Anda di halaman 1dari 190

KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN KESIAPAN


PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH
DAN MANAJEMEN ASUHAN: STIMULASI MORAL
DAN SPIRITUAL PADA KELOMPOK USIA
SEKOLAH DI RW 01 KELURAHAN
PARAK GADANG TIMUR
PADANG

Peminatan Keperawatan Jiwa Komunitas

NIA DAMAYATRI,S.Kep
BP.1741313069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN KESIAPAN


PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH
DAN MANAJEMEN ASUHAN: STIMULASI MORAL
DAN SPIRITUAL PADA KELOMPOK USIA
SEKOLAH DI RW 01 KELURAHAN
PARAK GADANG TIMUR
PADANG

Peminatan Keperawatan Jiwa Komunitas

NIA DAMAYATRI, S.Kep


BP. 1741313069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
KARYA ILMIAH AKHIR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. N DENGAN KESIAPAN


PENINGKATAN PERKEMBANGAN USIA SEKOLAH
DAN MANAJEMEN ASUHAN: STIMULASI MORAL
DAN SPIRITUAL PADA KELOMPOK USIA
SEKOLAH DI RW 01 KELURAHAN
PARAK GADANG TIMUR
PADANG

Peminatan Keperawatan Jiwa Komunitas

KARYA ILMIAH AKHIR


Untuk Memperoleh Gelar Ners (Ns)
Pada Fakultas Keperawatan Universitas Andalas

NIA DAMAYATRI, S.Kep


BP. 1741313069

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2018
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
nikmat Nya yang selalu dicurahkan kepada seluruh hamba Nya. Shalawat beserta
salam dikirimkan kepada tauladan umat islam yakninya nabi Muhammad SAW.
Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya, penulis telah dapat
menyelesaikan karya ilmiah akhir ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN
PADA AN.N DENGAN KESIAPAN PENINGKATAN PERKEMBANGAN
USIA SEKOLAH DAN MANAJEMEN ASUHAN : STIMULASI MORAL
DAN SPIRITUAL PADA KELOMPOK USIA SEKOLAH DI RW 01
KELURAHAN PARAK GADANG TIMUR PADANG”.
Terimakasih yang sebesar - besarnya penulis ucapkan kepada ibu Ns.Dewi
Eka Putri M.Kep.,Sp.Kep.J sebagai pembimbing I dan ibu Ns. Rika
Sarfika,M.Kep sebagai pembimbing II yang telah memberikan nasehat, arahan,
bimbingan dan masukan dengan penuh kesabaran serta perhatian dalam menyusun
karya ilmiah akhir ini. penuh kesabaran untuk membimbing peneliti dalam
menyusun karya ilmiah ini. Selain itu peneliti juga mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Prof Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes., FISPH., FISCM selaku Dekan
Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
2. Ibu Ns. Rika Fatmadona, M.Kep.Sp.KMB selaku ketua Program Studi
profesi ners Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
3. Ibu Ns. Rika Sarfika, M.Kep selaku ketua koordinator siklus keperawatan
jiwa komunitas Fakultas Keperawatan Universitas Andalas
4. Ibu dr. Mela Aryati selaku pimpinan Puskesmas Andalas
5. Ibu Ns. Yusmarni, S.Kep selaku pembimbing klinik di Puskesmas Andalas
6. Ketua RW, RT dan kader kesehatan RW I Kelurahan Parak Gadang Timur
yang sudah memberikan bantuan dalam pengumpulan data dan pelaksanaan
kegiatan dimasyarakat
7. Bapak/ibu dosen dan staff Fakultas Keperawatan Universitas Andalas yang
telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan kepada peneliti selama
perkuliahan.
8. Kepada keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan, motivasi,
do’a dan restu kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
9. Kepada teman seperjuangan selama profesi yang telah memberikan
semangat hingga dapat menyelesaikan karya ilmiah akhir ini.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Desember 2018

Penulis

vi
Program Studi Profesi Ners
Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas
Desember, 2018

Nama : Nia Damayatri


No BP : 1741313069

Asuhan Keperawatan Pada An. N Dengan Kesiapan Peningkatan


Perkembangan Usia Sekolah Dan Manajemen Asuhan:
Stimulasi Moral Dan Spiritual PadaKelompok
UsiaSekolah Di RW 01 Kelurahan
Parak Gadang Timur Padang

Padang

ABSTRAK
Usia sekolah merupakan anak dengan usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah
menjadi pengalaman inti anak, dimana anak dianggap mulai bertanggungjawab
atas perilakunya sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya dan
orang lainnya. Pada masa ini terjadi perkembangan pada usia sekolah yaitu pada
aspek fisik, motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual, dan
psikososial. Untuk mencapai perkembangan yang optimal pada usia sekolah,
maka perlu diberikan stimulasi perkembangan dimana peran orang tua disini
menjadi salah satu faktor keberhasilan stimulasi tersebut diberikan.Selain itu
peran perawat jiwa komunitas disini juga sangat berpengaruh terhadap
perkembangan anak usia sekolah, karena tidak hanya diberikan pada individu
anak usia sekolah saja namun pada kelompok anak usia sekolah juga diberikan
stimulasi pada aspek moral dan spiritual. Karya ilmiah ini bertujuan untuk
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan usia
sekolah dan mampu menerapkan manajemen layanan CMHN khususnya pilar IV
terkait manajemen asuhan pada anak usia sekolah. Pelaksanaan asuhan
keperawatan dilakukan pada tanggal 19 November sampai 29 November 2018 dan
manajemen pelayanan keperawatan dilaksanakan pada tanggal 27 November
2018. Hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan adalah klien mengalami
peningkatan perkembangan pada aspekfisik, motorik, kognitif, bahasa, emosi,
kepribadian, moral, spiritual, dan psikososial. Pada pelaksanaan manajemen
pelayanan keperawatan didapatkan hasil terjadinya peningkatan rata-
rataperkembangan moral dan spiritual anak setelah dilakukan stimulasisebesar
20.0%. Disarankan kepada perawat agar melakukan kerjasama lintas sektoral
dengan Dinas Pendidikan dalam melakukan stimulasi perkembangan pada anak
usia sekolah, sehingga anak usia sekolah dapat meningkatkan perkembangannya.

Kata Kunci : Moral, Spiritual, Stimulasi, Usia Sekolah


Daftar Pustaka : 82 (2002-2018)

vii
Ners Professional Study Program
Nursing faculty
Andalas University
December, 2018

Name: Nia Damayatri


BP No: 1741313069

Nursing Care at An.N with Improved Readiness School Age Development


and Care Management: Stimulation Moral and Spiritual
Development in the Group School Age in RW 01
Kelurahan Parak Gadang Timur
Padang

ABSTRACT
School time for children by age is 6-12 years old. Which that means the school
where the children learn most of their experience, where children are considered
start responsible for their behavior between their self, parent and their friend.
During this period children in the school-age developed in the aspect of physical,
motor, cognitive, language, emotional, personality, moral, spiritual, and
psychosocial. To achieve optimal development in school age, the children need to
take the development of stimulationwhere the role of parents here is one-factor
success stimulation was given. In addition, the role of community mental health
nurses has been quite influential on the school-age children. Because it is not just
given on individual school-age children alone but in the community school-age
children are also given stimulation on the moral and spiritual. This Medical
Journal it is aimed to giving the care of nursing with a comprehensive for a client
with school age and be able to apply CMHN management service especially
pillars IV related management in the care of children of school age. The
implementation of the child care nursing applied on 19 Novemberuntil 29
November 2018 and service management nursing held on 27 November 2018.
The results of the child care nursing that has been done are clients increased
development in the physical aspects, motor, cognitive, language, emotion,
personality, moral, spiritual, and psychosocial. On the implementation of
theservice management nursing get increasingaverage moral development and
spiritual stimulation to 20.0%.Suggested to nurses to conduct cross-cutting
cooperation with the department of education in doing stimulation development in
school-age children. so the children of school age can enhance its development.

Keywords: Moral, Spiritual, Stimulation, School Age


Bibliography: 82 (2002-2018)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... i


HALAMAN PERSYARATAN GELAR ...................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI .......................................... iv
UCAPAN TERIMAKASIH........................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................... 10
C. Manfaat Penulisan ................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Anak Usia Sekolah ................................................................... 13
1. Pengertian Anak Usia Sekolah ......................................................... 13
2. Faktor Mempengaruhi Perkembangan Usia Sekolah ....................... 13
3. Karakteristik Perilaku Anak Usia Sekolah ....................................... 15
4. Proses Terjadinya ............................................................................. 16
5. Penilain Stressor ............................................................................... 19
6. Sumber Koping ................................................................................ 26
7. Mekanisme Koping .......................................................................... 27
8. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 28
9. Rencana Tindakan Keperawatan ........................................................ 28
10. Implementasi Keperawatan .............................................................. 32
11. Evaluasi ............................................................................................ 33
B. Penerapan Manajemen Layanan Keperawatan dalam CMHN ................ 33
1. Defenisi CMHN ................................................................................. 33
2. Tujuan CMHN .................................................................................... 34
3. Pelaksanaan dan Uraian Tugas Perawat CMHN ................................ 35

ix
BAB III LAPORAN KASUS
A. Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................... 47
1. Pengkajian ........................................................................................ 47
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 57
3. Rencana Asuhan Keperawatan ......................................................... 57
4. Implementasi .................................................................................... 59
5. Evaluasi ............................................................................................ 63
B. Manajemen Layanan CMHN ................................................................ 72
1. Pengkajian ........................................................................................ 74
2. Analisa Masalah ............................................................................... 81
3. POA (Plan of Action) ......................................................................... 85
4. Implementasi .................................................................................... 87
5. Evaluasi ............................................................................................ 88
BAB IV PEMBAHASAN
A. Asuhan Keperawatan pada Usia Sekolah .............................................. 90
1. Pengkajian ........................................................................................ 90
2. Diagnosa........................................................................................... 97
3. Intervensi .......................................................................................... 98
4. Implementasi .................................................................................... 100
5. Evaluasi ............................................................................................ 106
6. Rencana Tindak Lanjut .................................................................... 110
B. Manajemen Layanan Keperawatan ...................................................... 111
1. Pengkajian ........................................................................................ 111
2. Rencana Tindakan Keperawatan ...................................................... 112
3. Implementasi ................................................................................... 112
4. Evaluasi ............................................................................................ 113
5. Rencana Tindak Lanjut .................................................................... 114

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 115

x
B. Saran ...................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 118
LAMPIRAN

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat

berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut

menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara

produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk lingkungannya (Undang-

Undang Kesehatan Jiwa, 2014). Kesehatan jiwa dipengaruhi oleh berbagai faktor

antara lain otonomi dan kemandirian, memaksimalkan potensi diri, menoleransi

ketidakpastian hidup, harga diri, menguasai lingkungan, orientasi realitas serta

manajemen stres (Videbeck, 2010). Faktor-faktor tersebut berinteraksi secara

tetap sehingga kesehatan jiwa seseorang merupakan keadaan yang dinamik atau

selalu berubah karena dipengaruhi pula oleh lingkungan, pengalaman seseorang

dalam menghadapi masalah, mekanisme koping serta dukungan sosial.

Kondisi sehat jiwa dapat tercapai melalui tahap pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal. Menurut Depkes (2014), pertumbuhan ditandai

dengan adanya perubahan ukuran dan bentuk tubuh atau anggota tubuh,

sedangkan perkembangan ditandai dengan adanya perkembangan mental,

emosional, psikososial, psikoseksual, nilai moral dan spiritual. Pertumbuhan

terjadi secara simultan dengan perkembangan. Pada saat pertumbuhan

berlangsung cepat, perkembangan pun juga terjadi peningkatan mental, memori

dan daya nalar.

1
Tahap pertumbuhan dan perkembangan individu menurut Erickson terdiri

atas delapan tahapan dan salah satu diantaranya adalah tahap perkembangan usia

sekolah. Anak usia sekolah dikenal dengan fase berkarya versus rasa rendah diri.

Masa ini berada diantara usia 6 sampai 12 tahun, dimana anak bisa menyelesaikan

tugas sekolah dan tugas rumah yang diberikan, mempunyai rasa bersaing, senang

berkelompok, berperan dalam kegiatan kelompoknya. Prevalensi anak pada

kelompok usia 0-14 tahun didunia tahun 2018 sekitar 26%. Anak usia 0-14 tahun

merupakan kelompok umur dengan jumlah populasi kedua terbanyak didunia

(WHO, 2018). Data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan

jumlah anak usia 6-12 tahun kurang lebih mencapai 45 juta jiwa di Indonesia

(Kemenkes, 2018).

Usia sekolah disebut sebagai masa intelektual atau masa penyesuaian dalam

pencapaian perkembangan industri. Untuk mendapatkan perkembangan anak usia

sekolah yang sesuai, maka harus dilakukan persiapan ketahanan dan kesehatan

yang optimal agar anak dapat menjadi produktif dengan memberikan stimulasi

perkembangan pada anak. Aspek perkembangan pada anak usia sekolah meliputi

motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual, dan psikososial.

Aspek-aspek perkembangan ini saling mendukung dan saling melengkapi satu

dengan yang lainnya dalam meningkatkan kemampuan anak dalam produktifitas

(Keliat, 2011).

Pada perkembangan motorik, menurut Petterson (2016) anak usia sekolah

senang bermain dengan kekuatan fisik seperti berlari, melompat dan keterampilan

manipulasi seperti menggambar dan menulis. Perkembangan motorik berkaitan

2
dengan keterampilan gerak pada usia sekolah dasar, motorik anak sudah lebih

halus dan lebih terkoordinasi dari masa sebelumnya. Menurut hasil penelitian

Prabowo (2017), 32,5% anak usia sekolah memiliki kemampuan motorik baik dan

42,5% memiliki kemampuan motorik sedang. Sedangkan menurut hasil penelitian

Istiana (2011), terjadi peningkatan rata-rata kemampuan perkembangan motorik

pada anak usia sekolah dari 76 % menjadi 84% setelah diberikan stimulasi

perkembangan.

Selanjutnya pada aspek kognitif, menurut Woolfolk (2015) aspek kognitif

berkaitan dengan potensial intelektual yang dimiliki anak yakni kemampuan

berpikir. Ciri perkembangan kognitif pada anak yaitu bisa membedakan antara

khayalan dan kenyataan, memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai

dari berbagai sudut pandang, kemampuan dalam berhitung, dan kemampuan

memecahkan masalah yang sederhana. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuni (2018) menyatakan bahwa 84,21% perkembangan kognitif pada anak

berada pada kategori sedang dan setelah diberikan stimulasi terjadi peningkatan

rata-rata perkembangan kognitif pada anak dari 56,6% menjadi 83,3%.

Pada aspek bahasa, Lenneeberg (2016) mengatakan bahwa perkembangan

bahasa anak tergantung pada pematangan otak secara biologis. Dengan bahasa

anak dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan maupun perasaannya pada orang

lain. Perkembangan bahasa yang terjadi dimasa awal cenderung permanen dan

mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya (Widarni, 2012)

Aspek emosi pada anak usia sekolah merupakan perasaan senang mengenai

sesuatu, marah kepada seseorang ataupun takut terhadap sesuatu. Menurut hasil

3
penelitian yang dilakukan Retno (2013), faktor yang mempengaruhi

perkembangan emosi anak bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar.

Sehingga untuk mencapai kematangan emosi, anak harus belajar memperoleh

gambaran tentang situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Sedangkan

aspek kepribadian pada anak usia sekolah melakukan penyesuaian dirinya

terhadap lingkungan secara unik. Hal penting dalam perkembangan kepribadian

adalah ketetapan dalam pola kepribadian dimana terdapat kecendrungan ciri sifat

kepribadian anak yang menetap dan relatif tidak berubah (Sudianto, 2017).

Pada aspek moral berkaitan dengan aturan mengenai apa seharusnya yang

dilakukan anak dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 2007).

Perkembangan moral anak ditinjau dari psikoanalisa seperti mengenal norma-

norma yang ada dikeluarga dan masyarakat, dan ditinjau dari behavioristik seperti

menepati janji, mendapat hukuman, dan pujian yang sering dialami anak (Murply,

2007).

Selanjutnya aspek spiritual, Wilcox (2013) mengemukakan kecerdasan

spiritual adalah kepercayaan terhadap kekuatan yang bersifat ketuhanan, ekspresi

dari kepercayaan ini, sistem kepercayaan yang khusus, jalan hidup dalam

merasakan rasa cinta dan kepercayaan terhadap Tuhan. Kecerdasan spiritual dapat

diasah ketika seseorang memeluk agama percaya terhadap keberadaan Tuhan.

Orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan spiritual pada anaknya

untuk melakukan ibadah sesuai dengan ajarannya.

Pada aspek psikososial, menururt Erikson anak usia sekolah berada dalam

industry vs inferiority dimana perkembangan psikososial anak usia sekolah adalah

4
kemampuan menghasilkan karya, berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-

temannya dan berperan dalam permainan kelompok. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Sitorus (2014) mengatakan bahwa perkembangan psikososial anak

usia sekolah lebih banyak dipengaruhi oleh teman sebaya terlihat bahwa anak

ingin ikut serta dalam kegiatan kelompoknya. Keseluruhan aspek tumbuh

kembang anak dapat berjalan dengan baik jika anak mempunyai kesadaran diri

mengenai dirinya dalam proses berkembang.

Dampak jika stimulasi tidak dilakukan pada anak usia sekolah maka akan

beresiko pada tahap perkembangan mental anak sekolah yang menjadi terhambat

(Jansen, 2012). Apabila anak tidak bisa melewati masa perkembangan maka

terjadi penyimpangan perilaku, anak tidak mau mengerjakan tugas sekolah,

membangkang pada orang tua untuk mengerjakan tugas, tidak ada kemauan untuk

bersaing dan terkesan malas, tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok,

memisahkan diri dari teman sepermainan dan teman sekolah. Akibat dari

penyimpangan tersebut anak menjadi rendah diri (Keliat, 2011).

Keterlambatan perkembangan pada anak di dunia terdapat 1 dari 5 anak yang

berusia dibawah 12 tahun mengalami masalah perkembangan. Di Indonesia dari

sekitar 1000 anak berusia 4 – 15 tahun, yang mengalami masalah mental dan

emosional sebanyak 140 anak (Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan oleh Belfer (2006, dalam Rahmadi, 2015) menyebutkan bahwa

diperkirakan prevalensi masalah emosional dan perilaku pada anak sebesar 20%.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sufriani (2017) menunjukkan

sebagian besar anak merasa dirinya lebih hebat dan berkuasa di antara teman-

5
temannya (41,5%) dan sering melampiaskan kemarahannya pada orang lain

(44,7%) hal ini menunjukkan bahwa tedapat masalah pada kemampuan anak

dalam mengelola emosi. Hal ini dapat terjadi karena anak kurang mendapatkan

stimulasi perkembangan.

Dalam perkembangan anak usia sekolah, orangtua berperan dalam

memberikan stimulasi agar anak berkembang sesuai perkembangan umurnya.

Anak yang diasuh oleh orangtua yang berpendidikan rendah memiliki risiko tiga

kali mengalami keterlambatan perkembangan dibandingkan orang tua yang

berpendidikan tinggi (Ariani & Yosoprawoto, 2012). Sesuai dengan penelitian

yang dilakukan oleh Ariyana (2009) dimana terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan ibu dengan perkembangan anaknya.

Keberhasilan anak usia sekolah mencapai tugas perkembangan salah satunya

juga dipengaruhi oleh pola asuh yang diterapkan dalam keluarga. Pola asuh

merupakan suatu sikap dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, yang salah

satunya dengan memberikan stimulasi terkait tumbuh kembang pada anak. Anak

yang mendapatkan stimulasi terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan

dengan anak yang kurang mendapatkan stimulus (Marmi & Rahardjo, 2015).

Hasil penelitian yang dilakukan Sufriani (2017) menunjukkan sebagian anak

sering mendengar kata-kata kasar dalam keluarganya (45,7%), sebagian besar

(36,2%) keluarga menerapkan pola asuh otoriter yang ditunjukkan dengan

perilaku kekerasan seperti memukul bila bersalah, sering memberi hukuman yang

tidak mendidik. Pola asuh otoriter akan melahirkan perilaku agresif pada anak.

6
Pada keluarga yang kurang akan informasi mengenai tumbuh kembang dan

cara melakukan stimulasi pada anak, menjadi suatu indikator untuk terjadinya

keterlambatan perkembangan yang bisa terjadi pada anak. Hasil penelitian Saadah

(2014) melaporkan bahwa adanya pengaruh faktor ibu terhadap perkembangan

anak diantaranya pendidikan, umur, dan pengetahuan. Maka dari itu, perawat

memiliki peran penting sebagai pendidik dan pemberi asuhan dengan menjadikan

keluarga sebagai partner dalam memberikan asuhan.

Asuhan pelayanan kesehatan yang diberikan perawat kepada anak usia

sekolah menggunakan pendekatan interpersonal yang menyatakan bahwa

keperawatan merupakan sebuah hubungan terapeutik yang dipandang sebagai

proses interpersonal yang melibatkan interaksi antara klien dan perawat yang

memiliki tujuan bersama-sama mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang

muncul. Perawat menggunakan diri sendiri sebagai alat dalam membangun dan

mempertahankan hubungan dengan klien (Keliat, 2010). Dengan hubungan ini,

diharapkan anak usia sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasa atau

dialaminya. Hal ini dapat membantu perawat dalam melakukan asuhan

keperawatan untuk mendapatkan hasil yang optimal.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mendukung pemenuhan tahap tumbuh

kembang anak, khususnya anak usia sekolah di masyarakat adalah melalui

pelayanan kesehatan jiwa komunitas atau dikenal dengan Community Mental

Health Nursing (CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa komunitas, khususnya

perawat Community Mental Health Nursing (CMHN) bertanggung jawab

memberikan asuhan keperawatan jiwa komunitas pada kelompok keluarga yang

7
sehat jiwa, kelompok keluarga yang beresiko mengalami gangguan jiwa serta

kelompok keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa (Keliat, 2010).

Salah satu peran perawat komunitas meliputi pengkajian, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi keperawatan yang dapat dilakukan di rumah, sekolah

maupun dilingkungan masyarakat. Pelayanan kesehatan dalam keperawatan

diberikan di samping melalui asuhan keperawatan juga dalam berbagai bentuk

terapi baik bagi individu, keluarga dan kelompok. Berbagai terapi dapat diberikan

perawat kepada anak sesuai dengan tahap perkembangan anak, seperti, terapi

bermain, terapi kelompok, dan terapi lingkungan (Hamid, 2010). Salah satu terapi

yang diberikan untuk mengoptimalkan perkembangan anak adalah terapi

kelompok (Keliat & Akemat, 2004).

Terapi kelompok adalah bentuk psikoterapi yang didasarkan pada

pembelajaran hubungan interpersonal. Individu bergabung dalam kelompok dan

saling bertukar pikiran dan pengalaman serta mengembangkan pola perilaku yang

baru (Yusuf, 2015). Terapi kelompok membantu orang tua dan guru mengatasi

masalah yang dialami terkait tumbuh kembang, sharing pengalaman dalam

memberikan stimulasi perkembangan anak dan belajar bagaimana stimulasi sesuai

perkembangan anak untuk membantu mengoptimalkan perkembangan mental

anak usia sekolah (Keliat, 2011).

Salah satu terapi kelompok untuk meningkatkan perkembangan anak adalah

dengan stimulasi aspek moral dan spiritual pada kelompok anak usia sekolah.

Aspek perkembangan moral dan spiritual pada anak penting untuk distimulasi

8
agar anak mampu melaksanakan nilai moral yang ada di lingkungan tempat

tinggalnya dan menerapkan nilai-nilai spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari

sehingga hal tersebut harus dibiasakan, ditanamkan, dan dibina pada anak.

Kegiatan yang dilakukan adalah merangsang perkembangan aspek moral dan

spiritual terhadap anak usia sekolah (Watson et al, 2013).

Dengan adanya stimulasi yang dilakukan secara kelompok ini diharapkan

membantu anak usia sekolah secara kelompok untuk mencegah masalah

kesehatan, mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok dan

meningkatkan kualitas antar anggota kelompok (Rosenberg, 2011). Penelitian

yang dilakukan oleh Setyaningsih (2011) menunjukkan adanya peningkatan rata-

rata kemampuan perkembangan anak setelah dilakukan stimulasi perkembangan

moral dan spiritual secara berkelompok dari 78,4% menjadi 96%.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RW 01 Kelurahan Parak Gadang

Timur, didapatkan data jumlah penduduk adalah 1.337 jiwa (404 KK). Dengan

jumlah KK di RT 04 adalah 135 KK. Selain hasil tersebut, dilakukan wawancara

kepada ketua RT 04 RW 01 bahwa penduduk yang dominan adalah usia dewasa

dan usia anak-anak. Hasil wawancara yang dilakukan kepada 10 orang ibu yang

memiliki anak sekolah, dimana 8 diantaranya tidak mengetahui tumbuh kembang

anak usia sekolah yang normal dan tidak mengetahui cara menstimulasi tumbuh

kembang anak usia sekolah. Hampir seluruh ibu mengatakan membiarkan

anaknya bermain tanpa mengetahui tujuan permainan tersebut dan tidak

mengetahui dampak dari kurangnya stimulasi yang diberikan terhadap tumbuh

kembang anak.

9
Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada guru SDN 10 Aur Duri yang

ada di RT 04 RW 01, didapatkan bahwa anak-anak di sekolah masih banyak yang

nakal, suka bolos sekolah dan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan. Guru

mengatakan akan menghukum siswa berdiri didepan kelas jika tidak mengerjakan

tugas sekolah dan tidak mengikuti peraturan agar siswa merasa jera. Guru

mengatakan sudah melakukan stimulasi moral dan spiritual disekolah namun

belum adanya reward yang diberikan pada anak. Dari hasil wawancara 3 dari 5

anak mengatakan bahwa mereka masih malu tampil didepan kelas, terkadang

tidak mengikuti peraturan disekolah dan tidak mengikuti kegiatan keagamaan

seperti sholat, berdoa dan membaca kitab.

Berdasarkan data diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan pada anak usia sekolah dan manajemen asuhan stimulasi tumbuh

kembang pada kelompok anak usia sekolah tentang aspek moral dan spiritual di

SDN 10 Aur Duri RW 01 Kelurahan Parak Gadang Timur.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir ini adalah:

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada anak

usia sekolah dan mampu menerapkan manajemen asuhan: stimulasi

kelompok tumbuh kembang pada anak usia sekolah.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada anak usia sekolah

b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada anak usia sekolah

10
c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan pada klien anak usia

sekolah.

d. Mampu melaksanakan implementasi pada anak usia sekolah

e. Mampu melaksanakan evaluasi pada anak usia sekolah

f. Mampu menganalisa kasus berdasarkan teori pada anak usia sekolah

g. Melaksanakan manajemen pelayanan kesehatan berupa manajemen

asuhan keperawatan jiwa masyarakat dengan pendekatan Community

Mental Health Nursing di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang

h. Mengevaluasi pelaksanaan manajemen pelayanan berupa manajemen

asuhan keperawatan jiwa masyarakat dengan pendekatan Community

Mental Health Nursing di Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang

C. Manfaat Penelitian

1. Puskesmas Andalas

Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan informasi bagi petugas

kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan khsususnya pelayanan

keperawatan jiwa dimasyarakat yang bersifat promotif dan preventif ke arah

yang lebih baik.

2. Pendidikan

Hasil laporan ini hendaknya digunakan sebagai sumber informasi dan

pengetahuan bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan

11
mutu pendidikan, khususnya pada mata ajar keperawatan jiwa komunitas

tentang manajemen asuhan keperawatan pada usia sekolah.

3. Penulis

Penulis mendapatkan pengetahuan terkait tentang pentingnya stimulasi

dini oleh orang tua tentang cara memberikan stimulasi perkembangan pada

usia sekolah serta mendapatkan pengetahuan dalam melakukan manajemen

asuhan pelayanan keperawatan jiwa: stimulasi kelompok pada anak usia

sekolah.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Anak Usia Sekolah

1. Pengertian Anak Usia Sekolah


Menurut Wong (2009), anak usia sekolah merupakan anak dengan usia

6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode

ketika anak-anak dianggap mulai bertangguang jawab atas perilakunya

sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya dan orang lainnya.

Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh

keterampilan tertentu.

Tahap perkembangan anak usia sekolah adalah kemampuan

menghasilkan karya, berinteraksi, dan berprestasi dalam belajar berdasarkan

kemampuan diri sendiri. Pencapaian ini akan membuat anak bangga terhadap

dirinya sendiri. Hambatan atau kegagalan dalam mencapai kemampuan

menyebabkan anak merasa rendah diri sehingga pada masa dewasa, anak

dapat mengalami hambatan dalam bersosialisasi (Kelliat, 2011).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Usia Sekolah

a. Faktor genetik

Faktor bawaan atau keturunan merupakan faktor pertama yang

mempengaruhi tumbuh kembang anak. Faktor ini dapat diartikan sebagai

semua ciri atau karakteristik individu yang diwariskan kepada anak atau

13
segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki seseorang sejak masa

pembuahan sebagai warisan orang tua. Kebanyakan karakteristik fisik

termasuk pola, bentuk gambaran, keganjilan fisik, diturunkan dan dapat

mempengaruhi cara pertumbuhan dan integrasi anak dengan lingkungannya

(Wong, 2009).

b. Lingkungan

Lingkungan dapat diartikan sebagai berbagai peristiwa, situasi dan

kondisi di luar individu yang secara langsung maupun tidak langsung

mempengaruhi tumbuh kembang anak atau perkembangan individu. Faktor

lingkungan juga merupakan faktor yang sangat menentukan atau tidaknya

potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan

terjadinya potensi bawaan. Faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis,

fisik, psikososial, keluarga dan adat istiadat (Rika, 2010).

c. Faktor Nutrisi
Nutrisi yang baik akan mempengaruhi perkembangan, terutama untuk

perkembangan kognitif anak, untuk perkembangan IQ anak dimana pada usia

3-6 tahun perkembangan saraf-saraf anak sedang berkembang untuk

penyempurnaan perkembangan selanjutnya (Yuniartiningsih, 2014).

d. Hubungan interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam

perkembangan terutama dalam perkembangan emosi, intelektual dan

kepribadian. Orang tua adalah orang terdekat pertama yang paling

berpengaruh dalam menstimulasi anak dan memfasilitasi pengembangan

kemampuan anak.

14
e. Tingkat sosioekonomi
Keluarga dari kelompok sosioekonomi rendah mungkin kurang

memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan

lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrsi untuk membantu

perkembangan optimal anak.

f. Pengaruh media massa


Media dapat memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan

anak. Pada masa kini, anak-anak cenderung memilih media dan figur

olahraga sebagai model peran idola mereka, sedangkan dimasa lalu mayoritas

anak memilih orang tua atau wali mereka sebagai orang yang paling ingin

mereka contoh (Wong, 2009).

