Anda di halaman 1dari 27

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SMK WACHID HASYIM SURABAYA


Mata Pelajaran : BAHASA DAERAH
Kompetensi Keahlian : Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran
Program Keahlian : Manajemen Perkantoran
Kelas/ Semester : X/ GASAL
Materi Pokok : Teks Drama
Alokasi Waktu : 6 Jp

A. Kompetensi Inti

KI 3 : Memahami ,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,


prosedural berdasarkan rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkrit dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai isi keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3 Memahami karakteristik bahasa 3.3.1 Mengidentifikasi ciri ragam
lisan dalam kegiatan bermain peran, dialog, bahasa lisan dalam teks bermain peran.
dan berdiskusi sesuai dengan tatakrama.
3.3.2 Menganalisis karakteristik bahasa
lisan dalam bermain peran

4.3 Bermain peran, berdialog, atau


berdiskusi sesuai tatakrama 4.3.1 Membaca naskah sesuai dengan peran
dalam teks

4.3.2 Memperagakan peran sesuai


karakter tokoh dalam teks.

4.3.3 Menyusun teks drama sederhana.

C. TujuanPembelajaran
1. Melalui membaca intensif, tanya jawab, dan diskusi tentang teks drama peserta didik
mampu Mengidentifikasi ciri ragam bahasa lisan dalam teks bermain peran dengan tepat.
2. Melalui membaca selektif tanya jawab, dan diskusi tentang teks drama peserta didik
mampu menganalisis karakteristik bahasa lisan dalam bermain peran dengan tepat.
3. Melalui tanya jawab, dan diskusi tentang teks drama, peserta didik mampu Membaca
naskah sesuai dengan peran dalam teks dengan tepat.

1
4. Melalui tanya jawab, dan diskusi tentang teks drama, peserta didik mampu
Memperagakan peran sesuai karakter tokoh dalam teks dengan tepat.

5. Melalui tanya jawab, dan diskusi tentang teks drama, peserta didik mampu menyusun
teks drama sederhana dengan tepat.
D. Materi Pembelajaran
1. Fakta: Teks Drama (materi pokok yang diajarkan sesuai dengan kd)
2. Konsep: (sub tema)
a. Mengidentifikasi ciri ragam bahasa lisan dalam teks bermain peran.
b. Memperagakan peran sesuai karakter tokoh dalam teks.
c. Menyusun teks drama sederhana.

3. Prinsip (referensi bahan ajar)


Teks Artikel :
1. Unsur intrinsik
2. Unsur ekstrinsik
4. Prosedur:
a. Prosedur menyimak contoh teks drama.
b. Prosedur membaca contoh teks drama.
c. Prosedur mencermati penggunaan bahasa, berkaitan dengan isi teks drama.
d. Prosedur membaca indah teks drama.

E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Metode : Tanya jawab, diskusi kelompok dan penugasan.

F. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Deskripsi pembelajaran Alokasi Waktu

Pendahuluan 1.Pendidik mengawali kegiatan pembelajaran 10 menit


dengan mengucapkan salam dan berdoa, kemudian
mempresensi peserta didik

2.Pendidik memotivasi belajar peserta didik secara


kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi teks
drama dalam kehidupan sehari-hari dengan
memberikan contoh dan perbandingan lokal,
nasional, dan internasional sesuai dengan
karakteristik mereka.

3.Pendidik mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang


mengaitkan dengan materi teks drama.

4.Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran dan


kompetensi dasar 3.1 dan 4.1.

5.Pendidik menyampaikan cakupan materi teks dan


penjelasan uraian kegiatan.

Inti 1.Peserta didik dalam satu kelas dibagi dalam 115 menit
pertemuan kelompok kecil berjumlah 5 peserta untuk tiap
pertama kelompok

2.Setiap kelompok membaca intensif contoh teks


drama.

3.Antarpeserta didik bertanya jawab dalam


kelompok tentang unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik teks drama yang dibaca atau disimak.

4.Peserta didik bertanya kepada pendidik tentang


2
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik teks drama yang
belum terkonfirmasi dalam tanya jawab kelompok.

5.Peserta didik memberikan respons terhadap


jawaban pendidik dalam bentuk pertanyaan lanjut,
konfirmasi ulang, atau pun respons lain.

6.Peserta didik mengumpulkan data untuk


menentukan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik teks
drama.

7.Peserta didik mengumpulkan data untuk


menentukan mendiskusikan unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik teks drama.

8.Pendidik memberikan masing-masing kelompok


mencoba dan mencermati (mencari dan
menemukan) menyimpulkan hasil diskusi terkait
dengan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik dari teks
drama.

9.Antar Peserta didik bekerjasama dalam


kelompok dan berbagi tugas untuk mencari
informasi/data pendukung untuk memperkuat
rumusan penyelesaian masalah yang telah
dikembangkan dari berbagai sumber

10. Antarpeserta didik dalam kelompok


saling bertanya, konfirmasi tentang hasil diskusi
terkait dengan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
dari teks drama yang ditemukan untuk dibahas jika
ada perbedaan atas temuan masing-masing.

11. Peserta didik mencoba mengidentifikasi


hasil diskusi terkait dengan unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik dari teks drama yang dikajinya
kemudian membahasnya, bertukar temuan bersama
anggota kelompok.

12. Peserta didik mencoba menguraikan


hasil diskusi terkait dengan unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik teks drama yang dikajinya untuk
bahan bahasan dengan kelompok lain.

13. Peserta didik mendiskusikan hasil


diskusi terkait dengan unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsik berdasarkan naskah hasil tukar gagasan
bersama kelompok lainnya.

14. Peserta didik mencoba menyimpulkan


dan mengestimasikan hasil diskusi terkait dengan
unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik teks drama pada
konsep yang dibacanya atas dasar kajian naskah
yang dibahas.

15. Peserta didik menuliskan laporan kerja


kelompok tentang hasil diskusi terkait dengan unsur
intrinsik dan unsur ekstrinsik teks drama.

16. Peserta didik membacakan hasil kerja


kelompok di depan kelas dan peserta didik lain
memberikan tanggapan.

17. Peserta didik menyunting hasil diskusi


terkait dengan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik
teks drama baik secara lisan maupun tulisan.

Penutup 1.Pendidik bersama peserta didik menyimpulkan 10 menit


pertemuan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
pertama
2.Pendidik memberikan tugas pada peserta didik
untuk mencari relevansi teks drama dengan
kehidupan nyata secara berkelompok.

3.Pendidik melaksanakan tes untuk mengukur


kompetensi yang ingin dicapai pada pembelajaran
3
hari ini

4.Pendidik meminta peserta didik untuk


mempelajari materi tentang menceritakan isi teks
drama untuk pertemuan berikutnya.

G. Penilaian Pembelajaran, Remidi, dan Pengayaan

a. Penilaian Pembelajaran

Indikator Bentuk
Teknik
Pencapaian Penilaia Instrumen
Penilaian
Kompetensi n
3.3.1 Mengid Identifikasi ragam
entifikasi ciri bahasa yang terdapat
ragam bahasa dalam teks drama!
Tes
lisan dalam teks Tes
tertulis
bermain peran.

3.3.2 Mengan Analisis karakteristik


alisis karakteristik bahasa lisan dari bermain
bahasa lisan peran berikut!
dalam bermain
Tes
peran Tes
tertulis

4.3.1 Membaca Bacalah naskah sesuai


naskah sesuai dengan peran dalam teks
dengan peran drama berikut!
dalam teks
Tes
Tes
Praktik

4.3.2 Peragakan peran sesuai


Memperagakan karakter tokoh dalam teks
peran sesuai drama!
karakter tokoh
dalam teks. Tes
Tes
praktik

4.3.3 Menyusun Buatlah teks drama


teks drama sederhana!
sederhana.

Tes
Tes
tertulis

a. Program Remedial
Instrumen penilaian disesuaikan dengan instrumen sebelumnya melalui adaptasi objek.

b. Program Pengayaan
4
Instrumen penilaian ditingkatkan bobotnya dengan menggunakan teks drama yang lebih
kompleks.

H. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

1. Media
a. Beberapa teks drama.
b. Power point tentang teks drama.

2. Alat
a. LCD
b. Laptop
c. Papantulis/ white board.

3. Sumber Pembelajaran
a. Buku Siswa Bhasa Jawa Kelas X
b. Beberapa teks drama
c. Materi terangkum dalam powerpoint

Mengetahui, Surabaya, 16 Juli 2018


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Dra. Hj. Muntafiah. Djauhari Ayu Dwi Cahyani, S.Pd

5
LAMPIRAN

DRAMA
A. Pengertosan Drama
Istilah drama asale saking basa Yunani ‘dran’ kang artose ginawe. Teng wewengkon Cerbon lan
Indramayu saking jaman sengiyen masyarakate sampun ngenal drama sanajan wangune drama
tradisional nggih niku masres. Sanese masres, drama ugi diseselaken teng tengah-tengah
pagelaran tarling tradisional. Hal kang kados mekaten teng istilah basa Cerbon asring disebat
lakonan. Miturut Suprapto (1993 : 24), drama punika komposisi syair kang diajengaken saged
nggambaraken kegesangan lan perwatekan setunggale tiyang atanapi kelompok liwat akting lan
dialog kang dilampahaken atanapi dipentasaken teng inggile panggung.
Istilah sanes kangge penggantos drama nggih niku tonil, bangsawan, sandiwara, lan masres.
Sengiyen istilah tonil, bangsawan, sandiwara, lan masres angsal kesan kang kirang sae teng
kalangan masyarakat, nanging saniki pandengan-pandengan punika sampun rinobih. Punapa
malih sesampune kaum intelektual kados dene mahasiswa milet nyemplungaken dirie teng
kegiatan drama punika.
Para ahli sastra gadah pendapat nyaniya wayang wong, wayang kulit, wayang klitik, lan wayang
golek saged dilebetaken teng kelompok sandiwara. hal punika dumados keranten teng selebete
wayang wong, wayang kulit, wayang klitik, lan wayang golek punika wonten paguneman lan
gerak-gerik saking tokohe.
Setunggale drama kang diserat nembeke sampurna upami drama punika dimaenaken dening
para pelakue teng inggil panggung (dipentasaken). Para pelaku punika kedah mahami sedanten
isi cerios, sumerep punapa kang dimaksad dening penyerate, lan sanggem meranaken tokoh-
tokoh kang wonten teng selebete drama punika kelawan sae.
Drama kang kaula kenal teng Cerbon saniki asale saking Yunani kuna kang gadah tetenger
kados teng andap puniki.
1. Ceriose dawa-dawa, pramila punika cerios kang dawa punika kedah dibagi-bagi umume dados
gangsal babak, unggal babak mangadeg teng atase adegan-adegan. Teng selebete babak-
babak kawitan ditepangaken watek-watek pelaku liwat paguneman-paguneman sekaligus
setunggale persoalan ditampilaken.
2. Unggal setunggale babak priyad disuguhaken kaliyan tetembangan kang isie kesimpulan
saking cerios kang nembe priyad disuguhaken.
3. Biasae sederenge drama dimilai, langkung rumiyin dimaturaken prolog kangge mbangkitaken
perhatosan penonton dumateng pagelaran lan nalika pagelaran punika priyad diakhiri kaliyan
epilog.
Drama kang basajan saged dados drama kang sae, bader, gesang, lang mikat perhatosan upami
kang meranaken punika sanggem mbakta perane piyambek-piyambek kelawan sae. Kadang-
kadang ngantos semanten kepikate manah penonton dumateng pagelaran drama ngantos
penonton lali nyaniya selerese kang piyambeke tingal punika cumi setunggale pagelaran, sanes
kedadosan kang selerese. Mekaten ugi sewangsule, saged tumimbul raos bosen teng anahe
penonton upami para pelakon punika mboten sanggem meranaken tokoh-tokohe kelawan sae.
Teng drama punika, penonton saged nyumerepi isi cerios lan watek liwat paguneman (dialog) lan
gerak-gerike pelakue. Saking paguneman-paguneman punika penonton saged nyumerepi watek
kang ala lan watek kang becik selebete cerios punika. Paguneman punika mboten kenging lincad
saking inti cerios saking kawitan ngantos priyade cerios. Gerak-gerik para pelakue mboten
kenging kelangkungan lan busana kang diangge ugi kedah disaluyuaken sareng isi cerios, jaman,
lan kelungguhan cerios punika.
Mekaten ugi setting atanapi penataan panggung (dekorasi). Maksade, upami cerios punika
dumados teng Abad XV lan upami latar pengkere punika mendet ruang dayoh mboten mumkin
dekorasi panggunge punika wonten televisi keranten teng jaman punika dereng wonten televisi,
mekaten ugi busana tiyang kang diangge dening istri lan jaler mboten mumkin kados busana
kang wonten teng jaman saniki. Kewontenan iringan musik dahat diperlokaken minangka latar
pengker kangge nggesangaken dalaning cerios, asal musik punika disaluyukaken kaliyan adegan

6
kang siweg dimaenaken.
Selebete drama tradisional atanapi masres punika biasae lakon kang digelar punika nyriosaken
cerios babad atanapi ceriosan sanes kang wonten tetaliane kaliyan setunggale peristiwa atanapi
kedadosan setunggale wewengkon. Teng Cerbon, khususe Kapetakan maksih katah kelompok
masres kados dene Budi Suci, Ramah Tamah, Jayabaya, Ramah Suci, Merah Delima, lan sanes-
sanese. Umume masyarakat (khususe masyarakat Bedulan) langkung asring nyebataken nami
masres punika kaliyan warni kelir ajenge kados masres kuning, masres abang, masres ijo, lan
sapanunggalane.

B. Pikembangan Seni Drama


Awal pikembangan seni drama atanapi teater dipanggihi sekitar 3500 naun Sederenge Masehi
teng Mesir. Seni drama punika dipanggihi teng tembok-tembok piramida kang nggambaraken
setunggale pendeta kang siweg ngadeg teng ajengane jemaahe. Pendeta kang kasebat wau
diilustrasikaken siweg maturaken setunggale cerios. Gambar pendeta kang ngangge topeng
punika kenyataane siweg nggambaraken keagungan Sang Murbeng Dumadi. Piyambeke
migunakaken seni drama selebete maturaken ajarane.
Sekitar naun 534 SM seni teater milai kinembang teng Yunani. Pagelaran teater punika
ngrupiaken salah setunggale cara kangge ngormati Dewa Dionisus. Teng Yunani pikembangan
teater rikat sanget, malah ngantos saniki lakon ‘Oediphus’ ngrupiaken setunggal lakon kang
kawentar sanget. Lajeng cerios-cerios komedi teng jaman keemasan kekaisaran Romawi ugi
ngrupiaken lakon kang populer sanget. Teater teng jaman Romawi ngrupiaken setunggale
wangun lelipur kang dipentasaken teng waktos-waktos kang sampun tinemtos, cumi kangge
kaum priyayi teng dinten-dinten becik.
Sementawis teng Cerbon seni drama ugi cekap kinembang kelawan rikat. Hal punika saged
dibuktosaken kaliyan tuwuhe macem-macem wangun lan jinis drama tradisional lan moderen
kang ngrupiaken lelipur masyarakat. Wangun lan jinis teater kasebat diantawise wayang, masres,
lelakonan teng seni tarling, lan sapanunggalane. Nanging teng waktos saniki pikembangan seni
drama teng Cerbon kawilang mandeg, malah setunggal-setunggal mbibaraken diri.

C. Anatomi Sastra Drama


Sanajan mboten sedanten, nanging katahe naskah-naskah drama umume dibagi teng atase
babak-babak. Upami diteliti kelawan titen, pembagian babak punika dilampahaken kelawan titen,
cermat, lan mboten sembarangan nanging pembagian babak punika gadah alesan kang kiyat.
Kang dimaksad kaliyan babak nggih niku bagian ageng saking setunggale pementasan drama
kang mangadege teng atase adegan-adegan. Babak kang enggal ditengeri kaliyan pergentosan
setting (teng drama tradisional kados masres hal punika ditengeri kaliyan gentose kelir minangka
latar pengkere), sedeng pergentosan adegan ditandai kaliyan melebet atanapi medale setunggal
tokoh.
Setunggal babak biasae dibagi teng atase adegan-adegan. Kang dimaksad kaliyan adegan nggih
niku bagian babak selebete lakon-lakon kang biasae ditengeri kaliyan medal atanapi mlebete
tokoh secara sami-sami atanapi setunggal-setunggal. Cekakae, adegan punika ditengeri kaliyan
perobihan cacahe tokoh teng inggile panggung keranten medal atanapi mlebet. Umpamie teng
setunggale adegan, tokoh A kaliyan tokoh B siweg nglampahaken paguneman, hal punika
kelebet teng adegan setunggal, lajeng tokoh B medal, kantun tokoh A piyambekan teng inggil
panggung. hal punika sampun ngrobih saking adegan setunggal keranten robihe cacahe tokoh
teng inggile panggung. Mekaten ugi upami wonten tokoh C kang mlebet, ugi kelebet teng
perobihan adegan.
Bagian kang mboten kawon pentinge teng pagelaran drama nggih niku dialog. Dialog ngrupiaken
bagian setunggale naskah drama kang arupi paguneman antawis kalih pelaku atanapi langkung.
Umpamie :
Ringgo : Lamon isun bisa gawe sawijine film langka wong wadone kah .…
Jim : Ikulah. Unggal dina sampe ping atusan, isun kedik duwe pikiran kang kaya konon.

