Anda di halaman 1dari 18

DESAIN INOVATIF

MENGATASI INEFEKTIF BERSIHAN JALAN NAFAS DENGAN

FISIOTERAPI DADA DI RUANG MELATI RSUD dr. RUBINI MEMPAWAH

Disusun Oleh

HAMBALI

RAFIKA MEILANI

EDI

AKHMAD HAMBALI

PRODI NERS KEPERAWATAN PONTIANAK

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Beberapa individu mungkin pernah mengalami sesak nafas dalam tingkatan


tertentu. Sesak nafas merupakan alasan yang paling umum orang mencari perawatan
kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di
bidang medis, sesak merupakan salah satu gejala yang paling sedikit dipahami. Individu
yang merasakan sesak nafas merasa menderita dan mencari upaya untuk
menghilangkannya.
Perawat meggunakan berbagai intervensi untuk dapat menghilangkan sesak nafas
tersebut dan mengembalikan kenyamanan klien. Perawat dapat melihat frekuensi nafas
dan retraksi dada yang dialami oleh klien saat bernafas. Tidak ada dua individu yang
mengalami sesak yang sama dan tidak ada kejadian sesak yang sama menghasilkan
respon yang identik pada seseorang.
Sesak nafas yaitu perasaan sulit bernapas yang biasanya terjadi ketika kita
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas adalah suatu gejala dari beberapa penyakit yang
dapat bersifat kronis. Sesak napas juga dikenal dengan istilah “Shortness Of Breath”.
Kejadian-kejadian sesak nafas bergantung dari tingkat keparahan dan sebabnya.
Perasaan itu sendiri merupakan hasil dari kombinasi impuls (rangsangan) ke otak
dari saraf yang berakhir di paru-paru, tulang iga, otot dada, atau diafragma, ditambah
dengan persepsi dan interpretasi pasien.
Pada beberapa kasus, sesak napas diperhebat karena kegelisahan memikirkan
penyebabnya. Klien mendeskripsikan dyspnea dengan berbagai cara, sesak napas yang
tidak menyenangkan, merasa sulit untuk menggerakkan otot dada, merasa tercekik, atau
rasa kejang di otot dada.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama klien yang mengalami
sesak nafas dibanding tenaga professional perawatan kesehatan lainnya dan perawat
mempunyai kesempatan untuk membantu menghilangkan sesak dan efeknya yang
membahayakan. Peran pemberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi dan
menghilangkan penyebab sesak serta mengurangi gejala. Perawat tidak hanya
berkolaborasi dengan tenaga professional kesehatan lain tetapi juga memberikan
intervensi untuk mengurangi/menghilangkan sesak nafas, mengevaluasi efektivitas
intervensi mengurangi sesak, mengevaluasi efektivitas intervensi, dan bertindak sebagai
advokat pasien saat intervensi tidak efektif. Selain itu, perawat berperan sebagai
pendidik untuk pasien dan keluarga, mengajarkan mereka untuk mengatasi sesak
dengan teknik fisioterapi dada yang nantinya bisa dilakukan oleh keluarga jika
memungkinkan.

B. TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas fisioterapi dada
untuk mengatasi inefektif bersihan jalan nafas sehingga dapat mengurangi sesak nafas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP PERNAFASAN
1. Definisi
Oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolism sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas
berbagai organ atau sel. (Alimul, 2012)
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang di
gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan
sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel.
Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti
gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh
tubuh dan pembuangan CO² (hasil pembakaran sel) (Alimul, 2012).
Sesak nafas yaitu perasaan sulit bernapas yang biasanya terjadi ketika kita
melakukan aktivitas fisik. Sesak napas adalah suatu gejala dari beberapa penyakit
yang dapat bersifat kronis. Sesak napas juga dikenal dengan istilah “Shortness Of
Breath”.
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan ketika
seseorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial pada
status pernafasan sehubungandengan ketidak mampuan untuk batuk secara efektif
(Lynda Juall, Carpenito 2006).
Bersihan Jalan nafas tidak efektif merupakan ketidak mampuan dalam
membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk menjaga
bersihan jalan nafas (Nanda 2005-2006).
2. Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen antara lain :
a. Saraf otonomik ( rangsangan saraf simpatis dan parasimpatis )
b. Peningkatan produksi sputum
c. Alergi pada saluran nafas
d. Faktor fisiologis :
1) Menurunnya kemampuan mengikat O2
2) Menurunnya konsentrasi O2
3) Hipovolemia
4) Meningkatnya metabolism
5) Kondisi yang mempengaruhi pegerakan dinding dada
6) Faktor perkembangan :
a) Bayi premature
b) Bayi toddler
c) Anak usia sekolah dan remaja
d) Dewasa muda dan pertengahan
e) Dewasa tua
7) Faktor perilaku
a) Merokok
b) Aktivitas
c) Kecemasan
d) Substance abuse atau penggunaan narkotika
e) Status nutrisi
8) Faktor lingkungan
a) Tempat kerja atau polusi
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut
3. Proses terjadinya
Obstruksi jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak
normalakibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh
sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi. Statis
sekresi batuk yang tidak efektif karena penyakit persyarafan seperti
cierebronvaskular accident (CVA). Hipersekresi mukosa saluran pernafasan yang
menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil yang masuk bersama udara
akan mudah menempel di dinding saluran pernafasan. Hal ini lama-lama akan
mengakibatkan terjadi sumbatan sehingga ada udara yang menjebak di bagian
distal saluran nafas, maka individu akan berusaha lebih keras untuk
mengeluarkan udara tersebut. Itulah sehingga pada fase ekspirasi yang panjang
akan muncul bunyi-bunyi yang abnormal seperti mengi, dan ronchi.
4. Manifestasi Klinis
a. Batuk tidak efektif
b. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi dalam nafas
c. Bayi nafas normal
d. Frekuensi, irama, kedalam pernafasan normal
e. Terdapat suara nafas tambahan yang menunjukkan adanya sumbatan ronchi.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rongen dada
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan misalnya untuk melihat lesi
paru pada penyakit TB, adanya tumor, benda asing, pembengkakan paru,
penyakit jantung dan untuk melihat struktur abnormal.
b. Flouroskopi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui mekanisme
kardiopulmonum, misalnya kerja jantung, diafragma, dan kontraksi paru.
c. Bronkografi
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat secara visual bronkus
sampai dengan cabang bronkus pada penyakit gangguan bronkus.
6. Pelaksaan medis dan keperawatan
a. Penatalaksanaan medis : Kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Latihan nafas
Latihan nafas merupakan cara bernafas untuk memperbaiki
