Anda di halaman 1dari 11

484 Hukum dan Pembangunan

WANITA DAN KEJAHATAN :


ANTARA TEORI DAN REALITAS
Oleh : I Nyoman Nurjaya
Pembicaraao kejahatan sebagai feRomeus sosial
dewasa ini t8k habis-habisDya diteliti bahkan
menarik di kaji seeara ilmiab. Khususnya, kejahat-
3n yang dilakukan kaum haws (wanita) - yang
akhir-akhir ini eenderung meningkat, turnt pula
mendapat perhatian bagi kalangan kriminologi. Ber-
bagai faklor, baik sosiologis, psykologis, maupun
fisiologis teroyata mempengarubi "wanita" untnk
melakukan kejahatan. Dalam tolisan ini. penulis
mencoo8 memaparkan masalah IIwanita dan
kejahatan/l I dari berbagai leori Causa Kejahatan
dengan mengambil sumber dari berbagai kasus yang
terjadi pada masyarakat, khususnya terhadap kasus
yang terdapat di LP wanita Malang. Jawa Timur.

PENDAHULUAN
Kejahatan merupakan fenomena sosiaI yang selalu menarik untuk di-
kaji secara ilmiah. Studi-studi kejahatan yang didasarkan pada data statistik
kejahatan menunjukkan bahwa kejahatan berkaitan erat dengan status jenis
kelamin. Pad a umumnya kejahatan yang terjadi di dalam masyarakat
dilakukan oleh kaum pria. Namun bukan berarti kejahatan hanya menjadi
monopoli perbuatan kaum pria. Wanitajuga melakukan kejahatan, walaupun
secara kuantitas lebih sedikit bila dibandingkan dengan kejahatan yang
dilakukan kaum pria (Sutherland, 1960: Ill; Docherty, 1988: 170; Abbott
dan Wallace, 1990: 154). .
Te1ah bertahun-tahun lamanya masalah kejahatan yang dilakukan
wanita cenderung diabaikan begitu saja oleh pakar kriminologi. Hal ini
karena kejahatan yang dilakukan wanita lebih dipandang sebagai gejala yang
khas dan berbeda bila dibandingkan dengan kejahatan yang dilakukan
kaum pria (Docherty. 1988 : 170). atau dari kaca mata sosiologi wanita
dalam penampilannya bukanlah tipe penjahat (Abbot dan Wallace, 1990 :
153). Walaupun demikian, pada dekade terakhir ini masalah wan ita dan ke·
jahatan mulai mendapatkan perhatian yang lebih besar, dan bahkan men-
jadi lahan studi yang menarik bagi kalangan pakar kriminologi (Chesney-
Lind, 1987 : 114):
Akhir-akhirini kuantitas kejahatan yang dilakukanwanita cenderung
semakin meningkat. Chesney-Lind (1987: 114) misalnya·menuturkan bahwa
dalam kurun \Vaktu sepuluh tahun terakhir ini kejahatan di Amerikli'Serikat
meningkat secara dramatis. Menurut catatan FBI. antara tahun 1914' 1984
JVanilu 485

