Anda di halaman 1dari 22

RPP TEKS DRAMA KELAS XI

SEMESTER 2 KD 3.18, 4.18, 3.19, 4.19


CONTOH RPP TEKS DRAMA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah/Satuan Pendidikan :

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : XI/4

Pertemuan Ke : 11,12,13, dan 14

Alokasi Waktu : 4 Pertemuan (4 X 4 Jam Pelajaran x 45


menit)

Materi Pokok : Membuat Teks Drama

A. Kompetensi Inti

Tujuan pembelajaran sebagaimana dinyatakan dalam kurikulum, berbentuk kompetensi


yang terdiri atas (1) kompetensi sikap spiritual, (2) kompetensi sikap sosial, (3) kompetensi
pengetahuan pengetahuan, dan (4) kompetensi keterampilan. Rumusan kompetensi sikap
spiritual, “Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”; kompetensi sikap
sosial, “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai)santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia”, dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching), yakni keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan memperhatikan
karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Penumbuhan dan
pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung,
dan digunakan sebagai dasar bagi guru dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter
peserta didik lebih lanjut.

KI 1 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan,kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 2 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator


3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak  Mendata alur, konfliks, penokohan, dan
demi hal yang menarik dalam drama yang
babak, dan konflik dalam drama yang dipentaskan.
dibaca atau ditonton.  Memerankan salah satu tokoh dalam
4.18 Mempertunjukkan salah satu tokoh naskah drama yang dibaca sesuai
dalam drama yang dibaca atau dengan watak tokoh tersebut.
ditonton  Memberi tanggapan, serta
secara lisan. memperbaiki hasil kerja dalam diskusi
kelas.
3.19 Menganalisis isi dan kebahasaan  Mengidentifikasi isi dan kebahasaan
drama drama yang dibaca atau ditonton.
yang dibaca atau ditonton.  Merancang pementasan dan
4.19 Mendemonstrasikan sebuah naskah mendemonstrasikan drama sebagai
drama dengan memerhatikan isi dan seni pertunjukan dengan
kebahasaan. memperhatikan tata panggung, kostum,
tata musik, dan sebagainya.
 Memberikan tanggapan terhadap
pementasan drama kelompok lain.

C. Materi Pembelajaran

Drama:

 Alur dalam drama

 Babak dalam drama


 Konflik dalam drama

 Penokohan dalam drama

Drama:

 Isi dan kebahasaan drama

 Persiapan mementaskan drama.

 Pementasan drama

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pendahuluan: 4 X 10 menit

(Membangun Konteks)

1. Peserta didik merespon salam tanda mensyukuri anugerah Tuhan dan saling
mendoakan.
2. Peserta didik merespon pertanyaan dari guru berhubungan
dengan pembelajaran sebelumnya.
3. Peserta didik menerima informasi dengan proaktif tentang keterkaitan
pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
4. Peserta didik menerima informasi tenting hal-hal yang Akan dipelajari dan
dikuasai khususnya tentang pembelajaran teks drama.

Kegiatan Inti: 4 X 150 menit

(Menelaah Model)

1. Peserta didik membaca 2 atau 3 teks drama yang bertema sama.


2. Peserta didik mencermati struktur teks dari 2 atau 3 teks drama yang
telah dibacanya.
3. Peserta didik mencermati ciri kebahasaan yang digunakan dalam teks
drama.
4. Peserta didik mencermati isi pokok dalam 2 atau 3 teks drama.
5. Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang variasi struktur teks dari 2
atau 3 teks drama.
6. Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang ciri kebahasaan yang
digunakan dalam 2 atau 3 teks drama.
7. Peserta didik mengajukan pertanyaan isi pokok dari 2 atau 3 teks drama.
8. Peserta didik mengumpulkan informasi melalui telaah model teks drama.
9. Peserta didik melakukan klasifikasi dan deskripsi hubungan
antarkomponen yang ditemukan berdasarkan telaah model teks

(Mengkontruksi Terbimbimbing)
10. Peserta didik menyimpulkan struktur teks drama.
11. Peserta didik menyimpulkan ciri kebahasaan teks drama.
12. Peserta didik menyimpulkan isi pokok dari 2 atau teks drama.
13. Peserta didik mempresentasikan hasil pengamatan tentang struktur,
ciri bahasa, dan isi pokok dari 2 atau 3 teks drama.
14. Peserta didik mengerjakan latihan dan tugas yang diberikan guru untuk
mengembangkan kompetensi (seperti latihan kata, kalimat, dan paragraf) yang
sesuai dengan jenis teks drama:
a. latihan kosa kata teknis, sinonim
b. latihan penulisan unsur serapan
c. latihan pengembangan teks drama
d. latihan pengembangan kekohesian

15. Peserta didik berdiskusi dengan teman sebangku atau berpasangan untuk
menentukan topik dan menyusun kerangka karangan. Latihan pengembangan
topik dengan peta pikiran (mindmap) atau jaring laba-laba (spider-web) atau
teknik lain yang dapat digunakan.

