BAB 1
PENDAHULUAN
meninggal
karena
penyakit
kardiovaskular
(http://repository.maranatha.edu).
Penyakit jantung masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada orang dewasa di Eropa dan Amerika Utara. Setiap tahun, di
Amerika hampir 500.000 orang meninggal karena penyakit jantung iskemik.
Di Asia dan Afrika, telah terjadi kecenderungan peningkatan kasus PJK dan
kematian akibat PJK. Di Singapura dan Malaysia, angka kejadian telah
meningkat dari yang tidak bermakna menjadi penyebab 10 % seluruh
kematian (http://repository.maranatha.edu).
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
Republik Indonesia menyatakan bahwa peringkat penyakit kardiovaskular
sebagai penyebab kematian semakin meningkat. Berdasarkan SKRT tahun
1972 kematian akibat penyakit kardiovaskuler menempati urutan ke-11
sebesar 5,9% dan meningkat pada tahun 1986 menjadi urutan ke-3 sebesar
9,1%. Penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama pada tahun 1992
sebesar 16,0%, tahun 1995 meningkat menjadi sebesar 19,0%. Hasil tahun
2001 angka kejadian penyakit jantung koroner sebesar 26,3% dan sampai saat
ini penyakit jantung iskemik juga merupakan penyebab utama kematian dini
pada sekitar 40 % dari kematian laki-laki usia menengah. Data SKRT tahun
2002 menunjukkan bahwa kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh
darah (usia di atas 15 tahun) sebesar 6,0% dan 8,4% pada tahun 2005. Data
DepKes 2005 menyatakan bahwa penyakit jantung koroner menempati urutan
ke-5 sebagai penyebab kematian terbanyak di seluruh rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah kematian 2.557 orang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
2007, angka kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan
akibat penyakit jantung iskemik 8,7% (http://repository.maranatha.edu).
Dari Bagian Rekam Medik dilaporkan bahwa jumlah kasus PJK yang
dirawat inap di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2009
didapatkan 296 kasus dan tahun 2010 dengan jumlah kasus sebanyak 477
kasus. (http://repository.maranatha.edu).
Dari uraian tersebut diatas, maka penyusun sangatlah tertarik untuk
membuat sebuah makalah dengan judul Farmakoterapi dalam Asuhan
Keperawatan pada Tn. M, 46 tahun dengan Penyakit Jantung Koroner Non ST
Elevation Myocardial Infarction (PJK NSTEMI).
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian pada kasus PJK NSTEMI diatas, maka pada Tn. M muncul
Rumusan Masalah yaitu:
1.2.1 Proses penyiapan terapi obat furosemide injeksi dalam pemberian asuhan
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui
dan memahami
farmakoterapi
dalam Asuhan
Bagi mahasiswa:
Bagi seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa kesehatan diharapkan
seluruh mahasiswa dapat mengambil manfaat setelah membaca makalah
ini untuk lebih mengutamakan hidup sehat dengan benar.
1.4.3
Bagi masyarakat:
Setelah membaca atau mendapatkan penjelasan dari para pembaca atau
mahasiswa dapat mengerti dan memahami bahwa penyakit jantung
coroner ini sangat berbahaya dengan factor risiko yang sudah terbiasa
dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan tentang konsep dasar PJK dan PJK NSTEMI
dan konsep terapi obat obatan pada kasus penyakit Penyakit Jantung Koroner
(PJK)
2.1 Definisi
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah kondisi yang dimulai ketika zat
kolesterol keras (plak) terakumulasi di dalam arteri koroner. Plak dalam arteri
koroner itu kemudian pecah dan menyebabkan pembentukan gumpalan kecil,
yang dapat menghambat aliran darah ke otot jantung, memproduksi gejala dan
dikenal
sebagai
penyakit
arteri
koroner
(PAK).
(http://kamuskesehatan.com)
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya
penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit
jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan atau penyumbatan pembuluh
darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat menghentikan aliran
darah
ke
otot
jantung
yang
sering
ditandai
dengan
rasa
nyeri
(http://digilib.unimus.ac.id)
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan
pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke
aorta
ke
jaringan
yang
melindungi
rongga-rongga
jantung
(http://digilib.unimus.ac.id)
Pada Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST kerusakan pada plak lebih
berat dan menimbulkan oklusi yang lebih persisten dan berlangsung sampai
lebih dari 1 jam. Pada kurang lebih pasien Infark Miokard Akut Tanpa
Elevasi ST , terjadi oklusi trombus yang berlangsung lebih dari 1 jam, tetapi
distal dari penyumbatan terdapat koleteral. Trombolisis spontan, resolusi
vasikonstriksi dan koleteral memegang peranan penting dalam mencegah
(Fabiyo ismantri, 2009).
2.2 Etiologi
Aterosklerosis pembuluh darah coroner merupakan penyebab tersering
penyakit
jantung
coroner.
Aterosklerosis
disebabkan
oleha
adanya
vena.
(Silvia,
Loraine,
2006
dalam
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf):
c. Lesi lanjutan (komplikata), terjadi bila suat plak fibrosa rentan terhadap
terjadinya klasifikasi, nekrosis sel, perdarahan, thrombosis, atau ulserasi
dan dapat menyebabkan infark miokard. (Silvia, Loraine, 2006 dalam
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf):
Berikut ini skema terbentuknya perkembangan aterosklerosis
Terbetuknya sel busa pada dinding
pembuluh darah
Berubah menjadi alur lemak (flatty
streak)
Terbentuk kerak aterosklerosis
Terjadi komplikasi (terbentuk
thrombus / bekuan darah)
Aliran darah pada jantung / otak,
dll menjadi terhambat
Terjadi infark (kerusakan/kematian
otot) pada jantung / otak
Dapat menyebabkan cacat /
(http://lib.ui.ac.id/file)
kematian
2.3 Klasifikasi
elektrokardiografi
menunjukkan
elevasi
segmen
ST.
(http://www.library.upnvj.ac.id/pdf)
2.4 Faktor Risiko
Tiga factor biologi yang tidak dapat diubah antara lain:
a. Usia
b. Jenis kelamin : laki laki lebih besar terjangkit penyakit jantung coroner.
c. Ras.
Sedangkan factor faktor yang dapat di ubah antara lain:
a. Adanya peningkatan kadar lipid serum,
b. Hipertensi kategori ringan dengan sistol 140-159 mmHg dan diastolic 9099 mmHg, kategori sedang dengan sistolik 160-179 mmHg dan diastolic
100-109 mmHg, dan kategori berat dengan sistolik 180 mmHg dan
diastolic 110 mmHg
c.
d.
e.
f.
g.
