Anda di halaman 1dari 10

A.

LAPISAN PERKERASAN LENTUR


Kontruksi perkerasan lentur terdiri dari lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar
yang telah dapadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu
lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya. Beban kendaraan dilimpahkan ke
perkerasan jalan melalui bidang kontak roda berupa beban terbagi rata P0. Beban tersebut
diterima oleh lapisan permukaan dan disebarkan ke tanah dasar menjadi P1 yang lebih
kecil dari daya dukung tanah dasar.

Konstruksi perkerasan lentur jalan raya terdiri atas lapisan-lapisan yang dapat
dikelompokkan menjadi empat bagian:
1. Lapisan permukaan (surface course)
2. Lapisan pondasi atas (base course)
3. Lapisan pondasi bawah (subbase course)
4. Lapisan tanah dasar (subgrade)

Sedangkan beban lalu lintas yang bekerja di atas konstruksi perkerasan dapat
dibedakan atas:
1. Muatan kendaraan berupa gaya vertikal
2. Gaya rem kendaraan berupa gaya horisontal
3. Pukulan roda kendaraan berupa getaran-getaran.
Oleh karena sifat penyebaran gaya maka muatan yang diterima oleh masing-masing
lapisan berbeda dan semakin ke bawah semakin kecil. Lapisan permukaan harus
mampu menerima seluruh jenis gaya yang bekerja, lapis pondasi atas menerima gaya
vertikal dan getaran, sedangkan tanah dasar dianggap hanya menerima gaya vertikal
saja.
1. Lapisan Permukaan (surface course)
Lapisan yang terletak paling atas disebut lapis permukaan, berfungsi antara lain sebagai
berikut:
1. Lapisan perkerasan penahan beban roda, dengan persyaratan harus mempunyai
stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa pelayanan.
2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak meresap ke
lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut.
3. Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat rem
kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain dengan daya dukung yang lebih buruk.
Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut, pada umumnya lapisan permukaan dibuat
dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga menghasilkan lapisan yang
kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang lama. Jenis lapis
permukaan yang umum digunakan di indonesia antara lain:
1. Lapisan bersifat nonstruktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air.
 Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam, dengan tebal
maksimum 2 cm.
 Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal
padat maksimum 3,5 cm.
 Latasir (lapis tipis aspal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan dipadatkan
pada suhu tertentu dengan tebal padat 1-2 cm.
 Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal
taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch.
 Latasbum (lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang
dicampur secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm.
 Lataston (lapis tipis aspal beton), dikenal dengan nama hot rolled sheet (HRS),
merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi
timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan perbandingan tertentu,
yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat antara 2,5-3,0
cm.
2. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan
menyebarkan beban roda kendaraan.
 Penetrasi macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat
pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh
aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di
atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan
satu lapis dapat bervariasi antara 4-10 cm.
 Lasbutag merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari
campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar dan
dipadatkan secara dingin. Tebal pada tiap lapisannya antara 3-5 cm.
 Laston (lapis tipis aspal beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi
menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.
2. Lapisan Pondasi Atas (base course)
Lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis permukaan
dinamakan lapis pondasi atas (base course). Karena terletak tepat di bawah permukaan
perkerasan, maka lapisan ini menerima pembebanan yang berat dan paling menderita
akibat muatan, oleh karena itu material yang digunakan harus berkualitas sangat tinggi
dan pelaksanaan konstruksi harus dilakukan dengan cermat. Fungsi base course antara
lain:
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban roda dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
3. Bantalan terhadap lapisan permukaan.
Untuk lapis pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material
dengan CBR > 50% Plastisitas Index (PI) < 4%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah,
kerikil pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai base
course. Jenis lapis pondasi atas yang digunakan di Indonesia antara lain:
1. Agregat bergradasi baik, dapat dibagi atas batu pecah kelas A, batu pecah kelas B
dan batu pecah kelas C. Batu pecah kelas A mempunyai gradasi yang lebih kasar
dari batu pecah kelas B, dan batu pecah kelas B lebih kasar dari batu pecah kelas C.
2. Pondasi macadam
3. Pondasi telford
4. Penetrasi macadam (lapen)
5. Aspal beton pondasi (asphalt concrete base/ asphalt treated base)
6. Stabilisasi yang terdiri dari:
 Stabilisasi agregat dengan semen (cement treated base)
 Stabilisasi agregat dengan kapur (lime treated base)
 Stabilisasi agregat dengan aspal (asphalt treated base)
3. Lapis Pondasi Bawah (subbase course)
Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan
lapis pondasi bawah (subbase) yang berfungsi:
1. Bagian dari kontruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR < 20% dan Plastisitas Index (PI) >
10%.
2. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah dibandingkan
dengan lapisan perkerasan di atasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
4. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan dengan
kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh
cuaca, atau lemahnya daya dukung tanah dasar menahan roda-roda alat berat.
6. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas. Untuk itu lapis pondasi bawah haruslah memenuhi syarat filter yaitu:
𝐷15 𝑠𝑢𝑏𝑏𝑎𝑠𝑒
≥5
𝐷15 𝑠𝑢𝑏𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒

𝐷15 𝑠𝑢𝑏𝑏𝑎𝑠𝑒
≤5
𝐷85 𝑠𝑢𝑏𝑔𝑟𝑎𝑑𝑒
Dimana:
D15 : diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos = 15%.
D85 : diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos = 85%.
Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah:
1. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas sirtu/pitrunyang terbagi dalam kelas A,
kelas B dan kelas C. Sirtu kelas A bergradasi lebih kasar dari sirtu kelas B, yang
masing-masing dapat dilihat pada spesifikasi yang diberikan.
2. Stabilitas yang terdiri dari:
 Stabilitas agregat dngan semen (cement treated subbase)
 Stabilitas agregat dengan kapur (lime treated subbase)
 Stabilitas tanah dengan semen (soil cement stabilization)
 Stabilitas tanah dengan kapur ( soil lime stabilization)
4. Lapisan Tanah Dasar (subgrade)
Lapisan tanah setebal 50-100 cm dimana di atasnya akan diletakkan lapisan pondasi
bawah dinamakan lapisan tanah dasar (subgrade) yang dapat berupa tanah asli yang
dipadatkan (jika tanah aslinya baik), tanah yang didatangkan dari tempat lain dan
dipadatkan atau tanah yang distabilisasi dengan kapur atau bahan lainnya. Pemadatan
yang baik akan diperoleh jika dilakukan pada kondisi kadar air optimum dan
diusahakan kadar air tersebut konstan selama umur rencana. Ditinjau dari muka tanah
asli, lapisan tanah dasar dapat dibedakan atas:
 Lapisan tanah dasar, tanah galian
 Lapisan tanah dasar, tanah timbunan
 Lapisan tanah dasar, tanah asli
Sebelum lapisan-lapisan lainnya diletakkan, tanah dasar (subgrade) dipadatkan terlebih
dahulu sehingga tercapai kestabilan yang tinggi terhadap perubahan volume, sehingga
dapat dikatakan bahwa kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat
ditentukan oleh sifat-sifat daya dukung tanah dasar.
Masalah-masalah yang sering dijumpai menyangkut tanah dasar (subgrade) adalah:
 Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah tertentu akibat beban lalu lintas. Perubahan
bentuk yang besar akan mengakibatkan jalan tersebut rusak. Tanah-tanah dengan
plastisitas tinggi cenderung untuk mengalami hal ini. Lapisan-lapisan tanah lunak
yang terdapat di bawah tanah dasar harus diperhatikan. Daya dukung tanah dasar
yang ditunjukkan oleh nilai CBR nya dapat merupakan indikasi dari perubahan
bentuk yang dapat terjadi.
 Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah yang
sangat berbeda. Penelitian yang seksama atas jenis dan sifat tanah dasar sepanjang
jalan dapat mengurangi akibat tidak seragamnya daya dukung tanah dasar.
Perencanaan tebal perkerasan dapat dibuat berbeda-beda dengan membagi jalan
menjadi segmen-segmen berdasarkan sifat tanah yang berlainan.
 Perbedaan penurunan (differensial settlement) akibat terdapatnya lapisan-lapisan
tanah lunak di bawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
tetap. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan penyelidikan tanah dengan teliti.
Pemeriksaan dengan menggunakan alat bor dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang lapisan tanah di bawah lapis tanah dasar.
 Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air. Hal
ini dapat dikurangi dengan memadatkan tanah pada kadar air optimum mencapai
kepadatan tertentu sehingga perubahan volume yang mungkin terjadi dapat
dikurangi. Kondisi drainase yang baik dapat menjaga kemungkinan berubahnya
kadar air pada lapisan tanah dasar.
 Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik. Hal ini akan
lebih buruk pada tanah dasar dari jenis tanah berbutir kasar dengan adanya tambahan
pemadatan akibat pembebanan lalu lintas ataupun akibat berat tanah dasar itu sendiri
(pada tanah dasar tanah timbunan). Hal ini dapat diatasi dengan melakukan
pengawasan yang baik pada saat pelaksanaan pekerjaan tanah dasar.
 Kondisi geologis dari lokasi jalan perlu dipelajari dengan teliti, jika ada
kemungkinan lokasi jalan berbeda pada daerah patahan.

Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan Lentur


1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban dan repetisi beban.
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik dan
naiknya air akibat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material itu
sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak baik.
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis dimana suhu udara dan curah hujan umumnya tinggi
yang dapat menjadi salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh sistem
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya
yang memang kurang bagus.
6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik.
Jenis Kerusakan Perkerasan Lentur
Kerusakan fungsional adalah apabila perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
yang direncanakan. Pada dasarnya tergantung pada derajat atau tingkat kekasaran
permukaan. Sedangkan kerusakan struktural terjadi ditandai dengan adanya ruska pada
satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan. Disebabkan oleh lapisan tanah dasar
yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan dan pengaruh kondisi lingkungan
sekitar.

B. LAPISAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)


Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi (perkerasan) dengan
bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan ikatnya.
Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu:
1. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan (joined plain concrete
pavement).
2. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (joined reinforced concrete
pavement).
3. Perkerasan beton semen tanpa tulangan (continuosly reinforced concrete pavement).
4. Perkerasan beton semen prategang (prestressed concrete pavement).
5. Perkerasan beton semen bertulang fiber (fiber reinforced concrete pavement).

Perkerasan kaku mempunyai sifat yang berbeda dengan perkerasan lentur. Pada
perkerasan kaku daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Hal ini
terkait dengan sifat pelat beton yang cukup kaku, sehingga dapat menyebarkan beban pada
bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rebdah pada lapisan-lapisan di
bawahnya.
Gambar Penyebaran Beban dari Lapisan Perkerasan ke Subgrade

Komponen Konstruksi Perkerasan Kaku


Pada konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama adalah berupa satu
lapis beton semen mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi bawah (subbase) berupa cement
treated subbase maupun granular subbase berfungsi sebagai konstruksi pendukung atau
pelengkap.