3. Karakteristik Perilaku Anak Usia Sekolah


Menurut Keliat (2010), perilaku psikososial anak sekolah antara lain:
a. Perkembangan yang normal : industri / produktif

Anak mampu menyelesaikan tugas (sekolah atau rumah) yang

diberikan, mempunyai rasa bersaing (kompetisi), senang berkelompok dengan

teman sebaya dan mempunyai sahabat karib, serta berperan dalam kegiatan

kelompok.

b. Penyimpangan perkembangan : harga diri rendah


Anak biasanya tidak mau mengerjakan tugas sekolah, membangkang

pada orang tua untuk mengerjakan tugas, tidak ada kemauan untuk bersaing

dan terkesan malas, tidak mau terlibat dalam kegiatan kelompok, memisahkan

diri dari teman sepermainan dan teman sekolah.

4. Proses Tumbuh Kembang


a. Predisposisi

15
1) Biologis

Faktor biologis yang mempengaruhi proses tumbuh kembang anak

meliputi riwayat pre natal, intra natal, post natal, riwayat imunisasi

yang lengkap, riwayat status gizi yang baik, tidak ada riwayat penyakit

fisik kronis/cacat, tidak ada riwayat trauma kepala, dan tidak ada

riwayat genetik gangguan jiwa pada anak.

2) Psikologis

Faktor psikologis yang mempengaruhi proses tumbuh kembang anak

meliputi intelegensi anak normal, anak sudah dapat mengidentifikasi

peran gender, anak sudah dapat mengidentifikasi peran di keluarga,

anak dapat mencapai 8 aspek perkembangan : kognitif, bahasa,

komunikasi, moral, emosi, spiritual

3) Sosial Budaya

Faktor sosial budaya yang mempengaruhi proses tumbuh kembang anak

meliputi dukungan keluarga dalam stimulasi tumbuh kembang anak,

merupakan anak yang diinginkan, tidak ada labeling negatif dari

keluarga, tidak ada kekerasan fisik, verbal dan emosi, anak dilibatkan

dalam mengambil keputusan sederhana, keluarga menstimulasi

terbentuknya kemampuan berkarya anak, anak belajar benar dan salah,

anak dilibatkan dalam kegiatan ibadah. Lingkungan keluarga memiliki

peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi

anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan

tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang

16
diberikannya merupakan faktor yang menguntungkan untuk

mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang

sehat (Mardiya, 2016).

b. Presipitasi

1) Nature

a) Faktor Biologis : BB dan TB sesuai usia, keluhan fisik saat ini,

status nutrisi, suka olahraga, gangguan tidur saat ini, belajar

keterampilan fisik baru. Menurut Hidayat (2005) perkembangan

fisik pada anak usia sekolah yaitu kenaikan tinggi pertahun adalah

5-8 cm. Rata-rata anak perempuan 11 tahun mempunyai tinggi

badan 147 cm dan anak laki-laki 146 cm dan kenaikan berat lebih

bervariasi dari pada kenaikan tinggi, berkisar antara 1-2,26 kg

pertahun. Anak laki-laki usia 6 tahun, cenderung memiliki berat

badan sekitar 21 kg, kurang lebih 1 kg lebih berat daripada anak

perempuan.

b) Faktor Psikologis : mendapatkan bimbingan PR, kesempatan cerita

pengalaman, kesempatan cerita perasaan, kesempatan bertanya

c) Faktor Sosial : kesempatan bermain sebaya, kesempatan ikut

kompetisi, mengembangkan bakat dan hobi, kesempatan

membantu orang lain, diterima dan disayangi keluarga,

mendapatkan Feedback positif dari lingkungan (keluarga, guru,

teman). Peranan kelompok teman sebaya bagi anak adalah

memberi kesempatan untuk berinteraksi dengan anak lain,

17
mengontrol tingkah laku sosial dan mengembangkan ketrampilan

dan minat yang relevan dengan usianya (Mardiya, 2016).

2) Origin

a) Internal : Kreatifitas tinggi, percaya diri, perasaan bersaing.

b) Eksternal : Pola asuh & stimulasi dari keluarga baik (bio, psiko,

sosio, cultural), masyarakat menerima dan mendukung

keberadaannya.

3) Timing

Waktu terjadinya stimulasi diberikan pada usia 6-12 tahun, lamanya

stimulasi optimal, frekuensi optimal.

4) Number

Jumlah stressor tidak berlebihan, stimulasi tumbuh kembang optimal

(bio, psiko, sosio, spiritual).

5. Penilaian Stressor

Anak usia sekolah mengalami beberapa perubahan sampai akhir dari

periode masa kanak-kanak dimana anak mulai matang secara seksual pada

usia 12 tahun (Hurlock, 2004). Dalam tahap perkembangan anak usia

sekolah, anak lebih banyak mengembangkan kemampuannya dalam

interaksi sosial, belajar tentang nilai moral dan budaya dari keluarga serta

mulai mencoba untuk mengambil bagian peran dalam kelompoknya.

Erikson mengidentifikasi masalah sentral psikososial pada masa ini sebagai

krisis antara keaktifan dan inferioritas. Stressor mengenai tugas

perkembangan anak di usia sekolah yang sudah dicapai yang terdiri dari

18
aspek yaitu motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, spiritual

dan psikososial.

a. Perkembangan Motorik.

Pada anak usia sekolah terjadi perkembangan motorik kasar dan

halus. Motorik kasar adalah kemampuan meliputi berjalan, berlari,

melompat jatuh, naik dan turun tangga, loncat tali, dapat mengenakan

pakaian tanpa dibantu, menggunakan alat-alat olahraga, baris-berbaris.

Sedangkan keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi

seperti menulis dengan tulisan sambung, menggambar dengan adanya pola

atau objek, memotong kertas dengan mengikuti pola, melempar dan

menangkap bola, serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan

(Bownden & Greenberg, 2010).

Menurut Hurlock (2008), perkembangan motorik seseorang

dipengaruhi oleh kematangan perkembangan sistem saraf otak seseorang

yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau

keterampilan motorik anak. Alasan tentang fungsi perkembangan motorik

bagi perkembangan anak yaitu keterampilan motorik anak dapat

menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang, melalui keterampilan

motorik anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada tahun pertama

kehidupannya ke kondisi yang bebas dan tidak bergantung, anak dapat

menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah, anak dapat bermain dan

bergaul dengan teman sebayanya, dan perkembangan motorik sangat

penting bagi kepribadian anak.

19
Seiring dengan perkembangan motorik bagi anak usia sekolah, anak

dapat diajarkan atau diarahkan dan dilatih tentang dasar keterampilan

menggambar, menulis, keterampilan berolahraga seperti senam atau

menggunakan alat olah raga, gerakan permainan seperti meloncat, berlari,

memanjat, baris berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan

kedisiplinan dan ketertiban (Santrock, 2007).

Menurut Papalia (2009), keterampilan anak usia sekolah terus

meningkat, dimana pada masa usia sekolah anak laki-laki bermain

permainan yang lebih efektif secara fisik, permainan penuh semangat

seperti bergulat, menendang, berlari, sementara anak perempuan lebih

senang permainan yang melibatkan ekspresi verbal atau menghitung

dengan suara keras seperti bermain lompat tali dan engklek.

b. Perkembangan Kognitif

Dilihat dari kemampuan anak untuk bisa berkonsentrasi, mampu

menggabungkan seringkaian kejadian dan dapat menceritakannya kembali

secara verbal maupun simbol-simbol (Hockenberry & Wilson, 2009). Ciri

perkembangan kognitif pada anak yaitu bisa membedakan antara khayalan

dan kenyataan, memahami sebab dan akibat, kemampuan dalam menilai

dari berbagai sudut pandang, kemampuan dalam berhitung, dan

kemampuan memecahkan masalah yang sederhana (Potter dan Perry,

2009). Selain Sternberg (2013) menyatakan bahwa kognitif pada anak usia

sekolah mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan mengubah

20
lingkungannya untuk mengoptimalkan peluang-peluang serta mampu

memecahkan masalah.

c. Perkembangan Bahasa

Anak usia sekolah sangat memerlukan kemampuan dan

berkomunikasi melalui bahasa untuk menyampaikan keinginan,

kebutuhan dan sebagai salah satu sarana untuk berkomunikasi di dalam

kelompoknya. Anak usia sekolah sudah bisa berkomunikasi dan tidak

lagi egosentris seperti masa pra sekolah. Anak sudah paham beberapa

kata dengan lebih dari satu arti (Potter & Perry, 2009).

Anak usia sekolah sudah mampu menguasai lebih dari 2.500 kata.

Anak gemar membaca, mendengar cerita bersifat kritis tentang

perjalanan, petualangan, atau riwayat pahlawan. Anak sudah mampu

menanyakan soal waktu dan sebab akibat, anak sudah mampu

menceritakan kembali alur cerita yang di dengar. Anak sudah mampu

berkomunikasi dengan orang lain, menyatakan perasaannya, memahami

keterampilan mengolah informasi yang diterimanya, berfikir

(mengutarakan pendapat dan gagasannya), mengembangkan

kepribadiannya dan menyatakan sikap dan kepribadiannya (Yusuf, 2009).

d. Perkembangan Emosi

Aspek emosi merupakan suatu bentuk perasaan yang timbul akibat

adanya suatu keadaan yang dianggap penting dan kaitannya dengan

kesejahteraan seseorang (Santrock, 2007). Emosi dapat dikategorikan

menjadi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif dapat

21
berupa rasa antusias, rasa senang dan rasa cinta. Bentuk emosi negatif

diantaranya cemas, marah, rasa bersalah dan perasaan sedih.

Ciri perkembangan aspek emosi meliputi anak mampu mengenal dan

merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab perasaan yang timbul,

mampu mengungkapkan perasaan marah, mampu mengendalikan

perasaan perilaku agrasif yang merugikan diri sendiri dan orang lain,

memiliki kemampuan untuk mengatasi stress, memiliki perasaan positif

tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, memiliki rasa tanggung jawab,

mampu menerima sudut pandang orang lain, dapat menyelesaikan

konflik dengan orang lain, memiliki sikap bersahabat, bersikap

demokratis bergaul dengan orang lain (Yusuf, 2009).

e. Perkembangan Kepribadian

Kepribadian seorang anak dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk

pengaruh dari orang tua. Selain itu dari kondisi fisik, intelegensi, teman

sebaya dan budaya yang mempengaruhi anak. Kepribadian yang terjadi

pada masa anak-anak, berpengaruh secara langsung ketika sudah menjadi

dewasa (Berry, 2012). Perkembangan kepribadian anak usia sekolah

salah satunya berkaitan dengan teman sebaya, karena teman sebaya pada

usia anak sekolah merupakan satu hal berpengaruh terhadap kepribadian

anak salah satunya dalam hal budaya (Hurlock, 2008).

Aspek kepribadian meliputi: kemantapan gender tercapai, mampu

menilai kekurangan dan kelebihan, mampu menilai prestasi yang

22
diperoleh secara realistis, mampu mengatasi kehidupan yang didahapi

(tugas dan tanggung jawab), realistis dalam mencapai tujuan.

f. Perkembangan Moral

Perkembangan aspek moral berarti perubahan penalaran, perasaan,

dan prilaku tentang standar benar atau salah. Pada usia anak sekolah,

anak sudah mulai belajar tentang mematuhi peraturan, menerima

peraturan dan merasa bersalah jika tidak sesuai peraturan yang berlaku

(Potter & Perry, 2009). Anak usia sekolah sudah harus mampu menilai

tindakan berdasarkan niat dibandingkan dengan akibat yang dihasilkan,

mereka memahami bahwa peraturan dan penilaian dapat berubah sesuai

dengan keinginan dan kebutuhan seseorang (Wong et al.,2009).

Aspek perkembangan moral meliputi: anak sudah mengenal konsep

moral (mengenal benar atau salah, baik atau buruk), anak sudah dapat

mengikiti peraturan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan sosial

lainnya, agresi terutama jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran

moral semakin dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin menjadi baik untuk

memelihara tatanan sosial.

g. Perkembangan Spiritual

Pada perkembangan aspek spiritual anak berkaitan dengan

perkembangan kognitifnya dan berkaitan erat juga dengan pengalaman

dan interaksi sosial anak. Aspek spiritual pada anak usia sekolah

mendapat peranan yang cukup besar dari orang tua. Orang tua

memberikan contoh - contoh dasar spiritual yang akan dilihat oleh anak

23
dan akan menjadikan kebiasaan anak tersebut (Anderson & Mcfarlane,

2011).

Aspek perkembangan spiritual adalah sikap keagamaan anak bersifat

resertif disertai dengan pengertian, pandangan dan paham kebutuhan

diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika,

penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan

ritual diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini tidak juga

hanya sebagai kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spiritual

seperti: hormat kepada orang tua atau orang yang lebih tua, memberikan

bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir

miskin, memelihata kebersihan dan kesehatan, bersikap jujur dan

bersikap bertanggung jawab.

h. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial menurut Yusuf (2009) adalah pencapaian

kematangan hubungan sosial. Dapat juga dikatakan sebagai proses

belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi

dan moral (agama). Perkembangan sosial pada anak-anak usia sekolah

ditandai dengan adanya perluasan hubungan, disamping dengan keluarga

juga dia mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group)

atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya semakin

luas. Pada usia ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri

sendiri (egosentris), kepada sikap yang kooperatif (bekerja sama) atau

sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat

24
berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah

kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok, dia merasa

tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.

Anak usia sekolah biasanya mengalami konflik dengan saudara

kandung, persahabatan semakin luas dan menjadi semakin intim, mulai

membentuk ikatan baru dengan teman sebaya, kesanggupan

menyesuaikan diri terhadap orang lain atau dapat bekerja sama dengan

orang lain. Berminat terhadap kegiatan teman sebaya bahkan sampai

membentuk kelompok sendiri. Biasanya anak lebih mementingkan teman

dari pada keluarga.

6. Sumber Koping

Menurut Stuart (2007) sumber koping dibagi menjadi empat yaitu :

a. Personal Ability

Kemampuan personal pada anak usia sekolah meliputi tahu

kemampuan/ kelebihan diri, tahu pencapaian tugas sekolah/rumah,

dapat menerima tugas yang diberikan, dapat menilai keberhasilan

dirinya, dan dapat menggunakan fasilitas alat yang diberikan.

b. Sosial Support

Meliputi adanya caregiver, kemampuan caregiver dalam menstimulasi

anak, keberadaan kelompok anak usia sekolah, dan keberadaan kader

kesehatan jiwa. Dukungan sosial dapat memudahkan pemecahan

masalah, memberikan kontrol sosial terbesar dalam individu tersebut.

25
c. Material Aset

Aset materi berupa jaminan kesehatan, asuransi, JKM, JKD/SKTM,

BPJS, penghasilan keluarga mencukupi kebutuhan, keluarga punya

tabungan, keluarga punya aset pribadi, punya akses pelayanan

kesehatan (PKM, klinik, bidan, dokter) dan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan.

d. Positive Belief

Keyakinan positif seperti percaya dengan pelayanan kesehatan,

persepsi yang baik terhadap tenaga kesehatan, selalu menggunakan

pelayanan kesehatan, keyakinan agama yang berhubungan dengan

kesehatan dan keyakinan budaya klien dan keluarga yang

berhubungan dengan kesehatan

7. Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya menjadi dua

(Stuart, 2007) yaitu :

a. Adaptif

Yaitu mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,

pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan seperti berteman dengan

sesama jenis dan mempunyai teman bermain tetap/sahabat karib, ikut

berperan serta dalam kegiatan kelompok, berinteraksi secara baik

dengan orangtua, dapat mengendalikan keinginan/dorongan yang kuat,

berkompetisi dengan teman/saudara sebaya, berusaha menyelesaikan

tugas rumah/sekolah yang diberikan, mengetahui nilai mata uang,

26
melakukan hobi, dan berpikir bahwa dirinya adalah orang yang

menyenangkan dan sehat.

b. Destruktif

Merupakan mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,

memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cendrung

menguasai lingkungan seperti tidak mau mengerjakan tugas

sekolah/rumah, membangkang orangtua untuk mengerjakan tugas,

tidak ada kemauan untuk bersaing dan terkesan malas, tidak mau

terlibat dalam kegiatan kelompok dan memisahkan diri dengan teman

sepermainan dan teman sekolah.

8. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang ditegakkan yaitu kesiapan peningkatan perkembangan

usia sekolah (Keliat, 2014).

9. Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan

keperawatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapik yaitu penggunaan

berbagai teknik komunikasi dalam membina hubungan dengan klien,

melakukan terapi individu dan terapi keluarga sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah didapatkan (Keliat, 2014).

Rencana asuhan keperawatan perkembangan psikososial pada anak usia

sekolah bertujuan agar anak mengenal kemampuan dirinya, anak mengikuti

kegiatan sosial, anak merasa puas terhadap keberhasilan yang dicapai.

Selanjutnya, untuk rencana asuhan keperawatan pada keluarga bertujuan agar

27
keluarga mampu memahami pengertian perkembangan anak usia sekolah,

memahami ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan

menyimpang, menyusun rencana stimulasi agar anak mampu berkarya, serta

mampu menstimulasi kemampuan anak berkarya.

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk klien berdasarkan

Standar Asuhan Keperawatan Jiwa (2016) adalah:

a) Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal

Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak, anjurkan pemberian makanan

dengan gizi yang seimbang, kolaborasi pemberian vitamin dan vaksinasi

ulang (booster), dan ajarkan kebersihan diri

b) Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus

Kaji keterampilan motorik kasar dan halus anak, fasilitasi anak untuk

bermain yang menggunakan motorik kasar, fasilitasi anak untuk kegiatan

dengan menggunakan motorik halus dan menciptakan lingkungan aman

dan nyaman bagi anak untuk bermain.

c) Mengembangkan kemampuan kognitif

Melakukan stimulasi dengan mendemonstrasikan cara mengembangkan

kemampuan kognitif bersama keluarga : memberikan soal terkait hitungan,

memberikan penjelasan dan jawaban yang benar setelah soal dijawab oleh

anak, memberikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak.

d) Mengembangkan kemampuan bahasa

28
Mengembangkan kemampuan bahasa anak bersama keluarga: mengkaji

kemampuan bahasa anak, memberikan bahan bacaan untuk meningkatkan

kreatifitas anak, melatih anak untuk menceritakan kembali cerita yang

telah dibacanya, dan mengasah dan mengembangkan hobi yang dimiliki

anak.

e) Mengembangkan aspek emosi dan kepribadian

Melakukan stimulasi dengan mendemonstrasikan cara mengembangkan

aspek emosi dan kepribadian bersama keluarga: mengajarkan anak

mengenal dan merasakan emosi sendiri, mengenal penyebab perasaan

yang timbul dan mampu mengungkapkan rasa marah, mengendalikan

perilaku amarah yang merugikan diri sendiri dan orang lain dan mampu

mengatasi stress

f) Mengembangkan aspek moral dan spiritual

Mengembangkan nilai-nilai moral dan spiritual bersama keluarga:

mengkaji nilai-nilai moral dan spiritual yang sudah diajarkan pada anak,

mengajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan seperti benar, salah,

baik, buruk, mengajarkan anak pentingnya memberikan bantuan kepada

orang yang membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, bersikap

jujur dan bertanggung jawab, membimbing anak saat menonton video

kedisiplinan dan video religius, memberikan pujian atas nilai-nilai positif

yang dilakukan anak, dan melatih kedisiplinan dan religius anak

g) Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial

29
Mengembangkan keterampilan adaptasi psikososial bersama keluarga:

mengkaji keterampilan adaptasi psikososial anak, menyediakan waktu bagi

anak untuk bermain keluar rumah bersama teman kelompoknya, memberi

dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan, memberikan hadiah

prestasi yang diraih, dan melatih anak berhubungan dengan orang lain

yang lebih dewasa

h) Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan

Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak, tanyakan upaya

yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak, berikan reinforcement atas

upaya positif yang sudah dilakukan keluarga, anjurkan pada keluarga

untuk memberikan makan bergizi seimbang, berikan pendidikan kesehatan

tentang tugas perkembangan normal pada usia sekolah, dan berikan

informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk keluarga adalah:

a) Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan

meyimpang

b) Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan anak

berkarya

c) Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana di rumah, seperti

membuat kue, merapikan tempat tidur

d) Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak

30
e) Diskusikan dengan anak mengenai harapannya dalam berinteraksi dan

belajar

f) Tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan

kemampuannya (menerima anak apa adanya), membantu kemampuan

belajar

g) Tidak menyalahkan dan menghina anak

h) Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya

i) Beri kesempatan untuk mengikuti aktivitas kelompok yang terorganisasi

j) Buat/tetapkan aturan/disiplin di rumah bersama anak

k) Demonstrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk

berkarya

l) Bersama keluarga susun rencana stimulasi kemampuan berkarya anak

10. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan

dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan

mengancam integritas klien dan lingkungannya. Sebelum melaksanakan tindakan

yang sudah direncanakan perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah

rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now)

serta hal yang tidak boleh dilupakan bahwa perawat harus mendokumentasikan

semua tindakan yang telah dilaksanakan (Keliat, 2014).

11. Evaluasi

31
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencakup perubahan atau

respon masyarakat terhadap program kesehatan yang dilaksanakan (Nugroho,

2014).

Hasil evaluasi terhadap perkembangn psikososial anak usi sekolah adalah

sebagai berikut (Keliat et al dalam Draft Asuhan Keperawatan Jiwa UI, 2016):

a. Anak mampu mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal

b. Anak mampu mengembangkan kemampuan motorik, psikososial,

kecerdasan, moral, spiritual, kognitif, emosi dan kepribadian.

c. Keluarga mampu menstimulasi kemampuan anak berkarya

d. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan.

B. Penerapan Manajemen Layanan Keperawatan dalam CMHN

(Community Mental Health Nursing)

1. Definisi Comunity Mental Health Nursing (CMHN)


CMHN merupakan upaya mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa

dimasyarakat dengan pelayanan keperawatan yang komprehensif, holistik,

dan paripurna, berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentang

terhadap stres dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan.

Menurut Depkes (2006) perawat CMHN sebagai tenaga kesehatan yang

bekerja dimasyarakat dan bersama masyarakat harus mempunyai

kemampuan melibatkan peran serta masyarakat terutama tokoh masyarakat

dengan cara melatih para tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan

jiwa.

32
Menurut Keliat (2011), manajemen pelayanan CMHN yang

dikembangkan saat ini terdapat 4 pilar, yaitu manajemen pelayanan

kesehatan jiwa masyarakat, manajemen pemberdayaan masyarakat,

kemitraan lintas sektor dan lintas program dan manajemen kasus

kesehatan yang akan dilaksanakan oleh perawat CMHN dan kader

kesehatan.

2. Tujuan CMHN

Tujuan CMHN menurut Stuart (2009) yaitu:


a. Tujuan umum

Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat dalam

memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi masyarakat

sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal.

b. Tujuan khusus :

1) Menjelaskan konsep keperawatan kesehatan jiwa komunitas

2) Menerapkan komunikasi terapeutik dalam memberikan pelayanan

asuhan keperawatan jiwa

3) Menjelaskan peran dan fungsi perawat kesehatan jiwa dalam

memberikan pelayanan keperawatan

4) Bekerjasama dengan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan

keperawatan sesuai dengan peran dan fungsinya

5) Menerapkan konsep pengorganisasian masyarakat dalam memberikan

pelayanan keperawatan kesehatan jiwa

6) Memberikan asuhan keperawatan pada anak dan remaja dengan

gangguan jiwa : depresi dan perilaku kekerasan

33
7) Memberikan asuhan keperawatan pada usia dewasa yang gangguan

jiwa dengan masalah : harga diri rendah, perilaku kekerasan, resiko

bunuh diri, isolasi diri, halusinasi, waham dan defisit perawatan diri.

3. Pelaksanaan dan Uraian Tugas Perawat CMHN

Manajemen pelayanan CMHN yang dikembangkan saat ini menurut


Keliat (2010) terdapat 4 pilar, yaitu:
a. Pilar I, Manajemen Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
Pendekatan yang digunakan dalam penerapan manajemen pelayanan

kesehatan jiwa masyarakat menggunakan 4 fungsi manajemen, yaitu:

1) Perencanaan

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan

secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang

dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,

1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana

kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu

dilaksanakan, di mana kegiatan itu dilakukan.

Jenis perencanaan yang nantinya akan diterapkan adalah

perencanaan jangka pendek yang meliputi rencana kegiatan bulanan

dan tahunan. Perencanaan di layanan keperawatan kesehatan jiwa

komunitas adalah perencanaan kegiatan yang akan dilakukan oleh

perawat supervisor (fasilitator kabupaten/kota), perawat CMHN di

puskesmas, dan kader kesehatan jiwa di desa. Perencanaan disusun

oleh masing-masing pihak sesuai dengan peran dan fungsinya.

2) Pengorganisasian

34
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk

mencapai suatu tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga

keperawatan untuk pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik

vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai

tujuan Desa Siaga Sehat Jiwa. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga

dalam pelayanan kesehatan di komunitas menggunakan pendekatan

lintas sektor dan lintas program. Perawat CMHN bertanggung jawab

terhadap wilayah binaan, tokoh masyarakat dan kader bertanggung

jawab terhadap keluarga yang ada di wilayah tersebut. Kader

Kesehatan Jiwa bertanggung jawab terhadap masing-masing RW

yang melakukan kegiatan Desa Siaga Sehat Jiwa.

Kegiatan yang dilakukan perlu pendekatan lintas sektor yaitu

dengan aparat kelurahan yang hubungannya masyarakat sehingga

kelurahan dapat menginformasikan kepada masyarakat bahwa ada

program yang sedang dilakukan terkait masalah kesehatan jiwa.

Lintas program dalam hal ini kerja sama dengan Dinas Kesehatan

dan Puskesmas kecamatan serta bisa bekerjasama dengan pihak lain

sehingga dalam pelaksanaan bisa dilakukan berbarengan.

3) Pengarahan
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen yaitu

pelaksanaan perencanaan kegiatan dalam bentuk tindakan untuk

mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dalam pengarahan pekerjaan diuraikan dengan jelas dalam bentuk

tugas yang harus dilaksanakan (Keliat et.al, 2006).

35
Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada layanan

keperawatan kesehatan jiwa komunitas antara lain menciptakan

budaya motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan

pendelegasian, melaksanakan supervisi dan komunikasi yang efektif,

melakukan menajemen konflik dan melakukan advokasi serta

negoisasi.

Kegiatan pengarahan yang akan dilaksanakan pada pelayanan

keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah menciptakan budaya

motivasi, menerapkan manajemen waktu, melaksanakan

pendelegasian, melaksanakan supervisi dan komunikasi yang

efektif, melakukan manajemen konflik.

4) Pengendalian

Pengendalian merupakan cara yang digunakan untuk

menjami bahwa organisasi melaksanakan strateginya secara efisien

dan efektif dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan

dalam proses perencanaan. Kegiatan pengendalian yang akan

dilaksanakan pada layanan keperawatan kesehatan jiwa komunitas

antara lain mengevaluasi indikator mutu kesehatan jiwa masyarakat

dan melakukan pemantauan serta evaluasi terhadap kemampuan

kader kesehatan jiwa, kemampuan klien dan keluarga yang sudah

diberikan intervensi.

Uraian tugas perawat CMHN dalam pilar I :

1) Perencanaan

36
Dengan tugas perawat yaitu menyusun visi dan misi, menyusun

filosofi , menyususn rencana kerja bulanan, menyususn rencana kerja

tahunan

2) Pengorganisasian

Tugas perawat adalah menyusun struktur organisasi , membuat

daftar keluarga di desa siaga sehat jiwa dan daftar keluarga yang

sehat, risiko dan sakit

3) Pengarahan

Tugas perawat yaitu memimpin rapat pertemuan desa dengan kader

kesehatan jiwa, melakukan supervisi kader kesehatan jiwa,

menciptakan iklim motivasi dalam bekerja dan mengatur kolaborasi

dengan pendelegasian

4) Pengendalian

Dengan tugas perawat yaitu mengevaluasi indikator mutu kesehatan

jiwa masyarakat, melakukan pemantauan dan evaluasi terkait

kemampuan kader kesehatan jiwa dan kemampuan pasien dan

keluarga

b. Pilar II, Manajemen Pemberdayaan Masyarakat

Strategi pemberdayaan masyarakat bermanfaat untuk mengidentifikasi,

mengatasi masalah dan mempertahankan kesehatan di wilayahnya.

Pemberdayaan masyarakat merupakan proses pengembangan potensi baik

pengetahuan atau keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu

37
mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri

(Helvie, 2008).

Pemberdayaan kader kesehatan jiwa sebagai tenaga potensial yang ada di

masyarakat diharapkan mampu mendukung program CMHN yang diterapkan

di masyarakat. Kompetensi perawat CMHN dan kader kesehatan dalam

pengelolaan RWSSJ yang ada di masyarakat perlu ditingkatkan melalui

pemberdayaan sumber-sumber yang ada guna mencapai derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya. Kompetensi kader kesehatan jiwa dalam melakukan

kegiatan perlu dipertahankan, dikembangkan, dan ditingkatkan melalui

manajemen pemberdayaan kader yang konsisten disesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

1) Pengertian Kader
Kader sebagai warga masyarakat setempat yang dipilih dan

ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Kader

secara sukarela bersedia berperan melaksanakan dan mengelola

kegiatan keluarga berencana di desa (Karwati, dkk, 2009).

2) Peran Kader Kesehatan Jiwa


Kader kesehatan jiwa berperan serta dalam meningkatkan,

memelihara dan mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat

(Keliat,2007).

3) Kegiatan / Tugas Pokok Kader Kesehatan Jiwa

a) Mendeteksi keluarga di Desa iaga Sehat Jiwa : sehat, reisko

masalah psikososial dan gangguan jiwa

38
b) Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa

sesuai dengan usia

c) Menggerakkan keluarga resiko untuk penyuluhan resiko

masalah posikososial

d) Menggerakkan keluarga dengan gangguan jiwa untuk mengikuti

penyuluhan tentang cara merawat anggota keluarga

e) Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi

Aktivitas Kelompok dan Rehabilitasi

f) Melakukan kunjungan rumah pada paien gangguan jiwa yang

telah mandiri

g) Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN

h) Mendokumentasikan semua kegiatan.

Uraian tugas perawat CMHN pada pilar II adalah :

1) Melakukan rekrutmen kader kesehatan jiwa

2) Melakukan proses seleksi kader keperawatan kesehtaan jiwa

3) Melakukan proses orientasi kader kesehatan jiwa

4) Melakukan penilaian kinerja kader kesehtan jiwa

c. Pilar III, Kemitraan Lintas Sektor Dan Lintas Program

Kemitraan adalah upaya membangun dan mempertahankan hubungan

dengan berbagai profesi dan sektor terkait lain di masyarakat dengan tujuan

menyelesaikan masalah, merancang program baru, dan mempertahankan

dukungan guna meningkatkan kesehatan masyarakat (Helvie, 2008).