Aterosklerosis
Spasme
pembuluh darah
Pajanan
terhadap
dingin
stress
Latihan
fisik
Adrenalin
meningkat
Kebutu
han O2
jantun
g
mening
kat
vasokontrik
si
Aliran O2
arteri
koronaria
menurun
Makan
makanan
berat
Aliran O2
meningkat
ke
mesentriku
s
Aliran O2
ke jantung
menurun
Jantung kekurangan
O2
Ischemia otot
jantung
nyeri
Kontraksi jantung
menurun
Curah jantung
menurun
Nyeri
b.d
iskhemi
a
(http://nardinurses.files.wordpress.com)
2.7 Komplikasi
Takut mati
Perlu
mengindari
komplikasi
cemas
Diperlukan
pengetahuan
tinggi
Cemas
b.d
kematian
Kurang pengetahuan
b.d deficit knowledge
10
b. Pengobatan
Tujuan pengobatan iskemia miokard adalah untuk mencegah terjadinya
kerusakan miokard dengan mempertahankan keseimbangan antara
konsumsi oksigen miokardium dan penyediaan oksigen. Memperbaiki lesi
aterosklerosis pada arteri coroner dapat menggunakan tehnik CABG
(Coronary Artery Bypass Graft) yang pertama kali dilakukan oleh
Favaloro 1969 dan juga dapat menggunakan tehnik PTCA (Percutaneous
Transluminal Coronary Angioplasty) tanpa menggunakanpembedahan,
namun menurut Banerjee (2011), bila penderita DM yang mnegudap PJK
dilakukan PCI (Percutaneous Coronary Intervention) akan berakibat buruk
disbanding non DM. (Raharjoe, 2011)
c. Rehabilitasi
Tuan akhir pengobatan penyakit jantung coroner adalah mengembalikan
penderita ke gaya hidup produktif dan menyenangkan. Rehabilitasi
jantung, seperti yang di definisikan oleh American Heart Assosiation dan
The Task Force on Cardiovascular Rehabilitation of the National Heart,
Lung, and Blood Institute adalah proses memulihkan dan memelihara
potensi fisik, psikologis, social, pendidikan, dan pekerjaan pasien. Pasien
harus dibantu untuk meneruskan kembali tingkat kegiatan mereka sesuai
fisik mereka dan tidak dihambat oleh tekanan psikologis. (Raharjoe, 2011)
Pengertian Farmakologi
a. Farmakologi dalam arti luas, adalah ilmu yang mempelajari sejarah, asal usul
obat, sifat fisik dan kimia, cara mencampur dan membuat obat, efek terhadap
fungsi biokimia dan faal, cara kerja, absorbs, distribusi, biotransformasi, dan
ekskresi, penggunaan dalam klinik dan efek toksiknya.
11
a. Pengertian
Obat: ialah semua zat, baik kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam
dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit
maupun gejala gejalanya. Zat tersebut berbentuk padat, cair, atau gas
yang diberikan kepada pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna
obat tersebut.
Mekanisme kerja obat: ialah cara kerja obat atau proses kerja obat di
dalam tubuh.
Dosis obat: ialah ukuran tertentu dari suatu obat yang disesuaikan dengan
diagnose dan keadaan pasien.
Efek samping: ialah efek atau pengaruh obat yang tidak ada hubungannya
dengan tujuan utama pemberian obat.
b. Kegunaan obat
Secara fisika
Secara kimiawi
12
2.3.3
1)
a. Tepat penderita
Dalam memberikan obat, harus memastikan dan memeriksa identitas klien
pada setiap kali pemberian obat. Apakah obat yang diberikan sesuai dengan
penderitanya.
b. Tepat obat
Sebelum memberikan obat kepada klien perlu membaca kemabli label obat
serta interaksi obat dan memastikan kembali bahwa klein menerima obat yang
telah di resepkan sesuai dengan penyakit yang diderita.
c. Tepat dosis
Memastikan dan memeriksa dosis tertentu yang telah diresepkan dokter untuk
klien dengan penyakit tertentu agar tidak terjadi overdosis atau underdosis
yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan atau efek sekunder.
d. Tepat waktu
Memberikan obat yang telah diresepkan pada waktu waktu tertentu serta
memperhatikan kapan obat tersebut diberikan sebelum makan atau sesudah
makan.
2)
3)
4)
Mengamati dan mencatat efek samping, efek terapi, efek toksis dari
pengalaman klinis dan empiris beberapa pasien selama mengguhnakan
obat untuk bahan masukan dan laporan.
13
2.10
14
kardiovaskuler
karena
dapat
Farmakodinamik:
Dopamin
dosis
sedang
(5-10
mcg/KgBB/mnt)
merangsang
efek
kronotropiknya.
Dengan
demikian
obat
ini
15
darah
termasuk
arteri
renalis
dan
mesenterik,
juga
c.
16
f.
5mcg x 50 Kg x 60 mnt
200.000 mcg / 50 ml
15.000
=
Be
nt
uk Sediaan
Cairan Injeksi
g. Peringatan
Koreksi hipovolemia; dosis rendah pada syok akibat infark miokard akut
h. Kasus Temuan
Dopamin sering digunakan untuk pengobatan hipotensi karena bekerja
sebagai vasokonstriktor perifer. Dalam hal ini, dopamin sering kali digunakan
bersama dobutamin dan meminimalkan efek hipotensi sekunder akibat
vasodilatasi yang diinduksi oleh dobutamin.;Sehingga tekanan diatur oleh
peningkatan kardiak output (dari dobutamin) dan vasokonstriksi ( oleh
17
Digunakan
sendiri
atau
dalam
b. Kerja obat
Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dari ansa Henle dan tubulus
ginjal distal.
18
c. Farmakokinetik
19
d. Farmakodinamik
e. Kontraindikasi dan perhatian
Dikontraindikasikan pada:
Hipersensivitas
Deplesi elektrolit
Diabetes mellitus
KV: hipotensi
Endo: hiperglikemia
20
Metabolism: hiperurisemia
g. Interaksi
Obat obat:
i. Sediaan
Injeksi: 10mg/ml
PO
Awitan
30-60 menit
Puncak
1-2 jam
Durasi
6-8 jam
21
IM
10-30 menit
IV
5 menit
j. Monitoring evaluasi
Tidak diketahui
30 menit
4-8 jam
2 jam
4) ISDN
Efek farmakologi utama isosorbid dinitrat yaitu menyebabkan relaksasi
otot polos vaskuler, sehingga menghasilkan efek vasodilatasi pada arteri
maupun vena perifer, dengan efek yang lebih dominan pada system vena.
Dilatasi pembuluh darah pada kapiler termasuk vena vena besar, akan
menyebabkan penumpukan darah di perifer dan menurunkan alir balik vena
ke hati sehingga mengurangi tekanan akhir diastolic ventrikel kiri (preload).
Relaksasi arteri, olar menyebabkan penurunan resistensi vascular sistemik dan
tekanan arteri (afterload).
Mekanisme anti angiha isosorbid dinitrat belum dipahami sepenuhnya.
Konsumsi atau kebutuhan oksigen myocard menurun akibat efek terhadap
arteri maupun vena, sehingga tercapai suatu rasio suplai kebutuhan yang
membaik. Meskipun arteri koroner epikardium yang besar juga mengalami
dilatasi oleh isosorbid dinitrat, perannya dapat mneghilangkan angina belum
jelas.
Dalam dosis terapi, isosorbid dinitrat menurunkan tekanan sistolik
diastolic dan tekanan darah arteri rata rata, tertama pada posisi tegak.