(Mengkontruksi Mandiri)

16. Peserta didik menentukan topik teks drama dengan peta pikiran (mindmap)
atau jaring laba-laba (spider-web).
17. Peserta didik menyusun kerangka teks drama.
18. Peserta didik mengumpulkan informasi yang sesuai dengan topik yang telah
dipilih.
19. Peserta didik menyusun teks drama berdasarkan kerangka yang telah
disusun dengan memperhatikan struktur teks, ciri kebahasaan, dan EBI.
20. Peserta didik mempresentasikan teks drama yang telah disusun.
21. Peserta didik menanggapi teks drama.
22. Peserta didik merevisi teks drama berdasarkan masukan dari teman.
23. Peserta didik memasukkan lembar coretan kerja dan semua draf hingga draf
final ke bendel portofolio masing-masing.

Penutup: 4 X 20 menit
1. Peserta didik menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
2. Peserta didik melaksanakan penilaian pembelajaran yang diberikan
pendidik.
3. Peserta didik saling memberikan umpan balik/refleksi hasil pembelajaran
yang telah dicapai.
4. Pendidik menutup pembelajaran dengan ucapan salam

E. Penilaian

KD dan Indikator (KD-3: Pengetahuan)

Kompetensi Dasar Indikator


3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak  Mendata alur, konfliks, penokohan, dan hal
demi yang menarik dalam drama yang
babak, dan konflik dalam drama yang dipentaskan.
dibaca atau ditonton.  Mengidentifikasi isi dan kebahasaan drama
3.19 Menganalisis isi dan kebahasaan drama yang dibaca atau ditonton.
yang dibaca atau ditonton.

Penilain Proses Penilaian Hasil


Penilaian proses aspek Jenis : Tulis
pengetahuan dapat dilakukan Bentuk : Uraian
sejak kegiatan menelaah Model
dan mengonstruksi terbimbing. Contoh instrumen:
a. Tuliskanlah alur teks drama yang Anda baca!
Catatan terhadap peserta didik b. Tuliskanlah konflik dalam teks drama yang Anda baca!
pada kegiatan tersebut dapat c. Tuliskanlah penokohan dalam teks drama yang Anda
dijadikan penilaian sikap selama baca!
mengikuti pembelajaran: d. Tuliskanlah hal yang menarik dalam teks drama yang
ketekunan, kerja sama, Anda baca!
semangat, ketelitian, kerapihan,
kebersihan, keseriusan.

KD dan Indikator (KD-4: Keterampilan)

Kompetensi Dasar Indikator


4.18 Mempertunjukkan salah satu tokoh  Memerankan salah satu tokoh dalam naskah
dalam drama yang dibaca atau ditonton drama yang dibaca sesuai dengan watak
secara lisan. tokoh tersebut.
4.19 Mendemonstrasikan sebuah naskah  Memberi tanggapan, serta memperbaiki
drama dengan memerhatikan isi dan hasil kerja dalam diskusi kelas.
kebahasaan.  Merancang pementasan dan
mendemonstrasikan drama sebagai seni
pertunjukan dengan memperhatikan tata
panggung, kostum, tata musik, dan
sebagainya.
 Memberikan tanggapan terhadap
pementasan drama kelompok lain.

Penilain Proses Penilaian Hasil


Penilaian proses aspek Jenis : Menulis
pengetahuan dapat dilakukan Bentuk: Uraian
sejak kegiatan Mengonstruksi
Terbimbing dan Mengonstruksi Contoh Instrumen
Mandiri. Susunlah teks skenareo drama berdasarkan teks drama yang
Anada dengan memerhatikan hal di bawah ini!
Catatan terhadap peserta didik a. Tentukan topik teks skenareo drama!
pada kegiatan tersebut dapat b. Buatlah kerangka sesuai dengan struktur teks skenareo
dijadikan penilaian sikap drama!
selama mengikuti pembelajaran c. Kembangkan kerangka tersebut menjadi teks skenareo
dan mengerjakan tugas (bendel drama dengan memerhatikan struktur teks, ciri
portofolio): ketekunan, kebahasaan, dan EBI!
kerjasama, semangat,
ketelitian, kerapihan,
kebersihan, keseriusan.

Portofolio

Khusus untuk kompetensi menulis, penilaian meliputi proses dan produk yang tercakup
dalam penilaian portofolio. Dokumen portofolio berisi:

(a) draf final (produk) berbobot 40%;

(b) bukti draf sedikitnya 3 draf berbobot 25%;

(c) bukti catatan tentang apa yang akan ditulis dan sumber penulisan berbobot 10%; dan

(d) catatan reflektif berbobot 25%.

Sikap

Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran atau di luar pembelajaran dengan melalui
observasi dengan mengisi jurnal.