Saking pentinge kelungguhan dialog teng selebete naskah drama ngantos mboten wontene
dialog teng selebete naskah drama punika, maka rumpaka sastra punika mboten saged
didolongaken teng selebete rumpaka sastra drama. Meh mboten wonten naskah drama kang

7
mboten wonten dialoge. Mekaten ugi kelungguhane pituduh penganggit. Pituduh penganggit
nggih niku bagian naskan drama kang nyukani pituduh dumateng pemaos atanapi awak
pementasan kados dene sutradara, pelaku, lan awak pementasan sanese mangenani hal-hal
kewontenan, suasana, peristiwa, lan panggawe atanapi perwatekan.
Umpamie :

Wong Asing : (ngadeg)


Apa ora wedi ning wayah bengi mengkenen meneng dewekan ning umah kang mencil, cuma
wong wadon loro?
Simbok : Apa sing tek wedeni. Ning umah iki ora nana kang bisa dirampok. Lan sapa kanga rep
gelem karo isun. Sinah bakal ngusir sapa bae wong kang teka mene klawan niat jahat. Deweke
luwih kuat tinimbang wong lanang.
Wong Asing : (sambir mbungkuk, perasaane rada blenak)
Anake Ibu tegap badane.
Simbok : Ya. Deweke kuat lantaran deweke iku kudu menggawe ning kebon karo bapane.

Setunggale bagian drama kang penting lan ageng sanget peranane nggih niku basa. Basa
ngrupiaken bagian kang mboten saged dipisahaken saking setunggale naskah drama. Hal punika
dumados keranten mboten mumkin setunggale drama dipentasaken tanpa wontene drama
minangka alat komunikasi verbal anatawis setunggal tokoh kaliyan tokoh kang sanese. Seliyane
drama kontemporer ugi wonten jinis drama kang sama sekali mboten ngangge basa. Jinis drama
kang dimasad nggih niku pantomim.
Teng hubungane kaliyan plot, basa gadah tetaliyan kang raket sanget keranten basa gadah
peran kangge ngobahosikaken plot atanapi galur. Basa ugi mertelakaken latar pengker lan
suasana cerios keranten liwat basa kang diucapaken dening pelaku, sage disumerepi mangenani
panggenan, laku-lampah, peristiwa, kedadosan, suasana, waktos, mangsa, lan kewontenan
sanes selebete dumadose cerios punika.
Bagian sanese kang biasae wonten teng naskah drama nggih niku prolog. Prolog atanapi
prawacana nggih niku wacana kang diucapaken dening pemingpin sandiwara atanapi pemingpin
acara teng bagian pembikaan setunggale drama tanapi sandiwara kang diserat dening
penganggit lan ditaruh teng bagian ajeng. Dumasare prolog punika ngrupiaken penganter naskah
kang isie setunggal keterangan kang mertelakaken kedadosan atanapai latar pengker peristiwa
atanapi kedadosan dumadose cerios kang bade disajiaken. Hal punika bantos pemireng kangge
nggampilaken mahami dalaning ceriosan. Prolog ugi saged diwuwusaken minangka pendapat
penganggit mangenani cerios kang bade disajiaken.
Umpamie :

Prolog
(diucapaken dening pemingpin acara)

Pemiarsa ingkang kaula muliakaken,


Cerios puniki dumados
teng Majapahit sesampune Ratu Suhita
ngasoraken Wirabhumi teng Perang Paregreg
peparab Minak Jinggo, sederek tunggal rama
lan Damar Wulan
nembe kemawon dikukum pejah.
Teng alun-alun weringin kurung rubuh
gledeg jumeder teng tengahing siyang
panji agung pinggire geseng rumpeng, angus
pendopo agung mengadege doyong
sakae kropos digrogoti tikus
mangga sami-sami
mirsakaken
punapa ingkang bakal dumados
mangga sami-sami mbika soca, talingan, lan manah

8
panjenengan sedaya

Sanese prolog, wonten ugi istilah epilog, solilokui, aside, lan dramatik. Upami prolog punika
dilampahakene teng ajenge naskah drama, maksade sederenge drama punika dimilai kangge
mertelakaken latar pengkere dumadose cerios, epilog punika dilampahakene sewingkinge drama,
maksade sesampune drama punika priyad. Biasae epilog punika ngrupiaken kesimpulan kang
didamel penganggit mangenani cerios kang sampun disajiaken. Kadang-kadang epilog punika
diseseli kaliyan wejangan atanapi nasehat, saged diwuwusaken nyaniya epilog punika amanat
kang tinulis saking penganggit. Penganggit jaman saniki ketingale sungkan matesi kebebasan
pemaos lan penonton. Hal punikalah kang nyebabaken penganggit mboten merlokaken wontene
epilog teng wusanae pementasan drama.
Dramatik nggih niku samubarang kang ditampilaken lan disaluyukaken kaliyan pagelaran drama.
Dramatik ngrupiaken panyaluyuan cerios kangge pagelaran sandiwara atanapi pendramaan.
Dramatik ugi gadah pengertosan hal kang damel setunggale kedadosan dados langkung
ngesanaken atanapi nyedihaken.
Sanese prolog, epilog, lan dramatik, wonten ugi istilah solilokui lan aside. Solilokui nggih niku
setunggale bagian naskah drama kang isie ungkapan, pikiran, lan peraosan setunggale tokoh
cerios kang diucapaken kangge diri pribadose piyambek. Aside nggih niku bagian naskah drama
kang diucapaken dening tokoh drama lan ditujuaken secara langsung dumateng penonton
kaliyan pengertosan tokoh sanese kang wonten teng pentas mboten mireng punapa kang
diwicarengaken dening piyambeke kaliyan penonton. Aside asring dilampahaken dening pelakon
drama tradisional kados dene lenong atanapi ludruk.

D. Struktur Dramatik Aristoteles


Teng selebete cerios-cerios dramatik konvensional (cerios drama kang ngrupiaken asil
kesepakatan para ahli drama secara sami-sami), struktur dramatik kang lumrah dipigunakaken
selebete pagelaran drama punika setunggale struktur drama kang disebat struktur dramatik
Aristoteles. Diwuwusaken struktur dramatik Aristoteles keranten struktur dramatik punika
dikenalaken lan disimpulaken dening Aristoteles (384 – 322 SM) saking rumpaka-rumpaka sastra
Sopochles (495 – 406 SM).
Struktur nggih niku setunggale kemanunggalan saking bagian-bagian kang kesedantene silih
tinalen, silih ndukung, lan silih ngajegi kangge ndukung setunggal tujuan. Upami salah setunggal
kemawon bagian drama punika dirobih atanapi mboten wonten, maka hal punika bade ngrisak
tatanan ceriosane. Maksade, cerios kang siweg digelaraken punika mboten wutuh, gadah kesan
sembarangan, lan mboten saged ditampi kelawan sae.
Struktur dramatik Aristoteles piyambek mangadeg teng atase bagian-bagian kang mboten saged
dipisahaken setunggal kaliyan sanese keranten antawis bagian-bagian punika sifate
komplementif (silih gumantung, silih ngajegi, silih ndukung), pramila punika kesedantenane
mboten saged dipisah-pisahaken. Anadene bagian-bagian kang dimaksad punika nggih niku
eksposisi, komplikasi, resolusi, lan konklusi.
Eksposisi ngrupiaken bagian awal atanapi pembikaan setunggale rumpaka sastra drama. Saluyu
kaliyan kelungguhane, eksposisi punika gadah fungsi minangka pembika kang nyukani
penjelasan atanapi keterangan mangenani hal-hal kang diperyogiaken kangge langkung
nggampilaken pemireng selebete mahami peristiwa-peristiwa selajenge.
Bagian komplikasi atanapi penggawatan ngrupiaken bagian selajenge saking eksposisi. Teng
bagian punika, setunggale pelaku milai mendet prakrsa kangge nuju keparengane kaliyan cara
sewang-sewangan. Komplikasi disusul kaliyan klimaks. Teng bagian klimaks punika, pihak-pihak
kang silih tinentangan silih adep-adepan kangge nglampahaken peretangan pemungkas kang
nemtosaken nasibe piyambek-piyambek.
Bagian selajenge nggih iku resolusi atanapi bagian pemecahan masalah. Teng bagian resolusi
punika, sedanten permasalahan kang ditimbulaken dening wontene prakarsa para tokoh atanapi
pelaku saged dipecahaken. Sedeng bagian kang paling pungkas nggih niku konklusi. Konklusi
ngrupiaken bagian pamungkas kang isie para pelaku punika sampun nampi nasibe piyambek-
piyambek saluyu kaliyan panggawe piyambek-piyambek. Maksade nasibe para pelaku kang
kasebat sampun pinasti.
Pinten-pinten buku kang saged dilebetaken teng selebete kelompok drama kados dene :