Perfusi koroner yang efektif biasanya juga dipertahankan. Penurunan tekanan
darah sistemik dapat menimbulkan takikardia reflek, yang merupakan efek
yang bisa merugikan keutuhan oksigen myocard. Penelitian hemodinamik
menunjukkan bahwa isosorbid dinitrat dapat menurunkan tekanan akhir
diastolic ventrikel kiri yang meningkat secara abnormal dan tekanan kapiler
paru yang terjadi selama serangan akut angina pectoris
22
Wanita hamil: tidak ada uji terkontol yang adekuat pada wanita hamil,
karena itu ISDN hanya bolh digunakan pada kehamilan jika manfaatnya
lebih besar dan resiko yang timbul pada janin.
Ibu menyusui: tidak diketahui apakah obat ini diekskresikan kedalam ASI
karena obat di ekskresikan kedalam ASI, pemberian ISDN pada ibu yang
menyusui harus dilakukan dengan hati hati.
Anak anak: hasiat dan keamanan obat pada anak anak belum mapan.
23
e. Interaksi obat
Meningkatkan kepekaan terhadap efek hipotensi nitrat. Karena ISDN bekerja
secara langsung terhadap otot polos vascular dapat menurunkan atau
meningkatkan efeknya.
f. Efek samping:
Sakit kepala dan hipotensi merupakan efek samping yang tergantung dosis.
Sakit kepala merupakan efek samping yang paling sering timbul, dapat
bersifat berat dan menetap. Frekuensinya kira kira 25% vasodilatasi dan
muka merah dapat timbul.
Sakit kepala sementara dan rasa lemah, maupun tanda tanda iskemia otak
akibat hipotensi ortostatik kadang kadang dapat timbul (2-36%). Ruamkulit
dan atau dermatitis eksfoliatifa dapat timbu. Mual muntah jarang terjadi.
g. Dosis dan cara pemberian
Untuk pengobatan angina pectoris umumnya dosis dimulia dengan ISDN
sublingual 2,5-5mg ISDN harus ditingkatkan dosisnya secara perlahan sampai
angina menghilang atau timbul efek samping. Pada pasien berobat jalan,
peningkatan dosis harus dihitung melalui pengukuran tekanan darah dalam
posisi berdiri. Dosis awal ISDN sublingual untuk terapi profilaksis angina
pectoris umumnya adalah 5-10mg tiap 2-3 jam.
Untuk pengobatan angina pectoris cronis stabil umumnya diberikan dosis awal
dengan tablet bentuk pelepasan segera (ditelan 5-10mg) dan bentuk lepas
terkendali 4mg. untuk terapi penunjang, diberikan dosis oral 10-40mg tiap 6
jam atau bentuk lepas terkendali 40-80mg tiap 8-12 jam.
5) Clopidogrel
Sasaran Terapi
Sasaran
terapi
Clopidogrel
penyempitan
24
ateromatosa
arteri
koroner.
Penyempitan
ini
menyebabkan
Tujuan Terapi
Tujuan terapi Clopidogrel sebagai antiplatelet dalam terapi angina pectoris
adalah mengurangi atau mencegah gejala angina (yang membatasi
kemampuan beraktivitas dan menurunkan kualitas hidup), menghilangkan
rasa
nyeri
dan
sesak
pada
dada;
menurunkan
heart
rate;
Strategi Terapi
Strategi terapi untuk angina pectoris ada dua macam yaitu terapi
farmakologis (menggunakan obat-obat untuk angina) dan terapi nonfarmakologis (terapi tanpa menggunakan obat).
25
o Inhibitor ACE untuk pasien dengan CAD (penyakit arteri koroner) dan
diabetes atau disfungsi sistole left ventricle (LV); mempunyai mekanisme
kerja sebagai antagonis pelepasan mediator dari angiotensin II pada sel
otot polos, mencegah plak atherosclerotic ruptur dengan mengurangi
inflamasi, mengurangi hipertropi ventrikel kiri jantung, dan memperbaiki
fungsi endothelial
o Terapi untuk menurunkan LDL dengan CAD dan LDL konsentrasi >130
mg/dl (catatan: diturunkan sampai kurang dari 100 mg/dl);
o Calcium antagonist/long-acting nitrat untuk mengurangi gejala jika
kontraindikasi -bloker; dengan cara mengurangi kebutuhan oksigen
jantung dan menginduksi vasodilatasi (pelebaran pembuluh) arteri koroner
o Calcium antagonist/long-acting nitrat dikombinasikan dengan -bloker jika
pengobatan utama dengan -bloker tidak berhasil;
o Calcium antagonist/long-acting nitrat sebagai pengganti -bloker jika
pengobatan utama dengan -bloker mempunyai efek samping yang tidak
dapat diterima.
26
Obat Pilihan
terkontrol
secara
medis
atau
melalui
percutaneous
coronary
27
gastrointestinal
epistaxis,
(saluran
haematuria,
pencernaan),
ocular
purpura,
haemorrhage,
bruising,
perdarahan
28
darah dan dapat dikelola dengan demikian menjadi independen dari penerima
darah dari groub .Ha euther sedikit solusi hypo-oncotic solusi ) ha sebesar 4
persen , iso-incotic ( 5 persen solusi ) ha , atau hyperoncotic ( solusi ) ha 20-25
persen .Langkah yang efektif adalah komponen ha dengan berat molekul ( mw
dari sekitar 66 kda yang terdiri dari 584 urutan asam amino yang dikenal
.Albumin adalah solusi dissilved di 154 mmol litre-1 larutan yang
mengandung garam natrium dan klorida litre-1 154 mmol.
b. Indikasi
1) Sepsis
Indikasi: sepsis dengan hipoalbuminemia
Pemberian albumin mungkin diperlukan bila kadar albumin kurang dari 2g
29
a.
b.
1.
2.
4)
a.
30
6) Pancreatitis akut
Indikasi : pancreatitis akut dengan albumin kurang dari 2,7g/dl
Tujuan : mengatasi kebocoran protein dari sirkulasi darah oleh karena
ektstravasasi enzim dan bahan toksik pancreas ke rongga ekstraperitoneal
7)
Asites
Indikasi : asites setelah parasintesis
Obat : albumin 20% atau 25%
Regimen dosis: 6-8 gram albumin atau liete cairan asistes yang dibuang
8) Sindroma nefrotik
Indikasi :
a. Sindroma nefrotik dengan edema paru maupun edema perifer yang
akutdan berat
b. Resisten terhadap pemberian diuretic
Obat : albumin 20%
Regimen dosis: 20 ml albumin 20% untuk 60mg furosemid, dicampur
9) Hipotensi saat hemodialisa
Indikasi: hipotensi saat hemodialisis setelah pemberian normal salin dan
31
memperburuk keadaan.
