Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan ini mempunyai latar belakang masalah tentang sejarah


Konferensi Asia Afrika. Konferensi Asia Afrika Tingkat Tinggi ( di singkat
KTT Asia Afrika atau KAA, kadang juga di sebut konferensi Bandung) adalah
sebuah konferensi antara negara – negara baru saja memperoleh kemerdekaan.
Sebelum perang dunia II, negara – negara dunia ketiga yang berada di
kawasan benua Asia Afrika umumnya adalah daerah jajahan. Namun setelah
berakhirnya perang dunia II pada agustus 1945, tidak berarti berakhir pula
situasi permusuhan di antara bangsa -- bangsa di dunia dan tercipta perdamaian
dan keamanan. Ternyata di belahan bumi di beberapa peloksok dunia masih ada
masalah dan muncul masalah yang mengakibatkan permusuhan yang terus
berlangsung.
Sementara itu bangsa – bangsa di dunia, terutama bangsa – bangsa Asia
Afrika, sedang di landa kekhawatiran akibat makin di kembangkannya
pembuatan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia. Situasi dalam
negeri di beberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih terjadi
konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan ( politik
devide et impera ) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu Perserikatan
Bangsa – Bangsa ( PBB ) yang berfungsi menangani masalah – masalah dunia,
namun nyatanya badan ini belum berhasil menyelesaikan persoalan tersebut.
Sedangkan kenyataannya, akibat yang di timbulkan oleh masalah – masalah ini,
sebagian besar di derita oleh bangsa – bangsa di Asia Afrika.
Bangsa Indonesia menjunjung tinggi perdamaian dunia sebagaimana
amanat Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945. Karenanya, bangsa
Indonesia selalu ingin menciptakan perdamaian dunia. Usaha Indonesia
ternyata mendapat dukungan dari empat negara Asia, yaitu India, Pakistan,
Burma (Myanmar) dan Srilanka yang kemudian menyelenggarakan Konferensi
Asia Afrika antara 18 – 24 April 1955, di Gedung Merdeka, Bandung yang di
koordinasi oleh Menteri Luar Negeri Indonesia, Sunario dengan tujuan
mempromosikan kerjasama ekonomi dan kebudayaan Asia – Afrika dan
melawan kolonialisme dan neokolonialisme Amerika Serikat, Uni Soviet, atau
negara imperialis lainnya.
Kondisi tersebutlah yang mendorong negara – negara yang baru merdeka
untuk menggalang persatuan dan mencari jalan keluar demi meredakan
ketegangan dunia dan memelihara perdamaian.

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana museum Konferensi Asia Afrika ?


2. Bagaimana Sejarah Konferensi Asia Afrika ?
3. Apakah Manfaat Konferensi Asia Afrika Bagi Indonesia dan Negara – Negara
Asia Afrika lainnya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis dalam penelitian di museum Konferensi Asia Afrika


adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Museum Konferensi Asia Afrika yang ada di Bandung
2. Untuk mengetahui sejarah Konferensi Asia Afrika
3. Untuk memenuhi salah satu Tugas Akhir Sekolah

D. Langkah – langkah Penelitian

Adapun langkah – langkah yang penulis tempuh dalam penelitian di


museum Konferensi Asia Afrika ialah sebagai berikut :
1. Penentuan Lokasi Peneltiian
Dalam hal ini penulis menentukan lokasi penelitian di Museum Konferensi
Asia Afrika, Bandung Pada tanggal 01 Desember 2019 dengan alasan :
2. Jenis Data
Di tinjau dari jenisnya, data dapat di kategorikan menjadi dua bagian, yaitu
data kualitatif dan kuantitatif. Dalam hal ini penulis menentukan jenis data
kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan karakteristik
misalnya, baik, sedang, kurang baik dan tidak baik. Untuk memperoleh data
kualitatif penulis melakukan kegiatan Observasi ( Penelitian ).
3. Sumber Data
Sumber data di kategorikan menjadi data primer dan data sekunder. Dalam
hal ini penulis menentukan sumber data sekunder yang di ambil dari berbagai
buku, internet dan Informasi dari pemandu wisata saat peelitian berlangsung
serta tulisan – tulisan yang relevan sesuai dengan judul penelitian.
4. Pengumpulan Data
Dalam penulisan penelitian yang tertuang dalam Laporan ini, penulis
menggunakan tekhnik – tekhnik penulisan yaitu sebagai berikut :
a. Obsevasi
Observasi adalah suatu penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan
pengamatan terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak
langsung.Observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data yang
diinginkan penulis tetang sejarah Museum Asia Afrika.
b. Studi E-Pustaka
Tekhnik penulis lakukan dengan melalui penelaahan atau mempelajari buku-
buku sumber yang ada kaitannya dengan masalah-masalah yang sedang penulis
teliti hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang akhirnya dapat
mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian empiric serta
dapat mendukung terhadap pemikiran-pemikiran yang diajukan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian ini adalah :