ventilasi alveoli atau memelihara pertukaran gas meningkatkan
efisiensi, batuk dan mengurangi stress.
2) Latihan batuk efektif
Merupakan cara untuk melihat pasien yang tdak memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan
laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan
nafas.
3) Pemberian oksigen
Pemberian oksigen pada pasien merupakan tindakan
keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam paru, melalui
saluran pernafasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
4) Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara postural drinase, clapping dan vibrating pada
pasien dengan gangguan sistem pernafasan.
B. FISIOTERAPI DADA
1. Definisi
Fisioterapi dada adalah suatu cara atau bentuk pengobatan untuk
mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan memakai tenaga alam.
Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang mengalami
retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan bantuan untuk
mengencerkan atau melancarkan sekresi. Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian :
postural drainage, perkusi, dan vibrasi, pernapasan dalam, dan latihan batuk
efektif. Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan
sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya
gravitasi. Waktu yang terbaik untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum
sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Perkusi/clapping
adalah tepukan yang dilakukan pada dinding atau punggung dengan tangan
dibentuk seperti mangkok. Vibrasi berupa kompresi dan getaran manual pada
dinding dada dengan tujuan menggerakan secret ke jalan nafas yang besar.
Latihan pernapasan adalah bentuk latihan dan praktek teratur yang dirancang dan
dilancarkan yang dilakukan oleh perawat. Dan Latihan Batuk efektif merupakan
latihan batuk untuk untuk mengeluarkan sekresi dengan cara menepuk punggung
pasien sebanyak 3 kali. Semua rangkaian ini memiliki tujuan yaitu untuk
mengeluarkan dan meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi
retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam).
2. Tujuan
a. Klien dapat bernafas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup.
b. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan
c. Membantu membersihkan secret dari bronkus
d. Mencegah penumpukan secret
e. Memperbaiki pergerakan dan aliran secret
f. Pengobatan dan pencegahan pada penyakit paru obtruktif menahun
g. Penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan neuromoskuler dan
penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis.
3. Indikasi dan Kontra Indikasi
a. Indikasi:
1) Terdapat penumpukan sekret pada saluran napas yang dibuktikan
dengan pengkajian fisik, X Ray, dan data klinis.
2) Sulit mengeluarkan atau membatukkan sekresi yang terdapat pada
saluran pernapasan.
b. Kontra Indikasi:
1) Hemoptisis
2) Penyakit jantung
3) Serangan asma akut
4) Deformitas struktur dinding dada dan tulang belakang
5) Nyeri meningkat
6) Kepala pening
7) Kelemahan
4. Konsep Fisiologis Fisioterapi Dada
a. Postural Drainase
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru
dengan bantuan gaya gravitasi. Postural sekresi menggunakan posisi khusus
yang memungkinkan gaya gravitasi membantu mengeluarkan sekresi
bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke bronki dan
trakea lalu membuangnya dengan membatukkan dan penghisapan. Tujuan
postural drainase adalah menghilangkan atau mencegah obstruksi kronkial
yang disebabkan oleh akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk
mencegah mual, muntah dan mencegah aspirasi) dan menjelang / sebelum
tidur.
Prosedur Kerja : (Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan):
1) Cuci tangan.
2) Atur posisi :
a) Semi fowler bersandar ke kanan, ke kiri lalu kedepan apanila
daerah yang akan didrainase pada lobus atas bronkus apical.
b) Tegak dengan sudut 450 membungkuk pda bantal dengan 450 ke
kiri dan kanan apabila daerah yang akan di drainase bronkus
anterior.
c) Posisi Trendelenburg dengan suduht 300 atau dengan