39
Kemitraan dalam layanan kesehatan di komunitas merupakan bentuk

strategi kemitraan lintas program dan lintas sektor yang terintegrasi

berdasarkan prinsip kesetaraan, keterpaduan, kesepakatan, dan keterbukaan

(Depkes RI., 2000). Bentuk kemitraan antara masyarakat dan profesi

dilakukan melalui keputusan yang diambil secara bersama-sama guna

meningkatkan kualitas layanan kesehatan. Hasil yang diharapkan dari

pengembangan kemitraan adalah bahwa semua sektor baik pemerintahan,

swasta maupun masyarakat mampu menyelenggarakan layanan dan

pembinaan sesuai bidang, peran, kemampuan, dan kesepakatan bersama

terkait layanan kesehatan jiwa komunitas.

Bentuk pelaksanan kemitraan adalah komunikasi, yang merupakan media

tukar informasi yang diperlukan semua sektor agar terjadi koordinasi dan

kerjasama yang efektif guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Kemitraan dapat dilakukan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,

dan desa.

Uraian tugas perawat CMHN dalam pilar III yaitu:

1) Melakukan kemitraan lintas sektor

2) Melakukan kemitraan lintas program

3) Melakukan rapat koordinasi lintas program

4) Melakukan rapat koordinasi tingkat desa (musyawarah) kader

kesehatan jiwa

d. Pilar IV, Manajemen Kasus Kesehatan Jiwa

40
Salah satu pilar praktik keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah

layanan keperawatan dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan

kesehatan jiwa komunitas. Asuhan keperawatan yang baik sangat dibutuhkan

dalam memberi asuhan keperawatan kepada pasien, keluarga, kelompok dan

komunitas secara sistematis dan teroganisir.

Keperawatan kesehatan jiwa komunitas yang perofesional mempunyai

ciri praktik yang didasari oleh keterampilan intelektual, teknis dan

interpersonal. Pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang

meliputi pengkajian, penetapan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan,

implementasi dan evaluasi.

Perawat CMHN bertanggung jawab memberikan asuhan keperawatan

jiwa komunitas kepada kelompok keluarga yang sehta jiwa, keluarga yang

berisiko mengalami gangguan jiwa (masalah psikososial) dan kelompok

pasien serta keluarga yang anggota keluarganya mengalami gangguan jiwa.

Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat CMHN dibantu oleh kader

kesehatan jiwa. Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien yang

masih memerlukan perawatan total (total care) dan perawatan parsial (partial

care), sedangkan kader kesehatan jiwa bertanggung jawab untuk memantau

perkembangan pasien yang sudah mandiri (self care).

Pemberian asuhan keperawatan oleh perawat CMHN dilakukan melalui

pendekatan individual dengan menggunakan manajemen kasus, pendekatan

kelompok dengan menggunakan metode pendidikan kesehatan, terapi

aktivitas kelompok dan terapi rehabilitasi.

41
Uraian tugas perawat CMHN dalam pilar IV yaitu:

1) Asuhan keperawatan sehat jiwa dengan perkembangan psikososial

pada bayi, kanak-kanak, pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa muda,

dewasa, lanjut usia.

2) Asuhan keperawatan masalah psikososial (risiko) dengan gangguan

citra tubuh, kehilangan dan berduka, harga diri rendah situasional,

keputusasaan dan ketidakberdayaan.

3) Asuhan keperawatan gangguan jiwa dengan depresi, prilaku

kekerasan, halusinasi, waham, harga diri rendah, defisit perawatan

diri, resiko bunuh diri, isolasi sosial, ansietas, koping keluarga tidak

efektif, distress spiritual, gangguan proses keluarga , sindrom pasca-

trauma, demensia, depresi dan pasien NAPZA.

4) Penggerakan masyarakat

a) Menggerakkan masyarakat sehat jiwa untuk mengikuti penyuluhan

b) Menggerakkan masyarakat yang berisiko mengalami gangguan jiwa

c) Menggerakkan masyarakat yang mengalami gannguan jiwa untuk

mengikuti TAK dan rehabilitasi

d) Mengunjungi pasien gangguan jiwa yang mandiri

42
Asuhan keperawatan sehat jiwa dengan perkembangan psikososial pada

anak usia sekolah terdiri atas asuhan individu dan kelompok. Untuk asuhan

individu diberikan kepada anak dan orang tua dalam suatu keluarga. Dan

untuk asuhan kelompok diberikan pada sekelompok anak usia sekolah dengan

usia 6 - 12 tahun. Terapi kelompok membantu orang tua dan guru mengatasi

masalah yang dialami terkait tumbuh kembang, sharing pengalaman dalam

memberikan stimulasi perkembangan anak dan belajar bagaimana stimulasi

sesuai perkembangan anak untuk membantu mengoptimalkan perkembangan

mental anak usia sekolah (Keliat, 2011).

Asuhan keperawatan yang diberikan kepada kelompok salah satunya

dengan memberikan stimulasi aspek moral dan spiritual pada kelompok anak

usia sekolah. Stimulasi yang diberikan yaitu stimulasi aspek moral dan

spiritual. Kegiatan yang dilakukan pada stimulasi aspek moral dan spiritual

adalah merangsang perkembangan aspek moral dan spiritual terhadap anak

usia sekolah.

Aspek perkembangan moral meliputi anak sudah mengenal konsep

moral (mengenal benar atau salah, baik atau buruk), anak sudah dapat

mengikiti peraturan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya,

agresi terutama jenis permusuhan sudah berkurang, penalaran moral semakin

dipandu oleh rasa keadilan, anak ingin menjadi baik untuk memelihara

tatanan sosial.

Sedangkan untuk aspek perkembangan spiritual adalah sikap keagamaan

anak bersifat resertif disertai dengan pengertian, pandangan dan paham

43
kebutuhan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika,

penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual

diterimanya sebagai keharusan moral, dalam hal ini tidak juga hanya sebagai

kegiatan keagamaan tapi menyangkut masalah spiritual seperti: hormat

kepada orang yang lebih tua, memberikan bantuan kepada orang yang

membutuhkan pertolongan, bersikap jujur dan bersikap bertanggung jawab

(Hubel & Campell, 2014).

Pada aspek moral kegiatan stimulasi yang dapat dilakukan oleh guru

secara berkelompok disekolah seperti merangsang perkembangan aspek

moral dan spiritual terhadap anak usia sekolah seperti melakukan permainan

menepati janji dan melakukan kewajiban dalam kelompok dengan

memberikan contoh kepada anak kegiatan menepati janji dan melakukan

kewajiban lalu meminta anak untuk melakukan apa yang sudah dicontohkan.

Permainan mengikuti peraturan dalam kelompok juga dapat dilakukan seperti

mengajak anak bermain dan meminta anak mengikuti peraturan permainan.

Pada aspek spiritual kegiatan stimulasi yang dapat dilakukan yaitu

merangsang anak dengan melakukan permainan mengikuti kegiatan ibadah

agama seperti melatih anak untuk mempraktekkan cara solat yang benar,

membaca doa dan membaca kitab suci (Einon, 2004).

Aspek perkembangan moral dan spiritual pada anak penting untuk

distimulasi agar anak mampu melaksanakan nilai moral yang ada di

lingkungan tempat tinggalnya dan menerapkan nilai-nilai spiritualitas dalam

kehidupan sehari-hari sehingga hal tersebut harus dibiasakan, ditanamkan,

44
dan dibina pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2011)

menunjukkan adanya peningkatan rata-rata kemampuan perkembangan anak

setelah dilakukan stimulasi perkembangan moral dan spiritual secara

berkelompok dari 78,4% menjadi 96%.

45
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Manajemen Asuhan Keperawatan

Pada bab ini akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada tumbuh

kembang anak usia sekolah yang telah dilakukan dari tanggal 19 November

s/d 29 November 2018 pada keluarga An. N dengan diagnosa keperawatan

kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah. Laporan kasus dimulai

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, impelementasi dan

evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 November 2018, saat dilakukan

pengkajian klien dalam kondisi baik. An. N berusia 8 tahun yang

menandakan bahwa saat ini berada dalam tahap perkembangan usia

sekolah. An. N merupakan anak ke-2 dari 2 orang bersaudara. An. N lahir

secara normal, dengan usia kehamilan 36 minggu dengan berat lahir 2900

gram dan panjang lahir 48 cm. An. N mendapat ASI hingga umur 2 tahun.

Riwayat imunisasi An. N lengkap, tidak ada riwayat penyakit kronis / cacat,

trauma kepala dan penyakit genetik gangguan jiwa. Ibu An. N mengatakan

bahwa anaknya jarang sakit, biasanya sakit hanya demam ringan saja.

Selain itu ibu mengatakan bahwa nafsu makan anaknya baik, biasanya anak

makan dengan porsi yang cukup dan tidak ada pantangan. Status nutrisi

46
anak baik, berat badan An. N saat dilakukan pengukuran adalah 26 kg

dengan tinggi badan 125 cm.

Pada pengkajian status mental anak tampak memiliki penampilan yang

sesuai dan mampu melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi,

dan berpakaian sendiri. Pembicaraan anak tampak mampu untuk menjawab

pertanyaan dan mampu untuk memulai pembicaraan. Alam perasaan

tampak sesuai dengan stimulus yang ada, ketika ditanya tentang film kartun

kesukaannya, An.N tampak senang. Afek klien tampak normal sesuai

dengan suasana yang terjadi, An. N tampak senang dan senyum saat

bermain dan sedih saat dimarahi. Selama interaksi anak tampak kooperatif,

menatap lawan bicara dan mau diajak interaksi. Tidak ada masalah dalam

proses pikir, dimana An.N melakukan pembicaraan yang jelas dan tidak

berbelit-belit.

Tingkat kesadaran anak composmentis, mampu memusatkan

perhatiannya. An. N mengetahui waktu, tempat dan orang dengan benar.

Anak mampu mengingat kejadian yang terjadi dua hari yang lalu ketika ia

terjatuh saat bermain kerjar-kejaran dengan temannya dan ia juga

mengingat kejadian sebulan yang lalu ketika ia menang lomba

menggambar.

Pada tingkat konsentrasi dan berhitung anak tampak mampu menjawab

perhitungan 50 dikali 2. Ny. R mengatakan anaknya memang sedikit

kesulitan dalam hal hitungan. Sehingga dalam pendidikan sekolahnya,

47
hanya mendapat peringkat 15. An. N mampu untuk menilai mana yang

baik, buruk, benar atau salah terkait suatu tindakan. Anak mengatakan

bahwa tidak dalam kondisi sakit, jika ia sakit dibawa oleh orang tuanya

berobat ke Puskesmas. Anak juga mengatakan memiliki bisa melakukan

perawatan diri secara sendiri seperti mandi dan berpakaian sendiri.

An. N mengatakan saat mengalami masalah akan menceritakan kepada

orang tuanya. Untuk sistem pendukung tampak bahwa keluarga

memberikan dukungan dengan menyediakan peralatan untuk menggambar

untuk An.N yang senang menggambar. Mekanisme koping yang digunakan

anak merupakan mekanisme yang adaptif seperti anak mampu untuk

membicarakan masalah dengan orangtuanya.

Untuk perkembangan motorik An. N tampak lincah dan senang

melakukan permainan seperti bermain secara sendiri dengan pasir, bermain

boneka, bermain lompat tali serta menggambar. Keluarga tampak sudah

melakukan stimulus terkait kemampuan anak yang suka menggambar

dengan memberikan fasilitas peralatan menggambar dan memberikan ide-

ide terkait hal yang ingin digambar oleh An.N.

Selanjutnya pada perkembangan kognitif, An. N dapat menerima

nasehat dari orang lain akan tetapi tampak kesal karena kemauannya tidak

diikuti. An. N mampu menyebutkan benda yang ditunjuk seperti pensil dan

pena beserta fungsinya untuk menulis. Lalu juga mampu menjawab

pertanyaan sebab akibat seperti apa yang menyebabkan ia tidak mendapat

48
juara? Anak mengatakan sebab ia tidak mendapat juara karena ia bermain

dan akibatnya ia hanya mendapat peringkat 15 saja. An. N tampak salah

dalam menjawab pertanyaan terkait hitungan. Ny. R mengatakan bahwa

An. N memang terkadang kesulitan dengan hitungan sehingga anak

diikutsertakan dalam les matematika bersama gurunya.

Pada perkembangan bahasa, An. N tampak mau memperkenalkan

dirinya secara singkat, tapi belum mau untuk menceritakan kelebihan dan

kemampuan yang disenanginya dengan orang baru karena masih malu-

malu. Selain itu, keluarga mengatakan bahwa An. N belum mampu untuk

mengulang kembali cerita yang telah dibacakan sebelumnya. Keluarga

mengatakan sering mencoba menceritakan anak tentang cerita nabi dan

anak belum mampu menceritakan kembali cerita tersebut.

Untuk perkembangan emosi, An. N terkadang marah dan bertengkar

dengan kakaknya dirumah. An. N juga terkadang menangis karena

keinginannya tidak dipenuhi orang tua. An. N selalu mengatakan hal yang

diinginkan kepada orangtua. Keluarga selalu mengajarkan anaknya untuk

selalu bersabar jika keinginannya tidak dapat terwujudkan dan mengajarkan

anaknya untuk selalu akur dengan saudaranya.

Selain itu pada aspek kepribadian, An. N belum mampu untuk

mengungkapkan kesalahannya dan meminta maaf. Ny. R mengatakan

selalu mengajarkan anaknya untuk meminta maaf jika melakukan kesalahan

pada orang lain. An.N sering bercerita pada orangtua terutama pada ibunya

49
jika diganggu oleh teman disekolah. Untuk kebersihan dirinya sendiri, An.

N sudah mampu untuk mandi, buang air dan berhias secara mandiri. Saat

ditanya terkait hobi, An. N mengatakan menyukai menggambar dan

mewarnai dan memiliki cita-cita menjadi dokter.

Dalam perkembangan moral, An. N tampak mampu untuk menepati

janjinya seperti ia berjanji dengan ibunya pada saat pulang sekolah harus

ganti baju dan makan siang dahulu, setelah itu boleh bermain. An. N juga

mampu untuk mengikuti peraturan baik disekolah maupun dirumah. Namun

An.N belum mampu memahami bagaimana tindakan yang baik, buruk,

benar dan salah secara mandiri. Keluarga menerapkan peraturan kepada

anaknya jika ingin bermain harus ganti baju dan makan terlebih dahulu.

Keluarga sudah menerapkan kedisiplinan kepada anaknya serta

mengajarkan anaknya terkait suatu tindakan yang baik.

Pada aspek spiritual, Ny. R mengatakan bahwa anaknya selalu

diingatkan untuk mengerjakan shalat 5 waktu sehari semalam dan jarang

berdoa setelah shalat, selain itu An. N rajin mengikuti kegiatan mengaji

pada malam hari yaitu TPQ di Mesjid Al-Kautsar. Keluarga sudah

mendidik anak dengan kewajiban sebagai orang Islam dan memasukkan

anak untuk belajar agama.

Selanjutnya pada aspek psikososial. Ny. R mengatakan bahwa anaknya

terkadang masih malu dengan orang yang dikenalnya. Keluarga

mengatakan biasanya setelah lama bertemu dengan orang baru tersebut

50
maka anaknya akan dekat dan tidak malu-malu. Ny. R mengatakan

keluarga sudah mengajarkan anak untuk dapat berkenalan dengan orang

lain. Pada saat pengkajian terkait tumbuh kembang An. N, keluarga

mengatakan saat ini belum mengetahui tentang perkembangan tumbuh

kembang pada anaknya serta cara menstimulasi tumbuh kembang anak agar

dapat berkembang secara optimal.

Selanjutnya pada pengkajian keluarga didapatkan data bahwa kepala

keluarga adalah Tn. R berusia 39 tahun dengan suku Sikumbang. Tn.R

menikah dengan Ny. R yang berusia 37 tahun. Keluarga Tn.R tinggal di RT

04 RW 01 Kelurahan Parak Gadang Timur. Tn.R bekerja sebagai

pedagang, dimana Tn.R dan Ny. R memiliki dua orang anak yaitu An.M

(12 tahun), dan An.N (8 tahun). Tn.R tinggal bersama istri dan 2 orang

anaknya. Tipe bentuk keluarga Tn.R adalah nuclear family (keluarga inti).

Tahap perkembangan keluarga Tn.R saat ini adalah tahap

perkembangan keluarga dengan anak sekolah dengan tugas perkembangan

keluarga yaitu menyosialisasikan anak-anak termasuk meningkatkan

prestasi sekolah dan membantu hubungan anak-anak yang sehat dengan

teman sebaya, mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga Pada keluarga

Tn.R tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, untuk saat ini

sudah dilaksanakan sesuai dengan tugas perkembangan keluarga.

51
Saat dilakukan pengkajian terkait riwayat kesehatan keluarga inti, Ny.

R mengatakan memiliki 2 orang anak. Ny. R melahirkan 2 orang anaknya

secara normal dibantu oleh bidan didekat rumahnya. Ny. R mengatakan

semua anaknya memiliki imunisasi yang lengkap. Kedua anaknya jarang

yang sakit, namun biasanya hanya sakit demam dan batuk saja. Ny. R

mengatakan ingin semua anaknya sehat dan bahagia selalu bersama

keluarganya. Untuk riwayat kesehatan keluarga sebelumnya, tidak ada

riwayat penyakit kronis ataupun penyakit genetik pada keluarga Tn.R.

Saat ditanya tentang pendapat sehat sakit, menurut Ny. R sehat adalah

keadaan kita tidak sakit dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti

biasanya tanpa ada gangguan Sedangkan sakit adalah saat kita memiliki

keluhan kesehatan yang mengakibatkan keterbatasan dalam beraktifitas

seperti demam, sakit kepala, sesak nafas, batuk, sakit gigi dan lain-lain..

Menurut Tn.R sakit adalah keadaan tidak mampu melakukan aktivitas, dan

sehat adalah keadaan mampu beraktivitas dan tidak merasakan keluhan

apapun.

Pada keluarga tampak bahwa Ny. R dan Tn.R terus mempertahankan

generasi selanjutnya dengan mendidik anaknya untuk bisa menjadi generasi

penerus yang berguna bagi keluarga dan orang lain. Selain itu Ny. R dan

Tn.R tampak selalu harmonis dan menjaga keharmonisan rumah tangganya.

Selanjutnya pada fungsi ekonomi, Ny. R mengatakan untuk kebutuhan

keluarga secara ekonomi sudah cukup untuk kehidupan sehari-hari dengan

penghasilan Tn.R sesuai UMR yang ada. Tn.R terkadang berusaha untuk

52
meningkatkan penghasilan keluarganya dengan usaha sampingan lainnya.

Keluarga Tn.R menggunakan jaminan kesehatan yang dibayarkan oleh

pemerintah.

Saat ditanya tentang hal yang menjadi stressor keluarga, Ny. R

mengatakan hal yang menjadi stressor jangka panjang adalah Ny. R

mengatakan memikirkan untuk biaya pendidikan kedua anaknya ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi dan tidak ada hal yang menjadi stressor jangka

pendek dalam keluarganya.

Dalam mengahadapi masalah tersebut, kemampuan keluarga berespon

terhadap stressor yaitu dengan musyawarah bersama suami dan anak-

anaknya. Strategi koping yang digunakan keluarga Tn.R merupakan koping

yang fungsional, dimana saat ada masalah selalu dibicarakan dan

diselesaikan bersama dengan cara bermusyawarah dengan keluarga. Tidak

ada adaptasi yang disfungsional pada keluarga Tn.R.

Untuk struktur peran dalam keluarga, tidak ada masalah dengan peran-

peran dalam keluarga. Keluarga Ny. R saling membantu dalam

menjalankan tugas yang biasa dilakukan di rumah. Keluarga Ny. R tampak

menjalankan perannya masing-masing dengan baik dan saling membantu

dalam menjalankan peran jika anggota keluarga membutuhkan bantuan

anggota keluarga lain.

Selain itu dalam pengambilan keputusan inti di keluarga adalah Tn. R

sebagai kepala keluarga. Tn. R dalam pengambilan keputusan biasanya

53
dilakukan musyawarah terlebih dahulu. Jika Tn. R tidak dirumah, biasanya

Ny. R akan menelpon untuk musyawarah jika ada yang perlu

dimusyawarahkan. Dalam keluarga Ny. R semua anggota keluarga saling

mendukung dan membantu dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga.

Keluarga biasa berkumpul saat makan bersama dan membiasakan untuk

harus berada dirumah sebelum magrib.

Pada pola komunikasi keluarga Tn.R tidak ada seorang pun yang

mengalami kerusakan verbal seperti bisu, sehingga komunikasi dilakukan

secara normal. Interaksi antar anggota keluarga menggunakan proses

komunikasi fungsional. Dimana anggota keluarga menyatakan maksud

pembicaraannya dengan tegas dan jelas. Komunikasi dalam keluarga Tn.R

dilakukan lebih intens ketika semua anggota keluarga berkumpul bersama.

Saat pengkajian, keluarga tampak berkomunikasi dengan baik. Selain itu

untuk aktivitas rekreasi keluarga, Ny. R mengatakan keluarganya jarang

melakukan rekreasi / liburan. Aktivitas seperti menonton TV bersama

selalu dilakukan keluarga saat berkumpul bersama.

Keluarga mengatakan bahwa ia dan anak-anaknya memiliki suku koto

dan berkembang dengan kebudayaan minang. Keluarga membesarkan

anak-anaknya berdasarkan pada nilai agama, adat dan budaya yang berlaku

di Minang Kabau. Keluarga mengatakan menanamkan ajaran agama pada

anak-anaknya sejak dari kecil seperti menghormati orang tua dan orang

yang lebih tua.

54
Pada keluarga Tn.R tampak bahwa pola asuh yang diterapkan keluarga

merupakan pola asuh demokratis. Keluarga mengatakan tidak pernah

menghukum anak dengan membentak ataupun memukul anak-anak.

Keluarga mengajarkan anak-anaknya untuk bersosialisasi dengan keluarga

besar dan masyarakat sekitarnya. Keluarga mendidik anaknya sesuai

dengan tingkat perkembangan anak dan dengan mempertimbangkan

keinginan anak. Selain itu keluarga selalu memberikan pujian pada anaknya

saat melakukan hal yang baik. Bahasa yang digunakan sehari-hari dalam

keluarga adalah bahasa minang.

Pada keluarga Tn.R merupakan keluarga dengan agama islam dan

keseharian anggota keluarganya seperti anak-anaknya sering pergi ke

mesjid untuk mengaji. Ny. R biasanya suka pergi beramai-ramai ke mesjid

bersama dengan tetangga sekitar lingkungan rumah. Keluarga mengatakan

bahwa dirinya dan anggota keluarganya berkeyakinan bahwa segala

sesuatunya sudah diatur oleh Allah SWT.

Keluarga Tn.R tinggal dalam lingkungan yang aman dan nyaman serta

tidak ada masalah. Rumah keluarga Tn. R permanen terdiri dari 2 kamar

tidur, 1 ruang tamu dan ruang tengah, 1 dapur, 1 kamar mandi. Rumah

klien merupakan jenis rumah permanen milik sendiri. Rumah klien cukup

bersih, ventilasi baik, pencahayaan cukup, perabotan rumah tersusun rapi.

Jarak rumah klien dan rumah tetangga tidak jauh ± 1-2 meter ke kiri-kanan

dan depan. dan ± 2 m dengan tetangga belakang.

55
Fasilitas-fasilitas umum yang tersedia di komunitas adalah pelayanan

kesehatan, transportasi umum, sekolah, toko keperluan rumah tangga dan

tempat ibadah. Pelayanan kesehatan yang berada di komunitas adalah

puskesmas pembantu dan jarak dari rumah keluarga Tn.R sekitar 500 m.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengkajian diatas,

maka penulis merumuskan diagnosa keperawatan yaitu Kesiapan

Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

Berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan Jiwa (2016), tindakan

keperawatan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pendidikan

kesehatan dan stimulasi sesuai perkembangan anak yang telah disusun

semaksimal mungkin untuk ditujukan kepada anak dan keluarga.

Sebelumnya membina hubungan saling percaya dengan anak dan keluarga,

kemudian pertemuan pertama yakni memberikan pendidikan kesehatan

pada keluarga tentang perkembangan psikososial yang normal dan

menyimpang pada orang tua anak usia sekolah. Selanjutnya pertemuan

yang kedua adalah mempertahankan hubungan saling percaya,

mendemonstrasikan serta melatih keluarga untuk menstimulasi

perkembangan anak serta menyusun rencana tindakan.

Tindakan keperawatan yang diberikan kepada keluarga bertujuan agar

keluarga mampu memahami perkembangan psikososial tumbuh kembang

anak usia sekolah yang normal dan menyimpang, mampu

56
mendemonstrasikan dan melatih cara menstimulasi perkembangan

psikososial anaknya, mampu memfasilitasi perkembangan psikososial

anak serta mampu menyusun rencana tindakan untuk perkembangan

psikososial anaknya lebih optimal.

Selanjutnya untuk tindakan keperawatan pada anak bertujuan agar

anak usia sekolah dapat mencapai perkembangan psikososial pada aspek

fisik,motorik, kognitif, bahasa, emosi, kepribadian, moral, sprititual dan

psikososial serta sikap tertentu dan anak mampu mengindentifikasi peran

dikeluarga. Pada aspek fisik direncanakan untuk mempertahankan

pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal pada anak usia sekolah dengan

menganjurkan untuk pemberian makanan yang bergizi seimbang dan

mengajarkan kebersihan diri.

Untuk aspek motorik, akan dilakukan tindakan untuk menstimulasi

aspek motorik halus dan motorik kasar anak dengan memfasilitasi anak

untuk bermain menggunakan motorik kasar (latihan senam sederahana)

dan motorik halus (menggambar dan mewarnai). Pada aspek kognitif akan

direncanakan tindakan memberikan soal terkait hitungan, memberikan

penjelasan dan jawaban yang benar setelah di soal diawab oleh anak dan

memberikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak.

Selanjutnya pada perkembangan bahasa, akan dilakukan tindakan

memberikan anak sebuah bacaan bergambar, melatih anak untuk membaca

dan menceritakan kembali cerita yang telah dibacanya serta anak

57
menceritakan tentang kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya.

Perkembangan emosi dan kepribadian direncanakan untuk mengajarkan

anak cara mengendalikan emosi.

Untuk perkembangan aspek moral dan spiritual, direncanakan untuk

mengajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan seperti benar, salah,

baik, buruk, mengajarkan anak pentingnya memberikan bantuan kepada

orang yang membutuhkan pertolongan serta membimbing anak saat

menonton video upin ipin tentang kedisipilinan dan religius. Pada

perkembangan psikososial, akan direncanakan melatih anak untuk

berkenalan dengan orang baru.

4. Implementasi

Berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun, maka penulis

melakukan implementasi sesuai dengan kebutuhan klien, dimana

implementasi dilakukan selama 2 minggu dengan total 10 kali pertemuan

yang dilakukan pada tanggal 19 November hingga 29 November 2018.

a. Membina hubungan saling percaya dengan anak dan keluarga

serta penjelasan perkembangan psikososial yang normal dan

menyimpang pada orang tua

Pertemuan dilakukan pada tanggal 19 November 2018, dengan

lama lama sesi selama 30 menit. Pada pertemuan pertama implementasi

yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya dengan

mengucapkan salah terapeutik, menjelaskan tujuan interaksi, membuat

58
kontrak. Tindakan keperawatan lainnya adalah memberikan pendidikan

kesehatan tentang tugas perkembangan normal dan menyimpang serta

dampak apabila tugas perkembangan terganggu.

b. Memberikan edukasi stimulasi perkembangan

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 20 November

2018 yaitu melakukan pendidikan kesehatan tentang stimulasi sesuai

perkembangan psikososial anak dan menyusun jadwal stimulasi

perkembangan semaksimal mungkin untuk ditujukan kepada anak dan

keluarga, dengan lama kegiatan 30 menit.

c. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik anak yang optimal

Pada aspek fisik dilakukan pada tanggal 21 November 2018 dengan

lama tindakan 30 menit untuk mempertahankan pemenuhan kebutuhan

fisik yang optimal pada anak usia sekolah dengan menganjurkan untuk

pemberian makanan yang bergizi seimbang dan mengajarkan

kebersihan diri.

d. Mengembangkan aspek motorik anak

Implementasi keperawatan selanjutnya pada tanggal 22 November

2018 dengan lama kegiatan 60 menit, melakukan stimulasi keterampilan

motorik anak dengan bermain menggunakan motorik kasar yaitu latihan

senam ringan, sedangkan untuk motorik halus dilakukan kegiatan

menggambar dan mewarnai.

59
e. Mengembangkan aspek kognitif anak

Pada tanggal 23-24 November 2018 dan 26-28 November 2018

melakukan stimulasi keterampilan kognitif, dilakukan demonstrasi dan

latihan terkait stimulasi kognitif dengan memberikan soal terkait hitungan,

lalu memberikan penjelasan dan jawaban yang benar setelah soal dijawab

oleh anak serta memberikan pujian atas keberhasilan anak. Lamanya

kegiatan pada perkembangan aspek ini sekitar 60 menit.

f. Mengembangkan aspek bahasa anak

Implementasi selanjutnya pada tanggal 24 - 25 November 2018 dengan

lamanya waktu tiap kegiatan sekitar 30 menit, dimana dilakukan stimulasi

terkait kemampuan bahasa anak dengan melakukan tindakan dan

demonstrasi dengan memberikan buku bacaan untuk meningkatkan

kreatifitas anak, lalu memberi kesempatan anak untuk menceritakan

kembali cerita yang telah dibacanya, serta menceritakan tentang kelebihan

dan kemampuan yang dimilikinya.

g. Mengembangkan aspek emosi dan kepribadian anak

Pada aspek emosi dan kepribadian, anak diajarkan untuk

mengungkapkan dan mengendalikan rasa marahnya serta mampu

mengatasi stres atau masalah yang dihadapinya pada tanggal 25 November

2018 dengan lama kegiatan 30 menit.

60
h. Mengembangkan aspek moral dan spiritual anak

Selanjutnya pada tanggal 26 - 27 November 2018 melakukan stimulasi

pada kemampuan aspek nilai moral dan spiritual anak, dengan tindakan

demonstrasi dan melatih anak menerapkan sikap kedisiplinan dengan

menonton video tentang kedisiplinan dan religius dari sebuah video upin

ipin, mengajarkan anak tentang suatu tindakan yang benar, salah, baik,

buruk dari video tersebut. Setelah itu mengajari anak pentingnya

memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan.