9
1. Citra anggitan Usmar Ismail
2. Sam Pek Eng Tay anggitan Nano Riantiarno
3. Kapai-Kapai anggitan Arifin C. Noer
4. Ken Arok lan Ken Dedes anggitan Moh. Yamin
5. Kertajaya anggitan Sanusi Pane
6. Sandyakala ning Majapahit anggitan Sanusi Pane
7. Nyi Lenggang Kencana anggitan Armijn Pane

E. Jinis-Jinis Drama
Selerese jinis drama punika katah sanget, nanging dumasar jinise, drama punika saged dibagi
dumasar isi lan jamane.
1. Dumasar Isie
Selerese wangun drama punika katah sanget kaliyan istilah kang benten-benten antawis
wewengkon kang setunggal sareng wewengkon kang sanese. Dumasaraken isie, miturut Henry
Guntur Tarigan, drama punika saged dikelompokaken dados sekawan jinis, nggih niku drama
tragedi, drama komedi, melodrama, lan farce.

a. Drama Tragedi
Drama tragedi ngrupiaken sejinis drama kang isie atanapi ceriose serius lan nimbulaken
pemikiran-pemikiran kang awrat selebete batin pemirsa, lumrahe cerios kang dimaenaken punika
sifate kingking. Teng lebete drama tragedi digambaraken pelaku utamie ngalami kegagalan
selebete nglawan nasib lan kerekasan-kerekasan kang pegot nyambung.
Katahe teng drama jinis tragedi punika, para pelakue manggihi pati teng wusanae cerios. Drama
jinis tragedi ngrupiaken drama kang ngisahaken kegesangan atanapi paripolahe tiyang-tiyang
penting kang gadah sifat herois atanapi sifat-sifat kepahlawanan. Contoh drama tragedi punika
umpamie Nyai Dasimah, Ken Arok lan Ken Dedes, lan Baridin.
Jinis alur kang wonten teng selebete drama tragedi ngrupiaken alur kang wajar ngantos saged
nimbulaken emosi, melas, sedih, lan wedos kang wajar teng manahipun pemirsa. Keuntungan
kang ditampi sesampune mirsani drama jinis punika nggih niku saged nimbulaken pengalaman
kang enggal dumateng pemaos atanapi pemirsane.

b. Drama Komedi
Drama komedi punika kewalikan saking drama jinis tragedi. Teng drama komedi punika, cerios
kang disajiaken ngrupiaken cerios kang temae enteng, mboten nimbulaken pemikiran kang awrat
dening pemaos atanapi pemirsane, lan nuwuhaken peraosan lucu lan kegugu dumateng
penonton, keranten pelaku-pelaku nampilaken sikap kebodohane lan sedanten kang
dilampahaken punika sarwa sawon. Kadang-kadang selebete kelucuan punika diseselaken
sindiran kang ditujuaken dumateng setunggale golongan atanapi kelompok kang tinemtos.
Diwuwusaken temae enteng keranten teng drama punika sanajan sifate serius, nanging angger
diselipi kaliyan bobodoran.
Mekaten ugi unsur kedaosan atanapi peristiwa kang wonten teng selebete drama komedi punika
kedadosan kang mumkin atanapi seolah-olah dumados teng lingkungan nyata. Nanging alur kang
diwangun dening drama jinis komedi punika maksih alur kang wajar, inisiden kang wonten teng
selebete cerios ditimbulaken dening tokoh, sanes tumimbul keranten situasi.

c. Melodrama
Sami kaliyan drama jinis tragedi, drama jinis melodrama ugi cerios lan tema kang dimajengaken
punika ngrupiaken tema kang serius, nanging para pelakue mboten seserius kados teng drama
tragedi. Teng jinis drama melodrama punika wonten perobihan nasib kang dialami dening tokohe
lan tokoh punika biasae menang selebete perjuangane, kados dene perjuangan nglawan nasib,
perejuangan nglawan kegesangan piyambek, perjuangan mertahanaken hak, perjuangan
ngadepi tirani, lan sapanunggalane kang nimbulaken peraosan melas teng manah penonton.
Raos melas kang dimajengaken teng melodrama tumujue teng sentimentalis.

d. Farce
Farce nggih niku setunggale jinis drama kang ngajengaken tema kang cerios, tema, lan tokoh-

10
tokohe kangge kemumkinan dumados teng kegesangan sedinten-dinten punika mboten ageng.
Kelucuan-kelucuan kang ditimbulaken dening tokohe punika cumi seecae piyambek mboten
mretangaken punapa kedadosan punika saged ditampi akal atanapi mboten. Malah kesan kang
ditimbulaken punika kesan kang asal-asalan, mbodohi diri piyambek, lan dipaksakaken keranten
disusun kelawan mboten teratur lan sifate episodis. Maksade unggal adegan punika sifate
sewang-sewangan mboten njalin setunggale cerios kang wutuh. Hal punika cumi merlokaken
peyakinan sementawis dumateng cerios.
Kedadosan-kedadosan kang wonten teng selebete farce punika tumimbule saking situasi, sanes
saking pelaku. Senajan mekaten, jinis drama punika ngrupiaken drama kang paling katah
pemirsane. Hal punika dumados keranten pemirsa ngraos kelipur sesampune mirsani drama
punika.
Sanese jinis kang sampun dipertelakaken teng inggil punika, maksih wonten jinis drama sanese,
nggih niku lelucon, pantomim, opera, lan operet. Lelucon nggih niku setunggale drama kang
sifate sami kaliyan komedi, nggih niku nuwuhaken raos kegugu dumateng penonton, nanging
ceriose mboten teratur. Umume ceriosane punika cetek lan ditampilaken cumi seliwatan atanapi
seselan teng antawis cerios utami, contohe kados dene dagelan Semar, Gareng, Petruk, lan
Bangong.
Pantomim nggih niku jinis drama arupi ceriosan kang cara maturakene mboten kelawan
paguneman, nanging kelawan isyarat lan gerak-gerik kang nggambaraken panggawe. Penonton
saged mahami cerios upami pelaku punika saged nglampahaken gerak mimik lan gerak kinesik
kelawan leres. Hal punika dumados keranten teng pantomim punika sama sekali mboten wonten
paguneman. Wuwuh sae pelaku punika selebete nglampahaken panggawe kang nggambaraken
paguneman, wuwuh gampil kangge penonton selebete nafsiraken cerios.
Opera nggih niku drama kang cara maturakene kaliyan paguneman lan tetembangan. Teng
antawis paguneman lan tetembangan punika biasae diseseli kaliyan irama lantunan musik. Teng
opera, peranan musik punika mboten cumi sederma latar pengker, nanging sami pentinge kaliyan
paguneman lan tetembangan punika piyambek.
Teng Cerbon ngantos saniki dereng wonten opera kados wangun kang selerese, mekaten ugi
dereng wonten kelompok-kelompok opera kang mangadeg. Hal punika dumados keranten opera
mbutuhaken penembang kang gadag pendidikan kang ingil lan kalatih, mekaten ugi penabuh alat
musike ugi kedah ahli. Sedeng operet nggih niku drama kang cara maturakene kaliyan
paguneman lan tetembangan nanging langkung cendak tenimbang opera.

