Anda di halaman 1dari 33

MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN

BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA


SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata merupakan sektor yang semakin penting karena memberi manfaat


ekonomi bagi penduduk. Dampak yang ditimbulkan pariwisata terhadap
perekonomian bukan hanya berasal dari pengeluaran wisatawan tetapi juga dari
penciptaan lapangan pekerjaan serta pengembangan sarana dan prasarana.
Pariwisata secara global menyumbang 9% gross domestic product (GDP) atau
USD 6 triliun, menciptakan 120 juta pekerjaan langsung dan 125 juta pekerjaan
tak langsung di bidang pariwisata (WEF, 2013). Di suatu negara, pariwisata
berdampak terhadap peningkatan produksi barang kebutuhan wisatawan;
tumbuhnya usaha jasa layanan pariwisata dan jasa akomodasi; peluang pekerjaan
bagi masyarakat lokal; peningkatan pendapatan masyarakat lokal; meningkatnya
aksesibilitas jalan dan jasa transportasi; dan bertambahnya layanan utilitas air
bersih, listrik, dan telekomunikasi. Manfaat pariwisata cenderung meningkat
sejalan dengan peningkatan permintaan pariwisata dunia. Dari tahun 1995 sampai
tahun 2014, jumlah kedatangan wisatawan dunia mempunyai tren meningkat
(UNWTO, 2015).

DKI Jakarta telah ditetapkan sebagai salah satu dari 50 destinasi wisata
nasional oleh pemerintah Indonesia (Kemensetneg, 2011). Kemudian, konsep
perencanaan pariwisata di area tersebut ditetapkan di dalam Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Tahun 2005-2025 yang disusun melalui pendekatan
komprehensif berkaitan dengan seluruh aspek, termasuk elemen sosial-ekonomi,
lingkungan, dan kelembagaan (Pemprov DKI Jakarta, 2012). Pola pemanfaatan
ruang untuk jalur wisata terdiri dari tiga jalur, yaitu jalur barat, jalur tengah dan
jalur timur. Jalur barat meliputi Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta, Kota Tua, Gajah
Mada-Hayam Wuruk, Taman Merdeka, Kebun Jeruk, Thamrin-Sudirman,
Senayan, Kebayoran, Tanah Abang. Jalur tengah meliputi Menteng-Kuningan,

Hal | 1
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Ragunan-Jagakarsa. Jalur timur meliputi Ancol Kelapa Gading, Kemayoran,


Kalapa Gading-Pulo Gadung, Jatinegara-Manggarai, Senen-Pasar Baru-Lapangan
Banteng-Gambir, Taman Mini Indonesia Indah, dan Cibubur-Condet. Dari ke tiga
jalur tersebut, terdapat delapan objek wisata unggulan, yaitu: (1) Taman Impian
Jaya Ancol, (2) Taman Mini Indonesia Indah, (3) Kebon Binatang Ragunan, (4)
Monumen Nasional, (5) Museum Nasional, (6) Museum Satria Mandala, (7)
Museum Sejarah Jakarta, dan (8) Pelabuhan Sunda Kelapa (Disparbud, 2012).

Namun DKI Jakarta menghadapi persoalan utama yang dapat memengaruhi


pengembangan daya saing pariwisata Jakarta, yakni kemacetan lalu lintas sebesar
(53,77%), disusul masalah banjir (19,13%) dan kesejahteraan masyarakat (5,52%)
(Puskapol UI, 2012). Sumber daya alam dan lingkungan hidup di Jakarta
mempunyai 5 persoalan, yaitu: (1) peningkatan konsumsi bahan bakar minyak; (2)
peningkatan produksi sampah; (3) banjir dan sistem drainase yang kurang baik;
(4) tingkat pencemaran tinggi; dan (5) belum optimalnya penataan ruang dan
peruntukan lahan. Rendahnya kualitas lingkungan hidup menjadi lebih buruk
karena pengaruh kesenjangan ekonomi, selain itu, jumlah dan pertumbuhan
penduduk tidak sebanding dengan daya tampung wilayah, dan rendahnya sikap
positif tentang kesehatan dan pencemaran lingkungan (BPLHD, 2013).

Masalah penting lain yang dihadapi DKI Jakarta adalah dalam lima tahun,
rata-rata pertumbuhan kunjungan wisatawan DKI Jakarta hanya mencapai 1,2%.
Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan kunjungan
wisata nasional sebesar 2,02% (BPS, 2011), dan lebih rendah dari rata-rata
pertumbuhan kunjungan wisatawan dunia sebesar 6,51% (UNWTO, 2011). Di
samping itu, DKI Jakarta juga menemui masalah dalam mencapai sasaran
pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata sebesar 7% sampai 8% (Pemprov DKI
Jakarta, 2012). Untuk itu, rata-rata pertumbuhan 1,2% tersebut tergolong masih
sangat rendah.

Rendahnya petumbuhan jumlah wisatawan DKI Jakarta disebabkan


rendahnya daya saing destinasi wisata. Salah satu batasan daya saing destinasi
wisata adalah kemampuan penyediaan barang dan jasa yang lebih baik dibanding

Hal | 2
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dengan destinasi wisata lain (Murphy, Pritchard, dan Smith, 2000). Daya saing
destinasi wisata sangat penting karena pada tingkat lebih luas, aspek ini
berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi (Alina dan Catalina, 2009).
Kurangnya kualitas dan daya saing pelayanan di dalam kota Jakarta menyebabkan
buruknya citra destinasi wisata kota tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat
Murphy, Pritchard, dan Smith (2000) bahwa kualitas pelayanan merupakan
elemen penting dari citra dan daya saing kawasan pariwisata. Studi empiris
menyatakan bahwa citra pariwisata merupakan indikator penting dari tinggi
rendahnya kualitas pelayanan kawasan pariwisata (Lee, 2009).

Daya saing destinasi wisata DKI Jakarta rendah juga disebabkan oleh kualitas
pelayanan sumber daya manusia yang kurang memuaskan. Kemacetan lalu lintas
kota yang terjadi dikarenakan oleh pelayanan aksesibilitas yang tidak memenuhi
kebutuhan penduduk dan wisatawan. Banyaknya polusi di wilayah kota Jakarta
karena tidak tegasnya pelaksanaan peraturan pembangunan termasuk peraturan
lingkungan hidup. Lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat kurang terlibat
dalam peningkatan daya saing kawasan pariwisata dan iklim usaha pariwisata.
Untuk mewujudkan kawasan pariwisata yang mempunyai daya saing secara
berkelanjutan, diperlukan keseimbangan pengembangan permintaan dan
penawaran. Menurut Organsisasi Pariwisata Dunia atau United Nations World
Tourism Organization, pariwisata berkelanjutan didefinisikan sebagai suatu
pengembangan pariwisata yang seimbang antara aspek lingkungan, ekonomi,
sosial budaya dari pengembangan pariwisata, sehingga dapat menjamin manfaat
jangka panjang bagi masyarakat (UNWTO, 2007). Daya saing dan keberlanjutan
sebuah kawasan pariwisata ini mempunyai hubungan timbal balik yang saling
mendukung iklim usaha dan keberlanjutan lingkungan (WEF, 2014; Alina dan
Catalina, 2009; Kline, 2007) serta berkontribusi terhadap kesejahteraan
masyarakat (Ritchie dan Crouch, 2000; Dwyer dan Kim, 2003; Gomezelj dan
Mihalic, 2008; Hassan, 2000; Yoon, 2002; Goffi, 2013).

Umumnya usaha mencapai keseimbangan pengembangan permintaan dan


penawaran secara berkelanjutan dihadapkan pada persoalan konflik kepentingan.

Hal | 3
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pemenuhan permintaan yang lebih besar dari kapasitas penawaran dapat


mengancam keberlanjutan lingkungan, tetapi penawaran dengan sedikit
permintaan dapat mengancam pendanaan keberlanjutan lingkungan. Oleh karena
itu, diperlukan pengembangan pariwisata yang seimbang antara permintaan dan
penawaran. Alur pengembangan pariwisata nasional dan kawasan pariwisata
daerah dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1.1 Pengembangan Pariwisata Nasional dan Kawasan Pariwisata Daerah

Persoalan terkait dengan kawasan pariwisata DKI Jakarta adalah rendahnya


daya tarik wisata, kurangnya kualitas aksesibilitas, sumber daya manusia,
penegakan hukum, pemasaran, kesadaran lingkungan, pelayanan kelembagaan,
dan pembinaan iklim usaha. Kompleksitas persoalan yang dihadapi memerlukan
solusi yang tepat agar daya saing dan keberlanjutan lingkungan kota terjaga.
Tanpa perencanaan pengembangan untuk mengatasi persoalan-persoalan yang
dihadapi DKI Jakarta sebagai destinasi wisata, dikhawatirkan daya saing akan
melemah sehingga menurunkan keberlanjutan lingkungan dan kawasan itu sendiri.