j u01la.1;I wan ita yang ditangkap karena kejahatan meningkat sebesar 203
per~e.n" dan wanita yang dipenjara karena kejahatan melonjak sebanyak 258
perscn . Menurul,Biro Slatistik Pengadilan, antara tahun 1978- I 983 jumlah
wan ita yang dijatuhi pidana penjara karena kejahatan m$ningkat sebanyak
165 persen. Abbot dan Wallace (1990 : 156-157) mengatakan bahwa ke-
jahalan wan ita di Inggris juga semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Anlara lahun 1977-1986 misalnya, wanita yang dijatuhi pidana penjara
karcn3 kejahm3n meningkm dari 207.000 pada 1977 menjadi 277.000 pada
1986. Bagaimana kcjahalan oleh wanita' di Indonesia? '
Sunaryo (1982 : 107) mengalakan bahwa kriminalilas di Iingkungan
lVanila jumlahnya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan kriminalitas
di kalangan pria. Karena itu, menurut Soesilo (1976 : 58) wanita yang dipidana
~arena melakukan kejahatan kurang dari 500/. jumlahnya dari seluruh
narapidana yang ada di Indonesia. Dari Statistik Indonesia 1988 dapat diketa-
hui bahwa antala rahlln 1985-1987 jumlah Narapidana (Napi) Wanira di LP
.Iawa Timur tampak scm akin meningkat. !';i LP Wanila di Jawa Timur pada
tahun 1985 berjumlah 109 Napi, telapi pada 1987 meningkal menjadi 138
Napi. Sedangkan isi LP Wanita di seluruh Indonesia pada 1986 sebanyak 396
Napi, tetapi pad a 1987 meningkat menjadi 540 Napi (BPS, 1988 : 140).
Unruk beberapa tahun lerakhir, kuant.itas kejahalan yang dilakukan oleh
wanita cenderung"semakin meningkat. Sulislyadi, et. al (1988: 82) mencaral
bebcrapa kcjahman pe01bllnuhan yang dilakukan waniIa, sepeni: seorang ibu
yang membunuh anaknya di Yogyakana dan di Bandung, seorang iSlTi yang
membakar suaminya di Salatiga, seorang istri yang membacok suaminya
dcngan parang di Banjarmasin, dan di Jakarta seorang istri bersama kekasih
gelapnya membunuh suaminya agar niat kawin mereka terlaksana, dll .
Mcnurut dala kejaharan di Polda (Kepolisian Daerah) Jawa Ti01ur ,
dalam kurun wakIu salU rahun (Januari - Desember 1988) rercatat sebanyak
61 kejahatan yang dilakukan oleh waniIa, termasuk di dalamnya kasus
pembunuhan keluarga Letkol. Mar. Purwanto yang diprakarsai oleh
Ny. Sumiarsih. Jika dilihal dari kuant.itas penghuni LP Wanita, maka
Wahyuningsih (1989 : 44), sampai Desember 1988"mencatat sebanJ.:ak 59
Napi di LP Wanita Malang. Dari 59 Napi wanita tersebut, ternyata 40,7070
di ant.ara mercka dijatuhi pidana penjara karena melakukan kejahatan
rerhadap nyawa. Sedangkan PUlri (1989 : 7 I -72), hingga Maret 1989, men-
carat sebanyak 33 Napi yang dibina di LP Wanita Semarang. Sebagian besar
dari meraka dipidana karen a melakukan kejahatan penipuan, pencurian,
penggelapan, dan sebagian kecil dipidana karena melakukan pembunuhan
aral! abortus . Buana Minggu tanggal 11 Maret 1990. memberitakan bahwa
sampai Maret 1990 LP Wanita Medan dihuni oleh 64 Napi.
Uraian berikut ini akan O1encoba mengungkapkan masalah Wanita dan
Kajaharan, dengan mendiskusikan beberapa teori tentang kausa kejahatan
yang dilakukan wanita, yang didasarkan pada studi lit<;ratur, dan realitas
kejaha!an oleh wanila yang bersumber dari beberapa kasus Napi yang sedang
dihina di Lembaga Pemasyarakatan Klas IlA Wanita Malang.

Ok/abe, /990
486 Hukum dan Pembangunan.

KAUSA KEJAHATAN : WANITA


Telah ban yak usaha yang dilakukan kalangan kriminolog untuk meng-
kaji masalah kejahatan, dalam rangka menjelaskan kausa kejahatan (sebab-
sebab orang melakukan kejahatan). Usaha ini sesungguhnya telah mulai
dirintis sejak abad pertengahan, meskipun pada periode ini belum dilakukan
secara sistematis dan ilmiah (Sahetapy, 1981 : II). Usaha untuk menjelaskan
kausa kejahatan sejak sebelum abad ke-18 sampai akhir abad ke-19, ter-
nyata lebih menekankan kausa kejahatan oleh kaum pria. Teori-teori yang
menjelaskan kausa 'kejahatan kurang memberi perhatian pada kausa ke-
jahatan oleh kaum wanita. Karena ituiah, teori-teori yang berusaha meng-
ungkapkan kausa kejahatan yang dilakukan oleh wanita baru mulai ber-
muncl1lan pada dekade terakhir ini (Docherty, 1988 : 170).
Teori-teori di masa lalu lebih menunjuk faktor pembawaan, 'biologis,
atau genetika sebagai kausa wanita melakukan kejahatan (Docherty, 1988:
170; Abbot dan Wallace, 1990 : lSI). Namun teori yang lain menjelaskan
bahwa ciri-ciri biologis dan psikologis yang khas merupakan basis untuk dapat
menjelaskan latar belakang wanita melakukan kejahatan. Wanita memiliki
ciri-ciri biologis dan psikologis yang berbeda dengan pria; dan karena itu boleh
jadi menjadi sumber kecenderungan wanita melakukan kejahatan.
Teori yang kini menjadi populer menyatakan bahwa semua wanita
pada dasamya menjadi budak dari biologisnya, dan melakukan kajahatan,
karena proses alami dari kondisi dan ciri-ciri biologisnya (Dochelty, 1988 :
172). Dalam hubungan ini, Pollack, seperti dikutip Abbot dan Wallace (1990
: 159) dan Docherty (1988: 171), menegaskan bahwa pengaruh tahap-tahap
generatif suatu kehamilan, menstruasi, dan menopause cenderung mendorong
wan ita melakukan kejahatan. Hal ini karena sec'ara umum diakui bahwa
ketika wanita hamil, menstruasi, atau memasuki menopause kerapkali
dibarengi dengan gangguan-gangguan hormonal, yang menuntut pemenuh-
an kebutuhan dan kepuasan tertentu. Proses biologik yang menimbulkan
ketakseimbangan hormonal cenderung mendorong wanita melakukan ke-
jahatan. Karena itu, gangguan hormonal seorang wanita pada semua ting-
katan usia, khususnya di lingkungan profesi kedokteran, ditengarai sebagai
pendorong wan ita melakukan kejahatan . Ini menunjukkan adanya kaitan
langsung antara faktor fisiologi wanita dengan kejahatan. Selama peri ode
menstruasi wanita cenderung mencoba bunuh diri, menganiaya anak,
menyakiti atau bahkan membunuh suaminya sendiri, atau melakukan
kejahatan yang lain.
Katerina Dalton menegaskan bahwa kejahatan oleh wanita dapat
dijelaskan melalui proses perubahan hormonal selama siklus menstruasi
wanita (pre-menstrual tension). Hasil penelitiannya terhadap Nara Pidana
Wanita menunju~kan bahwa hampir 60 "I. dari contoh Napi yang diambil
melakukan kejahatan pada periode enam belas hari · sekitar bulan mens-
truasinya, atau pada periode menstruasinya. Pada masa menjelanli'mens-
truasi, kata Dalton, terjadi ketakseimbangan antara hormon progesterone
487

