Anda di halaman 1dari 10

Jailan dkk

Jailan dkk (2016).


(2016). Sistem
Sistem Pengelolaan
Pengelolaan dan
dan Upaya
Upaya penanggulan
penanggulan sampah
sampah di
di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

Sistem Pengelolaan dan Upaya Penanggulangan Sampah Di Kelurahan Dufa-


Dufa Kota Ternate
Jailan Sahil1, Mimien Henie Irawati Al Muhdar2, Fachtur Rohman3, Istamar Syamsuri4
1
Mahasiswa Pascasarjana Pendidikan Biologi UM Malang
2
Program Studi Pendidikan Biologi UM Malang
3
Program Studi Pendidikan Biologi UM Malang
4
Program Studi Pendidikan Biologi UM Malang
Email. Jailan.sahil@yahoo.co.id

Abstrak

Persoalan sampah tidak henti hentinya untuk dibahas, karena berkaitan dengan pola hidup serta
budaya masyarakat itu sendiri. Kota ternate adalah salah satu kota yang mengalami pertumbuhan penduduk dan
ekonomi yang cukup memicu meningkaknya kegiatan jasa, industri, bisnis dan sebagainya di wilayah Ternate
sehingga akan memicu meningkatnya produksi limbah buangan atau sampah. Kota Ternate mengalami
permasalahan pengelolaan persampahan yakni masalah pengangkutan sampah, berdasarkan data bahwa jumlah
ketersediaan prasarana pengangkutan hanya mampu mengngkut timbulan sampah sebesar 214 m³/hari, dinas
kebersihan Kota Ternate, (2012) sedangkan berdasarkan hitungan bahwa timbulan sampah tahun 2012 adalah
413 m³/hari didasari pada jumlah penduduk kota Ternate saat ini yakni 172.559 jiwa BPS Ternate dalam angka,
(2011) bararti menyisakan 52% sampah tidak terangkut ke TPA. Meningkatnya produksi sampah tanpa sistem
pengolahan yang tepat menjadi alasan tidak terciptanya lingkungan yang bersih. Penelitian ini merupakan jenis
penelitian deskriptif. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode analisis
data distribusi frekuensi dengan dilakukan analisis terhadap sistem pengelolaan sampahan di Kelurahan Dufa-
Dufa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pengelolaan persampahan di Kota ternate belum cukup baik,
beberapa faktor yang mempengaruhui sistem pengelolaan sampah di Kelurahan Dufa-Dufa masih mengalami
permasalahan yakni budaya sikap dan perilaku masyarakat, timbunan dan karakteristik sampah, serta sarana
pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan pembuangan akhir sampah.

Kata kunci: Pengelolaan sampah, penanggulangan sampah, Kelurahan Dufa-Dufa

Sistem pengelolaan persampahan masyarakat atau manusianya dan disertai juga


terutama untuk daerah perkotaan, harus kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang
dilaksanakan secara tepat dan sistemastis. menghasilkan pula pergeseran pola hidup
Kegiatan pengelolaan persampahan akan masyarakat yang cenderung konsumtif.
melibatkan penggunaan dan pemanfaatan Kota Ternate adalah salah satu kota
berbagai prasarana dan sarana persampahan yang mengalami pertumbuhan penduduk dan
yang meliputi pewadahan, pengumpulan, ekonomi yang cukup memicu meningkaknya
pemindahan, pengangkutan, pengolahan kegiatan jasa, industri, bisnis dan sebagainya
maupun pembuangan akhir. Masalah sampah di wilayah Ternate sehingga akan memicu
berkaitan erat dengan dengan pola hidup serta meningkatnya produksi limbah buangan atau
budaya masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu sampah. Timbunan sampah tersebut dapat
penanggulangan sampah bukan hanya urusan menjadi tempat perkembangan penyakit dan
pemerintah semata akan tetapi penanganannya menurunkan kualitas lingkungan serta
membutuhkan partisipasi masyarakat secara menimbulkan gangguan estetika bila tidak
luas. Jumlah sampah ini setiap tahun terus ditangani dengan baik.
meningkat sejalan dan seiring meningkatnya Kota Ternate mengalami permasalahan
jumlah penduduk dan kualitas kehidupan pengelolaan persampahan yakni masalah