Hal | 4
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Persoalan yang ada di DKI Jakarta sebagian besar berada di wilayah kota.
Kepulauan Seribu memiliki karakter daya tarik wisata yang tidak mencerminkan
DKI Jakarta sebagai kota bisnis dan pariwisata. Kepulauan Seribu memiliki
karakter yang sangat jauh berbeda, yaitu sebagai destinasi wisata kepulauan
ataupun wisata bahari.

Oleh karena itu, sebagai langkah perencanaan pengembangan kawasan


pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan untuk kota Jakarta, diperlukan
satu model strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan
berkelanjutan yang di masa mendatang diharapkan dapat menjadi salah satu
model pengembangan kawasan pariwisata bagi kota-kota lain di Indonesia.

1.2 Pemilihan Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pada kriteria penentuan lokasi


penelitian kawasan pariwisata sebagai berikut:
(1) mendukung tercapainya tujuan penelitian, dapat melakukan verifikasi
informasi dan memberi nilai tambah pengembangan kawasan pariwisata;
(2) ketersediaan, kesesuaian, dan kelengkapan data yang dibutuhkan.
(3) sumber data dapat terdefinisikan dengan baik sesuai kebutuhan data;
(4) ketersediaan sampel cukup besar dan bervariasi sehingga dapat dipilih secara
objektif untuk mendukung pengembangan model penelitian;
(5) adanya faktor daya saing di lokasi kawasan pariwista;
(6) terdapat potensi daya tarik wisata yang mewakili karakter suatu daerah;
(7) mempunyai jumlah kunjungan wisatawan relatif besar;
(8) adanya kebijakan iklim usaha pariwisata dari pemerintah;
(9) adanya kebijakan daya saing dan keberlanjutan lingkungan dari pemerintah;
(10) kawasan pariwisata yang mempunyai karakter bisnis dan pariwisata.

Berdasarkan kriteria tersebut, bila ditinjau dari seluruh 50 DPN dan 222
KPPN di Indonesia, kawasan pariwisata DKI Jakarta khususnya dalam kota
Jakarta dipilih sebagai lokasi penilitian berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

Hal | 5
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

(1) kota Jakarta memiliki kompleksitas yang sangat tinggi, sehingga diharapkan
dapat mencakup sebagian besar kriteria komponen pariwisata yang ada di
Provinsi DKI Jakarta dan kota lain di Indonesia;
(2) kota Jakarta mewakili potensi daya tarik provinsi DKI Jakarta sehingga lokasi
penelitian tidak termasuk Kepulauan Seribu mempunyai karakter bisnis dan
pariwisata. Kepulauan Seribu mempunyai karakter daya tarik wisata
kepulauan dan wisata bahari yang sangat berbeda dengan mayoritas daya
tarik wisata Provinsi DKI Jakarta;
(3) hasil penelitan berdasarkan kriteria yang dimiliki kota Jakarta diharapkan
dapat dijadikan model untuk dicontoh di berbagai kota berkarakter bisnis dan
pariwisata di Indonesia.
Dilihat dari sudut pandang metode penelitian, lokasi penelitian yaitu kota
Jakarta dipilih secara purposive agar tujuan penelitian dapat tercapai.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang linkup penelitian meliputi wilayah, substansi dan pembahasan dalam


penelitian ini.

1) Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah kawasan pariwisata Jakarta


yaitu Taman Impian Jaya Ancol, Kota Tua Jakarta, Kelapa Gading,
Monumen Nasional, Pasar Tanah Abang, dan Senayan City, Kota
Kasablanka, Taman Mini Indonesia Indah, Kebun Binatang Ragunan,
dan Situ Babakan.

2) Ruang lingkup substansi penelitian ini adalah kepariwisataan terkait


dengan strategi pengembangan kawasan pariwisata.

3) Ruang lingkup pembahasan difokuskan pada analisis pengembangan


satu model strategi pengembangan kawasan pariwisata. Pembahasan
meliputi identifikasi dan analisis faktor-faktor penting yang
berpengaruh signifikan terhadap peningkatan daya saing dan
keberlanjutan kawasan pariwisata berdasarkan perspektif pemangku
kepentingan, yaitu pengunjung dan pakar pariwisata. Tahap terakhir

Hal | 6
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

adalah mengembangkan model strategi pengembangan kawasan


pariwisata di dalam kota sebagai destinasi bisnis dan pariwisata.
Selanjutnya, implementasi atau pelaksanaan model strategi tersebut
diserahkan kepada pihak pengelola kawasan pariwisata dan Pemprov
DKI Jakarta.

1.4 Definisi dan Konsep Pengembangan Kawasan Pariwisata yang Berdaya


Saing dan Berkelanjutan

Definisi Pengembangan Kawasan Pariwisata Yang Berdaya Saing Dan


Berkelanjutan adalah pengembangan kawasan pariwisata yang bertujuan untuk
menyediakan produk dan jasa pariwisata yang mampu bersaing secara efektif di
pasar pariwisata (Hassan, 2000; Ritchie dan Crouch, 2000, Dwyer dan Kim, 2003;
WEF, 2013), memiliki nilai lebih untuk wisatawan dan potensial wisatawan,
bermanfaat bagi keberlanjutan komunitas sosial, ekonomi, budaya, dan
lingkungan (Lundberg, 2011; ETB, 1987).

Konsep daya saing banyak diadaptasi dari teori ekonomi untuk industri atau
perusahaan (Porter, 1980, 1990; Alina dan Catalina, 2009) yang mendefinisikan
daya saing secara umum sebagai kemampuan bersaing perusahaan atau industri
atau negara secara berkelanjutan untuk meningkatkan produk dan proses dalam
rangka menciptakan keunggulan bersaing. Untuk pariwisata, daya saing destinasi
wisata adalah kemampuan penyediaan barang dan jasa yang lebih baik dibanding
destinasi lain (Murphy, Pritchard, dan Smith, 2000). Definisi lain adalah daya
saing adalah faktor-faktor yang mempu menciptakan penambahan nilai produk
(Alina dan Catalina, 2009; Dwyer dan Kim, 2003).

Sementara itu, definisi pengembangan berkelanjutan adalah “pengembangan


yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri” (WCED, 1987).
Pengembangan pariwisata berkelanjutan adalah pengembangan yang
memerhatikan hubungan 3 komponen lingkungan kegiatan pariwisata, yaitu:
pengunjung, penduduk, dan lingkungan tempat wisata (ETB, 1991) yang

Hal | 7
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

bermanfaat bagi keberlanjutan komunitas sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan


(Lundberg, 2011; ETB, 1987).
Sejumlah studi lain telah pula memberikan konsep daya saing destinasi
pariwisata (Hassan, 2000; Ritchie dan Crouch, 2000; Buhalis, 2000; Govers, Go,
dan Kumar, 2007; Gomezelj dan Mihalic, 2008; Dwyer dan Kim, 2003; WEF,
2013). Studi terdahulu umumnya meneliti masalah indikator daya saing dan
keberlanjutan lingkungan. Namun suatu konsep model daya saing dan
berkelanjutan lingkungan yang dihasilkan secara empiris dan menghasilkan model
yang memiliki bobot elemen yang terukur dengan pengujian dan validasi masih
sangat sedikit. Hasil studi terdahulu bukan merupakan suatu model strategi
pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan dari
hasil analisis manfaat, peluang, biaya, dan risiko berdasarkan penilaian pakar
pariwisata terkait pemasaran, pengembangan produk, dan lingkungan. Selain itu,
model yang telah ada tidak mempunyai urutan prioritas strategi alternatif
pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Variabel dalam disertasi ini disusun berdasarkan variabel-variabel yang ada
pada studi terdahulu (Hassan, 2000; Ritchie dan Crouch, 2000; Buhalis, 2000;
Govers, Go, dan Kumar, 2007; Gomezelj dan Mihalic, 2008; Dwyer dan Kim,
2003; WEF, 2013). Para pakar pariwisata sangat membantu dalam merancang,
menyeleksi, menilai variabel daya saing dan keberlanjutan kawasan pariwisata
yang dapat memperkuat daya saing dan keberlanjutan kawasan pariwisata yang
berdampak pada manfaat keberlanjutan komunitas sosial, ekonomi, budaya
penduduk, dan lingkungan (Lundberg, 2011; ETB, 1987).
Dari sisi permintaan, pengunjung membutuhkan lingkungan tempat wisata
yang memiliki kualitas pelayanan kawasan pariwisata yang secara terus menerus
ditingkatkan. Elemen kualitas pelayanan tempat wisata terdiri atas daya tarik
wisata, prasarana dan sarana, dan sumber daya manusia. Kualitas pelayanan
tempat fisik wisata memberi pengaruh kepada citra yang berimplikasi pada
pengembangan daya saing pariwisata (UN-WTO, 2004). Namun pengembangan
kawasan pariwisata dari sisi daya saing atas permintaan saja tidak cukup karena
harus diimbangi oleh keberlanjutan lingkungan kawasan dan komunitas sosial,