dan <lCbtrogen, yang menimbulkan gangguan psikologis maupun fisiologis


dalam kehidupan wanita. Karena itulah, dalam sepuluh tahun terakhir ini,
is,u temang sind rom pre-menstruasi (pre-mensITuation syndrom) sebagai
faklor penyebab. wanita melakukan kejahatan sempat_.diangkat Osebagai
bahan al gumentasi yang menarik dalarn sidang-sidang pengadilan di Inggris
(Docherty, 1988 : 173-174).
Pcnehrian yang pernah dilakukan W.M. Roan, seperti dikutip Yun
(1989). juga rnenunjukkan bahwa sekitar 10 "10 wanita yang menjelang ma~a
11llid ccnuerung mdakukan perbuatan kriminil, seperti mencuri, menganiaya,
bunuiI diri, sampai dorongan untuk melakukan pembunuhan. Hal ini
merupakan akibat dari rimbulnya gangguan psikis yang disebabkan siklus haid
yang dialami wanita sccara kodrati, seperti mudah tersinggung, emosi yang
labil, perasaan tegang, tertekan (stress), dan depressi. Gangguan semacam
ini dialami oleh hampir sepertiga wanita, di samping gangguan fisik lain
, epeni kram, lasa nyeri pinggang atau nyeri kepala.
\.la'ia menopause juga merupakan suatu pcriode di mana wanita juga
mCllgaiami gangguan hormonal, seperti peri ode kehamilan dan memtruasi,
lang "cnderung mendorong wanita melakukan kejahatan. Pada peri ode
mcl!OpauSe, wanita-wanita yang telah lanjut usia cenderung melakukan
pencurian kecil-keeilan, seperti peneurian di toko-toko swalayan (Docherty,
1988: 174) .
Dari uraian di atas dapa! dikatakan bahwa jika dikaitkan dengan
kond"i biologis wan ita yang "has, maka wanita sering menjadi tak berdaya
oleh kctakstabilan hormonal ketika mcnghadapi masa kahamilan , mens-
tru3si, atau menopause. Karcna itu, dari sisi ioi secara teoritis kondisi
hormonal wanita dipandang sebagai faktor penycbab wanita melakukan
kejahatan.
Walaupun kenyataan menunjukkan bahwa kejahatan oleh wanita
merupakan konsekuensi dari proses biologis dan fisiologis yang menimbulkan
ganggllan hormonal, namun dalam proses peradilan alasan ini diabaikan
begilll saja. Hal ini karena pengadilan lebih melihat kasusnya dari aspck
sosial, ekonomi, dan riwayat kasusnya seeara nyata (Docherty, 1988 : 175).
Bahkan untuk kasus-kaslls kejahatan oleh wan ita di Indonesia, belum
pernah ada Hakim yang mengangkat issu pre-mens/fualion syndrom ,
periode kehamilan, atau menopause, sebagai pertimbangan hukum dalam
memutus kasus kejahatan di pengadilan .
Dari sisi Jain, sisi sosiologis misalnya, teori tentang wanira dan
kejahatan menyatakan bahwa semakin meningkatnya kejahatan oleh wanita
merupakan cerminan dari perubahan peranan wan ita di masyarakat, dan
sebagai konsekuensi dari keberhasilan gerakan-gerakan persamaan hak yang
dilakukan wanita (Docherty , 1988 : 177). Bahkan Lombroso dan Feraro,
misalnya. berdasarkan temuan dalam penelitian mereka tentang penjahat -
penjahat wanita, pernah menuturkan bahwa bujukan kaum pria dan atau
kerapuhan mental wanita bila menghadapi godaan harta kekayaan duniawi
mendorong sebagian besar wanita melakukan kejahatan.