Obat : albumin 20% atau 25% atau plasma
Regimen dosis:albumin yang dibutuhkan (g)=(albumin normal-albumin
32
33
Pemberian albumin pada pasien dalam dialysis dan bayi prematur, dapat
menyebabkan akumulasi dan keracunan aluminium, dengan gejala:
ensefalopati, osteomalasi dan anemi mikrositer. Hal ini dapat dicegah
dengan : konsentrasi aluminium dalam proses pembuatan preparat albumin
hendaknya kurang dari 200 mikrogram/liter
3. Ginjal
Pemberian albumin pada renjatan hipovolemik menyebabkan retensi Na.
hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan RBF dan perfusi Na ginjal,
sedangkan GFR menurun. Hal ini akan menurunkan filtrasi Na dan
pelepasan Na di nefron distal. Klirens Na akan sangat menurun, dengan
akibat terjadi peningkatan Na dan reabsorbsi air bebas, peningkatan CVP
dan PAWP dan gangguan oksigenasi, hingga memerlukan tambahan
diuretic dan dukungan terhadap miokardium
4. Hipersensitivitas
Gejala alergi : panas, menggigil, urtikaria, tensi turun, mual, muntah
Insidens
: rendah
Episode
: dapat terjadi 1-2 jam hingga 1-5 hari pasca pemberian
albumin
Terapi
7) Captopril
Sasaran Terapi:
Sasaran
dari
terapi
pada
pasien
34
Mekanisme Kerja:
ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem reninangiotensin-aldosteron dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi
Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi
sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat
dalam degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan
bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin
dan nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan
tekanan darah dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek
samping berupa batuk kering. ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir
20% pada pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan telah terbukti
mencegah pasien harus dirawat di rumah sakit (hospitalization), meningkatkan
ketahanan tubuh dalam beraktivitas, dan mengurangi gejala.
ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk
menghindari resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan
serum potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan
terutama setelah dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong
35
dalam ACE inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama
yang digunakan secara klinis.
Nama Dagang :
Captopril
Hexpharm
Tab
50mg
50mg
50mg
a. Indikasi :
1. Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan hipertensi yang parah.
2. Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal (renal hypertension).
3. Diabetic nephropathy dan albuminuria.
4. Gagal jantung (Congestive Heart Failure).
5. Postmyocardial infarction
6. Terapi pada krisis scleroderma renal.
36
b. Kontraindikasi :
1. Hipersensitif terhadap ACE inhibitor.
2. Kehamilan.
3. Wanita menyusui.
4. Angioneurotic edema yang berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor
sebelumnya.
5. Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal.
c. Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet salut selaput.
d. Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien hipertensi dengan gagal
jantung :
Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari dan pada saat perut kosong
yaitu setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini
dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila
diberikan bersamaan dengan makanan.
e. Efek samping :
1. Batuk kering
2. Hipotensi
3. Pusing
4. Disfungsi ginjal
37
5. Hiperkalemia
6. Angioedema
7. Ruam kulit
8. Takikardi
9. Proteinuria
f. Resiko khusus :
1. Wanita hamil.
Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang
hamil karena dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan
teratogenik. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian janin. Morbiditas
fetal berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor pada seluruh masa
trisemester kehamilan. Captopril beresiko pada kehamilan yaitu pada level
C (semester pertama) dan D (semester kedua dan ketiga).
2. Wanita menyusui.
Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui
karena bentuk awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI sekitar
1% dari konsentrasi plasma. Akan tetapi tidak diketahui apakah metabolit
dari captopril juga dapat menembus masuk dalam ASI.
3. Penyakit ginjal.
Penggunaan captopril (ACE inhibitor) pada pasien dengan gangguan ginjal
akan memperparah kerusakan ginjal karena hampir 85% diekskresikan
lewat ginjal (hampir 45% dalam bentuk yang tidak berubah) sehingga akan
memperparah kerja ginjal dan meningkatkan resiko neutropenia. Apabila
captopril digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal maka perlu
dilakukan penyesuaian dosis dimana berfungsi untuk menurunkan klirens
[
kreatininnya.
38
8) Simvastamin
a. Pengertian
Simvastatin
obat
yang
adalah
disebut
kelompok
HMG
CoA
(hydroxymethylglutaryl-CoA)
reductase inhibitors, atau merupakan
senyawa
antilipemik.
Simvastatin
: C25H38O5
Rumus struktur
39
rumus struktur
rumus struktur 3D
dengan
lipid-altering
agents
dapat
dipertimbangkan
Hiperkolesterolemia.
Menurunkan
kadar
kolesterol
total
dan
LDL
pada
penderita
40
d. Rekomendasi umum :
Sebelum memulai terapi dengan simvastatin, agar disingkirkan terlebih dahulu
penyebab sekunder dari hiperkolesterolemia (seperti diabetes melitus yang
tidak terkontrol, hipotiroid, sindrom nefrotik, disproteinemia, penyakit hati
obstruktif, terapi dengan obat lain, alkoholism), dan lakukan pengukuran
profil kolesterol total, kolesterol HDL dan trigliserida (TG).
1. Hipersensitif terhadap simvastatin atau komponen obat.
2. Penyakit hati aktif atau peningkatan transaminase serum yang menetap
yang tidak jelas penyebabnya.
3. Wanita hamil dan menyusui.
e. Dosis
Pasien harus melakukan diet pengurangan kolesterol sebelum dan selama
pengobatan dengan simvastatin.
Dosis awal yang dianjurkan 5-10 mg sehari sebagai dosis tunggal pada
malam hari. Dosis awal untuk pasien dengan hiperkolesterolemia ringan
sampai sedang 5 mg sehari. Pengaturan dosis dilakukan dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu sampai maksimum 40 mg sehari sebagai dosis
tunggal malam hari. Lakukan pengukuran kadar lipid dengan interval tidak
kurang dari 4 minggu dan dosis disesuaikan dengan respon penderita.
Bila kadar kolesterol LDL turun dibawah 75 mg/dl (1,94 mmol/l) atau
kadar total kolesterol plasma turun dibawah 140 mg/dl (3,6 mmol/l) maka
perlu dipertimbangkan pengurangan dosis simvastatin.
41
f. Mekanisme Aksi
Simvastatin adalah turunan metilasi dari lovastatin yang bekerja secara
kompetitif menghambat 3-hydroxy-3-methylglutaryl-coenzyme A (HMGCoA) reduktase, enzim yang sangay berperan dalam katalisasi biosntesis
colesterol.
g. Farmakodinamik :
Simvastatin analog 3-Hidroksi-3-metilglutarat, suatu precursor kolesterol dan
merupakan obat yang menurunkan kadar kolesterol (hipolipidemik).
Simvastatin merupakan hasil sintesa dari hasil fermentasi Aspergillus terreus.
Secara invivo simvastatin akan dihidrolisa menjadi metabolit aktif.
Mekanisme kerja dari metabolit aktif tersebut adalah dengan cara menghambat
kerja 3-Hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG Co-A reduktase),
dimana enzim ini mengkatalisa perubahan HMG Co-A menjadi asam
mevalonat yang merupakan langkah awal dari sintesa kolesterol.
Penghambat HMG Co-A reduktase menghambat sintesis kolesterol di hati dan
hal ini akan menurunkan kadar LDL plasma. Menurunnya kadar kolesterol
akan menimbulkan perubahan-perubahan yang berkaitan dengan potensial
obat ini.