478
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

pengangkutan sampah, berdasarkan data turun. Dan pada umumnya masyarkaat yang
bahwa jumlah ketersediaan prasarana tinggal di pesisir pantai sering membuang
pengangkutan hanya mampu mengangkut sampah di laut, sehingga mengakibatkan
timbulan sampah sebesar 214 m³/hari, Dinas masalah pencemaran lingkungan.
Kebersihan Kota Ternate (2012), sedangkan
berdasarkan hitungan bahwa timbulan sampah Metode Penelitian
tahun 2012 adalah 413 m³/hari didasari pada
jumlah penduduk Kota Ternate saat ini yakni Penelitian ini merupakan penelitian
172.559 jiwa BPS Ternate dalam angka, deskriptif yakni membuat pencandraan
(2011) bararti menyiasakan 52% sampah tidak (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan
terangkut ke TPA. Pola pengelolaan sampah di akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat
Kota Ternate yang masih menggunakan populasi atau daerah tertentu (Sumadi
metode pengumpulan secara langsung (door to Suryabrata, 1983). Teknik analisis data yang
door) dan langsung di tampung di TPA di dilakukan untuk mencapai tujuan dari
biarkan secara open dumping tanpa ada penelitian ini yakni: metode analisis Distribusi
pengelolaan lanjutan, metode ini akan Frekuensi, yaitu mengolah data dengan
berdampak buruk karena dengan peningkatan berbagai perhitungan statistik sederhana
jumlah penduduk pertahunnya juga misalnya: jumlah, selisih dan persentase data.
meningkatnya jumlah timbulan sampah, Dengan data dan informasi yang didapat,
sehingga lahan TPA yang mempunyai luas maka dilakukan analisis terhadap sistem
terbatas tidak dapat lagi menampung sampah. pengelolaan persampahan di Kota Ternate,
Kelurahan Dufa-Dufa mempunyai Kelurahan Dufa-Dufa. Lokasi penelitian ini di
jumlah penduduk sebanyak 5.861 jiwa (data wilayah Kota Ternate, Terdapat di Kelurahan
kantor kelurahan 2013). Kawasan ini Dufa-Dufa, Kecamatan Ternate Utara.
merupakan pusat transportasi laut, hal itu Kelurahan Dufa-Dufa memiliki fungsi sebagai
ditandai dengan adanya pelabuhan Dufa-Dufa tempat kegiatan pusat pelayanan jasa &
yang melayani kapal penyebrangan antar perdagangan skala kecamatan dan kelurahan
pulau, seperti pulau Morotai, Halmahera dan yaitu : Pasar Tradisional Dufa-Dufa, Pasar
pulau-pulau lain dan memiliki sebuah pasar Ikan Dufa-Dufa, pelabuhan, pertokoan skala
di mana letak pasar berada di pinggir jalan. local dan Jasa lembaga Keuangan Bank BRI
Sistem pengumpulan sampah yang dan Pegadaian dan Sport Center. ( RTRW Kota
dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Dufa- Ternate 2010 - 2031).
Dufa belum baik. Hal tersebut dapat dilihat Data primer merupakan data yang
dari sampah yang di buang oleh masyarkat diperoleh langsung dari lapangan atau lokasi
kawasan tersebut, untuk membuangnya tidak penelitian melalui metode observasi dan kuisioner.
memisahkan antara sampah organik dan non Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan
informasi langsung tentang gambaran karakteristik
organik. Meningkatnya timbulan sampah
wilayah, kondisi wilayah dan sistem pengelolaan
tanpa sistem persampahan yang tepat sampah di Kelurahan Dufa-Dufa. Data primer
diperkirakan menjadi alasan tidak terciptanya yang digunakan meliputi :
lingkungan yang bersih, disebabkan masih a) Timbulan sampah
banyak sampah yang berhamburan di jalan b) Pengelolaan persampahan, terdiri dari
dengan tidak adanya tempat fasilitas pengumpulan, pengangkutan, dan
pembuangan sampah yang memadai, selain itu pembuangannya.
kebanyakan masyarakat di Kelurahan Dufa- c) Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem
Dufa membuang sampah di selokan, pengelolaan sampah.
mengakibatkan terjadinya banjir ketika hujan

