Anda di halaman 1dari 11

UJIAN TENGAH SEMESTER

CRITICAL JURNAL REVIEW

“WHY I AM LEAVING GOLDMAN SACHS GREG SMITH FORMER


EXECUTIVE DIRECTOR, GOLDMAN SACHS”

FENDRI RESWANTO ( 19911014 )

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
A. PENGANTAR

Pada 14 Maret 2012, Greg Smith mengundurkan diri dari jabatannya sebagai

Direktur Eksekutif Goldman Sachs di London yang pada saat itu smenangani bisnis

ekuitas dan derivatif di Eropa, Timur Tengah, dan Afrika. Goldman Sachs merupakan

sebuah perusahaan investasi raksasa di Wall Street. Pengunduran dirinya yang telah

mengabdikan diri dengan bekerja selama 12 tahun pada Goldman Sachs ditulis dan di

terbitkan dalam sebuah opini di New York Times dengan judul " Why I Am Leaving

Goldman Sachs".

Opini yang di tulis Smith seketika menjadi viral dan membuat heboh. Sebab

opini tersebut muncul di tengah meluasnya kemarahan publik pada Wall Street yang

diduga berperan dalam krisis keuangan 2008, dan menyusul pemberian dana talangan

pemerintah untuk bank-bank besar. Greg Smith memberikan ulasan dan kritikan yang

sangat tajam tentang etika bisnis perusahaan yang dilanggar di perusahaan Goldman

Sachs. Menurutnya, Goldman Sachs hanya fokus untuk mencari laba semaksimal

mungkin bagi perusahaan dan tidak lagi fokus pada kepentingan klien, bahkan dengan

cara yang melanggar moral misal dengan sengaja menjual produk-produk keuangan

yang salah kepada klien.

Greg Smith berpendapat bahwa turunnya budaya perusahaan di Goldman Sachs

bisa menjadi ancaman paling serius untuk kelangsungan perusahaan dalam jangka

panjang.
Outline:

• Bagaimana seharusnya individu atau pegawai jika mereka menemukan ada

perilaku yang mereka anggap tidak etis didalam perusahaan?

• Bagaimana seseorang memisahkan urusan pribadi misal perselisihan tentang

gaji dan promosi, saat ingin melaporkan adanya pelangaran etika dalam sebuah

perusahaan?
B. RINGKASAN ARTIKEL

Goldman Sachs (GS) adalah perusahaan perbankan investasi global, sekuritas,

dan manajemen investasi multinasional yang berkantor pusat di New York City. Karir

Greg Smith di Goldman Sachs dimulai saat dirinya menjadi mahasiswa magang dari

kampusnya yaitu Universitas Stanford. Setelah lulus, ia di kontrak untuk menjadi staff

tetap di perusahaan tersebut dari Juli 2001 hingga Maret 2012. Dia mengundurkan diri

saat posisinya sedang bekerja di London sebagai direktur eksekutif Goldman Sachs dan

kepala bisnis derivatif ekuitas Amerika Serikat di Eropa.

Pada hari terakhirnya, ia menulis sebuah artikel berjudul " Why I Am Leaving

Goldman Sachs " di New York Times, yang sangat mengkritik perusahaan Goldman

Sachs. Dalam tulisannya, Smith menyebut bahwa “environment now is as toxic and

destructive as I have ever seen it”. Dia merasa kecewa dengan GS sebab budaya yang

sekarang sangat tidak baik dan jauh berbeda dengan budaya yang pernah ia rasakan

pada tahun tahun sebelumnya yaitu budaya perusahaan tentang kerja tim, integritas,

semangat kerendahan hati, dan selalu melakukan yang terbaik untuk klien.

Secara khusus, ia mengklaim bahwa Goldman Sachs terus mengesampingkan

dalam kepentingan klien dan berpikir tentang menghasilkan uang untuk perusahaan.

Menurutnya, Goldman Sachs hanya fokus untuk mencari laba semaksimal mungkin

bahkan dengan cara yang melanggar moral misal dengan sengaja menjual produk-

produk keuangan yang salah kepada klien.


Selanjutnya ia juga menilai bahwa untuk menempati posisi atas maupun menjadi

pemimpin di sana hanya bisa ditempati oleh orang orang yang mampu menghasilkan

uang meskipun melanggar etika bisnis. Smith sangat kecewa dan sedih sebab ia percaya

bahwa budaya perusahaan adalah hal penting yang menjadikan GS bisa menjadi

sehebat ini dan mampu mendapatkan kepercayaan klien kami selama 143 tahun.

Lingkungan kerja yang sekarang ini ada hubungannya dengan kebanggaan dan

kepercayaan dirinya pada organisasi yang telah ia percayai selama puluhan tahun.

Smith merasa sedih melihat kenyataan bahwa setiap hari hampir tidak melihat jejak

budaya yang membuat saya senang bekerja di perusahaan ini selama bertahun-tahun.

Dia sudah tidak lagi memiliki kebanggaan lagi bekerja di Godlman Sacchs.

Di akhir tulisannya Greg Smith berpesan agar orang yang memangku

kepentingan disana bisa mengembalikan budaya yang dulu bisa membuatnya bangga,

yaitu dengan menjadikan masalah klien menjadi fokus utama yang harus di selesaikan

dalam perusahaan dan menyingkirkan orang orang yang tidak etis meskipun ia mampu

menghasilkan banyak keuntungan untuk perusahaan.

Greg Smith mengungkapkan pendapatnya bahwa turunnya budaya perusahaan

di Goldman Sachs bisa menjadi ancaman paling serius untuk kelangsungan perusahaan

dalam jangka panjang.


C. ULASAN TERHADAP ARTIKEL

Greg Smith mengklaim bahwa tujuan ia menulis “Why I Am Leaving Goldman

Sachs” di New York Times adalah bentuk protes agar Goldman Sachs kembali

menjadikan klien sebagai titik fokus dari bisnis Goldman Sachs sehingga mampu

menghindari budaya bisnis tidak etis. Dalam jurnal tersebut tidak diketahui apakah

Smith mengirimkan pendapatnya di tempat lain atau tidak, tetapi pilihannya untuk

menuliskan opininya di New York Times sangat menarik untuk kita ketahui tentu di

luar bahwa The New York Time punya pembaca koran yang besar. Padahal saat itu

Smith tinggal di London, namun memilih untuk menerbitkan di koran New York.

Mungkin niat Smith untuk memukul GS dekat kantor ia berada.

Mungkin juga Greg Smith memilih The New York Times sebab The New York

Time mampu memposisikan dirinya sebagai sebuah organisasi media global yang yang

menjadi rujukan banyak orang untuk mengetahui berita di seluruh dunia melalui

jurnalis ahli independen yang tak tertandingi, dan berita yang di dilaporkan juga

dibahas secara mendalam. Mungkin dengan begitu, Smith berfikir mampu menarik

simpatisan lebih banyak untuk mendukung apa yang menjadi tujuannya.

Tapi apakah Smith tidak memikirkan efek lain saat ia memuat opininya

tersebut. Di lain sisi tentu citra dari Goldman Sachs akan sedikit tercoreng dan akan

menurunkan tingkat kepercaayan publik. Hal ini tentu menjadi blunder, di satu sisi

niatnya adalah untuk kebaikan Goldman Sach yaitu tentang adanya tuntutan
penghilangan pelangaran etika bisnis, di lain sisi opini terbitkan di media sebesar The

New York Tims ternyata malah bisa merusak citra dari Goldman Sach itu sendiri.

Opini yang di sampaikan oleh Greg Smith tentu menimbulkan banyak

pertanyaan. Apakah dia melakukan itu murni karena memang ada etika bisnis yang

tidak etis atau ia menyampaikan ini atas kepentingan pribadi yaitu karena kinerjanya

menurun sehingga merasa tersaingi oleh staff lain yang kinerjanya lebih bagus

sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang banyak untuk perusahaan.

Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa dia tidak bicara lebih awal? Mengapa dia

tidak menggunakan posisi kekuasaannya untuk mencoba dan mengubah praktik-

praktik tidak etis tersebut? Sebab posisi Greg Smith adalah posisi yang cukup tinggi

dan keputusaannya bisa membuat pengaruh untuk perusahaan. Padahal, harusnya

dengan posisi tersebut Greg Smith melalukan evaluasi internal terlebih dahulu dan

menyampaikan keluhannya yang ia rasakan pada sesama pemangku kepentingan

disana. Tidak langsung dengan menyebarkan opini ke publik, di tambah lagi ia tidak

menyertakan data data yang bisa mendukung argumannya.

Secara keseluruhan, pendapat bahwa Greg Smith kecewa dengan Goldman

Sachs karena alasan pribadi misal iri dengan kinerja seniornya yang bisa berkontribusi

banyak untuk perusahaan dan di tempatkan pada posisi yang tinggi serta pendapat

bahwa ia memang benar benar kecewa dengan Goldman Sachs karena alasan etis,

keduanya sama-sama masuk akal. Sehingga membuat sulit untuk memutuskan


kebenaran artikel Greg Smith. Kasus ini rumit karena klaim Smith tidak memiliki bukti

konkret, namun mungkin masih valid. Dia mengkritik bagaimana perusahan itu

dijalankan dan perilaku eksekutif yang tidak berwujud yang terdepresiasi secara

bertahap.