1. Dapat mengetahui bagaimana cara membuat Laporan


2. Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang luas dari luar sekolah
3. Dapat berkunjung dan belajar di tempat-tempat bersejarah di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Museum Konferensi Asia Afrika

Museum Konperensi Asia Afrika (KAA) atau Gedung Merdeka


merupakan Museum Sejarah Politik Luar Negeri Republik Indonesia yang
berlokasi di Jl. Asia Afrika No. 65 Bandung. Gedung yang digunakan sebagai
ruang tata pameran museum dibangun pada tahun 1940 oleh Arsitek A.F.
Aalbers dengan gaya arsitektur Moderism with Art Deco Influences. Sedangkan
Gedung Merdeka, dibangun untuk pertamakalinya pada tahun 1895 dan
selanjutnya secara berturut-turut pada tahun 1920 dan 1928 gedung tersebut
direnovasi kembali sehingga menjadi gedung dalam bentuknya yang sekarang.
Pembangunan gedung ini dirancang oleh dua arsitek berkebangsaan Belanda
bernama VAN GALLEN LAST dan CP. WOLFT SCHOEMAKER, Profesor di
Techniche hogeschool atau ITB sekarang. Di gedung inilah Konferensi Asia
Afrika berlangsung pada tanggal 18-24 April 1955.

Pendirian Museum KAA merupakan gagasan dan prakarsa Prof. Dr.


Mochtar Kusumaatmaja, SH.,LL.M. Sebagai Menlu RI (1978-1988) beliau
kerap bertatap muka dan berdialog dengan para pemimpin Negara dan Bangsa
Asia Afrika. Dalam kesempatan tersebut, beliau sering memperoleh pertanyaan
tentang Gedung Merdeka dan Kota Bandung. Berulangkali pembicaraan
tersebut diakhiri oleh pernyataan keinginan mereka untuk dapat mengunjungi
kota Bandung dan Gedung Merdeka. Terilhami oleh hal tersebut, maka
muncullah gagasan untuk mengabadikan Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955
sebagai tonggak terbesar keberhasilan politik luar negeri Indonesia. Jiwa,
semangat dan pengaruh KAA telah menyebar ke seluruh dunia, terutama bumi
Asia Afrika, sehingga mereka ingin bernostalgia mengunjungi tempat
diselenggarakannya.
Gagasan pendirian museum kemudian diwujudkan oleh Joop Ave,
sebagai Ketua Harian Panitia Peringatan 25 tahun KAA dan Dirjen Protokol
dan Konsuler Deplu (1980-1982), bekerjasama dengan Depdikbud, Deppen,
Pemda Provinsi Jawa Barat dan Universitas Padjadjaran. Perencanaan dan
Pelaksanaan teknis dikerjakan oleh PT. Decenta Bandung. Museum KAA
diresmikan oleh Presiden Soehato pada tanggal 24 April 1980, sebagai puncak
Peringatan 25 Tahun KAA.

1. Latar Belakang Museum Konferensi Asia Afrika

Latar belakang di bangunnya museum ini adalah adanya keinginan dari


para pemimpin bangsa – bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui tentang
Gedung Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika berlangsung.
Hal ini membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesi, Prof. Dr. Mochtar
Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun sebuah museum.
Ide tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia Peringatan 25 tahun
Konferensi Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur Jenderal
Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian museum ini diresmikan pada tanggal
24 April 1980 bertepatan dengan peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika.

2. Nama, Status dan Sifat

Nama Museum ini adalah Museum Konferensi Asia Afrika. Nama


tersebut di gunakan untuk mengenang peristiwa Konferensi Asia Afrika yang
menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi bangsa – bangsa Asia Afrika.