OklOber 1990
488 Hukum dan Pembangunan

Morris, seperti dikutip Abbott dan Wallace, (1990 : 162-163)


mengemukakan bahwa teori disorganisasi dan teori differential association
dapat dikembangkan untuk menjelaskan kejahatan oleh wanita. Dalam
hubungan ini, Cloward dan Ohlin yang mengintroduksi teori disorganisasi
(disorganization theory) menjelaskan bahwa kegagalan seseorang mencapai
suatu tujuan tertentu di dalam masyarakat, seperti keberhasilan di bidang
ekonomi setelah bekerja keras dengan bekal pendidikannya, cenderung
mengantaTkan orang melakukan kejahatan. Sedangkan teori differential
association yang diintroduksi oleh Sutherland dan Cressey menegaskan
bahwa perilaku jahat muncul sebagai hasil dari interaksi antar individu
dalam kelompok . Perilaku, nilai-nilai, dan jastifikasi yang cenderung
mengarah pada kejahatan ditularkan melalui kontak antar individu dalam
kelompoknya.

EMPAT KASUS NAPI WANITA


Untuk melengkapi kajian teoritis di atas, maka berikut ini penulis deskrip-
sikan realitas kejahatan oleh wanita, khususnya kasus-kasus kejahatan
terhadap nyawa, yang diturunkan dari kasus-kasus Napi di LP Klas I1A
Wanita Malang (Nurjaya, et. aI., 1989; Mahasiswa HMJ Hukum Pidana,
1990).

Kasus Mintil
Napi yang satu ini bernama Mintil, sebuah nama pinjaman, seorang
wanita desa yang tubuhnya mungil tetapi penampilannya tampak lincah. Ia
berkulit putih bila dibandingkan Napi lain seusianya. Ia merupakan anak ke
3 dari empat bersaudara yang dilahirkan dan dibesarkan di lingkungan
keluarga petani. Berkat kerajinan dan ketekunannya, ia sempat duduk
dibangku SL TP di Banyuwangi.
Ketika usianya beranjak 16 tahun, ia dikawinkan secara paksa dengan
seorang pemuda pili han orang tuanya. Sebagai anak yang baik dan patuh
pada orang tua, ia ingin menunjukkan rasa baktinya dengan menuruti ke-
inginan orang tuanya. Walaupun sesungguhnya jauh di dalam lubuk hatinya
ia ingin berontak dari kenyataan itu.
Sehari seusai upacara perkawinannya, Mintil sempat kabur ke rumah
saudaranya di Bali. Tetapi beberapa hari kemudian Mintil dijemput kakalnya
untuk kembali ke Banyuwangi. Ibu Mintil mulai sakit-sakitan. Bersamaan
dengan itu, ia juga menangkap gej'ala bahwa ayahnya mulai melirik wanita
yang lebih muda dari ibunya. Ayahnya mulai menunjukkan sikap acuh tak
acuh dan tak peduli dengan kondisi ibu dan adik-adiknya. Bahkan sang ayah
mulai bersikap keras dan kasar terhadap ibu , dia, dan adik-adiknya, yang
selama ini tak petnah dialaminya.
Ayah Mintil semakin hari semakin mabuk kepayang, dengan kekasih
barunya. Pada suatu hari, yang ia lupa hari dan tanggalnya, sang ayah inem-
bawa pulang kekasihnya dan menginap di rumahnya. Ayah dan keka~ihnya
1+:{Jnita 489

