Anda di halaman 1dari 8

DAFTAR TILIK “KETRAMPILAN PEMBUATAN KEPUTUSAN”

Judul Kasus : Persalinan Letak Sungsang


Kelompok :C
Dosen Pembimbing : Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes
No Content Nilai
0 1
1.Bidan mampu mengidentifikasi kondisi yang dihadapi klien
2.Bidan mampu menyusun daftar kehendak atau pilihan keputusan
3.Bidan mampu membantu klien membuat daftar konsekuensi baik yang
positif maupun yang negatif (untuk setiap pilihan klien)
4. Bidan mampu membantu klien menentukan pilihannya yang paling sesuai
dengan situasi dan kondisi klien
5. Bidan mampu menilai kesiapan klien mengatasi konsekuensi negatif
JUMLAH NILAI
Keterangan :
Nilai 0 jika tidak dilakukan
Nilai 1 jika dilakukan
Nilai = (total nilai/5) x 100
Dosen Pembimbing,

(Sri Anggarini P, S.SiT, M.Kes)

\
KETRAMPILAN PEMBUATAN KEPUTUSAN
“Persalinan Letak Sungsang”

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK C
1. INNE NERIFA NIM R0319030
2. INU RESTU TAMARA NIM R0319031
3. ISMI NURUL SYAHIDA NIM R0319032
4. JIHAN IDA PHARWATI NIM R0319033
5. KAMELIA HAFID NIM R0319034
6. KARTIKA RATNA NIM R0319035
7. KEKE CAHYANINGTYAS NIM R0319036
8. KIRANA DHEASEFI NIM R0319038
9. KUKUH SETYA UTAMI NIM R0319039
10. LARASATI NIM R0319040
11. LAVINKA CORENA NIM R0319041
12. LUTHFIA SYAMILATUNNUHA NIM R0319042
13. NIA NOVIA P NIM R0319043
14. NOVITA WULANDARI NIM R0319044

D3 KEBIDANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2019
Persalinan Letak Sungsang
Peran :
1. Ibu Hamil :
2. Ibu Mertua :
3. Suami :
4. Narator :
5. Bidan :
6. Ibu Kandung :
7. Tetangga :
8. Perawat :
Suatu hari di desa Bolong Jaya, sebuah desa terpencil di daerah X, seorang ibu hamil tua bernama
Ibu Dini (30 tahun) datang ke pondok bersalin desa ditemani seorang tetangganya.
Desa ini jauh dari Rumah Sakit dan membutuhkan waktu minimal 3 jam perjalanan yang juga
dapat ditempuh menggunakan transportasi air.
Tetangga : (Tok, tok, tok!!!)”Assalamu’alaikum Bu Bidan.”
Ibu Hamil :”(ekspresi ibu meringis kesakitan)”
Bidan :”Waalaikumsalam, mari silahkan masuk bu. Bagaimana? Ada yang bisa saya
bantu bu?”
Tetangga :”Ini Ibu Dini mau memeriksakan kehamilannya, Bu Bidan.”
Bidan :”Mari kalau begitu langsung berbaring saja di sini Bu (Menunjukkan tempat
tidur)”
Ibu Hamil :”(menuju tempat tidur dan berbaring)”
Tetangga :”(membantu Ibu berbaring ke tempat tidur)”
Bidan :”Ada buku untuk periksa hamilnya Bu?”
Ibu Hamil :”Ehm...tidak Bu”
Bidan :”Buku yang pink itu? Ibu sudah pernah periksa hamil?”
Ibu Hamil :”Belum Bu, kalau pas hamil pertama dulu saya punya.”
Bidan :”Ohh... Ya baiklah kalau begitu.”
Ibu Hamil :”Suami saya sibuk, tidak ada yang mengantar buat periksa Bu, jauh juga.”
Bidan :”Hmm... Sayang sekali ya Bu, saya jadi tidak mengetahui bagaimana
perkembangan kehamilan Ibu.”
Bidan :”Nama lengkap Ibu siapa ya?”
Ibu Hamil :”Roro Ayu Dini Anggraeni Kusumaningtyas Putri Anggita Safitri Dewi Puspita
Ningrum, Bu Bidan.”
Bidan :”Wah namanya panjang banget dan bagus ya Bu, nama panggilannya Ibu
siapa?”
Ibu Hamil :”Dini, Bu Bidan.”
Bidan :”Oh ya, Ibu Dini nama lengkap suami siapa Bu?”
Ibu Hamil :”Paiman, Bu Bidan.”
Bidan :”Umur Ibu dan suami?”
Ibu Hamil :”Saya 30 tahun dan suami saya 36 tahun.”
Bidan :”Ini hamil yang ke berapa ya bu?”
Ibu Hamil :”Hamil yang ke tiga.”
Bidan :”Sebelumnya pernah keguguran?”
Ibu hamil :”Belum Bu... Eh tidak pernah.”
Bidan :”Hari pertama menstruasi terakhir tanggal berapa ya Bu?”
Ibu Hamil :”Haduh... Kapan ya... Pokoknya pas tahun baru itu saya sudah tidak mens Bu.”
Bidan :”Berarti terakhir mens Desember ya Bu? Kalau tanggalnya biasanya kapan
mulainya?”
Ibu Hamil :”Iya desember, Ya tanggal tengah-tengah Bu, Kadang 15,16,17, kadang maju
jadi 13, gitu nggak mesti bu.”
Bidan : “ Oh ya, baiklah. Anak terakhir umur berapa ya ?”
Ibu Hamil : “ Alhamdulillah, sudah 4 tahun.”

Kemudian Bidan melanjutkan anamnesanya sampai selesai secara lengkap dan dilajut dengan
pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik tersebut didapatkan data: Ny. Dini
umur 30 tahun G3P2A0 usia kehamilan 36 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterine, palpasi TFU
2 jari di bawah px, punggung kanan, bagian terbawah janin teraba bulat lunak, dan masih dapat
digoyangkan, presentasi bokong, dalam fase persalinan kala 1, fase aktif, patologis.
TD 120/80 mmHg, nadi 76x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,7°C, status present dan obstetric
dalam batas normal, TBJ 3100 gr, pembukaan 3 cm, eff 50%, KK utuh, bokong terabah, bagian
lain(-), penurunan bagian terendah di Hodge II, lendir darah (+) dan hasil USG bayi presbo, DJJ
134x/ menit.
Bidanpun segera memberitahu tentang hasil pemeriksaan kepada Ny. Dini.
Bidan :”Ibu... Berdasarkan hasil pemeriksaan tadi, ibu sudah mengalami pembukaan
3. Denyut jantung janin 134x/menit, normal ya Bu, sehat adeknya. Tapi Bu, maaf
ini bayinya sungsang... Bokongnya yang ada dibawah. Seharusnya itu kepalanya.
Ya?”
Ibu Hamil :”(terkejut)Hah? Terus bagimana Bu?”
Bidan :”Ibu tenang dulu... Saya jelaskan ya Bu. Seharusnya memang posisi normal bayi
itu adalah bagian kepala yang di bawah... Kalau bokong yang dibawah banyak
resiko yang dapat terjadi terutama pada bayinya nanti. Mak dari itu persalinan
sungsang harus dilakukan di RS dengan dokter.”
Ibu Hamil :”Oh begitu ya Bu Bidan, memangnya kalau disini saja nggak bisa ya Bu?”
Bidan :”Tidak bisa Bu, resikonya sangat tinggi. Saya tidak memiliki kewenangan untuk
melahirkan bayi sungsang. Lagi pula karena ini masih pembukaan 3, masih ada
waktu untuk merujuk, karena biasanya juga persalinan sungsang berlangsung
lebih lama.”
Ibu Hamil :”Ehm... Saya harus bilang suami dulu Bu... Kalau boleh di RS ya ke RS nanti, la
wong saya ndak pernah lahiran ning RS.”
Bidan :”Iya begini saja, sebaiknya saya berdiskusi dahulu dengan suami atau keluarga
terdekat, saya akan jelaskan tentang persalinan sungsang. Bagaimana jalan
keluar yang terbaik. Semoga nanti diberi kemudahan dalam mengambil
keputusan. Kira-kira sekarang yang bisa dihubungi siapa ya Bu?”
Ibu Hamil :”Kalau masalah seperti ini suami saya Bu, sma mertua saya harus ikut
musyawarah.”
Tetangga :”Bu Bidan, ini harus segera, apa darurat ngga ya Bu? Soalnya keluarga bu Dini
sedang dalam perjalanan kemari.”
Bidan :”Iya... Kira-kira berapa lama lagi ya Bu bisa sampai disini?”
Tetangga :”Ya kira-kira 1,5-2 jam lagi, Bu. Kalau begitu saya hubungi lagi saja ya Bu biar
cepat sampai sini.(tetangga menghubungi keluarga)

Dua jam kemudian, keluarga Ny. Dini datang ke Polindes.


Suami :”Assalamu’alaikum”
Bidan & tetangga :”Waalaikumsalam, silahkan masuk Pak.”
Bidan :”Ini Pak Paiman ya?”
Suami :”Iya Bu, bagaimana keadaan istri saya bu?”
Bidan :”Tenang Pak, Bu... Kondisi Ibu dan bayinya sehat. Saat ini Ibu dalam masa
persalinan, tadi jam 12.00 masih pembukaan 3. Namun saya butuh berdiskusi
dengan Bapak dan Ibu sekalian. Karena ada hal yang harus diputuskan.”
Ibu Kandung :”Anak saya kenapa Bu?”
Bidan :”Silahkan duduk dulu. Begini Pak, Bu, Kondisi ibu dan bayinya memang sehat.
Namun berdasarkan hasil pemerikasaan letak bayinya sungsang atau
bokongnya yang berada di bawah. Pada keadaan normal seharusnya kepala
yang berada di bawah. Karena bagian terberat dan terbesar bayi itu adalah
kepala, jadi yang seharusnya lahir dahulu membuka jalan lahir adalah kepala,
kalau bagian terbesar sudah bisa lahir maka bagian lain seperti badan sampai
kaki mudah juga keluarnya nanti. Tapi kalau sungsang, yang di bawah bokong,
nanti persalinannya berbeda. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Seperti
persalinannya jadi lama karena bokong lebih ringan dan lebih lunak untuk
membuka jalan lahir, kemudian karrena persalinannya jadi lama terjadi
kegawatan pada janin dan berkelanjut setelah lahir bayinya tidak langsung
menangis, dan juga kadang kepalanya sulit lahir setelah badannya lahir. Untuk
itu dalam menanganinya harus dengan tehnik yang khusus, dan membutuhkan
minimal 2 orang tenaga ahli. Selain saya tidak memiliki wewenang untuk
menolong persalinan sungsang, Polindes juga tidk memiliki peralatan yang
lengkap jika terjadi sesuatu pada ibu maupun bayinya. Selain itu untuk
merujuknya membutuhkan waktu yang lama, sehingga ditakutkan akan
terlambat. Untuk ituyang paling baik persalinan sungsang itu dilakukan di RS
dimana peralatannya sudah lengkap. Jadi semisal terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan bisa segera diatasi.”
Suami :”(terdiam)”
Ibu Kandung :”Astagfirullahaladzim”
Mertua :”Lalu harus di ruamh sakit gitu Bu?”
Bidan :”Iya Bu, karena saya tidk boleh menolong persalinan sungsang karena
resikonya yang tinggi tersebut. Mumpung ini masih pembukaan 3, jadi lebih baik
mencegah dan antisipasi dini terlebih dahulu.”
Mertua :”La yang namanya lairan yo mesti ana resikonya to Bu Bidan! Bu Bidan ini yo
ojo berlebihan! La wong tante saya lairan sungsang ning ngomah ya ndak
kenapa-napa itu.”
Ibu Kandung :”Iya Bu, apa ndak bisa diusahakan disini saja, lagian Bu Bidan pasti sudah
banyak pengalamannya.”

Bidan :”Begini Bu, ini bukan masalah pengalaman atau tidak pengalaman. Saya
memikirkan betul bagaimana yang terbaikuntuk anak Ibu. Karena saya tau apa
resiko yang bisa terjadi. Ini mumpung anak Ibu masih pembukaan awal jadi
alangkah baiknya kalau kita rujuk segera ke RS agar segera mendapatkan
penanganan yang maksimal.”
Mertua :”Bu Bidan, memangnya di RS itu menjamin selamat apa? Wong ya akeh sing
lairan ning RS malah mati, justru lairan ning RS iku nambah-nambahi masalah.
Saya ini.... lahiran 12 kali ngga ngerti posisi-posisi bayi ya sehat-sehat wae
bayinya! Pokoknya aku ora setuju yen manantuku di bawa ning RS!”
Ibu Kandung :”Ibu besan, tenang dulu, ndak usah kenceng-kenceng ngomong sama Bu
Bidannya.”
Mertua :”Saya khawatir Bu kalau anak menantu saya di bawa ke RS.”
Ibu Kandung :”Lha iya, tapi mau gimana lagi. Bu Bidan, apa ndak bisa dicoba disisi dulu?”
Bidan :”Tidak bisa Ibu, itu namanya saya melanggar peraturan. Saya sudah bekerja
dibawa ke RS. InsyaAllah semua bisa ditangani dengan baik disana. Mudah-
mudahan tidak terjadi resiko apapun. Tapi kalau di RS kan sudah ayem dulu Bu.”
Suami :”Iya Bu Bidan, betul seperti itu”(sambil manggut-manggut)
Mertua :”Betul-betul apa ne?! Lee... koe kuwi ora ngerti apa-apa soal lairan. Pokok e
nak Bu Bidan ora gelem bantu lairan mantuku, wes ben digowo mulih wae lairan
karo mbah dukun!! Apa-apa ning Rumah Sakit. Biayane larang, bahaya, adoh
maneh mengko nak lairan nang dalan, pie?! Bu Bidan gelem tanggung jawab?”
Suami :”Ibuk! Nggak usah berlebihan begitu. Sini bicara sama saya saja. Kasian Bu
Bidan sudah baik, ibu marah-marah ngga jelas.”
“Ibu, Bu Bidan ini kan sudah senior, ilmunya juga banyak, sudah kita nurut saja
apa saran beliau. Ibu ndak usah mikirin uang. Uang itu saya yang cari, Ibu ndak
usah ribut soal uang. Yang pentingkan anak dan istri saya selamat. Sekarang kita
tanya saja sama Dini maunya bagaimana. Kalau dia pasti tidak mau lahiran di
dukun Bu. Dia sudah modern. 2015 kok lahiran di dukun.”
Mertua : (bertanya pada Dini yang masih kesakitan di tempat tidur)”Nak, bagaimana?
Kamu mau lairan di RS?”
Ibu Hamil :”Iya Bu, ndak apa-apa. Saya manut Bu Bidan sama suami saya.”
Suami :”Nah kan? Udah Ibu ndak usah berfikir macam-macam lagi.”
Mertua : (terdiam sejenak)”Yowislah karepmu Man.”
Ibu Kandung :”Iya, Ibu duduk saja dulu, tenangkan diri.”
Bidan :”Bagaimana Pak Paiman? Berarti setuju untuk dilakukan rujukan?”
Suami :”Iya Bu Bidan`”
Bidan :”Baiklah, saya periksa Ibu Dini dulu ya, nanti setelah ini kita persiapkan untuk
merujuk.”
Suami :”Iya Bu”

Setelah itu bidan melakukan pemeriksaan VT yang kedua sebelum dirujuk berdasarkan hasil
pemeriksaan ternyata Ny. Dini telah mengalami pembukaan 5 cm, penipisan 50%, bokong masih
di Hodge II. DJJ dan TTV Ibu masih nornal,kontraksinya masih lambat. Dan Ny. Dini masih bisa
untuk dirujuk ke RS untuk mendapatkan penanganan. Bidan dan suami mempersiapkan rujukan
untuk Ny. Dini.
Bidan :”Pak, Bu, kondisi Ibu Dini aman untuk dirujuk. Silahkan keluarga
mempersiapkan yang dibawa ke RS, sedangkan saya menyiapkan transportasi
dan rujukan untuk ke RS nya.”
Suami :”Baik Bu Bidan.”

Lalu Bidan menyuruh Asistennya untuk menyiapkan ambulans.


Bidan :”Mbak tolong siapkan ambulans sekarang!”
Asisten :”Baik Bu Bidan.”

Lalu Bidan menelfon pihak RS untuk menyiapkan tempat untuk Ibu Dini.
Perawat UGD :”Dengan UGD Rumah Sakit Pelita Bunda, Ada yang bisa bantu?”
Bidan :”Saya Bidan di Polides desa Bolong Jaya, saya akan merujuk ibu hamil dengan
kasus persalinan sungsang A.n Ny. Dini, Tolong siapkan tempat ya! Kira-kira kita
akan sampai RS sekitar dua jam an”
Perawat UGD :”Baik Bu Bidan. Kami tunggu”

Ny. Dini siap dirujuk ke RS Pelita Bunda


Bidan :”Pak, Bu ini semuanya sudah siap, mari kita antar Bu Dini ke RS.”
Suami :”Baik Bu Bidan.”

Setelah dua jam perjalanan, Ibu Hamil dan keluarga pun sampai di RS. Dan ternyata sampai sana
Bu Dini sudah pembukaan 9 dan akan melahirkan. akan tetapi Rumah Sakit tidak berani
melhirkan secara normal.
Dokter :”Setelah saya periksa Bu dini, sudah pembukaan 9 dari pihak rumah Sakit
menyarankan untuk SC, karena janin terlalu besar dan air ketubannya sudah
pecah. Bagaimana pihak keluarga apakah setuju?”
Mertua :”Apa ora isoh lairan normal, Dok?”
Dokter :”Maaf Buk, kalau lahiran normal takut membahayakan janinnya. Bagaimana
apakah pihak keluarga setuju? Kalau setuju silahkan tandatangani surat
persetujuan ini!”
Suami :”Baik Dok. Saya akan menandatangani surat persetujuan ini. Saya ingin yang
terbaik untuk anak dan istri saya, Dok. Biar kedua-duanya selamat.”
Dokter :”Sekarang Bapak dan keluarga doa saja.”
Suami :”Baik, Dok. Tolong lakukan yang terbaik untu anak dan istri saya.”
Dokter :”Baik Pak”
Setelah beberapa jam di ruang operasi, akhirnya terdengar suara tangisan bayi yang berjenis
kelamin laki-laki dalam keadaan ehat da normal. Dan Ny. Dini juga sehat.

Anda mungkin juga menyukai