Contoh format dan pengisian lembar pengamatan guru mata pelajaran

Nama Satuan pendidikan :

Tahun pelajaran :

Kelas/Semester :

Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

No. Waktu Nama Kejadian/ Butir sikap Positif/ Tindak Lanjut


Perilaku Negatif
1. 1 Mei Karimah Memainkan HP disiplin - Dipanggil dan
2018 ketika disuruh
berdiskusi tentang menganalisis teks
struktur teks drama yang lain
drama.
2. 2 Mei Asih Mengerjakan tugas Tanggung + Diberi pujian atau
2018 dengan serius, jawab apresiasi
tepat waktu, dan
hasilnya sangat
baik

Pedoman Penskoran
a. Pengetahuan
Soal Aspek yang Dinilai Skor
1 a. Peserta didik menuliskan alur teks drama dengan sangat tepat 4
b. Peserta didik menuliskan alur teks drama dengan tepat 3
c. Peserta didik menuliskan alur teks drama dengan kurang tepat 2
d. Peserta didik menuliskan alur teks drama dengan tidak tepat 1

Soal Aspek yang Dinilai Skor


2 a. Peserta didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan sangat tepat 4
b. Peserta didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan tepat 3
c. Peserta didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan kurang tepat 2
d. Peserta didik menuliskan konflik dalam teks drama dengan tidak tepat 1

Soal Aspek yang Dinilai Skor


3 a. Peserta didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan 4
sangat tepat
b. Peserta didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan tepat 3
c. Peserta didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan 2
kurang tepat
d. Peserta didik munuliskan penokohan dalam teks drama dengan tidak 1
tepat

Soal Aspek yang Dinilai Skor


4a. Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan 4
sangat tepat
b. Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan 3
tepat
c. Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan 2
kurang tepat
d. Peserta didik munuliskan hal yang menarik dalam teks drama dengan 1
tidak tepat
Keterangan

Nilai = Perolehan skor


Jumlah soal
Contoh
Nilai = 10 x 100 = 83,33
12
b. Keterampilan

Bait Aspek yang Dinilai Skor


1 a. Peserta didik menentukan topik skenareo teks drama sangat sesuai isi 4
teks
b. Peserta didik menentukan topik skenareo teks drama sesuai isi teks 3
c. Peserta didik menentukan topik skenareo teks drama kurang sesuai isi 2
teks
d. Peserta didik menentukan topik skenareo teks drama tidak sesuai isi teks 1
2 a. Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama sangat lengkap 4
dan sangat sesuai dengan topik
b. Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama lengkap dan 3
sesuai dengan topik
c. Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama kurang lengkap 2
dan kurang dengan topik
d. Peserta didik menyusun kerangka skenareo teks drama tidak lengkap dan 1
tidak sesuai isi teks
3 a. Peserta didik menulis skenareo teks drama sangat sesuai dengan 4
kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
b. Peserta didik menulis skenareo teks drama sesuai dengan 3
kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
c. Peserta didik menulis skenareo teks drama kurang sesuai dengan 2
kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI
d. Peserta didik menulis skenareo teks drama tidak sesuai dengan 1
kerangka, struktur, ciri kebahasaan, dan EBI

Nilai = Perolehan skor


Jumlah kreteria/soal
Contoh:
Nilai = 11 x 100 = 91,66
12

6. Pendukung Pembelajaran (Alat, Media, Bahan, Sumber)

1. Penyajian komputer (laptop) dengan program powerpoint.

2. Bahan ajar otentik teks drama (hasil penelitian atau media massa).

3. Buku teks dan buku ensiklopedia.

4. Teks/buku skenareo drama perpustakaan sekolah.

5. Internet.

Mengetahui, ....................., .........

Kepala................ Guru Mata Pelajaran,

............. ..............
LAMPIRAN

MATERI PEMBELAJARAN TEKS DRAMA

Kompetensi Dasar

Pengetahuan Keterampilan
3.18 Mengidentifikasi alur cerita, babak 4.18 Mempertunjukkan salah satu tokoh dalam drama
demi babak, dan konflik dalam yang dibaca atau ditonton secara lisan
drama yang dibaca atau ditonton
3.19 Menganalisis isi dan kebahasaan 4.19 Mendemonstrasikan sebuah naskah drama dengan
drama yang dibaca atau ditonton memerhatikan isi dan kebahasaan

A. Contoh Teks Drama

Mengapa Kau Culik Anakku

Karya Seno Gumira Aji Darma

BABAK PERTAMA

Jam Westminter berdentang 10 kali

Dari jendela tampak bulan separuh

SEGALANYA HITAM DI PANGGUNG ITU. LANTAI HITAM, LAYAR HITAM,


SEGALANYA HITAM – BAHKAN JUGA MEJA DAN KURSI. SEGALANYA
MEMANG HITAM, TAPI DUA SOROT LAMPU PUTIH MASING-MASING
MENERANGI BAPAK DAN IBU. MEREKA SUDAH BERUSIA PARUH BAYA,
SEKITAR 50 AN. BAPAK MENGENAKAN KAOS OBLONG PUTIH DAN SARUNG.
IBU MENGENAKAN KAIN DAN KEBAYA SUMATERA.

BAPAK BERSANDAL KULIT SILANG, IBU BERSELOP TUTUP. BAPAK


MENONTON TV. IBU MEMBACA BUKU. BAPAK MEMENCET REMOTE KONTROL.
BERDECAK-DECAK SEBAL, LANTAS MEMATIKANNYA. SUASANA SEPI.

MUSIK BLUES FADE IN. LAMPU MEREDUP. BAPAK MELAMUN. IBU MASIH
MEMBACA. MUSIK BLUES FADE OUT. LAMPU TERANG.
BAPAK :Bu….

IBU :Ya….

BAPAK :Baca buku apa sih?

IBU :(Sambil membaca sampulnya) Oh, ini buku baru: Cara Melawan Teror

BAPAK :Apa katanya?

