REFERAT
OLEH :
Sultan Govinda
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Indonesia.
1
BAB I
PENDAHULUAN
penyakit katup, yaitu inkompetensi katup (insufisiensi katup dan regurgitasi) atau
penyakit jantung rematik di seluruh dunia, dengan sekitar 282.000 kasus baru dan
233.000 kasus kematian karenanya setiap tahun (Curtin & Griffin, 2010). Rasio
kejadian antara wanita dan pria adalah 2:1 (Braunwald, 2001; Grose & Schub 2012
Faktor usia meningkatkan risiko kalsifikasi katup mitralis (Grose & Schub,
2012). Kejadian penyakit katup jantung meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Keterkaitan antara penyakit katup jantung degeneratif, usia tua dan peningkatan usia
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pendahuluan
Mitral stenosis saat ini masih merupakan kelainan katup yang cukup sering
yang diawali dengan radang tenggorokan yang disebabkan oleh kuman streptococcus
Prevalensi kejadian mitral stenosis di Amerika Serikat yaitu 0,1 % dan di Eropa
berasarkan Euro Heart Survey mencapai 9%. (2) Angka kejadian penyakit mitral
stenosis di Indonesia tidak ketahui dengan pasti. Berdasarkan data yang dilaporkan
oleh Hasnul et al, mitral stenosis yang diakibatkan demam rematik di RSUP Dr. M
Djamil Padang selama 4 tahun (2009-2012) sebanyak 17,6% dari seluruh katup.(2)
Stenosis mitral (SM) merupakan kondisi obstruksi aliran darah ke ventrikel kiri
akibat adanya halangan pembukaan katup atau yang disebut juga dengan
pengurangan mitral valve area (MVA) secara sempurna saat fase pengisian diastolic
ventrikel kiri. Pengurangan MVA terjadi akibat inflamasi seperti penyakit jantung
lain yang cukup jarang terjadi berupa mitral stenosis congenital, karsinoid, systemic
lupus eritematosus (SLE)¸ deposit amiloid, rheumatoid arthritis, dan kalsifikasi annulus
daun katup.(3)
2.1.2 Definisi
3
Mitral Stenosis (MS) adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari
atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. (4)
Penyakit jantung rematik (PJR) adalah penyebab utama terjadinya mitral stenosis.
Selain itu, dapat pula disebabkan oleh penuaan katup. Stenosis terjadi secara
2.1.3 Etiologi
karditis akut. Penyebab lain seperti malignant carsinoid disease, sistemik lupus
seperti mitral stenosis congenital. Pada penelitian yang dilakukan Iwataki et al, pasien
dengan stenosis aorta degeneratif dapat menyebabkan stenosis mitral nonreumatik. (6)
2.1.4 Epidemiologi
sampai 200 / 100.000 per tahun, dimana serangan pertama demam rematik akut
rematik (PJR) terus menurun, tetapi di negara berkembang seperti Indonesia, PJR
masih sering dijumpai. Sayangnya, data resmi di Indonesia mengenai penyakit ini
belum ada. Diperkirakan kejadian di negara Asia yang sudah maju seperti Korea dan
4
2.1.5 Faktor resiko
Faktor resiko seseorang dapat mengalami mitral stenosis, antara lain: (7)
1. Jenis Kelamin
namun pada mitral stenosis perempuan berpotensi 2-3 kali dibanding laki-
laki.
2. Usia
2.1.6 Patofisiologi
Pada stensosis mitral akibat demam rematik akan terjadi proses peradangan
(valvulitis) dan pembentuan nodul tipis disepanjang garis penutupan katup. (8) Proses
perusakan katup mitral pada demam rematik sebetulnya adalah suatu proses antigen-
antibodi atas infeksi kumman streptokokus beta hemolitikus grup A. Antibodi terbentuk
ternyata tidak hanya menyerang kuman tersebut, tetapi juga menyerang katup mitral
Proses perusakan/ perubahan yang terjadi tidak hanya melibatkan daun katup
mitral saja, tetapi juga annulus katup. Katup mitral yang terkena rematik akan
menebal, mengalami fibrosis dan terjadi perlengketan pada tepi katup. Hasil akhir dari
5
proses patologis ini adalah penyempitan area katup mitral seperti mulut ikan (fish
Pada keadaan normal katup mitral mempunyai ukuran 4-6 cm2, bila area
orifisium katup berkurang sampai 2 cm2, maka diperlukan upaya aktif atrium kiri
berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral yang normal dapat
terjadi.(8) Hambatan aliran darah pada katup mitral ini akan menyebabkan dilatasi
atrium kiri maupun vena pulmonalis yang kemudian akan menyebabkan peningkatan
tekanan vena pulmonalis. Proses ini bila berlangsung lama dapat menyebabkan
pulmonal.(4)
Pada saat aktivitas fisik meningkat, frekuensi denyut jantung juga meningkat,
sehingga fase diastolic memendek dan waktu yang diperlukan untuk mengosongkan
atrium kiri pendek. Akibat dari kondisi ini, terjadilah peningkatan tekanan diatrium kiri
penyempitan area katup 2-2,5 cm2 atau kurang, dimana pada keadaan tersebut saat
peningkatan gradient transmitral dan tekanan atrium kiri.(6) Pada MS yang berat
dengan area katup kurang dari 1 cm2, peningkatan gradient katup mitral dan tekanan
atrium kiri akan menyebabkan transudasi cairan ke dalam interstitium paru dan
dyspnea saat istirahat. Hemoptisis dapat terjadi apabila vena bronchial pecah dan
6
2.1.7 Klasifikasi mitral stenosis
Derajat berat ringannya stenosis mitral, dapat dinilai berdasarkan luasnya area
Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas area katup
mitral menurun sampai seperdua dari normal (<2-2.5 cm2). Dengan bertambah
sempitnya area mitral maka tekanan atrium kiri akan meningkat bersamaan dengan