Kolesterol menekan transkripsi tiga jenis gen yang mengatur sintesis HMG
Co-A sintase, HMG Co-A reduktase dan reseptor LDL. Menurunnya sintesis
kolesterol oleh penghambat HMG Co-A reduktase akan menghilangkan
hambatan ekspresi tiga jenis gen tersebut di atas, sehingga aktivitas sintesis
kolesterol meningkat secara kompensatoir. Hal ini menyebabkan penurunan
sintesis kolesterol oleh penghambat HMG Co-A reduktase tidak besar. Rupa-
42
farmakodinamik
h. Farmakokinetik:
Karena ekstraksi first-pass, kerja utama obat-obat ini pada hati yang
dihidrolisis menjadi asam. Ekskresi terjadi terutama melalui empedu dan feses
43
tetapi pengeluaran melalui urin juga terjadi. Waktu paruh berkisar antara 1,5-2
jam.
i. Efek samping
Efek samping lain yang pernah dilaporkan pada golongan obat ini :
Reaksi
hipersensitif
anafilaksis,
angioedema,
trombositopenia,
j. Interaksi
44
meliputi:antifungi
golongan
azol,klaritromisin,diklofenak,doksisiklin,
eritromisin,imatinib,isoniazid,nefazodon,nicardipin,propofol,inhibitor
protease,kuinidin, telitromisin dan verapamil.Dalam jumlah besar ( > 1
quart/hari, 1 quart = 0,9463 L), jus grapefruit dapat meningkatkan serum
konsentrasi simvastatin, meningkatkan risiko rhabdomyolysis. Pada
umumnya penggunaan bersama dengan inhibitor CYP3A4
tidak
direkomendasikan;
dosis
produsen
merekomendasikan
pembatasan
Dengan Makanan :
Komposisi
Tiap
tablet
salut
selaput
mengandung
45
b. Kelas
c. Farmakokinetik
Absorbsi
Pada pemberian oral, ranitidine diabsorbsi dengan cepat dan lengkap,
46
f. Kontraindikasi
Hipersesitifitas terhadap ranitidine (Harjasaputra, Purwanto 2002).
g. Efek samping
1) SSP
2) GI
3)
4)
5)
6)
sakit
Hematologi
Hati
Kulit
Lain-lain
47
(3) Hindari
pengunaan
pada
penderita
yang
memilikiporfiria
akut
k. Cara Pemakaian
1) Injeksi secara i.m: tidak perlu diencerkan
2) Injeksi i.v intermiten: 50 mg ranitidine tiap 6 8 jam diencerkan dengan
larutan natrium klrorida 0,9% atau larutan i.v lain yang cocok sampai didapat
konsentrasi tidak lebih besar dari 2,5mg/ml (total volume 20ml) dan
48
kecepatan injeksi tidak melebihi 4ml per menit (waktu seluruhnya tidak
kurang dari 5 menit).
3) Infus intermitten: 500mg ranitidine tiap 6 8 jam diencerkan oleh larutan
dextrose 5% atau larutan i.v lain yang cocok sampai didapat konsentrasi tidak
lebih besar dari 0,5mg/ml (total volune 100 L) kecepatan infus tidak lebih
dari 5 7 ml per menit (waktu seluruhnya 15 20 menit).
4) Infus: 150 mg ranitidine diencerkan dalam 250ml dextrose 5% atau larutan i.v
lain yang cocok dan diinfuskan dengan kecepatan 6,25mg/jam selama 24jam.
Untuk penderita sindroma Zollinger-Ellison atau hipersekretori lain,
ranitidine injeksi harus diencerkan dengan dextrose 5% atau larutan i.v lain
yang cocok dan kecepatan ini harus disesuaikan dengan keadaan penderita.
Karena ranitidine ikut terdialisa, maka pemberian harus disesuaikan sehingga
bertepatan dengan akhir hemodialisis (Harjasaputra, Purwanto 2002).
l. Monitoring
1) Observasi tanda-tanda vital.
2) Pantau CBC dan tes fungsi hati (Harjasaputra, Purwanto 2002).
m. Health Education
1) Anjurkan pasien untuk menghindari mengemudi dan kegiatan berbahaya
lainnya
2) Beritahu pasien bahwa merokok dapat menurunkan efek obat.
3) Meninjau semua reaksi lain yang signifikan dan reaksi merugikan yang
mengancam nyawa dan interaksi, terutama yang terkait dengan tes, herbal,
dan perilaku yang disebutkan di atas.
4) Anjurkan pasien untuk tidak mengemudi atau melakukan aktivitas berbahaya
sampai efek samping obat dapat diketahui
5) Katakan pada pasien jika merokok dapat mengurangi manfaat dari obat
katakan pada pasien untuk melapor jika ada tanda-tanda efek samping obat
terjadi (Harjasaputra, Purwanto 2002).
10)
Diazepam
Generic Name: diazepam (dye AZ pam
e)
Nama merek: Valium
49
a. Pengertian
Diazepam adalah sebuah benzodiazepin. Ini mempengaruhi zat kimia
dalam otak yang mungkin menjadi tidak seimbang dan menyebabkan
kecemasan. Diazepam digunakan untuk pengelolaan gangguan kecemasan
atau untuk bantuan jangka pendek gejala kecemasan. Diazepam juga dapat
digunakan untuk meringankan agitasi, kegoyahan, dan halusinasi pada saat
penarikan alkohol dan meringankan beberapa jenis kejang otot. Hal ini
juga dapat digunakan untuk mengobati kejang, insomnia, dan kondisi lain
yang ditentukan oleh dokter. Keuntungan dari diazepam adalah timbulnya
tindakan yang cepat dan tingkat keberhasilan tinggi yang penting untuk
mengelola kejang akut; benzodiazepin juga memiliki toksisitas relatif
rendah overdosis. Diazepam adalah obat inti dalam Organisasi Kesehatan
Dunia 's " Daftar Obat Esensial ", yang merupakan daftar kebutuhan medis
minimum untuk sistem perawatan kesehatan dasar. Diazepam digunakan
untuk mengobati berbagai macam kondisi dan telah menjadi salah satu
obat yang paling sering diresepkan di dunia selama beberapa tahun
terakhir 40. Ini pertama kali disintesis oleh Dr Leo Sternbach .
b. Indikasi
Diazepam terutama digunakan untuk mengobati kecemasan, insomnia,
dan gejala akut penarikan alkohol . Hal ini juga digunakan sebagai
premedikasi untuk menginduksi sedasi, anxiolysis atau amnesia sebelum
prosedur medis tertentu (misalnya, endoskopi ). Diazepam intravena atau
lorazepam pengobatan lini pertama untuk status epilepticus. Namun,
lorazepam keunggulan dibandingkan diazepam termasuk tingginya tingkat
mengakhiri dan kejang lebih efek. anticonvulsant berkepanjangan telah
Diazepam jarang digunakan untuk jangka jangka waktu pengobatan
epilepsi karena toleransi terhadap efek antikonvulsan diazepam biasanya
berkembang dalam 6 sampai 12 bulan pengobatan, efektif rendering itu
berguna untuk tujuan ini. Diazepam digunakan untuk pengobatan darurat
eklampsia , ketika IV magnesium sulfat dan mengontrol tekanan darah
tindakan telah gagal. Benzodiazepines tidak memiliki sifat menghilangkan
50
ke
efek
benzodiazepine.Baclofen
relaksan
atau
otot
Tizanidine
seperti
adalah
diazepam
kadang-kadang
unggul
dari
baclofen
dan
diazepam.