Hal | 8
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ekonomi, budaya. Sehingga, diperlukan penelitian yang menggabungkan


keseimbangan sisi permintaan dan penawaran. Agar dapat menjamin
pengembangan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan, penelitian
disertasi ini dirancang sebagai penelitian gabungan: (1) penelitian permintaan; dan
(2) penelitian keseimbangan permintaan dan penawaran.
Pada persiapan penelitian tahap pertama, diskusi kelompok terfokus
diselenggarakan untuk mengidentifikasi elemen daya saing dan keberlanjutan
kawasan pariwisata berdasarkan studi daya saing dan keberlanjutan destinasi
pariwisata terdahulu yang diikuti oleh sektor pemerintah, swasta, dan pakar
bidang pariwisata. Identifikasi elemen model daya saing berdasarkan permintaan
pengunjung terdiri atas:
1) Daya tarik wisata,
2) Prasarana dan sarana,
3) Sumber daya manusia,
4) Kualitas pelayanan kawasan pariwisata,
5) Citra kawasan pariwisata, dan
6) Daya saing usaha pariwisata.

Pada persiapan penelitian tahap kedua, kelompok diskusi terfokus


diselenggarakan lagi dengan materi konsep pengembangan kawasan pariwisata
yang berdaya saing dan keberlanjutan, studi terdahulu, dan hasil penelitian tahap
pertama. Hasil kelompok diskusi terfokus berupa identifikasi klaster tujuan,
klaster aspek, klaster masalah, klaster solusi dan klaster strategi dari kerangka
kerja ANP. Klaster tujuan berisi tujuan penelitian. Klaster masalah terdiri atas
masalah-masalah yang dihadapi kawasan pariwisata setiap aspek. Klaster solusi
terdiri atas solusi yang diusulkan untuk menyelesaikan masalah seitap aspek.
Klaster aspek terdiri atas:
- Objek dan daya tarik wisata,
- Aksesibilitas,
- Sumber daya manusia,
- Regulasi,
- Pemasaran,

Hal | 9
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

- Lingkungan,
- Kelembagaan, dan
- Iklim usaha,
Untuk mencapai tujuan pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing
dan berkelanjutan, dibutuhkan strategi. Definisi strategi adalah alat yang sangat
penting untuk mencapai tujuan yang diinginkan unit bisnis (Kotler dan Keller,
2012), keunggulan bersaing (Porter, 2007), berupa keputusan penawaran produk
atau jasa di pasar tertentu (Mintzberg, 1994). Dalam konteks pariwisata, strategi
adalah alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan terwujudnya
pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing di pasar pariwisata. Dalam
penelitian ini, klaster strategi terdiri atas strategi alternatif, yaitu :
1) Peningkatan kualitas sumber daya manusia,
2) Peningkatan komitmen pemangku kepentingan,
3) Peningkatan kualitas pelayanan prima,
4) Peningkatan pemasaran, dan
5) Pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Elemen model penelitian tahap pertama dan kedua digunakan untuk


menyusun pertanyaan dan hipotesis penelitian. Metode penelitian campuran
kemudian akan dibahas pada Bab III. Sedangkan pengaruh elemen dan atribut
masing-masing tahap penelitian dibahas pada Bab V dan Bab VI.

1.5 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kebijakan pengembangan pariwisata nasional, diperlukan


pengembangan kawasan pariwisata daerah yang seimbang antara permintaan dan
penawaran, sehingga konflik kepentingan pengembangan kawasan pariwisata
dapat diatasi. Baik permintaan maupun penawaran pengembangan kawasan
pariwisata daerah memerlukan manajemen dari pemerintah maupun swasta.
Citra pariwisata meliputi keberlanjutan lingkungan, keamanan dan
keselamatan, kebersihan dan kesehatan, pemasaran, dan preferensi harga. Untuk
mendukung iklim usaha pariwisata dan permintaan pengembangan kawasan

Hal | 10
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pariwisata, dibutuhkan kemudahan izin usaha, dana usaha pariwisata, kerja sama
pariwisata, sarana dan prasaran usaha pariwisata, informasi dan promosi usaha
pariwisata.
Sisi penawaran pariwisata meliputi daya tarik wisata alam, buatan, dan
budaya. Untuk mendukung pengembangan kawasan pariwisata, diperlukan sarana
dan prasarana transportasi udara, laut, dan darat. Sedangkan untuk mendukung
penawaran kualitas pelayanan kawasan pariwisata, sangat perlu dikembangkan
sumber daya manusia termasuk kompentensi, sikap, keramahan, etika, dan
kesopanan. Salah satu cara meningkatkan SDM adalah memerhatikan
pengembangan jumlah dan mutu sekolah ataupun kursus pariwsata.
Dalam pengembangan kawasan pariwisata daerah, diperlukan model strategi
pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan. Baik
masalah maupun usulan solusinya dapat dikelompokkan ke dalam delapan aspek,
yaitu objek dan daya tarik wisata, aksesibilitas, SDM, regulasi, pemasaran,
lingkungan, kelembagaan, dan iklim usaha. Ditinjau dari segi penawaran, Jakarta
merupakan pusat kebudayaan dan pusat wisata buatan. Dari aksesibilitas atau
transportasi nasional dan internasional, kawasan-kawasan pariwisata di Jakarta
menjadi salah satu pusat singgah wisatawan. Sumber daya manusia merupakan
aspek yang memengaruhi peningkatan permintaan dan penawaran kawasan
pariwisata.
Pelestarian dan keberlanjutan pengembangan kawasan pariwisata dijaga
dengan penerapan regulasi lingkungan. Pemasaran sebagai unsur penentu
permintaan menjadi aspek kunci peningkatan citra dan kunjungan wisatawan.
Kelembagaan dan iklim usaha juga mendukung kelangsungan pengembangan
kawasan pariwisata. Dengan demikian, kawasan-kawasan pariwisata DKI Jakarta
ini mempunyai fungsi sebagai salah satu model kawasan pariwisata di dalam kota
dengan berbagai masalah sarana dan prasarana, lingkungan hidup, sumber daya
manusia, dan kualitas atraksi wisata dan citra. Peningkatan kebijakan dan
pengembangan kawasan pariwisata memerlukan strategi utama dan pendukung.
Model hasil penelitian secara lebih luas diharapkan menjadi peluang replikasi
model pengembangan kawasan pariwisata untuk kota-kota lain yang mempunyai

Hal | 11
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

karakter dan permasalahan yang mirip dengan kota Jakarta yaitu sebagai kota
bisnis dan pariwisata. Kota yang saat ini telah mempunyai persoalan ataupun
dikemudian hari diprediksi akan mempunyai persoalan yang mirip dengan
persoalan kota Jakarta seperti kurangnya ketersediaan prasarana dan prasarana,
rendahnya kesadaran lingkungan hidup, dan rendahnya komitmen pemangku
kepentingan (stakeholder) diharapkan dapat menerapkan model hasil penelitian
ini.

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tahun 2030 DKI Jakarta
yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1
Tahun 2012, kawasan pariwisata mempunyai pengaruh penting dalam aspek
pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, dan
daya dukung lingkungan hidup, serta keamanan. Strategi penataan ruang antara
lain pengembangan kawasan pariwisata dalam skala regional, nasional, dan
internasional dengan membangun prasarana bertaraf internasional dan revitalisasi
kawasan Kota Tua, kawasan wisata belanja, kawasan pariwisata terbuka untuk
umum.