IBU :Baru juga mulai baca. Belum tahu isinya. Habis diajak ngomong terus sih!

BAPAK :Yah, di sampul belakang kana da kecapnya.

IBU : (Melihat sampul belakang) Apa ya katanya?(Membaca) Buku ini perlu


dibaca penduduk Negara-negara yang akan hancur, karena dalam masyarakat seperti itu
kendali hukum sangat mengendor, tatanan nilai kabur, sehingga melahirkan anarki. Setiap
orang berbuat seenak perutnya sendiri dan memaksakan kehendaknya dengan teror . itulah
gunanya buku ini: Cara Melawan Teror. Perlu dibaca oleh mahasiswa, aktifis, wartawan,
penasehat hukum dan berbagai profesi yang rawan terror. Buku ini juga berguna bagi siapa
saja yang merasa perlu lebih siap melawan teror.

BAPAK :Untuk apa kamu baca itu?

IBU :Lho, bapak ini bagaimana sih?

BAPAK :Bagaimana apa?

IBU :Baru setahun kok sudah berusaha lupa.

BAPAK :Apa?

IBU :Keterlaluan

BAPAK :Ada hubungannya dengan buku itu?

IBU :Ya jelas dong!

BAPAK :Ca-ra-me-la-wan-te-ror. Apa yang kulupakan ya?

IBU :Pikir sendiri

BAPAK :Aku malah inget yang lain.

IBU :Apa?

BAPAK :Buku itu menyatakan seolah-olah Negara kita sudah hancur.


IBU :Memang sudah hancur, bagaimana!

BAPAK :Begitu ya bu?

IBU :Wah, aku nggak mau jadi analis politik amatiran. Bapak saja yang ngomong.

BAPAK :Aku juga sebetulnya tidak tahu apa-apa, bu!

IBU :Tapi yang satu itu tidak boleh lupa.

BAPAK :Apa?

IBU : (Hanya melihat ke arah Bapak)

BAPAK :Tidak boleh lupa?

IBU :Tidak boleh.

BAPAK :Kalau lupa?

IBU :Kalau bapak lupa, artinya sengaja melupakannya. Itu juga berarti bapak ikut
berdosa.

BAPAK :Waduh, menyangkut dosa lagi! Gawat sekali rupanya. Aku paling
malas berdosa.

IBU :Paling malas berdosa!?

BAPAK :Iya.

IBU :Ah, yang bener….

BAPAK :Iya! Kamu tidak percaya?

IBU :Kayaknya bapak selalu lupa deh dengan dosa-dosa bapak yang terbesar. Toh
semua itu aku bisa maafkan. Tapi tidak untuk yang satu ini.

BAPAK :Aneh. Aku bisa lupa dosa-dosaku. Tapi yang satu ini tidak boleh lupa.
Kalau lupa, itulah dosa yang terbesar.

IBU :Makanya, jangan berlagak pikun

BAPAK :Jadi, apa?

IBU :Lho!

BAPAK :Aduh! Manusia itu kan pelupa Bu! Masa aku tidak boleh lupa!?

IBU :Yah, manusia pelupa, manusia cepat lupa, apalagi yang menyangkut dosa.
BAPAK :Gawat-gawat sekali. Apa yang kulupakan selama ini?

IBU :Oalah pak, pak. Kita memang tidak pernah membicarakannya selama ini. Tapi itu tidak
berarti kita boleh melupakannya.

BAPAK :Wah, apa ya? Kamu bilang tadi, ada hubungannya dengan cara melawan teror

IBU :Sebetulnya bapak inget.

BAPAK :Tidak. Aku sungguh-sungguh lupa.

IBU :Gawat.

BAPAK :Apa ya? Kenapa begitu gawat?

IBU :Karena melupakannya adalah dosa besar.

BAPAK :Kita harus mengingatnya?

IBU :Ya.

BAPAK :Kita harus membicarakannya?

IBU :Ya. Kalau perlu sengaja memperingatinya.

BAPAK :Tidak mikul dhuwur mendem jero? Melupakan yang buruk mengingat yang baik?

IBU :Nggak usah!

BAPAK :Waduh! Gawat!

IBU :Kenapa?

BAPAK :Aku tidak ingat

IBU :Jadi, semuanya ini ada hubungannya dengan terror!

BAPAK :Terror!

IBU :Ya! Terror!

BAPAK :Te-ror….

IBU :Ya. Te-ror….

BAPAK :Te-ror-te-ror-te-ror….hmmm….

IBU : (Melihat dengan wajah kesal)


BAPAK :Aku belum ingat apa yang ada hubungannya dengan kita. Tapi kalau mendengar kata itu,
aku jadi ingat apa yang terjadi pada zaman geger-gegeran dulu itu.

IBU :Itu juga belum lama.

BAPAK :Tapi semua orang sudah lupa.

IBU :Pura-pura lupa.

BAPAK :Buku sejarah saja tidak mencatatnya.

IBU :Itu dia. Dosa orang lain dicatat besar-besaran. Dosa sendiri menguap entah kemana.

BAPAK :Hmmm. Rumit ya Bu?

IBU :(Berdiri, berjalan ke jendela)

Sebetulnya tidak. Semuanya jelas. Siapa yang bisa melupakannya? Aku masih kecil waktu
itu. Malam-malam semua orang berkumpul. Mereka membawa golok, clurit, pentungan dan
entah apa lagi. Mereka mengepung rumah itu selepas tengah malam. Mereka berteriak-teriak,
karena yang dicarinya naik ke atas genteng. Orang itu lari dari atap satu keatap lainnya
seperti musang. Kadang-kadang dia jatuh, merosot. Orang-orang mengejarnya juga seperti
nengejar musang. Aku masih inget suara gedebugan di atas genteng itu. Orang-orang
mengejar dari gang ke gang, suaranya juga gedebukan. Mereka berteriak-teriak sambil
mengacungkan parang. Orang itu lari. Terpeleset, hamper jatuh ke bawah, merayap lagi.
Sampai semua tempat terkepung. Orang itu terkurung….

BAPAK :Sudahlah bu! Sudah lebih dari tiga puluh tahun.

IBU :Aku tidak bisa lupa. Bukan hanya karena kejadian yang dialami orang itu, tapi apa yang
dialami keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Semua melihat dia dikejar
seperti musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu merosot dari atas genteng
ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa dipegang. Orang-orang di bawah menunggunya
dengan parang.

BAPAK :Bu!

IBU :Orang-orang itu menghabisinya seperti menghabisi seekor musang. Orang itu digorok
seperti binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi aku tidak bisa melupakan sinar matanya yang
ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya dengan
hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan anaknya mendengar
jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan suaminya? Bagaimana
perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin setelah tiga puluh tahun lebih
mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih,
kok pakai menyembelih orang segala?

BAPAK :Untuk apa kamu mengingat-ingat ini semua?


IBU :Itulah pertanyaanku juga. Untuk apa? Tapi aku tidak sengaja mengingat-ingat. Aku ingat
begitu saja. Kenangan itu menempel seperti lintah. Dia lewat seperti kenangan.

BAPAK :Kenangan buruk.

IBU :Mimpi buruk

BAPAK :Sejarah

IBU :Itulah dia pak. Sejarah. Sejarah itu ada. Hidup terus sampai hari ini.

BAPAK :Waktu

IBU :Waktu itu aku tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah. Ketika sampai di
kelas, aku Cuma mencium bau amis darah. Darah orang-orang yang disiksa menyiprat di
tembok, papan tulis dan bangku-bangku. Di mana-mana orang bergerombol, berteriak-teriak,
mencari orang-orang yang diburu.

BAPAK :Waktu

IBU :Begitu buruk. Begitu mengerikan. Tapi mengapa kita sekarang mengulanginya?

BAPAK :Satria!

IBU :Itulah. Bapak ini belum begitu tua kok sudah berusaha pikun. Tidak baik begitu pak. Kalau
kita melupakan kekejaman, kita akan mengulanginya.

BAPAK :Aku Cuma ingat bagaimana orang-orang menjauh ketika semua itu menimpa kita. Orang
yang malang malah dijauhi. Ada yang bilang. “Sorri aku baru menelpon sekarang, ini pun
dari telepon umum, karena aku takut teleponku disadap, aku harap semuanya baik-baik saja.
Sorry, aku takut, aku punya anak kecil soalnya” hmmmh. Saudara-saudara menjauhi
semuanya. Takut, seperti kita ini punya penyakit sampar.

IBU Habis begitu memang begitu caranya menilai. Pikiran kok dianggap menyatu dengan darah.

BAPAK :Cara berpikir apa itu ya?

IBU :Cara berpikir orang bego!

BAPAK :Bego tapi berkuasa.

IBU :Begitu berkuasanya sehingga merasa berhak menguasai pikiran, dan sangat tersinggung
kalau orang berpikir lain.

BAPAK :Sangat tersinggung.

IBU :Sangat tersinggung. Maka mengamuklah dengan pentungan, penangkapan,penculikan dan


penganiayaan.

BAPAK :Kekuasaan yang kerdil.


IBU :Kerdil.

BAPAK :Kerdil.

TELEPON BERDERING. BAPAK MENGANGKAT TELEPON

BAPAK :Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-apa. Selamat
malam.

IBU :Terror lagi?

BAPAK :Bukan. Memang salah sambung.

IBU :Dulu Satria sering diteror lewat telepon

BAPAK :Ya, aku tahu. Aku juga sering diteror, dikira Satria.

IBU :(setelah jeda) Ah, Satria. Satria….

LAMPU MEREDUP

B. Pengertian Teks Drama

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) drama memiliki beberapa pengertian.
Pertama, drama diartikan sebagai syair atau prosa yang menggambarkan kehidupan dan
watak melalui tingkah laku (akting) atau dialog yang dipentaskan. Kedua, cerita atau kisah
yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater. Di
samping itu drama dapat didefinisikan sebagai seni yang menggarap lakon-lakon mulai sejak
penulisannya hingga pementasannya yang membutuhkan ruang, waktu, dan khalayak.
Pengertian drama juga dapat dibedakan menjadi dua.Pertama, drama sebagai text play atau
naskah karya sastra milik pribadi, yaitu naskah bacaan milik penulis drama yang masih
membutuhkan pembaca dan perlu digarap yang baik dan teliti jika ingin dipentaskan.
Kedua, drama sebagai teater atau pementasan adalah seni kolektif atau pertunjukan yang siap
dipentaskan sehingga berfungsi sebagai tontonan pertunjukan.

C. Ciri-ciri Teks Drama

1. Fungsi

Teks drama berfungsi untuk menghibur. Hal tersebut selaras dengan definisi drama yang
pada akhirnya teks tersebut akan dipentaskan. Salah satu contoh drama yang berfungsi
menghibur adalah Cinta Brontosaurus karya Raditya Dika. Selain itu drama dapat juga
berfungsi untuk kritik sosial, misalnya mengkritik kebijakan pemerintah. Hal tersebut dapat
dilihat dalam drama berjudul Mengapa Kau Culik Anakku karya Seno Gumira Ajidarma

2. Struktur
3. Prolog adalah kata-kata pembuka, pengantar, ataupun latar belakang cerita, yang biasanya
disampaikan oleh dalang atau tokoh tertentu. Pada teks drama di atas prolog dapat dilihat
pada kutipan berikut ini.

MUSIK BLUES FADE IN. LAMPU MEREDUP. BAPAK MELAMUN. IBU MASIH
MEMBACA. MUSIK BLUES FADE OUT. LAMPU TERANG.

a. Dialog

 Orientasi sesuatu cerita menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para
tokoh, menyatakan situasi sesuatu cerita, mengajukan konflik yang akan dikembangkan
dalam bagian utama cerita tersebut, dan ada kalanya membayangkan resolusi yang akan
dibuat dalam cerita itu. Pada teks drama di atas orientasi dapat dilihat pada dialog

BAPAK :Bu….

IBU :Ya….

BAPAK :Baca buku apa sih?

IBU :(Sambil membaca sampulnya) Oh, ini buku baru: Cara Melawan Teror

 Komplikasi atau bagian tengah cerita, mengembangkan konflik. Sang pahlawan atau pelaku
utama menemukan rintangan-rintangan antara dia dan tujuannya, dia mengalami aneka
kesalahpahaman dalam perjuangan untuk menanggulangi rintangan-rintangan ini.

BAPAK :Sudahlah bu! Sudah lebih dari tiga puluh tahun.

IBU :Aku tidak bisa lupa. Bukan hanya karena kejadian yang dialami orang itu, tapi apa yang
dialami keluarganya. Dia punya anak, punya istri, punya ibu. Semua melihat dia dikejar
seperti musang. Melihat dengan mata kepala sendiri orang itu merosot dari atas genteng
ketika terpeleset dan tidak ada lagi yang bisa dipegang. Orang-orang di bawah menunggunya
dengan parang.

BAPAK :Bu!

IBU :Orang-orang itu menghabisinya seperti menghabisi seekor musang. Orang itu digorok
seperti binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi aku tidak bisa melupakan sinar matanya yang
ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya dengan
hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan anaknya mendengar
jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan suaminya? Bagaimana
perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin setelah tiga puluh tahun lebih
mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih,
kok pakai menyembelih orang segala?

 Resolusi atau denouement hendaklah muncul secara logis dari apa- apa yang telah
mendahuluinya di dalam komplikasi. Titik batas yang memisahkan komplikasi dan resolusi,
biasanya disebut klimaks (turning point). Pada klimaks itulah terjadi perubahan penting
mengenai nasib sang tokoh. Kepuasan para penonton terhadap suatu cerita tergantung pada
sesuai-tidaknya perubahan itu dengan yang mereka harapkan.

TELEPON BERDERING. BAPAK MENGANGKAT TELEPON

BAPAK :Hallo! Ya? Salah! Salah sambung! Ini Cikini, bukan Jurang Mangu. Tidak apa-apa. Selamat
malam.

b. Epilog adalah kata-kata penutup yang berisi kesimpulan atapun amanat tentang isi
keseluruhan dialog. Bagian ini pun biasanya disampaikan oleh dalam atau tokoh tertentu.

4. Kebahasaan

Drama merupakan karya fiksi yang dinyatakan dalam bentuk dialog. Oleh karena
itu, kalimat-kalimat yang tersaji di dalamnya hampir semuanya berupa dialog atau tuturan
langsung para tokohnya. Adapun kalimat- kalimat tidak langsung ada pula pada bagian
prolog dan epilognya. Drama pun menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian prolog
atau epilognya. Karena melibatkan banyak pelaku (tokoh), kata ganti yang lazim digunakan
adalah mereka.

Lain halnya dengan bagian dialognya, yang kata gantinya adalah kata orang
pertama dan kedua. Mungkin juga digunakan kata-kata sapaan. Seperti yang tampak pada
contoh teks drama di atas bahwa kata-kata ganti yang dimaksud adalah aku,
kita, Sebagaimana halnya percakapan sehari-hari, dialog dalam teks drama sering kali
menggunakan kosakata percakapan, seperti oh, ya, aduh, sih, dong. Mungkin di dalamnya
banyak ditemukan kata-kata yang tidak baku dan juga tidak lepas dari kalimat-kalimat seru,
suruhan, pertanyaan.

Selain itu, teks drama memiliki ciri-ciri kebahasaan sebagai berikut.

1. Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Contoh:
sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian.

2. Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti
menyuruh, menobatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat.

3. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan
oleh tokoh. Contoh: merasakan, menginginkan, mengarapkan, mendambakan, mengalami
4. Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk menggabarkan tokoh, tempat, atau
suasana. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, rapi, bersih, baik, gagah, kuat.

D. Prosedur Pembelajaran

1. Mengidentifikasi Alur Drama

Alur dalam drama merupakan bagian dari struktur komplikasi.Pada sruktur komplikasi inilah
muncul permasalahan, konflik yang akhirnya memunculkan perumitan masalah (klimaks)
yang nantinya akan menuju peleraian pada sruktur resolusi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengidetifikasi drama

 Membaca dan mencermati teks drama Mengapa Kau Culik Anakku?

a. Mengidentifikasi permasalahan yang terdapat pada teks drama tersebut. Permasalahan dapat
ditemukan pada kutipan berikut.

BAPAK :Untuk apa kamu baca itu?

IBU :Lho, bapak ini bagaimana sih?

BAPAK :Bagaimana apa?

IBU :Baru setahun kok sudah berusaha lupa.

b. Mengidentifikasi konflik yang ada pada teks drama tersebut.

Konflik dapat ditemukan pada kutipan berikut .

IBU :Gawat.

BAPAK :Apa ya? Kenapa begitu gawat?

IBU :Karena melupakannya adalah dosa besar.

c. Mengidentifikasi klimaks permasalahan (perumitan) yang terdapat pada teks drama tersebut.

Klimaks (perumitan) terdapat pada kutipan berikut.

BAPAK :Bu!

IBU :Orang-orang itu menghabisinya seperti menghabisi seekor musang. Orang itu digorok
seperti binatang. Ibu menutupi mataku. Tapi aku tidak bisa melupakan sinar matanya yang
ketakutan. Aku masih ingat sinar mata orang-orang yang mengayunkan linggisnya dengan
hati riang. Kok bisa? Kok bisa terjadi semua itu. Bagaimana perasaan anaknya mendengar
jeritan bapaknya? Bagaimana perasaan istri mendengar jeritan suaminya? Bagaimana
perasaan ibu mendengar jeritan anaknya? Apa bapak yakin setelah tiga puluh tahun lebih
mereka bisa melupakannya? Mereka mungkin ingin lupa. Tapi apa bisa? Politik itu apa sih,
kok pakai menyembelih orang segala?

2. Mempertunjukkan tokoh dalam kutipan drama

BAPAK :Cara berpikir apa itu ya?

IBU :Cara berpikir orang bego!

BAPAK :Bego tapi berkuasa.

IBU :Begitu berkuasanya sehingga merasa berhak menguasai pikiran, dan sangat tersinggung
kalau orang berpikir lain.

Lafal yang diucapkan pada saat memerankan tokoh Ibu harus jelas pada saat
mengucapkan kata pikiran dan berpikir sangat penting untuk diperhatiakan karena
berkaitan dengan kejelasan makna suatu kata. Berdasarkan contoh tersebut lafal adalah cara
seseorang dalam mengucapkan kata atau bunyi bahasa.

Intonasi yang digunakan pada kalimat Bego tapi berkuasa.adalah intonasi dengan
maksud kekecewaan. Berdasarkan contoh tersebut Intonasi adalah naik turunnya lagu
kalimat. Kalimat berita, perintah, dan kalimat tanya harus menggunakan intonasi yang
berbeda.

Nada/tekanan yang digunakan pada kalimat Cara berpikir apa itu ya? Adalah
nada tinggi karena merupakan kalimat tanya. Berdasarkan contoh tersebut Nada/tekanan
adalah kuat lemahnya penurunan suatu kata dalam kalimat

Ekspresi yang muncul pada kalimat Bego tapi berkuasa adalah ekspresi
kekecewaan dan kekesalan. Ekspresi yang muncul ketika berdialog itulah yang disebut
mimik. Berdasarkan uraian tersebut mimik adalah ekspresi atau raut muka yang
menggambarkan suatu emosi: sedih, gembira, kecewa, takut, dan sebagainya. Mimik
berperan dalam memperjelas suatu maksud tuturan. Gerak-gerik adalah berbagai gerak pada
anggota badan atautinggah laku seseorang dalam menyatakan maksud tertentu. Bentuknya,
misalnya, anggukan kepala, menggit jari.

3. Menganalisis isi dan kebahasaan drama

a. Menganalisis isi drama

Bercerita tentang apakah drama “Mengapa Kau Culik anakku” karya Seno Gumira
Ajidarma di atas? Jawaban atas pertanyaan tersebut mengarah pada isi atau tema drama
tersebut. Adapun yang dimaksud dengan tema adalah gagasan umum dalam suatu drama
yang disampaikan oleh pengarang kepada pembaca atau penonton. Tema juga dapat diartikan
sebagai inti atau ide dasar sebuah drama. Dari ide dasar itulah kemudian drama itu terbangun.
Tema merupakan pangkal tolak pengarang atau sutradara dalam merangkai cerita yang
diciptakannya.
Jika menilik dari penggalan teks drama Mengapa Kau Culik Anakku berikut ini akan
nampak terlihat isi drama tersebut.

BAPAK :Yah, di sampul belakang kana da kecapnya.

IBU : (Melihat sampul belakang) Apa ya katanya?(Membaca) Buku ini perlu dibaca
penduduk negara-negara yang akan hancur, karena dalam masyarakat seperti itu kendali
hukum sangat mengendor, tatanan nilai kabur, sehingga melahirkan anarki. Setiap orang
berbuat seenak perutnya sendiri dan memaksakan kehendaknya dengan teror . itulah gunanya
buku ini: Cara Melawan Teror. Perlu dibaca oleh mahasiswa, aktifis, wartawan, penasehat
hukum dan berbagai profesi yang rawan terror. Buku ini juga berguna bagi siapa saja yang
merasa perlu lebih siap melawan terror.

Berdasarkan penggalan teks drama tersebut terlihat pada kalimat Buku ini perlu dibaca
penduduk negara-negara yang akan hancur, karena dalam masyarakat seperti itu
kendali hukum sangat mengendor, tatanan nilai kabur, sehingga melahirkan anarki.
Dari pernyataan tersebut dapat dianalisis bahwa drama tersebut mengangkat tema politik.
Teks drama tersebut menceritakan keadaan politik dan peristiwa kekerasan yang terjadi pada
tahun 1965 dan seterusnya dimana tidak ada kejelasan sampai saat ini. Dan sampai saat ini
pun politik negara ini masih carut marut.

b. Manganalisis Aspek Kebahasaan

Langkah-langkah menganalisis aspek kebahasaan

Untuk lebih jelasnya cermati dan perhatikan penggalan teks drama Mengapa Kau Culik
Anakku berikut in

BAPAK :Bu….

IBU :Ya….

BAPAK :Baca buku apa sih?

IBU :(Sambil membaca sampulnya) Oh, ini buku baru: Cara Melawan Teror

BAPAK :Apa katanya?

IBU :Baru juga mulai baca. Belum tahu isinya. Habis diajak ngomong terus
sih!

BAPAK :Yah, di sampul belakang kana da kecapnya.

Aspek kebahasaan yang terdapat pada penggalan drama tersebut


No Aspek Kebahasaan Contoh kalimat

1 Kalimat tanya Buku baca apa sih?


2 Percakapan sehari-hari Oh, ini buku baru
3 Petunjuk laku (Sambil membaca sampulnya)
4 Kalimat langsung Yah, di sampul belakang kena da
kecapnya.
5 Kata sapaan Bu...

Aspek kebahasaan yang lain dapat dicermati pada penggalan berikut ini

BAPAK :Kita harus membicarakannya?

BU :Ya. Kalau perlu sengaja memperingatinya.

BAPAK :Tidak mikul dhuwur mendem jero? Melupakan yang buruk mengingat yang baik?

IBU :Nggak usah!

BAPAK :Waduh! Gawat!

Aspek kebahasaan yang terdapat pada penggalan tersebut

No Aspek Kebahasaan Contoh


1 Kata Ganti Kita harus membicarakannya?
2 Kata Kerja Mental (Menyatakan Melupakan yang buruk mengingat
sesuatu yang dipikirkan) yang baik?

3 Kalimat Seru Nggak usah!

Selain aspek kebahasaan yang telah di sebutkan di atas, masih ada aspek kebahasaan yang
lain, dapat dicermati pada penggalan teks drama berikut ini!

IBU :Waktu itu aku tidak tahu kalau sekolah libur. Aku berangkat ke sekolah. Ketika sampai di
kelas, aku Cuma mencium bau amis darah. Darah orang-orang yang disiksa menyiprat di
tembok, papan tulis dan bangku-bangku. Di mana-mana orang bergerombol, berteriak-teriak,
mencari orang-orang yang diburu.

BAPAK :Waktu

IBU :Begitu buruk. Begitu mengerikan. Tapi mengapa kita sekarang mengulanginya?

BAPAK :Satria!

Aspek kebahasaan yang terdapat pada penggalan tersebut


No Aspek Kebahasaan Contok
1 Konjungsi keterangan waktu Waktu itu aku tidak tahu kalau
sekolah libur. Aku berangkat ke
sekolah. Ketika sampai di kelas,
aku Cuma mencium bau amis darah.
2 Kata sifat Begitu buruk. Begitu mengerikan.

Analisis kebahasaan teks drama yang terdapat pada Mengapa Kau Culik Anakku adalah
kalimat tanya, kalimat percakapan sehari-hari, petunjuk laku, kalimat langsung, kata
sapaan,kata ganti, kata kerja mental, kalimat seru, konjungsi keterangan waktu dan kata sifat.

4. Mendomenstrasikan Drama

Mementaskan drama adalah mengaktualisasikan segala hal yang ada di dalam naskah
drama ke dalam lakon drama di atas pentas. Aktivitas yang dominan dalam memerankan
drama ialah dialog antartokoh, monolog, ekspresi mimik, gerak anggota badan, dan
perpindahan letak pemain.

Paad saat melakukan dialog maupun monolog, aspek-aspek suprasegmental (lafal,


intonasi, nada atau tekanan dan mimik) memiliki peranan sangat penting. Lafal yang jelas,
intonasi yang tepat, dan nada atau tekanan yang mendukung penyampaian isi/ pesan.
Sebelum memerankan drama, kegiatan awal yang dilakukan adalah membaca dan memahami
naskah drama.

Anda mungkin juga menyukai