DISUSUN OLEH :
1. ARDIYANTO
2. FIKA PUSPITA RINI
3. GALIH WULANDARI
4. HANDAYANI
5. INGE SUGIARTO
A. Latar Belakang
Perkembangan kebudayaan dalam masyarakat dan kemajuan IPTEK (Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Seni) akan sangat membawa pengaruh dan
perubahan dalam kehidupan manusia. Setiap perubahan yang terjadi baik yang
sifatnya positif maupun negatif pada status kesehatan seseorang, baik itu
kesehatan fisik, sosial maupun kesehatan mental.
Individu yang dapat menyaring dan beradaptasi dengan perkembangan dan
kemajuan tidak akan mengalami stress. Justru akan memanfaatkannya untuk
meningkatkan status kehidupannya, sehingga dengan perkembangan dan
kemajuan tersebut individu juga ikut berkembang. Tetapi sebaliknya, jika
individu dengan adanya perkembangan kebudayaan dan kemauan IPTEK tidak
mampu memanfaatkannya, individu tersebut akan mengalami stress dan jika
koping yang digunakan tidak efektif hal tersebut dapat menyebabkan individu
mengalami gangguan jiwa.
Sampai saat ini gejala dari gangguan jiwa kurang diperhatikan bahkan
mungkin tidak dirasakan sama sekali oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala dari gangguan jiwa,
terutama gangguan konsep diri khususnya harga diri rendah, padahal jika
individu mengalami gangguan konsep diri rendah dapat menyebabkan gangguan
jiwa yang lebih berat. Jika seseorang individu megnalmai harga diri rendah, dia
tidak akan berkembang dalam kehidupannya, dia akan merasa terkucil dan tidak
mau berhubungan dengan orang lain atau menarik diri karena merasa rendah diri
dan tidak mempunyai kepercayaan diri. Karena dia selalu menyendiri maka dia
kan berhalusinasi dan bisa menyebabkan depresi bahkan mungkin akan merusak
lingkungan dan melakukan kekerasan pada orang lain.
Adapun tanda dan gejala gangguan konsep diri harga diri rendah antara lain
yaitu selalu merasa bersalah dan khawatir, bersifat destruktif, gangguan
berhubungan dengan orang lain (menarik diri), mempunyai perasaan tidak
mampu bersikap negatif pada diri sendiri, selalu merasa bersalah, dan lain-lain
(Muji Ana Keliat, 1992).
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengaplikasikan teori dan pengalaman nyata pada lahan praktek
keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dari permasalahan-permasalahan
yang muncul dari pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan konsep diri : harga diri rendah, serta berusaha untuk menemukan
cara yang tepat sebagai upaya pencegahannya dengan menggunakan proses
keperawatan.
3. Untuk mengetahui sejauh mana peran serta keluarga dalam proses
keperawatan klien dengan gangguan konsep diri harga diri rendah
4. Untuk membantu klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah
dalam proses penyembuhan.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulisan menggunakan metode destruktif
yaitu suatu cara yang digunakan untuk mengetahui suatu gambaran tentang
masalah yang ada dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian menentukan masalah keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan teknik penulisan yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah dengan menggunakan studi kepustakaan,
observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
D. Sistematika Penulisan
Penulisan makalah ini disusun dalam lima bab, yaitu :
Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II yaitu konsep diri yang terdiri dari pengertian, etiologi, tanda dan gejala,
pohon masalah, diagnosa keperawatan dan perencanaan.
Bab III yaitu tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Bab IV yaitu pembahasan teori dari kasus beserta analisa dan solusinya.
Bab V yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP DIRI
A. Pengertian
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan (Townsend, M.C., 1998).
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Budi Ana Kelliat,
1999).
Gangguan harga diri atau harga diri rendah adalah suatu perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, kurang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi
secara :
1. Situasional : yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi,
kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus kerja, perasaan malu karena
sesuatu terjadi (korban perkosaan), dituduh KKN, dipenjara / ditahan tiba-
tiba.
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pemasangan kateter,
pemeriksaan perineum, dll).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak sesuai harapan
karena penyakit / dirawat
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan yang dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan yang
dilakukan tanpa persetujuan.
2. Kronik : yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, sebelum
sakit dan dirawat. Klien ini mempunyai cara negatif. Kejadian sakit dan
dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
Tanda-tanda gejala / ciri-ciri yang dapat dikaji :
1. Mengejek dan mengkritik diri
2. Merendahkan martabat / kurang percaya diri
3. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum diri sendiri, menolak diri sendiri
4. Menunda keputusan
5. Sulit bergaul
6. Menarik diri dari realitik, cemburu, cerewet, curiga, halusinasi
7. Merusak diri : harga diri yang rendah menyokong klien untuk bunuh diri
B. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang menunjang perubahan konsep diri seseorang yaitu :
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi : penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistic,
kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak
realistik.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran
Adalah peran yang sesuai jenis kelamin, tuntutan peran kerja, harapan
peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal
Meliputi : kepercayaan orang tua, tekanan dari kelompok dan perubahan
dalam struktur sosial.
2. Faktor Presipitasi
a. Trauma
Contoh : penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran
Berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
yang mengalaminya sebagai frustasi.
Ada 3 jenis frustasi peran :
1. Transisi peran perkembangan
Adalah : perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai dan
tekanan untuk menyesuaikan diri.
2. Transisi peran situasi
Terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
3. Transisi peran sehat-sakit
Sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit. Transisi ini
dicetuskan oleh :
a. Kehilangan bagian tubuh
b. Perubahan bentuk, ukuran, penampilan dan fungsi tubuh
c. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal
d. Prosedur medis dan keperawatan
(Stuart and Sudden, 1998 hal 229 – 233).
3. Manifestasi Klinik
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah adalah :
a. Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
c. Gangguan dalam berhubungan
d. Perasaan tidak mampu
e. Rasa bersalah
f. Mudah tersinggung atau marah berlebihan
g. Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri
h. Ketergantungan peran yang dirasakan
i. Pandangan hidup pesimis
j. Keluhan fisik
k. Pandangan hidup yang bertentangan
l. Penolakan terhadap kemampuan personal
m. Destruktif terhadap diri sendiri
n. Menarik diri secara sosial
o. Penyalahgunaan zat
p. Menarik diri secara realitas
4. Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul adalah :
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Kerusakan isolasi sosial : menarik diri
c. Tidak efektifnya koping individu
5. Peran Masalah
Isolasi sosial : menarik diri
Care problem
Gangguan konsep diri : harga diri rendah (masalah utama)
6. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu.
C. Fokus Intervensi
1. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
TUM : klien dapat membina hubungan dengan orang lain secara optimal
TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya
KH : ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa sayang, ada kontak
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
menjawab salam, klien mau berdampingan dengan perawat, klien
mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan penerapan komunikasi
terapeutik :
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
4. Jelaskan tujuan pertemuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Terima klien apa adanya dan tunjukkan sikap empati
7. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
Rasional : hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran
hubungan interaksi selanjutnya
TUK 5 : klien dapat melakukan kegiatan yang menarik dan aktivitas yang
terdaftar
Intervensi :
1. Beri klien aktivitas yang bersifat mendukung dan menguatkan perilaku
sosial yang produktif
2. Beri klien latihan fisik yang sesuai dengan bakatnya
3. Bersama klien buat jadwal aktivitas yang dapat dilakukan sehari-hari
4. Libatkan anggota keluarga dan sistem pendukung lainnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Januari 2007 pukul 14.15 di Ruang
VIII Graha Irawan
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A, umur 21 tahun, agama Islam, alamat : Pedurungan, Semarang,
masuk tanggal 28 Desember 2006, nomor register : 043523, pendidikan
terakhir : STM, diagnosa medis : skizofrenia paranoid.
Identitas penanggung jawab :
Nama : Tn. J, umur : 48 tahun, pekerjaan swasta, alamat : Pedurungan,
Semarang, hubungan dengan pasien : bapak.
2. Alasan masuk
Mengamuk, memecah barang-barang / perabotan rumah.
3. Faktor predisposisi
Pernah dirawat 1 x pada tahun 2005 dengan keluhan mengamuk. Klien
merasa dirinya tidak diberi kasihs ayang seperti saudara yang lain dan
keinginannya untuk memiliki sepeda motor tidak dituruti. Pasien merasa
malu, sedih dengan teman di kampungnya.
4. Pemeriksaan fisik
TD : 120/80 mmHg RR : 20 x/mnt BB : 55 kg
N : 80 x/mnt TB : 165 cm
5. Psikososial
a. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: yang tinggal serumah
- Tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
- Pola asuh : klien merasa kurang mendapat kasih sayang dari orang
tuanya.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh : klien menyukai seluruh anggota tubuhnya
2) Identitas : klien adalah anak laki-laki, anak ke-2 dari 5 bersaudara
3) Peran : klien tidak bekerja, klien di rumah tidak mau membantu orang
tua
4) Ideal diri : klien ingin bekerja di bengkel
5) Harga diri : klien malu karena tidak bekerja, padahal kawan-kawan di
kampungnya sudah bekerja semua
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : HDR
c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat : keluarga
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat klien kurang
bersosialisasi dalam kelompok masyarakat di daerahnya dan jarang
terlibat dengan kegiatan-kegiatan di masyarakat.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain klien kesulitan
dalam berkomunikasi karena tidak bisa memulai pembicaraan. Klien
selama ini hanya diam dan cuma tersenyum dengan orang lain, klien
jarang memulai pembicaraan. Klien hanya bicara dengan orang lain
di saat ada keperluan dengan dirinya.
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien adalah seseorang yang beragama Islam.
2) Kegiatan ibadah
Klien jarang menjalankan ibadah.
6. Status Mental
a. Penampilan
Klien berpenampilan cukup rapi.
b. Pembicaraan
Nada bicara dan suara pasien pelan, komunikasi non verbal + verbal (jika
“ya” cuma mengangguk-angguk, jika “tidak” cuma menggeleng), kontak
mata kurang.
c. Aktivitas motorik
Klien kelihatan sedih dan gelisah dalam melakukan aktivitas motorik.
Cara berjalan pasien lambat, pandangan kadang menunduk, begitu juga
saat pasien diajak berbicara / berbicara dengan teman.
d. Alam perasaan
Sikap klien wajar, senang karena banyak teman dan sedih jika tahu
dirinya berada di RSJ.
e. Afek
Dalam interaksi klien sering berpaling dan menunduk, sedikit-sedikit
menatap.
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : harga diri rendah.
f. Proses pikir
Klien menjawab pertanyaan berbelit-belit walaupun pada akhirnya
sampai pada jawaban sebenarnya.
g. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien baik, tidak ada gangguan orientasi terhadap waktu,
tempat dan orang.
h. Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang (klien masih
ingat kalau dulu pernah dirawat di RSJ), jangka pendek (klien masih
ingat penyebab dia masuk RSJ, masalahnya bertengkar dengan adiknya
karena klien merasa dirinya kurang dapat perhatian keluarga).
i. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dalam berkonsentrasi kurang dan butuh waktu untuk dapat
menjawab pertanyaan.
j. Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan penilaian, klien dapat mengambil
keputusan sendiri.
k. Persepsi
Klien tidak mengalami gangguan persepsi.
l. Insight (tilikan)
Buruk (klien mengingkari kalau dirinya sakit jiwa)
m. Interaksi selama wawancara
Kontak mata klien kurang, klien jarang menatap lawan bicara. Jika
menatap hanya sekilas lalu menunduk, klien banyak memenunduk dan
melihat sekitarnya saat diajak bicara.
7. Data Penunjang
Therapi : per oral : Clorpromazin 2 x 100 mg
Halloperidol 2 x 5 mg
Trihexipenydil 2 x 2 mg
Therapi ECT : 5 x
D. Analisa Data
No Data Maladaptif Problem
1. DO: Klien sering berpaling dalam Gangguan konsep diri : harga
interaksi, kontak mata kurang, diri rendah
pembicaraan berbelit-belit, suara
pelan, pandangan menunduk, klien
bicara seperlunya.
DS: Klien mengatakan malu karena dia
tidak bekerja, tidak mampu.
2. DO: - Klien jarang berkomunikasi Isolasi sosial : menarik diri
dengan teman
- Klien lebih sering menyendiri
dan diam
- Kontak mata klien kurang saat
berkomunikasi
- Menghindari bila diajak bicara
DS: - Klien mengatakan lebih suka
menyendiri
- Klien mengatakan sulit bila
memulai pembicaraan
- Klien mengatakan bingung bila
mau ngomong dengan orang
lain
3. DO: - Klien tidak bekerja dan di Perubahan penampilan peran.
rumah tidak membantu orang
tua
DS: - Klien mengatakan dirinya tidak
bekerja
4. DO: - Klien menyendiri, pendiam, Resti PSP : halusinasi
menarik diri
DS: -
8. Daftar Masalah
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Perubahan penampilan peran
9. Pohon Masalah
TUK 4: 4.1 Klien memiliki kemampuan 4.1.1 Meminta klien untuk memilih satu
Klien dapat menetapkan dan yang akan dilatih kegiatan yang mau dilakukan di rumah
merencanakan kegiatan 4.2 Klien mencoba sakit
sesuai dengan kemampuan 4.3 Susunan jadwal harian 4.1.2 Bantu klien melakukannya jika perlu
yang dimiliki. beri contoh
4.1.3 Beri pujian atas keberhasilan klien
4.1.4 Diskusikan jadwal kegiatan harian atas
kegiatan yang telah dilatih.
Catatan : ulangi untuk kemampuan lain sampai
semua selesai.
TUK 5: 5.1 Klien melakuakn kegiatan 5.1.1 Beri kesempatan pada klien untuk
Klien dapat melaksanakna yang telah dilatih (mandiri, mencoba kegiatan yang telah
kegiatan sesuai kondisi sakit dengan bantuan atau direncanakan
dan kamampuannya. tergantung) 5.1.2 Beri pujian atas keberhasilan klien
5.2 Klien mampu melakukan 5.1.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di
beberapa kegiatan secara rumah
mandiri
TUK 6: 6.1 Keluarga memberi dukungan 6.1.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga
Klien dapat memanfaatkan dan pujian tentang cara merawat klien dengan
sistem pendukung yang ada. harga diri rendah
6.1.2 Bantu keluarga memberikan dukungan
salama klien di rawat
Keliat, 13, A. 1995. Gangguan Konsep Diri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Keliat, 13, A. 1995. Proses Keperawatan Diri. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Townsend, M.C. 1996. Psychiatric Mental Health Nursing. Concept of Care, Second
Edition, Philadelphia, FA Davis Company.
Stuart, GW dan Studdent, SJ. 1995. Principles and Psychiatric Nursing. St. Louis,
Mosby, New York.
SURAT PENDELEGASIAN
Nama : Tn. A