51
d. Kontraindikasi
Penggunaan diazepam harus dihindari, jika mungkin, pada individu dengan
kondisi berikut:
Ataxia
Parah hipoventilasi
Hati gangguan
Kegilaan
52
e. Efek samping
Penggunaan jangka panjang benzodiazepin seperti diazepam dikaitkan
dengan toleransi , ketergantungan benzodiazepin serta sindrom penarikan
benzodiazepin . Seperti benzodiazepin lainnya, diazepam dapat mengganggu
memori jangka panjang dan belajar informasi baru. Sementara obat
benzodiazepin seperti diazepam dapat menyebabkan amnesia anterograde.
mereka tidak menyebabkan amnesia retrograde. Toleransi terhadap efek
merusak kognitif benzodiazepin tidak cenderung untuk mengembangkan
dengan penggunaan jangka panjang. Orang tua lebih sensitif terhadap efek
merusak
kognitif
benzodiazepin.
Tambahan
setelah
penghentian
53
o Gangguan koordinasi
Depresi
o Gangguan keseimbangan
Reflex tachycardia
aktivitas
neuronal.
Benzodiazepin
tidak
suplemen
untuk
54
proses
penghambatan
dalam
cerebral
cortex.
daripada
berkelanjutan
reseptor
tampaknya
memperlambat
benzodiazepine.menembak
akan
pemulihan
dibatasi
saluran
oleh
'efek
sodium
berulang
benzodiazepin
dari
inaktivasi.
55
tubuh setelah administrasi. Hal ini mudah melintasi baik penghalang darahotak dan plasenta , dan diekskresikan ke dalam ASI.
Setelah penyerapan, diazepam didistribusikan ulang ke dalam otot dan
adipose jaringan.dosis harian terus menerus dari diazepam cepat akan
membangun sampai konsentrasi tinggi dalam tubuh (terutama di jaringan
adiposa ), yang akan jauh melebihi dari dosis yang sebenarnya untuk hari
tertentu.
Ada penyimpanan preferensial diazepam di beberapa organ termasuk
jantung.Penyerapan oleh rute dikelola dan risiko akumulasi secara signifikan
meningkat pada neonatus dan ada justifikasi klinis untuk merekomendasikan
penarikan diazepam selama kehamilan dan menyusui.
Diazepam mengalami metabolisme oksidatif oleh Demethylation (CYP
2C9, 2C19, 2B6, 3A4, dan 3A5), hidroksilasi (CYP 3A4 dan 2C19) serta
glucuronidation di hati sebagai bagian dari sitokrom P450 sistem enzim.
Diazepam memiliki beberapa farmakologis metabolit aktif .Metabolit aktif
utama dari diazepam adalah desmethyldiazepam (juga dikenal sebagai
nordazepam atau nordiazepam).lain yang aktif's metabolit Diazepam termasuk
aktif minor metabolit temazepam dan oxazepam . Ini metabolit terkonjugasi
dengan glukuronat , dan diekskresikan terutama di urin. Karena ini metabolit
aktif, nilai serum dari diazepam saja tidak berguna dalam memprediksi efek
obat.Diazepam memiliki biphasic paruh sekitar 1-3 dan 2-7 hari untuk
desmethyldiazepam metabolit aktif. Sebagian besar obat ini dimetabolisme;
sedikit Diazepam diekskresikan berubah.
h. Interaksi
mengubah
metabolisme
diazepam
sendiri
dengan
administrasi kronis. Agen yang memiliki efek pada hati jalur sitokrom
56
57
i. Efek Obat :
Efek terapeutik
o efek yang dinginkan, efek utama ex: morfin sulfat adalah analgetik,
diazepam mnghilangkan kcemasan
Efek samping
ex: digitalis
Toksisitas obat
efek yang merusak terhadap organisme aatau jaringan sebagai akibat
overdosis ex:depresi pernafasan akibat penumpukan morfin sulfat dalam
tubuh.
Alergi obat
58
59
Anak kecil (1-3 tahun): - 1 sendok the atau 1 2 ukuran pipet, 3-4x
sehari.
Anak (4-5 tahun): 1 sendok teh atau 3 ukuran pipet 3-4x sehari.
c. Sediaan
Bentuk sediaan, tablet chewable, eliksir, drops dan suspense drops yang
dikemas khusus yang diberikan untuk bayi dan anak anak. Umunya obat ini
diberikan untuk meringankan gejala demam, nyeri, dan rasa tidak nyaman
karena masuk angin, flu atau karena imunisasi dan pertumbuhan gigi.
d. Hal yang harus diperhatikan
Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultasikan dengan dokter jika hendak
menggunakan obat ini.
e. Metabolism
Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukoronida terjadi di hati.
Metabolism utamanya meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan
konjugatglukoronida yang dikeluarkan lewat ginjal. Sedangkan sebagian kecil,
di metabolism kan dengan bantuan enzin cytochrome P450. Hanya sedikit
jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik atau racun
yang diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p-benzo-quinon imina).
Bila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolic toksis
NAPQI ini segera di detoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan
60
61
g. Mekanisme toksisitas
12) Lactulosa
a. Komposis
Tiap 5 mL sirup mengandung:
Laktulsa 3,335g
Pralax mengandung laktulosa sebagai bahan aktif. Di dalam usus besar,
laktulosa terhidrolisa menjadi asam-asam organic dengan berat molekul
rendah. Asam organic ini akan menaikkan tekanan osmosa dan suasana asam
sehingga BAB menjadi lunak.
Pralak tidak menyebabkan habituasi.
b. Indikasi:
Konstipasi kronik
c. Dosis
Dosis lazim: 1-2 sendok makan (15-30 mL Yng mengandung 10-20 gram
laktulosa) setiap hari, bila diterukan dosis dapat ditingkatkan menjadi 60 mL
setiap hari. Buang air besar yang noral umunya terjadi 24-48 jam setelah
pemberian.
Catatan: obat dapat dengan sari buah, air dan susu.
d. Kelebihan dosis
Tanda dan gejala-gejala tidak pernah dilaporkan pada kejadian dosis berlebih.
Pada keadaan dosis berlebih, gejala yang timbul adalah diare dan kram perut,
pada keadaan ini pengobatan harus dihentikan.
e. Peringatan dan perhatian
62
f. Efek samping
Selama awal pengobatan dapat terjadi perut kembung, gejala ini biasanya akan
hiang pada terapi berikutnya. Diare mungkin terjadi pada penggunaan dosis
yang lebih tinggidengan komplikasi-komplikasi seperti kehilangan elektrolit
dan cairan tubuh.
Pernah dilaporkan mual dan muntah.
g. Kontra indikasi
Prolax dikontraindikasikan bagi yang diet gaaktosa bebas (galaktosemia).
h. Interaksi obat
Proses interaksi terjadi dengan obat anti infeksi dapat memengaruhi
penurunan laktulosa dan menghalangi pengasaman isi kolon.
Pemberian bersamaanantasid yang tidak diabsorbsi dengan laktulosa dapat
menghalangi pengaruh laktulosa dapat menghalangi pengaruh laktulosa dalam
menurunkan pH kolon.
i. Cara penyimpanan:
Simpan pada tempat yang sejuk, sebaiknya dibawah 30 o jangan sampai
membeku.
j. Kemasan:
Botol berisi 100 mL sirup.