Adapun komponen konstruksi perkerasan beton semen (rigid pavement) adalah sebagai
berikut:
1. Tanah Dasar (subgrade)
Tanah dasar adalah bagian dari permukaan badan jalan yang dipersiapkan untuk
menerima konstruksi di atasnya yaitu konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini berfungsi
sebagai penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan/disebarkan oleh konstruksi
perkerasan. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah dasar (subgrade)
adalah lebar, kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan
keseragaman kepadatan. Daya dukung atau kapasitas tanah dasar pada konstruksi
perkerasan kaku yang umum digunakan adalah CBR dan modulus reaksi tanah dasar
(k). Pada konstruksi perkerasan kaku fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan,
dalam arti kata bahwa perubahan besarnya daya dukung tanah dasar tidak berpengaruh
terlalu besar pada nilai konstruksi (tebal) perkerasan kaku.
2. Lapis Pondasi (subbase)
Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu tinggi.
Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau bound granural
(CTSB, cement treated subbase). Pada umumnya fungsi lapisan ini tidak terlalu
struktural, maksudnya keberadaan dari lapisan ini tidak untuk meyumbangkan nilai
struktur perkerasan beton semen.
Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lantai kerja yang rata dan uniform.
Apabila subbase tidak rata, maka pelat beton juga tidak rata. Ketidakrataan ini dapat
berpotensi sebagai crack inducer.
3. Tulangan
Pada perkerasan beton semen terdapat dua jenis tulangan, yaitu tulangan pada pelat
beton untuk memperkuat pelat beton tersebut dan tulangan sambungan untuk
menyambung kembali bagian-bagian pelat beton yang telah terputus (diputus). Kedua
tulangan tersebut memiliki bentuk, lokasi serta fungsi yang berbeda satu sama lain.
Adapun tulangan tersebut antara lain:
1. Tulangan pelat
Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai bentuk, lokasi dan fungsi
yang berbeda dengan tulangan pelat pada konstruksi beton yang lain seperti
gedung, balok dan sebagainya. Adapun karakteristik dari tulangan pelat pada
perkerasan beton semen adalah sebagai berikut:
 Bentuk tulangan pada umumnya berupa lembaran atau gulungan. Pada
pelaksanaan di lapangan tulangan yang berbentuk lembaran lebih baik daripada
tulangan yang berbentuk gulungan. Kedua bentuk tulangan ini dibuat oleh
pabrik.
 Lokasi tulangan pelat beton terletak ¼ tebal pelat di sebelah atas.
 Fungsi dari tulangan beton ini yaitu untuk “memegang beton” agar tidak retak
(retak beton tidak terbuka), bukan untuk menahan momen ataupun gaya lintang.
Oleh karena itu tulangan pelat beton tidak mengurangi tebal perkerasan beton
semen.
2. Tulangan sambungan
Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan sambungan arah melintang
dan arah memanjang. Sambungan melintang merupakan sambungan untuk
mengakomodir kembang susut ke arah memanjang pelat. Sedangkan tulangan
sambungan memanjang merupakan sambungan untuk mengakomodir gerakan
lenting pelat beton.
Adapun ciri dan fungsi dari masing-masing tulangan sambungan adalah sebagai
berikut:
a. Tulangan sambungan melintang
 Tulangan sambungan melintang disebut juga dowel
 Berfungsi sebagai ‘sliding device’ dan ‘load transfer device’
 Berbentuk polos, bekas potongan rapi dan berukuran besar
 Satu sisi dari tulangan melekat pada pelat beton, sedangkan satu sisi yang
lain tidak lekat pada pelat beton
 Lokasi di tengah tebal pelat dan sejajar dengan sumbu jalan
b. Tulangan sambungan memanjang
 Tulangan sambungan memanjang disebut juga Tie Bar
 Berfungsi sebagai unsliding devices dan rotation devices
 Berbentuk deformed/ulir dan berbentuk kecil
 Lekat di kedua sisi pelat beton
 Lokasi di tengah tebal pelat beton dan tegak lurus sumbu jalan
 Luas tulangan memanjang dihitung dengan rumus seperti pada tulangan
melintang
4. Sambungan atau Joint
Fungsi dari sambungan atau joint adalah mengendalikan atau mengarahkan retak pelat
beton akibat shrinkage (susut) maupun wrapping (lenting) agar teratur baik bentuk
maupun lokasinya sesuai yang kita kehendaki (sesuai desain). Dengan terkontrolnya
retak tersebut, maka retak akan tepat terjadi pada lokasi yang teratur dimana pada
lokasi tersebut telah kita beri tulangan sambungan.
Pada sambungan melintang terdapat 2 jenis sambungan yaitu sambungan susut dan
sambungan lenting. Sambungan susut diadakan dengan cara memasang bekisting
melintang dan dowel antara pelat pengecoran sebelumnya dan pengecoran berikutnya.
Sedangkan sambungan lenting diadakan dengan cara memasang bekisting memanjang
dan tie bar.
Pada setiap celah sambungan harus diisi dengan joint sealent dari bahan khusus yang
bersifat thermoplastic antara lain rubber aspalt, coal tars ataupun rubber tars. Sebelum
joint sealent dicor/dituang, maka celah harus dibersihkan terlebih dahulu dari segala
kotoran.
5. Bound Breaker di Atas Subbase
Bound breaker adalah plastik tipis yang diletakkan di atas subbase agar tidak terjadi
bounding antara subbase dengan pelat beton di atasnya. Selain itu, permukaan subbase
juga tidak boleh di groove atau di brush.
6. Alur Permukaan atau Grooving/Brushing
Agar permukaan tidak licin maka pada permukaan beton dibuat alur-alur (tekstur)
melalui pengaluran/pemyikatan (grooving/brushing) sebelum beton disemprot curing
compound, sebelum beton ditutupi wet burlap dan sebelum beton mengeras. Arah alur
bisa memanjang ataupun melintang.

C. PERBEDAAN ANTARA PERKERASAN JALAN KAKU DENGAN


PERKERASAN JALAN LENTUR

Anda mungkin juga menyukai