NIM : 160401085 MATA KULIAH : OPINI PUBLIK (SELASA 14.00 WIB)
REVIEW JURNAL TERKAIT DENGAN OPINI PUBLIK
Judul OPINI PUBLIK KAUM IBU TENTANG WANITA
BEKERJA DI BIDANG PERHOTELAN
Penulis 1. Rehia K.I. Barus
2. Frida Tetty
Penerbit/ Nama Jurnal
PERSPEKTIF
Edisi/ Tahun OKTOBER 2012
Abstrak Penelitian ini mengamati opini publik terhadap
perempuan yang bekerja di bidang perhotelan. Permasalahan yang muncul yaitu tentang jam kerja, baik itu pada siang hari atau malam hari. Kondisi inilah yang dapat membentuk persepsi masyarakat tentang perempuan yang bekerja di bidang perhotelan. Pendahuluan Kota Medan adalah pintu gerbang Indonesia bagian barat serta pintu gerbang utama para wisatawan untuk menuju objek wisata yang ada di Provinsi Sumatera Utara, seperti Danau Toba, Berastagi, Bukit Lawang, dll. Selain itu, Medan juga memiliki berbagai tempat wisata seperti Istana Maimun, Mesjid Raya Medan, Museum Tjong Afie, Taman Buaya, Menara Air, dll. Oleh karena itulah makan industri perhotelan berkembang pesat di kota Medan. Selain hotel berbintang, hadir pula jenis penginapan yang menawarkan harga yang jauh lebih murah seperti guest house, budget hotel, dan home stay. Menjamurnya hotel di Medan juga seiring dengan naiknya tingkat hunian hotel yang mencapai 75%. Hal tersebut mengakibatkan di beberapa titik di kota Medan, seperti di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru banyak dibangun penginapan tipe keluarga bertarif murah namun dengan layanan seperti halnya hotel pada umumnya. Maraknya industri perhotelan di Kelurahan Babura terlihat dari jumlah hotel yang semula hanya 3 meningkat menjadi 13 di tahun 2013. Semua hotel ini tentu saja membutuhkan tenaga kerja, baik laki-laki maupun perempuan. Khususnya di bidang perhotelan, tenaga kerja perempuan lebih diutamakan karena memiliki daya tarik tersendiri. Hal ini berkaitan dengan bisnis perhotelan yang merupakan bisnis hospitality yang mengutamakan pelayanan yang ramah. Pekerja perempuan di bidang perhotelan ada yang lajang maupun sudah menikah. Bagi para wanita ini, bekerja di bidang perhotelan berarti beban ganda dan memiliki masalah tersendiri karena jam kerja di industri perhotelan adalah 24 jam yang terbagi dalam 3 shift yaitu: morning shift (07.00-15.00); evening shift (15.00- 23.00); dan night shift (23.00-07.00). Pesatnya perkembangan hotel di daerah pemukiman membuat pro dan kontra. Pihak yang pro menganggap bahwa keberadaan hotel akan membuat ramai daerah mereka dan menciptakan peluang bisnis. Sementara pihak yang kontra menilai bahwa pembangunan hotel akan mempersempit areal jalan di sekitar pemukiman dan membuat masyarakat sekitar tidak nyaman. Sementara itu, keberadaan wanita yang bekerja di malam hari berpotensi menciptakan persepsi yang beragam pula. Ada yang menilai bahwa wanita yang bekerja di bidang perhotelan memiliki sifat kemandirian, berani, dan tangguh. Sementara di sisi lain, ada pula persepsi negatif, terutama di kalangan para ibu yang belum bisa menerima wanita yang bekerja pada malam hari. Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Teknik pengambilan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan penelitian lapangan. Analisis data dilakukan dengan menganalisis data dan menginterpretasi data. Hasil Penelitian Secara umum, opini publik tentang perkembangan perhotelan di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru adalah positif. Industri perhotelan dinilai mampu meningkatkan perekonomian masyarakat. Hal ini selaras dengan opini kaum ibu terhadap perempuan yang bekerja di bidang perhotelan. Sebagian besar para ibu (72%) memberikan penilaian positif. Sementara untuk pribadi wanita yang bekerja di bidang perhotelan dinilai positif dan ada juga negatif. Di sisi positif, seorang wanita yang bekerja di bidang perhotelan dianggap memiliki karakter tersendiri baik itu bagi dirinya maupun keluarganya. Sementara yang menilai negatif, wanita yang bekerja di bidang perhotelan dinilai akan selalu memanfaatkan peluang, termasuk peluang negatif. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan bagi para penggiat bisnis perhotelan dan pariwisata secara umum agar lebih memperhatikan pegawainya, terutama perempuan, opini masyarakat di sekitarnya, dan lingkungan tempat berdirinya hotel tersebut. Analisis Pembaca Dari jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa opini yang terbentuk dari masyarakat khususnya kaum ibu masih memandang positif pagi pegawai wanita yang bekerja di bidang perhotelan. Opini yang terbentuk juga dipengaruhi oleh adanya beberapa factor yang dapat memengaruhi opini public seperti : 1. Latar belakang budaya 2. Pengalaman masa lalu 3. Nilai-nilai yang dianut 4. Isu-isu yang berkembang Maka dari faktor diatas opini yang muncul juga berbeda- beda. Ada yang menganggap bahwa pekerjaan wanita dalam bidang perhotelan adalah hal yg positif karena dapat membantu perekonomian keluarga, namun ada juga yang menganggap bahwa pekerjaan tersebut berdampak negative bagi wanita karena jam kerja yang telah ditentukan dapat memunculkan opini masyarakat. Judul OPINI PUBLIK TERHADAP PROGRAM SIARAN BERITA DI RADIO PEMERINTAH KABUPATEN SIAK Penulis HADI YUSRI
Penerbit/ Nama Jurnal JOM FISIP (JURNAL ONLINE MAHASISWA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK)
Edisi/ Tahun OKTOBER 2015
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana
opini publik tentang program berita di (Radio Pemerintah Kabupaten) RPK Siak , dan untuk menyelidiki faktor-faktor yang mempengaruhi program penghambat dan pendukung dalam siaran berita RPK Siak
Pendahuluan Radio merupakan salah satu media elektronik, harus
mampu memainkan perannya sebagai media komunikasi massa. Meskipun mendapat saingan dari televisi dan surat kabar atau majalah yang telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, baik kualitas maupun kuantitasnya. Namun radio tetap memiliki kelebihan tersendiri dibanding dengan media elektronik lainnya. Sebab seseorang dapat mengikuti siaran radio sambil tetap melakukan pekerjaannya. Radio Pemerintah Kabupaten Siak (RPK Siak) berdiri pada tanggal 09 Oktober 2001 dan mengudara pada frekuensi 92.00 FM merupakan radio yang mempunyai daya jangkau sekabupaten Siak, walaupun masih ada di beberapa kecamatan seperti kecamatan Kandis, Minas, Kerinci Kanan yang sinyalnya masih rada jelas bahkan tidak terdengar. Informasi-informasi atau berita yang disiarkan oleh Radio Pemerintah Kabupaten Siak (RPK Siak) selalu berkaitan dengan pemerintahan. Bagi penikmat berita, Radio Pemerintah Kabupaten Siak (RPK Siak) merupakan radio yang tepat untuk disimak, karena program acaranya banyak menyajikan berita, baik berita lokal ataupun nasional. Mendengarkan radio merupakan kebiasaan masyarakat sejak dulu. menyampaikan salam, mendengarkan lagu, merequest lagu, menikmati hiburan mencari informasi adalah merupakan rutinitas yang mereka lakukan jika mereka mendengarkan radio. Lalu bagaimanakah opini masyarakat ketika mendengarkan program siaran berita. Kecenderungan mereka memindahkan frekuensi atau mengabaikan radio ketika radio menyiarkan berita. Gejala lain yang membentuk opini masyarakat sekarang ini ketika mendengarkan siaran berita di radio yaitu bisa kita lihat dari seiringnya perkembangan teknologi yang sangat pesat untuk mengakses informasi misalnya dari media cetak, TV bahkan internet bisa saja berita yang disampaikan kepada pendengar dikutip langsung atau dibacakan dari surat kabar/koran yang terbit pada hari itu. Hal ini membuat pendengar menjadi enggan untuk mendengarkannya karena informasi yang disampaikan dianggap basi oleh mereka yang mendengar. Ketertarikan masyarakat mendengarkan program siaran radio, tidak sebanding dengan mereka dalam mendengarkan siaran berita di radio. Mungkin ada yang salah dalam cara penyajian berita itu sendiri. Bisa dari isinya, cara penyampaiannya, atau bahkan teknik pembawaannya, sehingga membuat pendengar menjadi malas untuk mendengarkan berita yang disajikan tersebut. Mereka mungkin akan langsung memindahkan frekuensi atau mengabaikan radio