tidur bersama di kamar yang bersebelahan dengan kamar tempat ibunya ber-
baring menahan saki!. Mintil tak mampu lagi mengendalikan emosinya ketika
melihai ·kcnyataar) yang menyakitkan hati ibu dan adik-adiknya. Kenyataan
pahit inilah yang )l1endorong Mintil untuk mengenyahkan ayah dan kekasih-
nya dari muka bumi ini. Malam harinya, ia menghidangkan kopi hangat
untuk ayah dan kekasihnya. Namun, kopi hangal yang hendak diteguk ayah
dan kekasihnya ternyata ia campuri dengan racun hama tanaman.
Keesokan harinya tak ada suara yang lerdengar 'dari balik dinding
kamar di sebelah ibuuya berbaring. Yang' lerlihal hanyalah dua jasad mem-
bujur kaku, yang tak lain adalah jasad ayah dan kekasih ayahnya: Melihat
kcnyalaan ini , rupanya Mintil ya tetap Minti! anak kandung ayahnya. la
slIngguh menyesali perbuatannya, tetapi ia berusaha menyembunyikan
penyesalan itu. Polisi segera melacak pelaku pembunuhan itu, setelah men-
dapal laporan dari salah satu »,arga desanya. Salah seorang saudaranya
sempat diciduk Polisi karena diduga sebagai pembunuh ayahnya. Mintil
berusaha bersikap (enang dan ikut sibuk menerima kehadiran warga desa yang
melayat kematian ayahnya.
Beberapa hari setelah penguburan mayat ayahnya, Mintil tampaknya tak
inampu menyembunyikan penyesalannya. la dalang ke kanlor Polisi dan
dengan j iwa besar ia mengakui seeara jujur perbualan yang menyebabkan
kematian ayah dan kekasih ayahnya. Pengadi!an Negeri Banyuwangi me-
mUlus Mintil untuk menjalani pi dana selama 7 lahun penjara, karena telah
melakukan pembunuhan dua nyawa sekaligus yang direncanakan terlebih
dahulu.

Kasus Srintil
la kini berusia 19 tahun, anak pertama dari empal bersaudara dari satu
keluarga petani di Tuban. Namanya Srintil, sebul saja begitu. Ketika itu
Srinlil akan memasuki masa pertunangan dengan kekasih lambalan hatinya.
Pada suatu hari, secara tak sengaja, · ia melihat sang calon tunangan
berganleng-renteng dengan wanita lain, yang kalanya teman sekerja sang
cal on tunangan. Ketika ditanya pada mulanya sang kekasih mengingkari
bahwa tile other women itu adalah pacarnya. Namun setelah didesak Srinlil
berulang kali, dibarengi dengan pertengkaran yang dahsyat, mengakulah sang
kekasih bahwa wanita illl pacar barunya. Betapa panas hali Srintil men-
dengar pengakuan sang kekasih. Gejolak cinta Srintil yang semula menggebu
sekelika ilu berubah menjadi .. gejolak sakit hati, benci, dan dendam.
Kenyalaan pahit inilah yang mendorong Srinlil mulai menyusun rencana
untuk membunuh sang kekasih.
Pada suatu malam yang ia lupa hari, tanggal, dan bulannya, Srinti!
mengajak sang kekasih ke kota menonton sebuah pasar malam. Namun
sebelumnya Srintil telah menyimpan sebuah kunci Inggris di dalam tasnya.
Gejolak kebencian yang ia pendam tak mampu lagi ia redam di lubuk hatinya.
Dalam perjalanan pulang itulah Srintil menghabisi nyawa sang kekasih
dengan memukulkan kunci Inggris tersebut berulang kali ke kepala sang

Ok/abe, 1990
490, Hukum dan Pembangunan

kekasih. Akhirnya, sang kekasih tak bernyawa lagi. Mayat kekasihnya ia seret
ke tengah sawah dan ia timbuni lanah agar tak lampak begilu saja.
Dua hari kemudian Srintil dijemput Polisi yang diiringi ketua RT di
Iingkungan tempat tinggalnya. Di depan Polisi ia ~engakui terus terang
pembunuhan yang telah dilakukan terhadap calon tunangannya. Kini ia
harus menjalani sisa masa pidananya di dalam LP Wanita Malang, atas
putusan PN :ruban.