13) Multivitamin
BAB 3
63
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada bab ini akan menjelaskan tentang proses atau konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan Penyakit Jantung Coroner (PJK).
3.1 Pengkajian
1) Pengumpulan data
a. Identitas klien:
Nama
: Tn. M
Umur/BB
: 46 tahun
Alamat
: Surabaya
IRD
: 26/10/2011 (12.16)
Ruangan
: 26/10/2011 (17.15)
KRS
: 1/11/2011
DX medis
: PJK NSTEMI
64
g. Riwayat kebiasaan klien : klien biasa merokok habis 1 pak dalam sehari
dan dilakukan sejak klien berumur 17 tahun.
2) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum: lemah, mual muntah (+)
b. Mukosa bibir tampak kering.
c. Turgor kulit jelek atau menurun.
d. TTV: TD: 90/60
N: 90x/mnt
Tanggal
Jenis Pemeriksaan
Hasil
26/10
Foto thx
26/10
ECHO
Ktup TR sedang
RV dilatasi EF 56%
26/10
EKG
27/10
EKG
30/10
EKG
31/10
EKG
4) Data laboratorium
4.1)
Hematologi
65
DATA LAB
DATA NORMAL
26/10
28/10
4,5-10,5X 103/mm3
12,2
9,33
GR
52,5-75,2%
78
LYM
20,5-51,1%
19,3
1,7-9,3%
2,7
1,01
3,9-5,0.106/L
3,78
Hb
11-18 g/dl
12,3
11,7
Hct
35-60%
36,4
MCV
81,1-96,0
96,3
MCH
27,0-31,2
MCHC
31,8-35,4
RDW
11,5-14,5
14,3
11,9
PLT
186
196
MPV
6,90-10,6
5,7
5,53
LED
<20/menit
45
PPT
11,3c10,5
30,9c27,9
0,00-0,00
1,09
WBC
MONO
RBC
APTT
INR
4.2)
32,4
30,9
32
Cardiac marker
DATA LAB
DATA NORMAL
26/10
LDH
240-480 U/L
1878
CKMB
7,0-25,0 U/L
105
4.3)
Kimia darah
66
DATA LAB
DATA NORMAL
26/10
GDA
40-121 mg/dl
117
SGOT
<38 U/I
321
SGPT
<41 U/I
186
Alb
3,5-5 mg/dl
2,8
BUN
10-20 mg/dl
14,4
Scr
0,5-1,2 mg/dl
0,74
4.4)
28/10
2,7
DATA LAB
DATA NORMAL
26/10
7,35-7,45 mmHg
7,513
35-45 mmHg
31,4
48,7
HCO3
21-25 mmol/
25,4
TCO2
[]
26,4
Beecf
-3,5-+2,0
2,3
SO2
88,2
Temp
370C
37
mmHg
61
Ph
PCO2
pO2
AaDO2
4.5)
Elektrolit
DATA LAB
DATA NORMAL
26/10
28/10
3,5 -5 mmol/L
3,5
3,1
Na
135-145 mmol/L
140
142
Ca
9-10 mg/dl
7,9
67
Regimen dosis
PZ
500cc/24 jam
O2
10 lpm
4lpm
Dopamine
200mg
IV
drip
dama 100ml PZ
Furosemide
2x1 amp
1-00
Enoxaparin
2x1,25 ml
ISDN
2x25
ASA
1x100mg
Clopidogrel
1x75mg
Captopril
3x6,25mg
Simvastamin
0-0-20mg (20.00)
Ranitidine inj
2x50mg
Albumin
Diazepam
0-0-5mg
Parasetamol
3x500 mg (k/p)
Lactulose
3x1C
Multivitamin
Po 1x1 tablet
Diet TKTPRG
1900 kal
2100
68
3. Kecemasan
atau
takut
b.d
keadaan
fisik
yang
tidak
dapat
TIDAK
EFEKTIFNYA
PERFUSI
KEPERAWATAN
JARINGAN
Kemungkinan dibuktikan
oleh :
HASIL YANG
Mendemonstrasikan
DIHARAPKAN KRITERIA
perfusi
adekuat
secara
EVALUASI PASIEN AKAN: nadi perifer/kuat, tanda vital dalam batas normal,
pasien
sadar
berorientasi,
keseimbangan
69
TINDAKAN/ INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
Selidiki perubahan tiba tiba
atau gangguan mental kontinu. dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh
Cotoh, cemas, bingung,
letargi, pingsan.
emboli sistemik.
Vasokonstriksi
sistemik
diakibatkan
oleh
isometric.
Namun
latihan
mepengaruhi
isometrik
curah
dapat
jantung
sangat
dengan
70
digunakan.
Pompa
pernafasan.
karena
konstipasi.
penggunaan
analgesic,
penurunan
mis.,. :
71
(Coumadin) ;
risiko
tromboflebitis
atau
untuk
terapi
antikoagulan
jangka
Simetidin (Tagamet);
PA, streptokinase;
indikasi.
72
DIAGNOSA
NYERI (AKUT)
KEPERAWATAN
Dapat dihubungkan
dengan :
arteri koroner.
Kemingkinan dibuktikan
oleh :
Wajah meringis
Gelisah, perubahan tingkat kesadaran.
Perubahan nadi, TD.
HASIL YANG
DIHARAPKAN KRITERIA
Mendemonstrasikan
relaksasi.
penggunaan
teknik
73
TINDAKAN/
RASIONAL
IENTERVENSI
Mandiri
Pantau karakteristik nyeri,
nyeri
hemodinamik (contoh,
berkeringat, mencengkram
terjadi
sebagai
temuan
pengkajian.
menilai
nyeri
dengan
membandingkannya
sebelumnya,
Penundaan
segera.
sesuai
pelaporan
dengan
nyeri
indentifikasi
menghambat
74
kerusakan
lanjut
dan
adan
regangan
jantung
serta
keterbatasan
gososkan punggung).
Pendekatan pasien dengan
tenang dan dengan percaya.
Bantu melakukan teknik
nyeri.
Memberikan
control
situasi,
visualisasi, bimbingan
imajinasi.
Periks tanda vitasl sebelum
75
DIAGNOSA
ANSIETAS/
KETAKUTAN,
URAIAN
KEPERAWATAN
TINGKATAN
Dapat dihubungkan
dengan :
sosioekonomi.
Ancaman kehilangan / kematian.
Tidak
sadar konflik
tentang
esensi nilai,
Perilaku takut
oleh :
pada
diri
sendiri,
mengekspresikan
Mengenal perasaanya.
DIHARAPKAN KRITERIA
Mengidentifikasi.
TINDAKAN/ INTERVENSI
Mandiri
Indentifikasi dan ketahui
tentang
lingkungan.
Cemas
berkelanjutan
76
beberapa
waktu
dan
dapat
telemetri.
disritmia
(khususnya
kontraksi
ventrikel
fungsi
jantung
atau
Kelebihan
latihan
meningkatkan
konsumsi/
miokardia.
Mengupayakan
penggunaan
bedpan
dapat
ke kamar mandi.
besar
dapat
mengakibatkan
kerja
77
cola.
penyelamatan
hidup
segera/
sesuai indikasi.