progresi keluhan. Apabila area mitral <1 cm2 yang berupa stenosis mitral berat maka
Keluhan yang lazim dirasakan pasien dengan MS adalah lekas lelah, sesak
nafas bila beraktivitas (dyspnea d’effort) yang makin lama makin berat. Pada MS yang
berat, keluhan sesak nafas dapat timbul saat tidur malam (nocturnal dyspnea), bahkan
keluhan berdebar bila ada irama jantung fibrilasi atrium. Pada keadaan lebih lanjut
bisa ditemukan batuk darah (hemoptysis), akibat pecahnya kapiler pulmonalis karena
7
Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral seperti
Pemeriksaan fisik dapat dijumpai malar facial flush, gambaran pipi yang merah
keunguan yang dikenal sebagai wajah mitral (mitral facies) akibat curah jantung yang
rendah (low cardiac output). Auskultasi dapat dijumpai adanya S1 akan mengeras, hal
ini hanya terjadi bila pergerakan katup mitral masih fleksibel. Bila sudah terdapat
kalsifikasi dan atau penebalan katup mitral, S1 akan melemah. S2 akan mengeras
sebagai akibat adanya hipertensi pulmonal. Opening snap terdengar akibat gerakan
katup mitral ke ventrikel kiri yang mendadak berhenti.(9) Opening snap menandai daun
katup mitral yang masih lentur ketika membuka pada fase diastolic. Selain itu,
terdengar bising/murmur mid diastolic di daerah apeks jantung. Panjang murmur ini
mencerminkan beratnya MS. Agar lebih jelas terdengar, gunakan stetoskop bel dan
miringkan pasien ke kiri. Pada MS berat dengan aliran melalui katup mitral yang keci,
S1, OS, dan bising mid diastole mungkin tidak terdengar lagi.(4)
memberikan gambaran fibrilasi atrium. Pada foto rontgen toraks ditandai dengan aorta
yang relatif kecil, pinggang jantung mendatar atau bahkan mencembung (pembesaran
8
Gambar 1. Foto rontgen toraks pasien MS
untuk menegakkan diagnosis MS. Terlihat penebalan dan pengapuran katup mitral
serta apparatus subvalvular, gerakan katup mitral yang terbatas sehingga bentuk
2.1.9 Penatalaksanaan
paroxysmal), mengendalikan ventricular rate jika ada fibrilasi atrium, dan mencegah
Pada pasien yang mengalami MS dengan fibrilasi atrium maka pemakaian digitalis
diuretik. Diet rendah sodium dan nitrat dapat membantu menurunkan preload. (6)
9
Selain menggunakan terapi medikamentosa, penatalaksanaan MS juga dapat
dilakukan dengan cara intervensi mekanik meliputi intervensi bedah dan intervensi
dengan jelas keadaan katup mitral dan apabila diduga adanya thrombus di
dalam atrium.
yang harus diperhatikan sebelum dilakukan PBMV adalah ada tidaknya kebocoran
katup mitral. Selain itu, skor Wilkins <10 juga menjadi salah satu syarat. Disamping
skor Wilkins, tindakan intervensi perkutan ini mensyaratkan tidak adanya thrombus
di atrium kiri, karena thrombus ini bisa terlepas pada waktu tindakan sedang
10
2.1.10 Guideline Mitral Stenosis27
stenosis mitral dan untuk menilai tingkat keparahan dan dampak hemodinamiknya.
11
Secara umum, indikasi untuk intervensi harus dibatasi pada pasien dengan
stenosis mitral yang signifikan secara klinis (sedang hingga berat) (area katup <1,5
cm2). Namun, PMC dapat dipertimbangkan pada pasien bergejala dengan area
katup> 1,5 cm2 jika gejala tidak dapat dijelaskan oleh penyebab lain dan jika
pasien dengan kalsifikasi ringan hingga sedang atau gangguan subvalvular yang
12
Diuretik, beta-blocker, digoxin, atau CCB dapat memperbaiki gejala untuk
2.1.11 Kesimpulan
1. Mitral Stenosis (MS) adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari
atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral.
stenosis
13
3. Mitral stenosis banyak terjadi pada dekade keempat hingga keenam kehidupan
intevensi.
2.2.1 Pendahuluan
yang melintasi katup jantung. Katup normal memiliki dua ciri aliran yang penting:
aliran searah dan aliran yang tidak dihalangi. Katup akan membuka bila tekanan
dalam ruang jantung yang terletak di proksimal katup lebih besar dari tekanan dalam
ruang atau pembuluh darah di sebelah distal katup. Sebaliknya katup akan menutup
bila tekanan distal lebih besar daripada tekanan dalam ruang di proksimal katup.
Misalnya katup atrioventrikularis akan membuka bila tekanan dalam atrium lebih besar
daripada tekanan dalam ventrikel, dan akan menutup bila tekanan ventrikel lebih
besar daripada tekanan atrium. Daun katup sedemikian responsifnya sehingga sedikit
perbedaan tekanan (kurang dari 1 mmHg) antara dua ruang jantung, sudah mampu
fungsional: (1) regurgitasi – daun katup tidak dapat menutup rapat sehingga darah
14
mengalami hambatan. Insufisiensi dan stenosis dapat terjadi bersamaan pada satu
katup, dikenal sebagai “lesi campuran” atau terjadi sendiri yang disebut sebagai “lesi
murni”. 1,3
memaksa jantung memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah
yang mengalami regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja
mengatasi resistensi terhadap aliran yang meningakat, karena itu akan meningkatkan
volume kerja dan tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi ruang
2.2.2 Definisi
Regurgitasi mitral adalah suatu keadaan di mana terdapat aliran darah balik dari
ventrikel kiri ke dalam atrium kiri pada saat sistol, akibat tidak dapat menutupnya katup
mitral secara sempurna. Dengan demikian, aliran darah saat sistol akan terbagi dua:1,2
Ke atrium kiri.