2. Miturut Jaman
Dumasaraken jamane, drama saged dibentenaken dados drama teng jaman Hindu, Islam, lan
jaman kesusastraan enggal.

a. Jaman Hindu
Mangenani drama teng jaman Hindu punika mboten katah kang saged diceriosaken, keranten
saking penyelidikan cumi sebagian alit drama teng Cerbon kang disumerepi wangun dramae,
umpamie pagelaran wayang. Pagelaran wayang punika katah ugi jinise, kados dene wayang
wong, wayang golek, wayang klitik, wayang kulit, lan wayang beber. Musik kang ngiringane
punika gamelan. Kang maenaken wayang punika disebate dalang. Umume cerios kang
dimajengaken dipendet saking cerios Mahabharata lan Ramayana. Wonten ugi wayang kang
ceriose dipendet saking cerios-cerios rayat kang kawentar nanging mboten katulis, kados dene
wayang golek papak.

b. Jaman Islam
Drama teng jaman Islam katahe maksih arupi wayang. Wayang teng jaman Islam punika sampun
katah perobihan saking naskah aslie. Hal punika dilampahaken dening Sunan Kalijaga minangka
setunggale sunan kang ahli teng bidang kesenian kangge nyebaraken Agama Islam. Teng
jamane Sunan kalijaga punika, penonton mboten disuwuni bayaran, nanging penonton punika
kedah ngucapaken kalimat syahadat minangka piranti pembayarane. Dados, penonton punika
nembe angsal ningal pakeliran wayang sampune ngucapaken kalimat syahadat.
Teng lebete pakeliran wayang jaman punika katah sempalan kang sumejah diseselaken dening
Sunan Kalijaga secara alon-alon nyewselaken istilah-istilah kang tinalenan kaliyan Agama islam.

11
Umpamie nami ajian kang diagem dening para kesatria. nggih niku jimat layang jamus
kalimasada, agem-ageme Yudistira dipendet saking kalih kalimat syahadat. Mekaten ugi nami-
nami kados Samiaji secara etimologi asale saking tembung sami-sami ngaji, Nakula saking
nakhulu, Sadewa saking saddawa, Bima saking bima kuntum ta’malun, lan sanes-sanese.

c. Jaman Kesusastraan Enggal


Teng jaman kesusastraan enggal meh sedanten wangun rumpaka sastra angsal ambekan
enggal. Mekaten ugi rumpaka sastra drama. Mumkin disebabaken dening cita-cita kebangsaan
kang milai tumimbul, teng setunggal sisih tuwuh keparengan penganggit-penganggit kangge
mengetaken sedanten rayat teng masa kejayaan masa kang kepungkur. Penganggit-penganggit
cenderung milih wangun-wangun drama, keranten ceriose langkung gesang lan isie saged
ditampi dening penonton kang cacahe langkung katah. Pramila punika teng bidang drama ugi
ketingal kemajengan-kemajengan, senajan mboten serikat kemajengan kang dialami dening puisi
lan prosa. Urut-urutan babar buku-buku kang wangune drama kados dene : Babasari, Ken Arok
lan Ken Dedes, Kertajaya, lan Sandyakala ning Majapahit.
Cumi kang kedah disadari nyaniya waktu punika kaum colonial siweg gadah kekuwasaan, dados
mboten mumkin sedantene punika dilampahaken kaliyan terang-terangan, nanging dilampahaken
kaliyan sindiran. Pramila punika, drama asring diistilahaken kaliyan sandiwara. kawitane
sandiwara punika ngrupiaken propaganda penjajah kangge nanemaken kebudayaane piyambek,
nanging teng perkembanagane, drama gadah tempat piyambek teng kesusastraan.
Mumkin keranten mboten wonten malih hiburan wekdal punika ngantos sandiwara punika tansah
angsal perhatosan kang pinuh saking masyarakat. Sambutan kang mekaten angete punika saged
nimbulaken gairah dumateng penganggite, ngantos tuwuh pinten-pionten sandiwara enggal kang
mendet tema sanes saking peristiwa sejarah, nanging saking suka dukae masyarakat teng jaman
punika.
Milai kawentar name kados Usmar Ismail minangka pencipta sandiwara, dibantun kaliyan
Rosihan Anwar, El Hakim, teng bidang musik dening Cornel Simanjuntak, Tjok Sinsu, lan Haryo
Singgih. Usaha piyambek-piyambeke punika nggih niku ningkataken mutu sandiwara liwat
perobihan-perobihan kang mboten ngenal pegel. Drama piyambek angsal kemajengan kang
pesat teng jamane Angkatan ’66. Katah perobihan kang saged dipanggihi. Mutue ditingkataken
kangge nggayuh tataran internasional. lakon kang ditampilaken kadang-kadang dipendet saking
drama asing kang kawentar teng sakukubeng jagat.
Seliyane punika, tuwuh punapa kang diwastani seni drama tari atanapi kang langkung asring
disebat sendratari. Teng ngriki seni drama dilampahakenmboten dilampahaken kaliyan gerak lan
paguneman, nanging dilampahaken kaliyan gerak jogedan kang gadah makna. Peranan musik
dados langkung penting selebete sendratari punika.

Contoh Naskah Drama Modern Bahasa Jawa 4 Orang


Judul : Wejangan Kanca Pentinge Pendidikan
Tema : Pendidikan, persahabatan, sosial.
Jumlah Tokoh : 4 Orang

Pemeran : Lintang, Erma, Jalu, Umi

Karakter : Lintang (seneng dolanan), Erma (seneng kegawa kanca), Jalu (mempeng), Umi
(bocah tlaten).

Sinopsis Drama basa jawa


Jalu lan Umi nang dina kuwi ngupadi kanggo menehake pamahaman marang kapindho
kancane, yaiku Erma lan Lintang babagan ebo pamulangan kuwi adoh luwih penting
katimbang nglakoke aktivitas-aktivitas sing ora nduwe aji.

12
Dialog bahasa jawa

Lintang : Sesuk dina Minggu kowe arep neng endi Er? mesti ana acara mlaku-mlaku ya?!

Erma : Durung ngerti ki.. aku durung nduwe rencana nengendi-endi.

Jalu : Yen aku arep neng ngomah wae. Aku mendingan sinau daripada dolan mrana-mrene ra
jelas ngunu.

Umi : Iya, aku uga padha karo Jalu. Daripada keluyuran ra jelas mending sinau wae neng
omah.

(Jalu lan Umi nyat beda karo Lintang lan Erma. Jalu lan Umi yaiku bocah sing sregep sinau lan
mentingake pendidikan tinimbang liyane).

Lintang : Wah kowe ki dina Minggu yo isih sinau?! ta sajrone pitu dina kuwi awake dhewe
mung nduwe siji dina kanggo nyenengna awak, ngapa uga mesti sinau.

Erma : Iya, dekne kabeh sregep banget e. Padahal sinau sajrone nem dina kuwi uga wis luwih
saka cukup.

(Umi banjur njelaske marang dekne kabeh, ebo pamulangan kuwi adoh luwih penting daripada
dolanan utawa keluyuran ra jelas).

Umi : Plesiran lan dolan kuwi emang butuh sih.. awake dhewe mestine kudu rumangsa jenuh
nek saben dina mung sinau lan sinau, Nanging kita kudu eling menawa kanthi akeh anggone
sinau sing bakal ndadekne awake dhewe dadi bocah sing pinter.

Jalu : Iya, aku setuju karo kowe, Umi. Wis lah, aku sih bukane nglarang yen kowe arep pada
dolan, Nanging karepku ki kowe tetap fokus karo pamulangan. Aja kokehan keluyuran,
sementara pamulangan mu tok kalahke.

Erma : Sapa kandha aku ngalahke pamulangan. Aku uga sinau kok.. Nanging ora sesregep
kowe cah loro..

Umi : Nah kuwi dheweke, anyak saiki kowe kudu menehi wayah sing luwih akeh kanggo
sinau mu supaya mengko kowe bisa lulus kanthi biji sing apik.

(Lintang banjur digawe terenung saka celathon kancane kuwi (ebo dekne kabeh iki mentingna
banget pamulangan katimbang dolanan) bathin Lintang jero ati.

Lintang : Ok, aku tampa masukanmu. Kayane apa sing tok omongke kuwi pancene bener.
anyak saiki aku kudu luwih fokus karo pamulangan.

Erma : Iya uga ya.. ngapa aku kudu mbuang akeh wayah kanggo tujuan sing ra jelas ngunu,
sawentara pamulangan sing kudune tak sinau malah tak kalahake.

(Sawise kui bocah 4 mau banjur pada janjian manawa badhe ngemutake yen wayah sianu
supaya pada nduwene biji sing apik lan bisa nerusake ana sekolah sing pada neng SMA).

13
Penilaian Pengetahuan
Soal Esai (Tugas Terstruktur)
NInstrument Rambu-rambu jawaban Pedoman penskoran
o
Identifikasi
1 ragam PERCAKAPAN TENTANG jawaban benar sesuai
bahasa yang CARA MENGHORMATI dengan rambu-rambu
terdapat dalam teks ORANG TUA jawaban = 2
drama! Ibu : “Uhuk... jawaban kurang benar,
uhuk...”. kurang sesuai dengan rambu
Murni : “Ibuk ki jawaban = 1
iso meneng po ra? Aku sek Jawaban salah/tidak ada
sinau ki lo!”. jawaban = 0
Ibu : “Hoalah
nduk, ibuk ki sakit watuk”.
Murni : “Lek
watuk yo neng dokter to!
Mbrebeki uwong ae!”.
Bapak : “Enek opo
to iki kok ramemen teko njobo,
isin karo tonggo”.
Murni : “Bojomu
iki lo pak mbrebeki uwong
ae!”.
Bapak : “Huss!,
Omong karo wong tuek ki gak
oleh mbentak-mbentak ngono
kui!, Ayo nyuwun ngapuro
neng ibuk”.
Murni : “Gah!,
Ibuk sing salah kudune ibuk
sing nyuwun ngapuro karo
aku”. ( mlaku ngaleh)
Bapak :
“Astagfirullah...., anak e sopo
iki”.
Ibu : “Wis pak,
sabar mawon”.
Bapak : “Iyo buk”.
Sesuk esuk e Murni bengak
bengok nggolek i sepatune
sing ora ketemu.
Murni : “Bapak,
ibuk sepatuku nyandi?”.
Ibu : “Lha sing
ndekek dekingi sopo?. Sing
sekolah kan awakmu mur,
duduk ibuk”.
Murni : “Pokoke
ibuk kudu nggoleki sampek

14
ketemu!”.
Dumadakan bapak teko.
Bapak : “Mur!, Siti
karo Karjo wis marani ki lo!”.
Murni : “Buk
sepatune gowonen rene!.
Bapak, endi sangune?”.
Bapak : “Bapak
gak nduwe duwit nduk !”.
Murni : “Bapak ki
kewajibane kudu nggolek
duwit sing akeh kanggo anak
anak e!”.
Ibu : “Iki nduk
sepatumu”.
Murni : “Alah
kesuen!. Jo, ti, ayo budal”.
Murni, Siti lan Karjo mlaku
tumuju neng sekolahan. Neng
ndalan cah telu kuwi guneman.
Siti : “Mur
murni, kowe gak oleh khayal
marang bapak ibumu.”
Murni : “Sak sirku
to urip uripku nyapo kowe
bingung”.
Karjo : “Anak
durhaka kowe mur!, Ayo ti
ditinggal ngaleh ae cah
durhaka iki!”.
Murni : “Yo ra
konco kowe!”.
Karjo lan Siti mlaku
ninggalake Murni. Teko
sekolahan bel muni, kabeh
murid mlebu neng njero kelas.
Bu guru :
“Cah ayo ditakne PR e !, Sing
ora ngerjakne maju”.
Murni langsung maju amarga
ora nggarap PR.
Bu guru :
“Nyapo mur ora ngerjakne
PR?”.
Murni : “Wonten
gangguan bu!”.
Bu guru :
“Alasan ae!, gangguan opo?”.
Murni : “Ibuk niku
watuk watuk mawon bu?”.
Siti : “Murni

15
niku gawene mbentak mbentak
wong tuane lo bu!”.
Bu guru :
“Opo iyo mur?”.
Murni :
“Eeeengih”.
Bu guru :
“Engko bar pelajaran Murni
melu Bu guru nyang kantor”.
Murni : “Nggih
bu!”.
Pelajaran wis sampe Murni
dipanggil guru neng kantor.
Murni : “Wonten
nopo bu?”.
Bu guru :
“Lungguh kene !. Mur, opo
bener kowe mbentaki
ibukmu!”.
Murni :
“Eeeenggih”.
Bu guru :
“Ngono kuwi ki gak oleh lo
mur, marang wong tua ki gak
oleh koyo ngono!”.
Murni : “Inggih
bu”.
Bu guru :
“Sok neh ojo tak baleni neh”.
Telpon ning kantor muni,
kring...kring...kring. Pak guru
ngangkat telpon.
Pak guru :
“Assalamualaikum Wr.Wb”.
Bapak :
“Waalaikumsalam Wr.Wb”.
Pak guru : “Wonten
nopo pak?”.
Bapak : “Murni
dikengken dateng rumah sakit
angsal?”.
Pak guru : “Angsal
mawon, wonten nopo pak?”.
Bapak : “Ibuk e
mlebet rumah sakit”.
Pak guru : “Oooo.
Inggih pak”.
Murni kalian pak guru tindak
dateng rumah sakit
Murni : “Pak ibuk
endi?”.

16
Pak guru : “Husss.
Boso ning wong tua !”.
Murni : “Bapak
ibuk pundi ?”.
Bapak : “Ning
njero”.
GRODOOOOKKK. Dokter
mbukak lawang.
Murni : “Pripun bu
keadaannipun ibuk ?”.
Dokter : “Ibuk
gadah penyakit jantung”.
Bapak :
“Asstagfirullah”.
Ibuk bengak bengok neng jero
kamar.
Ibu : “Bapak
bapak”.
Kabeh mlayu ning njero
kamar.
Ibu : “Pak
jogenen omah karo murni, aku
wis ora kuat”.
Dokter : “Inalillahi
wainnalillahi roji’un”.
Murni : “Ibuk
ibuk”.(karo nangis)
Bapak : “Sabar”.
Ning kuburan
Murni : “Bapak
aku minta maaf”.
Bapak : “Yo
nduk”.

semoga cuplikan teks drama


diatas bisa membantu anda
untuk melaksanakan tugas
dari guru, ataupun anda juga
bisa mengambil hikmah dari
cuplikan drama tersebut.

2 Analisis 5 urutan jawaban benar = 5


karakteristik 4 urutan jawaban benar = 4
bahasa lisan 3 urutan jawaban benar = 3
dari bermain 2 urutan jawaban benar =2

17
peran berikut! 1 jawaban benar = 1
Jawaban salah/tidak ada
jawaban = 0

Jumlah Skor Pemerolehan : Skor x 100 =


Skor Maksimal (7)

Penilaian Keterampilan
Tes Tertulis (tugas Tidak Terstruktur )
Instrumen Rambu-rambu jawaban Pedoman
penskoran
Bacalah naskah NASKAH DRAMA BAHASA DAERAH 2 aspek yang
digunakan = 2
sesuai dengan TEMA : “Njaga Kelestarian Lingkungan" 1 aspek yang
peran dalam teks digunakan =1
drama berikut! Tidak
(Ing liburan akhir semester, ana telu menggunakan
aspek dalam
sahabat sing lagi ngomongake rencana merencanakan
liburan) =0

Joystika : “Hei,.. Kepriye preian


awakdewe minggu iki ?”
Christina : “Aku yo bingung iki, arep
preian menyang endi.”
Martha : “Piye lek awakdewe
menyang Selecta?”
Joystika : “Wih.. Ide apik iku.”
Christina : “Iyo. Aku yo setuju..
Kapan awakdewe budal?”
Joystika & Martha : “Mene isuk.”
Christina : “Oke.”

(Ing pas wayah bengine, kabeh sibuk


nyiapake perlengkapan-perlengkapan
sing mau digawa. Nganti lali yen dino iki
wis tengah wengi.)

18
Joystika : “Haduh, kesele awakku
dino iki..”
(Ing panggon liyane.)
Christina : (Angop) “Aduh kesele,..”
Martha : “Mending aku turu ae.”

(Mene isuke, kabeh wis teka ing Selecta.


Kabeh pada seneng dulinan ing kana. Pas
arek-arek wis mari dulinan, kabeh luwe
lan pingin mangan.)
Joystika : “Rek, aku luwe”
Christina : “Ayo awakdewe tuku ndek
kana!” (Karo nunjuk wong sing dodolan)
Martha : “Ayo !”