Berkenaan dengan kualitas lingkungan, meskipun telah diatur dalam


Peraturan Bersama Gubernur DKI Jakarta, Kepala Kepolisian, Kepala Kejaksaan,
dan Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup Regional Jawa tentang
Penegakan Hukum Lingkungan Hidup Terpadu, masih dijumpai masalah
lingkungan hidup di kota Jakarta yang kurang mendukung pengembangan
pariwisata. Peningkatan jumlah wisatawan dapat mengakibatkan pertambahan
jumlah bangunan pendukung pariwisata, berkurangnya resapan air, peningkatan
polusi udara, peningkatan jumlah sampah, kemacetan lalu lintas, pertambahan
lingkungan kumuh, banjir karena pencemaran lingkungan. Bila hal ini tidak
ditangani dengan baik, dikhawatirkan akan menurunkan citra Jakarta sebagai
destinasi wisata, termasuk kawasan-kawasan wisata di dalamnya yang pada
gilirannya akan melemahkan daya saing dan menghambat pertumbuhan
kunjungan wisata.

Hal | 12
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Menurut teori pertukaran sosial (social excange theory), pembangunan akan


diterima masyarakat apabila mempunyai dampak postitif, dengan kata lain,
manfaat yang diterima lebih besar dibanding pengorbanan atau biaya yang
dikeluarkan. Masyarakat cenderung menolak dampak negatif dan menerima
dampak positif pariwisata (McGehee dan Andereck, 2004; Wang dan Pfister,
2006). Agar pengembangan suatu kawasan pariwisata mempunyai manfaat
berkelanjutan, terlebih dahulu diperlukan model strategi pengembangan kawasan
pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Berdasarkan keberlanjutan permintaan dan penawaran dalam pengembangan


kawasan pariwisata, diperlukan pengembangan permintaan dan penawaran secara
simultan. Pengembangan kawasan pariwisata yang hanya berorientasi pada
peningkatan permintaan yang menghasilkan peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan tetapi dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan. Di sisi lain, pengembangan kawasan pariwisata yang hanya
menitikberatkan pada penawaran dalam jangka panjang mengakibatkan
pengeluaran untuk penawaran lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang
dalam jangka panjang memengaruhi keberlanjutan lingkungan kawasan dan
keberlanjutan manfaat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pengembangan
permintaan dapat dilakukan dengan peningkatan daya saing, sedangkan
pengembangan penawaran dilakukan dengan peningkatan keberlanjutan
lingkungan. Agar dapat diperoleh hasil yang optimal, dalam strategi
pengembangan kawasan pariwisata harus melibatkan daya saing dan
keberlanjutan secara simultan.

Hal | 13
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sumber : Analisis Sendiri

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Kebutuhan Model Strategi Pegembangan


Kawasan Pariwisata yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan

1.6 Perumusan Masalah

Prinsip pengembangan daya saing pariwisata yang berkelanjutan antara lain


adanya keberlanjutan penggunaan elemen-elemen daya saing, yang terdiri atas
sumber daya alam dan budaya, penyediaan sarana dan prasarana, peningkatan
sumber daya manusia, partisipasi para pemangku kepentingan, lingkungan hidup,
pemasaran, kelembagaan, regulasi, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat, serta
kesejahteraan masyarakat yang berkelanjutan. Berdasarkan elemen daya saing
tersebut, dibuat kajian dalam satu model komprehensif dan saling terkait sebagai
dasar rekomendasi pengembangan kawasan-kawasan pariwisata di Jakarta.

Hal | 14
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sebagian penelitian berfokus pada faktor utama yang memengaruhi daya


saing destinasi wisata. Namun, penelitian model daya saing destinasi mempunyai
penekanan yang berbeda dan tanpa pengujian yang tepat (Goffi, 2013). Masih
sedikit model pengembangan daya saing kawasan-kawasan pariwisata di dalam
sebuah destinasi pariwista perkotaan dengan berbagai kompleksitas elemen dan
kendalanya yang dilakukan. Salah satunya adalah model indeks daya saing
pariwisata antar negara dikembangkan oleh World Economic Forum (2013) berisi
peringkat daya saing 140 negara yang dimutakhirkan setiap dua tahun. Oleh
karena itu, penelitian disertasi ini dalam rangka pengembangan satu model strategi
pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan
berdasarkan perspektif permintaan dan penawaran dari pemerintah dan swasta
dalam sebuah kota besar seperti Jakarta.
Kemudian, untuk menentukan strategi pengembangan kawasan pariwisata
yang melibatkan variabel yang kompleks, dibutuhkan satu penyederhanaan sistem
yaitu dengan pemodelan, sebuah model yang dapat mengakomodasi kompleksitas
variabel. Model dapat dijadikan contoh untuk kasus lain yang mempunyai variabel
sama meskipun untuk lokasi yang berbeda. Misalnya, model strategi
pengembangan kawasan pariwisata DKI Jakarta dapat berperan sebagai contoh
model bagi kawasan pariwisata di daerah lain di Indonesia yang memiliki atau
akan memiliki persoalan yang sama, seperti masalah objek dan daya tarik wisata,
aksesibilitas, sumber daya manusia, regulasi, pemasaran, lingkungan hidup,
kelembagaan, dan iklim usaha, demikian pula kota yang mempertimbangkan
masalah sikap penerimaan masyarakat terhadap dampak pembangunan kawasan
pariwisata. Sikap tersebut berhubungan dengan teori pertukaran sosial untuk
pariwisata, yaitu pengembangan kawasan pariwisata diterima oleh masyarakat
karena pengorbanan lebih sedikit dibandingkan dengan besarnya manfaat positif
dan ditolak oleh masyarakat karena pengorbanan lebih banyak dibandingkan
manfaat positifnya.

Hal | 15
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 1.3 Hubungan Pariwisata Jakarta, Daya Saing dan Model Simbolik

Agar lebih banyak manfaat bagi kesejahteraan masyarakat, diperlukan


peningkatan faktor-faktor daya saing kawasan pariwisata. Perencanaan
pengembangan sebuah kawasan pariwisata berkaitan langsung dengan teori
pengembangan daya saing pariwisata. Dukungan pengembangan daya saing dan
keberlanjutan kawasan pariwisata diperlukan dalam rangka meningkatkan manfaat
positif pengembangan kawasan pariwisata. Dalam sebuah model strategi
pengembangan, diperlukan identifikasi dan analisis terhadap variabel yang secara
signifikan memengaruhi pengembangan sebuah model strategi pengembangan
kawasan yang berdaya saing dan berkelanjutan. Variabel tersebut dapat
diidentifikasi antara lain berdasarkan pendapat pengunjung dan pakar pariwisata
yang kemudian dibuat hasil analisa yang dapat digunakan pada strategi
pengembanan kawasan pariwisata lain yang mempunyai variabel yang sama.
Beberapa literatur lain telah memperkenalkan konsep model daya saing
destinasi wisata (Hassan, 2000; Heath, 2002; Ritchie dan Crouch, 2000; Dwyer
dan Kim, 2003; Gomezelj dan Mihalic, 2008; Yoon, 2002). Sebagian besar
penelitian berfokus pada efektifitas dan efisiensi peningkatan daya saing suatu
destinasi wisata agar dapat menciptakan produk yang kompetitif sehingga dapat
bersaing di pasar nasional dan global. Elemen-elemen daya saing seharusnya
sasuai dengan permintaan pasar yang beragam (Gunn, 2002; Inskeep, 1991) yang
berkaitan dengan perencanaan, pengembangan, dan keberlanjutan. Sisi permintaan
dan penawaran menimbulkan persoalan kepentingan yang harus dipecahkan oleh

Hal | 16
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

para pemangku kepentingan. Permasalahannya adalah bagaimana agar kedua sisi


tersebut seimbang dan berlangsung terus menerus dalam memberikan dampak
positif pendapatan masyarakat dan meminimalkan dampak negatif kerusakan
lingkungan. Solusi dari persoalan tersebut diambil sebagai dasar penyusunan
strategi pengembangan destinasi wisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Kerangka pemikiran yang berdasarkan literatur di atas menjelaskan bahwa
pengembangan destinasi wisata adalah usaha mempertemukan permintaan dengan
penawaran dan mengatasi masalah yang timbul secara berkelanjutan. Oleh karena
itu, pada tahap pertama, permintaan wisatawan dan penawaran kawasan
pariwisata perlu diketahui, kemudian pada tahap kedua ditentukan strategi
pengembangan agar kawasan mampu memiliki daya saing dan berkelanjutan.
Apabila disederhanakan, berdasarkan kerangka pemikiran, perumusan masalah
dapat digambarkan dalam dua tahap.
Tahap pertama adalah perumusan masalah yang akan diteliti berdasarkan
permintaan menurut perspektif pengunjung kawasan-kawasan pariwisata yaitu :
a. peningkatan daya tarik wisata berpengaruh terhadap kualitas pelayanan
kawasan pariwisata;
b. peningkatan sarana dan prasarana berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan kawasan pariwisata;
c. peningkatan sumber daya manusia berpengaruh terhadap kualitas
pelayanan kawasan pariwisata;
d. peningkatan kualitas pelayanan pariwisata berpengaruh terhadap citra
kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan;
e. peningkatan kualitas pelayanan kawasan pariwisata berpengaruh
terhadap daya saing usaha pariwisata;
f. peningkatan citra kawasan pariwisata berpengaruh terhadap daya saing
usaha pariwisata.