15
2.2.3. Etiologi
Etiologi MR akut
o Endokarditis infektif
o Trauma
MR karena iskemia akut: MR yang terjadi karena iskemia akut dapat dijelaskan
sebagai berikut. Akibat adanya iskemia akut, maka akan terjadi gangguan
fungsi ventrikel kiri, annular geometri atau gangguan fungsi muskulus papilaris.
Pada infark akut, dapat terjadi ruptur dari muskulus papilaris, satu atau
keduanya. Selanjutnya timbul edema paru, syok dan kematian. Namun apabila
hanya satu muskulus papilaris yang ruptur, biasanya walau klinisnya berat,
namun kemungkinan masih bisa diatasi. Ruptur muskulus papilaris pada infark
akut biasanya timbul antara hari kedua sampai hari kelima, klinisnya berat,
biasanya perlu tindakan operasi. MR juga bisa timbul sebagai kelanjutan dari
timbul MR.3,4
dari miokard yang tidak proporsional dan bisa asimetris, yang berakibat kedua
16
muskulus papilaris berobah posisi, akibatnya tidak berfungsi dengan
Etiologi MR kronik
Etiologi MR kronik sangat banyak. MR kronik dapat terjadi pada penyakit jantung
valvular yang berlangsung secara “slowly progressive”, seperti pada penyakit jantung
rematik. Dapat juga terjadi sebagai konsekuensi lesi akut seperti perforasi katup atau
ruptur korda yang tidak pernah memperlihatkan gejala-gejala akut, namun dapat
diadaptasi sampai timbul bentuk kronis dari MR. Beberapa jenis etiologi MR kronik
MR karena reumatik
Biasanya disertai juga dengan stenosis mitral berbagai tingkatan dan fusi dari
“commisura”, hanya sekitar 10% kasus rematik mitral murni MR tanpa ada
stenosis. Biasanya lesi rematik dapat berupa retraksi fibrosis pada apparatus
valvuler, yang mengakibatkan koaptasi dari katup mitral tidak berfungsi secara
MR Degeneratif
Yang paling sering penyebabnya adalah mitral valve prolapse (MVP), di mana
terjadi gerakan abnormal dari daun katup mitral ke dalam atrium kiri saat sistol,
katup.4
17
MR karena iskemia atau MR fungsional
fungsional dapat juga terjadi akibat dilatasi ventrikel kiri, aneurisma ventrikel,
2.2.4 Patofisiologi
MR akut
Pada MR primer akut, atrium kiri dan vetrikel kiri yang sebelumnya normal-
normal saja, tiba-tiba mendapat beban yang berlebihan (“severe volume overload”).
Pada saat sistol atrium kiri akan mengalami pengisian yang berlebihan, di samping
aliran darah yang biasa dari vena-vena pulmonalis, juga mendapat aliran darah
tambahan dari ventrikel kiri akibat regugirtasi tadi. Sebaliknya pada saat diastol,
volume darah yang masuk ke ventrikel kiri akan mengalami peningkatan yang berasal
dari atrium kiri yang mengalami volume overload tadi. Dinding ventrikel kiri cukup tebal
akan berlangsung secara maksimal, yang selanjutnya pasien masuk dalam keadaan
dekompensasi jantung kiri akut. Tekanan atau volume ventrikel kiri yang berlebih
paru yang akut. Pada saat yang bersamaan pada fase sistol di mana ventrikel kiri
mengalami volume overload dan tekanan di ventrikel kiri mengalami volume overload
18
dan tekanan di ventrikel kiri meningkat, tekanan after load berkurang akibat regurgitasi
ke atrium kiri yang bisa mencapai 50% dari strok volume ventrikel kiri. Aliran darah ke
aorta (sistemik) akan berkurang karena berbagi ke atrium kiri. Akibatnya cardiac
output akan berkurang walaupun fungsi ventrikel kiri sebelumnya masih normal atau
bahkan diatas normal. Pada keadaan seperti ini, pasien akan memperlihatkan gejala-
gejala gagal jantung kiri akut, kongesti paru, dan penurunan cardiac output. 1,4
MR kronik
Tidak sempurnanya koaptasi dari kedua daun katup mitral pada fase sistol,
menimbulkan ada pintu/celah terbuka (“regurgitant orifice”) untuk aliran darah balik ke
atrium kiri. Adanya “systolic pressure gradient” antara ventrikel kiri dengan atrium kiri,
akan mendorong darah balik ke atrium kiri. Volume darah yang balik ke atrium kiri
disebut “volume regirgitatant”, dan presentase regurgitant volume dibanding dari total
ejection ventrikel kiri, disebut sebagai fraksi regurgitan. Dengan demikian pada fase
sistole, akan terdapat beban pengisian atrium kiri yang meningkat, dan pada fase
diastol, beban pengisian ventrikel kiri juga akan meningkat, yang lama kelamaan akan
Pada MR kronis, terjadi dilatasi ventrikel kiri, walau lebih ringan ketimbang pada