Smith tidak memiliki pembuktian lengkap dan mendalam dalam karya aslinya,

sehingga ada peluang yang memungkinkan GS mampu menepis berita tersebut dan

kembali mempertahankan reputasi mereka. Untuk lebih memahami apa yang terjadi di

GS, motif semua pihak yang terlibat harus diperiksa. Sulit untuk membedakan apakah

dia memiliki motif lain. Informasi dari perusahaan mengenai kinerja Smith dan mungin

adanya penolakan permintaan untuk promosi dan kenaikan gaji bisa menjadi

pertanyaan juga.

Tanpa bukti yang kuat, kemungkinan Greg Smith tidak akan mampu

menghadapi raksasa keuangan sebesar Golman Sachs itu. Namun, jika bukti telah

ditemukan, apakah perusahaan akan mengakuinya? Sangat tidak mungkin. Motif

sebenarnya dalam kasus ini tidak diketahui, tetapi pasti menimbulkan banyak

pertanyaan etis yang lebih luas beberapa diantaranya tentang bagaimana seharusnya

individu atau pegawai jika mereka menemukan ada perilaku yang mereka anggap tidak

etis didalam perusahaan dan bagaimana seseorang memisahkan urusan pribadi misal

perselisihan tentang gaji dan promosi, saat ingin melaporkan adanya pelangaran etika

dalam sebuah perusahaan?


Dalam bukunya, rafik issa beekun juga telah menjelaskan bagaiamana cara

mengembangkan kode etika pada organisasi yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kewajiban stakeholder utama dalam perusahaan dan

organisasi agar sesuai dengan kode etik islam.

2. Bedakan nilai-nilai beretika atau gambarkan secara spesifik petunjuk-petunjuk

prilaku atau kode etik pada stakeholder yang berinteraksi dengan perusahaan.

3. Investigasi apakah kode etik berpengaruh terhadap prilaku karyawan di sebuah

organisasi, dan jika berpengaruh, rancang kode perusahaan agar tidak

bertentangan dengan kode perilaku eksternal.

4. Tentukan bagaimana mempersempit kesenjangan yang ditemukan pada

langkah 3

5. Membentuk sistem kontrol internal untuk melacak praktik tertentu

6. Formulasikan kebijakan manajemen untuk merespon prilaku tidak etik dan

untuk mendorong kode etik.

7. Evaluasi kode etik setiap tahunnya, gap apa yang masih ada? Apa isu penting

kode etik yang baru?

8. Sesuaikan kode atau implementasinya

Dengan menerapkan prinsip yang sudah di ajarkan dalam sistem etika bisnis

islam, harusnya permasalahan yang dibahas dalam artikel tersebut bisa di hindarkan

dan tidak membuat publik panik apalagi sampai mencoreng nama baik perusahaan

dimana kita bekerja dan mendapatkan rezeki. Disini yang harus digaris bawahi

bahwa sebuah kritik tidak sama dengan mengumpat. Seorang karyawan


diharapkan bisa memberikan kritik yang membangun bagi perusahaan, yaitu sebuah

masukan yang disertai solusi-solusi untuk menangani masalah yang ada. Sebuah kritik

haruslah disertai solusi dari masalah yang dikritik. Namun umpatan adalah ungkapan-

ungkapan kekesalan yang berisi kata-kata negative maupun opini yang bersifat

menghancurkan (destruktif).

D. PENUTUP

Bila anda tetap tidak bisa menerima apapun yang perusahaan anda putuskan di

dalam kebijakan perusahaan, maka langkah-langkah anda yang di namakan “meludah

di sumur sendiri” akan menjadikan racun bagi lingkungan, dan langkah mengundurkan

diri, keluar dari pekerjaan sekarang adalah langkah yang cocok bagi anda. Namun jika

anda masih sangat ingin bertahan di perusahan tersebut, maka rumuskan ide-ide anda,

pemikiran anda, menjadi sebuah konsep yang bermutu dan membawa kepada

kemajuan. Setelah konsep anda jadi, maka anda harus menjadi role model bagi konsep

anda tersebut.

Ingat bahwa perubahan tidak bisa diinstruksikan, perubahan hanya bisa ditularkan!
DAFTAR PUSTAKA

Beekun,Rafik Issa.1997.International Institute Of Islamic Thought Herndon. Islamic


Business Ethics.
“Why I Am Leaving Goldman Sachs”. www.nytimes.com. 14 Maret 2012.
18 Desember 2019. <https://www.nytimes.com/2012/03/14/opinion/why-i-am-
leaving-goldman-sachs>
“Goldman Sachs Response to Greg Smith's Op-Ed” www.bloomberg.com.
15 Maret 2012. 18 Desember 2019.
<https://www.bloomberg.com/news/articles/2012-03-14/goldman-sachs-response-to-
greg-smiths-op-ed>

Anda mungkin juga menyukai