Memberikan
kemajuan/
informasi
perbaikan
sehubungan
infark,
dengan
status
fungsi
Adanya
elektrolit.
hipoksai
menunjukkan
kebutuhan
78
DIAGNOSA
KURANG
PENGETAHUAN
OF KNOWLEDGE
Kaji kesiapan dan hambatan dalam Kesalahan konsep dan menyangkal
belajar termasuk orang terdekat.
sudah
lama
dinikmati
menerima
membutuhkan
realitas
pengobatan
bahwa
kontinu,
normal.
Jelaskan
istilah
medis
yang
melanjutkan
pengobatan
dan
gunakan
terkontrol
dengan
baik
membantu
memahami
pasien
kebutuhan
untuk
untuk
risiko
kardiovaskuler menunjukkan
risiko
ini
hubungan
telah
dalam
79
cara
risiko
dapat
gejala.
pola
Dengan
perilaku
yang
dan
meningkatkan
empati
dapat
keberhasilan
pasien
pentingnya
menghentikan Nikotin
meningkatkan
rencana
untuk
pelepasan
mengakibatkan
merokok.
regimen
mempertahankan
pengobatan
perjanjian
lanjut.
karenanya,
berkelanjutan
evaluasi
untuk
yang
keberhasilan
pengobatan.
Terapi
yang
menurunkan
insiden
stroke,
gagal
gangguan
ginjal
dan
jantung,
efektif
kemungkinan MI.
Intruksikan
dan
peragakan
pendengaran,
ketajaman adalah
meyakinkan
untuk
pasien,
80
kebiasaan/kebutuhan
pribadi
pasien
81
yang
adekuat
dan
bersamaan dengan rasional, dosis, efek pemahaman bahwa efek samping (misal
samping yang diperkirakan serta efek perubahan suasana hati, peningkatan
yang merugikan, dan idiosinkrasi, berat badan awal, mulut kering) adalah
mis.,
kerja
sama
rencana
yang
meminimalkan
pengobatan.
Penjadwalan
Indikator
utama
keefektifan
terapi
obat
mendadak
dosis,
melebihi
dosis,
menghentikan
mengubah
tanpa
dan
atau
jangan
memberitahu
82
untuk
sering
obat-obatan
interaksi
obat
yang
yang
mengandung
stimulan
saraf
pasien
tentang Diuretik
dapat
menurunkan
kadar
memperbaiki
kekurangan.
penelitian
menunjukkan
minuman
yang
tinggi kalsium, misal susu rendah 2000 mg per hari dapat menurunkan
lemak, yogurt atau tambahan kalsium tekanan darah sistolik dan diastolik.
sesuai indikasi.
dari
regimen
obat
83
menerus,
nyeri
dada/sesak
napas,
berat
(1
kg/minggu)
badan
kg/hari
atau
yang
atau
2,5
pembengkakan
perifer/abdomen,
gangguan
yang
pingsan,
hebat
atau
kelemahan/kram
mual/muntah,
haus
episode
otot,
berlebihan,
penurunan libido/impoten.
Jelaskan rasional regimen diit yang Kelebihan lemak jenuh, kolesterol,
diharuskan
(biasanya
diit
didefinisikan
sebagai
risiko
nutrisi
tinggi
lemak
menurunkan
poli-tak
tekanan
jenuh
darah,
pada
orang-orang
pasien
sudah
mencukupi
hipertensi
jumlah
untuk
sedang
atau
obat
yang
84
cola, coklat.
Tekankan
pentingnya Dengan
perencanaan/penyelesaian
menyelingi
istirahat
dan
istirahat harian.
fisiologi
sendiri
aktivitas;
dan
hentikan
pasien
untuk
program
olahraga
sendiri
pasien
Tekankan
mampu
pentingnya
sistem
kardiovaskular.
aktivitas isometrik.
Menundukkan
kedepan
menurunkan
85
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh
adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria yang mengalirkan darah
ke otot jantung (http://repository.maranatha.edu).
Pada Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST kerusakan pada plak lebih berat
dan menimbulkan oklusi yang lebih persisten dan berlangsung sampai lebih dari 1
jam. Pada kurang lebih pasien Infark Miokard Akut Tanpa Elevasi ST , terjadi
oklusi trombus yang berlangsung lebih dari 1 jam, tetapi distal dari penyumbatan
terdapat koleteral. Trombolisis spontan, resolusi vasikonstriksi dan koleteral
memegang peranan penting dalam mencegah (Fabiyo ismantri, 2009).
86
Dapat pula menjelaskan kepada masyarakat tentang bahaya dan cara pengobatan
yang teratur pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
87
DAFTAR PUSTAKA
Deglin, Judith Hopfer, & April Hazard Vallerand. 2004. Pedoman Obat Untuk
Perawat. Jakarta: EGC
Dipiro, D. C., Talbert, R. M., Yee, G. C., Matzke, G. R., Welles, B. G., Posey, L.
M., 2005, Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, Sixth
Edition, 219-257, The McGraw-Hill Companies Inc, USA.
Dollery, C., 1999, Therapeutic Drugs, 2nd Edition, volume 1 (A-H), C38-C42,
Churchill Livingstone, USA.
Koda-Kimble, M. A., Young, L. Y., Kradjan, W. A., Guglielmo, B. J., Alldredge,
B. K., and Corelli, R. L., 2005, Applied Therapeutics: The Clinical
Use of Drugs, Eight edition, 17-2, 17-24, 17-25, 17-31, 17-32, 18-8,
18-23, 18-24, Lippincott, Williams and Wilkins, USA
Konsil Kedokteran Indonesia, 2007, MIMS edisi Bahasa Indonesia, volume 8, 5156, CMP Medika, Jakarta.
Lacy, C. F., Armstrong, L. L., Goldman, M. P., Lance, L. L., 2006, Drug
Information Handbook, 14th Edition, 262-264, Lexi-Comp Inc, Ohio.
Poppy, K., Komala, S., Santoso, A. H., Sulaiman, J. R., Rienita, Y., Nuswantari,
D., 1998, Kamus Saku Kedokteran Dorland, Edisi 25, EGC, Jakarta.
PT
Hexpharm
Jaya
Laboratories.
2010.
Simvastatin.
Rang, H. P., Dale, M. M., Ritter, J. M., Moore, P. K., 2003, Pharmacology, Fifth
Edition, 269, 300-302, Churchill Livingstone, USA.
88
Sunthornsaj, N., Fun, L. W., Evangelista, L. F., Labandilo, L. D., Romano, M. B.,
2005, MIMS, 101st Edition, 81, CMPMedica Asia Pte. Ltd., Singapore
Syuhada
Evita.
2012.
Simvastatin.
http://syuhadaevita.blogspot.com/2012/04/simvastatin.html . Diakses
pada tanggal 20 November 2014 jam 19.25
Tierney, L. M., Mcphee, S. J., Papadakis, M. A., Current Medical Diagnosis &
Treatment, 45th Edition, 385-340, 419, 424-425, 434, 440, McGrawHill Inc, USA.
Wikipedia. 2012. Simvastatin . http://en.wikipedia.org/wiki/Simvastatin . Diakses
pada tanggal 20 November 2014 jam 19.02