Anda di halaman 1dari 14

BAGIAN ILMU KARDIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN APRIL 2021

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

STENOSIS MITRAL

Oleh:
Resita Aulia Budiman
111 2020 2102

Dokter Pendidik Klinik:


dr. Nurhikmawati, Sp.JP, FIHA

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KARDIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Resita Aulia Budiman
NIM : 11120202102
Judul : Stenosi Mitral

Telah menyelesaikan tugas dan mendapat perbaikan. Tugas ini dalam


rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kardiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, April 2021

Dokter Pendidik Klinik Penulis

dr. Nurhikmawati, Sp. JP, FIHA Resita Aulia Budiman


BAB I

PENDAHULUAN

Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi

gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup mitral. Gangguan

aliran tersebut terjadi akibat kelainan struktur mitral menyebabkan

gagalnya katup mitral membuka sempurna sehingga terjadi gangguan

pengisian ventrikel kiri pada saat diastol.1

Penyebab terjadi stenosis mitral dapat bervariasi. Penyebab utama

terjadinya stenosis mitral tidak sama seperti penyakit katup jantung

lainnya. Penyebab terjadinya stenosis mitral kebanyakan disebabkan oleh

demam rematik, sedangkan penyebab lainnya yang sangat jarang adalah

kelainan kongenital, ekposur radiasi, mukopolisarkoidosis, kalsifikasi

annulus mitral, dan miksoma atrium kiri. Pada stenosis mitral, katup

jantung dapat mengalami perubahan karena terjadi proses fibrosis,

kalsifikasi, fusi korda, fusi komisura, dan penebalan leaflet/ katup di katup

mitral. Hal tersebut membuat katup mitral menjadi sulit untuk terbuka dan

menyebabkan aliran darah dari atrium kiri terhambat dan

menumpuk/terbendung. Bendungan ini akan terjadi terus menerus hingga

mencapai pembuluh darah pulmonal dan ventrikel kanan sehingga dapat

menyebabkan gangguan pada paru dan jantung. 1


Demam rematik merupakan penyebab utama terjadinya mitral

stenosis. Walaupun prevalensi demam rematik ini menurun drastis pada

negara maju, namun mitral stenosis masih menyebabkan morbiditas dan

mortalitas yang signifikan di seluruh dunia. Kelainan katup ini merupakan

penyakit yang berlangsung seumur hidup yang bersifat progresif dan

terus-menerus. Biasanya perjalanan penyakit yang stabil dan lambat pada

awal tahun akan diikuti dengan percepatan yang progresif beberapa tahun

kemudian. Pada penderita asimtomatik atau dengan simtom minimal,

angka harapan hidup dalam 10 tahun lebih dari 80%, dengan 60%

penderita tidak mengalami gejala progresif, tetapi bila ada gejala dengan

keterbatasan yang signifikan, angka harapan hidup dalam 10 tahun

menurun hingga 0-15%.2


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. DEFINISI

Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi

gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup mitral oleh karena

obstruksi pada level katup mitral. Kelainan struktur mitral ini menyebabkan

gangguan pembukaan sehingga timbul gannguan pengisian ventrikel kiri

pada saat diastole.3

Gambar 1 : Mitral Stenosis


2. 2. EPIDEMIOLOGI

Prevalensi terjadi mitral stenosis sebanding dengan prevalensi

penyakit rematik. Prevalensi penyakit rematik lebih tinggi di negara-negara

berkembang daripada Amerika serikat. Pada tahun 2000 insiden demam

reumatik di Amerika Serikat berkisar 0,5-2/100.000 penduduk dan

semakin menurun di tahun selanjutnya dikarenakan pengobatan yang luas

dan efektif dari penggunaan antibiotik dalam mengobati infeksi dari

streptococcus.8 Prevalensi penyakit rematik di negara berkembang

seperti di India mencapai 100-150 kasus per 100.000 penduduk tahun

2015. Sekitar 2/3 penderita stenosis mitral merupakan perempuan. Onset

dari gejala pertama biasanya muncul pada dekade ke-3 atau ke-4 masa

kehidupan. Survival Rate10 tahun pada pasien stenosis mitral dengan

gejala asimptomatik atau minimal mencapai angka 80%, sedangkan pada

pasien stenosis mitral dengan 1 gejala berat saja dapat menurunkan


1,4
Survival Rate 10 tahun menjadi 0 - 15%.