Lamanya waktu tiap kegiatan sekitar 30 menit.

i. Mengembangkan aspek psikososial anak

Tindakan selanjutunya pada tanggal 28 November 2018 dengan lama

kegiatan sekitar 30 menit dilakukan stimulasi terkait aspek psikososial

dimana melatih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa.

j. Pengoptimalan dan evaluasi stimulasi yang diberikan

Implementasi terakhir diberikan kepada anak dan juga keluarga pada

tanggal 29 November 2018 dengan melakukan peningkatan peran serta

keluarga sesuai perkembangan yang telah diajarkan dan melakukan

evaluasi terkait pengetahuan keluarga tentang materi sebelumnya dengan

lama kegiatan sekitar 30 menit.

Pada setiap pertemuan penulis menghabiskan waktu bersama An.N

dan keluarga sekitar 30 hingga 60 menit, penulis mengawali dengan

61
membina hubungan saling percaya dengan keluarga serta menutup dengan

memotivasi anak dan keluarga untuk melakukan stimulasi tumbuh

kembang tersebut serta menganjurkan keluarga memberi anak pujian atas

kemampuan positif yang telah dilakukannya. Selama melakukan tindakan,

baik dengan anak maupun dengan keluarga penulis selalu memberikan

pujian atas hal positif yang telah dilakukan oleh anak ataupun keluarga.

5. Evaluasi

Untuk melihat sejauh mana keluarga Ny.R memahami dan melihat

kemampuan perkembangan An.N, penulis melakukan evaluasi terhadap

respon keluarga dan anak itu sendiri.

a. Membina hubungan saling percaya dengan anak dan keluarga

serta penjelasan perkembangan psikososial yang normal dan

menyimpang pada orang tua

Evaluasi akhir adalah dengan melihat pemahaman keluarga

bagaimana perkembangan psikososial pada anak usia sekolah yang normal

dan menyimpang. Sebelumnya keluarga tidak mengetahui perkembangan

psikososial pada anak usia sekolah yang normal dan menyimpang serta

dampak apabila perkembangan anak tidak distimulus. Setelah diberikan

penjelasan selama satu kali pertemuan, keluarga tampak mengetahui

perkembangan psikososial pada anak usia sekolah yang normal dan

menyimpang serta dampak apabila tidak distimulus perkembangan

anaknya.

62
b. Memberikan edukasi stimulasi perkembangan

Sebelumnya keluarga mengatakan tidak mengetahui cara menstimulasi

perkembangan An.N. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama satu

kali pertemuan, keluarga sudah mengetahui cara untuk menstimulasi

bagaiamana An.N mampu untuk tumbuh kembang secara optimal sesuai

aspek perkembangan psikososial anak usia sekolah dan mampu untuk

membuat jadwal untuk menstimulasi perkembangan An.N.

c. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik anak yang optimal

Pada pemenuhan kebutuhan fisik, sebelumnya keluarga sering

mengkonsumsi sambal ayam dan setelah diberikan pendidikan kesehatan

kepada anak dan keluarga sebanyak satu kali pertemuan, didapatkan anak

dan keluarga mampu memenuhi kebutuhan fisiknya seperti makan

makanan bergizi seperti dengan ikan beserta sayuran. Hasil evaluasi akhir

menunjukkan bahwa keluarga mengetahui bahwa jika anak tidak mendapat

kebutuhan fisik yang optimal maka akan terganggu pertumbuhan dan

perkembangan anak sesuai normalnya.

d. Mengembangkan aspek motorik anak

Selanjutnya pada keterampilan aspek motorik yang sudah dilakukan

implementasi sebanyak satu kali pertemuan, dimana sebelumnya anak

hanya bermain dengan boneka sendiri dan setelah diberikan stimulasi

didapatkan hasil bahwa anak sudah sesuai dengan tahapan usianya. Anak

sudah mampu melakukan motorik kasar serta motorik halus dengan

63
menggambar dan mewarnai. Anak tampak senang, dan bermain dengan

teman sebayanya serta tidak ada rasa rendah diri pada anak. Keluarga juga

sudah mampu memahami cara stimulasi perkembangan aspek motorik.

Hasil evaluasi akhir didapatkan bahwa anak tidak mengalami gangguan

dan hambatan pertumbuhan yang nantinya akan mempengaruhi

psikososial anak.

e. Mengembangkan aspek kognitif anak

Pada aspek kognitif sudah dilakukan implementasi sebanyak enam kali

pertemuan, dimana sebelumnya anak tampak kesulitan dalam hal hitungan,

belum mampu menilai sesuatu dari berbagai sudut pandang, dan belum

mampu memecahkan sebuah masalah sederhana. Setelah diberikan

stimulasi An.N mampu untuk menjawab soal hitungan walaupun

membutuhkan waktu yang cukup lama menjawab soal tersebut, mampu

menilai sesuatu dari sudut pandangnya dan mampu memecahkan sebuah

masalah sederhana dengan stimulasi yang terarah. An.N tampak lebih

semangat belajar, percaya diri dan ingin bersaing dengan temannya dalam

mendapat juara. Keluarga juga tampak memahami bagaimana

menstimulasi aspek kognitif anaknya dengan dilakukan secara rutin.

f. Mengembangkan aspek bahasa anak

Pada aspek bahasa dilakukan implementasi dua kali pertemuan.

Sebelumnya anak belum mampu untuk menceritakan kelebihan dan

kemampuan dirinya, mengutarakan perasaan, pendapat dan gagasannya,

64
menceritakan kembali sebuah cerita yang di dengar maupun yang telah

dibacanya. Setelah diberikan stimulasi An.N mampu untuk menceritakan

kelebihan dan kemampuan dirinya yang suka menggambar dan mewarnai,

lalu An.N mampu untuk menceritakan kembali sebuah cerita bergambar

yang telah dibaca sebelumnya. An.N tampak senang, percaya diri dengan

kemampuan yang dimilikinya. Keluarga tampak memahami bagaimana

menstimulus kemampuan bahasa anak baik dengan melatih anak maupun

mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak.

g. Mengembangkan aspek emosi dan kepribadian anak

Pada aspek emosi dan kepribadian sudah dilakukan implementasi

sebanyak satu kali pertemuan, dimana sebelumnya anak sering marah dan

bertengkar dengan kakaknya, serta belum mampu mengendalikan diri dan

mengatasi stresnya. Setelah diberikan stimulasi dengan evaluasi An.N

mampu mengungkapkan dan mengendalikan rasa marah seperti menahan

rasa marah pada kakaknya dan tidak bertengkar. An.N tampak sudah mulai

mampu mengendalikan dirinya dengan baik dan mampu untuk menerima

nasehat dari orang lain. Sementara itu keluarga juga sudah memahami

bagaimana menstimulasi emosi dan kepribadian anak agar bisa menjadi

pribadi yang baik.

h. Mengembangkan aspek moral dan spiritual anak

Untuk evaluasi pada aspek nilai moral dan spiritual, sudah dilakukan

implementasi sebanyak dua kali pertemuan, dimana sebelumnya anak

65
belum memahami bagaimana sesuatu tindakan yang benar, salah, baik, dan

buruk, serta anak masih selalu diingatkan untuk mengerjakan kewajiban

shalatnya. Setelah dilakukan implementasi An.N mampu untuk memahami

tindak yang benar, salah, baik, buruk, dan mengajari anak pentingnya

memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan pertolongan dan

menyadari bagaimana menjalanakan kewajiban agama secara mandiri.

Keluarga mengatakan bahwa An.N sudah tampak mau melakukan ibadah

shalat tanpa disuruh. Selain itu keluarga juga tampak memahami

menstimulasi aspek moral dan spiritual anak dapat dilakukan dengan

memberikan contoh kepada anak agar moral dan spiritual anak optimal.

i. Mengembangkan aspek psikososial anak

Selanjutnya pada aspek psikososial, sudah dilakukan implementasi

sebanyak satu kali pertemuan, dimana sebelumnya anak masih malu-malu

untuk berinteraksi dengan orang baru. Setelah dilakukan implementasi

An.N mampu untuk berkomunikasi dengan orang dewasa baru dan An.N

juga mampu untuk bermain dan bercerita dengan teman sebayanya.

Keluarga memahami bagaimana menstimulasi terkait psikososial anak

dengan mengenalkan anak untuk berinteraksi dengan orang lain.

j. Pengoptimalan dan evaluasi stimulasi yang diberikan

Untuk implementasi terakhir tentang peningkatan peran keluarga yang

telah diberikan pendidikan kesehatan, dimana tampak keluarga memahami

pengetahuan yang telah diberikan sebelumnya, keluarga juga sudah

66
melakukan stimulasi perkembangan An.N dengan baik, serta keluarga

sudah melakukan upaya terkait pertumbuhan dan perkembangan An.N

seperti membuat jadwal An.N.

B. Manajemen Pelayanan CMHN

Kelurahan Parak Gadang Timur merupakan salah satu kelurahan di

wilayah kerja Puskesmas Andalas dengan luas wilayah 0,62 km2 dengan

wilayah yang dipenuhi dengan perumahan, dan tidak ada lahan untuk

pertanian maupun perairan. Batas-batas daerah kelurahan Parak Gadang

Timur yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Padang Utara dan

kuranji, batas selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Selatan, batas

timur berbatasan dengan Kecamatan lubuk begalung dan Pauh, sebelah

Barat berbatasan dengan Kecamatan Padang Barat. Jumlah penduduk

berdasarkan laporan sistem pendataan profil kelurahan tahun 2017 yaitu

sebanyak 84830 jiwa. Terdapat satu Puskesmas Pembantu di Kelurahan

Parak Gadang Timur yaitu Puskesmas Pembantu Kampung Durian dengan

1 orang bidan.

RW 01 merupakan salah satu RW di kelurahan Parak Gadang Timur,

yang mana RW 01 mempunyai 5 RT dan jumlah penduduk adalah 1337

jiwa (404 KK). RW 01 terbagi atas 5 RT dan diketuai oleh Bapak

Indriyadi Yonnasri Panai. Masyarakat RW 01 merupakan masyarakat yang

religius, menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Berdasarkan hasil deteksi

dini yang dilakukan, masalah kesehatan secara umum yang terbanyak

adalah kelompok resiko hipertensi 48% dan stroke 9%. Sedangkan kasus

67
gangguan jiwa yang ditemukan dari hasil observasi dan wawancara adalah

sebanyak 15 orang dimana sebanyak 60% halusinasi, 20% isolasi sosial

dan 20% resiko perilaku kekerasan Fasilitas pelayanan kesehatan yang

terdapat di RW 01 yaitu 2 posyandu yaitu Posyandu Kasih Ibu I dan

Posyandu Kasih Ibu II, serta memiliki 8 kader posyandu yang siap

memberikan pelayanan kepada warga. RW 01 memiliki 5 orang kader

kesehatan jiwa yang baru dibentuk oleh mahasiswa magister keperawatan.

RT 04 merupakan salah satu RT di RW 01. RT 04 diketuai oleh ibu

Rosnidar. RT 04 memiliki jumlah KK sebanyak 135 KK. Berdasarkan

hasil deteksi dini yang dilakukan, masalah kesehatan secara umum yang

terbanyak di RT 04 adalah kelompok resiko hipertensi. Kasus gangguan

jiwa di RT 04 yang ditemukan sebanyak 3 orang dengan halusinasi.

Fasilitas pelayanan kesehatan di RT 04 terdapat Posyandu Kasih Ibu I.

Terdapat 2 orang kader posyandu dan 1 orang kader kesehatan jiwa yang

baru dibentuk.

Berdasarkan CMHN yang dibagi dalam empat pilar yaitu manajemen

keperawatan kesehatan jiwa, pemberdayaan masyarakat, kemitraan lintas

sektor dan lintas program, manajemen kasus didapatkan hasil selama 4

minggu sebagai berikut :

1. Pengkajian

a. Pilar I : Manajemen Approach

1) Perencanaan (Planning)

a. Visi, Misi, Filosofi:

68
Visi : Mewujudkan kelurahan parak gadang timur siaga sehat jiwa

dan mandiri tahun 2023

Misi :

- Menggerakkan pembangunan kesehatan jiwa masyarakat.

- Pemberdayaan masyarakat melalui program kesehatan jiwa dan

pembentukan kader kesehatan jiwa

- Mengurangi masalah kesehatan jiwa masyarakat dengan

mengoptimalkan upaya promotif dan pencegahan

- Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan jiwa

- Kerjasama lintas sektor dalam meningkatkan kesehatan jiwa

Filosofi :

“Jiwa Yang Sehat Akan Mewujudkan Kebahagiaan Dunia Dan

Akhirat ”

b. Kebijakan Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.

Puskesmas telah memiliki program pelayanan penunjang untuk

kesehatan jiwa. Tenaga di puskesmas yang sudah mendapatkan

pelatihan CMHN adalah 1 orang perawat. Sedangkan hasil

wawancara dengan Kepala Kelurahan, menyatakan bahwa

kebijakan yang diambil oleh Lurah untuk pembentukan

Kelurahan Siaga Sehat Jiwa dengan memasukkan kesehatan jiwa

kedalam program Kelurahan Siaga, sehingga program akan

terpadu. Sudah ada kebijakan khusus yang terkait dengan

pelayanan kesehatan jiwa komunitas terutama untuk memperoleh

69
keringanan biaya bagi keluarga yang tidak mampu di wilayah

Kelurahan Parak Gadang Timur yaitu dengan pembuatan Surat

Keterangan Tidak Mampu (SKTM)/ BPJS.

c. Rencana Jangka Pendek Pelayanan Keperawatan Kesehatan Jiwa

Komunitas di RW 01 sudah ada rencana bulanan yang terperinci

untuk kegiatan penanganan masalah kesehatan jiwa masyarakat.

d. Upaya untuk mengurangi stigma masyarakat terhadap gangguan

jiwa di komunitas: masyarakat memberikan respon yang berbeda-

beda dalam menghadapi anggota masyarakat yang mengalami

gangguan jiwa. Ada sebagian masyarakat yang memiliki

kesadaran bahwa pasien yang mengalami gangguan jiwa harus

dihargai seperti layaknya juga orang yang sehat dan harus

mendapatkan perawatan dan pengobatan untuk membantu

memulihkan kondisinya, tetapi masih ada sebagian masyarakat

yang belum menyadari bahwa pasien gangguan jiwa bisa diobati.

Berdasarkan hasil pengakajian pada RW 01 sudah ada program

kesehatan jiwa.

2) Pengorganisasian

a. Struktur Organisasi Desa Siaga Sehat Jiwa

Sudah ada 1 orang perawat CMHN sekaligus penanggung jawab

kesehatan jiwa masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Andalas.

Sudah dibentuk struktur organisasi Desa Siaga Sehat Jiwa tingkat

RW.

70
b. Daftar Keluarga di Kelurahan Siaga Sehat Jiwa

Sudah ada daftar keluarga di RW 01, ketua RW yang

diwawancarai hanya memiliki kumpulan kartu keluarga per RT.

Mahasiswa sudah melakukan deteksi dini untuk perekapan data

keluarga sehat, resiko dan gangguan jiwa.

Sehingga di dapatkan data masyarakat sehat RW 01 sebanyak

86%, yang berisiko 12% dan yang mengalami gangguan jiwa 1%.

Dari 121 KK yang telah dilakukan deteksi dini di wilayah RW 01

di dapatkan masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat dengan

prevalensi Hipertensi 48%, Stroke 9%, Kolestrol 6%, DM 4%,

Rematik 4%, Gastritis 3%, dan Jantung 2%.

Pada RW 01 yang sebanyak 15 orang yang mengalami

gangguan jiwa dimana sebanyak 60% Halusinasi, 20% Isolasi

sosial dan 20% Resiko Prilaku Kekerasan. Dimana pada kasus yang

gangguan jiwa didapatkan sebanyak 47% yang mengalami

gangguan jiwa tidak berobat dan hanya 53% di antaranya yang

berobat.

3) Pengarahan

a) Sudah adanya pertemuan yang membahas mengenai masalah

kesehatan jiwa baik ditingkat kelurahan maupun RW. Namun

diharapkan pertemuan dapat dilaksanakan secara periodik dan terus-

menerus.

71
b) Sudah terbentuk kader kesehatan jiwa di RW 01 kelurahan Parak

Gadang Timur, sudah ada 5 orang kader kesehatan jiwa di RW 01

dan 2 orang kader kesehatan jiwa di RT 04

c) Kolaborasi dan pendelegasian : Sudah ada pendelegasian tugas pada

kader terkait dengan pelayanan kesehatan jiwa komunitas di RW 01

d) Supervisi: sudah dilakukannya supervisi pada kader RT 04 RW 01

untuk kegiatan deteksi dini keluarga dan sudah dilakukan supervisi

pada kunjungan kader kerumah pasien dengan gangguan jiwa.

4) Pengendalian

a. Evaluasi indikator mutu kesehatan jiwa masyarakat

Hasil wawancara dengan pemegang program jiwa di Puskesmas,

sudah ada evaluasi indikator mutu kesehatan jiwa masyarakat.

Indikator mutu pelayanan kesehatan jiwa didasarkan pada jumlah

pasien gangguan jiwa berat yang mendapatkan pengobatan.

b. Monitoring dan evaluasi kemampuan kader kesehatan jiwa

Sudah dilakukannya monitoring dan evaluasi kemampuan Kader

Kesehatan Jiwa oleh mahasiswa aplikasi yang selanjutnya

melaporkan kepada pihak PKM dan kelurahan.

c. Monitoring dan Evaluasi kemampuan pasien dan keluarga

Sudah dilakukannya monitoring dan evaluasi kemampuan pasien dan

keluarga oleh kader kesehatan jiwa yang didampingi oleh mahasiswa

dan PKM.

Masalah yang teridentifikasi adalah:

72
Sudah optimalnya fungsi manajemen kesehatan jiwa komunitas di RW

01 Kelurahan Parak Gadang Timur.

b) Pilar II : Pemberdayaan Masyarakat

1) Pemberdayaan Kader Kesehatan

Sudah dibentuknya kader yang menangani masalah kesehatan jiwa di

RW 01 dan kader yang dibentuk sudah berperan dalam memberikan

motivasi kepada masyarakat untuk mengikuti kegiatan terkait kesehatan

jiwa pada masyarakat.

2) Pemberdayaan tokoh masyarakat dan tokoh agama

Di RW 01 terdapat tokoh masyarakat dan tokoh agama yang memiliki

kepedulian yang tinggi terhadap masalah kesehatan jiwa dan sudah

dilakukannya kegiatan yang berhubungan dengan kesehatan jiwa

masyarakat. Pada kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa tokoh

masyarakat selalu mendukung kegiatan mahasiswa.

Masalah yang teridentifikasi adalah:

Sudah optimalnya pemberdayaan masyarakat di RW 01 Kelurahan

Parak Gadang Timur.

c) Pilar III : Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program

1) Kemitraan Lintas Sektor

Telah terjalin kerjasama antara Puskesmas dengan departemen lain

seperti Departemen Pendidikan Nasional dalam melaksanakan UKS,

imunisasi dan Departemen Agama untuk persiapan calon pengantin.

73
Akan tetapi pada tingkat RW belum ada kerjasama dengan

departemen lain untuk penanganan masalah kesehatan jiwa

komunitas. Belum adanya kerjasama Departemen Agama dengan

masyarakat RW 01 terkait pemberian terapi religius untuk

penanganan stress pada lansia.

2) Kemitraan Lintas Program

Sudah ada koordinasi dengan dinas kesehatan terkait dengan

penanganan masalah kesehatan jiwa komunitas. Dinas Kesehatan

Kota sudah memfasilitasi pembuatan BPJS bagi warga tidak mampu

yang mengalami gangguan jiwa.

Masalah yang teridentifikasi adalah:

a. Sudah terdapat kerjasama lintas sektor dan lintas program dalam

menangani gangguan jiwa komunitas

b. Belum optimalnya kerjasama lintas sektor di RW 01 Kelurahan Parak

Gadang Timur

d) Pilar IV: Manajemen Kasus

Dari hasil pengumpulan data mahasiswa didapatkan data bahwa

di Kelurahan Parak Gadang Timur di dapatkan di RW 01 Jumlah

penduduk saat ini 1337 jiwa yang terdiri dari 404 KK dengan jumlah

KK pada RT. 04 berjumlah 135 KK. Kelompok usia terbanyak adalah

kelompok usia dewasa yaitu usia 20 - 60 tahun. Masyarakat RW 01

merupakan masyarakat yang religius, menjunjung tinggi nilai-nilai

agama. Masalah kesehatan secara umum yang terbanyak adalah

74
kelompok resiko hipertensi dan stroke sedangkan kasus gangguan jiwa

yang ditemukan dari hasil observasi dan wawancara adalah sebanyak

15 orang diantaranya 3 orang di RT 4.

Dari 404 KK yang telah dilakukan deteksi dini di wilayah RW 01

di dapatkan masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat dengan

prevalensi Hipertensi 48%, Stroke 9%, Kolestrol 6%, DM 4%,

Rematik 4%, Gastritis 3%, dan Jantung 2%.

Pada RW 01 yang sebanyak 15 orang yang mengalami gangguan

jiwa dimana sebanya 60% Halusinasi, 20% Isolasi sosial dan 20%

Resiko Prilaku Kekerasan. Dimana pada kasus yang gangguan di

dapatkan sebanyak 47% yang mengalami gangguan tidak berobat dan

hanya 53% di antaranya yang berobat.

Pada hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal

05 November 2018, didapatkan belum adanya terapi kelompok untuk

stimulasi perkembangan psikososial pada kelompok sehat di RW 01.

Dalam manajemen pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, penulis

melakukan stimulasi tumbuh kembang kelompok pada anak usia

sekolah tentang stimulasi aspek moral dan spiritual pada anak usia

sekolah di SDN 10 Aur Duri RW 01 Kelurahan Parak Gadang Timur

Wilayah Kerja Puskesmas Andalas Padang yang telah dilaksanakan

pada hari Selasa, 27 November 2018.

Anak usia sekolah merupakan generasi penerus, sehingga perlu

untuk diperhatikan kesehatannya baik secara fisik maupun secara

75
mental. Jumlah anak usia sekolah di RW 01 Kelurahan Parak Gadang

Timur cukup besar, namun pelayanan kesehatan jiwa untuk

peningkatan perkembangan anak usia sekolah yang ada di RW 01

belum mendapatkan perhatian khusus dari Puskesmas. Untuk itu perlu

adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa kepada

anak usia sekolah.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada

tanggal 05 November 2018, didapatkan belum adanya terapi

kelompok untuk stimulasi perkembangan pada kelompok anak usia

sekolah. Hasil wawancara dengan orang tua yang memiliki anak usia

sekolah, didapatkan hampir seluruh ibu mengatakan membiarkan

anaknya bermain tanpa mengetahui tujuan permainan tersebut dan

tidak mengetahui dampak dari kurangnya stimulasi yang diberikan

terhadap tumbuh kembang anak.

Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada guru SDN 10 Aur

Duri yang ada di RT 04 RW 01, didapatkan bahwa anak-anak di

sekolah masih banyak yang nakal, suka bolos sekolah dan tidak mau

mengerjakan tugas yang diberikan. Dari hasil wawancara 3 dari 5

anak mengatakan bahwa mereka masih malu tampil didepan kelas,

terkadang tidak mengikuti peraturan disekolah dan tidak mengikuti

kegiatan keagamaan seperti solat, berdoa dan membaca kitab.

Masalah yang teridentifikasi adalah:

76
Belum optimalnya manajemen kasus kesehatan jiwa komunitas di RW

01 Kelurahan Parak Gadang Timur

2. Analisa Masalah

Tabel 3.2
Analisa Masalah
No Data Masalah
1. Kemitraan lintas sektoral Belum optimalnya kerjasama
Belum ada kerjasama tingkat RW dengan lintas sektor dan lintas program
departemen lain untuk penanganan di RW 01 Keluruhan Parak
masalah kesehatan jiwa komunitas. Belum Gadang Timur
adanya kerjasama Departemen Agama
dengan masyarakat RW 01 terkait
pemberian terapi religius untuk
penanganan stress pada lansia.
2. Manajemen kasus Belum optimalnya manajemen
Belum adanya terapi kelompok untuk kasus kesehatan jiwa
stimulasi perkembangan pada kelompok komunitas di RW I Kelurahan
anak usia sekolah. Hasil wawancara Parak Gadang Timur
dengan orang tua yang memiliki anak usia
sekolah, didapatkan hampir seluruh ibu
mengatakan membiarkan anaknya bermain
tanpa mengetahui tujuan permainan
tersebut dan tidak mengetahui dampak dari
kurangnya stimulasi yang diberikan
terhadap tumbuh kembang anak.

77
Tabel 3.3
Analisa SWOT

No Masalah Kekuatan Kelemahan Peluang Ancaman


1 Belum optimalnya  Adanya keinginan dan  Masih kurangnya  Adanya praktek Adanya resiko anak
manajemen kasus harapan dari perangkat motivasi perawat peminatan profesi di usia sekolah di sekolah
kesehatan jiwa komunitas kelurahan, puskesmas, untuk melakukan wilayah RW 01 mengalami apatis jika
di RW I Kelurahan Parak sekolah, tokoh identifikasi masalah Kelurahan Parak Gadang tidak dilakukan
Gadang Timur masyarakat dan dan melakukan terapi Timur penerapan stimulasi
masyarakat yang stimulasi kelompok  Adanya program tumbuh kembang dan
terutama keluarga yang terhadap anak usia puskesmas untuk masalah yang
memiliki anak usia sekolah masyarakat terkait ditemukan pada anak
sekolah  Berdasarkan kesehatan jiwa. usia sekolah
 Adanya keinginan wawancara yang
keluarga dengan anak telah dilakukan
usia sekolah dan guru didapatkan bahwa
disekolah untuk keluarga dengan anak
meningkatkan usia sekolah tidak
penerapan stimulasi mengetahui

78
tumbuh kembang dan bagaimana penerapan
mengatasi masalah stimulasi tumbuh
yang biasa ditemukan kembang dan
pada anak usia sekolah. masalah pada anak
usia sekolah

79
3. POA (Plan of Action)

Rencana kegiatan dilaksanakan dari tanggal 5-30 November 2018 di

wilayah RW 01 Kelurahan Parak Gadang Timur dilakukan oleh 3

mahasiswa profesi peminatan jiwa dan 2 mahasiswa magister keperawatan

yang bertugas di RW 01. Untuk rencana kegiatan yang dilakukan oleh

penulis sendiri yaitu dilaksanakan pada tanggal 27 November 2018 di

SDN 10 Aur Duri RW 01 Kelurahan Parak Gadang Timur. Pelaksanakan

kegiatan diawali dengan orientasi, fase kerja (pelaksanaan terapi) dan

terminasi tentang evaluasi yang dilakukan setelah dilakukan kegiatan.

Tabel 3.4
Rencana Kegiatan RW I Kelurahan Parak Gadang Timur
No Kegiatan Strategi Waktu PJ
I Pilar I: Pendekatan Manajemen
A Perencanaan
1 Penyusunan Visi, Misi, Dan Bekerjasama dengan seluruh 3-10-2018 Pengurus
Filosofi RW Siaga Sehat Jiwa KKJ RW I, VI dan VII Kelurahan
siaga sehat
jiwa
2 Penyusunan Rencana Harian, Bekerjasama dengan seluruh 3-10-2018 Pengurus
Bulanan, dan Tahunan RW Siaga KKJ RW I, VI dan VII Kelurahan
Sehat Jiwa siaga sehat
jiwa
B Pengorganisasian
1. Menyusun struktur organisasi Dilakukan bekerjasama 3-10-2018 Pengurus
kader tingkat RW dengan seluruh KKJ RW Kelurahan
RW I, VI dan VII siaga sehat
jiwa
2. Melakukan pengorganisasian Dilakukan oleh kader Okt – Nov Kader
warga berdasarkan status sehat kesehatan jiwa yang 2018 Kesehatan
jiwa, resiko psikososial, dan sebelumnya telah diberi Jiwa
gangguan jiwa pelatihan oleh mahasiswa

C Pengarahan
Melakukan pertemuan kader dan Mahasiswa memberi Okt – Nov Nia
mengadakan pengarahan tentang pengarahan (supervisi) 2018 Damayatri,
pelaksanaan kegiatan yaitu kepada kader yang sedang Putri Alin
berupa deteksi dini, penggerakan melakukan deteksi dini Kende,

80
masyarakat dan supervisi pasien penggerakan masyarakat dan Puti
gangguan di RW siaga sehat jiwa supervisi pasien gangguan di Lenggo
RW siaga sehat jiwa Geni
D Pengendalian
Melakukan monitoring dan Mahasiswa melakukan Okt – Nov Nia
evaluasi kemampuan kader mengevaluasi kemampuan 2018 Damayatri,
kesehatan jiwa dalam melakukan kader Putri Alin
deteksi dini, penggerakan Kende,
masyarakat Puti
Lenggo
Geni
II. Pilar II : Pemberdayaan Masyarakat
1. Rekruitmen kader kesehatan Jiwa Bekerjasama dengan ketua 9-10 Okt Mahasiswa
RW I, RT serta tokoh 2018
masyarakat

2. Seleksi kader kesehatan jiwa Bekerjasama dengan ketua 9-10 Okt Mahasiswa
2018
3. Pelatihan Kader Bekerja sama dengan PKM 11-12 Okt Mahasiswa
Andalas, Kelurahan Parak 2018
Gadang Timur dalam dan
mahasiswa aplikasi di RW I
Kel. Parak Gadang Timur

III Pilar III : Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program


1 Melakukan terapi religius Bekerjasama dengan 29 November Putri Alin
bekerjasama dengan Kementerian Agama dalam 2018 Kende R,
Kementerian Agama pelaksanaan kegiatan S.Kep
III Pilar III : Kemitraan Lintas Sektor dan Lintas Program
1 Melakukan terapi religius Bekerjasama dengan 29 November Putri Alin
bekerjasama dengan Kementerian Agama dalam 2018 Kende R,
Kementerian Agama pelaksanaan kegiatan S.Kep
IV Pilar IV : MOC
1 Untuk kelompok sehat: Bekerjasama dengan kader 27 November Nia
- Melakukan terapi kelompok kesehatan jiwa di RW I 2018 Damayatri,
pada anak usia sekolah : S.Kep
Melakukan stimulasi
kelompok aspek moral dan
Puti
spiritual pada anak usia Lenggo
sekolah 30 November Geni,
- Melakukan penyuluhan 2018 S.Kep
kelompok usia remaja :
Melakukan penyuluhan
tentang bahaya merokok

81
pada remaja

2 Untuk kelompok resiko Bekerjsama dengan seluruh 8 November Ns. Devi


psikososial: KKJ RW I 2018 Apria
- Melakukan penyuluhan Wijaya,
tentang hipertensi dan S.Kep
ansietas

4. Implementasi

Pelaksanaan kegiatan stimulasi perkembangan aspek moral dan

spiritual dilakukan oleh penulis pada tanggal 27 November 2018 pukul

14.00 WIB. Peserta yang mengikuti stimulasi ini berjumlah sebanyak 5

orang anak usia 10 sampai 11 tahun. Kegiatan dibagi menjadi 3 fase, yaitu

fase orientasi diawali dengan memberikan salam, menanyakan perasaan,

menjelaskan topik, menjelaskan tujuan, menjelaskan kontrak waktu dan

bahasa serta membentuk aturan / norma yang harus dipatuhi oleh seluruh

anggota kelompok.