menaikkan kaki tempat tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kiri
apabila yang akan di drainase pada lobus tengah (bronkus
lateral dan medial).
d) Posisi Trendelenburg dengan sudut 300 atas dengan menaikkan
kaki tempat tidur 35-40 cm, sedikit miring ke kanan apabila
daerah yang akan didrainase bronkus superior dan inferior.
e) Condong dengan bantal di bawah panggul apabila yang
didrainase bronkus apical.
f) Posisi Trendelenburg dengan sudut 450 atau dengan menaikkan
kaki tempat tidur 45-50 cm, ke samping kanan, apabila yang
akan didrainase bronkus medial.
g) Posisi Trendelenburg dengan sudut 450 atau dengan menaikkan
kaki tempat tidur 45-50 cm, ke samping kiri, apabila yang
didrainase bronkus lateral.
h) Posisi Trendelenburg condong dengan sudut 450 dengan bantal
di bawah pangul, apabila yang akan didrainase bronkus
posterior.
3) Lama pengaturan posisi pertama kali adalah 10 menit, kemudian
periode selanjutnya kurang lebih 15-30 menit.
4) Lakukan observasi tanda vital selama prosedur.
5) Setelah pelaksanaan drainase postural lakukan clapping, vibrasi, dan
pengisapan (suction).
6) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
b. Vibrasi dan Clapping
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan
yang diletakkan secara datar pada dinding klien selama fase ekshalasi
pernafasan. Vibrasi dilakukan bersama perkusi (Clapping) untuk
meningkatkan tirbulensi udara ekspirasi sehingga dapat melepaskan mukus
kental yang melekat pada bronkus dan bronkiolus. Vibrasi dan perkusi
dilakukan secara bergantian.
Prosedur :
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi sesuai dengan drainse postural dan lokasi paru.
4) Lakukan clapping atau vibrasi pada:
a) Seluruh leher bahu atau meluas beberapa jari ke klavikula
apabila daerah paru yang perlu di- clapping atau vibrasi adalah
daerah bronkus apical.
b) Lebar bahu masing-masing sisi apabila yang akan di- clapping
dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior.
c) Dada depan di bawah klavikula, apabila yang akan diclapping
dan vibrasi adalah daerah lobus tengah (bronkus lateral dan
medial).
d) Lipat ketiak kiri sampai midanterior dada apabila yang
diclapping dan vibrasi adalah daerah bronkus superior dan
inteferior.
e) Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang di-
clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus apikal.
f) Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang akan
di-clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus medial.
g) Sepertiga bawah kosta posterior kanan, apabila yang di-
clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus lateral.
h) Sepertiga bawah kosta posterior kedua sisi, apabila yang di-
clapping dan vibrasi adalah daerah bronkus posterior.
5) Lakukan clapping dan vibrasi selama kurang lebih 1 menit.
6) Setelah dilakukan tindakan drainase postural, clapping, dan vibrasi
dapat dilakukan tindakan penghisapan lendir.
7) Lakukan auskultasi pada daerah paru yang dilakukan tindakan
drainase postural, clapping, dan vibrasi.
8) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
c. Penghisapan Lendir
Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan pada klien yang tidak mampu mengeluarkan secret atau lendir
secara mandiri dengan menggunakan alat penghisap.
1) Tujuan :
a) Membersihkan jalan nafas
b) Memenuhi kebutuhan oksigenasi
2) Alat dan Bahan :
a) Alat penghisap lendir dengan botol berisi larutan desinfektan.
b) Kateter penghisap lendir steril.
c) Pinset steril.
d) Sarung tangan steril.
e) Dua kom berisi larutan aquades atau NaCl 0,9 % dan larutan
desinfektan.
3) Prosedur Kerja :
a) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b) Cuci tangan
c) Tempatkan pasien pada posisi telentang dengan kepala miring
kea rah perawat.
d) Gunakan sarung tangan.
e) Hubungkan kateter penghisap dengan slang alat penghisap.
f) Lakukan penghisapan lendir dengan memasukkan kateter
penghisap ke dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9% untuk
mempertahankan tingkat kesterilan (asepsis).