2. 3. ETIOPATOFISIOLOGI

Pada keadaan normal katup mitral mempunyai ukuran 4-6cm 2, bila

area orifisium katup berkurang sampai 2cm 2, maka diperlukan upaya aktif

atrium kiri berupa peningkatan tekanan atrium kiri agar aliran transmitral

yang normal dapat terjadi. Stenosis mitral kritis terjadi bila pembukaan

katup berkurang hingga menjadi 1cm2. Pada tahap ini diperlukan suatu

tekanan atrium kiri sebesar 25mmHg untuk mempertahankan cardiac

output yang normal. Peningkatan tekanan atrium kiri akan meningkatkan


tekanan pada vena pulmonalis dan kapiler, sehingga bermanifestasi

sebagai keluhan sesak (exertional dyspneu). Seiring dengan

perkembangan penyakit, peningkatan tekanan atrium kiri kronik akan

menyebabkan terjadinya hipertensi pulmonal, yang selanjutnya akan

menyebabkan kenaikan tekanan dan volume akhir diastol, regurgitasi

trikuspidal dan pulmonal sekunder dan seterusnya sebagai gagal jantung

kanan dan kongesti sistemik.4

Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada

stenosis mitral. Pada awalnya hipertensi pulmonal terjadi secara pasif

akibat kenaikan tekanan atrium kiri, terjadi perubahan pada vaskular paru

berupa vasokonstriksi akibat bahan neurohormonal seperti endotelin atau

perubahan anatomi yaitu remodel akibat hipertrofi tunika media dan

penebalan intima (reactive hypertension).4

Pelebaran progresif dari atrium kiri akan memicu dua komplikasi

lanjut, yaitu pembentukan trombus mural yang terjadi pada sekitar 20%

penderita, dan terjadinya atrial fibrilasi yang terjadi pada sekitar 40%

penderita.1

2. 4. DIANGNOSIS

Derajat berat ringannya stenosis mitral dapat juga ditentukan oleh

gradien trasmitral, luasnya area katup mitral. Serta hubungan antara

lamanya waktu antara penutupan katup aorta dan kejadian opening snap.

Berdasarkan luasnya area katup mitral, derajat stenosis adalah sebagai

berikut:3
1) Minimal : Bila area >2,5 cm2

2) Ringan : Bila area 1,4-2,5 cm2

3) Sedang : Bila area 1-1,4 cm2

4) Berat : Bila area <1,0 cm2

5) Reaktif : Bila area <1,0 cm2

Keluhan dan gejala stenosis mitral akan mulai muncul bila luas

area katup mitral menurun sampai seperdua dari normal (<2-2,5 cm 2).

Hubungan antara gradien dan luasnya area katup serta waktu pembukaan

katup mitral dapat dilihat pada table berikut:3

Sistem skoring katup mitral dapat menggunakan skor Wilkins

(Boston). Sistem skoring Wilkins mengevaluasi: penebalan katup,

mobilitas, kalsifikasi, dan penebalan subvalvular . Setiap kategori memiliki

4 skor. Morfologi katup mitral dikatakan menguntungkan apabila skor ≤ 8.3


Manifestasi klinis :

Kebanyakan penderita mitral stenosis bebas keluhan dan biasanya

keluhan utama berupa sesak napas dan dapat juga berupa fatigue."ada

stenosis mitral yang bermakna dapat mengalami sesak pada aktifitas

sehari-hari, paroksismal nocturnal dispnea, ortopnea atau oedema paru. 2

Aritmia atrial berupa fibrilasi atrium juga merupakan kejadian yang

sering terjadi pada stenosis mitral, yaitu 30-40%. Sering terjadi pada usia

yang lebih lanjut atau distensi atrium yang akan merubah sifat

elektrofisiologi dari atrium kiri, dan hal ini tidak berhubungan dengan

derajat stenosis.2

Manifestasi klinis dapat juga berupa komplikasi stenosis mitral

seperti tromboemboli, infektif endokarditis atau simtomatis karena

kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagia dan suara serak. 2
2. 5. TATALAKSANA

Stenosis mitral merupakan kelainan mekanis, oleh karena itu obat-

obatan hanya bersifat suportif atau simtomatis terhadap gangguan

fungsional jantung, atau pencegahan terhadap infeksi. Beberapa obat-

obatan seperti antibiotic golongan penisilin, eritromisin, sefalosporin sering

digunakan untuk demam rematik atau pencegahan endokardirtis. Obat-

obatan inotropik negatif seperti β-blocker atau Ca-blocker, dapat memberi

manfaat pada pasien dengan irama sinus yang memberi keluhan pada

saat frekuensi jantung meningkat seperti pada Latihan. 2

Antikoagulan warfarin sebaiknya digunakan pada stenosis mitral

dengan fibrilasi atrium atau irama sinus dengan ke!enderungan

pembentukan thrombus untuk mencegah fenomena tromboemboli. 2


indikasi untuk dilakukannya operasi adalah sebagai berikut ; 2

1. Stenosis sedang sampai berat, dilihat dari beratnya stenosis

(<1,7cm2) dan keluhan,

2. Stenosis mitral dengan hipertensi pulmonal,

3. Stenosis mitral dengan resiko tinggi terhadap timbulnya emboli,

seperti :

- Usia tua dengan fibrilasi atrium,

- Pernah mengalami emboli sistemik,

- Pembesaran yang nyata dariappendage atrium kiri.

Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu :2

1. Closed mitral commissurotomy, yaitu pada pasien tanpa

komplikasi,

2. Open Commissurotomy (open mitral valvotomy), dipilih apabila

ingin dilihat dengan jelas keadaan katup mitral dan apabila diduga

adanya trombus didalam atrium,

3. Mitral valve replacement, biasa dilakukan apabila stenosis mitral

Disertai regurgitasi dan kalsifikasi katup mitral yang jelas.

Sesuai dengan petunjuk dari American Collage of Cardiology/American

Heart Association (ACC/AHA) dipakai klasifikasi indikasi diagnosis

prosedur terapi sebagai berikut :2

1. Klas 1: Keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum

bahwa prosedur atau pengobatan itu bermanfaat dan efektif,


2. Klas 2: Keadaan dimana terdapat perbedaan pendapat tentang

manfaat atau efikasi dari suatu prosedur atau pengobatan,

a. II.a. : Bukti atau pendapat lebih ke arah bermanfaat atau

efektif,

b. II.b. : Kurang/tidak terdapatnya bukti atau pendapat adanya

menfaat atau efikasi.

3. Klas III: Keadaan dimana terdapat bukti atau kesepakatan umum

bahwa prosedur atau pengobatan itu tidak bermanfaat bahkan

pada beberapa kasus berbahaya.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :5
1) Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi

gangguan aliran darah dari atrium kiri melalui katup mitral oleh

karena obstruksi pada katup mitral. Kelainan struktur mitral ini

menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan

pengisian ventrikel kiri pada saat diastole.

2) Penyebab tersering dari stenosis mitral adalah demam reumatik

oleh infeksi kuman Streptococcus

3) Diagnosis dari stenosis mitral ditegakkan dari riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, foto thoraks (berupa kardiomegali, edem paru,

peningkatan dan pembesaran pembuluh darah pulmonal serta

adanya kalsifikasi), EKG dan Ekokardiografi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bonow RO, Carabello BA, Chatterjee K, et al. 2008 Focused

update incorporated into the ACC/AHA 2014. Guidelines for the

management of patients with valvular heart disease: a report of the


American College of Cardiology/American Heart AssociationTask

Force on Practice Guidelines (Writing Committee to Develop

Guidelines for the Management of Patients With Valvular Heart

Disease).Circulation2008;118:e523e661.

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18820172, diakses tanggal

20/8/2017).

2. Ethan S Brandler, MD, MPH. Mitral Stenosi. 13 April 2014 (diakses

tanggal 1 april 2017). Diunduh dari URL :

http://emedicine.medscape.com/article/758899-overview#showall

3. Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P, eds. Braunwald's Heart

Disease: ATextbook of Cardiovascular Medicine. 9th ed.

Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2011.

4. Baumgartner H, Hung J, Bernejo J, et al. Echocardiographic

assessment of valve stenosis: EAE/ASE recommendations for

clinical practice. J Am Soc Echocardiogr.2009;22:1-23.

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19130998" \t "_blank, diakses

tanggal 20/8/2017).

5. Osama I.I.Soliman, Ashraf M. Anwar, Ahmed K. Metawei. Jackie S.

McGhie, Marcel L. Geleijnse, dan Folkert J. Ten Cate. New Scores

for the Assessment of Mitral Stenosis Using Real-time Three-

dimensional Echocardiography. Curr Cardiovasc Imaging Rep. Oct

2011;4(5): 370-377. doi: 10.1007/s12410-011-9099-z

Anda mungkin juga menyukai