut ini adalah data hasil survei pangan yang mengandung maupun
tidak mengandung bahan berbahaya. Data MS berarti sampel tidak mengandung bahan berbahaya.

Pangan yang mengandung rhodamin B di antaranya kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula, sirup,
biskuit, minuman ringan, cendol, manisan, dawet, bubur, gipang, ikan asap dan es cendol. Produk yang
terbanyak ditemukan mengandung rhodamin B adalah kerupuk, terasi dan makanan ringan (Lihat Tabel 1).

Tabel 1: Kandungan rhodamin B berdasarkan jenis pangan

Jenis pangan Jumlah sampel MS TMS


yang dianalisis
Kerupuk 71 30 (42%) 41 (58%)
Terasi 80 39 (48%) 41 (51%)
Makanan ringan 36 21 (58%) 15 (42%)
Lainnya 128 70 (55%) 58 (45%)
Total 315 160 (51%) 155 (49%) Beberapa sampel kerupuk yang
mengandung Rhodamin B

Seperti yang terlihat pada Tabel 2, pangan yang paling banyak mengandung boraks adalah mie basah,
bakso, makanan ringan dan kerupuk. Lebih dari 99% sampel mie kering tidak mengandung boraks.
Tabel 2: Kandungan boraks berdasarkan jenis pangan

Jenis pangan Jumlah sampel MS TMS


yang dianalisis
Mie basah 117 81 (69%) 36 (31%)
Bakso 77 60 (78%) 17 (22%)
Makanan ringan 61 53 (87%) 8 (13%)
Kerupuk 410 361 (88%) 49 (12%)
Mie kering 315 314 (>99%) 1 (<1%)
Lainnya 242 224 (93%) 18 (7%)
Banyak sampel bakso yang mengandung
Total 1222 1093 (89%) 129 (11%)
boraks

Tabel 3 menunjukkan lebih dari separuh sampel mie (51%) dan lebih dari 1/5 (22%) tahu yang dianalisis
mengandung formalin. Hanya satu sampel pangan yang lain (bakso) mengandung formalin. Sebanyak 13
sampel mie basah mengandung formalin dan boraks.
Tabel 3: Kandungan formalin berdasarkan jenis pangan

Jenis pangan Jumlah sampel MS TMS


yang dianalisis
Mie (Basah) 103 50 (49%) 53 (51%)
Tahu 120 94 (78%) 26 (22%)
Lainnya 19 18 (99%) 1 (1%)
Total 242 162 (67%) 80 (33%)
Beberapa sampel mie yang mengandung
formalin
Dimana pangan tersebut diproduksi?

Memahami kode produksi


Pangan dengan kode MD yang ditemukan mengandung rhodamin B hanya dua (1%)
(Lihat Gambar 1). Sebagai perbandingan, lebih dari 1/3 produk yang mengandung
rhodamin B adalah pangan dengan kode SP serta sebagian besar atau 2/3 (59%)
produk tidak terdaftar.
Gambar 1: TMS berdasarkan jenis industri
Semua sampel yang
mengandung formalin
adalah dari industri
Kode produk digunakan untuk yang tidak terdaftar.
mengidentifikasi dimana pangan Rhodamin B 59% 1% 39% n = 155

diproduksi:
Pangan dengan kode
• ML = pangan impor MD yang ditemukan
• MD = pangan yang mengandung boraks
Formalin 81%
n=
n = 123
diproduksi oleh industri hanya 2 (2%). Sebagai
besar dan menengah perbandingan, 1/6
• SP/P-IRT = pangan yang (17%) produk yang Boraks 80% 2% 17%
n = 109
diproduksi oleh industri mengandung boraks
rumah tangga adalah pangan dengan
• Tidak ada kode produksi kode SP dan lebih dari
0% 20% 40% 60% 80% 100%
= pangan yang 3/4 (80%) adalah dari Tidak terdaftar MD SP
diproduksi oleh industri produk yang tidak
yang tidak terdaftar. terdaftar.

Apa yang bisa dilakukan?

Laporan ini mengidentifikasi bahwa BT yang dilarang sering digunakan oleh berbagai
industri pangan. Laporan ini merekomendasikan agar:
• Informasi yang ditemukan dalam laporan ini akan didistribusikan kepada industri
yang terkait dan pihak pembuat keputusan/pemerintah, agar program ini bisa
diselaraskan dengan Sistem Keamanan Pangan Terpadu.
• Beberapa modul/media perlu dikembangkan untuk mendidik produsen pangan dan
penyalur BT tentang penggunaan bahan kimia berbahaya dalam pangan dan
menyediakan informasi tentang BTP. Bahan tersebut dapat berupa leaflet, artikel
Mengembangkan sumberdaya yang pada majalah industri, lokakarya dan lain-lain. (Lihat Bahan Kimia Berbahaya –
cocok di industri rumah tangga Tidak Boleh Digunakan dalam Pangan).
• Bekerjasama dengan instansi terkait untuk memfasilitasi pendidikan terhadap
produsen pangan. Kegiatan ini dapat berupa penyuluhan, seminar, penyebaran
leaflet dan artikel pada majalah keamanan pangan.
• Penelitian dapat dilakukan untuk :
o Menilai kemampuan, keefektifan dan keterjangkauan terhadap BTP yang
diijinkan
o Mengidentifikasi teknologi pangan untuk mendapatkan produk dengan mutu
yang diinginkan
o Mengidentifikasi titik kendali kritis dan metode praktis untuk mengawasi industri
kecil, agar BTP tersebut digunakan secara benar. Contoh, apakah label pada
BTP jelas terbaca dan dapat dimengerti oleh produsen?
o Mengidentifikasi faktor lain, misalnya faktor ekonomi (misal, harga yang murah
untuk BTP yang diijinkan), peraturan (misal, mengkaji peraturan penggunaan
asam propionat pada beberapa pangan), penyebaran informasi pada
konsumen (misal, diskusi di radio untuk meningkatkan kepedulian konsumen)
Melakukan penelitian untuk • Melakukan survei yang lebih luas untuk menilai keefektifan strategi pendidikan
menemukan alternatif bahan yang telah diterapkan
tambahan yang menghasilkan • Bekerjasama dengan departemen terkait yang bertanggung jawab terhadap
mutu yang sama
pendaftaran bahan kimia untuk mengkaji cara pembatasan peredaran produk yang
dikemas tanpa label.
Bahan Kimia Berbahaya – Tidak Boleh Digunakan dalam Pangan
Boraks Formalin Rhodamin B
Disalahgunakan sebagai pengawet, untuk Disalahgunakan sebagai pengawet. Disalahgunakan sebagai pewarna.
memperbaiki tekstur dan flavor pada
pangan.
Masalah: Boraks adalah racun yang Masalah: Formalin adalah racun yang Masalah: Rhodamin B adalah pewarna tekstil yang
digunakan sebagai pestisida. Boraks bisa diketahui dapat menyebabkan kanker. bisa bersifat toksik dan menyebabkan kanker. Bisa
menyebabkan mual, muntah, diare, sakit Terminum hanya 30 ml (sekitar 2 sendok menyebabkan iritasi pada paru-paru, mata,
perut dan bahkan kematian. makan) dapat menyebabkan kematian. tenggorokan, hidung dan usus.
Pangan yang ditemukan mengandung Pangan yang ditemukan mengandung Pangan yang ditemukan mengandung Rhodamin
boraks: mie, kerupuk, makanan ringan, formalin: mie, tahu, bakso B: kerupuk, makanan ringan, terasi, kembang gula,
bakso, lontong, makaroni sirup, biskuit, minuman ringan, cendol, manisan,
bubur, gipang, ikan asap
Gunakan salah satu dari pengawet yang aman Gunakan salah satu dari pewarna yang aman

Pengawet Jumlah maksimum penggunaan


Pewarna Jumlah maksimum
210 1g/kg penggunaan
Asam benzoat 124 70mg/L (minuman)
211 1g/kg Ponceau 4R 300mg/kg (makanan)
Natrium benzoat
220 500mg/kg 129 70mg/L (minuman)
Belerang dioksida Merah allura 300mg/kg (makanan)
280 2g/kg (roti) 127 300mg/kg
Asam propionat 3g/kg (keju olahan) Erythrosine

Gunakan ukuran yang tepat dalam memakai pengawet dan pewarna yang aman
1 g/kg 500mg/kg 300mg/kg 70mg/L
1 sendok teh per 5kg 1 sendok teh per 10kg 1 sendok teh per 17kg 1 sendok teh per 72 liter
1Kg 1Kg

5Kg 5Kg 5Kg 5Kg 5Kg 5Kg

Diproduksi untuk Sistem Keamanan Pangan Terpadu oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan R.I . © Agustus 2004

Anda mungkin juga menyukai