Museum ini di bangun oleh Pemerintah Republik Indonesia dan berada


di bawah wewenang Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sementara
pengelolalanya di bawah koordinasi Departemen Luar Negeri dan Pemerintah
Daerah tingkat 1 Provinsi Jawa Barat.
3. Tujuan

Tujuan pendirian museum KAA, di rumuskan dalam poin – poin kalimat


sebagai berikut :
a. Menyajikan peninggalan – peninggalan, informasi yang berkaitan dengan
KAA, termasuk latar belakang, perkembangan konferensi tersebut, social
budaya, da peran bangsa – bangsa, Asia Afrika, khususnya bangsa Indonesia
dalam percaturan politik da kehidupan dunia
b. Mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan buku – buku, majalah, surat kabar,
naskah, dokumen, dan penerbian lainnya yang berisi uraian dan informasi
mengenai kegiatan dan peranan bangsa – bangsa Asia Afrika dan Negara–
Negara berkembang dalam percaturan politik dan kehidupan dunia serta social
budaya Negara – Negara tersebut
B. Sejarah Konferensi Asia Afrika

1. Kondisi Dunia Internasional Sebelum Konferensi Asia-Afrika

Berakhirnya Perang Dunia II pada bulan Agustus 1945, tidak berarti


berakhir pula situasi permusuhan di antara bangsa-bangsa di dunia dan tercipta
perdamaian dan keamanan. Ternyata di beberapa pelosok dunia, terutama di
belahan bumi Asia Afrika, masih ada masalah dan muncul masalah baru yang
mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung, bahkan pada tingkat
perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina, Palestina, Afrika Selatan,
Afrika Utara.

Perjalanan yang di alami oleh negara-negara di kawasan Asia dan


Afrika merupakan masalah krusial sejak abad ke-15. Walaupun sejak tahun
1945 banyak negara, terutama di Asia, kemudian memperoleh kemedekaannya,
seperti: Indonesia (17 Agustus 1945), Republik Demokrasi Vietnam (2
September 1945), Filiphina (4 Juli 1946), Pakistan (14 Agustus 1947), India (15
Agustus 1947), Birma (4 Januari 1948), Ceylon (4 Februari 1948), dan
Republik Rakyat Tiongkok (1 Oktober 1949), namun masih banyak negara
lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya seperti Aljazair, Tunisia, Maroko,
Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya. Beberapa negara Asia-Afrika yang telah
merdeka pun masih banyak negara lainnya yang berjuang bagi kemerdekaannya
seperti Aljazair, Tunisia, Maroko, Kongo, dan di wilayah Afrika lainnya.
Beberapa negara Asia-Afrika yang telah merdeka pun masih banyak yang
menghadapi masalah sisa penjajahan

Timbulnya pergolakan dunia disebabkan pula oleh masih adanya


penjajahan di bumi kita ini, terutama di belahan Asia dan Afrika. Memang
sebelum tahun 1945, pada umumnya benua Asia dan Afrika merupakan daerah
jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sej ak tahun 1945, banyak
daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak pula yang masih
berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti Aljazair, Tunisia,
dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung
selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun masih
banyak yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia
tentang Irian Barat, India dan Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab
tentang Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi, karena
tanah air mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh
Amerika Serikat.

Walaupun pada masa itu telah ada badan internasional yaitu


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi menangani
masalah¬masalah dunia, namun nyatanya badan ini belum berhasil
menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang
ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh bangsa-
bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan
untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
2. Lahirnya Ide Pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika

Keterangan Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang


disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen
pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan "Kerja sama dalam golongan
negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang penting benar, karena kami
yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara tersebut tentulah akan
memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia yang kekal. Kerja
sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai benar dengan
aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang menyenangi kerja
sama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu negara¬negara itu pada
umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama dalam beberapa
soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama (commonground)
untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama tersebut
akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut mencerminkan ide
dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama di antara
negara¬negara Asia Afrika.