Pada fase kerja, stimulasi tumbuh kembang kelompok yang dilakukan

yaitu stimulasi perkembangan aspek moral dan spiritual. Kegiatan yang

dilakukan mengevaluasi tentang stimulasi aspek sebelumnya tentang ciri

anak usia sekolah, motorik, kognitif dan bahasa, emosi dan kepribadian,

memberikan pujian, selanjutnya menjelaskan untuk melakukan stimulasi

tumbuh kembang pada aspek moral dengan melakukan menepati janji

dalam kelompok, melakukan kewajiban dalam kelompok, mengikuti

peraturan dalam kelompok, mengikuti kegiatan ibadah agama, berdoa dan

membaca kitab suci secara kelompok.

82
Untuk fase terminasi mengevaluasi respon anak setelah kegiatan dan

memberikan reinforcement positif kepada anak. Setelah itu memberi

kesempatan kepada peserta stimulasi kelompok untuk bertanya,

menganjurkan pada anak untuk mencoba melakukan dengan teman atau

kelompok lalu menutup kegiatan.

5. Evaluasi

Evaluasi kegiatan stimulasi perkembangan aspek moral dan

spiritual dilakukan sebelum dan 2 hari setelah kegiatan stimulasi aspek

moral dan spiritual dilakukan. Evaluasi dilakukan dengan menyebarkan

kuisioner yang terdapat 6 item pertanyaan untuk melihat kemampuan

moral dan spiritual anak usia sekolah sebelum dan sesudah mengikuti

stimulasi.

Tabel 3.6
Distribusi Frekuensi Anak yang Memiliki Kemapuan Aspek Moral
Dan Spiritual Sebelum dan Sesudah Stimulasi
di SDN 10 Aur Duri RW 01 Kelurahan
Parak Gadang Timur
(n=5)
No Variabel Sebelum Setelah
Jumlah % Jumlah %
1 Menepati janji pada 4 80.0 5 100
kelompok
2 Melakukan kewajiban 5 100 5 100
3 Mengikuti peraturan 3 60.0 4 80.0
4 Mengikuti kegiatan 3 60.0 5 100
keagamaan
5 Melakukan doa secara 3 60.0 4 80.0
rutin
6 Membaca kitab suci 3 60.0 4 80.0

Aspek moral dan spiritual pada tabel 3.6 menunjukkan kemampuan

anak yang paling banyak mengalami peningkatan dari aspek moral dan

83
spiritual adalah kemampuan mengikuti kegiatan keagamaan dimana pada

saat sebelum dilakukan stimulasi hanya 3 anak yang mengikuti kegiatan

keagamaan seperti sholat (60%) dan setelah dilakukan stimulasi aspek

moral dan spiritual meningkat menjadi 5 anak (100%). Untuk kemampuan

mengikuti peraturan, melakukan doa secara rutin, dan membaca kitab suci

terjadi peningkatan dari sebelumnya hanya 3 anak (60%) yang melakukan

dan setelah dilakukan stimulasi aspek moral dan spiritual menjadi 4 anak

yang melakukan (80%). Sedangkan untuk kemampuan melakukan

kewajiban sebelum dilakukan stimulasi terdapat 5 (100%) anak yang

melakukan dan setelah stimulasi juga terdapat 5 anak (100%) anak yang

melakukan.

Tabel 3.7
Rata-Rata Skor Kemampuan Perkembangan pada Anak Usia
Sekolah Sebelum dan Setelah Mengikuti Stimulasi Kelompok
tentang Aspek Moral Dan Spiritual di SDN 10 Aur Duri
RW 01 Kelurahan Parak Gadang Timur
(n=5)

No Variabel Sebelum Setelah Naik


Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1 An.S 3 50.0 5 83.3 2 33.3
2 An.A 5 83.3 6 100 1 16.7
3 An.K 2 33.3 4 66.7 2 33.3
4 An.D 6 100 6 100 0 0
5 An.R 5 83.3 6 100 1 16.7
Rata-rata 4.2 69.9 5.4 90.0 1.2 20.0

Aspek moral dan spiritual pada tabel 3.7 menunjukkan terjadi

peningkatan rata-rata skor 1.2 point (20%). Dapat dilihat bahwa anak

dapat mengalami peningkatan pada kemampuan aspek moral dan spiritual

setelah mengikuti kegiatan stimulasi perkembangan.

84
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Asuhan Keperawatan pada Usia Sekolah

1. Pengkajian

Langkah pertama dalam proses keperawatan agar dapat memberikan

pelayanan yang optimal yaitu dengan melakukan pengkajian. Proses

pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagai aspek secara

terus menerus. Secara mendalam pengkajian dilakukan oleh perawat dimana

dapat ditemukan masalah yang dialami oleh klien sehingga dapat dilakukan

intervensi sesuai dengan masalah yang terjadi (Friedman, 2012).

Pemberian asuhan keperawatan dimulai dengan melakukan pengkajian

pada An. N sebagai dasar utama untuk mengumpulkan data mengenai

permasalahan klien. Pada pengkajian awal, Ny. R mengatakan bahwa

sebelum memasuki tahapan usia sekolah, An. N sudah melewati tahapan

masa prasekolah dengan baik dimana anak suka bermain dengan teman-

temannya, berlari, melompat, mengenal lebih dari empat macam warna,

berhitung sederhana dan aktif.

Berdasarkan pengkajian terkait perkembangan An. N sebelumnya, maka

penulis mengangkat diagnosa keperawatan kesiapan peningkatan

perkembangan usia sekolah. Penegakan diagnosa berdasarkan analisa, dimana

saat ini usia An. N adalah 8 tahun. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan

Wong (2009), bahwa anak usia sekolah adalah anak dengan usia 6 - 12 tahun

dimana sekolah menjadi pengalaman inti anak.

85
Pada tahap perkembangan motorik An. N melibatkan otot-otot besar

dengan kegiatan bermain yang dilakukannya bersama teman sebaya seperti

berlari, baris berbaris, bermain lompat tali, melakukan gerakan sederhana,

menendang dan menangkap bola. Selain itu pada tahap motorik halus yang

melibatkan keterampilan, An. N dapat menggambar dan mewarnai dengan

baik.

Menurut Junaidi (2011) bahwa jenis kegiatan yang dapat dilakukan pada

anak usia 7 - 8 tahun adalah berjalan, berlari, menendang, naik turun tangga,

baris berbaris, dan gerakan senam dengan irama musik. Selain itu Sumiarti

(2012) menyatakan bahwa meningkatkan kemampuan motorik halus anak

melalui menggambar, mewarnai, menulis, menggunting, menyusun balok,

dan kegiatan melipat kertas origami dapat mempengaruhi motorik halus anak.

Pada perkembangan An. N sudah dapat dilakukan seluruh kegiatan tersebut

dengan baik dan tidak ada hambatan atau gangguan dalam perkembangannya

namun tetap harus distimulasi.

Dinda Mell (2011) menyebutkan bahwa gangguan dalam perkembangan

motorik menyebabkan salah satunya anak merasa rendah diri, peragu dan

sering was-was menghadapi lingkungan. Sehingga kemampuan yang dimiliki

An. N perlu terus dioptimalkan agar tidak mengarah pada gangguan

perkembangan.

Selanjutnya pada tahap kognitif, An. N tampak kesulitan dalam hitungan

dan An. N mendapat peringkat 15. Perkembangan kognitif pada An. N perlu

dilatih terus untuk meningkatkan kognitif anak dalam berhitung. Menurut

86
Gardner dalam Yusuf (2009), anak usia sekolah sudah memiliki kemampuan

yang berkaitan dengan perhitungan angka seperti menambah, mengurangi,

mengalikan dan membagi. Pada An. N kemampuan dalam berhitung cukup

lemah, dimana anak sulit untuk fokus dan mengingat terkait hitungan.

Sehingga perlu dilakukan stimulasi untuk mendapatkan perkembangan pada

aspek kognitif yang optimal.

Sejalan dengan Mukhlisah (2015) yang mengungkapkan bahwa anak usia

sekolah yang mengalami kesulitan belajar dalam hal berhitung dapat

diberikan pengetahuan terkait hitungan, serta dapat bekerja sama dengan

orang tua agar kemampuan belajar anak dapat berkembang secara optimal.

Namun jika tidak diberikan stimulus terkait aspek kognitif, anak nantinya

akan sulit untuk bergaul dengan temannya karena dikucilkan dan dijauhkan

oleh temannya karena lemahnya aspek kognitif anak.

Pada tahap bahasa, An. N mampu untuk memperkenalkan dirinya namun

An. N belum mampu menceritakan pengalamannya serta menceritakan

kembali cerita yang telah dibacanya karena An. N masih merasa malu-malu.

Selain itu menurut Sunarto (2008), perkembangan bahasa menjadi salah satu

kemampuan individu sangat penting dalam kehidupannya. Dimana jika anak

tidak mampu mengembangkan aspek bahasanya, maka anak akan beresiko

sulit untuk berinteraksi dengan orang lain dan berpengaruh pada mental anak

yang akan menjadi rendah diri dan minder dengan orang lain. Pada An. N

sudah mampu untuk berkenalan singkat namun anak masih belum mampu

menceritakan sebuah cerita yang ia ingat ataupun cerita yang telah dibacanya.

87
Menurut Papalia, Olds & Feldman (2009), anak usia sekolah lebih mampu

memahami dan menginterpretasikan komunikasi lisan dan tertulis pada orang

lain serta dapat membuat mereka lebih paham.

Dalam tahap perkembangan emosi, An. N belum mampu mengenal dan

merasakan serta mengendalikan emosinya. Menurut Campos (dalam Santrock

2007) mengatakan bahwa pada anak usia sekolah menunjukkan kemampuan

untuk melakukan refleksi secara verbal tentang emosi dan memiliki

pemahaman yang lebih kompleks tentang hubungan emosi dengan situasi

tertentu. Anak menjadi lebih reflektif dan strategis dalam kehidupan

emosional. Pada An. N masih belum mampu untuk mengenal, merasakan,

mengungkapkan dan mengendalikan emosinya sendiri. Sehingga untuk

mendapatkan tahap perkembangan emosi yang baik maka perlu terus

distimulasi.

Sejalan dengan Suadianto (2007) yang menyatakan bahwa perkembangan

emosi anak merupakan ketepatan dalam pola kepribadian. Sehingga

perkembangan emosi anak yang menyimpang akan menjadikan kepribadian

yang menyimpang. Terdapat kecenderungan ciri sifat kepribadian yang

menetap dan relatif tidak berubah sehingga timbul perilaku khusus terhadap

diri anak yang akan terus menerus berlangsung.

Sementara itu pada tahap kepribadian, Hurlock (2008) juga

mengemukakan bahwa anak usia sekolah yang memiliki kepribadian sehat

dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, berbeda hal dengan An. N

yang belum mampu beradaptasi dengan lingkungannya seperti sering

88
berantem dengan kakaknya. Menurut Feist (2008) kepribadian menjadi suatu

kualitas perilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya

terhadap lingkungan secara unik.

Dari aspek moral anak sudah mampu menepati janjinya, membedakan

yang baik dan yang buruk dan mengikuti peraturan di sekolah maupun

dirumah. Sesuai dengan yang diungkapkan Yusuf (2009), anak usia sekolah

sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntunan dari orang tua atau

lingkungannya. Disamping itu anak usia sekolah mengasosiasikan setiap

bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau baik-buruk. Pada An. N

masih belum mampu untuk membedakan setiap bentuk perilaku benar-salah

atau baik-buruk secara mandiri, tetapi pada perkembangan yang lain anak

sudah mampu untuk mengikuti berbagai peraturan yang ada baik di rumah,

sekolah maupun lingkungannya. Sehingga perlu dilakukan stimulasi terkait

aspek moral anak untuk mendapatkan perkembangan yang optimal.

Menurut Zuriah (2011), perkembangan nilai moral erat kaitannya dengan

budi pekerti seorang anak dan sopan santunnya, dimana akan terus

berkembang melalui proses panjang. Sehingga dalam aspek perkembangan

moral pada anak berada pada tingkatan yang paling dasar dalam pembentukan

sikap dan nilai terpuji pada anak.

Untuk perkembangan spiritual, An. N biasanya selalu diingatkan untuk

mengerjakan kewajiban shalatnya namun jarang untuk berdoa setelah shalat.

Berbeda dengan yang diungkapkan Hamid (2009), bahwa anak usia sekolah

mengharapkan Tuhan menjawab doanya, yang salah akan dihukum dan yang

89
baik akan diberi hadiah. Menurut Yusuf (2009), periode usia sekolah

merupakan masa pembentukan nilai-nilai spiritual sebagai kelanjutan periode

yang dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang

diterimanya. Sehingga dapat dilihat bahwa anak harus dibiasakan melakukan

ibadah baik secara sosial seperti hormat kepada orang tua, guru dan orang

lain, serta membantu orang lain dan melakukan kewajiban sesuai agamanya

seperti shalat dan mengaji.

Pada perkembangan psikososial yang anak miliki yaitu An. N senang

bermain secara sendiri. Berbeda hal dengan Wong (2009) yang menyatakan

bahwa anak usia 8-9 tahun lebih dapat bersosialisasi dan lebih sopan,

menunjukkan kesukaan dalam berteman dan berkelompok. Pada An. N masih

belum mampu untuk berinteraksi dengan orang lain khususnya orang baru

kenal, belum mampu untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya. Menurut

Yudrik (2011), meningkatnya perkembangan psikososial anak ditandai

dengan adanya perubahan pengetahuan dan pemahaman terkait hubungan

antara anak, keluarga, teman sebaya dan sekolah sesuai tujuannya dan

peraturan yang berlaku.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak usia

sekolah adalah faktor biologis, pada An. N menunjukkan imunisasi lengkap,

tidak pernah sakit berat, tidak memiliki cacat fisik dan tidak ada alergi. Hasil

ini menyatakan secara fisik An. N termasuk anak yang sehat, dikarenakan

peran orang tua yang baik dalam hal pemenuhan nutrisi dan faktor sosial

ekonomi keluarga. Sesuai dengan yang diungkapkan Verkuijl et al (2014)

90
bahwa anak yang sehat secara fisik akan mempengaruhi kesejahteraan secara

psikologis. Oleh karena itu faktor biologis ini menjadi faktor yang mendasar

dalam perkembangan aspek yang lainnya pada anak usia sekolah.

Selanjutnya pada faktor psikologis yang mendukung perkembangan anak

usia sekolah dimana orang tua An. N mengatakan memiliki pola asuh yang

tidak suka menekankan atau menuntut sesuatu yang terlalu besar pada anak.

Ny. R mengatakan dirinya memberi kebebasan kepada anaknya namun dalam

batasan-batasan tertentu yang tidak mengikat anak. Selain itu orang tua An. N

juga menerapkan saling diskusi dan disiplin dengan anak. Pola seperti ini

dapat digolongkan kepada pola asuh otoritatif (authoritative parenting).

Menurut Santrock (2011) bahwa orang tua yang autoritatis lebih mendukung

perkembangan anak terutama dalam kemandirian dan tanggung jawab.

Pada faktor sosial budaya pada An. N sudah mempunyai faktor

pendukung yang positif. An. N dapat berperan sesuai jenis kelaminnya,

menduduki bangku pendidikan Sekolah Dasar (SD), memiliki teman sebaya,

dan diterima sebagai bagian dalam lingkungan dan kelompok. Faktor

pendukung yang dimiliki An. N ini, dapat membantu An. N mencapai tumbuh

kembang yang lebih optimal. Anak yang mendapatkan dukungan sosial yang

baik dapat melatih kemampuan anak secara emosional, moral dan psikososial

anak (Affrunti & Borden, 2016).

Faktor biologis, sosial dan psikologis pada anak sangat mempengaruhi

perkembangan anak sesuai usianya. Anak yang mempunyai fisik yang sehat,

mendapatkan asupan gizi yang cukup dan aktivitas fisik yang aktif dapat

91
meningkatkan perkembangan anak dalam hal motorik dan kognitifnya. Anak

yang mempunyai fisik, lingkungan sosial dan dukungan keluarga yang baik

dapat menciptakan kesehatan mental pada anak (Mendes et al.,2013)

Selain beberapa faktor diatas, faktor yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak yang penting juga adalah pendidikan orang tua, menurut

Soetjiningsih (2008) pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik

orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara

pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga anaknya, pendidikan anak

dan sebagainya, sehingga perkembangan anak dapat berkembang secara

optimal. Pada orang tua An. N keduanya merupakan tamatan SMA. Saat

ditanya terkait perkembangan tumbuh kembang anak serta stimulasi tumbuh

kembang anaknya, orang tua tampak tidak mampu dan tidak memahami

terkait tumbuh kembang dan cara stimulasi anaknya.

2. Diagnosa Keperawatan

Pembentukan diagnosa keperawatan mengharuskan perawat menentukan

respon individu, keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan yang

aktual atau potensial, dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya

perawat dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah status kesehatan

klien (Direja, 2011).

Berdasarkan pengkajian pada An. N dan keluarga maka ditegakkan

diagnosa keperawatan “Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah”.

92
diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data-data hasil wawancara dengan orang

tua klien dan juga berdasarkan hasil observasi penulis kepada An. N, dimana

An. N memiliki karakteristik perkembangan normal pada anak usia sekolah

diantaranya An. N memiliki umur 8 tahun, dapat bermain dan bercerita

dengan teman sebaya, mampu meloncat tinggi, baris berbaris dan An. N

mengenal perannya dan tugasnya sendiri.

Data tersebut sesuai dengan diagnosa Kesiapan Peningkatan

Perkembangan Usia sekolah dimana pada tahap ini perkembangan psikososial

anak usia 6 - 12 tahun akan menghasilkan kemampuan berkarya, berinteraksi

dan berprestasi dalam belajar berdasarkan kemampuan diri sendiri.

3. Intervensi

Rencana tindakan keperawatan untuk peningkatan perkembangan

psikososial anak usia sekolah bertujuan agar anak mampu mempertahankan

pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal, mengembangkan keterampilan

motorik, kognitif, bahasa, emosi dan kepribadian, moral, spiritual dan

psikososial. Sedangkan tujuan untuk keluarga yaitu keluarga mampu

memahami perkembangan psikososial anak usia sekolah yang normal dan

menyimpang serta menstimulasi dan menyusun rencana stimulasi

kemampuan anak berkarya (Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, 2016).

Dalam melakukan intervensi akan dilakukan beberapa metode seperti

pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2007), pendidikan kesehatan

merupakan proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak

tahu menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah menjadi mampu.

93
Untuk itu dengan diberikan pendidikan kesehatan kepada anak dan keluarga,

diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi lebih optimal.

Intervensi yang direncanakan untuk anak adalah mempertahankan

pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal dengan menganjurkan pemberian

makanan yang bergizi seimbang dan mengajarkan kebersihan diri,

mengembangkan keterampilan motorik kasar dan halus anak dengan

memfasilitasi anak bermain dengan motorik kasar (latihan senam) dan

motorik halus (menggambar dan mewarnai). Pada aspek kognitif,

direncanakan demonstrasi dan latihan terkait stimulasi kognitif dengan

memberikan soal terkait hitungan, lalu memberikan penjelasan dan jawaban

yang benar setelah soal dijawab oleh anak.

Selanjutnya akan direncanakan mengembangkan bahasa dan kecerdasan

anak dengan demonstrasi dengan memberikan buku bacaan untuk

meningkatkan kreatifitas anak, lalu memberi kesempatan anak untuk

menceritakan kembali cerita yang telah dibacanya, serta menceritakan tentang

kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya. Untuk nilai moral dan spiritual

anak akan dilakukan tindakan demonstrasi dan melatih anak menerapkan

sikap kedisiplinan dengan menonton video tentang kedisiplinan, mengajarkan

anak tentang suatu tindakan yang benar, salah, baik, buruk. Setelah itu

mengajari anak pentingnya memberikan bantuan kepada orang yang

membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, bersikap jujur dan

bertanggung jawab. Selanjutnya mengembangkan keterampilan psikososial

anak dengan memberikan dorongan dan kesempatan anak bermain bersama

94
temannya dan mengikuti perlombaan, serta melatih anak berhubungan

dengan orang lain.

4. Implementasi

Implementasi dilakukan dalam bentuk memberikan pendidikan

kesehatan kepada anak dan keluarga serta demonstrasi stimulasi tumbuh

kembang An. N bersama keluarga. Menurut Septiari (2012), stimulasi

adalah merangsang anak agar tumbuh dan berkembang secara optimal

sesuai tahap usianya. Stimulasi anak akan menciptakan anak yang cerdas,

dapat tumbuh dan kembang dengan optimal, mandiri, memiliki emosi yang

stabil dan mudah beradaptasi.

Stimulasi ini dapat dilakukan oleh orang tua seperti ayah atau ibu.

Stimulasi yang diberikan oleh orang tua sangat mendukung terhadap

perkembangan anak yang optimal (Sukamti, 2014). Anak diberikan

stimulasi dengan tidak terburu-buru ataupun memaksakan kehendak orang

tua (Septiari, 2012). Ketika orang tua berusaha untuk memberikan

stimulasi secara optimal, penting bagi orang tua untuk mengetahui kapan

dan bagaimana cara memberikan stimulasi kepada anak (Fida & Maya,

2012).

Implementasi yang dilakukan pertama kali setelah pengkajian pada

klien dan keluarga adalah membina hubungan saling percaya dengan

memperkenalkan diri, tujuan dan kontrak waktu serta mendiskusikan

tentang perkembangan tumbuh kembang yang normal dan menyimpang

pada anak usia sekolah. Rowe dan Calnan (2016) menyebutkan tanpa

95
kepercayaan mungkin saja klien dan keluarga tidak ingin berhubungan

sama sekali dengan perawat, apalagi mengungkapkan semua informasi

medis yang relevan.

Selain itu menurut Gondoyoewono dalam Maulana (2009) dengan

pendidikan kesehatan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan

membentuk kemampuan serta sikap dan perilaku. Untuk itu penulis

melakukan implementasi kepada keluarga tentang perkembangan

psikososial anaknya bertujuan agar keluarga tidak hanya mengetahui dan

mengerti tetapi juga mau dan melakukan anjuran yang berhubungan

dengan pertumbuhan dan perkembangan psikososial anaknya.

Selanjutnya asuhan keperawatan kepada keluarga tentang peran serta

keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan psikososial

pada anak usia sekolah dengan stimulasi perkembangan serta menyusun

jadwal rencana stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Dudu Y (2016) bahwa peran orang

tua terutama pola asuh orang tua memiliki hubungan yang erat dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Jadi dapat dilihat bahwa peran

orang tua sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak,

maka dari itu diberikan pengetahuan kepada keluarga.

Setelah itu melakukan asuhan keperawatan bersama keluarga dengan

mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal dengan

menganjurkan makan makanan dengan gizi yang seimbang dan

mengajarkan kebersihan pada anak. Menurut Yuniartiningsih (2014),

96
nutrisi yang baik pada anak akan mempengaruhi perkembangan psikososial

anak terutama perkembangan kognitif.

Menurut Nurjannah (2012) bahwa kebersihan diri pada anak usia

sekolah menjadi tanggung jawab perawat komunitas untuk

mengembangkan pendidikan kesehatan yang efektif yang bertujuan untuk

meningkatkan penerimaan pengetahuan dan keterampilan untuk perawatan

diri yang kompeten pada anak usia sekolah. Untuk mendapatkan kebutuhan

fisik yang optimal pada anak dibutuhkan nutrisi yang seimbang serta untuk

menjadikan anak usia sekolah yang sehat maka harus diberikan

pengetahuan kepada anak tentang kebersihan dirinya.

Pada aspek motorik, menurut Sujiono (2010) motorik kasar

merupakan gerakan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian

tubuh anak. Maka dari itu, penulis melakukan stimulasi aspek motorik

kasar anak dengan kegiatan latihan senam. Penelitian juga dilakukan oleh

Diniyanti (2013) bahwa melalui kegiatan latihan senam menggunakan

gerakan yang simpel secara baik sebagian besar motorik kasar anak

meningkat, dibuktikan dengan adanya peningkatan motorik kasar anak

yang meningkat secara signifikan.

Pada aspek motorik halus, An. N dilakukan kegiatan menggambar dan

mewarnai. Menurut Sumantri (2005), kemampuan motorik halus

merupakan penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan

tangan yang membutuhkan kecermatan dan koordinasi tangan dengan

menggunakan alat tertentu. Sesuai dengan Baurer (2013) yang menyatakan

97
bahwa perkembangan motorik halus pada anak akan meningkat jika

mendapatkan stimulus yang adaptif. Keluarga dan lingkungan anak harus

terus menstimulus kemampuan motorik anak agar anak dapat senang dan

percaya dengan kemampuan yang dimilikinya, serta anak tidak merasa

rendah diri.

Selanjutnya pada aspek kognitif, dilakukan demonstrasi dan latihan

terkait stimulasi kognitif dengan memberikan soal terkait hitungan, lalu

memberikan penjelasan dan jawaban yang benar setelah soal dijawab oleh

anak. Sesuai dengan Bornstein (2013) yang menyatakan bahwa

kemampuan kognitif anak akan berkembang terus menerus dari bayi

hingga dewasa. Selain itu menurut Hockenberry & Wilson (2009), secara

kognitif anak usia sekolah sudah bisa berkonsentrasi terhadap lebih dari

satu aspek dalam satu situasi. Untuk mendapatkan aspek kognitif yang

optimal, maka dari itu anak harus terus dilatih dan distimulus sampai anak

tumbuh dewasa. Jika tidak dilatih maka anak akan beresiko terhadap

mental anak.

Selain itu pada aspek bahasa, dilakukan tindakan dan demonstrasi

dengan memberikan buku bacaan untuk meningkatkan kreatifitas anak, lalu

memberi kesempatan anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah

dibacanya, serta menceritakan tentang kelebihan dan kemampuan yang

dimilikinya. Menurut Zaviera (2008), dorongan stimulasi keterampilan

bahasa anak dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti bercerita,

memberikan dorongan positif dan kesempatan anak untuk dapat

98
berinteraksi. Untuk itu dapat dilihat bahwa aspek bahasa anak dapat

optimal jika terus dilakukan stimulasi.

Pada aspek emosi dan kepribadian, anak diajarkan untuk mengenal

dan merasakan emosi sendiri serta mengungkapkan dan mengendalikan

rasa marahnya. Menurut Affrunti (2016), emosi pada anak usia sekolah

akan mengalami peningkatan dan mempunyai respon yang beragam

tergantung dari pada kemampuan anak untuk menghadapi stressor. Jika

kemampuan ini tidak dilatih, kemungkinan anak akan mengalami kesulitan

dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Susanti (2016), menyatakan bahwa terjadi peningkatan

yang berarti pada anak usia sekolah setelah diberikan stimulasi terkait

kepribadian anak yang mampu menilai dan mengenal kemampuan dirinya.

Untuk itu pada anak usia sekolah, perlu terus di ajarkan dan di arahkan

untuk mendapatkan kepribadian yang baik.

Untuk aspek moral dan spiritual, An. N dilakukan tindakan

demonstrasi dan melatih anak menerapkan sikap kedisiplinan dengan

menonton video tentang kedisiplinan, mengajarkan anak tentang suatu

tindakan yang benar, salah, baik, buruk. Setelah itu mengajari anak

pentingnya memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan

pertolongan, menyayangi fakir miskin, bersikap jujur dan bertanggung

jawab. Sesuai dengan Chillon (2014) mengatakan bahwa anak yang

stimulasi moral dengan baik anak memiliki sikap empati yang baik dan

perilaku yang baik pula. Pemahaman yang baik anak usia sekolah terhadap

99
norma yang berlaku dilingkungannya akan menimbulkan sikap dan

perilaku yang adaptif pada anak. Janskowski (2015) menyatakan bahwa

anak yang dibesarkan dengan menerapkan nilai tentang pemahaman

spiritual yang baik dapat mencegah anak untuk terjadinya perilaku agresif

dan penyimpangan perilaku lainnya. Dengan demikian aspek moral dan

spiritual anak dapat optimal jika dilakukan stimulasi tumbuh kembang

yang tepat dan teratur.

Pada aspek psikososial penulis melakukan kegiatan mendorong anak

untuk bermain bersama teman sebaya dan mengikuti perlombaan yang

akan diadakan nantinya, selanjutnya melatih anak untuk berhubungan dan

berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Nunik (2014) terlihat bahwa dengan diberikan pendidikan terkait interaksi

sosial kepada anak dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak.

Dengan demikian terlihat jelas bahwa dengan interaksi sosial anak akan

memiliki aspek psikososial yang optimal.

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya (Supratjitno, 2013). Menurut Maryam (2008)

bahwa evaluasi dilakukan untuk tercapainya tujuan dan memperbaharui

data, diagnosis keperawatan serta rencana keperawatan jika tindakan

keperawatan yang dilakukan belum mencapai tujuan yang diharapkan.

100
Berdasarkan implementasi yang telah dilakukan pada pertemuan

pertama, setelah diberikan pendidikan kesehatan keluarga mampu

mengenal perkembangan usia sekolah yang normal dan menyimpang

dalam perkembangannya. Selanjutnya pada implementasi kedua,

keluarga mampu memahami tentang cara menstimulasi kemampuan dan

menyusun rencana stimulasi pada anak. Sesuai dengan Azwar (2010)

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan memiliki dampak terhadap

peningkatan pengetahuan, yang dapat mempengaruhi sikap, sehingga

akan membawa seseorang untuk bereaksi sesuai dengan stimulus yang

diperolehnya. Dengan demikian keluarga dapat mengetahui apa yang

dibutuhkan untuk peningkatan perkembangan anaknya.

Pada aspek motorik kasar, setelah diberikan stimulasi anak mampu

melakukan gerakan dalam latihan senam. Kemudian aspek motorik halus

anak sudah dapat melakukan menggambar dan mewarnai. Orang tua

An.N mengatakan bahwa anaknya sangat menyukai kegiatan

menggambar dan mewarnai. Hal ini sejalan dengan pendapat Tohirin

(2008) bahwa latihan keterampilan motorik dapat meningkatkan

kemampuan menguasai kemampuan tertentu.