regurgitasi aorta (AR), pada tingkat regurgitasi yang sama. Tekanan volume akhir
diastol (“end diastolic volume”) dan regangan dinding ventrikel (“wall stress”) akan
meningkat. Volume akhir sistol akan meningkat pada MR kronik, meskipun demikian,
regangan akhir sistole dinding ventrikel kiri biasanya masih normal. Selanjutnya
massa ventrikel kiri pada MR akan meningkat sejajar dengan besarnya dilatasi
ventrikel kiri.1,4
19
Fungsi ventrikel kiri sulit dinilai karena ada perubahan pada preload dan after
load. After load lebih sulit lagi dinilai karena ada aliran darah regurgitasi ke atrium kiri,
yang sedikit banyak akan mengurangi tahanan pengeluaran darah dari ventrikel kiri,
padahal pengukuran after load dan regangan akhir dinding ventrikel kiri masih dalam
batas normal. Bagaimanapun juga, terdapat korelasi terbalik antara tekanan akhir
Petunjuk yang cukup komplek dengan memakai after load seperti regangan
akhir sistolik dinding ventrikel kiri atau elastan maksimum yang disejajarkan dengan
volume ventrikel kiri, dapat dipakai sebagai pengukur perubahan fungsi ventrikel kiri
ventrikel kiri juga biasanya berkurang akibat bertambahnya diameter rongga ventrikel
kiri. 1,4
kelainan primer terdapat pada ventrikel kiri, di mana kontraktilitas dinding ventrikel
sangat berkurang, padahal daun katup mitral itu sendiri masih normal. MR
kebanyakan tidak sejajar dengan derajat disfungsi ventrikel kiri, tetapi lebih
biasanya sedikit dan dilatasi ventrikel kiri biasanya tidak proporsional dengan derajat
MR. Tetapi MR fungsional punya arti klinis yang penting, berhubungan dengan
peninggian volume dan tekanan di atrium kiri, dan suatu pertanda penyakit
20
miokardium yang sudah lanjut. MR fungsional sangat efektif diobati dengan
vasodilator. 1,4
MR akut
dapat diperberat oleh adanya ruptur chordae, umumnya ditandai oleh sesak nafas dan
rasa lemas yang berlebihan, yang timbul secara tiba-tiba. Kadang ruptur korda
ditandai oleh adanya nyeri dada, orthopnea, paroxysmal nocturnal dispnea dan rasa
akut. MR akut akibat iskemia berat, dapat diperkirakan pada kasus dengan syok atau
gagal jantung kongestif pada pasien dengan infark akut, terutama bila didapatkan
adanya murmur sistolik yang baru, walau kadang tidak ditemukan murmur sistolik
pada MR akut akibat iskemia, karena dapat terjadi keseimbangan tekanan darah di
dalam ventrikel kiri dan atrium kiri, yang dapat menimbulkan lamanya murmur
MR kronik
asimptomatik atau gejala minimal untuk bertahun-tahun. Rasa cepat capek karena
cardiac output yang rendah dan sesak nafas ringan pada saat beraktivitas, biasanya
edema paru bahkan hemoptisis dapat juga terjadi.Gejala-gejala berat tersebut dapat
21
dipicu oleh fibrilasi atrial yang baru timbul atau karena peningkatan derajat regurgitasi,
Sedangkan periode transisi dari akut menjadi kronik MR, dapat juga terjadi
misalnya dari gejala akut seperti edema paru dan gagal jantung dapat mereda secara
progresif akibat perbaikan performance ventrikel kiri atau akibat pemberian diuretika.
1,4
2.2.6 Klasifikasi
terdorong ke lateral/kiri sesuai dengan pembesaran ventrikel kiri. Thrill pada apeks
pertanda terdapatnya MR berat. Juga bisa terdapat right ventricular heaving, bisa juga
22
Pada palpasi biasa didapatkan Carotid upstroke jelas, pada auskultasi
didapatkan bunyi jantung S1 melemah, splitting bunyi jantung S2, komponen bunyi
Gambaran EKG pada MR tidak ada yang spesifik, namun fibrilasi atrial sering
LBBB bisa terlihat sedangkan pada MVP bisa terlihat perubahan segmen ST-T yang
tidak spesifik. Pada keadaan dengan irama sinus, tanda-tanda dilatasi atrium kiri
(LAH) dan dilatasi atrium kanan (RAH) bisa ditemukan apabila sudah ada hipertensi
pulmonal yang berat.Tanda-tanda hipertrofi ventrikel kiri (LVH) bisa juga ditemukan
pada MR kronik
kiri.Juga tanda-tanda hipertensi pulmonal atau edema paru bisa ditemukan pada MR
2.2.10 Ekokardiografi 4
Ekokardiografi Doppler saat ini merupakan alat diagnostik yang utama pada
pemeriksaan pasien dengan MR. Dengan Eko Doppler, dapat diketahui morfologi lesi
katup mitral, derajat atau beratnya MR. Juga mengetahui beratnya MR. Juga
23
mengetahui fungsi ventrikel kiri dan atrium kiri. Dengan eko bisa diketahui etiologi dari
MR.
sangat akurat dalam mendeteksi dan estimasi dari MR. Atrium kiri biasanya dilatasi,
dapat diukur besarnya ventrikel kiri, massa ventrikel kiri dan tekanan dinding ventrikel,
dan fraksi ejeksi dapat dikalkulasi atau diestimasi. Volume ventrikel juga dapat diukur
2.2.11 Penatalaksanaan
terapi utama untuk tujuan ini. Vasodilator arterial dapat mengurangi resistensi valvuler,
meningkatkan aliran pengeluaran dan bersamaan dengan ini akan terjadi juga
life sanagt pendek, sehingga mudah dititrasi, apalagi bila diberikan dengan
sebaiknya pemberian sodium nitroprusid harus dihindari. Intra Aortic Balloon Counter
mana diharapkan dapat mengurangi after load dan meningkatkan forward output
24
(pengeluaran darah dari ventrikel kiri). Penggantian katup mitral baru bisa
terhadap demam rematik. Untuk pasien dengan AF perlu diberikan digoksin dan atau
merupakan obat pilihan utama pada sindrom MVP, di mana sering ditemukan keluhan
berdebar dan nyeri dada.Diuretika sangat bermanfaat untuk kontrol gagal jantung, dan
untuk kontrol keluhan terutama sesak nafas. ACE inhibitor dilaporkan bermanfaat
Terapi Operasi
Ada dua pilihan yaitu rekonstruksi dari katup mitral dan penggantian katup
mitral. Ada beberapa pendekatan dengan rekonstruksi valvular ini, tergantung dari
morfologi lesi dan etiologi MR, dapat berupa valvular repair misalnya pada MVP,
cermat, dan performance dari ventrikel kiri. Namun kadang saat direncanakan
25
Penggantian katup mitral, dipastikan apabila dengan rekonstruksi tidak
apakah pakai katup mekanikal di mana ketahanan dari valve mechanical ini sudah
terjamin, namun terdapat risiko tromboemboli dan harus minum antikoagulan seumur
hidup, atau katup bioprotese (biologic valve) di mana umur valve sulit diprediksi,
Kapan tindakan penggantian katup dilakukan masih banyak para ahli yang
belum sepaham, namun ada kecenderungan semakin cepat semakin baik, sebelum
26
2.2.12 Guideline Mitral Regurgitasi27
27
28
2.3 STENOSIS AORTA
2.3.1 Pendahuluan
selalu disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan
penyakit jatup jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai
hidup rata-rata pada orang yang hidup di negara industri dibandingkan dengan
29
Di Amerika Utara dan Eropa Barat, stenosis katup aorta merupakan
penyakit utama pada orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan
jaringan parut dan penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup
aorta seperti ini timbul setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru
Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada
masa kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada
2.3.2 Definisi
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup
Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta membuka secara
maksimal sehingga menghalangi aliran darah mengalir dari jantung menuju aorta.
Dalam keadaan normal, katup aorta terdiri dari 3 kuncup yang akan menutup dan
Pada stenosis katup aorta, biasanya katup hanya terdiri dari 2 kuncup sehingga
lubangnya lebih sempit dan bisa menghambat aliran darah. Akibatnya ventrikel kiri
harus memompa lebih kuat agar darah bisa melewati katup aorta. 1
2.3.3 Etiologi
Pada orang dewasa stenosis aorta terjadi karena kalsifikasi dari katup aorta
yang pada umumnya sering terjadi pada kelainan kongenital katup aorta bikuspid
karena katup aorta bikuspid dan 4% katup aorta unikuspid. Proses terjadinya
perburukan dan kalsifikasi pada katup aorta bukan merupakan proses yang pasif,
30
melainkan terjadi karena proses aktif yang melibatkan banyak faktor seperti
perkembangan dan progresi dari kalsifikasi pada stenosis aorta seperti LDL,
yang terkadang membuat katup menjadi bikuspid. Kondisi ini menjadikan katup
lebih rentan terkena trauma dan dapat mengarah pada terjadinya fibrosis,
kalsifikasi, dan penyempitan lebih jauh. Ketika obstruksi aliran ventrikel kiri
menyebabkan kecacatan klinis yang serius, daun katup biasanya sudah tampak
seperti massa berkalsifikasi yang kaku, dan pada keadaan ini sangat sult untuk
2.3.4 Epidemiologi
Stenosis aorta adalah penyakit jantung ketiga yang paling umum terjadi di
aorta adalah salah satu indikasi terbanyak untuk tindakan penggantian katup
Amerika Serikat per tahunnya. Banyak studi melaporkan bahwa stenosis aorta
31
adalah masalah kesehatan dunia di negara berkembang dan memberi masalah
2.3.5 Diagnosis
Pada tahap asimtomatik, stenosis aorta ditandai oleh murmur sistolik ejeksi di
basis jantung yang menyebar ke leher, paling keras di daerah aorta dan apeks.
Pada awalnya karena curah jantung masih baik, murmur ini keras dan kasar
puncak mid sistol dan disertai thrill. Pada perkembangannya di mana curah jantung
mulai menurun, murmur ini menjadi lebih halus dengan puncak di akhir sistole.
Pada stenosis aorta kongenital, murmur ini biasanya didahului oleh klik sistolik. 4
kedua melemah atau terdengar hanya satu komponen saja. Bila disertai regurgitasi
aorta akan ditemukan early diastolik murmur. Foto toraks dapat normal tahap awal
karena hipertrofi konsentrik ventrikel kiri. Kalsifikasi aorta dapat terlihat pada
flouroskopi. Pada tahap lanjut akan ditemukan dilatasi post stenotik aorta
desendens, dilatas ventrikel kiri, kongesti paru, pembesaran atrium kiri dan rongga
jantung kanan.4
32
secara langsung tekanan intrakardiak dan aorta. Kateterisasi diperlukan apabila
sebelum pembedahan katup aorta pada pasien yang beresiko terkena penyakit
hipertrofi obstruktif.5
menyempit kira-kira 1cm2. Bahkan AS yang berat pun dapat bertahan selama
untuk menjaga stroke volume yang normal. Ketika gejala muncul, maka perlu
simtomatik sampai dekade ke-enam dan ke-delapan. Pada pasien dewasa dengan
kelainan BAV mengalami disfungsi katup dan gejala yang signifikan dalam waktu
satu sampai dua dekade lebih awal. Dispnea, angina pectoris dan sinkop adalah
33
biasanya terjadi kemudian dan menunjukkan ketidakseimbangan antara
ditemukan, tetapi umumnya terjadi pada pasien dengan usia lebih dari 65 tahun.