Kasus Wiotil
Wintil, nama pinjaman, adalah salah satu penduduk desa Sidorejo,
keeamatan Kendal, Ngawi. la kini harus menjalani masa pidananya selama
sebelas tahun di LP Klas IIA Wanita Malang berdasarkan atas putusan PN
Magetan. Ibu muda ini dipidana karena telah membunuh seorang wanita,
kekasih gelap sang suami, setelah ia melahirkan anak pertamanya.
Hari-hari bahagia tampaknya tidak boleh terlalu lama ia jalani bersama
sang suami dan seorang anaknya yang masih keeil , Cerita duka Wintil ber-
awal dari munculnya the other women dalam rumah tangganya. Wintil
menangkap gejala kehadiran salah seorang saudaranya, bernama Benik sebut
saja begitu, yang menjadi kekasih gelap sang suami. Wintil merasa terpukul
melihat kenyataan ini, ia merasa sakit hali, cemburu, benci kepada suami
maupun si Benik. Wintil mulai sering bertengkar dengan suaminya, karena
kehadiran wanita lain di dalam rumah tanggany.a. Rasa cemburu, benci, dan
sakil Wintil mengendap menjadi gejolak dendam, bukan pada suaminya
telapi kepada Benik, yang ia pandang sebagai sumber kekacauan rumah-
tangganya.
Wintil mulai menyusun cara untuk membunuh Benik. Rencana Wintil
terlaksana ketika 'Benik tanpa rasa curiga makan bakso yang dihidangkan
Winti!. Bakso inilah yang menghabisi nyawa Benik, karena sebelumnya telah
dicampur racun hama tanaman (potas) oleh Winti!. Akhirnya, polisi me-
nangkap Winti!. Dengan jiwa besar Winti! mengakui perbualannya dihadapan
Polisi.

Kasus Rantil
Pagi itu desa Karang Kedawung, kecamatan Mumbulsari, Jember, geger
karena seorang penduduk desa menemukan orok bayi yang telah tak ber-
nyawa lagi. Penduduk langsung menaruh curiga pada Rantil, sebuah nama
pinjaman, yang kini harus dibina di LP Wanita Klas IIA Wanita Malang.
Sejak berusia liga belas tahun Rantil harus bekerja sebagai buruh lani
membantu orang tuanya. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, Rantil
tampak semakin dewasa. Muncullah kemudian seorang pemuda, sebut saja
si Karno, menggada Rantil dengan mengumbar rayuan, dan janji yang
sempal meluluhkan hati Ranti!. Ringkas kata, mereka menjalin hubungan
setingkat pacaran. Rayuan Kamo tampaknya ampuh', membuat . , R~ntil
semakin mabuk kepayang. Akhimya, pada hari, tanggal, dan bulan ~ang ia
lupa, Karno berhasil mereguk keperawanan Rantil di scbuah gudang padi.
WUllilu 491

Hubullgan salu tubuh ini pun mereka lakukan berulang kali, katanya lebih
dariJ.ima kali, setiap mereka memiliki kesempatan.
Apa yang terjadi kemudian? Rantil hamill Rantil dan Kamo tampak
luklll dan sekalig,us bingung dengan kenyataan ini. Mere~1l berusaha meng·
gugurkan kandungan Rautil, dengan berbagai usaha dan cara. Berhasil? Ah,
ternyula tidak. Ramil mulai menggugat Kamo untuk segera mengesahkan
pcrkawinan mereka. Dengan berbagai dalih, Kamo me!lghindar dari tang-
gung jawabnya. Pada suatu hari ketika kandungan Rantil memasuki usia enam
bulan, Kamo pamit bekerja ke kota. Sejak saat itu Kamo tidak ada beritanya'
lagi.
Pad a suatu mal am di bulan Januari 1988, Rantil merasa akan melahir-
kan bayiuya. la masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam. Benar juga,
bayi Rantil pun lahir. Dalam pikiran yang kacau, beban rasa malu yang
• beral , takut , benci, dan sakit hati , bayi itu pun menjadi korban ibunya
sClllliri. Untuk menyembunyikan kelahiran itu dengan cara menyumbat
mulut bayinya, agar tidak diketahui orang lain. Akhimya, bayi mungil yang
tak berdosa itu pun meninggal dunia. Dengan perasaan takut, menyesal, dan
berdosa, ia membuang mayat bayinya ke dalam sumur.
Rautil kini harus menjadi salah satu penghuni LP Wanita selama dua
setcngah tahun alas putusan PN Jember. Sementara ia menjalani pem-
binaan di dalam LP, lak secuil be rita pun datang dari sang kekasih yang
pernah mengumbar janji ketika mereguk kenikmatan bersama dahulu.

DlSKUSI dan REKOMENDASI


Bacon , seperti dikutip Bonger (1962), pernah mengungkapkan bahwa
mengetahui sesuatu yang sebenarnya adalah mengetahui sebab-sebabnya.
Artinya, untuk dapat mengerti suatu gejala yang sebenamya, maka kita
harus memahami sebab-sebab yang ada dibalik gejala tersebut. llustrasi
lima kasus dari penghuni LP Wanita Malang di atas, memberikan wawasan
kepada 'kita: mengapa wanita melakukan kejahatan? Dengan memahami
sebab-sebab yang tersurat maupun tersira! daJam paparan kasus-kasus di atas,
maka diperoleh wawasan yang lebih luas tentang wanita dan kejahatan,
sehingga kita menjadi lebih bijaksana dalam mengkaji kasus-kasus ke-
jahatau yang dilakukan oleh wanita.
Jika dilihat dari tipe-tipe kejahatan yang diintroduksi Ruth S. Cavan,
seperti dikutip Bawengan (1973), maka kasus-kasus kejahatan di atas di
kategorikan sebagai the episodic criminality, yakni kejahatan yang dilakukan
karena dorongan emosi yang tak mampu terkendalikan lagi. Dalam kasus-
kasus episodic criminality, pelaku mengejawantahkan dorongan emosi yang
maha dahsyat dari dalam dirinya, sehingga tak mampu dikendaJikan oleh akal
sehatnya. Gejolak emosional ini dapat mencuat secara mendadak seketika
itll juga, atau mengendap terlebih dulu menjadi perasaan dendam yang
sewaktu-waktu meledak menjadi perilaku yang tak mampu dikendalikan oleh
akal sehatnya.

Ok/ober 1990
492 Hukum ,dan Pembangunan

Dari sisi yang lain, jika dilihat dari sisi viktimologi, maka peranan
korban besar sekali dalarn kasus kejahatan tersebut. Interaksi antara pelaku
dengan korban merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan untuk
memaharni kejahatan pembunuhan. Dalarn kaitan ini Hans von Hentig, cikal
bakal yang mengembangkan ilmu tentang !<orban kejahatan (victimoiogy),
mengatakan bahwa pelaku dan korban merupakan· dua bingkai suatu ke-
jahatan yang tak terpisahkan satu sarna lain (the duet frame of crime).
Dalam kasus-kasus tertentu, korban juga memiliki peranan-penting, mem-
punyai andil, untuk terjadinya suatu kejahatan. Karena itu, korban semes-
tinya juga turut bertanggung jawab dalarn kejahatan (Von Hentig, 1955;
Gosita, 1983; SahetflPY, 1985; "Nurjaya, 1986). Karena itu, dengan me-
mahami ilustrasi kasus-kasus di atas, maka kaum pria kiranya patut
waspada . agar -tidak menawarkan atau bahkan memasok andil dalarn ke·.
jahatan yang dilakukan wanita, melalui tutur kata, sikap,.atau tindakan.yang
memandng emosi dalam hubungan suami isteri,hubung\ln pacaran, atau i"
hubungan-hubungan khusus seperti "the other man/woman", yang -kini
menjadi buah tutur menarik dalam masyarakat.
Uraian teoritis dan realitas tentang wanita dan kejahatan ini menawar-
kan rekomendasi dan implikasi yang patut dipertimbangkan dan diberi per-
hatian secara khusus dimasa mendatang, seperti:
(I) penanganan kasus-kasus kejahatan yang dilakukan oleh wanita hendaknya
memberi perhatian secara seksarna mengenai latar belakang kondisi
biologis dan psikologis, yang menyebabkan wanita melakukan ke-
jahatan. Dari sisi akademik, untuk hal yang satu itii mungkin menarik
dilakukan penelitian yang lebih spesifik dan mendalam mengenai
hubungan periode kehamilan, menstruasi, atau menopause, dengan ke-
jahatan yang dilakukan wanita;
(2) kemajuan teknologi di bidang pertanian temyata mempengaruhi
I{uantitas dan kualitas kejahatan di daerah pedesaan. Dari hasil peneli-
tian penulis di LP Wanita Malang ditemukan sebanyak 41,2 Ufo, dari
Napi yang melakukan kejahatan terhadap ,. nyawa, menggunakan racun
-

hama tanaman untuk menghabisi nyawa korbannya. Karena itu,


mekanismepenjualan, penyimpanan, dan penggunaan obat-obatan
hama tanaman, yang dengan bebas digunakan oleh petani di daerah
pedesaan,perlu semakin diperketat. Dalam kaitan ini, mungkin menarik
dilakukan penelitian secara lebih mendalam mengenai dampak teknolog~
pertanian terhadap kuantitas dan kualitas kejahatan di daerah pedesaan;
(3)dalam tahap-taHap pembinaan Napi di LP Wanita perlu ' dilakukan
perlakuan-perlakuan secara khusus oleh petugas, dengan menggunakan
pendekatan latar belakang sosial budaya masing-masing Napi; selain
pendekatan melalui ajaran agama yang dianut masing-masing NapL Hal
ini tentu sangat berguna bagi Napi untuk mengurangi penderitaan
psikologis selama di dalam LP. Hal ini juga dalain rangka llenge-
jawantahan .
sistem pemasyarakatan yang telah diCanangkan pen1erintah
' ! ' ,' .
Waf/ita 493

sejak 1964. Mungkin menarik dilakukan penelitian yang berkisar pada


'pcnderitaan psikologis yang dialami Napi selama menjalani masa pi dana
di LP.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, Pamela dan Claire Wallace. An Introduction to Sociology :


Feminist Perspectives, Routledge, London, 1990.
Bonger, W.A. Pengantar tentang kriminologi. Terjemahan R.A. Koesnoen,
PT. Pembangunan Jakarta, 1962.
Bawengan, Gerson. Pengantar Psikology Keriminil. Pradnya Paramita,
Jakarta, 1982.
Chesney-Lind, Meda. "Female Offenders" : Paternalism Reexamined.
Dalam Laura L. Crites dan 'Winifred L. Hepperle, Women, the Courts,
and Equality, Sage Publications, London, 1987.
Docherty, Chris . "Female Offenders". Dalam Sheila Mclean dan Noreen
Barrows, Tbe Legal Relevance of Gender, Some Aspects of Sex Based
Discrimination, McMillan Press, London, 1988.
Gosita, Arif. Masalah Koman Kejahatan, Kumpulan Karangan,
Akademika Pressindo, Jakarta, 1983.
Hentig, Hans von. "The Victim and the Criminal". Dalam Clyde B.
Vedderel. a!. Criminology a Book Readings, the Dryden Press,
New York, 1955.
Nurjaya, I Nyoll'.aq .. _"Relevansi Viktimologi dalam rangka Pencegahan
Kejahatan", dalam Arena Hukum No. I Tahun XIII, 1986.
Nurjaya, I Nyoman, et. a!. "Wanita dan Kejahatan: Studi tentang Sebab·
sebab Wanita Melakukan Kejahatan Pembunuhan", laporan penelitian
yang tidak dipublikasi, 1989.
Yun. "Wanita Cenderung Bertindak Kriminal Menjelang Haid". Dalam
Kompas, 13 Maret 1989.
Putry. "Melongok Penjara Wanita Bulu di Semarang" . Dalam Pertiwi
No. 75 Maret 1989.
Sahetapy, J. E. Kausa Kejabatan dan Beberapa Analisa Kriminologik.
Alumni, Bandung, 1981.
_ _ _ _ _ . "Viktimologi, sebuah Catalan Pengantar ". Makalah
tidak dipublikasi, 1985.
Soenaryo. Pedoman Mempelajari IImu Criminologi. Yayasan An Nur,
Yogyakarta, 1977.
Soesilo, R. Kriminologi (Pengetabuan tentang Sebab-sebab Kejabatan).
Politeia, BogW, 1976;
Soewarni. "Wanita dan Kriminalitas, Sebuah Tinjauan Empirik", 1984.
Makalah tidak dipublikasi.
Sulistyadi, Happy. "Pembunuhan dalam Keluarga". Dalam Tempo
No. 24 Tahun XVIII Agustus 1988.

OklOber /990
494 Hukum dan Pembangunan

Sutherland, Edwin H. dan''oonlUd R: Cressey. The Prin~iples of Crimino-


logy. J. B. Lippincott Co, New York, 1960.
Taylor, lan, et. al. The New Criminology: For a Social Theory of Deviance.
Routlegde & Kegan Paul, London, 1973.
Tedjasukmana, Enggawati. "Kejahatan oleh Wanita". Dalam .Liberty
No. 1697 Tahun XXXVI Maret 1989.
.',
'"
.~~~.
...
,.'" - ~
"

~,. ~kz neen,1aniu anaQ.--...,


ANDA MEMBUTUHKAN BUKU
DAN PENERBITAN HUKUM l '
/(ebe~uIQn 'Buku ita" Peile;bitan yang dimaksud tidak ,ada di ,
kota anda, padf1:hal anda amat memerlukanl'iya. ' •

Hubungi kami dengan surat dOnlsertakan perangko balasan


liidalamnya. ,
Kami akali'segera membatitu anda
Tata Usaha
Majalah

JI. Cirebon 5 Telp, (021) 335432 Jakarta Pusat ,

It is better to prevent crin:res than to punsih them.


Lebih baik
, mencegah kejahatan daripada men hukumnya, '

(C.B. Marchese di Beccaria)


oJ

Anda mungkin juga menyukai