Hal | 17
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Gambar 1.4 Perumusan Masalah

Tahap kedua adalah perumusan masalah yang akan diteliti berdasarkan


keseimbangan permintaan dan penawaran menurut perspektif pemangku
kepentingan. Perumusan masalah tahap kedua terkait dengan 8 aspek penting
dalam pengembangan kawasan pariwisata yang memerlukan strategi
pengembangan yaitu :
a. peningkatan kualitas sumber daya manusia;
b. peningkatan komitmen pemangku kepentingan;
c. peningkatan kualitas pelayanan prima;
d. peningkatan pemasaran;
e. pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Pengembangan kawasan pariwisata yang sesuai dengan kosep pengembangan


kawasan pariwisata yang berdaya saing tersebut harus melibatkan analisis kriteria
manfaat, peluang, biaya dan risiko. Terkait dengan kriteria ini, diperlukan
peningkatan komitmen pemangku kepentingan. Sedangkan untuk meningkatakan
manfaat antara lain diperlukan peningkatan pemasaran. Strategi tersebut penting
dikarenakan tujuan pengembangan kawasan pariwiasata selain produk pariwisata
harus mampu bersaing secara efektif di pasar pariwisata tetapu juga harus
memiliki manfaat berkelanjutan terhadap perekonomian. Disamping itu
pengembangan kawasan pariwisata juga memperhatikan keberlanjutan komunitas

Hal | 18
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

sosial, budaya dan lingkungan yang sangat berkaitan dengan strategi peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan pengembangan pariwisata berkelanjutan.

1.7 Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian Tahap I. Dalam pengembangan kawasan pariwisata


yang berdaya saing dan berkelanjutan:

a. Apakah daya tarik wisata berpengaruh positif terhadap peningkatan


kualitas pelayanan kawasan pariwisata?
b. Apakah sarana dan prasarana berpengaruh positif terhadap peningkatan
kualitas pelayanan kawasan pariwisata?
c. Apakah sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap peningkatan
kualitas pelayanan kawasan pariwisata?
d. Apakah kualitas pelayanan kawasan pariwisata berpengaruh positif
terhadap peningkatan citra kawasan pariwisata?
e. Apakah kualitas pelayanan kawasan pariwisata berpengaruh positif
terhadap daya saing usaha pariwisata?
f. Apakah citra kawasan pariwisata berpengaruh positif terhadap daya
saing usaha pariwisata?

Yang dimaksud dengan berpengaruh positif dalam penelitian ini adalah satu
atribut berpengaruh terhadap atribut lain dalam pengembangan kawasan
pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Pertanyaan penelitian Tahap II. Dalam keputusan strategi pengembangan


kawasan parwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan :

a. Pada prioritas ke berapa dan berapa besarnya pengaruh peningkatan


kualitas sumber daya manusia terhadap alternatif strategi pengembangan
kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan?
b. Pada prioritas ke berapa dan berapa besarnya pengaruh peningkatan
komitmen pemangku kepentingan terhadap alternatif strategi

Hal | 19
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan


berkelanjutan?
c. Pada prioritas ke berapa dan berapa besarnya pengaruh peningkatan
kualitas pelayanan prima terhadap alternatif strategi pengembangan
kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan?
d. Pada prioritas ke berapa dan berapa besarnya pengaruh peningkatan
pemasaran terhadap alternatif strategi pengembangan kawasan
pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan?
e. Pada prioritas ke berapa dan berapa besarnya pengaruh pengembangan
pariwisata berkelanjutan terhadap alternatif strategi pengembangan
kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan?

1.8 Hipotesis Penelitian

Dari sisi permintaan, hipotesis diusulkan dan model struktural diuji untuk
menentukan pengaruh daya tarik wisata, prasarana dan sarana, serta sumber daya
manusia terhadap kualitas pelayanan kawasan pariwisata.
Daya tarik wisata menarik untuk dikunjungi karena memengaruhi kualitas
kawasan pariwisata. Sediaan sumber daya alam, buatan, dan budaya yang ada
memengaruhi penyediaan produk berupa jasa atau pelayanan daya tarik wisata.
Prasarana, sarana pariwisata dan transportasi yang tersedia memengaruhi
kualitas pelayanan kawasan pariwisata dalam hal kemudahan wisatawan
melakukan perjalanan wisata. Prasarana dan sarana merupakan produk pelayanan
yang mendukung kualitas pelayanan dari sisi kemudahan wisatawan dalam
melakukan perjalanan wisata.
Sumber daya manusia memberi pengaruh terhadap kualitas pelayanan
terutama di dalam kawasan pariwisata. Jasa pariwisata dilayani langsung oleh
sumber daya manusia.
Kualitas pelayanan kawasan pariwisata yang holistik adalah terintegrasinya
kualitas pelayanan daya tarik wisata, sarana dan prasarana, serta sumber daya

Hal | 20
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

manusia. Dengan kata lain, kualitas pelayanan kawasan pariwisata dalam hal ini
bukan hanya kualitas pelayanan sumber daya manusia saja tetapi kualitas
pelayanan kawasan pariwisata dalam arti yang lebih luas yaitu kualitas pelayanan
daya tarik wisata, prasarana dan sarana, aksesibilitas, dan sumber daya manusia.
Kualitas pelayanan yang diharapkan oleh pengunjung termasuk kualitas daya tarik
wisata yang ingin dikunjungi, aksesibilitas sampai dengan pelayanan sumber daya
manusianya.
Pelayanan kawasan pariwisata yang terintegrasi memengaruhi daya saing
usaha pariwisata dan citra. Diduga semakin berkualitas pelayanan kawasan
pariwisata, semakin tinggi daya saing usaha dan citra pariwisata. Secara umum
daya saing usaha dipengaruhi oleh citra produknya. Dalam konteks kawasan
pariwisata, daya saing usaha pariwisata dipengaruhi oleh citra produk wisata yang
disediakan oleh kawasan pariwisata. Kerangka kerja penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1.5.

Gambar 1.5 Kerangka Kerja Penelitian

Hipotesis Tahap I adalah sebagai berikut:

H1: Daya tarik wisata berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan


kawasan pariwisata.
H2: Sarana dan prasarana berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan
kawasan pariwisata.

Hal | 21
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

H3: Sumber daya manusia berpengaruh positif terhadap kualitas pelayanan


kawasan pariwisata.
H4: Kualitas pelayanan kawasan pariwisata berpengaruh positif terhadap
citra kawasan pariwisata.
H5: Kualitas pelayanan kawasan pariwisata berpengaruh positif terhadap
daya saing usaha pariwisata.
H6: Citra kawasan pariwisata berpengaruh positif terhadap daya saing usaha
pariwisata.

Kawasan pariwisata dapat berdaya saing dan berkelanjutan bila didukung


oleh solusi masalah yang dihadapi oleh aspek-aspek: objek dan daya tarik wisata,
aksesibilitas, sumber daya manusia, regulasi, pemasaran, lingkungan,
kelembagaan, dan iklim usaha. Setiap aspek mempunyai masalah dan usulan
solusinya. Untuk mencapai tujuan penelitian, dalam rangka memberikan solusi
masalah yang dihadapi sesuai dengan masing-masing aspek, diperlukan strategi
alternatif. Strategi alternatif peningkatan kualitas sumber daya manusia,
peningkatan komitmen pemangku kepentingan, peningkatan kualitas pelayanan
prima, peningkatan pemasaran, dan pengembangan pariwisata berkelanjutan
bertujuan untuk mencapai pengembangan kawasan kawasan pariwisata yang
berdaya saing dan berkelanjutan. Agar tujuan pengembangan kawasan pariwisata
yang berdaya saing dan berkelanjutan dapat diwujudkan, diduga ada urutan
prioritas dan persentase bobot strategi alternatif.