Pada aspek kognitif, sebelum stimulasi anak masih sulit untuk

menjawab pertanyaan berhitung. Setelah stimulasi anak mampu

menjawab beberapa penjumlahan, pengurangan. Intelegensi adalah

kemampuan seseorang untuk meletakkan hubungan bagian-bagian

pengetahuan sehingga kecerdasan/keterampilan seseorang dapat diukur

101
(Salaby, 2004). Dengan kemampuan inilah anak dapat mengatasi

kesulitannya dalam memahami sesuatu dan dapat memecahkan masalah

yang dihadapinya.

Evaluasi pada aspek bahasa, dimana setelah dilakukan implementasi

anak mampu untuk bercerita dengan kalimat sederhana. Anak mampu

untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacanya. Hal ini sesuai

dengan pendapat (Hurlock, 2004), penambahan kosa kata umum pada

anak sekolah terjadi secara tidak teratur, dari berbagai pelajaran di

sekolah, bacaan, pembicaran dengan anak-anak lain dan usahanya dari

radio dan televisi anak menambah kosa kata yang dipergunakan dalam

pembicaraan dan tulisan.

Aspek emosi dan kepribadian, pada An. N sudah mampu mengenal

dan mengendalikan perasaannya. Hurlock (2008) mengatakan bahwa

emosi pada anak usia sekolah akan lebih terinternalisasi dan terintegrasi

dengan dilakukan mengontrol emosi sesuai standar sosial. Selanjutnya

meskipun kepribadian seseorang relatif konstan, maka perlu dilakukan

stimulasi untuk mendapatkan kepribadian yang sehat pada anak usia

sekolah.

Setelah itu evaluasi pada aspek moral dan spiritual, setelah dilakukan

stimulasi anak mengenal benar, salah, baik, buruk, dapat mengikuti

aturan orang tua, sekolah dan lingkungan, menjadi lebih disiplin serta

anak mampu untuk melakukan kewajibannya shalat, berdoa dan menjadi

lebih baik lagi. Ketika anak mencapai masa sekolah, aspek moral dan

102
spiritualnya berangsur-angsur mendekati aspek moral dan spiritual orang

dewasa, perilakunya semakin sesuai dengan standar yang ditetapkan

orang dewasa (Hurlock, 2004). Menurut Kohlberg (2014), mengatakan

bahwa anak mengikuti aturan untuk mengambil hati orang lain dan untuk

mempertahankan hubungan yang baik. Anak harus menyesuaikan diri

dengan peraturan dari kelompok untuk menghindari penolakan dan

celaan.

Selanjutnya pada aspek psikososial anak mampu menjalin

persahabatan semakin meluas dan akrab, sanggup menyesuaikan diri

dengan orang lain, mampu bekerja sama dengan orang lain. Hurlock

(2004) mengatakan bahwa anak sekolah sering disebut sebagai usia

berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas

teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima

sebagai anggota suatu kelompok. Penelitian dari Dian Istiana (2011)

membuktikan bahwa pemberian stimulasi yang optimal kepada anak akan

meningkatkan perkembangan psikososial sebesar 6 - 11 % pada anak usia

6 – 12 tahun.

Setelah diberikan penyuluhan dan diberikan informasi mengenai cara

menstimulasi perkembangan usia sekolah, keluarga mulai memahami

cara yang benar untuk menstimulasi perkembangan anaknya. Selain itu

berdasarkan kemampuan klien setelah diberikan stimulasi dapat

disimpulkan bahwa anak mendapat stimulasi dari ibunya melalu terapi

generalis. Proses pemberian stimulasi yang dilakukan oleh ibunya akan

103
membuat anak lebih merasa nyaman, hal ini sejalan dengan penjelasan

yang disampaikan oleh Adiningsih (2009) bahwa hanya empat macam

stimulus yang akan disimpan oleh otak anak yaitu yang lebih dulu

direkamnya, yang lebih dipercaya, yang lebih menyenangkan dan yang

berlangsung terus menerus.

Dalam konteks ini terapi generalis melibatkan keluarga (terutama

ibu) secara langsung dalam pemberian stimulasi pada anaknya. Ibu juga

merupakan sosok yang paling dipercaya oleh anak dan paling sering

bersama anak. Oleh karena itu, ibu berpeluang untuk memberikan

stimulus secara terus menerus. Suasana rumah juga semestinya lebih

santai dari pada suasana sekolah, sehinga ibulah yang bisa memberikan

stimulus dengan lebih menyenangkan (Rika, 2010).

Pada saat pelaksanaan asuhan keperawatan, keluarga dilatih

memberikan pujian pada setiap keberhasilan yang dilakukan anak dan

memotivasi anak bila belum berhasil melakukan kegiatan yang dilatih.

Upaya ini diharapkan meningkatkan perkembangan inisiatif anak dan

mencegah anak dari perasaan bersalah. Wongkeban (2008 dikutip dari

Utami 2012) mengatakan bahwa salah satu upaya orang tua untuk

mencegah anak dari rasa bersalah dengan cara mendorong anak untuk

mewujudkan gagasan dan ide-idenya serta tidak mencemooh atau

menghambat kegiatan fantasi atau bermain anak.

Berdasarkan hal diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan

keperawatan yang diberikan pada klien telah berjalan dengan baik

104
ditandai dengan keluarga sudah mulai memahami tentang cara

menstimulasi tumbuh kembang anak usia sekolah dan bersedia

mempraktikkannya dalam aktivitas sehari-hari sejak intervensi dilakukan.

6. Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut dari proses pemberian asuhan keperawatan

pada keluarga Tn.R dengan anak usia sekolah adalah memberikan

stimulasi pada aspek perkembangan anak yang belum dapat dicapai dan

kegiatan stimulasi dapat lebih dikembangkan seperti dengan melakukan

terapi secara berkelompok.

B. Manajemen Layanan Keperawatan

1. Pengkajian

Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa, untuk

perkembangan anak usia sekolah ditemukan bahwa belum ada program

dari pihak Puskesmas terkait dengan stimulasi anak usia sekolah.

Puskesmas nantinya dapat menambahkan program untuk meningkatkan

kesehatan jiwa anak usia sekolah salah satunya dengan stimulasi

perkembangan anak usia sekolah. Untuk melaksanakan program tersebut,

diperlukan adanya kerja sama antara perawat dan pihak sekolah di

lingkungan RW 01.

Selain itu, masih banyak dari orang tua dan masyarakat yang belum

menyadari terkait tumbuh kembang anak usia sekolah dan cara

stimulasinya. Berbagai dampak yang terjadi pada anak usia sekolah jika

tahap pertumbuhan dan perkembangannya tidak tercapai dengan

105
maksimal seperti perilaku menyimpang. Menurut Rajeev (2014), dampak

penyimpangan yang terjadi pada anak usia sekolah pada tahap

pertumbuhan dan perkembangannya yaitu bullying, membolos, mencuri,

dan kekerasan pada anak.

Hasil penelitian mengatakan bahwa 67 % anak sekolah mengalami

bully, 58 % anak sekolah melakukan percobaan bunuh diri karena depresi

(Bowden dan Greenberg, 2010). Untuk menghindari dan mengatasi

dampak penyimpangan tersebut diperlukan suatu wadah agar dapat

mewujudkan sumber daya yang tidak hanya sehat secara fisik tetapi juga

mental dan sosial serta mempunyai produktivitas yang optimal melalui

upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa yang terus menerus

melalui pembinaaan dan pengembangan kesehatan mental anak usia

sekolah (Keliat, 2010).

2. Rencana Tindakan Keperawatan

Untuk analisa SWOT, ditemukan bahwa masih kurangnya

motivasi perawat untuk melakukan identifikasi masalah dan

melakukan terapi stimulasi kelompok terhadap anak usia sekolah.

Sehingga banyak dari anak sekolah yang sering membolos, membully

temannya, malas belajar. Sehingga dapat dilakukan terapi stimulasi

kelompok terkait tumbuh kembang anak untuk membantu

mengoptimalkan perkembangan mental anak.

106
Pada kesempatan ini, penulis melakukan terapi stimulasi

tentang penerapan stimulasi aspek moral dan spiritual. Menurut

Malfasari (2015), pelaksanaan terapi stimulasi kelompok dapat

meningkatkan kemampuan tumbuh kembang dan kemampuan asertif

pada anak usia sekolah.

3. Implementasi Keperawatan

Dalam kegiatan terapi ini, dihadiri oleh dosen pembimbing

dan peserta dengan anak usia sekolah umur 10 - 11 tahun berjumlah 5

orang. Dalam melakukan kegiatan ini, terlebih dahulu menanyakan

perasaan anak, setelah itu melakukan stimulasi perkembangan aspek

moral dan spiritual dengan melakukan permainan menepati janji pada

kelompok, melakukan kewajiban, mengikuti peraturan, mengikuti

kegiatan keagamaan, berdoa dan membaca kitab suci. Anak tampak

aktif dan semangat untuk melakukan kegiatan. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Istiana, Keliat dan Nuraini (2011), menunjukkan

adanya peningkatan secara bermakna terhadap perkembangan industri

anak sekolah setelah mendapat stimulasi kelompok.

4. Evaluasi

Setelah dilakukan stimulasi tumbuh kembang kelompok,

mahasiswa melakukan evaluasi terkait kemampuan anak. Pada aspek

moral dan spiritual menunjukkan terjadi peningkatan rata-rata skor

1.2 point (20%). Dapat dilihat bahwa anak dapat mengalami

107
peningkatan pada kemampuan aspek moral dan spiritual setelah

mengikuti kegiatan stimulasi perkembangan. Kemampuan anak yang

paling banyak mengalami peningkatan dari aspek moral dan spiritual

adalah kemampuan mengikuti kegiatan keagamaan dimana pada saat

sebelum dilakukan stimulasi hanya 3 anak yang mengikuti kegiatan

keagamaan seperti sholat (60%) dan setelah dilakukan stimulasi

aspek moral dan spiritual meningkat menjadi 5 anak (100%).

Sesuai dengan pendapat Rosenberg (2011), anak yang terlibat

dalam kegiatan kelompok akan meningkatkan kemampuan anak

dalam mengenali potensi yang dimilikinya serta melatih kemampuan

tersebut bersama dengan anggota lainnya. Dengan berkelompok,

kemampuan anak untuk berkarya akan meningkat (Jiang et al., 2014).

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2011)

menunjukkan adanya peningkatan rata-rata kemampuan

perkembangan anak setelah dilakukan stimulasi perkembangan moral

dan spiritual secara berkelompok dari 78,4% menjadi 96%.

Tercapainya pelaksanaan kegiatan stimulasi kelompok ini

tidak lepas dari adanya hubungan yang baik antara mahasiswa, anak,

pihak sekolah, perangkat RW dan masyarakat RW 01. Mahasiswa

sudah melakukan evaluasi beberapa hari setelah dilakukan terapi

stimulasi kelompok untuk melihat perkembangan dan keberhasilan

dari pelaksanaan kegiatan. Kekurangan pada kegiatan ini adalah hanya

108
5 orang anak usia sekolah yang dapat hadir mengikuti kegiatan dari

awal sampai akhir kegiatan.

5. Rencana Tindak Lanjut

Bagi kelanjutan penelitian ini, diharapkan nantinya pihak

sekolah dan orangtua anak usia sekolah dapat menerapkan terapi

stimulasi kelompok ini dengan baik. Sehingga tumbuh kembang anak

usia sekolah di RW 01 tidak ada yang mengalami hambatan ataupun

masalah.

109
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada

keluarga Tn. R dengan masalah kesiapan peningkatan perkembangan usia

sekolah di RW 01 Kelurahan Parak Gadang Timur dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Hasil pengkajian yang didapatkan sesuai dengan pengkajian teoritits

yaitu karakteristik yang normal pada usia sekolah ditemukan pada

An.N seperti punya kemampuan untuk berkarya bermain dengan alat-

alat dirumah, suka bermain dengan teman sebaya, belajar bercerita

dengan sebaya dan orang dewasa.

2. Diagnosa yang ditemukan pada klien sesuai dengan teoritis yaitu

kesiapan peningkatan perkembangan usia sekolah

3. Intervensi keperawatan pada klien dapat dilakukan secara teoritis

seperti mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal,

mengembangkan keterampilan berbahasa, keterampilan adaptasi

psikososial, mengembangkan kecerdasan, mengembangkan nilai-nilai

moral serta meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan.

110
4. Pelaksanaan implementasi pada klien dapat terlaksana dengan baik

sesuai dengan intervensi yang direncanakan

5. Evaluasi asuhan keperawatan pada An.N menunjukkan bahwa asuhan

keperawatan yang diberikan telah memberikan dampak postif bagi

An.N yaitu terjadinya peningkatan perkembangan serta penambahan

pengetahuan bagi keluarga tentang cara menstimulasi perkembangan

anak usia sekolah.

6. Penerapan Pilar 4 CMHN manajemen kasus kesehatan jiwa melalui

stimulasi tumbuh kembang kelompok tentang aspek moral dan

spiritual pada anak usia sekolah di RW 01 Kelurahan Parak Gadang

Timur

B. Saran

1. Bagi Keluarga

Keluarga dapat melakukan stimulasi perkembangan yang telah

diajarkan sesuai dengan waktu, tujuan dan jenis stimulasi yang telah

diberikan agar perkembangan anak dapat meningkat.

2. Bagi Perawat Puskesmas

Agar perawat Puskesmas khususnya Pembina Wilayah RW 01

Kelurahan Parak Gadang Timur agar dapat melakukan kegiatan rutin

untuk stimulasi perkembangan usia sekolah bersama dengan kader

kesehatan jiwa yang sudah dibentuk sehingga diharapkan terjadi

peningkatan kesehatan jiwa di RW 01 Kelurahan Parak Gadang Timur.

111
3. Bagi Pelayanan Keperawatan

Agar perawat pemegang program jiwa di Puskesmas Andalas

Kelurahan Parak Gadang Timur dapat menyusun program terkait

peningkatan kesehatan anak usia sekolah dengan stimulasi

perkembangan sehingga dapat meningkatkan pelaksanaan manajemen

pelayanan keperawatan CMHN khususnya melalui manajemen kasus

kesehatan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Agar institusi pendidikan seperti sekolah, khususnya untuk guru

sebagai pendidik anak di sekolah dapat meningkatkan stimulasi pada

anak usia sekolah sehingga dapat terjadi peningkatan perkembangan

pada anak di sekolah. Guru sebaiknya memberikan reward bagi anak

dan mengurangi hukuman pada anak.

112
DAFTAR PUSTAKA

Affrunti & Borden. (2016). Negative Affect and Child Internalizing Symptoms:
The Mediating Role of Perfectionism. Child Psychiatry Hum Dew. 47:358-
368.
Agung Sunarto dan Agung Hartono. (2006). Perkembangan Peserta Didik,
Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Alampay, L. P., Godwin, J., Lansford, J. E., Bombi, A. S., Bornstein, M. H.,
Chang, L., & Oburu, P. (2013). Severity and justness do not moderate the
relation between corporal punishment and negative child outcomes: A
multicultural and longitudinal study. International Journal of Behavioral
Development, 0165025417697852.
Alimul Hidayat,A.Aziz.(2005). Pengantar ilmu keperawatan anak 1., Jakarta:
Salemba Medika.
Anderson, E.T. & McFarlane, J. (2006). Buku Ajar Keperawatan Komunitas:
Teori dan Praktek. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Anita Woolfolk. (2015). Educational Psychology Active Learning Edition
Diterjemahkan oleh: Helly Prajitno Soetjipto. Boston: Pearson Education,
Inc., Publishing.
Apsari, TH. Eri Retno. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak
Melalui Kartu Angka Dan Gambar Pada Kelompok B Di Kansius Klaten.
Skripsi. FKIP UMS.
Ariani, A. & Yosoprawoto, M. (2013). Usia Anak dan Pendidikan Ibu sebagai
Faktor Risiko Gangguan Perkembangan Anak. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
27(2), p.118.
Ariyana, D.R dan Rini, N.S. (2009). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang
Perkembangan Anak dengan Perkembangan Motorik Kasar dan Motorik
Halus Anak Usia 7-8 Tahun.
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

113
Berry, D., & O’Connor,E. (2012). Behavioral risk, teacher-child relationships,
and social skill development across middle childhood: A child by-
environmenr analysis of change. Journal of Applied Developmental
Psychology, 31 (1), 1-14.
Bowden, V.R., & Greenberg, C.S. 2010. Children and Their families: The
Continuum of Care (2nd ed.). Philadelphia: Williams & Wilkins.
Briawan, D & Herawati, T. (2008). Peran Stimulasi Orangtua terhadap
Perkembangan Anak Balita Keluarga Miskin.
Departemen Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 5. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan
Keperawatan, Jakarta : Depkes RI.
Elizabeth B. Hurlock. (2004). Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Gelora
Aksara Pratama.
Elizabeth B. Hurlock. (2005). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Feist, J. & Gregory J. Feist. (2008). Theories of Personality (Edisi Keenam).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Friedman.(2012). Keperawatan keluarga.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Glover, McCormack, and Smith. (2015). Collaboration between teachers and
speech and language tehrapists: Services for primary school children with
speech, language and communication needs. Child Language Teaching and
Therapy, Vol 31(3) 363-382.
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis
Missoury: Mosby
Hubel & Campell. (2014). Towards Strengthening Social and Family
Relationships In Child Sexual Abuse Victims; Child Advocacy Center Based
Group Treatment for Child Sexual Abuse. Journal of Child Sexual Abuse,
23:304-325.
Jankowski, W. Nicholas. (2015). Community Media, in the Informastion Age;
perspective and prospect. Broadway : Hampton Press.

114
Jiang, et.al., (2014). Breastfeeding and the Child Cognitive Outcomes: A
Propensity Score Matching Approach. Matern Child health J 15:1296- 1307
Jilid 1. Alih Bahasa: Widyasinta Benedictine. Jakarta: Erlangga.
John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta
: PT. Erlangga.
Karwati, Eui dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Kelas. Bandung:
Alfabeta.
Kawabata, Y., Alink, L.R.a, Tseng, W.L, van Ijzendoorn , M.H., & Crick, N.R.
(2011). Maternal and paternal parenting styles associated with relational
aggression in children and adolescents: A conceptual analysis and meta-
analytic review. Developmental Review, 31 (4), 240-278.
Keliat ,et al. (2007). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Keliat, B A. , et al. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN
(Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Keliat, et al (2007). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC
Keliat., Daulima., & Farida, (2011). Manajemen keperawatan psikososial & kader
kesehatan jiwa; CMHN intermediet course. Jakarta: EGC.
Keliat.,et al. (2013). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: ECG
Kemenkes RI. (2018). Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017.
Kohlberg, L. (2014). The Development of modes of moral thingking and choice in
the years 10 to 16 (Disertasi tidak diterbitkan). The University of Chicago,
Chicago. Retrieved from http://www.jschenk.com
Marmi, dan K. Rahardjo. (2015). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, Anak
Prasekolah dan Anak Usia Sekolah. Yogyakarta : Pustaka Belajar
Maryam, Siti. (2008). Mengenal Usia dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika
Maulana, Heri, d.j,. Promosi Kesehatan (Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC, 2009).
Mendes et al.,(2013). Risk Factors for Mental Health Problems in School-Age
Children from a Community Sample. Matern Child Health J. 17:1825-1834.

115
MS Sumantri. (2005). Pengembangan Keterampilan Motorik Anak . Jakarta:
Dinas Pendidikan
Murphy, Priscilla. (2007). “Game Theory for Organizational/Public Conflict.”
Canadian Journal of Communication, Vol. 16, No. 2.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta
Nugroho, T, dkk. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nurjannah (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Stimulasi Perkembangan
Anak Terhadap Pengetahuan dan Sikap Orang Tua di Rumah Bintang Islamic
School. Jurnal Ilmu Keperawatan. 3(2):112-119
O’kearney et al.,(2016). Emotional Abilities in Children with Oppositional
Defiant Disorder (ODD): Impairments in Perspective Taking and
Understanding Mixes Emotions are Associated with High Callous-
Unemotional Traits. Child Psychiatry Hum.
Papalia, D. E., Old s, S. W., & Feldman, R. D. (2009). Human Development
Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika.
Pambudi, Pangestika. (2017). Pengaruh Media Audio Visual Terhadap
Perkembangan Kognitif Anak. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Peterson, C., & Seligman, M. E. P. (2016). Character strengths and virtues:
A handbook and classification. Washington, DC: American Psychological
Association.
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta : Salemba
Medika
practice. W.B. Saunders Company. Philadelphia.
Rahmadi, F., Hardaningsih, G., & Pratiwi, R. (2015). Prevalensi Dan Jenis
Masalah Emosional Dan Perilaku Pada Anak Usia 9-11 Tahun. Jurnal Gizi
Indonesia (ISSN : 1858-4942) Vol. 3, No. 2, Juni 2015: 116-119
Rajeev, Pradhan an Wong. (2014). Effect of Transdiciplinary Approach in Group
Therapy to Develop Social Skills for Children with Autism Spectrum
Disorder. Theory and Practice in Language Studies, Vol 4, No 8, 1536-1542.

116
Riset Kesehatan Dasar. (2007). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Rosenberg, M., (2011), Conceiving the Self, New York, Basic Books.
S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Saifah, A. (2011). Hubungan Peran Keluarga , Guru, Teman Sebaya dan Media
Massa Dengan Perilaku Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di Wilayah Kerja
Puskesmas Mabelopura Kota Palu. Tesis. Universitas Indonesia.
Santrock. (2011). Life-Span Development: Perkembangan Masa-Hidup. Edisi 13.
Sciences. 2nd edition. New York
Septiari, B. 2012. Mencetak Anak Cerdas dan Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Setyaningsih, Tri. (2011). Efektivitas Terapi Kelompok Terapeutik Dan
Psikoedukasi Keluarga Pada Anak Dan Orang Tua Terhadap Peningkatan
Perkembangan Inisiatif Anak Di Kelurahan Baranang Siang Bogor Timur
Tahun 2012.
Sitorus (2014). Membentuk Kepribadian Anak “Peran Moral Intelektual,
Emosional, dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri”.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Smith, C.M, & Maurer, F.A. (2009). Community health nursing : Theory and
Soetjiningsih. 2008. Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC
Spesialis Jiwa FIK 2005-2007 dan Tim Pengajar Spesialis Jiwa (2016). Draft
Standar Asuhan Keperawatan Program Spesialis Jiwa. Jakarta: Program
Magister Keperawatan Jiwa FIK UI.
Sternberg, R.J. (2006). A triangular love theory of love. Psychological review.
Vol 93 no. 2. 119-135. American Psychology Asociation, Inc.
Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (R. P. Kapoh, & E. K.
Yudha, Penerj.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart, G.W. (2009). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis:
Mosby.

117
Su & Tsai. (2016). Group Play Therapy With Children of New Immigrants in
Taiwan Who Are Exhibiting Relationship Difficuties. International Journal of
Play Therapy, Vol.25. 2. 91-101.
Sukadiyanto. (2007). Pengantar Teori dan Metodologi Melatih Fisik. Yogyakarta:
FIK UNY.
Sukamti E.R. (2014). Perkembangan Motorik Kasar Anak Sebagai Dasar Menuju
Prestasi Olahraga. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan : Universitas Yogyakarta
Vol.2 No.4 : 54-64.
Suliha, Uha, (2002) , Pendidikan Kesehatan : Pendidikan Kesehatan, Jakarta,
EGC Buku kedokteran.
Sumiarti. (2012). Stimulasi Dini pada Pola Asuh Berdampak Positif Terhadap
Perkembangan Anak. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan.
Suyadi. (2010). Psikologi Belajar Anak. Yogyakarta : PEDAGOGIA
Syamsu Yusuf, (2002). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung.
Remaja Rosdakarya.
Teugeh, J., Rompas, F & Ransun, D, (2012). Peran Keluarga Dalam
Memandirikan Anak Retardasi Mental.
Tohirin, (2008), Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Kesehatan
Jiwa.
Utami,R.B. (2012). Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Tipe Pola Asuh Orang Tua
terhadap Perkembangan Psikososial Anak Sekolah di SDN Aisyiyah II
Nganjuk. Jurnal Kesehatan. 2(1):25-35.
Verkuijl, N.E., Richter,L., Norris,S.A, Stein,A., Avam, B., & Ramchandani,P.G.
(2014). Postnatal depressive symptoms and child pshchological development
at 10 years: a prospective study of longitudinal data from the South African
Brtih to Twenty Cohort. The Lancet Pschiatry, 1 (6), 454-460.
Wahyuni, Hesti. (2018). Stimulasi Permainan Puzzle Berpengaruh Pada Sosial
Dan Kemandirian Anak. Jurnal Keperawatan Silampari, 1 (2) 62-77

118
Walter., Keliat, B.A., Hastono, S.P., & Susanti, H. (2010). Pengaruh terapi
kelompok terapeutik terhadap perkembangan industri anak usia sekolah di
Panti Sosial Asuhan Anak Kota Badang. Depok: Universitas Indonesia,
Tesis tidak dipublikasi.
Watson, Jean. (2013). Assessing and Measuring Caring in Nursing and Health
Widarni. (2011). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
Jurusan Pendidikan Matematika UPI.
Wilcox, Dennis L dan Cameron, Glen T. (2013). Public Relations: Strategies
and Tactics 9ed. USA: Pearson Education.
Wong, L. Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 1. Edisi 6. .
Jakarta : EGC.
Yudrik, Jahja. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta. Kencana.
Yuliani Nuraini Sujiono, Bambang Sujiono. (2010). Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks.
Yuniartiningsih (2012). Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar. (online).
Yuniartiningsih (2012). Peningkatan Aktivitas dan Prestasi Belajar. (online).
Yurika,D.(2009). Efektifitas pendidikan kesehatan dalam meningkatkan
pengetahuan,sikap dan keterampilan ibu dalam pemantauan perkembangan
anak. Jakarta: FK. UI
Yusuf, Ah. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika
Zaviera, Ferdinand. (2008). Mengenali dan Memahami Tumbuh Kembang Anak
Jogjakarta: Katahati.
Zuriah, Nurul. (2011). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif
Perubahan: Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara
Konsteksual dan Futuristik. Jakarta: Penerbit PT. Bumi Aksara.

119
Lampiran 1

FORMAT PENGKAJIAN KESEHATAN JIWA DI KOMUNITAS

A. DATA BIOGRAFI

Pasien

Nama : An.N

Tempat/Tanggal Lahir : 5 Januari 2010

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Latar Belakang Budaya : Koto

Pendidikan :-

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl. Aur Duri RW I RT IV Kelurahan Parak


Gadang Timur

Keluarga

1. Kepala Keluarga (KK) : Tn.R

2. Umur : 39 Tahun

3. Alamat : Jl. Aur Duri RW I RT IV Kelurahan


Parak Gadang Timur

4. Pekerjaan KK : Pedagang

5. Pendidikan KK : SMA

6. Anggota keluarga : Berjumlah 3 orang

120
Anggota Keluarga
No Nama Umur JK Pekerjaan Status Pendidikan Gol Riwayat Ket
Imunisasi Darah Kesehatan
1 Ny.R 37 tahun Pr IRT Tidak SMA O -
Lengkap
2 An.M 12 tahun Pr Pelajar Lengkap SMP - -
3 An.N 8 tahun Pr Pelajar Lengkap SD - -

Genogram

Keterangan

: laki-laki : hubungan perkawinan

: perempuan : identifikasi klien

: laki-laki meninggal : tinggal serumah

: perempuan meniggal

7. Tipe Keluarga:
Tipe bentuk keluarga Tn.R adalah nuclear family (keluarga inti). Keluarga
inti terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi dan tinggal dalam satu rumah (Friedman, 2010).

121
8. Adat/budaya terkait kesehatan:
Ny.R mengatakan bahwa keluarganya merupakan suku minang (Koto) dan
berkembang dengan kebudayaan minang. Bahasa yang digunakan sehari-hari
dalam keluarga Ny. R adalah bahasa minang. Ny. R mengatakan bahwa
dirinya penduduk keturunan asli di Kelurahan Parak Gadang Timur. Sejak
kecil hingga berkeluarga dan memiliki anak Ny. R tinggal di Kelurahan Parak
Gadang Timur.

Keluarga Ny. R tinggal di lingkungan yang homogen akan budaya, yaitu


budaya minang. Ny. R mengatakan diwilayah tempat tinggalnya terdapat
fasilitas umum seperti tempat ibadah, Puskemas Pembantu, toko kebutuhan
sehari-hari. Saat pengkajian, tampak dekorasi rumah keluarga Ny. R
tradisional dan tampak unsur budaya minang pada dekorasi rumah Ny. R.
Selain itu, Ny. R mengatakan menu makanan dalam keluarganya adalah
makanan tradisional minang, seperti gulai, sambal ayam, rendang, makanan
berlemak.

9. Spiritual:
Ny. R mengatakan bahwa semua anggota keluarganya beragama islam.
Ny. R mengatakan bahwa dalam keseharian anggota keluarganya seperti
anak-anaknya sering pergi ke mesjid untuk mengaji. Ny. R biasanya suka
pergi beramai-ramai ke mesjid bersama dengan tetangga sekitar lingkungan
rumah. Ny. R mengatakan bahwa dirinya dan anggota keluarganya
berkeyakinan bahwa segala sesuatunya sudah diatur oleh Allah SWT.
10. Aktivitas Rekreasi keluarga:
Biasanya untuk aktivitas rekreasi keluarga, Ny. R mengatakan
keluarganya jarang melakukan rekreasi / liburan. Aktivitas seperti menonton
televisi bersama selalu dilakukan keluarga saat berkumpul bersama.

Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


11. Tahap perkembangan keluarga saat ini

122
Menurut Friedman, tahap perkembangan keluarga Ny. R saat ini adalah
tahap perkembangan keluarga dengan anak sekolah dengan tugas
perkembangan keluarga yaitu :
a. Menyosialisasikan anak-anak,termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan
membantu hubungan anak-anak yang sehat dengan teman sebaya.
b. Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan
c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tidak ada tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, untuk saat
ini tugas perkembangan keluarga sudah dilaksanakan sesuai dengan tugas
perkembangan keluarga.
13. Riwayat kesehatan keluarga inti
Ny. R mengatakan memiliki 2 orang anak. Ny. R melahirkan 2 orang
anaknya secara normal dibantu oleh bidan didekat rumahnya. Ny.R
mengatakan semua anaknya memiliki imunisasi yang lengkap. Kedua anaknya
jarang yang sakit, namun biasanya hanya sakit demam dan batuk saja. Ny. R
mengatakan ingin semua anaknya sehat dan bahagia selalu bersama
keluarganya.
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga Ny.R tidak ada riwayat penyakit kronis ataupun penyakit genetik
pada keluarganya.
Data Lingkungan
15. Karakteristik rumah

K. K. WC
Tidur Tidu
Dapur
r
R.tamu R. Tengah

Teras

Ny. R mengatakan bahwa rumah yang ia tempati saat ini adalah milik
Teras
sendiri. Dekorasi rumah tampak tradisional, dan tampak ada unsur budaya
minang pada dekorasi rumah Ny.R. Rumah Ny.R terdiri dari 1 ruang tamu dan

123
Teras
ruang tengah, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan dapur. Setiap kamar terdapat
jendela, termasuk ruang tamu dan kamar tidur. Pencahayaan dan ventilasi
rumah mencukupi dan sesuai kriteria rumah sehat. Lantai rumah
menggunakan keramik. Kondisi rumah cukup bersih.
Ny. R mengatakan sumber air di rumah merupakan sumur gali. Didapur
terdapat tempat cuci piring, tempat memasak dan mesin cuci. Sanitasi air di
kamar mandi mencukupi dan bersih. Dikamar mandi tersedia perlengkapan
mandi untuk masing-masing anggota keluarga seperti sikat gigi, dsb. Keluarga
menggunakan sabun mandi dan shampo bersama. Ny. R mengatakan sudah
puas dengan keadaan rumahnya. Semua kamar berisi oleh anggota keluarga
Ny. R.
16. Karakteristik tetangga dan komunitas
Ny. R dan keluarga tinggal di RT 04 RW 01 Kelurahan Parak Gadang
Timur. Tipe lingkungan tempat tinggal keluarga Ny. R adalah perumahan
warga dengan jarak antara satu rumah dengan yang lainnya terlalu berdekatan
dan padat penduduk. Terdapat industri pabrik karet sekitar 4 km dari rumah
keluarga. Dimana setiap pagi dan malam hari, udara tercium bau busuk dari
pabrik karet. Ny. R juga mengatakan di komunitasnya tidak masuk air PDAM,
tetapi sumber air bersih yang digunakan keluarga adalah sumur gali.
Pembuangan limbah rumah tangga dan septitank keluarga Ny. R dibuang ke
septitank yang telah dibuat sekitar 500 m dari depan rumah Ny. R. Untuk
pembuangan sampah di buang di tempat sampah yang telah dibuat dimana
petugas pembuangan sampah akan menjemput sampah ke rumah-rumah
masyarakat.
Tipe komunitas tempat tinggal Ny. R adalah homogen. Penduduk di
lingkungan rumah Ny. R merupakan penduduk asli dan hampir semuanya
bersuku minang, dan beberapa tetangga merupakan saudara satu keturunan.
Karakteristik komunitas tempat tinggal Ny. R adalah kelas menengah.
Lingkungan tempat tinggalnya merupakan lingkungan yang padat penduduk,
jarak satu rumah ke rumah yang lain sekitar 1-2 meter.

124
Fasilitas-fasilitas umum yang tersedia di komunitas adalah pelayanan
kesehatan, transportasi umum, sekolah, toko keperluan rumah tangga dan
tempat ibadah. Pelayanan kesehatan yang berada di komunitas adalah
puskesmas pembantu dan jarak dari rumah keluarga Ny. R sekitar 500 m.
Tempat ibadah atau mesjid juga tersedia di lingkungan keluarga Ny. R yaitu,
Mesjid Al-Kautsar. Ny. R mengatakan sering mengikuti ibadah jamaah di
Mesjid tersebut apalagi saat bulan ramadhan dan beramai-ramai pergi bersama
tetangga di lingkungannya. Sekolah yang tersedia di lingkungan adalah
sekolah dasar yang berada sekitar 1 km dari tempat tinggal keluarga Ny. R.
Transportasi umum yang tersedia di komunitas adalah angkot dan jasa
ojek. Ny. R mengatakan jarang menggunakan transportasi umum karena
jarang keluar rumah/berpergian jika Ny. R memiliki keperluan untuk
berpergian jauh maka suaminya yang akan mengantarkannya dengan
menggunakan motor pribadi. Ny. R mengatakan lingkungannya aman dan
tidak ada insiden kejahatan di lingkungan tempat tinggalnya.
17. Mobilitas geografis keluarga
Ny. R mengatakan keluarga telah tinggal di lingkungan tersebut sejak
beliau masih kecil. Ny. R mengatakan Kelurahan Parak Gadang Timur
khususnya Aur Duri adalah kampung halamannya. Setelah menikah Ny. R
tinggal dirumah yang merupakan milik sendiri dan telah melakukan renovasi
pada beberapa bangunan rumah tersebut dan sudah sepenuhnya selesai.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ny. R mengatakan mempunyai hubungan baik dengan siapapun yang ada
di komunitasnya. Ny. R mengatakan di lingkungannya merupakan sanak
keluarganya. Ny. R juga mengatakan mengenal pengurus mesjid yang ada di
komunitasnya. Ny. R mengatakan anggota keluarga jika ingin membeli
keperluan rumah tangga selalu belanja di pasar atau kedai kecil yang ada
dikomunitas. Ny. R mengatakan menerima jika ada yang melakukan
kunjungan ke rumah seperti dari pihak puskesmas maupun kunjungan
lainnya. Ny. R mengatakan senang dengan adanya transportasi umum
(ojek/angkot) yang ada di komunitasnya. Hal tersebut mempermudah akses

125
anggota keluarga jika ingin ke tempat tertentu. Ny. R mengatakan senang jika
membantu saat ada acara di komunitasnya seperti acara pernikahan dan acara
lainnya.
Struktur Keluarga
19. Struktur Peran
Untuk struktur peran formal dalam keluarga Ny. R :
 Tn. R berperan sebagai suami bagi Ny. R, sebagai ayah dari An.M dan
An.N
 Ny. R berperan sebagai istri bagi Tn.R, sebagai ibu dari An.M dan An.N
 Peran pasangan pernikahan dikukuhkan terlihat dari hubungan Tn.R dan
Ny. R yang baik. Ny. R terlihat hormat dan santun kepada Tn.R.
 Tn.R tinggal di rumah bersama dengan Ny. R dan bekerja sebagai
pedagang. Tn.R membantu dalam mencukupi nafkah kebutuhan
keluarganya
 Ny. R merupakan istri dari Tn.R. Ny. R sebagai ibu rumah tangga,
memiliki 2 orang anak yang paling besar berusia 12 tahun dan yang kecil
usia 8 tahun.
 An.M adalah anak pertama Ny. R berusia 12 tahun kelas 1 SMP
 An.N adalah anak kedua Ny. R, berusia 8 tahun kelas 3 SD
Ny. R mengatakan tidak ada masalah dengan peran-peran tersebut.
Mereka saling membantu dalam menjalankan tugas yang biasa dilakukan di
rumah. Ny. R mengatakan masing-masing anggota keluarga menjalankan
perannya dengan baik. Ny. R mengatakan saling membantu dalam
menjalankan peran jika anggota keluarga membutuhkan bantuan anggota
keluarga lain.
Selain itu peran informal dalam keluarga Ny. R
 Tn.R merupakan seorang pedagang yaitu tidak menginginkan apapun
untuk dirinya tetapi mengorbankan apapun untuk kebaikan anggota
keluarga yang lain. Tn.R juga seorang yang pekerja keras dan suka bergaul
bersama tetangga.

126
 Ny. R merupakan koordinator keluarga. Koordinator keluarga mengatur
dan merencanakan aktivitas keluarga, dengan demikian meningkatkan
kohesivitas dan melawan perpecahan keluarga (Friedman, 2010).
 Tn.R merupakan perantara keluarga yaitu papan penghubung, mengirim
dan memantau komunikasi di seluruh keluarga (Friedman, 2010).
 Ny. R lebih berperan sebagai pengikut. Pengikut sejalan dengan
pergerakan kelompok, kurang lebih menerima ide orang lain secara pasif,
berfungsi sebagai pendengar dalam diskusi dan keputusan kelompok
(Friedman, 2010).
Peran informal dalam keluarga biasanya menunjukkan kebutuhan
integrasi dan adaptasi anggota kelompok. Misalnya kehadiran peran
perantara, ketika wawancara perantara menjawab untuk anggota keluarga lain
saat tidak secara langsung ditanya (Friedman, 2010). Dari hasil pengkajian
tidak ada peran informal yang disfungsional dalam keluarga Ny. R. Anggota
keluarga menyadari adanya peran informal pada dirinya. Seperti Tn.R sebagai
perantara dalam keluarga mengatakan dirinya dapat mengerti bagaimana
anggota keluarga yang lain. Tn.R dapat menjadi sebagai jembatan jika ada
masalah antara anggota keluarga satu dengan yang lainnya.
20. Pola komunikasi keluarga
Berdasarkan pengkajian, anggota keluarga dalam keluarga Ny. R tidak
ada seorang pun yang mengalami kerusakan verbal seperti bisu, sehingga
komunikasi dilakukan secara normal. Interaksi antar anggota keluarga
menggunakan proses komunikasi fungsional. Dimana anggota keluarga
menyatakan maksud pembicaraannya dengan tegas dan jelas. Komunikasi
dalam keluarga Ny. R dilakukan lebih intens ketika semua anggota keluarga
berkumpul bersama. Saat pengkajian, Ny. R tampak berkomunikasi dengan
baik.
Pesan emosional (afektif): pesan afektif diekspresikan secara terbuka
diantara keluarga, Ny. R berespon afektif terhadap anaknya, seperti Ny. R
selalu mengasuh anaknya, menanyakan tentang sudah makan, kesehatannya
dan jadwal agar cepat pulang kerumah. Ny. R mengatakan dirumahnya,

127
suaminya sibuk bekerja sehingga berkumpul bersama hanya pada malam
hari.
Karakteristik jaringan komunikasi keluarga: Ny. R mengatakan pola
komunikasi antara dia dan keluarganya terkadang terkesan keras karena
Ny.R mudah marah dan merasa kesal. Ny. R selalu mengatakan secara
langsung jika ada hal yang dibutuhkannya pada anak-anaknya. Anak Ny. R
tampak sering diajak bermain, berbicara oleh Ny. R saat jalan waktu luang
dan santai.
21. Struktur kekuatan keluarga
Ny. R mengatakan dalam keluarga yang memegang kata terakhir dalam
musyawarah adalah ninik mamak. Ny. R mengatakan karena keluarganya
mengikuti adat istiadat Minang. Jika dalam keluarga kecil, yang memegang
kata terakhir dalam memutuskan hasil musyawarah adalah suaminya. Hal ini
karena dirumah tersebut suaminya yang memegang keputusan. Selain itu
Ny.R mengatakan semua anggaran rumah tangga dia yang mengatur.
Ny. R mengatakan pengambilan keputusan dalam keluarga dengan cara
musyawarah. Keputusan diambil dengan cara kesepakatan oleh semua
anggota keluarga. Ny. R mengatakan jika ada masalah kekeluargaan yang
tidak bisa diselesaikan dengan keluarga inti saja maka keluarga melibatkan
ninik mamak sebagai orang yang dituakan dan dihormati. Berdasarkan
keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa dasar-dasar kekuasan yang
dipegang oleh keluarga Ny. R adalah kekuasaan legitimasi dimana berkenaan
dengan keyakinan dan persepsi anggota keluarga ditandai dengan adanya
seorang yang mempunyai hak untuk mengendalikan perilaku dalam hal ini
adalah ninik mamak. Sesuai dengan hakikat dan peran ninik mamak dalam
kebudayaan minang memiliki peran istimewa (Friedman, 2010).
Fungsi Keluarga
22. Fungsi afektif
Keluarga Ny. R memiliki pelekatan yang kuat antar anggota keluarga.
Ny. R mengatakan berhubungan komunikasi yang baik dengan suami dan
anaknya. Ny. R memberikan pujian pada anaknya saat melakukan hal yang

128
baik. Keluarga Ny. R saling mendukung untuk kemandirian dalam
masyarakat. Dalam keluarga Ny. R semua anggota keluarga saling
mendukung dan membantu dalam hal pemenuhan kebutuhan keluarga.
23. Fungsi Sosialisasi
Ny. R mengatakan membesarkan anak-anaknya berdasarkan pada nilai
agama, adat dan budaya yang berlaku di Minangkabau. Ny. R menanam
ajaran agama pada anak-anaknya sejak dari kecil seperti menghormati orang
tua dan yang lebih tua. Ny. R mengatakan tidak pernah menghukum anak
dengan membentak ataupun memukul anak-anak. Ny. R mengatakan
mengajarkan anak-anaknya untuk bersosialisasi dengan keluarga besar dan
masyarakat sekitarnya.
24. Fungsi Reproduksi
Pada keluarga Ny.R tampak bahwa Ny.R dan Tn.R terus
mempertahankan generasi selanjutnya dengan mendidik anaknya untuk bisa
menjadi generasi penerus yang berguna bagi keluarga dan orang lain. Selain
itu Ny.R dan Tn.R tampak selalu harmonis dan menjaga keharmonisan
rumah tangganya.
25. Fungsi Ekonomi
Ny. R mengatakan mengatakan untuk kebutuhan keluarga secara
ekonomi sudah cukup untuk kehidupan sehari-hari dengan penghasilan Tn.R
sesuai UMR yang ada. Tn.R terkadang berusaha untuk meningkatkan
penghasilan keluarganya dengan usaha sampingan lainnya.
26. Fungsi Perawatan Kesehatan
Ny. R mengatakan kesehatan adalah hal yang penting bagi keluarga.
Ny.R dan anggota keluarga lain akan saling mengingatkan untuk menjaga
kesehatan. Saat pengkajian keluarga Ny.R mengatakan tidak ada keluhan
terkait penyakit sebelumnya. Menurut Ny. R, sehat adalah keadaan kita tidak
sakit dan bisa melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya tanpa ada
gangguan. Sedangkan sakit adalah saat kita memiliki keluhan kesehatan yang
mengakibatkan keterbatasan dalam beraktifitas seperti demam, sakit kepala,
sesak nafas, batuk, sakit gigi dan lain-lain. Menurut Tn.R sakit adalah

129
keadaan tidak mampu melakukan aktivitas, dan sehat adalah keadaan mampu
beraktivitas dan tidak merasakan keluhan apapun. Saat pengkajian keluarga
Ny. R terkait tumbuh kembang dan cara stimulasi perkembangan pada anak
usia sekolah, Ny. R tidak mengetahui dan memahami tumbuh kembang dan
cara stimulasi tumbuh kembang anaknya.
Stres dan Koping Keluarga
27. Stresor jangka pendek dan panjang
Ny. R mengatakan bahwa tidak ada hal yang menjadi stressor jangka
pendek pada keluarganya Stressor jangka panjang keluarganya adalah Ny. R
mengatakan memikirkan untuk biaya pendidikan kedua anaknya ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi
28. Kemampuan keluarga berespon terhadap stresor
Ny. R mengatakan selalu bermusyawarah dengan suami dan anak-anaknya
jika mengalami masalah untuk musyawarahkan bersama-sama.
29. Strategi koping yg digunakan
Strategi koping yang digunakan keluarga Ny. R adalah strategi koping
yang fungsional. Ny. R mengatakan saat menghadapi masalah biasanya
langsung dibicarakan dan diselesaikan bersama dengan cara bermusyawarah
dengan keluarganya.
30. Strategi adaptasi disfungsional
Tidak ada adaptasi disfungsional dalam keluarga Ny. R
31. Harapan Keluarga
Keluarga berharap bahwa kehidupan keluarganya selalu sehat dan
sejahtera. Ny. R mengatakan mengikuti penyuluhan ataupun kegiatan yang
dapat dilakukan secara individu misalnya datang ke rumah ataupun secara
kelompok untuk meningkatkan perkembangan tumbuh kembang anaknya.

B. PENGKAJIAN KLIEN
1. Fisik
Tanda-tanda vital
 Suhu : 36,8oC

130
 Nadi : 100x/i
 Pernapasan : 23 x/i
 Tinggi badan : 125 cm
 Berat badan : 26 kg
Pemeriksaan Fisik
 Kepala:Simetris, tidak ada benjolan dan tidak ada luka
 Mata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan baik
 Hidung: Simetris, tidak ada polip, tidak sinusitis, terdapat sekret dan
penciuman baik
 Telinga: Bentuk normal,tidak ada serumen, pendengaran baik, simetris
 Leher: Tidak ada pembesaran tiroid dan KGB
 Dada: Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lecet atau lesi, retraksi
dinding dada (-), penggunaan otot bantu nafas (-). Palpasi tidak teraba
benjolan. Perkusi tidak dilakukan pemeriksaan. Auskultasi tidak
dilakukan pemeriksaan.
 Abdomen: Inspeksi simetris. Palpasi tidak teraba benjolan dan tidak ada
nyeri tekan. Perkusi tidak dilakukan pemeriksaan. Auskultasi tidak
dilakukan pemeriksaan.
 Ekstremitas: Simetris, ekstremitas tidak edema, tidak ada luka.

2. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Penampilan klien tampak rapi sesuai dengan penggunaan pakaian. An. N
mampu untuk melakukan perawatan diri secara mandiri seperti mandi, dan
berpakaian sendiri.
2. Pembicaraan
Pembicaraan terhadap An. N tampak normal, dimana An. N mampu
untuk menjawab pertanyaan yang ditanyakan dan mampu untuk memulai
pembicaraan sendiri.
3. Aktivitas Motorik:

131
An. N tampak mampu untuk melakukan aktivitas motorik sesuai
perkembangan pada usia sekolah, dimana An. N mampu untuk melakukan
aktivitas motorik kasar seperti mampu untuk berlari dan meloncat-loncat saat
bermain lompat tali, selanjutnya pada aktivitas motorik halus An. N mampu
menggambar. Ny. R mengatakan bahwa An. N memiliki hobi menggambar
dan menulis dan pernah mendapat juara di sekolahnya dalam lomba
menggambar.
4. Alam perasaaan
Pada alam perasaan An. N tampak normal. Alam perasaan tampak sesuai
dengan stimulus yang ada, ketika ditanya tentang film kartun kesukaannya,
An.N tampak senang.
5. Afek
Afek klien tampak normal dan tidak ada masalah. Afek klien sesuai
dengan suasana yang terjadi, An. N tampak senang dan senyum saat bermain
dan sedih saat dimarahi.
6. lnteraksi selama wawancara
Interkasi selama wawancara, klien tampak kooperatif dan mau diajak
interaksi. An. N tampak mau menatap lawan bicara saat interaksi.
7. Persepsi
Tidak ada kesalahan persepsi tentang sesuatu yang tidak ada objeknya.
Persepsi An. N sesuai dengan kenyataan.
8. Proses Pikir
Tidak ada masalah dalam proses pikir An. N, dimana An. N melakukan
pembicaraan yang jelas dan tidak berbelit-belit.
9. Isi Pikir
Pada An. N tidak ada masalah dalam isi pikirnya, tidak ada pikiran yang
mengatakan sesuatu yang tidak benar.
10. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran klien composmentis, An. N mampu memusatkan
perhatiannya, klien mengatahui terkait waktu, tempat dan orang dengan
benar.

132
11. Memori
Tidak ada gangguan pada daya ingat An. N baik jangka pendek maupun
jangka panjang. An. N mampu mengingat kejadian yang terjadi dua hari yang
lalu ia terjatuh saat bermain kejar-kejaran dengan temannya dan ia juga
mengingat kejadian waktu sebulan yang lalu ia menang lomba menggambar.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
An. N mampu untuk berkonsentrasi dan berhitung secara sederhana.
Pada tingkat konsentrasi dan berhitung anak tampak mampu menjawab
perhitungan 50 dikali 2. Ny. R mengatakan An. N sedikit kesulitan dalam hal
hitungan. Sehingga dalam pendidikan sekolahnya, An. N hanya mendapat
peringkat 15.
13. Kemampuan penilaian
An. N mampu untuk menilai mana yang baik, buruk, benar atau salah
terkait suatu tindakan.
14. Daya tilik diri
An. N mengatakan bahwa tidak dalam kondisi sakit, jika ia sakit dibawa
oleh orang tuanya berobat ke puskesmas pembantu. Klien mengatakan
memiliki kemampuan positif dirinya seperti bisa melakukan perawatan diri
secara sendiri seperti mandi dan berpakaian sendiri.

3. SUMBER KOPING
a. Personal ability
Biasanya An. N saat mengalami masalah akan menceritakan kepada orang
tuanya. An. N selalu bercerita jika disekolah ia diganggu oleh teman-
temannya.
b. Support system
Terdapat dukungan dari keluarga pada An. N. Keluarga tamapak
memberikan dukungan dengan menyediakan peralatan untuk menggambar
untuk An.N yang senang menggambar.
c. Material aset

133
Ny. R mengatakan bahwa status sosial ekonomi keluarganya merupakan
ekonomi sedang. Dengan penghasilan keluarga sama dengan UMR.
Keluarga Ny. R memiliki asuransi kesehatan BPJS.
d. Positive believe
Nilai atau norma yang diajarkan kepada An. N sesuai dengan norma yang
ada. Terdapat motivasi yang kuat pada keluarga Ny. R untuk mendapatkan
kesehatan yang optimal pada keluarganya.
4. Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan anak merupakan mekanisme yang
adaptif seperti anak mampu untuk membicarakan masalah dengan
orangtuanya

4. PENGKAJIAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN ANAK USIA


SEKOLAH NORMAL
Terdapat 8 aspek perkembangan pada anak usia sekolah:
1. Aspek Biologis
Ny. R pada saat usia kehamilan 8 minggu melakukan imunisasi TT,
selama kehamilan juga Ny. R selalu kontrol kandungannya. An. N lahir
secara normal dalam usia kehamilan 36 minggu di Puskesmas pembantu
ditolong oleh bidan. An. N mendapat ASI hingga umur 2 tahun. Tali pusat
lepas pada hari ke-6 BB lahir 2900 gram dan panjang lahir 48 cm. Riwayat
imunisasi An. N lengkap dan tidak ada alergi. Tidak ada riwayat penyakit
kronis/cacat, trauma kepala dan penyakit genetik gangguan jiwa pada An.
N. Ibu An. N mengatakan bahwa An. N jarang sakit, biasanya sakit hanya
demam ringan saja. Selain itu ibu An. N mengatakan bahwa nafsu makan
An. N baik, biasanya An. N makan dengan porsi yang cukup dan tidak ada
pantangan. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan BB = 26 kg, TB= 125 cm.
Status nutrisi An. N baik, tidak ada keluhan fisik dan psikologis.
2. Aspek Motorik
Perkembangan motorik An. N tampak lincah dan senang melakukan
permainan seperti bermain secara sendiri dengan pasir, bermain boneka,

134
bermain lompat tali serta menggambar. Selain itu keterampilan lainnya
yang dapat dilakukan An. N yaitu menggambar dan mewarnai. Pada
pembelajaran olahraga disekolahnya, An. N juga mampu melakukan baris
berbaris, berlari, meloncat dan dapat mempergunakan alat-alat olahraga
dengan baik. Keluarga tampak sudah melakukan stimulus terkait
kemampuan anak yang suka menggambar dengan memberikan fasilitas
peralatan menggambar dan memberikan ide-ide terkait hal yang ingin
digambar oleh An.N.
3. Aspek Kognitif
Pada aspek kognitif An. N dapat menerima nasehat dari orang lain
akan tetapi tampak kesal karena kemauannya tidak diikuti. An. N mampu
menyebutkan benda yang ditunjuk seperti pensil dan pena beserta
fungsinya untuk menulis. Lalu juga mampu menjawab pertanyaan sebab
akibat seperti apa yang menyebabkan ia tidak mendapat juara? Anak
mengatakan sebab ia tidak mendapat juara karena ia bermain dan akibatnya
ia hanya mendapat peringkat 15 saja. An. N tampak salah dalam menjawab
pertanyaan terkait hitungan. Ny. R mengatakan bahwa An. N memang
terkadang kesulitan dengan hitungan sehingga anak diikutsertakan dalam
les matematika bersama gurunya.
4. Bahasa
An. N tampak mau memperkenalkan dirinya secara singkat, tapi
belum mau untuk menceritakan kelebihan dan kemampuan yang
disenanginya dengan orang baru karena masih malu-malu. Selain itu,
keluarga mengatakan bahwa An. N belum mampu untuk mengulang
kembali cerita yang telah dibacakan sebelumnya. Keluarga mengatakan
sering mencoba menceritakan anak tentang cerita nabi dan anak belum
mampu menceritakan kembali cerita tersebut.
5. Emosi dan Kepribadian
Pada aspek emosi, An. N terkadang marah dan bertengkar dengan
kakaknya dirumah. An. N juga terkadang menangis karena keinginannya
tidak dipenuhi orang tua. An. N selalu mengatakan hal yang diinginkan

135
kepada orangtua. Keluarga selalu mengajarkan anaknya untuk selalu
bersabar jika keinginannya tidak dapat terwujudkan dan mengajarkan
anaknya untuk selalu akur dengan saudaranya.
Selain itu pada aspek kepribadian, An. N belum mampu untuk
mengungkapkan kesalahannya dan meminta maaf. Ny. R mengatakan
selalu mengajarkan anaknya untuk meminta maaf jika melakukan kesalahan
pada orang lain. An.N sering bercerita pada orangtua terutama pada ibunya
jika diganggu oleh teman disekolah. Untuk kebersihan dirinya sendiri, An.
N sudah mampu untuk mandi, buang air dan berhias secara mandiri. Saat
ditanya terkait hobi, An. N mengatakan menyukai menggambar dan
mewarnai dan memiliki cita-cita menjadi dokter.
6. Moral
An. N tampak mampu untuk menepati janjinya seperti ia berjanji
dengan ibunya pada saat pulang sekolah harus ganti baju dan makan siang
dahulu, setelah itu boleh bermain. An. N juga mampu untuk mengikuti
peraturan baik disekolah maupun dirumah. Namun An.N belum mampu
memahami bagaimana tindakan yang baik, buruk, benar dan salah secara
mandiri. Keluarga menerapkan peraturan kepada anaknya jika ingin
bermain harus ganti baju dan makan terlebih dahulu. Keluarga sudah
menerapkan kedisiplinan kepada anaknya serta mengajarkan anaknya
terkait suatu tindakan yang baik.
7. Spiritual
Pada aspek spiritual, Ny. R mengatakan bahwa anaknya selalu
diingatkan untuk mengerjakan shalat 5 waktu sehari semalam dan jarang
berdoa setelah shalat, selain itu An. N rajin mengikuti kegiatan mengaji
pada malam hari yaitu TPQ di Mesjid Al-Kautsar. Keluarga sudah
mendidik anak dengan kewajiban sebagai orang Islam dan memasukkan
anak untuk belajar agama.
8. Psikososial
Pada aspek psikososial. Ny. R mengatakan bahwa anaknya terkadang
masih malu dengan orang yang dikenalnya. Keluarga mengatakan biasanya

136
setelah lama bertemu dengan orang baru tersebut maka anaknya akan dekat
dan tidak malu-malu. Ny. R mengatakan keluarga sudah mengajarkan anak
untuk dapat berkenalan dengan orang lain. Pada saat pengkajian terkait
tumbuh kembang An. N, keluarga mengatakan saat ini belum mengetahui
tentang perkembangan tumbuh kembang pada anaknya serta cara
menstimulasi tumbuh kembang anak agar dapat berkembang secara
optimal.

C. DIAGNOSA
“Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Sekolah”

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Untuk Klien
a. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal
1) Kaji pemenuhan kebutuhan fisik anak
2) Anjurkan pemberian makanan dengan gizi yang seimbang
3) Ajarkan kebersihan diri
b. Mengembangkan ketrampilan motorik kasar dan halus
1) Kaji keterampilan motorik kasar dan halus anak
2) Fasilitasi anak untuk bermain yang menggunakan motorik kasar
3) Fasilitasi anak untuk kegiatan dengan menggunakan motorik halus
4) Menciptakan lingkungan aman dan nyaman bagi anak untuk bermain.
c. Mengembangkan kemampuan kognitif
Melakukan stimulasi dengan mendemonstrasikan cara mengembangkan
kemampuan kognitif bersama keluarga:
1) Memberikan soal terkait hitungan
2) Memberikan penjelasan dan jawaban yang benar setelah di soal diawab
oleh anak
3) Memberikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
d. Mengembangkan kemampuan bahasa
Mengembangkan kemampuan bahasa anak bersama keluarga:

137
1) Mengkaji kemampuan bahasa anak
2) Memberikan bahan bacaan yang meningkatkan kreatifitas anak
3) Melatih anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah dibacanya
4) Mengasah dan mengembangkan hobi yang dimiliki anak.
e. Mengembangkan aspek emosi dan kepribadian
Melakukan stimulasi dengan mendemonstrasikan cara mengembangkan
aspek emosi dan kepribadian bersama keluarga:
1) Mengajarkan anak mengenal dan merasakan emosi sendiri
2) Mengenal penyebab perasaan yang timbul dan mampu mengungkapkan
rasa marah
3) Mengendalikan perilaku amarah yang merugikan diri sendiri dan orang
lain
4) Mampu mengatasi stres
f. Mengembangkan aspek moral dan spiritual
Mengembangkan nilai-nilai moral dan spiritual bersama keluarga:
1) Mengkaji nilai-nilai moral dan spiritual yang sudah diajarkan pada anak
2) Mengajarkan hubungan sebab akibat suatu tindakan seperti benar, salah,
baik, buruk
3) Mengajarkan anak pentingnya memberikan bantuan kepada orang yang
membutuhkan pertolongan, menyayangi fakir miskin, bersikap jujur dan
bertanggung jawab.
4) Membimbing anak saat menonton video kedisiplinan dan video religius
5) Memberikan pujian atas nilai-nilai positif yang dilakukan anak
6) Melatih kedisiplinan dan religius anak
g. Mengembangkan ketrampilan adaptasi psikososial
Mengembangkan keterampilan adaptasi psikososial bersama keluarga:
1) Mengkaji keterampilan adaptasi psikososial anak
2) Menyediakan waktu bagi anak untuk bermain keluar rumah bersama
teman kelompoknya
3) Memberi dorongan dan kesempatan ikut berbagai perlombaan
4) Memberikan hadiah prestasi yang diraih

138
5) Melatih anak berhubungan dengan orang lain yang lebih dewasa
h. Meningkatkan peran serta keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan
1) Tanyakan kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak
2) Tanyakan upaya yang sudah dilakukan keluarga terhadap anak
3) Berikan reinforcement atas upaya positif yang sudah dilakukan keluarga
4) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan makan bergizi seimbang
5) Berikan pendidikan kesehatan tentang tugas perkembangan normal pada
usia sekolah
6) Berikan informasi cara menstimulasi perkembangan pada usia sekolah
Untuk Keluarga
a) Jelaskan ciri perkembangan anak usia sekolah yang normal dan
meyimpang
b) Jelaskan kepada keluarga mengenai cara menstimulasi kemampuan
anak berkarya
c) Libatkan anak dalam kegiatan sehari-hari yang sederhana di rumah,
seperti membuat kue, merapikan tempat tidur
d) Puji keberhasilan yang dicapai oleh anak
e) Diskusikan dengan anak mengenai harapannya dalam berinteraksi dan
belajar
f) Tidak menuntut anak untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai
dengan kemampuannya (menerima anak apa adanya), membantu
kemampuan belajar
g) Tidak menyalahkan dan menghina anak
h) Beri contoh cara menerima orang lain apa adanya
i) Beri kesempatan untuk mengikuti aktivitas kelompok yang
terorganisasi
j) Buat/tetapkan aturan/disiplin di rumah bersama anak
k) Demonstrasikan dan latih cara menstimulasi kemampuan anak untuk
berkarya
l) Bersama keluarga susun rencana stimulasi kemampuan berkarya anak

139
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Senin / 19 November 2018
Nama : An. N
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
1. Kesiapan 1. Membina hubungan saling percaya dengan Jam 14.00 WIB
peningkatan memperkenalkan diri, tujuan dan kontrak S:
perkembangan waktu - Keluarga mengatakan menerima praktik
usia sekolah mahasiswa dan bersedia untuk dijadikan
2. Mendiskusikan tentang perkembangan keluarga kelolaan mahasiswa.
psikososial yang normal dan menyimpang
pada orang tua anak usia sekolah - Keluarga mengatakan tahapan
perkembangan psikososial pada anaknya
 Menjelaskan pengertian perkembangan masih ada beberapa yang belum tercapai.
psikososial pada anak usia sekolah
O:
 Menjelaskan ciri-ciri perkembangan anak usia
- Keluarga tampak memahami dan mengulang
sekolah yang normal dan menyimpang pada
kembali perkembangan usia sekolah yang
keluarga
normal dan tidak normal dan mampu
menyebutkan kembali materi yang telah
diberikan.