(Kabeh padha mangan. Sawise mangan


bebarengan, arek-arek lali mbuwang
sampah. Malah sampahe keleleran ing
dalan. Sawise mbuwang sampah
sekarepe dhewe, ing perjalanan
langkahe mandeg amarga ana wong sing
nimbali.)
Nur Rochma : “Hei awakmu !!”
Joystika, Christina, & Martha : (Noleh
bebarengan) “Ana apa ?”
Nur Rochma : (Nepuk bahu salah siji
arek) “Hei yok opo koen lek mbuwang
sampah karepe dhewe? Apa soale ra onok
sing ndelok dadi alasan.”
Joystika, Christina, & Martha : “Apa
karepmu guduk sopoku kok ngatur aku.”
Nur Rochma : “Ojo ngono rek, awakdewe
dadi wong sing urip ndek ndonya iku kudu
njaga lingkungan lan ngelestariake

19
lingkungan.., ya masia mbuang sampah
sembarangan.. Mengko lek mbuwang
sampah sembarangan, bisa nyebabake
banjir. Sapa sing salah?”
Joystika, Christina, & Martha : (Mikir) “Iyo
seh.. Betul pisan awakmu!”
( . . . . . .)
Nur Rochma : “Ayo wis.. Awakdewe
mberseni lingkungan iki”
Joystika, Christina, & Martha : “Ayo, ayo !”

(Akhire Joystika, Nur Rochma,


Christina, lan Martha padha mberseni
sampah-sampah. Banjur kabeh janji
gawe kontribusi aktif njaga lingkungan.)

Amanat : Tekan hal cilik awakdewe


bisa nggawe perubahan sing gedhe. Lan
kita kabeh ora oleh mbuwang sampah
sekarepe dhewe. Amarga mengkone bisa
ngerugikno awake dhewe lan wong liya.
Ayo rek, mulai saiki dadi
wong sing bermanfaat gawe lingkungan
sekitar.
Peragakan peran 2 aspek yang
sesuai karakter digunakan = 2
tokoh dalam teks 1 aspek yang
drama! digunakan =1
Tidak
menggunakan
aspek dalam
merencanakan
=0

Buatlah teks drama 2 aspek yang


sederhana! digunakan = 2
1 aspek yang
digunakan =1
Tidak
menggunakan

20
aspek dalam
merencanakan
=0

Jumlah Nilai Pemerolehan : Skor x 100 =


Skor Maksimal (4)
Penilaian Pengetahuan REMIDIAL/ PENGAYAAN
Soal Esai (Tugas Terstruktur)
Instrument
N Rambu-rambu jawaban Pe
o do
ma
n
pen
sko
ran
Carilah
1 jaw
contoh teks DRAMA BAHASA JAWA - ATIKU KESANGKUT DOMPETMU aba
drama n
yang lain Wonten salah satunggaling desa inggih menika Desa Makmur, wonten keluarga ingkang gesangipun rukun lan sae inggih menika ben
dari keluarga Bapak Wahono. Bapak Wahono kagungan putra naminipun Prima. Prima bocah ingkang sopan lan alus anggenipun ar
berbagai ngendika, ananging amargi srawung kaliyan bocah ingkang mboten jelas, unggah-ungguhipun Prima sampun benten.
sesu
sumber!
Bapak : “Le,,,Prima! Mbeneo dipek!” ai
den
gan
Prima : “Ono opo Pak?” ram
Bapak :“Terno undangan iki neng gone Pak Prapto yo Le.” bu-
Prima :“Gah aku Pak, aku arep mancing.” ram
Ibu :“Weleh….mbok yo nek karo wong tuo ki gek sopan.” bu
Bapak :“Yo uwes Bu, nek ora gelem yo ora popo.” jaw
Ibu :“Ora iso ngono kuwi Pak, cah enom sakiki wes akeh gek do ora reti unggah-ungguh, ojo nganti Prima melu- aba
melu.” n=
Bapak :“Yo wes…Yo wes,,,rasah do rebut.” 2
jaw
Mboten langkung suwe, kancanipun Prima ngampiri. aba
Tr5dex n
Kunto : “Prima….!”
kur
Prima : (mlayu mekdal saking griya) “Weh sipek yo brow aku njupuk kunci motor dipek.”
ang
Rita : “Yo,,cepet yo brow!”
ben
Kunto : “Yo, beres.
ar,
kur
Prima lajeng mlebet kamaripun mbakyune badhe nyambut kunci motor, amargi motoripun badhe dingge mancing.
ang
Prima : “Mbak, aku jileh kunci motore!” sesu
Zulfah : “Arep nang ngendi?” ai
Prima : “Mancing.” den
Zulfah : “Wegah,mengko sore arep tak nggo ngeprint tugas.” gan
Priima : “Alah mbak…rak pelit-pelit.” ram

21
Zulfah : “Sopo gek pelit? Luwih penting ngeprint mbangane mancing.” bu
Prima : “Dilit wes.!” jaw
Zulfah : “Yo, tapi jam 4 mengko kudu wes bali!” aba
Prima : “Yoh” n=
1
Prima banjur metu saking kamaripun mbakyune, lajeng pamit kaliyan ibuipun. Jaw
aba
Prima : “Bu, mancing” (sinambi lunga) n
Ibu : “Ealah….mbokyo nek pamit ki sek bener.” sala
Lia : “Mas…mas…aku melu.” h/ti
Prima “Rasah, adek neng omah wae.” dak
:
Lia “Aaaa….aku melu.”
ada
: jaw
Prima : “Rasah, neng kono ki eneng raksaksane, mengko ndak
dicaplok.” aba
Lia : “Ibu,,,,”(sinambi ndelik wonten wingkingipun ibu) “Tapi aku n =
mengko digawakke iwakke gek gedheeeeeeeeeee banget. Yo 0
mas yo?”
Prima : “Yo!”

Prima lajeng mancing kaliyan kanca-kancanipun. Saking penakke mancing prima ngantos kesupen wekdal.

Prima : “Waduh lali aku.” (sinambi napuk bathukke dewe.


Rita : “Ngopo brow?”
Prima : “Sakiki jam piro?”
Rita : (Ningali jam tangan) “Jam setengah lima.”
Prima : “Waduh, aku sipek yo. Motore arep dinggo mbakyuku je.”
Kunto : “Lah rak sido mbakar iwak po ye Brow?”

Dereng ngantos dijawab, Prima lajeng lunga. Nalikanipun madosi kunci wonten sak, dompetipun kecer. Ananging Prima mboten
mangertos amargi kesesa.
Saksampunipun Prima lunga, onten Nilam ingkang lewat dalan menika saking tumbas bumbu masak.

Nilam : (Mendhet dompetipun Prima) “Dompete sopo yo iki? Ah yo wes go mulih wae.”

Saksampunipun wonten griya, Nilam lajeng nyaoske bumbu masakipun dhumateng ibu Nisah.

Nilam : “Bu, niki bumbunipun. Artane turah gangsal ewu.”


Ibu : “Ow yo. Duite peken wae Nok, nek tok nggo tuku LKS.”
Nilam : “Mbotensah bu, kula sampun nabung kok kangge tumbas LKS.”
Ibu : “Ow yo wes nek ngono.”

Nilam lajeng mlebet kamar. Lan bukak dompet ingkang ditemu wau. Dompet wau onten fotone ananging mboten wonten
identitas sinten ingkang nggadhahi dompet menika.

Nilam : (sinambi ningali foto wonten dompet) “Sopo yo iki? Ganteng tenan.” (mesam-mesem)

Wonten dalemipun Prima, Prima bingung madosi dompetipun. Prima tanglet kaleh keluarganipun.

Ibu : “Sampeyan ki ngopo to Le? Ket mau kok mubeng-mubeng, opo gek ilang?”
Prima : “E…mboh Bu! Dompetku ilang.”
Ibu : “Loh lha adate le deleh neng ngendi?
Prima : “Yo neng sak, tapi mau tak tilekki wes orak eneng.”
Ibu : “Coba takono mbakyumu.”
Prima : “Mbak, ngerti dompetku ora?”
Zulfah : “Dompet opo to? Wong yo duwe dompet dewe-dewe kok yo rebut.”
Ibu : “Oalah….mulakno nek deleh dompet ki ora sak nggon-nggon. Neng omah iki rak eneng gek jupuk dompetmu.”
Mifta : (Liwat sakngarepe Prima)
Prima : “Dek..dek…”
Mifta : “Ono opo Mas?”