Hipotesis Tahap II adalah sebagai berikut:

H7: Ada bobot strategi alternatif peningkatan kualitas sumber daya manusia,
peningkatan komitmen pemangku kepentingan, peningkatan kualitas
pelayanan prima, peningkatan pemasaran, dan pengembangan
pariwisata berkelanjutan terhadap pengembangan kawasan pariwisata
yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Hal | 22
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.9 Keaslian Penelitian

Penelitian terdahulu terkait dengan penelitian ini adalah model


pengembangan daya saing destinasi wisata yang melibatkan 3 faktor utama, yaitu:
sumber daya alam dan buatan, faktor pendukung, dan komitment terhadap
lingkungan hidup. Seluruh model yang terdahulu melibatkan ketiga hal tersebut
dengan perbedaan pada pengelompokan elemen daya saing pariwisata. Ritchie
dan Crouch (2000) mengembangkan model daya saing destinasi pariwisata yang
mempunyai elemen lengkap. Model dikembangkan berdasarkan elemen daya
saing yang ada pada Strategi Bersaing oleh Porter (1996) seperti faktor pendukung
dan sumber daya, manajemen, kebijakan, perencanaan dan pengembangan,
kualifikasi dan perkuatan faktor penentu, lingkungan mikro keunggulan
komparatif, dan lingkungan makro keunggulan kompetitif. Elemen-elemen model
strategi pengembangan daya saing lengkap dan kompleks. Namun, strategi
keunggulan bersaing dari model ini bersifat sangat umum tidak spesifik terhadap
satu kawasan pariwisata. Model Ritchie dan Crouch hanya mempunyai satu arah
pengembangan dan tidak membahas besarnya hubungan antar elemen daya saing
terhadap model pengembangan daya saing destinasi wisata yang dibentuk.
Pada saat yang hampir besamaan, dilakukan pemodelan daya saing destinasi
wisata oleh Hassan (2000) yang menekankan masalah komitmen keberlanjutan
lingkungan sebagai salah satu dari empat elemen daya saing pariwisata. Keempat
elemen tersebut adalah permintaan, keunggulan komparatif, struktur industri, dan
komitmen terhadap lingkungan hidup. Keempat elemen hanya mempunyai satu
arah dukungan serentak kepada daya saing pasar pariwisata. Model
pengembangan daya saing destinasi wisata ini juga bersifat umum tanpa
mengukur besarnya nilai kontribusi keempat elemen terhadap daya saing pasar.
Demikian pula, di dalam setiap elemen tidak ditemukan nilai kontribusi dan
besarnya hubungan antar sub elemen daya saing pariwisata terhadap model
pengembangan daya saing destinasi wisata yang pada gilirannya dapat digunakan
untuk menentukan strategi pengembangan daya saing destinasi wisata.

Hal | 23
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Berdasarkan model pengembangan daya saing destinasi wisata Dwyer dan


Kim (2003), terdapat 2 kelompok elemen yaitu sumber daya dan manajemen.
Sumber daya meliputi alam, warisan budaya, sumber daya buatan, faktor
pendukung. Manajemen meliputi manajemen pemerintah dan industri. Baik
kelompok sumber daya maupun manajemen dipengaruhi oleh kondisi situasional
dan permintaan. Pada setiap kelompok, terdapat hubungan timbal balik antar
elemen yang kemudian mendukung terbentuknya daya saing destinasi wisata.
Namun pada model tersebut, tidak dijelaskan besarnya nilai kontribusi kelompok
dan elemen-elemen daya saing dalam masing-masing kelompok tidak mempunyai
nilai kontribusi terhadap daya saing destinasi wisata. Setiap elemen daya saing
mempunyai prioritas sama sehingga strategi pengembangan destinasi wisata dapat
dilakukan tanpa prioritas
Model pengembangan daya saing destinasi pariwisata Gomezelj dan
Mihalic (2008) diadaptasi dari model Dwyer dan Kim (2003). Pada model ini,
terdapat hubungan 2 kelompok elemen pembetuk model. Kelompok pertama
terdiri atas elemen sumber daya alam dan budaya, sumber daya buatan, dan
sumber daya pendukung. Kelompok kedua terdiri atas elemen manajemen
destinasi wisata, kondisi permintaan, kondisi situasional. Hubungan timbal balik
antar elemen terjadi di masing-masing kelompok dan tanpa memiliki peringkat
prioritas elemen pengembangan daya saing destinasi wisata.
Model daya saing pariwisata dalam bentuk tabel yang mempunyai elemen
paling lengkap adalah model World Econoic Forum (WEF, 2013). Model tersebut
digunakan untuk menghasilkan indeks daya saing pariwisata suatu negara. Setiap
elemen daya saing memiliki skor tetapi tidak menjelaskan hubungan antar elemen.
Model WEF bersifat sangat umum dalan membandingkan daya saing antar negara
namun keakuratan skor indikator daya saing dapat menjadi perdebatan. Salah satu
contoh adalah skor aspek kebudayaan Indonesia lebih rendah dibanding skor
kebudayaan Singapura, sementara diketahui bahwa ragam budaya Indonesia jauh
lebih banyak dibandingkan ragam budaya Singapura. Meski begitu, indeks daya
saing WEF penting karena dapat dijadikan acuan peringkat daya saing pariwisata

Hal | 24
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

antar negara dengan kelemahan bahwa skor indikatornya tidak objektif dan dapat
diperdebatkan.
Model struktural strategi daya saing destinasi wisata (Yoon, 2002)
ditentukan bedasarkan variabel dampak pengembangan pariwisata, sikap terhadap
lingkungan, identitas tempat wisata, preferensi pengembangan atraksi wisata, dan
dukungan terhadap daya saing destinasi wisata. Metode yang digunakan adalah
sebuah metode kuantitatif yaitu structural equation modeling. Hasil analisis
menyatakan bahwa ada hubungan positif antara persepsi pemangku kepentingan
terhadap manfaat dampak pariwisata dengan pengembangan atraksi wisata, ada
hubungan positif antara sikap pemangku kepentingan dengan pengembangan
atraksi wisata, dan ada hubungan positif antara identitas tempat wisata dengan
pengembangan atraksi wisata. Elemen daya saing yang mempunyai nilai
kontribusi terbesar terhadap pengembangan atraksi wisata adalah dampak
pengembangan pariwisata disusul oleh sikap terhadap lingkungan, dan identitas
tempat wisata. Hasil penelitian berfokus pada pengembangan atraksi wisata untuk
mendukung strategi daya saing wisata. Penelitian Yoon tidak menganalisis
berbagai aspek, permasalahan, solusi dan strategi pengembangan daya saing
kawasan pariwisata. Strategi pengembangan daya saing destinasi wisata berkaitan
dengan aspek kuantitatif dan aspek kualitatif yang kompleks.
Penelitian ini bertujuan untuk membangun model strategi pengembangan
kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan. Dua metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif SEM pada tahap
pertama, dan metode kualitatif ANP pada tahap kedua penelitian. Kelemahan
metode kuantitatif SEM dapat ditutupi dengan metode kuanlitatif ANP. Penelitian
tahap pertama digunakan untuk mengidentifikasi dan menganalisis elemen
pengembangan daya saing kawasan pariwisata berdasarkan perspektif pengunjung
yang mencerminkan pelayanan yang diharapkan oleh sisi permintaan yang
hasilnya digunakan sebagai masukan penelitian tahap kedua. Penelitian tahap
kedua untuk mengidentifikasi dan menganalisis aspek, baik kuantitatif maupun
kualitatif yang mencakup sisi permintaan dan penawaran berdasarkan evaluasi
pakar pariwisata. Penelitian ini juga menentukan besarnya nilai relatif elemen

Hal | 25
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

daya saing kawasan pariwisata dalam membentuk model yang akan dihasilkan.
Penelitian ini menganalisis berbagai aspek, permasalahan, solusi dan strategi
pengembangan daya saing kawasan pariwisata. Aspek bersifat kuantitatif dan
kualitatif yang kompleks dianalisis dalam penelitian ini untuk membangun model
strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian ini mengisi kesenjangan
penelitian (research gap) terkait besarnya nilai kontribusi setiap elemen atau
indikator daya saing serta nilai kontribusi setiap alternatif strategi dalam
perumusan model strategi pengembangan kawasan pariwisata dengan mengambil
kasus spesifik yang belum pernah ada yaitu pengembangan kawasan pariwisata
yang berdaya saing dan berkelanjutan Jakarta. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode kuantitatif SEM dan metode kualitatif ANP. Pemilihan strategi
dengan pendekatan alternatif strategi pengembangan kawasan pariwisata dengan
metode pengambilan keputusan multi kriteria ANP. Sedangkan kriteria diambil
berdasarkan indeks daya saing pariwisata WEF dan elemen-elemen penelitian
terdahulu tersebut.

1.9 Kebaruan Penelitian

Kebaruan penelitian (novelty) terletak pada pengembangan satu model


strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan bekelanjutan
berdasarkan keseimbangan sisi permintaan dan penawaran. Disamping itu, model
strategi ini memiliki elemen-elemen pengembangan kawasan pariwisata yang
terukur sehingga memudahkan pengambil keputusan dalam menentukan strategi
utama. Strategi pengembangan dapat dipilih untuk model maupun bagian model
yang telah mempertimbangkan dampak manfaat, peluang, biaya dan risiko
pengembangan kawasan pariwisata. Penelitian dilakukan dengan prosedur dan
metode yang relatif baru, yaitu metode kuantitatif Structural Equation Modeling
(SEM) dan metode kualitatif Analytic Network Procces (ANP).
Penelitian ini dilakukan di dalam kota yang terkenal sebagai kota bisnis dan
pariwisata. Masalah yang diteliti bersifat aktual dan strategis yaitu tentang

Hal | 26
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

peningkatan daya saing kawasan pariwisata di dalam kota yang padat penduduk
dan sebagai satu kota pusat transportasi nasional. Hasil penelitian
mempertimbangkan elemen-elemen daya saing yang kompleks baik berdasarkan
kajian literatur, perspektif wisatawan, penilaian profesional, evaluasi akademisi,
perspektif asosiasi pariwisata sehingga metode yang digunakan mampu
menganalisis kompleksitas variabel peningkatan daya saing sebuah kawasan
pariwisata.
Untuk memperoleh kebaruan, diperlukan penelitian state of the art yang
didefinisikan sebagai penelitian sesuai dengan perkembangan seperti perangkat,
prosedur, proses, teknik yang modern pada waktu tertentu (Merriam webster,
2015) serta memiliki tinjauan pustaka dan analisis penelitian menggunakan data
primer dan desk-top survey (Avellino, 2012; Le, 2014). Dalam penelitian ini,
teknik dan prosedur pengambilan data permintaan pasar adalah teknik purposive
sampling untuk metode penelitian Structural Equation Modeling (SEM) yang
relatif baru dan mulai sering digunakan untuk bidang pariwisata. Kemudian,
dilakukan wawancara mendalam serta diskusi terfokus untuk metode penelitian
kualitatif Analytic Network Procces (ANP). Untuk menganalisis data penelitian,
digunakan perangkat keras komputer, dan perangkat lunak LISREL 8.81 untuk
analisis SEM dan perangkat lunak Super Decision versi 2.0 untuk analisis ANP;
kedua perangkat lunak tersebut relatif masih baru. Dengan kata lain, prosedur dan
proses penelitian sesuai dengan metode penelitian yang saat disertasi ini disusun
masih relatif baru. Selain itu, dokumen-dokumen yang dijadikan referensi
meliputi hasil penelitian berupa disertasi, tesis, skripsi, buku, jurnal, laporan, dan
statistik.
Model pengembangan daya saing dan keberlanjutan destinasi pariwisata
terdahulu tidak menunjukkan urutan prioritas pengembangan, uji kecocokan
model, dan uji hubungan antar variabel. Di samping itu, model terdahulu kurang
dapat diaplikasikan untuk menentukan strategi pengembangan kawasan
pariwisata. Persoalan lain adalah masih sedikit model yang memberikan nilai
pada elemen pengembangan kawasan pariwisata. Besarnya nilai elemen daya
saing sangat diperlukan dalam mendapatkan urutan prioritas dalam menentukan

Hal | 27
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

strategi dan kebijakan pengembangan kawasan pariwisata. Masih sedikit model


pengembangan daya saing destinasi wisata perkotaan yang memiliki pembobotan
variabel latennya (Budi, 2015).
Dengan identifikasi nilai kontribusi elemen model pengembangan kawasan
pariwisata, para pemangku kepentingan dapat berkerjasama secara sinergis
berdasarkan urutan elemen pengembangan yang perlu lebih dahulu
dikembangkan. Banyak penelitian hanya berfokus secara parsial pada penawaran
seperti ekowisata, potensi, daya tarik wisata, aksesibilitas, dan fasilitas pendukung
sediaan destinasi wisata. Banyak pula penelitian pariwisata yang berfokus pada
permitaan dan faktor pendukungnya seperti pemasaran intensif, kepuasan
wisatawan. Masih jarang penelitian yang menggabungkan permintaan yang
melibatkan kompleksitas variabel laten dan penawaran yang melibatkan
kompleksitas atribut kualitatif. Pada umumnya, penelitian terdahulu menghasilkan
model pengembangan daya saing pariwisata yang mempunyai variabel dan sub
variabel relatif sedikit dan kadang tanpa urutan prioritas variabel untuk strategi
pengembangannya. Padahal, urutan prioritas elemen model pengembangan
kawasan pariwisata dapat berubah apabila melibatkan dampak manfaat, peluang,
biaya dan risiko (benefits, opportunities, costs, risks atau BOCR). Oleh karena itu,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan model untuk menentukan
strategi pengembangan suatu kawasan pariwisata yang berdaya saing di dalam
sebuah kota bisnis dan pariwisata secara berkelanjutan dengan
mempertimbangkan BOCR. Penelitian ini juga secara terintegrasi melibatkan sisi
permintaan dan penawaran, tidak seperti penelitian terdahulu yang sebagian besar
hanya melihat dari sisi permintaan, atau penawaran, atau berfokus pada elemen
kuantitatif atau elemen kualitatif.

Sebagai contoh, penelitian yang dilakukan pada tahun 1970 sampai 1980
berfokus pada manajemen (WTO, 1973), identifikasi fase pengembangan
(Thurot,1973; Miossec,1977), kawasan berdasarkan karakter wisatawan
(Plog,1973), daur hidup kawasan pariwisata (Butler, 1980), dan persyaratan
pengembangan (Reime dan Hawkins, 1979). Dari tahun 1981 sampai 1990
sebagai contoh, penelitian hanya memfokuskan pada konsep batas kegiatan dalam

Hal | 28
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

kawasan pariwisata (Gormsen, 1981), konsep pemgembangan berkelanjutan


(WCED,1987), identifikasi jenis usaha pariwisata indonesia (UU No. 9, 1990),
dan pengembangan kawasan ekowisata (Ceballos-Lascurain, 1990). Periode tahun
1991 sampai tahun 2000, sebagai contoh, berfokus pada konsep keberlanjutan
kawasan pariwisata (ETB,1991), keberhasilan kerjasama agrowisata (Cooper,
Fletcher, Gilbert, Shepherd and Wanhill,1998), perencanaan kawasan pariwisata
oleh pemerintah pusat dan daerah, swasta (UN-WTO, 1994; Butler,1996),
keunggulan bersaing bidang bisnis (Porter,1990), daya saing dan lingkungan
(Poon, 1993), atribut fasilitas, aksesibilitas, kualitas pelayanan, harga, citra,
lingkungan, daya tarik wisata (Go & Govers,1999), efek skala dan lokasi
pariwisata terhadap (Nuryanti, 1998) manfaat pariwisata terhadap perekonomian
(Prideaux,2000; Murphy, Pritchard &Smith (2000). Selanjutnya, dari tahun 2001
sampai tahun 2010, penelitian berfokus pada daya saing destinasi wisata (Ritchie
dan Crouch, 2000; Dwyer dan Kim, 2003; Gomezelj dan Mihalic, 2008; Hassan,
2000; Yoon, 2002; Dwyer , 2003), peran iklim usaha terhadap pengembangan
pariwisata (Kline, 2007), pelayanan wisatawan lintas budaya (Lu, et al, 2007),
strategi pemasaran taman nasional (Meilani, 2008), evaluasi atribut daya saing
wisata (Crouch, 2008), uji citra dan efek pelayanan destinasi terhadap kunjungan
masa mendatang (Lee, 2009), perilaku penduduk terhadap keberlanjutan
komunitas pariwisata (Choi & Murray,2010), strategi pemasaran parwisata
berdasarkan sumber daya dan kemampuan pemasaran (Wu, et.al., 2010).
Selanjutnya, dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, penelitian hanya
berfokus pada indeks daya saing pariwisata antar negara (WEF, 2013), misalnya
kerjasama kawasan rekreasi kunci keberhasilan (Binotto & Akahoshi, 2013),
model struktural pengembangan daya saing kawasan pariwisata Jakarta (Budi,
2015), strategi pengembangan daya saing kawasan Kota Tua Jakarta (Budi, 2015),
model pengembangan citra kawasan pariwisata Jakarta (Budi, 2015), dan wisata
belanja Jakarta (Budi, 2015). Bagan perkembangan penelitian dari tahun 1970
sampai tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.6.