A:
- Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang
menggambarkan perkembangan yang
normal dan menyimpang pada anak usia
sekolah

140
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan
perkembangan psikososial pada anak usia
sekolah
PP:
- Melanjutkan intervensi, mendemonstrasikan
dan melatih keluarga untuk menstimulasi
perkembangan kemampuan anak berkarya
pada hari Selasa, 20 November 2018 jam
14.00

141
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Selasa/ 20 November 2018
Nama : An. N
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
1. Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling Jam 14.00 WIB
peningkatan percaya dengan keluarga S:
perkembanga - Keluarga mengatakan memahami tentang cara
n usia skolah 2. Meningkatkan peran serta keluarga menstimulasi kemampuan anak berkarya pada anak
dalam meningkatkan pertumbuhan usia sekolah.
dan perkembangan pada anak usia
sekolah dengan : - Keluarga mengatakan sudah menyusun rencana
stimulasi untuk tumbuh kembang anaknya
 Mendemonstrasikan dan melatih
keluarga mengenai cara O:
menstimulasi perkembangan anak - Keluarga tampak memahami dan mengulang kembali
bagaimana cara menstimulasi kemampuan anak
 Menganjurkan keluarga untuk selalu
melibatkan anak dalam kegiatan berkarya
sehari-hari yang sederhana di rumah, - Keluarga tampak sudah menyusun rencana stimulasi
seperti menyapu, merapikan tempat tumbuh kembang anak usia sekolah
tidur
A:
 Membantu keluarga menyusun - Kelurga mampu memahami dan mengulang kembali
rencana stimulasi agar anak cara menstimulasi kemampuan anak berkarya pada
mampu berkarya anak usia sekolah.
 Memuji keberhasilan yang dicapai - Keluarga telah membuat rencana stimulasi agar anak
oleh anak mampu berkarya
P : Intervensi dilanjutkan
PK:

142
- Menganjurkan keluarga untuk dapat terus menstimulasi
perkembangan anak dan kemampuan anak berkarya
sesuai dengan rencana stimulasi yang telah disusun
PP:
- Melanjutkan intervensi pada klien, mempertahankan
pemenuhan kebutuhan fisik yang optimal pada anak
usia 6-12 tahun pada hari Rabu, 21 November 2018
jam 14.00

143
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Rabu / 21 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 3. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan - Klien mengatakan sering makan dengan
usia sekolah 4. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan fisik sambal ayam.
yang optimal bersama keluarga:
- Klien mengatakan sudah bisa mandi, buang
 Mengkaji pemenuhan kebutuhan fisik anak air dan berhias secara mandiri
 Menganjurkan makan makanan dengan gizi - Keluarga mengatakan bahwa anaknya untuk
yang seimbang makan terkadang disuapi, jika tidak ia malas
 Mengajarkan kebersihan makan.
O:
- Klien tampak masih disuruh dan disuapi
makan.
- Klien tampak sudah bisa melakukan
kebersihan dirinya secara mandiri
- Klien dan keluarga tampak memahami apa
yang telah diajarkan terkait kebutuhan fisik
anak
A:
- Klien dan keluarga tampak mampu
memahami dan mengulang kembali tentang

144
kebutuhan fisik, makanan gizi seimbang dan
menjaga kebersihan diri pada anak usia
sekolah.
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk memenuhi
kebutuhan fisiknya secara mandiri, dan
memenuhi gizi seimbang serta menjaga
kebersihan diri secara mandiri
- Menganjurkan keluarga untuk selalu
mempertahankan kebutuhan fisik anak
PP:
- Melanjutkan intervensi, mengembangkan
keterampilan motorik halus dan kasar pada
hari Kamis, 22 November 2018 jam 14.00

145
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Kamis / 22 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 3. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan - Klien mengatakan menyukai latihan gerakan
usia sekolah 4. Mengembangkan keterampilan motorik kasar senam ringan
dan halus bersama keluarga:
- Klien juga mengatakan suka menggambar
 Mengkaji keterampilan motorik kasar dan dan mewarnai
halus anak
- Keluarga mengatakan melihat anaknya
 Memfasilitasi anak untuk bermain sudah sesuai dengan pertumbuhan dan aktif
menggunakan motorik kasar latihan senam bermain serta beraktivitas dalam kegiatan
ringan) sehari-hari.
 Memfasilitasi anak untuk kegiatan dengan O:
menggunakan motorik halus (menggambar - Klien tampak nyaman dan senang dengan
dan mewarnai) permainan yang diberikan
 Menciptakan lingkungan aman dan nyaman - Klien tampak menggunakan motorik halus
bagi anak untuk bermain dengan menggambar dan mewarnai
- Klien tampak mampu melakukan gerakan
senam ringan dengan baik
- Keluarga tampak memahami cara stimulasi
perkembangan anaknya terkait aspek

146
motorik
A:
- Klien tampak mampu menggunakan motorik
halus (menggambar dan mewarnai) dan juga
motorik kasar (latihan senam ringan) secara
mandiri.
- Keluarga mampu memahami cara stimulasi
perkembangan aspek motorik
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan motorik
halus (menggambar dan menulis) dan juga
motorik kasar (latihan senam ringan) secara
mandiri.
- Menganjurkan keluarga unttuk membantu
menstimulasi anak melakukan
perkembangan motoriknya
PP:
- Melanjutkan intervensi, mengembangkan
kemampuan kognitif hari Jumat, 23
November 2018 jam 14.00

147
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Jumat/ 23 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 17.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Melakukan stimulasi dengan - Klien mengatakan sudah mengerjakan
usia sekolah mendemonstrasikan cara mengembangkan pekerjaan rumah dan soal yang diberikan
kemampuan kognitif bersama keluarga:
 Membimbing anak mengerjakan tugas - Klien mengatakan untuk selalu belajar dan
pekerjaan rumahnya mengatur jadwalnya

 Memberikan materi tentang pengurutan serta - Keluarga mengatakan bahwa anaknya lemah
beberapa latihan mengenai pengurutan dengan hitungan dan sering bermain

 Menyarankan anak untuk mengatur jadwal O:


belajar dan waktu bermain - Klien tampak memahami terkait materi
pengurutan yang diberikan
 Memberikan pujian atas nilai-nilai positif
yang dilakukan anak - Klien tampak mulai ingin mengerjakan soal
hitungan
- Klien tampak semangat dan antusias belajar
A:
- Klien mampu mengembangkan keterampilan
kognitif terkait materi pengurutan
- Klien tampak memahami dan mampu
mengulang kembali terkait apa yang telah

148
diajarkan
- Keluarga tampak memahami cara stimulasi
aspek kognitif pada anak
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat terus
berlatih mengembangkan kemampuan
kognitifnya
- Menganjurkan klien untuk melakukan apa
yang telah diajarkan
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan stimulasi pada aspek kognitif
PP:
- Melanjutkan intervensi, melakukan stimulasi
pada aspek bahasa dan aspek kognitif pada
hari Sabtu, 24 November 2018 jam 14.00
dan jam 15.00

149
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Sabtu/ 24 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan - Klien mengatakan biasanya mendapatkan
usia sekolah 2. Mengembangkan kemampuan bahasa peringkat 20 besar di sekolah
bersama keluarga:
- Klien mengatakan menyukai menggambar
 Mengkaji kemampuan bahasa anak dan mewarnai
 Memberikan bahan bacaan yang - Klien menceritakan kembali cerita pendek
meningkatkan kreatifitas anak yang telah dibacanya
 Melatih anak untuk menceritakan kembali - Keluarga mengatakan bahwa anaknya
cerita yang telah dibacanya memang sedikit lemah dalam hal mengingat
 Mengasah dan mengembangkan hobi yang dan konsentrasi
dimiliki anak O:
- Klien tampak memiliki kelebihan dalam hal
pintar membaca, menggambar dan
mewarnai, namun klien lemah dalam hal
mengingat
- Klien tampak membaca dan mewarnai buku
cerita yang telah diberikan
- Klien tampak mampu menceritakan kembali

150
cerita bergambar yang telah dibacanya
A:
- Klien mampu menceritakan kembali cerita
pendek yang telah dibacanya
- Klien mampu melakukan dan
mengembangkan hobi yang dimiliki dengan
menggambar dan mewarnai buku cerita
yang diberikan
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat
mengembangkan hobi yang dimiliki serta
meningkatkan kemampuan berhitung anak.
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan stimulasi perkembangan
kecerdasan anak
PP:
- Melanjutkan intervensi, mengembangkan
aspek emosi dan kepribadian serta aspek
kognitif dan juga bahasa pada hari Senin, 26
November 2018 jam 14.00

151
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Sabtu/ 24 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Melakukan stimulasi dengan - Klien mengatakan sudah mengerjakan
usia sekolah mendemonstrasikan cara mengembangkan pekerjaan rumah dan soal latihan yang
kemampuan kognitif bersama keluarga: diberikan
 Memberi materi tentang klasifikasi dan
beberapa latihan mengenai klasifikasi - Klien mengatakan untuk selalu berlatih
menjawab soal hitungan dan menyimpan
 Memberikan penjelasan dan jawaban yang buku catatannya
benar setelah di soal dijawab oleh anak
- Keluarga mengatakan bahwa anaknya sudah
 Membimbing anak dalam mengerjakan PR tampak semangat untuk belajar hitungan
 Memberikan pujian atas nilai-nilai positif O:
yang dilakukan anak - Klien tampak mengerjakan PR dan soal
latihan yang diberikan
 Membimbing anak agar dapat menyimpan
kembali buku catatannya agar tidak hilang - Klien tampak mulai ingin mengerjakan soal
hitungan
- Klien tampak semangat dan antusias belajar
A:
- Klien mampu mengembangkan keterampilan
kognitif (mengerjakan soal berhitung)

152
dengan perlahan
- Klien tampak memahami dan mampu
mengulang kembali terkait apa yang telah
diajarkan
- Keluarga tampak memahami cara stimulasi
aspek kognitif pada anak
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat terus
berlatih mengembangkan kemampuan
kognitifnya
- Menganjurkan klien untuk melakukan apa
yang telah diajarkan
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan stimulasi pada aspek kognitif
PP:
- Melanjutkan intervensi, mengembangkan
aspek emosi dan kepribadian serta aspek
kognitif dan bahasa pada hari Senin, 26
November 2018 jam 14.00

153
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Senin/ 26 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Melakukan stimulasi dengan - Keluarga mengatakan bahwa anaknya
usia sekolah mendemonstrasikan cara mengembangkan aspek memiliki emosi yang tinggi dan suka
emosi dan kepribadian bersama keluarga: berantem dengan kakaknya.
 Mengajarkan anak mengenal dan merasakan
emosi sendiri - Klien mengatakan sering marah karena
kakaknya jahat.
 Mengenal penyebab perasaan yang timbul
dan mampu mengungkapkan rasa marah - Klien mengatakan tidak akan jahat lagi
dengan kakaknya
 Mengendalikan prilaku amarah yang
merugikan diri sendiri dan orang lain O:
- Klien tampak sering berantem dengan
 Mampu mengatasi stres kakaknya
- Klien tampak suka marah, kakaknya tidak
boleh mengganggunya.
- Klien tampak ingin berubah
A:
- Klien mampu mengenal dan mengendalikan
perasaannya.
- Keluarga tampak memahami cara stimulasi

154
aspek emosi dan kepribadian anaknya
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat terus
mengendalikan perasaan yang dimilikinya
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan cara stimulasi aspek emosi dan
kepribadian pada anaknya
PP:
- Melanjutkan intervensi, melakukan stimulasi
perkembangan nilai moral dan spiritual serta
aspek kognitif pada hari Selasa/ 27
November 2018 pukul 14.00 WIB

155
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Senin / 26 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Mengembangkan kemampuan bahasa bersama - Klien menceritakan kembali cerita
usia sekolah keluarga: bergambar yang telah dibacanya
 Memberikan bahan bacaan yang
meningkatkan kreatifitas anak - Keluarga mengatakan bahwa anaknya
memang sedikit lemah dalam hal mengingat
 Melatih anak untuk menceritakan kembali dan konsentrasi
cerita yang telah dibacanya
O:
 Mengasah dan mengembangkan hobi yang - Klien tampak sudah lancar menceritakan
dimiliki anak kembali cerita yang dibacanya
- Klien tampak sudah mendapat tambahan
beberapa kosa kata dari cerita yang
dibacanya
A:
- Klien mampu menceritakan kembali cerita
bergambar yang telah dibacanya
- Klien mampu melakukan dan
mengembangkan hobi yang dimiliki dengan
menggambar dan mewarnai buku cerita
yang diberikan

156
- Klien dapat bertambah kosa katanya karena
membaca
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat
mengembangkan hobi yang dimiliki serta
meningkatkan kemampuan berhitung anak.
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan stimulasi perkembangan
kecerdasan anak
PP:
- Melanjutkan intervensi, mengembangkan
aspek emosi dan kepribadian serta aspek
kognitif pada hari Selasa, 27 November
2018 jam 14.00

157
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Senin/ 26 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Melakukan stimulasi dengan - Klien mengatakan sudah mengerjakan soal
usia sekolah mendemonstrasikan cara mengembangkan latihan yang diberikan
kemampuan kognitif bersama keluarga:
 Memberi materi tentang decentring dan - Klien mengatakan untuk selalu berlatih
beberapa latihan mengenai decentring menjawab soal hitungan dan lebih rajin
dalam mencapai cita-citanya
 Memberikan penjelasan dan jawaban yang
benar setelah di soal dijawab oleh anak - Keluarga mengatakan bahwa anaknya sudah
tampak semangat untuk belajar hitungan
 Membimbing anak dalam mengerjakan PR
O:
 Memberikan pujian atas nilai-nilai positif - Klien tampak mengerjakan PR dan soal
yang dilakukan anak latihan yang diberikan
 Mengingatkan anak untuk mengerjakan PR - Klien tampak mulai ingin mengerjakan soal
hitungan
 Mengingatkan anak bahwa cita-cita tidak
bisa dicapai dengan bermalas-malasan - Klien tampak semangat dan antusias belajar
A:
- Klien mampu mengembangkan keterampilan
kognitif (mengerjakan soal berhitung)
dengan perlahan

158
- Klien tampak memahami dan mampu
mengulang kembali terkait apa yang telah
diajarkan
- Keluarga tampak memahami cara stimulasi
aspek kognitif pada anak
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat terus
berlatih mengembangkan kemampuan
kognitifnya
- Menganjurkan klien untuk melakukan apa
yang telah diajarkan
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan stimulasi pada aspek kognitif
PP:
- Melanjutkan intervensi, melakukan stimulasi
perkembangan nilai moral dan spiritual serta
aspek kognitif pada hari Selasa/ 27
November 2018 pukul 14.00 WIB

159
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Selasa/ 27 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan - Klien mengatakan orang tuanya selalu
usia sekolah 2. Mengembangkan nilai-nilai moral dan mengajarkan untuk menepati janji seperti
spiritual bersama keluarga: saat ia berjanji dengan ibunya pulang
 Mengkaji nilai-nilai moral dan spiritual yang sekolah harus ganti baju dan makan siang
sudah diajarkan pada anak dulu setelah itu boleh bermain dengan
teman.
 Mengajarkan hubungan sebab akibat suatu
tindakan seperti benar, salah, baik, buruk - Klien mengatakan selalu mengerjakan shalat
5 waktu sehari semalam
 Mengajarkan anak pentingnya memberikan
bantuan kepada orang yang membutuhkan - Klien mengatakan mengikuti kegiatan
pertolongan, menyayangi fakir miskin, mengaji di TPQ Mesjid Al Kautsar
bersikap jujur dan bertanggung jawab. - Klien mengatakan sebab ia tidak mendapat
 Membimbing anak saat menonton video juara karena ia banyak bermain dan
kedisiplinan dan religius akibatnya ia hanya mendapat peringkat 15
besar saja.
 Memberikan pujian atas nilai-nilai positif
yang dilakukan anak - Klien mengatakan akan menjadi anak yang
disiplin mengatur waktu belajarnya dan
 Melatih kedisiplinan dan religius anak mendapatkan peringkat yang lebih tinggi
- Keluarga mengatakan bahwa anaknya sudah

160
mengikuti aturan dan nasehat yang
diberikannya walaupun harus terus disuruh
O:
- Klien tampak menepati janjinya saat pulang
sekolah ganti baju dan makan siang lalu,
setelah itu bermain dengan temannya
- Klien tampak rajin shalat dan sudah berdoa
sesudah shalat
- Klien tampak mengikuti kegiatan mengaji di
TPQ Mesjid Al Kautsar setiap malam
- Klien tampak memahami dan mengerti
terkait kedisiplinan serta klien tampak serius
ingin menjadi orang yang disiplin setelah
diberikan video terkait kedisiplinan dan
religius (video upin ipin)
- Klien tampak senang saat diberikan pujian
atas kemampuan positif yang dilakukannya
- Klien tampak memahami hubungan sebab
dan akibat terkait ia tidak mendapat juara.
A:
- Klien mampu menepati janjinya saat pulang
sekolah ganti baju dan makan siang lalu,
setelah itu bermain dengan temannya

161
- Klien mampu melakukan shalat dan berdoa
- Klien mengikuti kegiatan mengaji di TPQ
Mesjid Al Kautsar setiap malam
- Klien mengerti dengan hubungan sebab dan
akibat terkait ia tidak mendapat juara.
- Klien tampak memahami dan mampu
mengulang kembali terkait apa yang telah
diajarkan
- Keluarga tampak memahami bagaimana
stimulasi pada perkembangan moral dan
spiritual anak
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat menepati
janji dan mengikuti aturan yang telah
disepakati bersama orangtuanya.
- Menganjurkan klien untuk selalu mengikuti
kegiatan mengaji
- Menganjurkan klien untuk melakukan apa
yang telah diajarkan
- Menganjurkan klien untuk terus melakukan
shalat 5 waktu sehari semalam dan berdoa
setelah shalat.

162
- Menganjurkan keluarga untuk terus
menstimulasi aspek moral anak
PP:
- Melanjutkan intervensi, melakukan stimulasi
perkembangan aspek psikososial dan
kognitif serta moral-spiritual pada hari
Rabu/ 28 November jam 14.00

163
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Selasa/ 27 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Melakukan stimulasi dengan - Klien mengatakan sudah mengerjakan soal
usia sekolah mendemonstrasikan cara mengembangkan latihan yang diberikan
kemampuan kognitif bersama keluarga:
 Memberi materi tentang reversibilty dan - Klien mengatakan ingin menjadi pelukis
beberapa latihan mengenai reversibilty - Keluarga mengatakan bahwa anaknya sudah
 Memberikan penjelasan dan jawaban yang tampak semangat untuk belajar hitungan
benar setelah di soal dijawab oleh anak O:
 Meceritakan pengalaman peneliti untuk - Klien tampak mengerjakan soal latihan yang
memacu semangat belajar anak diberikan

 Memberikan pujian atas nilai-nilai positif - Klien tampak mulai serius mengerjakan soal
yang dilakukan anak hitungan
- Klien tampak semangat dan antusias belajar
A:
- Klien mampu mengembangkan keterampilan
kognitif (mengerjakan soal berhitung)
dengan perlahan
- Klien tampak memahami dan mampu
mengulang kembali terkait apa yang telah

164
diajarkan
- Keluarga tampak memahami cara stimulasi
aspek kognitif pada anak
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat terus
berlatih mengembangkan kemampuan
kognitifnya
- Menganjurkan klien untuk melakukan apa
yang telah diajarkan
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan stimulasi pada aspek kognitif
PP:
- Melanjutkan intervensi, melakukan stimulasi
perkembangan aspek psikososial dan
kognitif serta moral-spiritual pada hari
Rabu/ 28 November jam 14.00

165
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Rabu/ 28 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan - Klien mengatakan mempunyai banyak teman
usia sekolah 2. Mengembangkan keterampilan adaptasi disekolah maupun dirumah
psikososial bersama keluarga:
- Klien mengatakan biasanya bermain sama
 Mengkaji keterampilan adaptasi psikososial temannya pada waktu sore hari
anak
- Klien mengatakan mengikuti pernah
 Menyediakan waktu bagi anak untuk perlombaan menggambar dan mewarnai
bermain keluar rumah bersama teman mendapatkan juara 1 dan juga mendapatkan
kelompoknya hadiah
 Memberi dorongan dan kesempatan ikut - Keluarga mengatakan bahwa perkembangan
berbagai perlombaan psikososial anaknya sudah sesuai
 Memberikan hadiah prestasi yang diraih O:
 Melatih anak berhubungan dengan orang lain - Klien tampak mempunyai banyak teman
yang lebih dewasa yang dekat dan tampak sering bermain pada
sore hari
- Klien mendapatkan hadiah karena juara 1
pada perlombaan menggambar dan
mewarnai
- Klien tampak sudah mampu beradaptasi dan

166
bekerja sama dengan orang lain
A:
- Klien mampu memahami dan melakukan
cara berkomunikasi dan berhubungan
dengan perawat secara mandiri.
- Keluarga tampak memahami terkait cara
stimulasi perkembangan psikososial
anaknya.
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat melakukan
adaptasi psikososial dengan cara
berhubungan dengan teman, ataupun orang
lain secara mandiri.
- Menganjurka keluarga untuk terus
melakukan stimulasi terkait perkembangan
psikososial anak
PP:
- Melanjutkan intervensi, melatih aspek
kognitif anak dan meningkatkan peran serta
keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan pada hari Kamis, 29
November 2018 jam 14.00

167
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Rabu/ 28 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Mengembangkan nilai-nilai moral dan spiritual - Klien mengatakan akan menjadi anak yang
usia sekolah bersama keluarga: disiplin mengatur waktu belajarnya dan
 Mengajarkan hubungan sebab akibat suatu mendapatkan peringkat yang lebih tinggi
tindakan seperti benar, salah, baik, buruk
- Keluarga mengatakan bahwa anaknya sudah
 Membimbing anak saat menonton video mengikuti aturan dan nasehat yang
kedisiplinan dan religius diberikannya walaupun harus terus disuruh
 Memberikan pujian atas nilai-nilai positif O:
yang dilakukan anak - Klien tampak menepati janjinya saat pulang
sekolah ganti baju dan makan siang lalu,
 Melatih kedisiplinan dan religius anak setelah itu bermain dengan temannya
- Klien tampak memahami dan mengerti
terkait kedisiplinan serta klien tampak serius
ingin menjadi orang yang disiplin setelah
diberikan video terkait kedisiplinan dan
religius (video upin ipin)
- Klien tampak senang saat diberikan pujian
atas kemampuan positif yang dilakukannya
- Klien tampak memahami hubungan sebab

168
dan akibat terkait ia tidak mendapat juara.
A:
- Klien mampu menepati janjinya saat pulang
sekolah ganti baju dan makan siang lalu,
setelah itu bermain dengan temannya
- Klien tampak memahami dan mampu
mengulang kembali terkait apa yang telah
diajarkan
- Keluarga tampak memahami bagaimana
stimulasi pada perkembangan moral dan
spiritual anak
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat menepati
janji dan mengikuti aturan yang telah
disepakati bersama orangtuanya.
- Menganjurkan klien untuk melakukan apa
yang telah diajarkan
- Menganjurkan klien untuk terus melakukan
shalat 5 waktu sehari semalam dan berdoa
setelah shalat.
- Menganjurkan keluarga untuk terus
menstimulasi aspek moral anak
PP:

169
- Melanjutkan intervensi, melatih aspek
kognitif anak dan meningkatkan peran serta
keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan pada hari Kamis, 29
November 2018 jam 14.00

170
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Rabu/ 28 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Melakukan stimulasi dengan - Klien mengatakan sudah memahami terkait
usia sekolah mendemonstrasikan cara mengembangkan materi yang diberikan
kemampuan kognitif bersama keluarga:
 Memberi materi tentang konservasi dan - Klien mengatakan akan mengerjakan tuga
mendemonstrasikan kepada anak sekolahya dan akan membaca pelajaran yang
didapat disekolah
 Memberikan penjelasan kepada anak
- Keluarga mengatakan bahwa anaknya sudah
 Memberikan pujian atas nilai-nilai positif tampak semangat untuk belajar
yang dilakukan anak
O:
 Mengingatkan anak pada tugas sekolahnya - Klien tampak materi yang diberikan
 Mengingatkan anak agar membiasakan untuk - Klien tampak mulai serius dalam belajar
membaca kembali pelajaran yang didapat
disekolah - Klien tampak semangat dan antusias belajar
A:
- Klien mampu mengembangkan keterampilan
kognitif dengan perlahan
- Klien tampak memahami dan mampu
mengulang kembali terkait apa yang telah
diajarkan

171
- Keluarga tampak memahami cara stimulasi
aspek kognitif pada anak
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat terus
berlatih mengembangkan kemampuan
kognitifnya
- Menganjurkan klien untuk melakukan apa
yang telah diajarkan
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan stimulasi pada aspek kognitif
PP:
- Melanjutkan intervensi, melatih aspek
kognitif anak dan meningkatkan peran serta
keluarga dalam meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan pada hari Kamis, 29
November 2018 jam 14.00

172
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Kamis/ 29 November 2018
Nama : An. N
N Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
o
1 Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
. peningkatan dengan keluarga dan klien S:
perkembangan - Keluarga mengatakan pertumbuhan dan
usia sekolah 2. Meningkatkan peran serta keluarga dalam perkembangan anaknya sudah sesuai namun
meningkatkan pertumbuhan dan An. N nya saja lah yang pemalas.
perkembangan
- Keluarga mengatakan sudah menasehati dan
 Tanyakan kondisi pertumbuhan dan membuat jadwal An. N setiap hari, namun
perkembangan anak An. N masih saja selalu bermain
 Tanyakan upaya yang sudah dilakukan - Keluarga mengatakan sudah memberikan
keluarga terhadap anak makanan yang bergizi seimbang pada anak
 Berikan reinforcement atas upaya positif - Keluarga mengatakan terkait pengetahuan
yang sudah dilakukan keluarga sebelumnya yang sudah dijelaskan
 Anjurkan pada keluarga untuk memberikan O:
makan bergizi seimbang - Keluarga tampak sudah menasehati dan
3. Mengevaluasi terkait pengetahuan yang telah membuat jadwal An. N setiap hari, namun
diberikan sebelumnya An. N masih sering bermain
- Keluarga tampak sudah memberikan
makanan yang bergizi seimbang pada anak
- Keluarga tampak senang saat diberikan
reinforcement positif terkait tindakan yang

173
sudah dilakukan keluarga
- Keluarga tampak memahami perkembangan
dan cara stimulasi anaknya
A:
- Keluarga sudah melakukan pertumbuhan
dan perkembangan An. N dengan baik
- Keluarga sudah melakukan upaya terkait
pertumbuhan dan perkembangan An. N
seperti membuat jadwal An. N
- Keluarga memahami pengetahuan yang
telah diberikan sebelumnya
P : Intervensi dihentikan
PK:
- Menganjurkan keluarga untuk meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak
- Menganjurkan keluarga untuk lebih
meningkatkan upaya yang telah dilakukan
PP:
- Mengakhiri intervensi (Terminasi)

174
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/tanggal : Kamis/ 29 November 2018
Nama : An. N
No Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
1. Kesiapan 1. Mempertahankan hubungan saling percaya Jam 14.00 WIB
peningkatan dengan klien dan keluarga S:
perkembangan 2. Melakukan stimulasi dengan - Klien mengatakan sudah memahami terkait
usia sekolah mendemonstrasikan cara mengembangkan materi yang diberikan
kemampuan kognitif bersama keluarga:
 Mengevaluasi dengan memberi soal tentang - Klien mengatakan akan mengerjakan tuga
latihan matematika terkait konsep sekolahya dan akan membaca pelajaran yang
sebelumnya didapat disekolah

 Memberikan penjelasan jawaban yang benar - Keluarga mengatakan bahwa anaknya sudah
tampak semangat untuk belajar
 Memberikan pujian atas nilai-nilai positif
yang dilakukan anak O:
- Klien tampak materi yang diberikan
 Mengingatkan anak pada tugas sekolahnya
- Klien tampak mulai serius dalam belajar
 Mengingatkan anak agar membiasakan untuk
membaca kembali pelajaran yang didapat - Klien tampak semangat dan antusias belajar
disekolah A:
- Klien mampu mengembangkan keterampilan
kognitif dengan perlahan
- Klien tampak memahami dan mampu
mengulang kembali terkait apa yang telah
diajarkan

175
- Keluarga tampak memahami cara stimulasi
aspek kognitif pada anak
P : Intervensi dilanjutkan
PK:
- Menganjurkan klien untuk dapat terus
berlatih mengembangkan kemampuan
kognitifnya
- Menganjurkan klien untuk melakukan apa
yang telah diajarkan
- Menganjurkan keluarga untuk terus
melakukan stimulasi pada aspek kognitif
PP:
- Mengakhiri intervensi (Terminasi)

176
Lampiran

CURICULUM VITAE

Nama : Nia Damayatri

Tempat/Tgl lahir : Padang, 08 November 1994

Agama : Islam

Negeri Asal : Padang

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Agus Mayadi

Nama Ibu : Syafrida

Alamat : Kubu Dalam Parak Karakah RT.05 RT II No.02 Kecamatan

Padang Timur

Riwayat Pendidikan

a. SDN 30 Kubu Dalam Padang tahun 2000-2007

b. SMPN 30 Padang tahun 2007-2010

c. SMAN 4 Padang tahun 2011-2013

d. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas Padang 2013-2017

e. Profesi Keperawatan Universitas Andalas Padang 2017-sekarang.

177
178

Anda mungkin juga menyukai