22
Prima : “Neng ngendi dompetku?”
Mifta : “Dompet opo to Mas? Au ulak leti.”
Prima : (Bentak Mifta) “Rasah ngapusi! Tok nggo dolanan neng ngendi dompetku, heh?”
Ibu : “Karo adhine ki ora kasar-kasar ngono kuwi. Karo sing luwih tuo ora boso, karo adhine mbentak-mbentak. Gek
lelakon opo iki….” (ngelus dada)
Prima : “Aargh…mboh.” (Mbanting kursi lajeng lunga)
Zulfah : “Sabar nggeh Bu….”
Bapak : (Lenggahan wonten kursi) “Ono opo iki?”
Mifta : “Pak Bapak….mau mas Prima natali atu kalo ibu kalo mbak Zulfah.”
Zulfah : “Dompetipun Prima ilang Pak, lajeng muring-muring.”
Bapak : “Yo wes rak popo. Jenenge we lagi kelangan dompet. Wajar nek muring.”
Zulfah : “Pak, menawi Prima dipunleske matematika wonten nggene Bu Nisah pripun?
Bapak : “Loh loh loh…kok dadi matematika kepriye to?”
Zulfah : “Prima nate ngendika menawi mboten saged pelajaran matematika. Bu Nisah niku tiyang ingkang ndemenakake
Pak, mengke Prima ugi lajeng dipun ajari unggah-ungguh. Pripun Pak?”
Ibu : “Aku setuju kuwi.”
Bapak : “Yo wes nek ngono. Zul, mengko ajaken Prima neng gone Bu Nisah!”
Zulfah : “Nggeh Pak.”

Prima dipun ajak Zulfah wonten gone Bu Nisah. Ananging Prima dereng mangertos badhe dipun ajak mbakyunipun
wonten pundi.

Prima : “Arep nang ndi iki Mbak?”


Zulfah : “Ora nang ndi-nang ndi. Wes to sampeyan manud wae.”

Saksampunipun daleme Bu Nisah.

Zulfah : Tok…tok…tok…(Zufah ndodok lawang) “Assalamualaikum.”


Ibu : (Bikak lawang) “Waalaikumussalam. Ow…eneng tamu to. Mlebet rumiyin.”
Zulfah saha Prima banjur mlebu wonten dalemipun Bu Nisah.
Zulfah : “Kula Zulfah Bu, niki Prima rayi kula.”
Ibu : “Ow…yo. Niki putranipun Bu Nur to?”
Zulfah : “Inggih Bu.”
Ibu : “Nilam….!” (Ibu Nisah dangu putrinipun)
Nilam lajeng mekdal. Ananging Nilam kaget lan campur seneng amargi ketemu Prima inggih menika tiyang
ingkang wonten Foto.
Ibu : “Niki putrinipun ibu, naminipun Nilam.”
Nilam banjur salaman dhumateng Zulfah lan Prima.
Ibu : “Nok, tulung jupukno wedhang yo….nggo tamune wakedewe.”
Nilam : “Geh Bu…”

Nilam banjur mlebet nyepakkaken wedhang saha camilan kangge Zulfah lan Prima.
Zulfah : “Sowan kula mriki badhe ndaftaraken Prima les matematika.”
Prima : Kaget, ananging badhe nolak mboten wani amargi sek mertamu.
Ibu : “Ow,,ngono to…yo.”
Nilam lajeng mekdal nyuguhke wedang lan camilan lajeng mlebet malih.
Zulfah : “Dadosipun pripun Bu?”
Ibu : “Yo,sesuk Senin jam 2 lekase.”
Zulfah : “Ow nggeh. Gegandengan sampun cekap, kula lan Prima badhe pamit rumiyin.”
Ibu : “Weh, lah kok kesesa, diombe dikek.”

Zulfah lan Prima ngunjuk lajeng pamitan kalih ibu Nisah.


Nalikanipun Prima nembe dolan kalih kanca-kancanipun, Prima nyritakaken kedadean menika.

Prima : “Cah, mosok aku didaftarke les matematika to.”


Rita : “Opo?”
“Hahahaha…” (Rita lan Kunto podho nggeguyu Prima)
Kunto : “Ket kapan kowe les matematika ki? Hahaha….”
Rita : “Wakedewe ki anak punk men! Suwe-suwe kriting rambutmu nek les matematika. Mosok anak punk rambute
kriting. Hahaha….”

23
Prima : “Asem!!! Malah do nggeguyu aku.”
Kunto : “Salahmu dewe gelem dileske.”
Prima : “Tak kiro mbakyuku arep ngewangi aku goleki dompet. Eh….jebule kuthuk marani sunduk.”
Rita : “Yo wes brow….aku lan Kunto bakal ngewangi goleki dompetmu kok.”
Prima : “Tenan loh cah… wah sampeyan kabeh pancen sohibku paling josss!”

Dinten Minggu sampun kalampahan, sakniki dinten Senin. Dinten ingkang dipuntunggu Nilam kangge mbalekaken
dompetipun Prima. Prima les matematika wonten dalemipun Bu Nisah.

Ibu : “Kuwi mau materine, sakiki coba soal iki garapen!”


Prima lajeng garap soal ingkang dipunparingi kaliyan Bu Nisah.
Prima : “Niki Bu, sampun.” (sinambi maringke garapanipun Prima)
Ibu : (Mriksa garapanipun Prima) “Iki wes bener, kurang nulis rumuse neng duwure. Yo wes, gandeng wes sore
sakiki dipungkasi wae.”
Ibu lan Prima maos Basmalah. Prima lajeng pamit kalih Bu Nisah.
Prima : “Assalamualaikum.”
Ibu : “Waalaikumussalam.”

Nalikanipun Prima metu omah Nilam sampun ngenteni wonten jobo.

Nilam : “Prima,,.”
Prima : “Eh, Nilam, ono opo?”
Nilam : “Aku arep takon.”
Prima : “Yo.”
Nilam : (Nduduhaken dompet) “Iki dompetmu duduk Prima?”
Prima : (Gumun) “Iyo bener. Kok iso eneng neng gonmu?”
Nilam : “Aku nemukake neng dalan cedak kali.”
Prima : “Ow iyo..aku lagi kelingan nek aku dek emben mancing.”
Nilam : (Maringke dompetipun marang Prima) “Maaf geh, wingi aku urung sempet menehke dompet kuwi.”
Prima : “Orak popo kok. Nuwun nggeh.”
Nilam : “Nggeh.”

Nilam lan Prima lajeng mantuk. Saksampunipun mangertos menawi Nilam ndemenakaken, Prima dados bocah ingkang
demenakaken ugi. Kanca-kancanipun ingkang badhe ngewangi goleki dompetipun Prima malah mboten ketemu lan Prima
mboten srawung kalih kanca-kancanipun ingkang mboten sae rumiyin
Buatlah
2 7
teks drama (Ing liburan akhir semester, ana telu sahabat sing lagi ngomongake rencana urut
sederhana! liburan) an
jaw
Joystika : “Hei,.. Kepriye preian awakdewe minggu iki ?” aba
Christina : “Aku yo bingung iki, arep preian menyang endi.” n
ben
Martha : “Piye lek awakdewe menyang Selecta?” ar
Joystika : “Wih.. Ide apik iku.” =7
6
Christina : “Iyo. Aku yo setuju.. Kapan awakdewe budal?” urit
Joystika & Martha : “Mene isuk.” an
jaw
Christina : “Oke.” aba
n
ben
ar =
6
5
urut
an

24
jaw
aba
n
ben
ar =
5
4
urut
an
jaw
aba
n
ben
ar =
4
3
urut
an
jaw
aba
n
ben
ar =
3
2
urut
an
jaw
aba
n
ben
ar
=2
1
jaw
aba
n
ben
ar =
1
Jawa
ban
sala
h/ti
dak
ada
jaw
aba
n=
0

25
26
Keterangan

ABCD

Audience (Yellow)

Behaviour (Bright Green)

Condition (Turqoise)

Degree (Pink)

PPK Religius, Nasionalis, Mandiri, Integritas, dan Gotong Royong (Penguatan Pendidikan Karakter)

PT

KMTT

Ketrampilan

(Dalam satu semester harus memuat 6 penilaian)

4c : tebal
1. Comunicative
2. Critical thinking
3. Creative
4. Colaborative
Dengan Mengintegrasikan HOTS (High Order Thinking Skill)

27

Anda mungkin juga menyukai