Hal | 29
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Sumber : Hasil Analisis Sendiri

Gambar 1.6 State of The Art Penelitian

Suatu state of the art review tentang keberlanjutan pariwisata berfokus pada
pengembangan, keberlanjutan pariwisata, penerapannya pada lingkungan manusia
dan lingkungan fisik. Suatu proses state of the art tinjauan pengetahuan dan
penelitian hendaknya berfokus pada perbedaan, persoalan, aplikasi dan
kekurangannya (Butler, 2007). Untuk mendapatkan penelitian yang state of the
art, penilitian harus mencakup perkembangan terkini tentang topik yang relevan,
menentukan kontribusi penelitian, menentukan novelty penelitian, memastikan
tidak ada duplikasi dan plagiarisme, dan menggunakan sumber jurnal
(Dharmawan, 2015). Sejalan dengan hal tersebut, penelitian ini berfokus pada
perkembangan terkini dari topik yang relevan, menentukan kontribusi penelitian
berupa pengembangan model, menentukan kebaruan model strategi
pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan. Dalam
mencapai tujuan penelitian, dipastikan tidak ada duplikasi, plagiarism penelitian

Hal | 30
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dan dengan merujuk pada sumber jurnal, prosiding, buku, dan sumber luar
jaringan maupun dalam jaringan.

Tabel 1.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian

Langkah Koleksi Data Analisis Data

Langkah I Desk Research : Analisis Tinjauan Pustaka


Tinjauan Pustaka Model Referensi artikel jurnal, disertasi, Tinjauan pustaka, perbandingan,
Pengembangan Daya Saing tesis, skripsi, laporan statistik perbedaan, kekurangan konsep
Kawasan Pariwisata. daya saing kawasan sebagai
destinasi wisata
Gambaran umum lokasi penelitian Data artikel jurnal, tesis, skripsi, Analisis deskriptif data terkoleksi
termasuk kawasan pariwisata laporan, statistik, rencana tata untuk gambaran umum lokasi
ruang wilayah, rencana penelitian
pembangunan
Analisis Deskriptif dan
Langkah II Survei Lapangan
Multivariat
Pemodelan struktural daya saing Koleksi data profil dan tingkah Analisis deskriptif profil dan
kawasan pariwisata berdasarkan laku responden menggunakan tingkah laku konsumen yaitu
sisi permintaan, yaitu perspektif teknik purposive sampling dengan wisatawan sebagai responden
pengunjung instrumen kuesioner

Pemodelan struktural daya saing Koleksi data menggunakan teknik Hubungan dan kontribusi antar
kawasan pariwisata berdasarkan purposive sampling dengan variabel laten (tak teramati) dan
sisi permintaan yaitu perspektif instrumen kuesioner indikatornya
pengunjung

Uji model struktural, t-test, Data dan penyajian data siap Analisis hasil dan pembahasan
Goodness of Fit (GOF) dianalisis model struktural SEM

Langkah III Survei Lapangan Multiple Criteria Decision Making


Pemodelan dengan metode ANP Kepada para pakar dengan Digunakan Analitic Network
strategi pengembangan kawasan wawancara mendalam (in depth- Process (ANP)
pariwisata interview) dan kuesioner

Analisisi Benefits, Opportunities, Data dan penyajian data siap di Digunakan analisis ANP BOCR
Cost, and Risk (BOCR) strategi analisis
pengembangan kawasan
pariwisata

Langkah IV Gabungan Langkah I, II, III Pengambilan Keputusan


Penentuan strategi pengembangan Penggabungan hasil dan Pengambilan keputusan kriteria
kawasan pariwisata yang berdaya Pembahasan Langkah I, II dan III prioritas strategi pengembangan
saing dan berkelanjutan kawasan pariwisata yang berdaya
saing dan berkelanjutan
Langkah V Pengambilan keputusan Metode ANP BOCR
Kesimpulan dan saran Data hasil multi kriteria Langkah Hasil peringkat prioritas kriteria
berdasarkan hasil penelitian secara IV strategi
keseluruhan

Sumber : Adaptasi dari Le (2014)

Hal | 31
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitan


utama disertasi ini, dengan 5 langkah pengumpulan data dengan masing-masing
tujuan untuk : (1) tinjauan literatur; (2) pemodelan struktural SEM; (3) pemodelan
dengan metode ANP BOCR; (4) pengambilan keputusan strategi utama, dan; (5)
pengambilan kesimpulan dan saran.

1.11 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan satu model


strategi pengembangan kawasan pariwisata yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Sedangkan secara khusus penelitian ini ditujukan untuk : (a) menentukan pilihan
strategi yang paling optimal dalam rangka mengembangkan daya saing dan
keberlanjutan kawasan pariwisata; (b) mamahami pengaruh dan keterkaitan
elemen-elemen pengembangan kawasan pariwisata sebagai kriteria dalam
menentukan alternatif strategi utama dan strategi pendukung.
Untuk mencapai tujuan umum dan khusus penelitian tersebut, maka tujuan
anatara disusun yaitu : (1) menganalisis permintaan pengunjung terhadap daya
tarik wisata, sarana dan prasarana, sumber daya manusia yang mempengaruhi
kualitas pelayanan kawasan, citra kawasan dan daya saing usaha pariwisata; (2)
mengidentifikasi aspek-aspek pengembangan kawasan pariwisata berdasarkan
keseimbangan permintaan dan penawaran; (3) melakukan analisis masalah, usulan
solusi masalah dan skenario strategi standar, realists, optimistis, dan pesimistis;
(4) pengambilan keputusan strategi utama dan strategi pendukung yang paling
baik dan optimal bagi terwujudnya kawasan pariwisata yang berdaya saing dan
berkelanjutan.

1.12 Manfaat Penelitian

Penelitian memberikan kontribusi teoritis dan praktis pengembangan


kawasan pariwisata. Penelitian memberikan manfaat pada pengetahuan teoritis,
yaitu memberikan kontribusi positif terhadap pengembangan satu model strategi

Hal | 32
MODEL STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PARIWISATA YANG BERDAYA SAING DAN
BERKELANJUTAN : DKI JAKARTA
SADAR PAKARTI BUDI
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pengembangan kawasan pariwisata, sebagai koreksi terhadap teori peningkatan


daya saing destinasi wisata yang telah ada pada literatur. Hal ini dicapai dengan
menguji secara empiris berdasarkan perspektif wisatawan dan penilaian para
pakar pariwisata tentang aspek-aspek pengembangan daya saing kawasan-
kawasan pariwisata dalam suatu kota berkarakter kota tujuan bisnis dan
pariwisata.

Dari sudut pandang teoritis:

(1) sebagai salah satu acuan pengembangan ilmu pengetahuan;


(2) sumbangan teori tentang model strategi pengembangan kawasan pariwisata
yang berdaya saing dan berkelanjutan.

Dari sudut pandang praktis:

(1) sebagai referensi perencanaan dan pengembangan daya saing destinasi wisata
yang berdaya saing dan berkelanjutan;
(2) menjadi sumber yang reliabel bagi para praktisi untuk perencanaan strategis
dan penyusunan program demi memperkuat daya saing destinasi wisata;
(3) sebagai acuan penyempurnaan kebijakan pengambangan kawasan pariwisata
dalam kota, pembinaan sosial, budaya, ekonomi, hukum, lingkungan hidup,
dan kelembagaan, sehingga dapat mendukung daya saing dan keberlanjutan
kawasan pariwisata.

Hal | 33

Anda mungkin juga menyukai