Sinkop terjadi karena penurunan tekanan arterial akibat vasodilatasi pada otot
yang digunakan dan vasokonstriksi yang inadekuat pada otot yang tidak
digunakan karena terikat CO, atau akibat CO yang dihasilkan oleh aritmia. 2
gradient, dan aortic valve area. Aortic jet velocity adalah aliran darah yang diukur
pada bagian tersempit dari orifisium aorta pada sat sistol. Aortic jet velocity adalah
terkuat terhadap hasil temuan klinis. Orifisium yang sempit menghasilkan efek
seperti mulut pipa ketika aliran darah melewati katup yang membuka, makin sempit
Mean aortic valve pressure gradien adalah perbedaan antara tekanan ventrikel
kiri yang lebih tinggi dan tekanan aorta yang lebih rendah, yang diukur tepat di atas
katup aorta pada saat sistol. Gradien ini menandakan derajat resistensi valvular
Parameter ini lebih peka terhadap kesalahan pengukuran dibandingkan jet velocity
aortic jet velocity, pressure gradient, dan aortic valve area, tidak satupun
34
menunjukkan keparahan dan progresifitas dari stenosis aorta. Area katup aorta
yang normal adalah 3.0 sampai 4.0 cm 2. Stenosis aorta dianggap penting secara
hemodinamik ketika luas katup kurang dari 1.0 cm 2, tetapi derajat dari obstruksi
gradient, mmHg
2.3.8 Patofisiologi
Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu
beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya, ventrikel kiri menjadi
yang mencolok antara ventrikel kiri dan aorta. Hipertrofi mengurangi daya regang
dinding ventrikel, dan dinding relatif menjadi kaku. Jadi meskipun curah jantung
dan volume ventrikel dapat dipertahankan dalam batas normal, tekanan terakhir
35
Ventrikel kiri mempunyai cadangan daya pompa yang cukup besar. Untuk
memperbesar tekanan tetapi juga memperpanjang waktu ejeksi. Oleh karena itu,
kritis dalam perjalanan stenosis aorta. Titik kritis pada stenosis aorta adalah bila
lumen katup aorta mengecil dari ukuran 3-4 cm2 menjadi kurang dari 0,8 cm2.
Biasanya tidak terdapat perbedaan tekanan pada kedua sisi katup sampai ukuran
2.3.9 Penatalaksanaan
Penggantian katup aorta adalah satu-satunya cara yang efektif untuk keadaan
Tidak ada terapi medis yang terbukti mengurangi progresifitas dari penyakit
katup aorta atau untuk meningkatkan kelangsungan hidup. Tetapi banyak pasien
seperti hipertensi, atrial fibrilasi dan PJK, kondisi-kondisi seperti ini harus
Pasien Simtompmatik
36
yang membandingkan antara penggantian katup aorta dengan pengobatan medis
sebanyak empat kali lipat dalam hal peningkatan angka kelangsungan hidup
menunjukkan gejala stenosis aorta yang berat, gejala – gejala yang terdapat pada
pasien harus dipastikan berasal dari stenosis aorta, meskipun mungkin terdapat
kausa potensial lain seperti CAD. Tetapi, jika hasil ekokardiografi menunjukkan
stenosis aorta yang sedang, pemeriksaan diagnostik lain yang lebih lanjut(
mengatasi angina dapat dilakukan dengan tirah baring, terapi oksigen, pengunaan
blocker dan nitrat harus digunakan dengan hati-hati karena resiko terhadap
penurunan preload dan tekanan darah sistemik pada pasien yang rentan.
Nitrogliserin intravena dosis rendah atau nitrogliserin sub lingual dosis rendah
Sinkop biasanya terjadi saat latihan dan tidak ditangani secara spesifik setelah
37
medikasi anti aritmia atau implantasi untuk pacemaker dan/atau defibrillasi kardiak
digitalis, diuretik dan ace- inhibitor atau angiotensin receptor blocker, dengan
observasi yang ketat terhadap terjadinya reduksi preload yang dapat memicu
jantung lain
38
menggunakan secara transapikal atau
(Aortic Valve Replacement) adalah 1) stenosis aorta dengan simptom yang berat,
operasi CABG; operasi aorta asendens, atau operasi katup lain, 3) pasien
asimptomatik dengan stenosis aorta berat dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri kurang
dari 50% dan 4) stenosis aorta berat asimptomatik dengan exercise test yang
Indikasi kelas 2a untuk AVR adalah 1) pasien beresiko tinggi dengan stenosis
aorta berat asimptomatik yang memenuhi syarat untuk AVR transapikal setelah
normal, 3) stenosis aorta sedang pada pasien yang menjalani CABG, operasi aorta
asendens atau operasi katup lain, 4) pasien stenosis aorta berat simptomatik
dengan fraksi ejeksi ventrikel yang normal dan gradien ynag rendah ( kurang dari
ventrikel kiri, gradien yang rendah dan 6) pasien stenosis aorta berat asimptomatik
tanpa semua ketentuan di atas jika resiko operasi kecil dan peak transvalvular
velocity lebih besar dari 5,5 m/s atau terdapat kalsifikasi yang berat pada katup
39
Transapikal AVR harus dipertimbangkan pada pasien dengan stenosis aorta
berat simptomatik yang tidak dapat menjalani operasi AVR karena komorbiditas
yang berat.
