Disusun oleh:
Jason Bustam
01073170163
Pembimbing:
dr. Agnes Tineke, Sp.KJ
PENDAHULUAN
Demensia berasal dari kata Latin dementatus yang berarti pikiran seseorang. Kata demensia
pertama kali dipergunakan pada abad pertama sesudah Masehi, dan diperkenalkan sebagai
penjelasan dari etiologi penyakit menyerupai sekarang oleh Oribasius, seorang ahli medis pada
abad ke 4. Oribasius menggunakan istilah untuk penyakit atrofi cerebri yang menyebabkan
gangguan intelektual dan kelemahan motorik pada saat itu, dan dikembangkan oleh banyak
ahli hingga masa kini. Demensia merupakan sindrom atau kumpulan gejala yang diakibatkan
oleh penyakit atau gangguan otak yang bersifat kronis dan progresif. Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyebutkan bahwa demensia termasuk dalam
kategori gangguan mental organik.
Prevalensi dari demensia pada penyakit Alzheimer terbilang cukup tinggi. Pada negara
Amerika Serikat ditemukan ada sekitar 4,7 juta orang menderita demensia tipe Alzheimer dan
jumlah ini akan terus meningkat pesat seiring berjalannya waktu. Pada Standar Kompetensi
Dokter Indonesia (SKDI), penyakit demensia memiliki tingkat kompetensi 3A yang berarti
para dokter harus mampu membuat diagnosis klinis berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan lainnya, dapat memberikan terapi pendahuluan dan merujuk ke
spesialis yang relevan. Disusul oleh Alzheimer yang memiliki SKDI 2 yaitu para dokter harus
mampu mendiagnosa berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta.
Oleh sebab itu, demensia pada penyakit Alzheimer penting untuk diketahui bagi para dokter.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Demensia merupakan sindrom atau kumpulan gejala yang diakibatkan oleh penyakit atau
gangguan otak yang bersifat kronis dan progresif. Terdapat gangguan fungsi kortikal luhur
yang multipel, diantaranya termasuk daya ingat, daya pikir, daya tangkap, berhitung,
kemampuan belajar, berbahasa dan daya nilai. Penyakit ini biasanya disertai dengan penurunan
pengendalian emosi, perilaku sosial dan atau motivasi hidup.1
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyebutkan bahwa
demensia termasuk dalam kategori gangguan mental organik. Gangguan mental organik
merupakan gangguan yang berkaitan dengan penyakit atau gangguan sistemik atau otak yang
dapat didiagnosis secara tersendiri. Gangguan ini termasuk gangguan mental simptomatik,
dimana pengaruh terhadap otak merupakan akibat sekunder dari penyakit atau gangguan
sistemik di luar otak. Gangguan mental organik sendiri memiliki gambaran utama berupa
gangguan fungsi kognitif, gangguan sensori, dan kumpulan gejala dengan manifestasi di
bidang persepsi, pikiran dan emosi. Beberapa jenis gangguan mental organik lainnya selain
demensia adalah sindrom amnesik dan delirium. 2-3
2.2. Epidemiologi
Penelitian menyebutkan bahwa angka kejadian demensia dipengaruhi oleh usia lanjut.
Prevalensi demensia tercatat sebesar 2 persen pada usia 65 hingga 69 tahun, lalu meningkat
secara signifikan menjadi 20 persen pada usia 85 hingga 89 tahun. Pada tahun 2010 ditemukan
sekitar 35,6 juta orang di dunia ini menderita demensia. Pada negara Inggris ditemukan bahwa
lebih dari 500.000 penduduk menderita demensia, sedangkan pada Amerika Serikat ditemukan
ada sekitar 4,7 juta orang menderita demensia tipe Alzheimer. Prevalensi demensia lebih tinggi
pada daerah Amerika Latin, namun diperkirakan bahwa bagian lain dari Amerika, Afrika, dan
Asia akan mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun kedepan. Menurut penelitian,
dikisarkan akan ada 115,4 juta orang di dunia ini menderita demensia pada tahun 2050. 3-4
2.3. Diagnosis
2.3.1. Klasifikasi
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyatakan pedoman
diagnostik demensia sebagai adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang
mengganggu kegiatan harian, tidak adanya gangguan kesadaran, dan terjadi paling tidak 6
bulan. PPDGJ membagi demensia kedalam beberapa tipe, diantaranya adalah demensia pada
penyakit Alzheimer, demensia vaskular, demensia pada penyakit lain dan demensia yang tidak
ditentukan (YTT).
2.3.2. Anamnesis
Pada anamnesis diperlukan beberapa hal yang perlu ditanyakan pada pasien yang dicurigai
memiliki keluhan yang menyerupai demensia. 5-6
2.4.2. Delirium
Penyakit ini merupakan diagnosis banding yang sangat penting dari demensia. Delirium atau
acute confusional syndrome adalah gangguan dari fungsi kongitif dan kesadaran yang bersifat
sekunder dari gangguan sistemik. Delirium juga sering ditemukan pada pasien lanjut usia. Pada
delirium akan ditemukan etiologi spesifik yang mendasari seperti infeksi, trauma, kegagalan
fungsi organ, obat-obatan dan toksin. Disorientasi dan halusinasi dapat ditemukan pada
delirium. Delirium memiliki ciri khas yaitu gejala bersifat akut dan dapat berfluktuasi, dan
pada beberapa pasien gejala lebih sering ditemukan memburuk pada malam hari.7-9
2.4.3. Mild Cognitive Impairment (MCI)
Pada MCI dapat ditemukan derajat gangguan kognitif berada diantara proses penuaan normal
dan demensia. MCI sendiri dapat diasumsikan sebagai stadium pre-demensia. Pasien dengan
MCI akan datang dengan keluhan penurunan fungsi memori ringan dan kecepatan memproses
informasi, dan gangguan mengingat kembali kejadian sehari-hari namun aktivitas sehari-hari
tidak terganggu. Pemeriksaan fisik dan penunjang dapat menunjukkan hasil normal. Dalam
mendiagnosis MCI, dapat digunakan pemeriksaan yang cukup sensitif yaitu Montreal
Cognitive Assessment (MoCA).7-9
2.6. Komplikasi
Penyakit Alzheimer secara umum akan menunjukkan perburukan progresif dalam memori
jangka pendek dan fungsi berbahasa. Gangguan ini akan berkelanjutan dan menyebabkan
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Kedepannya pasien dapat mengalami depresi
bila tingkat tilikan mereka tidak terganggu. Seiring dengan berjalannya waktu, pasien dapat
mengalami gejala delusi dan halusinasi, hingga pada tahap akhir dapat muncul gejala-gejala
parkinsonian dan gangguan motorik lainnya. Pasien dengan Alzheimer akan mengalami resiko
tinggi untuk terkena infeksi seperti pneumonia dan lainnya. Pada tahap akhir tatalaksana
paliatif sangat berpengaruh untuk mengurangi penderitaan yang dialami oleh pasien.14-18
BAB III
KESIMPULAN
Demensia pertama kali dipergunakan pada abad pertama sesudah Masehi, dan diperkenalkan
sebagai penjelasan dari etiologi penyakit menyerupai sekarang oleh Oribasius, seorang ahli
medis pada abad ke 4. Oribasius menggunakan istilah untuk penyakit atrofi cerebri yang
menyebabkan gangguan intelektual dan kelemahan motorik pada saat itu, dan dikembangkan
oleh banyak ahli hingga masa kini. Demensia merupakan sindrom atau kumpulan gejala yang
diakibatkan oleh penyakit atau gangguan otak yang bersifat kronis dan progresif. Pedoman
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) menyebutkan bahwa demensia
termasuk dalam kategori gangguan mental organik.
Prevalensi dari demensia pada penyakit Alzheimer terbilang cukup tinggi. Pada negara
Amerika Serikat ditemukan ada sekitar 4,7 juta orang menderita demensia tipe Alzheimer dan
jumlah ini akan terus meningkat pesat seiring berjalannya waktu. Diperlukan pemeriksaan
menyeluruh untuk mendiagnosis demensia, dimulai dari anamnesis hingga pemeriksaan
penunjang. Tatalaksana pada pasien demensia pada penyakit Alzheimer terfokus untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien menjadi lebih baik dan mencegah perburukan penyakit.
Langkah tatalaksana dapat ditempuh dengan medikamentosa maupun non-medikamentosa.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada demensia pada penyakit Alzheimer adalah depresi,
delusi, halusinasi, gejala parkisonian serta terjadinya infeksi. Diperlukan tatalaksana dan
perawatan yang menyeluruh pada pasien untuk menjaga kualitas hidup pasien tetap baik.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Mograbi DC, Ferri CP, Sosa AL, et al. Unawareness of memory impairment in
dementia: a population-based study. Int Psychogeriatr. 2012 Jun, 24(6):931-9.
2. Amar K, Wilcock G. Fortnightly Review: Vascular dementia. BMJ. 1996 January,
312(7025):227-231.
3. Boeve BF. A review of the non-alzheimer dementias. J Clin Psychiatry. 2006
December, 67(12)1985-2001.
4. Reisberg B. Dementia: asystematic approach to identifying reversible causes.
Geriatrics. 1986 April, 41(4):30-46.
5. Rabins PV, Merchant A, Nestadt G. Criteria for diagnosing reversible dementia caused
by depression. J Psychiatry. 2014 May:488-92.
6. Webster R, Holyroyd S. Prevalence of psychotic symptoms in delirium.
Psychosomatics. 2000 December, 41(6):519-22.
7. Inouye SK. Delirium in older persons. N Engl J Med. 2006 March, 354(11):1157-1165.
8. Lamberty GJ, Bieliauskas LA. Distinguishing between depression and dementia in the
elderly: a review of neurophysiological findings. 2003, 8:149-170.
9. Petersen RC. Mild cognitive impairment. N Engl J Med. 2011 June, 364(23):2227-
2234.
10. Tombaugh TN, Mcintyre NJ. The mini mental state examination: a comprehensive
review. J Am Geriatr Soc. 2002 September, 40(9):922-935.
11. Frisoni GB, Fox NC, Jack CR JR, Scheltens P, Thompson PM. The clinical use of
structural magnetic resonance imaging in alzheimer diseas. Nat Rev Neuro. 2010
February, 6(2):67-77.
12. Ishikawa E, Yanaka K, Sugimoto K, et al. Reversible dementia in patients with chronic
subdural hematomas. J Neurosurg. 2002 April, 96(4):680-3.
13. Tripathi M, Vibha D. Reversible dementias. Indian J Psychiatry. 2009 January,
51(1):52-55.
14. Deschenes CL, Mccurry SM. Current treatments for sleep disturbances in individuals
with dementia. Curr Psychiatry Rep. 2009 Februaty, 11(1):20-26.
15. Burns R, Nichols LO, Martindale AJ, et al. Primary care interventions for dementia
caregivers: 2-year outcomes from the REACH study. Gerontologist. 2003 August,
43(4):547-55.
16. Doody RS, Stevens JC, Beck C, et al. Practice parameter: management of dementia (an
evidence-based review). American Academy of Neurology. 2001 May, 56(9):1154-66.
17. Qaseem A, et al. Current pharmacologic treatment of dementia: a clinical practice
guideline from the american college of physicians and the american academy of family
physicians. Ann Intern Med. 2008, 148:370-378.
18. Raina P, Santaguida P, Ismaila A, et al. Effectiveness of cholinesterase inhibitors and
memantine for treating dementia: evidence review for a clinical practice guideline. Ann
Intern Med. 2008 March, 148(5): 379-97.
19. Birks J. Cholinesterase inhibitors for alzheimer disease. Cochrane Database Syst Rev.
2006 September.
20. Mcshane R, Areosa SA, Minakaran N, et al. Memantine for dementia. Cochrane
Database Syst Rev. 2006 April.