479
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

Adapun kegiatan penyebaran kuisioner hanya dilakukan pada kawasan


dilakukan untuk medapatkan informasi terkait permukiman ditepi jalan dan dilengkapi
kondisi budaya sikap dan perilaku masyarakat TPS dimana sampah terkumpul akan
terkait pengelolaan sampah, kondisi persampahan dengan mudah diangkut truk sampah.
(timbulan dan Untuk kawasan permukiman padat yang
karakteristik sampah serta sarana persampahan
yang disediakan), Dalam penyebaran kuisioner
sulit dijangkau truk sampah atau jauh dari
dilakukan dengan teknik sampling yakni lintasan truk sampah. Kondisi ini hampir
mengambil sampel dari populasi yang ada. Rumus dijumpai diseluruh kawasan permukiman di
yang digunakan untuk menentukan ukuran/jumlah, Kota Ternate karena sebagai kota tua yang
yakni dengan menggunakan rumus slovin sebagai berkarakteristik geografi pantai dan
berikut : gunung.
2) Keberadaan TPS sebagai sarana
pengumpulan sampah sebelum diangkut ke
Keterangan: TPA seringkali menjadi polemik, warga
n = ukuran sampel minimal menolak penempatan TPS di depan rumah
N = ukuran populasi mereka. Banyak TPS yang dibangun Dinas
a = Peluang kesalahan Kebersihan Kota Ternate malah dibongkar
warga. Kondisi TPS yang tidak berpenutup
Perolehan data sekunder diperoleh dari juga merupakan sumber bau busuk dan
hasil wawancara dan dokumentasi. Teknik menjadi vektor penyakit.
wawancara yang dimaksud adalah dengan cara 3) Jumlah container sampah masih sangat
bertanya langsung kepada responden sedangkan terbatas, padahal timbulan sampah pasar
yang dimaksud teknik dokumentasi data adalah sangat besar. Kekurangan mobil amrol
melakukan pengumpulan data berdasarkan
mengakibatkan container sering terlambat
dokumen-dokumen yang ada, baik berupa laporan
(jurnal hasil penelitian), catatan, berkas, atau diangkut ke TPA.
bahan-bahan tertulis lainnya yang merupakan 4) Tingkat partisipasi masyarakat rendah
dokumen resmi serta relavan terkait penelitian ini. khususnya pengumpulan sampah. Hal ini
bisa dijumpai dengan tidak adanya
Hasil dan Pembahasan kelembagaan ditingkat masyarakat.

Kondisi Pengelolaan Persampahan di Kota Pengangkutan Sampah.


Ternate Proses pengangkutan sampah
berlangsung mulai dari TPS dan berakhir TPA
Tahapan pengelolaan persampahan atau tidak melalui trans depo.
terdiri atas: pengumpulan, pengangkutan dan 1) Sarana pengangkutan sampah Dinas
pemusnahan yang masing-masing sistem Kebersihan Kota Ternate sangat terbatas
sangat mempengaruhi keberhasilan jumlahnya dan tidak sebanding dengan
pengelolaan sampah di suatu kota. Dalam timbulan sampah yang dihasilkan warga
wilayah kota Ternate, permasalahan Kota Ternate.
pengelolaan sampah juga tidak terlepas ketiga 2) Kesejahtraan dan jaminan keselamatan
tahapan tersebut, antara lain yaitu : kerja petugas penganggkut juga belum
memadai padahal ujung tombak di
Pengumpulan Sampah. lapangan adalah tenaga pengangkut.
1) Sistim pengumpulan sampah belum 3) Waktu pengangkutan sampah seringkali
maksimal diterapkan terutama sampah dilakukan pada puncak jam sibuk 7.00 –
rumah tangga. Aktivitas pengumpulan 9.00 dimana aktivitas warga/kondisi lalu

480
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

lintas sudah ramai sehingga proses tiap sumber sampah (door to door) dan
pengangkutan terganggu dan tidak diangkut ke tempat penampung sementara atau
maksimal. Transfer Depo (stasiun pemindahan) sebelum
dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Pemusnahan Sampah. Metode ini melayani sumber sampah yang
1) Pemusnahan sampah utama dilakukan di berada disetiap jalan arteri sekunder . Adapun
TPA, walau terdapat peluang pemusnahan peralatan yang dipergunakan berupa mobil
awal di hulu (di permukiman) dengan dump truck bak sampah dan mobil arm roll 8
sistim 3R ataupun sampah dipilah di M sampai dengan 10 M
transdepo sebelum masuk ke TPA.
Meminimalisir volume sampah yang masuk Pola komunal langsung
ke TPA akan memperpanjang umur pakai Pengumpulan sampah dengan metode
TPA. komunal langsung merupakan metode
2) TPA masih menggunakan sistim Open pengumpulan sampah yang dilakukan sendiri
Dumping yang tidak ramah lingkungan oleh masing-masing penghasil sampah
karena menimbulkan bau dan vector langsung ke tempat penbuangan sementara
penyakit dari lalat dan tikus. (TPS) yang telah disediakan sebelumnya atau
3) Pembuatan pupuk kompos sebagai salah langsung ke truck-truck sampah yang
satu bentuk nilai ekonomis sampah dan mendatangi titik pengumpulan kemudian di
cukup siknifikan mengurangi volume buang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
sampah di TPA. Adapun peralatan yang dipergunakan berupa
4) TPA Buku Deru-Deru merupakan satu- mobil arm roll.
satunya tempat pemprosesan akhir sampah
di Ternate masih sering menimbulkan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhui
masalah bau yang terbawa angin hingga Sistem Pengelolaan Sampah di Kelurahan
kawasan. Dufa-Dufa

Pola Pengumpulan Sampah Kota Ternate Kepadatan dan Penyebaran Penduduk.


Penduduk adalah salah satu faktor
Pola individual langsung utama yang berpengaruh terhadap
Pengumpulan sampah dengan metode perkembangan suatu wilayah atau kota.
individual langsung yaitu, dilakukan oleh Kepadatan penduduk di Kelurahan Bastiong
petugas kebersihan dengan jalan mendatangi Dufa-Dufa sebanyak 228 jiwa/ha. Untuk
tiap-tiap sumber (door to door) dan langsung mengetahui penyebaran penduduk dapat
diangkut untuk dibuang di tempat dilihat pada Tabel di bawah ini.
pembuangan akhir (TPA). Metode individual Tabel 1. Penyebaran Penduduk di Kelurahan
langsung biasanya melayani sumber sampah Dufa-Dufa Kota Ternate
yang berada disekitar jalan arteri primer dan No RW Jumlah Penduduk (Jiwa)
kolektor primer. Adapun peralatan yang 1 RW1 1.875
pergunakan adalah mobil dump truck bak 2 RW2 1.872
sampah. 3 RW3 2.114
Pola individual tidak langsung
Jumlah 5.861
Pengumpulan sampah dengan metode
individual tidak langsung merupakan metode Berdasarkan dari Tabel di atas, jumlah
pengumpulan sampah yang dilakukan warga penduduk di Kelurahan Dufa-Dufa menyebar
atau petugas kebersihan yang mendatangi tiap- merata di setiap RW, yang paling terbanyak di

481
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

RW 3 yaitu 2.114 jiwa dan yang paling sedikit terbanyak karena terdapat sisa-sisa hasil jualan
di RW 2 yaitu 1.872 jiwa. Setiap tahun jumlah seperti sayur-sayuran, buah-buahan dan
penduduk di Kelurahan Dufa-Dufa semakin lainnya, Fasilitas persampahan yang ada di
meningkat, dipengaruhi oleh faktor kelahiran kelurahan Dufa-Dufa khususnya kawasan
dan fakor migrasi yaitu perpindahan pasar, hanya tersedia 1 buah kontainer sampah
penduduk. dari Dinas Kebersihan Kota Ternate, sehingga
banyak sampah yang berhamburan di jalan-
Karakteristik Fisik Lingkungan dan Sosial jalan akibatnya lingkungan terlihat kotor dan
Ekonomi. berbau busuk. Kelurahan Dufa-Dufa memiliki
Sampah yang berada di Kelurahan fungsi sebagai pusat pelayanan jasa dan
Dufa-Dufa jika tidak ada yang memperhatikan perdagangan, yang terdapat sekitar 40
pengelolaanya akibatnya menjadi masalah pertokoan, 2, 9 gudang sekolah, dan 6
besar seperti pencemaran lingkungan, banjir, perkantoran. Jumlah kios di pasar bastiong
bau busuk, dan sumber penyakit. Sampah juga sebanyak 204 kios dan jumlah pedagang
mengurangi estetika dan keindahan kota. harian 147 orang. Kepadatan bangunan yang
Semakin padat penduduk di Kelurahan Dufa- ada di Kelurahan Dufa-Dufa sangat padat
Dufa, maka semakin komplek permasalahan ditambah berbagai aktifitas komersial yang
akibat sampah. Fakta di lapangan sering merupakan bagian dari bangunan inti
menunjukkan bahwa masyarakat tidak lagi (seperti kegiatan sektor informal) yang
menyayangi lingkungannya dan memiliki menempel pada bangunan utama. Bangunan di
kesadaran yang masih rendah untuk pasar rata-rata permanen yang difungsikan
membuang sampah pada tempat yang telah sebagai tempat jualan, warung makan dan
dianjurkan. fungsi komersil lainnya. Sedangkan non
Perolehan data sistem pengolahan permanen difungsikan sebagai tempat jualan
sampah di Kelurahan Dufa-Dufa, di 3 fungsi rempah-rempah, buah-buah dan lain
kawasan, yakni dari permukiman, pasar, dan sebagainya. Selain itu, kebanyakan
transportasi laut (pelabuhan). masyarakat (sektor informal) memilih tinggal
di daerah tersebut dengan pertimbangan dekat
Permukiman dengan lokasi pasar, sehingga kondisi ini
Kondisi bangunan permukiman di memberikan karakter kekumuhan pada
Kelurahan Dufa-Dufa kebanyakan permanen, kawasan ini.
ada pula non permanen. Sampah yang paling
banyak dihasilkan di permukiman warga Tranportasi Laut (Pelabuhan)
adalah sampah jenis organik, hal ini Kelurahan Dufa-Dufa juga terdapat
menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal sebuah pelabuhan laut yakni pelabuhan
di kelurahan tesebut membuang sampah tidak bastiong yang melayani kapal penyeberangan
melakukan pemilahan berdasarkan jenisnya. antar pulau, seperti pulau morotai, pulau
Masyarakat di Keluahan Dufa-Dufa seenaknya Halmahera Barat, dan pulau-pulau lain,
membuang sampah di sembarang tempat, masyarakat yang sering bepergian dengan
tidak memperhatikan pembuangan sampah kapal penyeberangan kebanyakan sampahnya
sehingga sumber sampah terdapat dimana- di buang ke laut, sehingga mengakibatkan
mana. masalah pencemaran lingkungan. Hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat belum
Pasar menyadari tentang kebersihan lingkungan.
Aktifitas pasar yang ada di Kelurahan Sampah-sampah di laut ini memang sulit
Dufa-Dufa merupakan penyumbang sampah dibersihkan apalagi saat musim hujan tiba

482
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

membuat volume sampah terus bertambah e. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di
setiap harinya. Kondisi ini selain menggangu Kelurahan Dufa-Dufa tidak membuang
pemandangan pelabuhan, juga merusak sampah pada TPS sebanyak 58%.
lingkungan menjadi kotor dan terkesan jorok.
Timbulan dan Karakteristik Sampah
Budaya Sikap dan Perilaku Masyarakat
Salah satu faktor yang mempengaruhi Permukiman
sistem pengelolaan sampah perkotaan ialah Salah satu faktor yang dapat
budaya sikap dan perilaku masyarakat. Hal ini menggambarkan kondisi persampahan adalah
berkaitan dengan masyarakat yang merupakan timbulan dan karakteristik sampah yang
sumber (produsen) sampah. Masyarakat yang dihasilkan. Dengan mengetahui kondisi
tinggal di Kelurahan Dufa-Dufa mengakui timbulan dan karakteristik sampah, maka
pelayanan pengangkutan sampah oleh dinas kebutuhan akan sarana persampahan dan cara
kebersihan sampai saat ini belum maksimal penanganan sampah akan lebih tepat sasaran.
karena kurangnya sarana pengangkutan Berikut ini merupakan gambaran timbulan dan
sampah dan kurangnya fasilitas TPS yang karakteristik sampah dilokasi permukiman
disediakan, kondisi dilapangan diperburuk Kelurahan Bastiong Talangame yang di bagi
oleh sebagian masyarakat yang kurang peduli atas 3 RW, yakni :
terhadap kebersihan lingkungan dan a. RW 1 memiliki jumlah penduduk 1.875
kurangnya pengetahuan tentang cara jiwa dengan timbulan sampah sebesar 4.44
membuang sampah secara baik dan benar. m³/hari.
Berikut merupakan hasil penilitian terkait b. RW 2 memiliki jumlah penduduk 1.872
budaya sikap dan perilaku masyarakat : jiwa dengan timbulan sampah sebesar 4.25
a. Masyarakat yang tinggal di Kelurahan m³/hari.
Dufa-Dufa belum sadar akan pentingnya c. RW 3 memiliki jumlah penduduk 2.114
pemilahan sampah pada lingkungan (78%) jiwa dengan timbulan sampah sebesar 4.75
a. Sebagian masyarakat masih membuang m³/hari.
sampah di antara jam 06.00 pagi – 06.00 Dengan demikian, disimpulkan bahwa
sore yaitu 60%. Ini menunjukan bahwa timbulan sampah sebesar 13.45 m³/hari dari
kebiasaan masyarakat belum sadar jumlah penduduk di Kelurahan Bastiong
terhadap waktu pembuangan sampah. Talangame sebanyak 5.861 jiwa.
b. Kebiasaan masyarakat yang tinggal di
Kelurahan Dufa-Dufa membuang sampah Pasar
tidak menggunakan wadah (bungkusan Berdasarkan survey sumber sampah
sebanyak 76%, ini menunjukkan bahwa yang paling banyak terdapat di daerah pasar
perilaku masyarakat belum baik tentang yaitu sisa-sisa hasil jualan seperti sayur-
membuang sampah memakai bungkusan. sayuran, buah-buahan, plastik, kardus, kertas
c. Pegetahuan masyarakat di Kelurahan dan lainya. Di pasar sayuran dari pemasok
Dufa-Dufa tidak tahu terhadap Peraturan belum sepenuhnya dalam keadaan siap jual.
Daerah tentang pengelolaan sampah yang Sayuran itu di pilih dan dibersihkan. Tidak
berlaku (92%) sedikit sayuran dan buah yang telah rusak,
d. Sebagian besar masyrakat tidak tahu kerusakan tersebut bisa dikarenakan layu atau
terhadap proses 3 M (Mengurangi, busuk, karena terlalu lama disimpan, atau
Menggunakan kembali dan Mendaur ulang terlalu lama dalam perjalanan. Sampah hasil
sampah) yaitu sebanyak 87%. sayuran, dan buah yang telah membusuk
dikumpulkan sementara, setelah pasar di tutup

483
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

sampah tersebut di buang ke tempat pengumpulan sampah di pelabuhan Kelurahan


pembuangan sementara (TPS), baru kemudian Dufa-Dufa yakni sampah dari masyarakat
petugas kebersihan diangkut ketempat yang berpergian ada yang membuang sampah
pembuangan akhir (TPA). Pembuangan di TPS tanpa pemilahan dan di wadahi dan ada
sampah yang dilakukan oleh pedagang pasar yang langsung membuang sampah ke laut.
dengan cara terbuka dan di tempat terbuka
juga dapat berakibat meningkatnya intensitas Pengangkutan sampah
pencemaran dan rendahnya estetika Pengangkutan sampah di pemukiman
lingkungan. Kelurahan Dufa-Dufa ini telah terlayani jasa
angkutan sampah yang disediakan dinas
Transportasi Laut (Pelabuhan) kebersihan kota Ternate, dengan kawasan
Dari hasil survey yang dilakukan pelayanan sekitaran jalan utama.
sumber sampah yang ada di pelabuhan yaitu Pengangkutan sampah yang di lakukan oleh
Jenis sampah umumnya plastik seperti bekas masyarakat di pemukiman Kelurahan Dufa-
kemasan makanan atau minuman dan Dufa memakai pola individual langsung dan
bungkusan tas kresek. Sumber sampah yang di pola komunal langsung. Untuk pengangkutan
hasilkan biasanya dari orang yang berpergian sampah di kawsan pasar Kelurahan Dufa-
yang membuang seenaknya juga dari sungai Dufa memakai pola komunal langsung dan
yang terbawa ke laut, hasil sampah dari warga pola individual tidak langsung. Pola komunal
yang tinggal di pesisir yang marak bertebaran langsung yakni pengumpulan sampah yang
di pelabuhan, sehingga mengakibatkan dilakukan pedagang pasar langsung dibuang
masalah pencemaran lingkungan. Sampah- ke TPS (kontainer) yang telah disediakan,
sampah di laut ini, memang sulit dibersihkan kemudian diangkut ke tempat pembuangan
apalagi saat musim hujan tiba membuat akhir. Sedangkan pola individual tidak
volume sampah terus bertambah setiap langsung dilakukan oleh petugas kebersihan
harinya. Kondisi ini jelas selain menggangu dengan mendatangi TPS (kontainer) atau
pemandangan pelabuhan, juga merusak tranfer depo (stasiun pemindahan) diangkut
lingkungan menjadi kotor dan terkesan jorok. oleh mobil pengangkutan untuk dibuang ke
tempat pembuangan akhir. Pengangkutan
Sarana Pengumpulan, Pengangkutan, sampah di pelabuhan Kelurahan Dufa-Dufa
pengolahan dan Pembuangan Akhir memakai pola komunal langsung yakni
Sampah. pengumpulan sampah yang dilakukan oleh
masyarakat yang berpergian langsung
Pengumpulan sampah membuang sampah ke tempat pembuangan
Pengumpulan sampah yang dilakukan sementara (TPS) yang telah disediakan
oleh masyarakat dipermukiman Kelurahan sebelumnya kemudian truck-truck sampah
Dufa-Dufa yakni sampah rumah tangga yang mendatangi TPS dan diangkut ke tempat
dihasilkan dipilah dan diwadahi dengan pembuangan akhir (TPA).
menggunakan kantong plastik/karung/kardus
kemudian sampah dibuang di TPS dan non Pengolahan Sampah
TPS. Untuk pengumpulan sampah di pasar Masyarakat di pemukiman Kelurahan
yaitu sisa-sisa sampah hasil dari penjualan Dufa-Dufa tidak melakukan pengolahan
pedagang pasar seperti sayur-sayuran dan sampah. Sampah yang dihasilkan dari rumah
buah-buahan yang di kumpulkan namun tidak tangga langsung dibuang ke TPS. Untuk
dipilah kemudian diwadahi lalu sampah kawsan pasar di Kelurahan Dufa-Dufa tidak
dibuang di TPS (kontainer). Untuk melakukan pengolahan sampah. Sampah yang

484
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

di hasilkan oleh pedagang pasar seperti hasil 1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat-
sayuran, dan buah yang telah membusuk pusat pelayanan wilayah kota yang
dikumpulkan sementara, kemudian setelah memberikan layanan bagi wilayah kota.
pasar ditutup sampah tersebut di buang ke TPS 2. Sebagai arahan perletakan jaringan
(Kontainer) tanpa ada pengolahan yang baik. prasarana wilayah kota sesuai dengan
Sehingga banyak sampah yang berhamburan fungsi jaringannya yang menunjang
di jalan mengakibatkan lingkungan pasar keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan
terlihat kotor dan berbau busuk. Untuk lokasi kota.
pelabuhan dimana sampah yang di hasilkan Pusat-pusat pelayanan di wilayah kota
oleh masyarakat yang berpergian langsung merupakan pusat pelayanan sosial, ekonomi,
dibuang ke TPS dan di laut. Seharusnya, dan administrasi masyarakat yang melayani
sampah harus ada pengolahan yang baik agar wilayah kota dan regional. Kota Ternate dalam
nantinya masyarakat yang berpergian tidak Kebijakan Tata Ruang Wilayah Nasional
lagi mebuang sampah ke laut, sehingga laut (RTRW) ditetapkan sebagai salah satu Pusat
menjadi bersih. Kegiatan Nasional (PKN) yang terletak di
wilayah Indonesia Bagian Timur. Hal ini
Pembuangan akhir sampah menujukkan bahwa Kota Ternate
Pembuang akhir sampah yang dilakukan oleh mengembang fungsi pengembangan regional
masyarakat di permukiman Kelurahan Dufa- yang luas, dan diarahkan agar memiliki
Dufa yaitu kebanyakan sampah langsung di fungsi-fungsi pengembangan sebagai pusat
buang kemobil pengangkutan sampah. Adapun kegiatan jasa dan perdagangan skala nasional,
masyarakat sebagian yang membuang sampah dan regional.
di TPS dan non TPS misalnya di jalan, saluran
air, sungai/kalimati tanpa berpikir Strategi pencapaian model penanggulangan
menimbulkan pencemaran lingkungan. Pengelolaan sampah dimasa yang akan
Pembuangan akhir sampah yang dilakukan datang perlu memperhatikan berbagai hal
oleh pedagang pasar di Kelurahan Dufa-Dufa seperti:
yaitu sampah sisa dari hasil jualan yang tidak 1. Penyusunan Peraturan daerah (Perda)
terpakai lagi langsung di buang ke TPS tentang pemilahan sampah
(Kontainer). Untuk pembuangan akhir sampah 2. Sosialisasi pembentukan kawasan bebas
di lokasi pelabuhan yang dilakukan oleh sampah, misalnya tempat-tempat wisata,
masyarakat yang berpergian yaitu hasil pasar, rumah sakit, terminal, jalan-jalan
sampah yang tidak digunakan lagi langsung di protokol, kelurahan, dan lain sebagainya
buang ke TPS dan laut. Jarak dari Kelurahan 3. Penetapan peringkat kebersihan bagi
Dufa-Dufa ke TPA bisa melalui dua jalur yaitu kawasan-kawasan umum
jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara 4. Memberikan tekanan kepada para
berjarak 19 km sedangkan dari jalur selatan produsen barang-barang dan konsumen
yaitu 23 km. untuk berpola produksi dan konsumsi yang
lebih ramah lingkungan
Rencana Tata Ruang dan Pengembangan 5. Memberikan tekanan kepada produsen
Kota Ternate mempunyai rencana untuk bersedia menarik (membeli)
struktur ruang wilayah kota yang merupakan kembali dari masyarakat atas kemasan
kerangka sistem pusat-pusat pelayanan produk yang dijualnya, seperti bungkusan
kegiatan kota yang berhierarki satu sama plastik, botol, alluminium foil, dan lain
lain. Rencana struktur ruang wilayah kota lain.
berfungsi :

485
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

6. Peningkatan peran masyarakat melalui Kesimpulan


pengelolaan sampah sekala kecil, bisa
dimulai dari tingkat desa/kelurahan 1. Pola pengumpulan sampah Kota Ternate
ataupun kecamatan, termasuk dalam hal masih menggunakan metode individual
penggunaan teknologi daur ulang, langsung, metode individual tidak
komposting, dan penggunaan incenerator. langsung dan metode komunal langsung.
7. Peningkatan efektivitas fungsi dari TPS- 2. Beberapa faktor-faktor penghambat yang
TAS-TPA mempengaruhui sistem pengelolaan
8. Mendorong transformasi (pergeseran) pola sampah di Kelurahan Dufa-Dufa, antara
konsumsi masyarakat untuk lebih lain kepadatan dan penyebaran penduduk,
menyukai produk-produk yang berasal dari karakteristik fisik lingkungan dan sosial
daur ulang. ekonomi, budaya, sikap dan perilaku
9. Pengelolaan sampah dan limbah secara masyarakat
terpadu dengan menerapkan program 3. Model pengolahan sampah di Kota Ternate
“6M” hendaknya melibatkan berbagai komponen
10. Melakukan koordinasi dengan instansi pemangku kepentingan dan
terkait baik di pusat maupun daerah, LSM, memperhatikan karakteristik sampah,
dan tingkat satuan pendidikan yang karakteristik perkotaan serta keberadaan
dimulai dari Sekolah Dasar sampai ke sosial-budaya masyarakat setempat.
Perguruan Tinggi untuk peningkatan
kapasitas pengelolan limbah perkotaan. Daftar Pustaka
11. Melakukan evaluasi dan monitoring
permasalahan persampahan dan BPS Kota Ternate, 2011, Kota Ternate Dalam
pengelolaannya, kondisi TPA dari aspek Angka. Provinsi Maluku Utara.
lingkungan, pengembangan penerapan
teknologi yang ramah lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kota Ternate, 2012,
12. Optimalisasi pendanaan dalam Laporan Akhir Studi Perencanaan
pengelolaan sampah perkotaan, Lokasi Tempat Pembuangan Sampah.
pengembangan sistem pendanaan Provinsi Maluku Utara
pengelolaan sampah
13. Konsistensi pelaksanaan peraturan Fitria, L., Susanty, S., dan Suprayogi. 2009.
perundangan tentang persampahan dan Penentuan Rute Truk Pengumpul dan
lingkungan hidup. Pengangkut Sampah di Bandung.
14. Meningkatkan usaha swakelola Jurnal Teknik Industri, Vol. 11 No. 1,
penanganan sampah terutama sampah pp. 51-60. Diakses 24 Desember
yang mudah terurai ditingkat 2015.
desa/kelurahan
15. Memberikan fasilitasi, dorongan, Ginige, T and Sparks, N. 2010. Moderat
pendampingan/advokasi kepada Waste Issues In Malta. Law
masyarakat dalam upaya meningkatkan Enviroment and Development
pengelolaan sampah. Journal. University of London. ISSN.
1746-5893.

486
Jailan dkk (2016). Sistem Pengelolaan dan Upaya penanggulan sampah di
Kel.dufa-dufa Kota ternate
Jurnal BIOeduKASI ISSN :2301-4678
Vol 4 No (2) Maret 2016

Hadiwiyoto, S. 1983. Penanganan Sampah Untuk Mengurangi Beban


Pemanfaatan Sampah. Jakarta : Yayasan Penumpukan. Jurnal Teknik Industri
Idayu. Vol. 11 No. 2, pp 134-147. Diakses
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengelola 26 desember 2015.
an_sampah diakses tanggal 5
Oktober 2015. Tarigan., Robinson, 2009. Perencanaan
Pembangunan Wilayah. Penerbit:
http://majarimagazine.com/2007/12/teknologi- Bumi Aksara.
pengolahan-sampah/ usaha
pengelolaan sampah masyarakat Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang
diakses tanggal 8 Oktober 2015. Pengelolaan Sampah.

Mulyandari., Hestin. 2010. Pengantar Wahyu W., L.G. 2008. Studi Kualitas Hasil
Arsitektur Kota. Yogyakarta. dan Efektivitas Pengomposan Secara
Konvensional Versus Modern di TPA
Naatonis, R. M. 2010. Sistem Pengolahan Temesi- Gianyar Bali. Tesis tidak
Sampah Berbasis Masyarakat Di diterbitkan. Universitas Udayana.
Kampung Nelayan Oesapa Kupang. Program Pascasarjana Universitas
Tesis tidak diterbitkan. UNDIP: Udayana, Denpasar.
Program Pascasarjana UNDIP
Semarang. Ginige, T and Sparks, N. 2010. Implication of
Sustainable Development Policies To
Prakosa, D. 2003. Partisipasi Masyarakat Waste Managent. Law Enviroment
Kawasan Terbangun terhadap and Development Journal. University
Kebijakan Pengelolaan Sampah of London. ISSN. 1746-5893.
Pemerintah Kota Semarang (Studi
Kasusu Perumahan Aryamukti
Semarang). Jurnal Ilmu Lingkungan
Universitas Diponegoro, Vol. 1 No.
2, pp. 15-24. Diakses 24 Desember
2015.

Ginige, T and Sparks, N. 2010. Maltase Waste


Management Policies Prior To
Joining The EU. Law Enviroment and
Development Journal. University of
London. ISSN. 1746-5893.

Rizal, A. 2011. Analisis Pengelolaan


Persampahan Perkotaan Di
Kelurahan Boya Kecamatan Banawa
Kabupaten Donggala.Jurnal
SMARTek, 9:155-172

Surjandari, I., Hidayanto, A., Supriyatna, A.


2009. Model Dinamis Pengelolaan

487

Anda mungkin juga menyukai