Metodologi Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif
dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dilihat bahwa opini yang dikemukakan juga menunjukkan bahwa informan memiliki pengertian yang cukup baik tentang penggunaan bahasa yang benar dalam program siaran berita, hal ini kemungkinan didukung oleh tingkat pendidikan yang cukup baik. Namun demikian masih ada masyarakat yang memiliki perasaan atau rasa kedaerahan yang cukup tinggi sehingga tidak bisa memilah permasalahan berdasarkan kondisi yang sebenarnya. Sehingga ada informan yang memiliki sikap kurang bisa menerima bahasa lain selain bahasa daerahnya. Kesepakatan di kalangan masyarakat bahwa dalam program siaran berita di RPK Siak sebaiknya menggunakan bahasa Indonesia sementara untuk program-program acara lainnya dapat menggunakan bahasa daerah Melayu Siak. Berdasarkan faktor-faktor pembentuk opini publik maka sikap masyarakat terhadap program siaran berita RPK Siak membentuk suatu kesepahaman, pengertian dan perasaan serta tingkah laku yang sama terhadap program siaran berita RPK Siak. Faktor-faktor pendukung pembentukan opini publik adalah pengembangan siaran RPK Siak yang didukung dengan fasilitas publik serta sarana dan prasarana yang tersedia. Faktor penghmabta adalah beritanya sering terlambat, lebih banyak berita nasional daripada berita daerah Siak, serta penyiar RPK Siak yang masih harus ditingkatkan keterampilannya dalam membacakan berita terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Analisis Pembaca Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa beberapa yang menjadi alasan masyarakat dalam mendengarkan atau tidak program siaran dari RPK Siak ini juga dipengaruhi oleh 4 faktor. Ada yang mengatakan bahwa kebanyakan lebih memilih mendengar siaran hiburan dari pada siarann berita. RBK Siak pada nyatanya banyak menyiarkan berita-berita tentang pemerintahan baik berita lokal maupun nasional. Dan yang menjadi alasan pendengar juga karena pembawa berita yang kurang mahir dalam menyiarkan berita, serta bahasa yang digunakan dalam menyiarkan berita juga dapat menjadi alasan pendengar mendengar siaran radio tersebut. Tetapi dari hasil penelitian menunjukkan adanya sebagian masyarakat yang tidak terlalu mempermasalahkan dan hanya mendengar saja, dan juga dapat memunculkan opini masyarakat. Dan untuk mengatasinya keluhan yang ada di masyarakat, pihak pengelola RPK Siak perlu meningkatkan kualitas siaran, daya jangkau siaran dan kemampuan SDM terutama penyiar dengan memberikan pelatihan melakukan studi banding dan lain sebagainya.
Judul OPINI PUBLIK TERHADAP KASUS “KPK LAWAN
POLISI” DALAM MEDIA SOSIAL TWITTER
Penulis CHRISTIANY JUDITHA
Penerbit/ Nama Jurnal PEKOMMAS
Edisi/ Tahun AGUSTUS 2014
Abstrak Saat ini kebebasan berpendapat semakin terbuka.
Apalagi sejak media sosial mulai ramai digunakan. Pendapat apapun dapat dengan mudah dan cepat disampaikan oleh penggunanya melalui media sosial. Kasus KPK versus Polisi merupakan kasus yang paling banyak mendapat tanggapan dari masyarakat salah satunya melalui media sosial Twitter. Dalam waktu beberapa hari saja, opini yang terbentuk adalah KPK berada diposisi yang benar, sementara polisi berada diposisi yang salah.
Pendahuluan Perkembangan media sosial hingga kini memang sangat
pesat, hal ini terlihat dari pengguna media sosial yang semakin hari semakin banyak. Kini pengguna Twitter mencapai 250.000.000 pengguna, Facebook 122.000.000, dan Mysapce berjumlah 80.500.000. Jumlah pengguna Facebook di Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Amerika dan Inggris berdasarkan data Nicburker.com atau mencapai 27.338.560 pengguna berdasarkan data dari Internet World Stats. Data ini menunjukkan bahwa kini masyarakat dunia sudah bergantung pada sosial media. Hal ini tidak terlepas dari kemudahan yang ditawarkan media sosial yaitu kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, dan sebagai media untuk bersosialisasi. Salah satu isu atau kasus yang paling menonjol di Indonesia adalah korupsi, khususnya pro dan kotra dalam isu KPK versus Polisi. Kasus 2 institusi besar ini sudah pernah terjadi beberapa waktu lalu dimana dikenal dengan slogan Cicak vs Buaya. Dan pada tahun 2012, perseteruan dua institusi ini kembali terjadi. Berawal dari upaya KPK dengan bantuan para penyidik dari kepolisian membongkar kasus simulator SIM di tubuh Polri yang melibatkan petingginya. Disaat yang sama, meski telah menegaskan akan memberikan dukungan kepada kinerja KPK, namun tidak disertai dengan tindakan yang nyata. Karena selanjutnya yang kemudian berkembang adalah Polri menarik hampir seluruh penyidik dari kepolisian yang berada di KPK termasuk Komisaris Polisi Novel Baswedan, yang menjadi penyidik dalam kasus dugaan korupsi simulator SIM. Puncak dari kasus ini adalah saat kedatangan aparat kepolisian pada 6 Oktober 2012 malam ke kantor KPK untuk menangkap Kompol Novel Baswedan dengan alasan harus ditahan setelah melakukan tindak pidana di Bengkulu tahun 2004. Peristiwa ini secara cepat membangkitkan keprihatinan publik apalagi tekanan pada upaya pemberantasan korupsi oleh KPK dirasa sudah sangat kuat. Akibatnya dukungan pun mengalir cepat dengan terbentuknya secara spontan gerakan solidaritas menduduki kantor KPK untuk mendukung KPK. Dukungan ini tidak saja disiarkan melalui media media nasional, tetapi media jejaring sosial terutama Twitter ikut menyiarkan apa yang tengah berlangsung di gedung KPK. Bahkan dengan cepat media jejaring sosial ini dapat membentuk opini publik tentang “Upaya Kriminalisasi KPK” dengan tanda pagar (#) hashtag #saveKPK dan #saveindonesia. Setiap detik dari peristiwa selanjutnya, di dunia maya, selalu muncul dalam timeline yang di re-tweet oleh para followers yang membaca dan mengikuti proses ini. Proses yang terjadi kemudian dengan cepat membentuk opini publik yang kebanyakan memang mendukung KPK daripada Polisi. Polisi dianggap sebagai pihak yang bersalah sementara KPK sebagai pihak yang benar. Namun kemudian yang menjadi permasalahan karena opini yang terbentuk melalui ruang virtual ini sangat menyudutkan pihak-pihak tertentu dengan menggunakan kata-kata makian, hujatan, mencemarkan nama baik serta sejenisnya. Jika dihubungkan maka hal tersebut juga melanggar Undang-Undang No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis isi kuantitatif. Sedangkan jenis atau tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
Hasil Penelitian Penelitian ini mengkaji kategorisasi 256 isi tweet/status
pada Twitter terhadap isu perseteruan KPK vs Polisi yang meliputi mendukung, tidak mendukung KPK/polisi/presiden, gabungan keduanya (mendukung dan tidak mendukung), netral dan tidak jelas. Meski hanya dua institusi yang berseteru dalam kasus ini yaitu KPK dan polisi, namun presiden (mewakili pemerintah) juga ikut dimasukkan dalam kajian ini. Karena sosok inilah yang banyak dicari-cari masyarakat saat perseteruan terjadi. Masyarakat menilai bahwa presiden seharusnya menjadi sosok yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah ini. Hasil temuan menunjukkan bahwa untuk kategori pertama yaitu mendukung KPK/polisi/ presiden, ternyata institusi KPK mendapat dukungan dalam 195 tweet/status (76,17%). Sementara dukungan terhadap polisi sangat rendah yaitu hanya 7 tweet/status (2,73%) dan dukungan terhadap presiden hanya 5 tweet/status (1,95%). Kategorisasi kedua dalam penelitian ini adalah tweet yang tidak mendukung KPK/polisi/presiden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paling banyak tweet yang tidak mendukung pemerintah (presiden) sebanyak 38 tweet (14,84%). Disusul kemudian tweet yang tidak mendukung institusi polisi sebanyak 11 tweet/status (4,30%). Sedangkan yang tidak mendukung KPK sangat sedikit yaitu hanya 3 tweet (1,17%). Selanjutnya, kategorisasi isi tweet/status yang dikaji dalam penelitian ini adalah yang bersifat netral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 twit/status (4,30%) yang bersifat netral atau tidak memihak siapa pun yang terlibat dalam isu KPK vs Polisi ini. Sedangkan untuk kategori isi tweet/status yang terakhir yaitu „tidak jelas‟, hasil penelitian ini juga menunjukkan hal bahwa sebanyak 19 tweet (7,42%) berisi pesan yang dikategorikan tidak jelas atau sama sekali tidak berhubungan dengan isu yang sementara dibahas, meski dalam tweet-tweet tersebut tetap menyertakan hashtag #saveKPK #saveindonesia. Hasil penelitian ini juga sepaham dengan apa yang dikemukakan oleh O‟Reilly dan Milstein (2009) bahwa sebuah kasus dapat menjadi topik yang terhangat dan paling populer (trending topics) dalam media sosial Twitter dalam waktu tertentu. Kasus KPK vs Polisi ini contohnya menjadi topik yang paling sering dibicarakan melalui Twitter. Bahkan kasus ini semakin banyak mendapat tanggapan dari masyarakat, karena orang- orang terkenal (artis, politisi dan lainnya) ikut mem- posting status mereka yang mendukung aksi saveKPK. Maka tweet tersebut akan diretweet berkali-kali kembali oleh followers lainnya. Hal ini membuat semakin cepatnya opini publik terbentuk tentang KPK, polisi maupun presiden. Seperti contoh tweet dari penyanyi Glenn Fredly yang di-retweet sebanyak 243 kali. Opini publik yang terbentuk melalui Twitter ini pula merupakan akumulasi dari pribadi-pribadi pengguna Twitter tentang ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah. Dimana dalam kasus ini, mereka sama sekali tidak mendukung upaya polisi yang dinilai justru tidak mendukung pemberantasan korupsi. Padahal polisi merupakan salah satu institusi peradilan yang memiliki tanggungjawab yang sama seperti KPK. Pembentukan opini ini tidak terlepas dari ada pihak yang pro maupun kontra. Itu biasa terjadi dalam sebuah pembentukan opini publik, seperti yang disampaikan Astrid Susanto (1975). Bahkan meski kebanyakan opini yang terbentuk adalah mendukung KPK, tetapi masih saja ada opini yang bersifat netral. Opini ini lebih menginginkan permasalah diselesaikan dengan baik dengan tidak terlalu menghakimi pihak polisi secara berlebihan dan mendukung KPK dengan secara berlebihan juga. Menurut mereka mendukung kedua institusi ini merupakan hal yang terbaik dalam rangka menciptakan Indonesia yang bebas korupsi. Namun ada juga yang menggunakan kesempatan, dimana mereka memposting iklan-iklan sebuah produk pada status-satus mereka. Dengan asumsi hal tersebut akan banyak dibaca oleh orang yang sedang “berkerumun” secara maya di tempat itu. Atau ada pula pengguna Twitter yang membuat postingan yang sama sekali tidak berhubungan dengan isu yang sedang dibahas.
Analisis Pembaca Penelitian ini menyimpulkan bahwa opini pengguna
Twitter yang termuat dalam isi tweet/status dengan hashtag #saveKPK dan #saveindonesia mayoritas mendukung kinerja KPK dan tidak mendukung insitusi Polri dan polisi. Isi pesan tweet juga banyak yang tidak mendukung kinerja presiden SBY dengan mempertanyakan keberadaan presiden disaat-saat perseteruan antara KPK vs Polisi ini sedang berlangsung. Opini-opini pribadi yang terbentuk pada media sosial seperti Twitter, akan saling pempengaruhi satu sama lain sehingga dapat membentuk satu kesamaan opini yang menggiring opini pribadi menjadi opini publik. Apalagi melalui media sosial seperti Twitter yang memiliki sifat yang cepat sehingga dengan cepat juga dapat membentuk opini publik. Tweet yang diposting oleh orang-orang ternama seperti artis dan selebriti lainnya akan semakin memudahkan opini publik tersebut terbentuk. Ini ditandai dengan adanya retweet berkali-kali dari postingan sang selebriti tersebut. Hal ini tentunya menyebabkan opini semakin cepat menyebar dan dibaca orang lain sekaligus membentuk kesamaan opini.