g) Masukkan kateter penghisap dalam keadaan tidak menghisap.
h) Gunakan alat penghisap dengan tekanan 110-150 mmHg untuk
dewasa, 95-110 mmHg untuk anak-anak, dan 50-95 mmHg
untuk bayi (potter & Perry,1995).
i) Tarik dengan memutar kateter penghisap tidak lebih dari 15
detik.
j) Bilas kateter dengan aquades atau NaCl 0,9%.
k) Lakukan penghisapan antara penghisapan pertama dengan
berikutnya. Minta pasien untuk bernapas dalam dan batuk.
Apabila pasien mengalami distress pernapasan, biarkan istirahat
20-30 detik sebelum melakukan penghisapan berikutnya.
l) Setelah selesai, kaji jumlah, konsistensi, warna, bau secret, dan
respons pasien terhadap prosedur yang dilakukan.
d. Latihan Pernapasan / napas dalam
1) Definisi
Latihan pernapasan adalah bentuk latihan dan praktek teratur
yang dirancang dan dilancarkan untuk mencapai ventilasi yang
terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja pernapasan. Latihan
pernapasan ini juga diindikasikan pada klien dipsnoe dan klien yang
masih dalam tahap penyembuhan setelah pembedahan toraks.
Latihan pernapasan terdiri dari:
a) Pernapasan diafragma atau pernapasan abdominal:
menggunakan diafragma dan dapat menguatkan diafragma
selama pernapasan sehingga memungkinkan napas dalam secara
penuh dengan sedikit usaha.
b) Pernapasan bibir dirapatkan / pursed lip breathing: pernapasan
dengan bibir diharapkan untuk memperpanjang ekshalasi dan
meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi dengen
demikian mengurangi jumlah udara yang terjebak dan jumlah
tahanan jalan napas.
2) Tujuan latihan pernapasan:
a) Meningkatkan inflasi alveolar yang maksimal
b) Meningkatkan relaksasi otot pernapasan
c) Menghilangkan atau menghindari pola aktifitas otot-otot
pernapasan yang tidak berguna dan tidak terkoordinasi
d) Menurunkan frekuensi pernapasan
e) Mengurangi kerja pernapasan
f) Menghilangkan ansietas
e. Latihan Batuk Efektif
Latihan Batuk efektif merupakan latihan batuk untuk untuk
mengeluarkan sekresi yang dilakukan oleh perawat tujuannya adalah untuk
meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah resiko tinggi retensi sekresi
(pneumonia, atelektasis, dan demam).
Cara Melakukan Batuk Efektif :
1) Alat dan Bahan
a) Tempat tidur yang bisa untuk posisi fowler atau tempat tidur
untuk klien mampu melakukan pernapasan abdomen.
b) Bantal untuk penyangga.
2) Persiapan
a) Perawat mencuci tangan
b) Atur privasi pasien dan pasang sampiran bila perlu.
c) Jelaskan secara rasional tentang prosedur yang akan dilakukan.
d) Prioritaskan latihan awal, instruksikan klien untuk melakukan
hygiene nronkhial dengan cara batuk efektif.
e) Atur posisi klien untuk duduk di tempat tidur atau dikursi.
3) Prosedur
a) Atur posisi pasien dengan posisi duduk dan bagian depan
disangga dengan bantal, atur bagian atas tubuh dengan sikap
yang lentur.
Rasional : posisi yang baik akan membantu efektivitas dari
batuk.
b) Anjurkan klien untuk bernapas pelan dan dalam 2-3 x melalui
hidung kemudian mengeluarkannya secara pasif.
c) Instruksikan klien untuk bernapas dalam, kemudian mintalah
pada klien untuk menahannya selama 1-2 detik, dan lakukan
batuk dengan menggunakan otot abdominal dan otot-otot bantu
pernapasan lainnya.
d) Instruksikan klien untuk batuk dengan menggunakan seluruh isi
pernapasan (bukan menggunakan isi akhir pernapasan dalam).
Anjurkan klien untuk melakukan 2 x batuk kuat (kasar) supaya
didapatkan aliran deras dalam saluran pernapasan selama
ekshalasi.
e) Evaluasi respons klien untuk melakukan frekuensi batuk dan
jelaskan kegunaan dari latihan batuk.
f) Cuci tangan.
C. PENGARUH FISIOTERAPI DADA TERHADAP INEFEKTIF BERSIHAN
JALAN NAFAS
Menurut Lusianah (2012), fisioterapi dada adalah tindakan untuk membersihkan
jalan nafas dengan mencegah akumulasi sekresi paru. Tujuan dari fisioterapi dada
adalah mempermudah kerja paru-paru dalam inspirasi, meningkatkan volume paru, dan
mengeluarkan sekret yang menghambat saluran pernafasan. Sehingga tindakan ini
sangat berpengaruh pada pembersihan jalan nafas.