Pasien Asimptomatik
dengan stenosis aorta berat disertai dengan disfungsi sistolik ventrikel kiri ( fraksi
ejeksi < 50%). Ketika stenosis aorta berat menjadi kelainan utama, penggantian
katup aorta adalah terapi life-saving dan dapat memperbaiki fungsi ventrikel kiri.7
Pasien dengan stenosis aorta berat ( area katup aorta < 0,6cm2 atau aortic jet
velocity ≥ 5m/s), peningkatan aortic jet velocity yang cepat sepanjang waktu, atau
kalsifikasi katup yang parah memiliki resiko tinggi untuk menjadi simptomatik dan
membutuhkan operasi penggantian katup aorta dalam waktu satu atau dua tahun
selanjutnya. 7
prediksi kematian operasi 1 % atau kurang ( untuk pasien usia 70 tahun atau lebih
40
Ketika status simptom tidak jelas, ACC/AHA merekomendasikan bahwa
simptom terjadi ketika pasien memiliki rata –rata denyut jantung maksimum < 80%
dari nilai yang diprediksi atau jika pasien memiliki respon tekanan darah yang
abnormal.7
Pedoman untuk terapi medikasi sangat terbatas dan terapi medis saat ini
didasarkan pada konsensus dari para ahli. Dalam beberapa penelitian, terapi statin
beberapa penelitian yang lebih besar, tidak mendukung hal itu. Pedoman saat ini
adalah terapi standar pada pasien dengan stenosis aorta. Saat ini, antibiotik
profilaksis diberikan pada pasien dengan stenosis aorta rematik, untuk mencegah
bakteremia lebih sering terjadi pada kegiatan sehari-hari seperti menyikat gigi,
karena itu, menjaga higiene dan kesehatan oral yang maksimal dapat menurunkan
Prevalensi pasien dengan hipertensi dan stenosis aorta cukup tinggi. Studi dari
2.3.10 Prognosis
41
Survival rate 10 tahun pasien pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar
60% dan rata-rata 30% katup artifisial bioprotesis mengalami gangguan setelah 10
tahun dan memerlukan operasi ulang. Katup metal artifisial harus dilindungi
pasien ini akan mengalami komplikasi perdarahan ringan- berat akibat dari terapi
tersebut. Valvuloplasti aorta perkutan dengan balon dapat dilakukan pada pasien
anak atau anak muda dengan AS kongenital-non kalsifikasi. Pada orang dewasa
42
2.3.11 Guideline Stenosis Aorta27
43
44
2.3.11 Kesimpulan
Stenosis Katup Aorta (Aortic Stenosis) adalah penyempitan pada lubang katup
ventrikel kiri ke aorta. Penyempitan pada Katup aorta ini mencegah katup aorta
Pada orang dewasa stenosis aorta terjadi karena kalsifikasi dari katup aorta
yang pada umumnya sering terjadi pada kelainan kongenital katup aorta bikuspid
Stenosis aorta adalah penyakit jantung ketiga yang paling umum terjadi di
stenosis aorta.
Stenosis aorta bisa tampak asimptomatik, bisa juga tampak simptomatik. Tiga
gejala utama yang timbul pada stenosis aorta adalah dispnea, angina dan sinkop.
pressure dan aortic valve area menjadi ringan, sedang dan berat.
Stenosis aorta menghalangi aliran darah dari ventrikel kiri ke aorta pada waktu
beban tekanan ventrikel kiri meningkat. Sebagai akibatnya, ventrikel kiri menjadi
45
Penggantian katup aorta adalah satu-satunya cara yang efektif untuk keadaan
Survival rate 10 tahun pasien pasca operasi ganti katup aorta adalah sekitar
60% dan rata-rata 30% katup artifisial bioprotesis mengalami gangguan setelah 10
46
2.4 REGURITASI AORTA
2.4.1. Definisi
Regurgitas katup aorta adalah kebocoran pada katup aorta yang terjadi
inkompetensi katup aorta dimana sebagian dari volume curah jantung dari
2.4.2 Etiologi
Penyakit kolagen
Aortitis sifilitka
Diseksi aorta
47
2.4.2.2 Penyakit katup artifisial
Endokarditis bakterialis
Ruptur traumatik
2.4.2.3 Genetik
Sindrom Marfan
2.4.3. Patofisiologi
bilah katup aorta, sehingga masing-masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta
dengan rapat selama diastole dan akibatnya menyebabkan aliran balik darah dari
penyakit seperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi atau
dalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi akan mengalir ke ventrikel kiri
sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu mengirim darah yang
48
secara normal diterima dari atrium kiri maupun darah yang kembali dari aorta.
peningkatan volume ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih dari
pembuluh darah dan arteri perifer melemas sehingga tahanan perifer menurun
kronik. Kerusakan akut akan timbul pada pasien tanpa riwayat insufisiensi
sebelumnya. Ventrikel kiri tidak punya cukup waktu untuk beradaptasi terhadap
artifisial ventrikel kiri. Pada saat aktivitas, denyut jantung dan resistensi vaskular
perifer menurun sehingga curah jantung bisa terpenuhi. Pada tahap lanjut,
tekanan atrium kiri, pulmonary wedge preasure, arteri pulmonal, ventrikel kana
dan atrium kanan meningkat sedangkan curah jantung menurun walaupun pada
waktu istirahat.
Adapun tanda dan gejala yang biasa dirasakan oleh pasien dengan aorta
49
1. Rasa lelah
3. Palpitasi
5. Temuan hemodinamik :
6. Auskultasi : bising diastolik, bising austinflint yang khas, sistoloik ejection click
pressure) karena selisih tekanan sistolik dan diastolik yang besar. Sebagai
akibatnya curah sekuncup (stroke volume) juga menjadi besar. Hal ini
menyebabkan beberapa tanda perifer yang khas, yang dinamai sesuai dengan
a. Pulsasi Corrigan (Corrigan’s pulse): distensi arteri yang cepat dan kuat,
berdenyut.
50
e. Tanda Quincke (Quincke’s sign): pulsasi kapiler yang nampak dengan
f. Tanda Hill (Hill’s sign): tekanan darah sistolik arteri poplitea > 60 mm Hg
ginekologi.
h. Tanda Traube (Traube’s sign): bunyi sistolik dan diastolik yang terdengar
k. Tanda Landolfi (Landolfi’s sign): kontraksi pupil saat sistolik dan dilatasi
l. Tanda Gerhardt (Gerhardt’s sign atau Sailer’s sign): pulsasi limpa bila
tidak spesifik).
menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri, tetapi sering tanpa depresi segmen ST dan
inversi T. pada foto thoraks ditemukan gambaran pembesaran ventrikel kiri dan
51
dilatasi aorta proksimal. Echocardiografi akan bisa menetukan anatomi
fungsional dari katup dan pangkal aorta, dan pencitraan Doppler akan membantu
2.4.6. Penatalaksanaan
mungkin tidak efektif sampai system RAA diaktifkan, sehigga mungkin ada peran
terapi jangka panjang pada pasien regurgitasi aorta berat asimtomatik dengan
dilatasi ventrikel namun fungsi sistoliknya masih baik. Selain itu, meskipun B-
bloker dosis rendah karena kaitan yang dikenal antara regurgitasi aorta dan
aktifitas fisik baginya. Latian isometric, angkat berat, dan kegiatan eksertional
berat, yang melibatkan kerja lengan berat, harus secara spesifik dilarang karena
reflex peningkatan resistensi vascular perifer yang terjadi dengan lathan lengan.
Sebaliknya, latihan ritmis, resistensi rendah pada kelompok otot jantung besar,
52
kebugaran dan rasa nyaman. Pemberian pengbatan untuk endocarditis juga perlu
diperhatikan.
Penderita tanpa gejala tetapi dengan disfungsi ventrikel kiri yang jelas saat
Penderita dengan ejeksi fraksi tidak meningkat saat kerja juga masuk kategori
yang sama dan biasanya butuh operasi walaupun bisa ditunda operasinya.
atau ruptur katup miksomatosa. Tindakan operatif biasanya perlu dilakukan untuk
2.4.6.3 Komplikasi
Cardiomegali
Pada regurgitasi katup aorta , darah mengalir kembali ke ventrikel dari aorta tepat
ventrikel kiri mengalami hypertrofi akibat peningkatan beban kerja ventrikel. Pada
regurgitasi ruang ventrikel kiri juga membesar untung menampung seluruh darah
yang kembali dari aorta. Kadang-kadang massa otot ventrikel kiri bertambah
empat sampai lima kali lipat, membuat jantung kiri sangat besar.
53
Pada stadium awal regurgitasi aorta, kemampuan intrinstik ventrikel kiri untuk
berarti pada fungsi sirkulasi selama beristirahat, di luar peningkatan hasil kerja
Edema paru
Di atas tingkat kritis kelainan katup aorta, ventrikel kiri akhirnya tidak dapat
menyesuaikan diri lagi dengan beban kerja. Akibatnya ventrikel kiri melebar dan
curah jantung mulai turun, pada saat yang bersamaan darah tertimbun di atrium
kiri dan di paru-paru di belakang ventrikel kiri yang kepayahan. Tekanan atrium
2.4.6.4 Prognosis
Pasien mampu hidup secara normal, tetapi rentan terhadap endokarditis infektif.
Jika timbul gagal jantung , bisa bertahan 2 tahun dan setelah timbul gejala angina
biasanya bertahan 5 tahun. Pasien dengan insufisiensi aorta akut dan edema
54
2.4.6.5 Guideline aortic regurgitasi27
55
BAB III
56
KESIMPULAN
jantung dengan baik dalam meregulasikan darah dalam satu jalur. Penyakit katup jantung
terdiri dari stenosis dan regurgitasi. Katup stenosis apabila katup tersebut tidak dapat
membuka dengan sempurna dan katup regurgitasi apa katup tersebut tidak dapat
trauma, rupture korda tendinea, dll. Penyakit katup jantung akan memberikan gejala
berupa dyspney on excertition, orhopneu, kelelahan. Hal ini jika tidak segera di tindaki
Penanganan katup jantung dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari medical
57
DAFTAR PUSTAKA
3. Indrajaya, Ghanie. Stenosis Mitral. In: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. 6th ed.
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0735109708004804
https://emedicine.medscape.com/article/155724-overview#a4
https://emedicine.medscape.com/article/758899-overview#a6
9. Setiawan F. Hubungan Mitral Valve Area (MVA) Dengan Hipertensi Pulmonal Pada
58
10. Price, S.A., Wilson, L.M., (2005), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
EGC, Jakarta.
11. Braunwald E, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et.al editor.
Cardiology. In: Harrison’s manual of medicine 17th ed. USA: McGraw Hill
13. Sudoyo A.W. Setyohadi B, Alwi I. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna
publishing.2009
14. ACCF/AHA Guidline for Mitral regurgitation : a Report of the American College of
Guidlines. 2013
16. Longo, Fauci, Kasper, Hauser, Jameson, Loscalzo. Harrison’s principles of internal
medicine. 18th Ed. Vol 1. New York: McGraw Hill; 2012. P. 1938-9
18. Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit
management of nonsurgical patients. Critical Care Nurse. April 2013; 33(2). 63-9.
20. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6.
59
21. Grimard BH, Larson JM. Aortic stenosis: diagnosis and treatment. Am Fam Physician.
22. Aronow WS. Indications for surgical aortic valve replacement. J Cardiovasc Dis Diagn.
2013; 1(4). 1.
23. Rilantono, Lili Ismudiati, dkk. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas
24. Gray, Huon H, dkk. 2003. Lectures Notes: Kardiologi. Surabaya: Erlangga
25. Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
26. Leman, Saharman. Buku ajar penyakit dalam : jilid II. 2018. Jakarta . interna
publishing. 1689-1692.
60
61