3. Pelaksananaan Konferensi

Pada hari Senin 18 April 1955, sejak fajar menyingsing telah tampak
kesibukan di Kota Bandung untuk menyambut pembukaan Konferensi Asia
Afrika. Sejak pukul 07.00 WIB kedua tepi sepanjang Jalan Asia Afrika dari
mulai depan Hotel Preanger sampai dengan kantor pos, penuh sesak oleh rakyat
yang ingin menyambut dan menyaksikan para tamu dari berbagai negara.
Sementara para petugas keamanan yang terdiri dari tentara dan polisi telah siap
di tempat tugas mereka untuk menjaga keamanan dan ketertiban.Sekitar pukul
08.30 WIB, para delegasi dari berbagai negara berjalan meninggalkan Hotel
Homann dan Hotel Preanger menuju Gedung Merdeka secara berkelompok
untuk menghadiri pembukaan Konferensi Asia Afrika. Banyak di antara mereka
memakai pakaian nasional masing-masing yang beraneka corak dan wama.
Mereka disambut hangat oleh rakyat yang berderet disepanjang Jalan Asia
Afrika dengan tepuk tangan dan sorak sorai riang gembira. Perjalanan para
delegasi dari Hotel Homann dan Hotel Preanger ini kemudian dikenal dengan
nama Langkah Bersejarah (The Bandung Walks). Kira-kira pukul 09.00 WIB,
semua delegasi masuk ke dalam Gedung Merdeka.

Mohammad Hatta, tiba di depan Gedung Merdeka dan disambut oleh


rakyat dengan sorak-sorai dan pekik "merdeka". Di depan pintu gerbang
Gedung Merdeka kedua pucuk pimpinan pemerintah Indonesia itu disambut
oleh lima Perdana Menteri negara sponsor. Setelah diperdengarkan lagu
kebangsaan Indonesia : "Indonesia Raya", maka Presiden RI Ir. Soekarno
mengucapkan pidato pembukaan yang berjudul "LET A NEW ASIA AND
NEW AFRICA BE BORN" (Lahirlah Asia Baru dan Afrika Baru) pada pukul
10.20 WIB.

Dalam memutuskan sesuatu akan ditempuh sistem musyawarah dan


mufakat (sistem konsensus) dan untuk menghemat waktu tidak diadakan pidato
sambutan delegasi. Perdana Menteri Indonesia akan dipilih sebagai ketua
konferensi. Sidang konferensi terdiri atas sidang terbuka untuk umum dan
sidang tertutup hanya bagi peserta konferensi. Di bentuk tiga tiga komite
diantaranya. Komite Politik, Komite Ekonomi, dan Komite Kebudayaan.

Semua kesepakatan tersebut selanjutnya disetujui oleh sidang dan susunan


pimpinan konferensi adalah sebagai berikut :

Ketua Konferensi : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia

Ketua Komite Politik : Mr. Ali Sastroamidjojo, Perdana Menteri Indonesia

Ketua Komite Ekonomi : Prof. Ir. Roosseno, Menteri Perekonomian Indonesia


Ketua Komite Kebudayaan : Mr. Moh. Yamin, Menteri Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan Indonesia

Dalam sidang-sidang selanjutnya muncul beberapa kesulitan yang bisa


diduga sebelumnya. Kesulitan-kesulitan itu terutama terjadi dalam sidang-
sidang Komite Politik. Perbedaan-perbedaan pandangan politik dan masalah-
masalah yang dihadapi antara negara-negara Asia Afrika muncul ke permukaan,
bahkan sampai pada tahap yang agak panas.

Namun berkat sikap yang bijaksana dari pimpinan sidang serta hidupnya
rasa toleransi dan kekeluargaan di antara peserta konferensi, maka jalan buntu
selalu dapat dihindari dan pertemuan yang berlarut¬larut dapat diakhiri. Setelah
melalui sidang-sidang yang menegangkan dan melelahkan selama satu minggu,
maka pada pukul 19.00 WIB. (terlambat dari yang direncanakan) tanggal 24
April 1955 Sidang Umum terakhir Konferensi Asia Afrika dibuka. Dalam
Sidang Umum itu dibacakan oleh Sekretaris Jenderal Konferensi rumusan
pemyataan dari tiap-tiap panitia sebagai hasil konferensi. Sidang Umum
menyetujui seluruh pemyataan tersebut. Kemudian sidang dilanjutkan dengan
pidato sambutan para ketua delegasi. Setelah itu, Ketua Konferensi
menyampaikan pidato penutupan dan menyatakan bahwa Konferensi Asia
Afrika ditutup.

4. Hasil Konferensi Asia Afrika

Dalam komunike terakhir itu diantaranya dinyatakan bahwa Konferensi


Asia Afrika telah meninjau soal-soal mengenai kepentingan bersama negara-
negara Asia dan Afrika dan telah merundingkan cara-cara bagaimana rakyat
negara-negara ini dapat bekerja sama dengan lebih erat di bidang ekonomi,
kebudayaan, dan politik. Yang paling mashur dari hasil konferensi ini ialah apa
yang kemudian dinamakan Dasa Sila Bandung, yaitu suatu pernyataan politik
berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama
dunia.

5. Manfaat Konferensi Asia Afrika

Pada Konferensi Asia Afrika ini ternyata membawa manfaat bagi Bagi
Indonesia, Konferensi ini memberikan keuntungan yang nyata, yaitu :

2) Di tanda tanganinya persetujuan dwi kewarganegaraan antara Indonesia dan


RRC
3) Dukungan yang di peroleh dari negara – negara peserta berupa keputusan
Konferensi Asia Afrika mengenai perjuangan merebut Irian Barat.

b. Manfaat konferensi Asia Afrika bagi Negara-negara Asia Afrika

Konferensi Asia Afrika mempunayi pengaruh yang sangat kuat terhadap


keinginan negara-negara Asia dan Afrika yang masih etrjajah. Konferensi ini
juga telah mempunyai andil besar bagi terciptanya perdamaian dunia. Beberapa
bukti manfaat Konferensi Asia Afrika adalah sebagai berikut :

1) Beberapa negar di Asia Afrika memproklamirkan kemerdekaannya, seperti


Sudan, Maroko, Ghana, Togo, Kongo, Mali, Nigeria, dan Yaman Utara.
2) Bagi perdamaian dunia, Konferensi Asia Afrika memebri manfaat terhadap

 Berkurangnya ketegangan dunia dab bahaya yang mengancam perdamaian


dunia dimana RRC bersedia berunding dengan Amerika Serikat mengenai
ketegangan dunia tentang Taiwan

 Penentangan terhadap diskriminasi ras, seperti penghapusan politik apartheid


di Afrika Selatan dan politik white Australia Policy di Australia
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari semua yang telah kami tulis, kami dapat menyimpulkan bahwa
Museum Konferensi Asia Afrika merupakan salah satu museum sejarah Politik
Luar Negeri republic Indonesia yang berolaki di Gedung Merdeka Bandung.
Museum yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan Gedung Merdeka.

Di bangunnya Museum Konferensi Asia Afrika adalah adanya keinginan


dari para pemimpin bangsa-bangsa di Asia dan Afrika untuk mengetahui
tentang Gedung Merdeka dan sekitarnya tempat Konferensi Asia Afrika
berlangsung. Hal ini membuat Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Prof.
Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M memiliki ide untuk membangun
sebuah museum. Ide tersebut disampaikannya pada forum rapat Panitia
Peringatan 25 tahun Konferensi Asia Afrika (1980) yang dihadiri oleh Direktur
Jenderal Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Soebadio sebagai wakil dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian museum ini diresmikan
pada tanggal 24 April 1980 bertepatan dengan peringatan 25 tahun Konferensi
Asia Afrika.

Oleh karena itu, Objek wisata yang kami kunjungi yaitu, Museum
Konfrensi Asia Afrika (KAA) Bandung ini memiliki keindahan dan menyimpan
sejarah-sejarah yang luar biasa serta menarik untuk di kunjungi terutama di
kalangan pelajar.

B. Saran – saran
Adapun Saran – saran kami untuk kedepannya yaitu :
 Kita harus menjaga dan melestarikan Museum-museum bersejarah yang ada
di Indonesia, Khususnya Museum Konferensi Asia Afrika
 Kami menghimbau kepada dewan guru agar lebih meningkatkan kualitas
dan kuantitas dalam proses belajar mengajar
DAFTAR PUSTAKA

https://www.zonareferensi.com/konferensi-asia-afrika/

https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Konferensi_Asia_Afrika

http://asianafricanmuseum.org/sejarah-konferensi-asia-afrika/

Museum Konfrensi Asia Afrika Bandung

Anda mungkin juga menyukai