FISIOTERAPI DADA

POSTURAL DRAINASE VIBRASI DAN NAFAS DALAM


PERKUSI BATUK EFEKTIF

Sekret keluar sesuai gaya Melepasakan mukus Latihan untuk


gravitasi yang kental mengeluarkan sekret

Efektifitas bersihan
jalan nafas

Kesimpulan kecil : Fisioterapi dada dimulai dengan postural drainase dimana pengaturan
posisi yang tepat sesuai dengan dimana posisi sekret berada, dengan dibantu gaya gravitasi
dapat keluar dari dinding saluran nafas, dilanjutkan dengan vibrasi dan perkusi yaitu tindakan
untuk membantu mengeluarkan sekret yang masih menempel di dinding dada, dan terakhir
dengan nafas dalam dan batuk efektif maka sekret tersebut dapat dikeluarkan dari saluran
nafas.
BAB III
METODOLOGI

A. Topik: Mengatasi inefektif bersihan jalan nafas pada pasien sesak nafas di ruang melati
RSUD dr. Rubini Mempawah
B. Sub Topik: Mengatasi inefektif bersihan jalan nafas dengan fisioterapi dada.
C. Nama Kelompok:
1. Hambali
2. Rafika Meilani
3. Edi
4. Akhmad Hambali
D. Waktu: 01 – 02 Oktober 2019
E. Tempat : Ruang Melati RSUD dr. Rubini Mempawah
F. Pengorganisasian
1. Leader : Hambali
2. Fasilitator: Akhmad Hambali
3. Observer : Edi
4. Dokumentator : Rafika Meilani
G. Media/ Alat yang Digunakan
Neirbekken, Tissue kering, gelas berisi air hangat, handuk, masker
H. Prosedur Operasional Tindakan Yang Dilakukan
1. Mengucapkan salam dan perkenalan
2. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
3. Menjelaskan tujuan dari tindakan yang akan di lakukan
4. Meminta persetujuan klien untuk dilakukan prosedur
5. Menyiapkan lingkungan yang tenang
6. Menyiapkan pasien
7. Melakukan tindakan pemberian fisioterapi dada di ruangan.
8. Menunggu dan melihat respon klien
9. Melakukan evaluasi
I. Referensi
Jurnal tentang efektifitas fisioterapi dada terhadap bersihan jalan nafas
BAB IV
LAPORAN KEGIATAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN
No Hari, Kegiatan Respon
tanggal jam
1 Selasa,01 Melakukan pengkajian klien Didapatkan hasil 50% dari
oktober dengan masalah keperawatan klien yang berada di Ruang
2019 jam inefektif bersihan jalan nafas di Melati mengalami masalah
10.00 ruang Melati inefektif bersihan jalan nafas
2 Rabu, 02 Implementasi memberikan Pasien merasa nyaman dengan
Oktober fisioterapi dada pada pasien yang tindakan yang di lakukan
2019 jam mengalami inefektif bersihan perawat
10.00 jalan nafas
3 Rabu, 02 Melakukan evaluasi terhadap Setelah dilakukan evaluasi
Oktober tindakan yang telah dilakukan. pada pukul 11.00 di dapatkan
2019 jam hasil 90% klien merasa lebih
11.00 tenang, nyaman, dan sesak
berkurang. Tetapi 10% klien
tetap merasakan sesak nafas.

B. FAKTOR PENDUKUNG
1. Lingkungan yang mendukung dan nyaman
2. Suasana yang tenang
3. Klien kooperatif pada saat dilakukan tindakan
C. FAKTOR PENGHAMBAT
1. Ketidakmauan klien mengikuti instruksi perawat karena faktor mood
2. Diagnosa medis yang tidak sama sehingga tidak bisa terukur keberhasilan
tindakan dengan sempurna
D. EVALUASI KEGIATAN
Setelah dilakukan evaluasi pada pukul 11.00 di dapatkan hasil 90% klien yang
merasa lebih nyaman dan sesak berkurang. Dan 10% klien tetap merasakan sesak nafas
dan tidak tenang
BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian bahwa 90% pasien merasa tenang dan sesak berkurang
setelah di beri tindakan pemberian fisioterapi dada. Sehingga disimpulkan bahwa
pemberian fisioterapi dada pada pasien yang merasakan sesak nafas dikarenakan
inefektif bersihan jalan nafas dapat diterapkan di ruangan.
B. SARAN
Untuk meningkatkan keberhasilan tindakan pemberian fisioterapi dada pada klien
dengan inefektif bersihan jalan nafas ini maka dibutuhkan inofasi yang lain/ lebih
inofatif untuk membantu klien mengatasi masalah inefektif bersihan jalan nafas
sehingga klien merasa tenang dan sesak berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz. , Musrifatul . 2004. Kebutuhan Dasar manusia. Jakarta:EGC

Kusyati Eni Ns, dkk. 2006. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar.
Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai