Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA

KELOMPOK III

TERESIA IRNAWATI 201411032

VINSENSIA BULU LAWE 201411034

YOSEPH LAWE TOBIN 201411036

ALISIA 201411037

MERIYANTIKA SELVI A 201411055

VELISIA NOVENA DEE 201411068

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS


SI KEPERAWATAN JALUR A
JAKARTA
2017
GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA

1. DEFINISI NUTRISI PADA LANSIA

Lanjut usia merupakan suatu proses alami yaitu bagian dari proses tumbuh kembang,
di tandai dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan, yang terjadi
pada setiap orang ketika mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu.
(Azizah, 2011). Gizi lansia merupakan bagian dari ilmu gizi yang mempelajari tentang
pencegahan dan pengobatan diet pada lansia. Pemenuhan nutrisi sangat penting bagi
lansia. Bertambahnya usia menyebabkan indra rasa menurun, nafsu makan menurun,
sehingga seringkali banyak lansia yang memilih makanan yang lebih manis atau asin,
untuk itu sangat penting diupayakan makanan yang bergizi.

Proses pertumbuhan memerlukan zat gizi yang terkandung di dalam makanan tidak
terkecuali pada lansia. Proses penuaan sering disertai dengan adanya peningkatan
gangguan organ, fungsi tubuh, perubahan komposisi tubuh, peningkatan massa lemak, dan
penutrunan massa otot. Proses penuaan ini dapat diperlambat apabila lansia memiliki
asupan gizi yang baik dan kesegaran jasmani.

2. TUJUAN NUTRISI PADA LANSIA


Setiap makhluk membutuhkan makanan untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya, demikianpun pada lansia. Makanan dibutuhkan untuk melakukan kegiatan
metabolismenya, membantu dalam proses beradaptasi dengan perubahan yang dialaminya
serta menjaga kelangsungan pergantian sel-sel dalam tubuh untuk meperpanjang usia.
3. JENIS NUTRISI PADA LANSIA
a. Makan aneka makanan yaitu lauk pauk, sayuran dan buah.(karbo, protein
b. Makanan yang memenuhi kecakupan energi dan terlebih mengandung zat besi
c. Batasi konsumsi lemak dan minyak
d. Biasakan makan pagi
e. Minum air besih yang cukup
f. Olahraga teratur
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NUTRISI PADA LANSIA
a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong
b. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan pada cita rasa manis,
asam, asin, pahit
c. Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun
e. Gerakan peristaltik usus melemah dan bahkan biasanya menimbulkan kostipasi
f. Penyerapan makanan diusus menurun
g. Perubahan lingkungan: seperti kondisi ekonomi, akibat pensiunan atau isolasi sosial
karena kehilangan pasanganmaupun faal organ
h. Kesalahan dalam pola makan
i. Kurangnya pengetahuan tentang gizi dan cara pengolahannya

5. MASALAH NUTRISI PADA LANSIA

Penurunan penyerapan zat gisi besi dan lainnya, akan menyebabkan penurunan
kemampuan fisik dan kekebalan tubuh. Terdapat beberapa masalah kekurangan gizi yang
terjadi pada lansia antara lain:

a. Penyakit kronis:
1) Kegemukan atau obesitas terjadi akibat konsumsi berlebih. Obesitas menjadi
pencetus terjadinya penyakit:
 Jantung koroner: akibat konsimsi lemak jenuh dan kolesterol yang
berlebih yang terdapat pada bahan makanan hewani.
 Diabetes melitus akibat kekurangan insulin yang tidak dapat
memetabolisme karbohidrat, lemak dan protein
 Hipertensi : obesitas akan menyebabkan kerja jantung akan meningkat
dalam memompa darah, selain itu pembuluh darah pada lansia lebih
tebal dan kaku sehingga menyebabkan tekana darah meningkat. Hal ini
akan mudah pula meneyabkan strok.
 Sirosis hepatis: disebabkan karena lemak berlebih yang tertimbun dalam
hati sehingga memici terjadinya sirosis hepatis.
2) Osteoporosis: dapat disebabkan karena kekurangan konsumsi kalsium dalam
jangka waktu yang lama, dapat pula karena menopaus pada wanita.
3) Anemia: karena kurang mengkonsumsi sat besi asam folat dan vit b12. Hal ini
menyebabkan tampak lelah, lesuh, lemah, pucat, berdebar-debar, sesak napas,
pusing, mata berkunang-kunang.
4) Gouth/ asama urat: dapat disebabkan karena komsumsi lemak berlebih
5) Kurang energi kronis(KEK): terjadi karena menurunnya nafsu makan yang
berkepanjangan, sehingga menyebabkan berat badan menurun drastis, jaringan
ikat menjadi keriput dan badan jadi kurus
6) Kekurangan vit A, B1, C, D, E, ZN
b. Problem like depresion: kehilangan daya ingat, arthritis yang dapat mengubah
nafsu makan
c. Kesehatan mulut buruk: penyakit gigi, susah menelan dan mulut kering
d. Obat: terkadang lansia suka menelan/ minum obat tanpa resep dokter
e. Kemiskinan
f. Hidup sendiri
g. Masalah dan morbiditas : yaitu tidak dapat melakukan kegiatannya sendiri.

6. PERENCANAAN NUTRISI
a. Secara umum makanan untuk lansia yaitu:
1) Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang
terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur
2) Penting memperhatikan porsi makan , diatur merata dalam sehari yaitu lebih
sering dengan porsi kecil dan tidak terlalu kenyang.
3) Minum yang cukup dan kurangi garam sehingga dapat memperlancar
pengeluaran sisa makanan dan mencegah tekanan darah tinggi
4) Membatasi penggunaan kalori hingga berat badan dalam batas normal,
terutama makanan yang manis atau gula dan makana yang berlemak.
Kebutuhan usia diatas 60 tahun adalah 1700 kalori dan diatas 70 tahun adalah
1500 kalori.
5) Makanan mudah di cerna, dan perlu makanan selingan seperti susu dan jus
buah
b. Perencanaan makanan untuk mengatasi perubahan saluran cernah:
1) Sarankan makanan yang berserat tinggi
2) Anjurkan minum lebih sering atau paling kurang 8 gelas sehari.
c. Bagi lanjut usia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut, harus diperhatikan
hal-hal seperti ini:
a. Mengkonsumsi makan yang mudah dicerna
b. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan gorengan
c. Bila kesulitan dalam mengunyah karena gigi rusak atau gigi palsu yang kurang
baik, makanan yang harus diberikan adalah makanan lunak/lembek atau
dicincang
d. Batasi minum kopi dan teh. Minuman tersebut dapat diberikan namun harus
diencerkan terlebih dahulu karena berguna untuk merangsang gerakan usus dan
menambah nafsu makan.
e. Menu seimbang untuk lanjut usia: Menu seimbang untuk lanjut usia adalah
susunan makanan yang mengandung cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan
lanjut usia.
1) Syarat menu seimbang untuk lanjut usia
 Mengandung zat bergizi beraneka ragam bahan makanan yang terdiri
atas zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur
 Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh lanjut usia adalah 50%
dari hidrat arang yang merupakan hidrat arang kompleks (sayuran,
kacang-kacangan, dan biji-bijian)
 Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yaitu 25-30% dari total kalori
 Jumlah protein yang dikonsumsi disesuaikan dengan lanjut usia, yaitu 8-
10% dari totsl kalori
 Diajnurkan mengandung tinggi serat yang besumber pada buah, sayur
dan macam-macam pati, yang dikonsumsi dalam jumlah secara bertahap
 Menggunakan bahan makana yang tinggi kalsium , seperti susu non-fat,
yoghurt dan ikan
 Makanan ynag mengandung tinggi zat besi seperti kacang-kacangan,
hati, daging, bayam, atau sayuran hijau
 Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang
mengandung garam, misalnya monosodium glutamat, natrium
bikarbonat dan natrium sistrat
 Hindari bahan makanan yang mengandung tinggi alkohol
 Pilih makan yang mudah dikunyah seperti makanan lunak.
f. Syarat menu seimbang untuk lanjut usia dengan berat badan yang kurang;
1) Jika lanjut usia mengalami kekurangan berat badan, makanan yang diberikan
adalah yang mengandung tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP)
2) Diet TKTP terdiri dari TKTP I 2100 kalri, protein 85 g (12-15% totla kalori)
dan TKTP II 2500 kalori, protein 100 g.
3) Bahan makan yang baik diberikan adalah: Sumber protein hewani: ayam,
telur, hati, susu, keju dan ikan dan Sumber protein nabati: kacang-kacangan,
tahu, tempe dan oncom.
4) Cara pemberian makan dengan berat badan yang rendah adalah dengan diberi
makanan tambahan.

Contoh menu bagi lanjut usia dengan berat badan rendah


Komposisi: kalori 2100, protein 85 gram, karbohidrat 325,dan lemak 40 gram, dan karbohidrat 249 gram
Pagi Siang Malam
Sarapan 1. 10 sdm nasi (200 g) 1. 10 sdm nasi (200 g)
1. 1gelas susu (2 sdm susu 2. 1 potong besar ikan/daging/ayam 2. 1 potong/ikan/daging/ayam
bubuk full cream) + gula (100 g) (75 g)
2. Roti isi telur (1 butir telur) 3. 1 mangkuk sayur (100 g) 3. 1 potong buah (100 g)
3. 1 potong buah (100 gram) 4. 1 potong buah (100 g) Menjelang tidur
Pukul 10.00 Pukul 16.00 1 gelas susu (2 sdm susu
1. 1 gelas sari buah 1 gelas bubur kacang hijau (50 gram bubuk full cream)
2. Kue sus kacang hijau + santan secukupnya)

7. KEBUTUHAN NUTRISI
Kebutuhan gizi lansia di pengaruhui oleh:
a. Usia: kebutuhan energi dan lemak menurun
b. Jenis kelamin:pada umumnya laki-laki memerlukan zat gizi lebih banyak karena
postur tubuh, otot dan luas permukaan lebih luas
c. Aktifitas fisik dan pekerjan: penurunan kemampuan fisik yang berdampak pada
penurunan kemampuan energi
d. Postur tubuh: postur tubuh lebih besar membutuhkan energi lebih besar
e. Suhu udara: suhu dingin memerlukan sat gizi tinggi untuk memperthankan suhu
tubuhnya.
f. Kondisi kesehatan(stress fisik dan psikososil): kebutuhan gizi disesuaikan dengan
kondisi lansia pada waktu sakit.
8. GAMBARAN KASUS

Seorang lansia Ny. B (67 tahun) tinggal dipanti werdha memiliki BB 40kg.
Klien memiliki kifosis, sehingga sulit untuk diukur tinggi badannya. Pada akhirnya,
perawat dipanti menghitung bahwa IMT klien di bawah batas normal (IMT klien
15,9). Klien selalu makan teratur. Didapatkan bahwa klien sudah tidak memiliki gigi
secara lengkap lagi, hanya tersisa 2 gigi graham bawah. Klien mengatakan tidak
memiliki kesulitan makan, hanya saja terkadang klien mengalami penurunan nafsu
makan yang membuatnya menjadi malas makan.

9. PENGKAJIAN LANJUTAN :
a. Pengkajian Sosial Kultural :
Lingkungan : Ny. B tinggal di panti werdha
b. Riwayat kesehatan :
Gaya hidup : Ny. B selalu makan teratur
Tidak memiliki kesulitan makan
c. Pengkajian Fungsi Tubuh :
DO :
Klien memiliki kifosis
klien sudah tidak memiliki gigi secara lengkap lagi, hanya tersisa 2 gigi
graham bawah
d. PengkajianFungsiPencernaan :
1) Kaji apakah mulut dalam keadaan bersih
2) Kaji penurunan produksi saliva(mulut kering)
3) Kaji adanya penurunan nafsu makan
4) Kaji kemampuan mengecap rasa
5) Kaji kesulitan mengunyah pada klien
6) Kaji apakah lansia menggunakan gigi palsu atau apakah memerlukan gigi
palsu
7) Jika menggunakan gigi palsu, apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak
8) Kaji adanya sakit pada gigi atau gusi saat mengunyah
9) Kaji lamanya waktu yang dibutuhkan klien untuk mengunyah makanan
10. Kaji kemampuan menelan klien
11. Kaji lamanya waktu pengosongan lambung
12. Kaji adanya mual muntah saat makan
13. Kaji adanya nyeri di uluhati
14. Kaji adanya riwayat penyakit gastritis
15. Kaji adanya alergi makanan
16. Kaji adanya kebiasaan diet pada klien
17. Kaji perubahan pola eliminasi (BAB dan BAK)
18. Kaji pemenuhan kebutuhan kalori, karbohidrat dan protein, vitamin dan
mineral.
19. Lakukan pemeriksaan laboratorium terkait kolesterol, asam urat dan Hb
20. Kaji adanya konsumsi/penggunaan obat – obatan dan alcohol pada klien
21. Kaji adanya stress psikologi
22. Kaji riwayat penyakit kronik

e. PemeriksaanFisik :
23. Kaji TD, nadi, suhu, dan pernapasan pada klien
24. Kaji adanya anemia pada conjungtiva
25. Kaji turgor kulit untuk mengetahui status hidrasi pada klien(dengan finger
print)
26. Kaji TB dan BB klien
27. Kaji IMT klien :
(Rumus IMT = BB (dalam Kg) /TB2 (dalam meter))
28. Auskultasi peristaltik usus
29. Kaji adanya riwayat fraktur (Osteoporosis)
30. Kaji adanya kelemahan otot
10. ANALISA DATA:
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: Ketidakseimbangan nutrisi Penurunan nafsu makan
- Klien mengatakan kurang dari kebutuhan tubuh
kesulitan makan
- Klien megatakan
terkadang mengalami
penurunan nafsu
makan sehingga
malas makan
DO:
- Usia: 67thn
- BB:40 kg, IMT: 15,9
- Gigi klien tersisa 2
graham bawah
- Tinggal di panti
- Memiliki kifosis
sehingga tinggi sulit
diukur
- Selalu makan teratur

11. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu
makan
12. RENCANA KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA HASIL YANG DI INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HARAPKAN
1. Ketidak seimbangnya Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang BB sesuai indikasi 1. Menentukan kebutuhan kalori, menyusun
nutrisi kurang dari keperawatan selama 2 target berat badan, dan evaluasi
kebutuhan tubuh b.d minggu klien dapat keadekuatan rencana nutrisi.
hilangnya napsu makan. menunjukan peningkatan 2. Auskultasi bunyi usus 2. Penurunan bising usus menunjukan
DS: napsu makan dengan kriteria penurunan motilitas gaster dan konstipasi
 Klien mengatakan hasil: berhubungan dengan pembatasan cairan,
terkadang klien DS: pilihan makanan buruk.
mengalami  Klien mengatakan napsu 3. Berikan perawatan oral 3. Rasa tidak enak, dan bau adalah
penurunan napsu makannya meningkat pengganggu utama napsu makan
makan yang DO: 4. Anjurkan makan dalam porsi kecil 4. Memberikan kesempatan untuk
membuatnya  IMT klien dalam batas tapi sering meningkatkan masukan kalori total.
menjadi malas normal (18,5-22,9) 5. Anjurkan petugas panti unutk 5. Meningkatkan nafsu makan klien supaya
makan  menyajikan menu makanan yang tidak malas makan
menarik
No. DIAGNOSA HASIL YANG DI INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HARAPKAN
DO: 6. Kolaborasi dengan petugas panti 6. Memudahkan klien saat menggunyah
 BB klien 40 kg untuk menyiapkan makanan klien makanan
 Klien memiliki dengan konstensi lunak
kifosis sehingga
sulit diukur tinggi
badannya
 IMT klien 15,9
 Klien tidak memiliki
gigi yang lengkap
hanya tersisa gigi
graham
13. INSTRUMEN PENGKAJIAN NUTRISI

Terdapat 3 pengkajian nutrisi menurut Wolinsky:

1. Nutritional Risk Index (NRI) untuk menskrining individu yang berisiko terhadap
gangguan nutrisi. NRI berisi 16 pertanyaan pilihan untuk menggali lima dimensi
risiko nutrisi yaitu:
a. Mekanika asupan makanan
b. Program bembatasan diet
c. Morbiditas yang mempengaruhi asupan nutrisi
d. Ketidak nyamanan yang berhubungan dengan asupan makanan
e. Perubahan signifikan dalam kebiasaan diet( IMT)
2. Mini Nutritional Assessment (MNA)
Hasil pengkajian MNA menunjukan status gizi lansia yaitu:
a. Gizi baik atau adekuat
b. Ambangan atau berisiko terhadap kurang gizi
c. Gizi buruk
3. Nutrition Screning Initiative mengembangkan tiga tingkat pengkajian dalam bentuk
screening mandiri antara lain:
a. Tingkat satu: dirancang untuk digunakan dan diisi oleh tenaga kesehatan
profesional untuk mengidentifikasi lansia yang dapat diberikan intervensi
preventif seperti pengiriman makan kerumah atau pendidikan kesehatan
b. Tingkat dua : yaitu mengumpulkan data informasi diagnostik yang detail, seperti
perubahan BB, dan data laboratorium yang di lakukan di Rumah sakit, klinik,
rawat jalan atau praktik dokter.
c. Tingkat tiga berupa pertanyaan pengkajian resiko yang diisi sendiri oleh individu
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fatmah, D. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Kusharyadi. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

Maas, M. L. dkk (2011). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: EGC.

Martono, H. H., & Pranaka, K. (2010). Geriatri. Jakarta: FKUI.

Maryam, R. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.

Meiner, S. E. (2015). Gerontologic Nursing. USA: Elsevier.

Nugroho, H. W. (2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai