Anda di halaman 1dari 109

1

PENDAHULUAN

Buku saku K3 ini disusun dengan tujuan sebagai sumber


informasi K3 yang ringkas dan informatif bagi pembacanya.
Buku saku K3 ini berisi informasi mengenai persyaratan hukum
atau standar serta pedoman dari berbagai sumber menyangkut
beberapa topik K3.

Adanya buku saku K3 ini diharapkan memudahkan bagi


personil atau auditor K3 di perusahaan dalam mengakses
informasi K3 yang diperlukan secara cepat dan mudah. Setiap
informasi yang ada dalam buku saku ini disertai dengan sumber
referensi yang terkait baik dari peraturan K3, standar
nasional/internasional, dan pedoman K3/OHS best practices.

Judul : Buku Saku K3


Halaman : 109
Penyusun : Nova Yana P.

Copyright © oshcorner.com
Dilarang memperbanyak sebagian/seluruh isi buku ini tanpa ijin
tertulis penulis

2
BAB I
DASAR-DASAR K3

I.I. Definisi K3

Secara filosofi berarti ;

Upaya dan pemikiran untuk menjamin keutuhan dan


kesempurnaan baik jasmani maupun rohani diri manusia pada
umumnya dan tenaga kerja pada khususnya beserta hasil
karyanya dalam rangka menuju masyarakat adil, makmur dan
sejahtera.

I.2. Definisi Keselamatan Kerja

Keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja,


bahan dan proses pengolahan, landasan kerja & lingkungan
kerja serta cara melakukan kerja dan proses produksi.

I.3. Definisi Kesehatan Kerja

Promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi-tingginya dari


kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua
pekerjaan; pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang
disebabkan oleh kondisi kerjanya, perlindungan pekerja dari
risiko akibat faktor-faktor yang mengganggu kesehatan,
penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan
kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya,
dan sebagai kesimpulan, penyesuaian pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada pekerjaannya. (Joint ILO &
WHO Committee, 1995)

3
I.4. Definisi Bahaya

Bahaya yaitu sumber, situasi atau kondisi yang berpotensi


menyebabkan cidera atau penyakit akibat kerja. (OHSAS
18001:2007)

I.5. Definisi Risiko

Kombinasi kemungkinan terjadinya peristiwa berbahaya atau


pemajanan dan tingkat keparahan cedera atau penyakit akibat
kerja yang dapat disebabkan oleh kejadian atau pemajanan.
(OHSAS 18001:2007)

I.6. Definisi Kecelakaan dan Insiden

Kecelakaan yaitu kejadian yang tidak diinginkan yang


menyebabkan cidera terhadap manusia, kerusakan properti
atau kerugian terhadap proses.

Insiden yaitu kejadian yang tidak diinginkan, yang bila dalam


kondisi yang sedikit berbeda dapat mengakibatkan cidera pada
manusia, kerusakan properti atau kerugian terhadap proses.

I.7. Penyebab Kecelakaan Kerja

4
Konsep penyebab kecelakaan ini dikembangkan oleh Frank E,
Bird, Jr dan George L. Germain yang dikutip dari bukunya “
Practical Loss Control Leadership”. Menurutnya kecelakaan
terjadi melalui rentetan beberapa faktor penyebab yaitu;

1. Kurang Pengendalian
2. Penyebab Dasar
3. Penyebab Langsung
4. Insiden
5. Kerugian

Untuk penyebab langsung terdiri atas dua penyebab yaitu:


 Kondisi tidak standar/Substandard Condition
 Tindakan tidak standar/Substandard Act
Untuk penyebab dasar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:
 Faktor manusia/pekerja
 Faktor pekerjaan
Untuk penyebab kurang pengendalian terdiri dari:
 Tidak cukup program
 Tidak cukup standar program
 Tidak cukup pemenuhan

1.8. Klasifikasi kecelakaan dan cidera di tempat kerja

1. Orang yang terjatuh


a. Orang yang terjatuh dari ketinggian yang berbeda
baik dari ketinggian di atas dan jatuh ke level yang
lebih rendah.
b. Orang yang jatuh pada ketinggian yang sama
(slip,trip)
2. Tertimpa/terkena benda jatuh
a. Keruntuhan atau kejatuhan (tanah,batu,salju)
b. Runtuh (gedung, dinding, penyangga, tangga)
5
c. Tertimpa benda jatuh saat penanganan
d. Terkena benda jatuh yang tidak terklasifikasi
3. Tersandung, terbentur benda-benda selain benda jatuh
a. Tersandung sesuatu
b. Terbentur benda-benda berupa perabotan
c. Tertabrak benda-benda yang bergerak
d. Tertabrak benda-benda yang selain benda-benda
jatuh
4. Terjebak/terjepit di dalam atau diantara suatu
tempat/benda
a. Terjebak di dalam suatu tempat
b. Terjepit diantara perabot dan benda bergerak
c. Terjepit diantara benda yang bergerak (kecuali
benda jatuh/terbang)
5. Gerakan yang mengeluarkan tenaga berlebihan/berat
a. Pengerahan tenaga untuk mengangkat benda
b. Pengerahan tenaga untuk mendorong dan menarik
benda
c. Pengerahan tenaga untuk menangani dan melepas
benda
6. Terpapar atau kontak dengan temperatur yang
berlebihan
a. Terpapar suhu panas
b. Terpapar suhu dingin
c. Kontak dengan basah atau benda panas
d. Kontak dengan basah atau benda sangat dingin
7. Terpapar atau kontak dengan arus listrik
8. Terpapar atau kontak dengan bahan berbahaya dan
beracun
9. Jenis kecelakaan lain yang belum diklasifikasi.

Sumber: ILO Guide, Recording and Notification of


Occupational and Diseases

6
BAB 2
MANAJEMEN RISIKO K3

2.1 Definisi

Proses manajemen risiko yaitu aplikasi sistematis dari kebijakan


manajemen, prosedur dan pelaksanaan dari kegiatan
komunikasi, penetapan, konteks, identifikasi, analisa, evaluasi,
penanganan, pemantauan dan tinjauan risiko

Risiko yaitu kombinasi dari kemungkinan munculnya suatu


kejadian berbahaya dan akibat/konsekuensi (berupa cidera
atau penyakit) yang dapat timbul dari kejadian tersebut.

Penilaian risiko yaitu keseluruhan proses identifikasi bahaya,


analisa dan evaluasi risiko.

Analisa risiko yaitu proses yang sistematis untuk memahami


sifat dan mengurangi tingkat risiko

Evaluasi risiko yaitu proses membandingkan tingkat risiko


terhadap kriteria risiko.

Penanganan risiko yaitu proses pemilihan dan penerapan


tindakan untuk mengubah risiko. Tindakan ini dapat meliputi;
menghindari, mengurangi, sharing atau menerima risiko.

2.2 Proses Manajemen Risiko

Ilustrasi proses manajemen risiko dapat dilihat pada gambar


2.1 .

7
Komunikasi & Konsultasi Menetapkan konteks

Identifikasi Bahaya

Monitor dan Tinjau


Analisa Risiko

Evaluasi Risiko

Penanganan Risiko

Elemen proses manajemen risiko

1. Menetapkan konteks
Termasuk di dalamnya menentukan faktor internal dan
eksternal organisasi. Misalnya peraturan dan standar K3,
visi dan misi organisasi, ruang lingkup operasi, dll.

2. Identifikasi bahaya
Melakukan identifikasi bahaya di proses kerja. Bisa
dilakukan dengan diskusi, inspeksi, data-data K3,
wawancara, dll.

8
3. Analisa risiko
Analisa risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan
dan akibat yang dapat ditimbulkan dari suatu bahaya.
Dapat dilakukan dengan metoda kualitatif, semi kuantitatif
dan kuantiatif.

4. Evaluasi risiko
Mengevaluasi hasil analisa risiko apakah risiko dapat
diterima atau memerlukan penanganan lebih lanjut.

5. Penanganan risiko
Meliputi kegiatan pemilihan terhadap beberapa pilihan
tindakan penanganan risiko dan implementasinya di
lapangan.

6. Monitor dan tinjau


Kegiatan memantau keefektifan pelaksanaan tindakan
penanganan risiko yang diterapkan.

7. Komunikasi dan konsultasi


Setiap tahapan dalam proses manajemen risiko harus
dikomunikasikan dan dikonsultasikan dengan stakeholder
dalam organisasi. Terutama pekerja yang sehari-hari
berhadapan dengan bahaya.

Sumber : AS/NZS 4360 : 2004

9
BAB 3
ORGANISASI K3

3.1. Definisi

P2K3 yaitu badan pembantu di tempat kerja yang merupakan


wadah kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk
mengembangkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi
efektif dalam penerapan K3

AK3 yaitu tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Depnaker


yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja dan berfungsi
membantu pimpinan perusahaan atau pengurus untuk
menyelenggarakan dan meningkatkan usaha keselamatan
kerja, higene perusahaan dan kesehatan kerja, membantu
pengawasan ditaatinya ketentuan peraturan perundangan
bidang K3

3.2. Pembentukan P2K3

 Tiap tempat kerja dengan kriteria tertentu wajib membentuk


P2K3
 Tempat kerja tersebut :
- tempat kerja dimana mempekerjakan 100 orang atau
lebih
- tempat kerja dengan kurang dari 100 orang namun
mempunyai risiko besar (ledakan, kebakaran,
keracunan dan radio aktif)
 Perusahaan mengusulkan susunan keanggotaan P2K3
kepada pihak kantor Depnaker setempat untuk disahkan.
 Kepala Kantor Depnaker kemudian akan mensahkan susunan
keanggotaan P2K3 atas nama Menteri Tenaga Kerja RI.

10
3.3. Susunan Keanggotaan P2K3

 Keanggotaan P2K3 terdiri dari unsur pengusaha dan


pekerja yang susunan keanggotaannya terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Anggota.
 Ketua P2K3 dijabat oleh pengusaha dan atau pengurus
(Permenaker No.05 /MEN/96)
 Sekretaris P2K3 ialah Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dari perusahaan yang bersangkutan.

3.4. Kegiatan P2K3

 Tugas P2K3 yaitu memberikan saran dan pertimbangan


baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau
pengurus mengenai masalah K3
 Fungsi P2K3 yaitu
- Menghimpun dan mengolah data K3 di tempat kerja
- Menjelaskan kepada tenaga kerja tentang;
a. bahaya-bahaya yang ada di tempat kerjanya
b. alat pelindung diri bagi tenaga kerja bersangkutan
c. cara dan sikap yang benar dan aman dalam
bekerja

- Membantu pengusaha dan atau pengurus dalam;

a. Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan


kerja
b. Menentukan tindakan korektif
c. Mengembangkan sistem pengendalian bahaya K3
d. Mengevaluasi timbulnya kecelakaan kerja dan
tindakan perbaikannya
e. Melakukan penyuluhan K3 kepada tenaga kerja
f. Melaksanakan administrasi K3 di tempat kerja

11
- Membantu pimpinan perusahaan menyusun
kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja
untuk meningkatkan K3 di tempat kerjanya.

 Rapat P2K3 yang dilakukan minimal 1 kali dalam sebulan.


Dihadiri paling tidak separuh tambah 1 anggotanya.
Dipimpin oleh ketua, namun jika berhalangan bisa dipimpin
oleh sekretaris P2K3.
 P2K3 berkewajiban melaporkan kegiatannya kepada
Depnaker setempat paling 3 bulan sekali.

3.5. Penunjukan AK3 perusahaan

 Personil AK3 di perusahaan dicalonkan oleh pihak pimpinan


perusahaan bersangkutan dan mengajukan permohonan
secara tertulis kepada Menteri/Kantor Depnaker setempat.
 Permohonan diajukan dengan melengkapi syarat-syarat:

- Daftar riwayat hidup calon AK3


- Surat keterangan pengalaman kerja
- Surat keterangan berbadan sehat
- Surat pernyataan bekerja penuh di perusahaan
bersangkutan
- Foto copy ijazah atau STTB terakhir
- Sertifikat pendidikan khusus K3 dari Depnaker atau
badan lain yang diakui oleh Depnaker RI

 Keputusan penunjukan AK3 berlaku selama waktu 3 tahun


dan dapat diperpanjang lagi.
 Keputusan penunjukan AK3 dapat dicabut bila:

- Tidak memenuhi peraturan perundang-undangan


keselamatan kerja
- Pindah ke perusahaan lain
12
- Melakukan kesalahan atau kecerobohan sehingga
menimbulkan kecelakaan
- Mengundurkan diri
- Meninggal dunia

Sumber:
 UU No. 01 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 Permenaker RI No. 04/MEN/1987 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata
Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja

13
BAB 4
BAHAYA FAKTOR FISIKA DI TEMPAT KERJA

4.1 Definisi dan ruang lingkup

Yang termasuk dalam potensi bahaya dari faktor fisika di


tempat kerja yaitu iklim kerja, kebisingan, getaran, pencahayaan
dan radiasi.

Iklim kerja yaitu hasil perpaduan antara suhu, kelembaban,


kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat
pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat
pekerjaannya.

Indeks Suhu Basah dan Bola (ISSB) yaitu parameter untuk


menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan
antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola.

Kebisingan yaitu semua suara yang tidak dikehendaki yang


pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.

Nilai Ambang Batas (NAB) yaitu standar faktor tempat kerja yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau
gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu
tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

4.2 Iklim kerja

Nilai ambang batas untuk iklim kerja yang diperbolehkan dapat


dilihat pada tabel 4.1

14
Pengaturan waktu kerja tiap jam
ISBB (oC)
Beban Kerja
Waktu Kerja Waktu Istirahat Ringan Sedang Berat
Bekerja terus -
menerus (8 30,0 26,7 25
jam/hari)
75 % kerja 25 % istirahat 30,6 28,0 25,9

50 % kerja 50 % istirahat 31,4 29,4 27,9

25 % kerja 75 % istirahat 32,2 31,1 30,0

Tabel 4.1 NAB Iklim kerja ISSB

Rumus ISSB:

Untuk bekerja dengan sinar matahari/luar ruangan

ISSB = 0,7 x suhu basah + 0,2 x suhu radiasi + 0,1 suhu kering

Untuk bekerja tanpa sinar matahari

ISSB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Catatan :
- Beban kerja ringan membutuhkan 100 – 200 kilo
kalori/jam
- Beban kerja sedang membutuhkan > 200 – 350 kilo
kalori/jam
- Beban kerja berat membutuhkan > 350 – 500 kilo
kalori/jam

15
Pengaruh Suhu Udara terhadap Kesehatan

Gambar berikut menunjukkan pengaruh suhu kerja dan


kelembaban udara tinggi serta beban fisik kerja terhadap
tingkat bahaya yang dihadapi pekerja.

Dampak yang ditimbulkan saat bekerja dengan suhu tinggi :


- Heat exhaustion
- Heat cramp
- Heat stroke

16
Gambar berikut menunjukkan tingkat bahaya bekerja di suhu
rendah. (Sumber : ACGIH, 1999)

Dampak yang ditimbulkan saat bekerja pada suhu dingin :


- Hypothermia (kondisi dimana tubuh gagal
mempertahankan suhu inti/core temperature badan)
- Frostbite (kondisi dimana daging manusia membeku dan
pembuluh darah rusak)

17
4.3. Kebisingan

Kebisingan didefinisikan sebagai segala bunyi yang tidak


dikehendaki. Jenis pemajanan kebisingan secara umum
dapat terbagi atas:

a. Bising yang terus menerus (continuous noise)

Yaitu bising yang relatif stabil atau konstan tidak terputus-


putus, dimana seorang pekerja terpajan untuk masa kerja
8 jam sehari atau 40 jam seminggu.

b. Bising yang terputus-putus (intermittent noise)

Yaitu bising dimana seorang pekerja terpajan terputus-


putus selama 8 jam kerja. Misal pekerja yang melakukan
pengecekan ke ruang mesin beberapa kali dalam
shiftnya.

c. Bising yang menghentak dan terputus-putus (impact type


noise)

Yaitu bising yang terputus-putus kurang dari 1 detik dan


menghentak dengan keras, biasanya ditimbulkan oleh
hentakan palu penumbuk tiang pancang atau mesin
press, atau ledakan meriam beruang kali.

Nilai Ambang Kebisingan yang diijinkan untuk tempat kerja di


Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. 51/MEN/1999. Pengukuran kebisingan di tempat kerja
menggunakan alat Sound Level Meter sedangkan untuk
mengukur tingkat kebisingan yang dialami seseorang
menggunakan Noise Dosimeter.
18
4.3.1. Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu Pemajanan Intensitas Kebisingan


Per hari Dalam dBA
8 Jam 85
4 88
2 91
1 94
30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 Detik 115
14,08 118
7,03 121
3,52 124

Tabel 4.2. NAB Kebisingan

19
4.3.2. Diagram Tingkat Kebisingan

20
4.4. Getaran

Getaran yaitu pergerakan oscillatory/bolak-balik suatu massa


selalui keadaan setimbang melalui terhadap suatu titik
tertentu. Getaran yang dialami oleh pekerja terjadi secara
mekanis dan secara umum terbagi atas:

a. Getaran seluruh badan


b. Getaran pada lengan

4.4.1 Getaran seluruh badan

Getaran pada seluruh badan biasanya dialami oleh


pengendara kendaraan seperti; traktor, forklift, helikopter,dll.
Efek yang timbul tergantung kepada jaringan manusia. Seperti
contoh :

3 – 6 Hz untuk bagian thorax (dada dan perut)


20 – 30 Hz untuk bagian kepala
100 – 150 Hz untuk rahang

4.4.2. Getaran pada lengan

Getaran pada lengan ini umumnya dialami oleh operator


beberapa peralatan seperti; mesin gergaji, gerinda,
palu,dll.Efek getaran pada tangan ini yaitu:

- Kelainan pada peredaran darah dan persyarafan


(Vibration White Finger)
- Kerusakan pada persendian dan tulang-tulang

21
Pengukuran tingkat getaran di tempat kerja menggunakan
alat Akselerometer. Nilai ambang batas untuk getaran sesuai
Kepmenaker Kep.15/MEN/1999 yaitu:

Jumlah waktu pemajaman Nilai Percepatan pada


per hari kerja frekuensi dominan
(m/det2) Gram

4 sampai 8 jam kerja 4 0,40


2 sampai kurang dari 4 jam 6 0.61
1 sampai kurang dari 2 jam 8 0,81
kurang dari 1 jam 12 1,22

Tabel 4.3. NAB Getaran untuk Pemajanan Lengan & Tangan

Catatan :
1 gram = 9,81 m/det2

4.5. Pencahayaan di Tempat Kerja

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam hal


pencahayaan di tempat kerja :

a. Tingkat/intensitas pencahayaan yang memadai


b. Tidak terdapatnya kesilauan (glare)
c. Kondisi kontras yang memadai
d. Warna yang tepat
e. Cahaya yang seragam

22
Intensitas pencahayaan dalam ruangan dinyatakan dengan
satuan lux yaitu flux atau jumlah cahaya yang dipancarkan
dalam satu detik yang jatuh pada 1 meter persegi.

Berikut ini Intensitas Pencahayaan di Ruang kerja

Jenis kegiatan Tingkat Keterangan


Pencahayaan
Minimal
Pekerjaan kasar 100 lux Ruang
dan tidak terus penyimpanan &
menerus peralatan
Pekerjaan kasar 200 lux Pekerjaan dengan
dan terus menerus mesin & perakitan
kasar
Pekerjaan rutin 300 lux Pekerjaan
kantor/administratif
, ruang kontrol
Pekerjaan agak 500 lux Pembuatan gambar,
halus pemeriksaan
dengan mesin
Pekerjaan halus 1000 lux Pemilihan warna,
tekstil, perakitan
halus
Pekerjaan amat 1500 lux Mengukir dengan
halus tidak menimbulkan tangan, perakitan
bayangan amat halus
Pekerjaan terinci 3000 lux Desain rancangan,
tidak menimbulkan elektronik
bayangan

Sumber: KepMenkes RI No. 1405/MENKES/2002

23
4.6. Radiasi

4.6.1. Definisi

Radiasi yaitu energi yang berbentuk gelombang


elektromagnetik atau partikel sub atom. Secara umum
pemajanan radiasi dapat terjadi kepada masyarakat
umum/publik dan melalui pekerjaan.

Radiasi pengion yaitu gelombang elektromagnetik dan partikel


yang karena energi yang dimilikinya mampu mengionisasi
media yang dilaluinya.

Nilai batas dosis yaitu dosis terbesar yang diijinkan oleh


badan pengawas yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan
anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa
menimbulkan efek somatik dan genetik yang berarti akibat
pemanfaatan tenaga nuklir.

4.6.2 Jenis Radiasi

Secara umum radiasi dapat dibagi atas dua kategori yaitu


radiasi mengion dan tidak mengion seperti tertera pada
diagram spektrum elektromagnetik berikut ini ;

a. Ionizing Radiation

Yaitu radiasi dari bahan-bahan yang mengalami proses


ionisasi dimana terjadi pemisahan atau pelepasan
elektron dari atom-atomnya dan menghasilkan ion yang
bermuatan positif. Beberapa jenis radiasi ini yaitu
partikel alpha, beta, gamma, X rays dan Ultrviolet.

24
b. Nonionizing Radiation

Yaitu radiasi dari bahan-bahan dimana tidak ada cukup


energi untuk mengalami proses ionisasi dan membentuk
ion. Beberapa jenis radiasi ini yaitu cahaya yang tampak,
infrared, gelombang mikro dan gelombang radio.
25
4.6.3. Efek dan Nilai Ambang Batas Radiasi

Pengaruh radiasi pengion terhadap manusia ada dua yaitu


efek somatik dan efek genetik. Efek somatik diderita oleh
personil yang menerima sinar radiasi sedangkan efek genetik
diderita oleh keturunannya.

Nilai batas dosis sesuai Surat Keputusan Kepala Bapeten No.


01/Ka-BAPETEN/V-99 ;

a. Untuk pekerja radiasi seluruh tubuh 50mSv per tahun


b. Untuk masyarakat umum seluruh tubuh 5 mSv pertahun.
Untuk penyinaran lokal, dosis taip organ atau jaringan
yang terkena tidak lebih dari 50 mSv

Keduanya menggunakan unit satuan SI yaitu Sievert atau Sv


dimana 1 Sv = 100 rem.

4.7. Listrik

Bahaya dari listrik yaitu ;

a. Syok
b. Luka bakar
c. Kebakaran dan ledakan

Syok akibat listrik dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti;

a. Jalur dimana arus listrik melalui tubuh manusia


b. Tipe dan besar tegangan (makin tinggi tegangan maka
semakin besar arus yang mengalir)
c. Kondisi permukaan dimana personil berdiri. Permukaan
yang basah menjadi konduktor yang lebih baik dibanding
permukaan kering.
26
d. Kulit personil. Kulit yang basah (misal berkeringat) akan
menjadi konduktor yang lebih baik dibanding kulit kering.

4.7.1. Efek Arus Terhadap Manusia

Reaksi tubuh Kelamin DC 60Hz AC


(mA) (mA)

Sensasi ringan pada Pria 0,1 0,4


tangan Wanita 0,6 0,3
Batas rasa Pria 5,2 1,1
Wanita 3,5 0,7
Sakit, gerakan otot Pria 62 9
masih dapat Wanita 41 6
dikendalikan
Sakit, tangan tidak Pria 76 16
dapat lepas dari Wanita 51 10,5
kabel
Sangat Sakit, Pria 90 23
kesulitan bernafas Wanita 60 15
Gangguan jantung Pria 500 100
setelah 3 detik Wanita 500 100

27
BAB 5
BAHAYA FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA

5.1. Definisi dan Ruang Lingkup

Yang termasuk dalam bahaya faktor kimia di tempat kerja


adalah produksi, penggunaan dan penyimpanan bahan kimia
berbahaya dan beracun.

Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat


dengan B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau
merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya. (PP No.74/2001)

5.2. Klasifikasi Bahan Kimia Berbaya dan Beracun

Klasifikasi B3 menurut acuan dari IMDG (International


Maritime Dangerous Goods-IMO) dan ADG ( Australia
Dangerous Goods) yaitu:

Kelas Jenis Bahan Contoh


TNT, Nitro Glycerine,
1 Explosive Amunisi, Blasting
Agents
Asitilen, CO, Helium,
2 Gases
Nitrogen
Flammable Petroleum, Ether,
3
Liquids Kerosene

28
Mg, Powdered Zinc,
4 Flammable Solids
Calcium Carbide
Oxidizing agents
Ammonia, Hydrogen
5 & Organic
Peroxide
Peroxides
Poisonous &
6 Infectious Pesticide, Arsenic
Substances
Radioactive Uranium, Thorium,
7
Substances Radon
Sulphuric Acid, Nitric
8 Corrosives
Acid
Miscellaneous
9 Dry Ice, Waste
Dangerous Goods

Tabel 5.1. Klasifikasi B3 menurut IMDG Code

Sedangkan klasifikasi bahan berbahaya dan beracun menurut


PP No.74 tahun 2001 tentang Pengelolaan B3 di Tempat
Kerja yaitu:

a. mudah meledak (explosive);


b. pengoksidasi (oxidizing);
c. sangat mudah sekali menyala (extremely flammable);
d. sangat mudah menyala (highly flammable);
e. mudah menyala (flammable);
f. amat sangat beracun (extremely toxic);
g. sangat beracun (highly toxic);
h. beracun (moderately toxic);
i. berbahaya (harmful);
j. korosif (corrosive);
k. bersifat iritasi (irritant);
l. berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the
environment);
29
m. karsinogenik (carcinogenic);
n. teratogenik (teratogenic);
o. mutagenik (mutagenic).

5.2.1. Bahan Cairan Mudah Terbakar

Menurut National Fire Protection Association (NFPA) cairan


mudah terbakar dibagi atas:

Cairan dengan titik nyala


Combustible Liquid pada atau di atas 100oF
( 37,8oC.)
- Class II 100oF < Titik Nyala < 140 oF

- Class IIIA 140oF < Titik Nyala < 200 oF

- Class IIIB 200oF < Titik Nyala


Cairan dengan titik nyala di
bawah 100 oF (37,8 oC) dan
Flammable Liquid
tekanan uap tidak lebih dari
40 psia pada 100 oF.
Tityik Nyala < 73 oF dan Titik
- Class IA
Didih < 100 oF
Tityik Nyala < 73 oF dan Titik
- Class IB
Didih > 100 oF
Tityik Nyala > 73 oF dan Titik
- Class IC
Didih < 100 oF

30
Menurut Kepmenaker No. Kep.187/MEN/1999 penetapan
bahan cair dan gas mudah terbakar adalah sebagai berikut;

Cairan mudah terbakar 21oC < Titik Nyala < 55 oC


Cairan sangat mudah
Titik Nyala < 21 oC
terbakar
Gas mudah terbakar Titik didih < 20 oC
Catatan : semua pada tekanan 1 atmosfir

5.2.2. Bahan Beracun

Klasifikasi bahan beracun berdasarkan nilai LD50 yang


dimilikinya. Klasifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 5.2 di
bawah ini.

Rating LD50 Contoh Bahan


Extremely Toxic < 1 mg/kg Botulinum Toxin
Highly Toxic 1 – 50 mg/kg Parathion
Slightly Toxic 500 – 5000 mg/kg Morphin
Practically Non 5000 – 15000 mg/kg Etanol
Toxic
Relatively Harmless > 15000 mg/kg Air

Tabel 5.2. Rating Daya Racun Bahan

5.2.3. Bahan Korosif

Bahan korosif dapat merusak jaringan tubuh dan logam.


Umumnya terdiri dari bahan asam (misal; H2SO4, HCL) dan
basa (misal; NaOH).

31
5.2.4. Bahan Gas Bertekanan

Terdapat tiga grup klasifikasi gas bertekanan yang disimpan


dalam tabung ;

a. Gas Cair  gas berbentuk cair pada suhu kamar di dalam


tabung bertekanan. Awalnya dalam tabung berisi gas dan
bahan dalam wujud cairan, kemudian gas dikeluarkan
dan bahan menguap mengisi kekosongan gas yang
dikeluarkan agar tekanan dalam tabung konstan. Contoh ;
CO2, Amonia, Klorin, Propan.
b. Gas Tidak Cair  bahan selalu dalam wujud gas dalam
tabung bertekanan, walaupun pada tekanan yang tinggi.
Contoh ; Oksigen, Helium, Nitrogen, Argon.
c. Gas Terlarut  contohnya bahan Asitilen.

5.2.5. Bahan Reaktif

Bahan kimia termasuk dalam bahan reaktif apabila bahan


tersebut;

a. Bereaksi dengan air mengeluarkan panas dan gas yang


mudah terbakar
b. Bereaksi dengan asam mengeluarkan panas dan gas
yang mudah terbakar atau beracun atau korosif

5.2.5. Bahan Oksidator

Bahan oksidator ialah bahan yang dapat melepaskan oksigen


atau bahan oksidator lainnya seperti fluorine, bromine,
chlorine. Bahaya bahan oksidator yaitu ;

a. Mempercepat proses terjadinya kebakaran

32
b. Menyebabkan bahan lain menjadi lebih mudah untuk
terbakar
c. Menyebabkan bahan mudah terbakar mengalami
pembakaran spontan.

Beberapa contoh grup bahan oksidator ;

Bromine Bromates
Chlorates Nitric Acid
Perchlorate Permanganets
Peroxides Hydroperoxides
Nitrates Hypoclorates

5.3. Chemical Toxicology

5.3.1..Definisi

Toxicology yaitu studi tentang sifat dan aksi dari suatu racun

Toxicity yaitu kemampuan dari suatu bahan kimia atau


campurannya untuk menyebabkan cidera apabila bahan
tersebut masuk ke dalam tubuh manusia.

5.3.2. Jalan Masuk Bahan Kimia ke Tubuh

Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh manusia dapat


melalui 4 jalan yaitu :

1. Inhalation atau melalui saluran pernafasan


2. Ingestion atau melalui saluran pencernaan
3. Absorption atau melalui penyerapan di kulit
4. Injection atau disuntikan ke dalam tubuh manusia

33
5.3.3. Efek Bahan Kimia

Beberapa bentuk efek yang timbul dari bahan kimia terhadap


tubuh manusia:

a. Efek Akut yaitu efek yang timbul dari pemajanan oleh


dosis tunggal dan terjadi pada waktu yang singkat.
b. Efek Kronis yaitu efek yang timbul dari pemajanan dalam
waktu yang lama.
c. Efek Lokal yaitu efek yang terjadi pada lokasi atau area
tubuh dimana terjadi kontak dengan bahan kimia misal;
kulit, mata,dll.
d. Efek Sistemik yaitu efek yang terjadi pada lokasi atau
bagian tubuh jauh dari area kontak pertama kali bahan
dan terjadi proses penyerapan/absorption. Misal;
arsenic yang menyerang sistem saraf dan darah serta
ginjal.

Efek bahan beracun ke tubuh manusia dipengaruhi oleh


beberapa faktor seperti;

a. Dosis
b. Sifat individual bahan beracun
c. Susceptibilitas individu seperti ; umur, kelamin, genetik,
kehamilan.

Contoh efek kesehatan yang ditimbulkan oleh bahan kimia


beracun terhadap tubuh manusia antara lain :

34
Irritants Ammonia, HCl,
Bahan yang menyebabkan rasa Halogen, Phosgene,
terbakar bila kontak dengan HF, Debu logam
selaput lendir (mata, hidung, dll) alkali, NO2
Asphyxiants
Bahan yang bersifat
Nitrogen, CO2 ,CO,
mengurangi kemampuan
Helium, H2, CN, Nox
jaringan untuk menyerap
oksigen
Hepatotoxic Agents
Bahan yang dapat merusak CCl4, C2H4Cl4
ginjal
Neurotoxic
Methyl mercury,
Bahan yang menyerang sistem
Manganese, Thallium
syaraf
Carcinogen Asbestos, Vinyl
Bahan yang dapat menimbulkan Chloride, Ethylene
kanker Oxide
Sensitizer Epoxies, Toluene
Bahan yang dapat menimbulkan Diisocyanate, Nikel ,
efek alergi Cr

Beberapa istilah lainnya terkait dengan efek lokal dari bahan


kimia yaitu ;
a. Mutagenesis  menyebabkan mutasi gen
b. Teratogenesis  menyebabkan kelainan pada janin
c. Neurotoksisitas  menyerang sistem saraf

5.4. Nilai Ambang Batas

Adalah satu faktor yang mempengaruhi efek keracunan dari


bahan kimia adalah konsentrasi bahan tersebut di tempat
kerja. Konsentrasi bahan kimia dinyatakan dengan istilah

35
Treshold Limit Value/TLV atau nilai ambang batas, dan terbagi
atas:

 TLV-TWA/Time Weighted Average atau NAB

Konsentrasi suatu zat di udara dimana pekerja dapat


menghadapinya atau terpajan tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan
sehari-hari untuk waktu tidak lebih dari 8 jam sehari atau
40 jam seminggu.

 TLV-C/Ceiling

Konsentrasi tertinggi yang diijinkan pada setiap saat

 STEL/Short Term Exposure Limit

Konsentrasi maksimum dimana seorang pekerja dapat


terpajan untuk periode 15 menit terus menerus tanpa
mengalami gangguan seperti iritasi dan perubahan
jaringan kronis atau tidak dapat sembuh kembali serta
efek narkosis yang dapat membahayakan jiwa pekerja.

Selain itu juga ada istilah untuk menyatakan daya racun yaitu
LD50 yang menyatakan dosis racun yang diberikan kepada
binatang percobaan yang menyebabkan 50% dari binatang
tersebut mati dan dinyatakan dengan satuan mg/kg berat
tubuh.

36
5.5. Bahan Kimia Inkompatibel

Bahan-bahan reaktif yang bila tercampur menimbulkan reaksi


hebat, kebakaran atau ledakan.

Bahan Hindarkan kontak dengan bahan

Amonium nitrat Asam, klorat, nitrat, debu organik,


pelarut organik mudah terbakar,
bubuk logam

Asam asetat Asam kromat, asam nitrat,


perklorat, peroksida,
permanganat

Hidrokarbon (butana, Flour, klor, asam kromat,


benzena, bensin, terpentin peroksida

Kalium Permanganat Gliserin, etilen glikol, asam sulfat

Kalium klorat, perklorat Asam sulfat dan asam lainnya

Cairan mudah terbakar Amonium nitrat, asam kromat,


hidrogen peroksida

5.6. Penyimpanan dan Pemisahan Bahan Kimia

Tabel berikut menjelaskan pemisahan bahan kimia sesuai


dengan kelas bahan menurut IMDG Code.

37
Kelas 2.1 2.2 3.1 4.1 4.2 4.3 5.1 6.1 8
Bahan
2.1 NA NA FS FS PR FS PR FS FS

2.2 NA NA SG SG FS SG SG SG SG

3.1 FS SG NA FS FS FS SG FS SG

4.1 FS SG FS NA FS FS PR FS SG

4.2 PR FS FS FS NA FS PR FS SG

4.3 FS SG FS FS FS NA PR FS FS

5.1 PR SG PR PR PR PR NA FS FS

6.1 FS SG FS FS FS FS FS NS SG

8 FS SG SG SG SG FS FS SG NA

Catatan
NA Not Applicabe – dapat disimpan pada area yang sama
FS Fire Separation – disimpan dengan pembatas api
SG Segregation – disimpan terpisah dengan jarak + 3 m
PR Prohibited – tidak boleh disimpan pada area sama
2.1 Bahan gas mudah terbakar
2.2 Bahan gas beracun
3.1 Bahan cair mudah terbakar
4.1 Bahan pada mudah terbakar
4.2 Bahan padat terbakar spontan
4.3 Bahan padat berbahaya bila basah
5.1 Bahan pengoksidasi
6.1 Bahan beracun
8 Bahan korosif

38
5.7. Pelabelan Bahan Kimia

Pelabelan terhadap bahan kimia merupakan kegiatan yang


perlu dilakukan untuk mengkomunikasikan bahaya dari suatu
bahan kimia.

Sistem pelabelan bahan kimia yang banyak digunakan di


industri antara lain:

a. pelabelan dengan gambar atau simbol-simbol


b. pelabelan dengan sistem angka & warna

Pelabelan dengan gambar atau simbol dibuat sesuai dengan


sifat dari bahan tersebut yang mengacu kepada klasifikasi
bahannya.

Saat ini secara internasional telah ditetapkan oleh PBB


standarisasi pelabelan bahan kimia yang dikenal dengan GHS
(Globally Harmonized System).

5.8. Material Safety Data Sheet/MSDS

MSDS atau dalam bahasa Indonesia Lembar Data


Keselamatan Bahan adalah dokumen yang berisi mengenai
informasi-informasi K3 dari suatu bahan kimia. Biasanya
MSDS ini dibuat oleh pihak produsen bahan kimia dan
menurut perundangan di Indonesia MSDS ini harus tersedia di
tempat kerja.

Isi MSDS berdasarkan Kepmenaker No.187/MEN/1999 yaitu:

1. Identifikasi bahan dan perusahaan.


2. Komposisi bahan, termasuk bahan kimia penyusun, NAB
3. Identifikasi bahaya.
39
4. Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan.
5. Tindakan penanggulangan kebakaran.
6. Tindakan mengatasi kebocoran dan tumpahan.
7. Penyimpanan dan penanganan bahan.
8. Pengendalian pemajanan dan alat pelindung diri.
9. Sifat fisika dan kimia.
10. Stabilitas dan reaktifitas bahan.
11. Informasi toksikologi.
12. Informasi ekologi.
13. Pembuangan limbah.
14. Pengangkutan bahan.
15. Informasi peraturan perundangan yang berlaku.
16. Informasi lain yang diperlukan.

5.9. Penunjukkan Petugas dan Ahli K3 Kimia

5.9.1. Penunjukkan Petugas dan Ahli K3 Kimia

Persyaratan penunjukkan petugas K3 kimia ;


a. Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan
b. Tidak dalam masa percobaan
c. Hubungan kerja tidak didasarkan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT)
d. Telah mengikuti kursus teknis K3 kimia

Penunjukkan petugas K3 kimia melalui permohonan tertulis


dari pengusaha atau pengurus kepada Menteri atau pejabat
yang ditunjuk dengan melampirkan;
a. Daftar riwayat hidup
b. Surat keterangan sehat dari dokter
c. Surat keterangan bekerja dari perusahaan
d. Fotocopy ijasah/STTB terakhir
e. Sertifikat kursus teknis petugas K3 kimia

40
Persyaratan Perusahaan Perusahaan
Potensi Bahaya Potensi Bahaya
Menengah Besar
Petugas K3 Minimal 1 orang Minimal 2 orang
Kimia untuk sistem kerja untuk sistem
non shift kerja non shift
Minimal 3 orang Minimal 5 orang
untuk sistem kerja untuk sistem
shift kerja non shift
Ahli K3 - Minimal 1 orang
Kimia
Pemeriksaan Minimal 1 tahun Minimal 6 bulan
dan sekali sekali
Pengujian
Faktor Kimia
Pemeriksaan Minimal 1 tahun Minimal 1 tahun
Kesehatan sekali sekali
Pemeriksaan Minimal 3 tahun Minimal 1 tahun
dan sekali sekali
Pengujian
Instalasi

 Perusahaan potensi bahaya besar yaitu


perusahaan/industri yang menggunakan bahan kimia
berbahaya melebihi nilai ambang kuantitas
 Perusahaan potensi bahaya menengah yaitu
perusahaan/industri yang menggunakan bahan kimia
berbahaya sama atau lebih kecil dari nilai ambang
kuantitas

Sumber : Kepmenaker No.187/MEN/1999

41
BAB 6
BAHAYA FAKTOR BIOLOGI DI TEMPAT KERJA

6.1 Bahaya Biologi

Bahaya biologi adalah bahaya yang ditimbulkan atau


disebabkan oleh makhluk hidup atau mikroorganisme di
tempat kerja. Untuk yang disebabkan oleh mikroorganisme
antara lain :

1. Bakteri
2. Jamur
3. Virus
4. Protozoa

Beberapa penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh


mikroorganisme yaitu:

Penyebab Penyakit Tempat Kerja

Virus - Penyakit kuku & Peternakan


mulut

Bakteri - Penyakit akibat Penjagalan,


bakteri antrax penyamakan kulit,
- Penyakit kuda peternakan, rumah
akibat bakteri sakit
pfeiferella
- Tifes, Difteri

Protozoa - Malaria Perkebunan,


- Penyakit tidur pelayaran

42
Jamur - Panu, kadas, kurap Kolam renang,
- Penyakit jamur tempat kerja basah
pada kuku dan lembab,
- Candida Albicans perusahaan roti &
manisan

43
BAB 7
BAHAYA ERGONOMI DI TEMPAT KERJA

7.1. Definisi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon (kerja) dan


nomos (peraturan,hukum). Intinya ergonomi merupakan
gabungan dari beberapa disiplin ilmu yang menyangkut
anatomi, fisiologi, psikologi serta rekayasa dan ilmu fisika
untuk menciptakan tempat, alat dan proses kerja sehingga
manusia dapat bekerja secara nyaman, sehat dan produktif.

Prinsip dalam ergonomi ada 3 yaitu:

1. The Human System/Faktor manusia, dimana meliputi


ukuran tubuh, kekuatan fisik, umur,sikap dan perilaku,
pengalaman,dll
2. Environmental Factors/Faktor lingkungan yang
mempengaruhi terhadap manusia meliputi layout tempat
kerja, suhu, pencahayaan, ventilasi,beban,dll.
3. The Man-Machine Interface/Faktor kontak manusia
dengan mesin/alat.

7.2. Manual Handling/Penanganan Manual

Penanganan manual didefinisikan sebagai kegiatan manusia


yang menggunakan gaya untuk mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik, membawa, memegang atau menahan
setiap benda bergerak atau diam.

Beberapa contoh kegiatan manual di tempat kerja

44
7.3. Faktor Risiko dalam Penanganan Manual

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan


manual:

a. Frekuensi dan Durasi


b. Beban (Berat dan Jarak)
c. Postur tubuh
d. Titik Kontak
e. Getaran
f. Lingkungan kerja
45
7.3.1. Frekuensi dan Durasi

Pekerja seharusnya menggunakan berbagai grup otot dan


posisi tubuh yang bervariasi tiap jamnya. Penambahan
frekuensi dan durasi mengurangi berat beban yang dapat
ditangani.

7.3.2. Berat Beban

Beban (kg) Tindakan


Tidak memerlukan tindakan khusus,
berikan pelatihan mengenai cara
< 16
penanganan beban yang benar dan tepat
pada pekerja
Sebaiknya lakukan pencegahan
administratif (misal: bekerja sama) dan
identifikasi terhadap pekerja yang tidak
16 – 34
kuat menangani beban tersebut.
Dipertimbangkan untuk menyediakan
bantuan mekanik
46
Sebaiknya beban ditangani dengan
bantuan mekanik dan dilakukan pula
34 – 55
perancangan ulang dari pekerjaan
tersebut
Bantuan alat mekanik harus disediakan
> 55
untuk menangani beban

Sumber: Manual Handling Code, UK

7.3.3. Jarak Beban

Jarak atau lokasi beban dari titik tumpu saat kita


mengangkat/membawa beban akan mempengaruhi tenaga
yang kita butuhkan. Berikut pedoman yang dapat digunakan
untuk mengetahui lokasi beban (sumber NIOSH)

47
7.3.4.Postur

Pekerjaan yang dilakukan seharusnya didesain sehingga


dapat meminimalkan ;

a. postur tubuh membungkuk atau twisting


b. postur tubuh meraih sesuatu pada posisi di atas bahu
c. meraih sesuatu lebih dari 50 cm (jarak horisontal dari
depan tubuh)

7.3.5. Titik Kontak

Kontak yang berulang kali atau terus menerus pada bagian


benda yang bersudut, tajam, atau keras dapat menimbulkan
48
tekanan pada beberapa area tubuh misalnya jari atau telapak
tangan yang mengganggu fungsi saraf dan aliran darah.

7.3.6. Getaran

Getaran yang diterima tubuh dapat terjadi pada salah satu


anggota tubuh (misalnya lengan) dan seluruh tubuh.

7.3.7. Lingkungan Kerja

Beberapa kondisi di lingkungan kerja antara lain ;


a. Suhu
b. Housekeeping
c. Layout peralatan dan barang
d. Organisasi kerja

7.3.8. Prinsip Pengendalian Risiko Penanganan Manual

Kontrol : Job Redesign (Desain Pekerjaan)


Memodifikasi Objek yang ditangani dimodifikasi dengan
objek merubah ukuran kemasan menjadi lebih
ringan, merubah bentuk untuk lebih mudah
dibawa.
Modifikasi layout Merubah layout tempat kerja, tata
kerja penyimpanan barang, posisi mesin,
housekeeping yang baik.
Merubah aliran Pengaturan jadual, waktu dan jalur
material perpindahan barang.
Tindakan/ Merubah cara atau postur tubuh saat
pergerakan yang menangani barang.
berbeda
Tim kerja Melakukan kegiatan dalam tim kerja

Alat Bantu Mekanis


Pelatihan

49
Berikut beberapa contoh bentuk aplikasi pengendalian risiko
dalam kegiatan manual

50
BAB 8
PRINSIP KEBAKARAN

8.1. Konsep Dasar Api/Segitiga Api

FUEL
(Bahan)

Starvation

Smoothering

API

SOURCE OF
OXYGEN IGNITION
(Oksigen) (Sumber Panas)
Cooling

Prinsip pemadaman api.

8.2. Klasifikasi Jenis Kebakaran

Jenis Bahan Contoh


Bahan-bahan
Kayu, kertas, plastik,
A organik mudah
sampah
terbakar
Bahan-bahan cair
Pelarut, bensin, oli,
B dan gas mudah
cat, metan, CO
terbakar

51
C Peralatan listrik Kabel, sekering

D Logam-Logam Na, Mg dan Al

Sumber : SNI 03-3987-1995

8.3. Istilah-Istilah dalam Kebakaran

Titik Nyala

Yaitu suhu terendah dimana suatu zat /bahan cukup


mengeluarkan uap dan menyala bila dikenai sumber panas.
Makin rendah titik nyala suatu bahan maka makin mudah
terbakar bahan tersebut. Tiap bahan memiliki titik nyala yang
berbeda-beda.

Titik Nyala
Bahan
(oC)

Bensin - 43
Aseton - 18
Etil Alkohol 13
Heksan - 22
Acetone - 19
Kerosene 43
Toluene 6

52
Titik Bakar Sendiri/Auto Ignition Temperature (AIT)

Yaitu suhu dimana suatu zat dapat menyala dengan


sendirinya dan terus terbakar tanpa ada api dari luar.

Bahan AIT (oC)

Arang 125
Kertas 185
Serbu Gergaji 195
Jerami 170
Kapas 225

Titik Api

Yaitu suhu terendah dimana campuran uap dan udara dapat


terbakar terus menerus bila dinyalakan. Perbedaan antara
titik api dengan titik nyala sekitar 20 – 30 oC lebih tinggi.

8.4.Peraturan dan Standar Teknis Penanggulangan


Kebakaran

Pengendalian  Kepmenaker No.75 tahun 2002 K3


Energi Listrik
 Permenaker No. 02 tahun 1980
Proteksi Petir
 Kepmenaker No.187 tahun 1999
Pengendalian B3
Sarana  Permenaker No. 04 tahun 1980
Proteksi
53
Kebakaran APAR
 Permenaker No. 02 tahun 1983
ALARM
 Permenaker No. 02 tahun 1980
Proteksi Petir
Manajemen  Permenaker No.05 tahun 1996
K3 SMK3
 Kepmenaker No, 186 tahun 1999
Unit Penanggulangan Kebakaran

8.5.Klasifikasi Hunian

Yaitu klasifikasi tingkat risiko kebakaran berdasarkan


struktur bahan bangunan, banyaknya bahan yang disimpan di
dalamnya beserta sifat kemudahan terbakarnya, serta
ditentukan jumlah dan sifat penghuninya. Sesuai Kepmenaker
No. 186 tahun 1999.

Klasifikasi Jenis tempat kerja


Bahan Kebakaran Ringan - Tempat Ibadah
Tempat kerja yang - Gedung/ruang Perkantoran
mempunyai jumlah dan - Gedung/ruang pendidikan
kemudahan terbakar - Gedung /ruang perumahan
rendah, dan apabila - Gedung /ruang perawatan
terjadi kebakaran - Gedung /ruang restoran
melepaskan panas - Gedung /ruang Perpustakaan
rendah, sehingga - Gedung /ruang Perhotelan
menjalarnya api lambat - Gedung /ruang Lembaga
- Gedung /ruang Rumah Sakit
- Gedung /ruang Museum
- Gedung /ruang Penjara

Bahaya Kebakaran - Tempat Parkir


Sedang I - Pabrik Elektronika

54
Tempat kerja yang - Pabrik Roti
mempunyai jumlah dan - Pabrik barang gelas
kemudahan terbakar - Pabrik minuman
sedang, menimbun bahan - Pabrik permata
dengan tinggi tidak lebih - Pabrik pengalengan
dari 2,5 meter dan apabila - Binatu
terjadi kebakaran - Pabrik susu
melepaskan panas
sedang, sehingga
menjalarnya api sedang

Bahaya Kebakaran - Pabrik barang keramik


Sedang 2 - Pabrik tembakau
Tempat kerja yang - Pengolahan logam
mempunyai jumlah dan - Penyulingan
kemudahan terbakar - Pabrik barang kelontong
sedang, menimbun bahan - Pabrik barang kulit
dengan tinggi lebih dari 4 - Pabrik tekstil
meter, dan apabila terjadi - Perakitan kendaraan bermotor
kebakaran melepaskan - Pabrik kimia (bahan kimia
panas sedang, sehingga dengan kemudahan terbakar
menjalarnya api sedang sedang)
- Pertokoan dengan pramuniaga
kurang 50 orang

Bahaya Kebakaran - Ruang pameran


Sedang 3 - Pabrik permadani
Tempat kerja yang - Pabrik makanan
mempunyai jumlah dan - Pabrik sikat
kemudahan terbakar - Pabrik Ban
tinggi, dan apabila terjadi - Pabrik karung
kebakaran melepaskan - Bengkel mobil
panas tinggi, sehingga - Pabrik sabun
menjalarnya api cepat. - Pabrik tembakau
- Pabrik lilin
- Studio dan pemancar
- Pabrik barang plastik
- Pergudangan
- Pabrik pesawat terbang

55
- Pertokoan dengan pramuniaga
lebih dari 50 orang
- Penggergajian dan pengolahan
kayu
- Pabrik makanan kering dari
bahan tepung
- Pabrik minyak nabati
- Pabrik tepung terigu
- Pabrik pakaian

Bahaya Kebakaran Berat - Pabrik kembang api


Tempat kerja yang - Pabrik korek api
mempunyai jumlah dan - Pabrik cat
kemudahan terbakar - Pabrik bahan peledak
tinggi, menyimpan bahan - Permintaan benang atau kain
cair, serat atau bahan - Penggergajian kayu dan
lainnya dan apabila terjadi penyelesaiannya
kebakaran apinya cepat menggunakan bahan mudah
membesar dengan terbakar
melepaskan panas tinggi, - Studio film dan televisi
sehingga menjalarnya - Pabrik karet buatan
cepat - Hangar pesawat terbang
- Penyulingan minyak bumi
- Pabrik karet busa dan plastik
busa

8.6.Regu Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari ;

1. Petugas peran kebakaran


2. Regu penanggulangan kebakaran
3. Koordinator unit penanggulangan kebakaran
4. AK3 spesialis penanggulangan kebakaran

56
Klasifikasi Petugas Kebakaran
Bahan kebakaran - Petugas peran kebakaran tiap 25
ringan orang
- Regu penanggulangan kebakaran &
AK3 spesialis (tempat kerja yang
memperkerjakan 300 orang/lebih)
- 1 Koordinator regu penanggulangan
kebakaran tiap 100 orang pekerja

Bahaya kebakaran - Regu penanggulangan kebakaran &


sedang I AK3 spesialis (tempat kerja yang
memperkerjakan 300 orang/lebih)
- 1 Koordinator regu penanggulangan
kebakaran tiap 100 orang pekerja

Bahaya kebakaran - Regu penanggulangan kebakaran &


sedang II AK3 spesialis
- 1 Koordinator regu penanggulangan
kebakaran tiap unit kerja

Bahaya kebakaran - Regu penanggulangan kebakaran &


sedang III AK3 spesialis
- 1 Koordinator regu penanggulangan
kebakaran tiap unit kerja

Bahaya kebakaran - Regu penanggulangan kebakaran &


berat AK3 spesialis
- 1 Koordinator regu penanggulangan
kebakaran tiap unit kerja

Sumber : Kepmenaker No. 186 tahun 1999

57
BAB 9
ALAT PEMADAM KEBAKARAN

9.1. Jenis-Jenis Alat Pemadam Kebakaran

Ada beberapa jenis alat pemadam kebakaran, namun yang


umumnya terdapat di tempat kerja yaitu:

1. Alat Pemadam Api Ringan/APAR


2. Hidran
3. Sprinkler

Selain itu biasanya terdapat pula sistem deteksi sumber


kebakaran dan peringatan (fire alarm).

9.2. Alat Pemadam Api Ringan/APAR

Alat pemadam ini bersifat mudah untuk digunakan dan


dibawa oleh satu orang operatornya. Biasanya berguna untuk
pemadaman awal sumber api. Ada beberap jenis APAR
berdasarkan media pemadaman yang ada dalam tabungnya
dan masing-masing disesuaikan dengan jenis kebakaran yang
terjadi.

Berikut klasifikasi jenis, penempatan, pengecekan dan


pemeliharaan APAR sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja &
Transmigrasi No.04/MEN/1980.

9.2.1. Klasifikasi dan Penggunaan APAR

58
59
9.2.2. Penempatan APAR

Syarat-syarat penempatan APAR secara umum mengikuti


pedoman berikut ini :

- APAR dipasang pada lokasi yang mudah dilihat, dicapai


dan tidak terhalang serta diberi tanda
- APAR yang terpasang jenisnya sesuai dengan jenis
potensi kebakaran yang dapat terjadi di lokasi
pemasangan
- Jarak antara APAR maskimum 15 meter
- APAR dipasang menggantung di dinding dengan alat
gantung/jepit atau di dalam box yang tidak dikunci
- APAR digantung pada ketinggian 1,2 m dari lantai ke
bagian paling atas APAR kecuali untuk CO2 dan Dry
Powder bisa lebih rendah minimal 15 cm dari lantai.
- APAR diletakkan pada lokasi dengan suhu maks. 49oC.

9.2.3. Penandaan APAR

60
9.2.4. Pemeriksaan, pengisian dan pengujian tabung APAR

Pengisian Pengujian
Jenis APAR Pemeriksaan
(tahun) (tahun)

Air
Asam soda A 1* 5
Tabung gas A dan B 5 5
Gas dipadatkan A 5 5

Busa
Kimia A 1 5
Tabung gas
Cairan busa yg
dicampur dahulu A dan B 2 5

Tepung kering
Tabung gas A dan B 5 5
Gas yang A 5 5
dipadatkan

Carbon Dioxide A Lihat


/ CO2 pasal 15
ayat 4

A = Pemeriksaan 6 bulan sekali


B = Pemeriksaan 12 bulan sekali

Sumber : Permenaker No. Per 04/MEN/1980 tentang APAR

61
9..3. Hidran Kebakaran

9.3.1. Jenis Hidran

Jenis hidran berdasarkan penempatannya terbagi atas:


 Hidran Gedung
 Hidran Halaman
 Hidran Kota

9.3.2. Kelas Sistem Pipa Tegak

Sistem Pengguna Ukuran Pipa


Kelas (cm/inci)
1 Petugas pemadam & 6,35/2,5
personil terlatih
2 Penghuni bangunan & 3,81/1,5
petugas pemadam
selama tindakan awal
3 Petugas pemadam & Gabungan
personil terlatih kelas 1 dan 2

9.3.3. Slang

Setiap slang yang akan digunakan oleh penghuni bangunan


(sistem kelas 2 dan 3), harus dipasang dengan panjang tidak
lebih dari 30 meter untuk diameter 1 ½ inci, lurus, dapat
dilipat/tidak, harus siap digunakan.

9.3.4. Jumlah Titik Hidran

Kelas Hunian Jumlah titik hidran


Ringan 2 titik hidran tiap luas 1000
– 2000 m2, tambahan 1 titik
tiap 1000 m2
62
Sedang 2 titik hidran tiap luas 800 –
1600 m2, tambahan 1 titik
tiap 800 m2
Berat 2 titik hidran tiap luas 600 –
1200 m2, tambahan 1 titik
tiap 600 m2

Sumber : SNI 03 – 1745 – 2000

9.3.5. Pengujian Operasional Hidran

a. Buka titik hidran terdekat dengan pompa. Ukur tekanan


pada mulut pancar dengan pipa pitot dan catat tekanan
pada manometer di ruang pompa.
b. Buka titik hidran kedua yaitu titik hidran terjauh dan titik
pengujian pertama tetap terbuka. Ukur tekanan pada
mulut pancar dan tekanan manometer di ruang pompa.
c. Buka titik hidran ketiga yaitu titik hidran pertengahan dan
titik hidran pertama dan kedua tetap terbuka. Ukur
tekanan pada mulut pancar dan tekanan manometer di
ruang pompa.
d. Evaluasi pengujian operasional dimana syarat yang
diminta adalah tekanan terberat tidak lebih dari 7 kg/cm2
dan tekanan pada titik terjauh tidak kurang dari 4,5
kg/cm2.

9..4. Sprinkler

9.4.1. Perencanaan Sprinkler

Ukuran Nominal Lubang Kepala Sprinkler

Kelas Hunian Ukuran Kepala Sprinkler


Ringan 10 mm

63
Sedang 15 mm
Berat 20 mm

Jumlah maksimum kepala sprinkler yang dapat dipasang


pada satu katup kendali

Klasifikasi Sistem Jumlah Kepala Sprinkler


Bahaya Kebakaran (buah)
Ringan 500
Sedang 1000
Berat 1000

Tingkat suhu kepala sprinkler

Tingkat Suhu untuk Warna Tangkai


Sambungan Lebur (0C)
68/74 Tanpa warna
93/100 Putih
141 Biru
182 Kuning
227 Merah

Tingkat Suhu untuk Warna Tangkai


Jenis Glass Bulb (0C)
57 Jingga
68 Merah
79 Kuning
93 Hijau
141 Biru
182 Ungu
203/260 Hitam

Sumber : SNI 03 – 3989 - 2000

64
BAB 10
SARANA JALAN KELUAR, PENCAHAYAAN
DARURAT & TANDA ARAH PADA GEDUNG

10.1. Sarana Jalan Keluar

Sarana jalan keluar bangunan (means of egress) yaitu jalan


menerus dan tidak terhalangi dari suatu titik dalam bangunan
atau struktur menuju jalan umum yang terdiri dari ;
a. akses eksit (exit access)  bagian dari sarana jalan
keluar menuju sebuah eksit
b. eksit (exit)  sarana jalan keluar yang aman
c. lepas eksit (exit discharge)  bagian dari sarana
menuju jalan keluar ke arah jalan umum

SNI 03 – 1746 – 2000

65
10.2.Lampu Darurat

Yaitu sebuah lampu yang dirancang untuk digunakan pada


sistem pencahayaan darurat.

Ketentuan teknis lampu darurat ;

a. Lampu darurat harus bekerja otomatis dan memiliki


tingkat pencahayaan yang cukup untuk evakuasi yang
aman.
b. Lampu darurat diberi identifikasi simbol seperti pada
gambar 10.1 di bawah ini.

Gambar 10.1

c. Lampu darurat dipasang pada lokasi seperti tangga,


koridor, gang, lift, jalan lorong menuju tempat aman, jalur
menuju jalan umum.
d. Waktu tunda yang diijinkan antara gagalnya pasokan
listrik untuk lampu normal dengan menyalanya lampu
darurat adalah 15 detik.
e. Pencahayaan darurat harus disediakan dalam jangka
waktu 1 ½ jam dalam kejadian gagalnya pencahayaan
normal.
f. Lampu darurat yang dioperasikan dengan baterai dipakai
hanya dari jenis yang handal dan dapat diisi ulang ,
tersedia selalu dalam kondisi terisi.
g. Uji peralatan lampu darurat meliputi ;

66
 Lampu bertenaga baterai setiap 30 hari selama 30
detik
 Uji tahunan selama 1 ½ jam pengujian

10.3.Tanda Arah ”Eksit”

Tanda arah bertuliskan eksit atau kata lain yang cocok,


dengan huruf yang mudah dilihat, tingginya minimal 15 cm,
tebal huruf minimal 2 cm.

Kata eksit harus mempunyai lebar huruf minimal 5 cm kecuali


huruf i, jarak minimum antar huruf minimum 1 cm.

Indikator tanda arah harus ditempatkan di luar tulisan eksit,


minimal 1 cm dari setiap huruf, indikator arah harus bertanda
”chevron” seperti gambar 10.2.

Indikator arah harus terlihat dari jarak minimum 12 m dengan


tingkat pencahayaan rata-rata 300 lux pada kondisi normal
dan 10 lux pada kondisi darurat.

Sumber : SNI 03 – 6574 – 2001

67
10.4.Pintu Darurat

Untuk pintu darurat persyaratan yang berlaku yaitu ;

a. Tidak ada rintangan yang dapat mengganggu akses


menuju pintu darurat/keluar
b. Terdapat petunjuk arah
c. Ada penerangan darurat
d. Panjang jarak tempuh mencapai pintu keluar tidak
melebihi ;

Klasifikasi Hunian Jarak (meter)

Risiko ringan 36
Risiko menengah 30
Risiko berat 24

Sumber : Instruksi Menaker No. Ins 11/M/BW/1997

68
BAB 11
PELAYANAN KESEHATAN KERJA

11.1. Jenis Pelayanan Kesehatan di Tempat Kerja

1.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dapat:


a. Diselenggarakan sendiri oleh pengurus
b. Diselenggarakan oleh pengurus dengan mengadakan
ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain
c. Pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-
sama menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan
kerja

2.Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja dipimpin dan


dijalankan oleh seorang dokter yang disetujui oleh Direktur
dimana telah mengikuti pelatihan hygiene perusahaan
kesehatan dan kesehatan kerja

3.Pembentukan dan cara pelayanan kesehatan kerja


tergantung kepada jumlah tenaga kerja dan tingkat bahaya
yang ada di tempat kerja.

a. Perusahaan dengan tenaga kerja lebih dari 500


orang harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kerja:
o berbentuk klinik
o dipimpin seorang dokter yang praktek tiap hari
kerja
o bila pekerjaan dilaksanakan dalam beberapa shift
dan tiap shift mempekerjakan lebih dari 500 orang,
harus ada polikllinik jaga pada tiap shift.

b. Perusahaan dengan tenaga kerja 200 - 500 orang


dan tingkat bahaya rendah harus menyelenggarakan
pelayanan kesehatan kerja:
69
o berbentuk klinik, buka tiap hari kerja ( dilayani
paramedis)
o dipimpin seorang dokter yang praktek sekali 2 hari

Bila tingkat bahayanya tinggi maka pelayanan


kesehatannya sama dengan ketentuan a.

c. Perusahaan dengan tenaga kerja 100 - 200 orang


dan tingkat bahaya rendah harus menyelenggarakan
pelayanan kesehatan kerja:
o berbentuk klinik, buka tiap hari kerja ( dilayani
paramedis)
o dipimpin seorang dokter yang praktek sekali 3 hari

Bila tingkat bahayanya tinggi maka pelayanan


kesehatannya sama dengan ketentuan a.

d. Perusahaan dengan tenaga kerja kurang dari 100


orang dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan bersama-sama dengan pengurus
perusahaan lain.

4. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja meliputi

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan


berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus
b. Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian
pekerjaan terhadap tenaga kerja
c. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan
kerja
d. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
e. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit
umum dan penyakit akibat kerja
f. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan
untuk petugas P3K
70
g. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk
kesehatan tenaga kerja
h. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau
penyakit akibat kerja
i. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja
yang mempunyai kelainan tertentu dalam
kesehatannya
j. Memberikan laporan berkala tentang pelayanan
kesehatan kerja kepada pengurus

5.Pelaporan penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja oleh


perusahaan dilakukan 1 bulan sekali dan disampaikan
kepada Kanwil Depnaker setempat yang meliputi;

a. Kunjungan baru
b. Kunjungan ulangan
c. Diagnosa penyakit
d. Penyakit akibat kerja atau diduga akibat pekerjaan
e. Kecelakaan kerja

11.2. Pemeriksaan Kesehatan Awal

Pemeriksaan meliputi;

 Pemeriksaan anamnesa (riwayat sakit, rawat inap di


RS, kecelakaan, operasi)
 Pemeriksaan mental
 Pemeriksaan fisik lengkap
o Berat & tinggi badan, lingkaran dada, nadi,
frekuensi pernafasan, tekanan darah, indera
 Pemeriksaan kesegaran jasmani
o Scheiner test
o > 40 tahun, EKG & uji langkah (tread mill)
 Rontgen paru-paru (bila memungkinkan)
71
 Pemeriksaan laboratorium rutin (darah, air seni, tinja)
 Pemeriksaan lanjutan (EEG, Faal hati & ginjal, dll)

11.3. Pemeriksaan Kesehatan Berkala

Pemeriksaan meliputi;
 Pemeriksaan anamnesa
 Pemeriksaan fisik lengkap
 Pemeriksaan kesegaran jasmani
 Rontgen paru-paru (bila memungkinkan)
 Pemeriksaan laboratorium rutin
 Pemeriksaan lain yang diperlukan

11.4. Pemeriksaan Kesehatan Khusus

Pemeriksaan Kesehatan Khusus dimaksudkan untuk menilai


adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
tenaga kerja atau golongan –golongan tenaga kerja tertentu.

Pemeriksaan khusus diberlakukan kepada:


a. tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan
atau penyakit yang memerlukan perawatan yang
lebih dari 2 minggu.
b. tenaga kerja yang berusia diatas 40 tahun/tenaga
kerja wanita dan tenaga kerja cacat , serta tenaga
kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
c. tenaga kerja yang diduga menpunyai gangguan
kesehatan
d. terdapat keluhan-keluhan dari tenaga kerja atau
atas pengamatan pegawas pengawas/ penilaian
bina Pusat hyperkes atau pendapat umum
dimasyarakat
e. terdapat kelainan dan gangguan kesehatan yang
disebabkan akibat pekerjaan khusus.
72
11.5. Kewajiban Perencanaan & Pelaporan Pemeriksaan
kesehatan

- Perusahaan wajib membuat rencana pemeriksaan


kesehatan
- Pengurus wajib membuat laporan dan
menyampaikan selambat-lambatnya 2 bulan
setelah pemeriksaan ke Direktur Jenderal
Binalindung tenaga Kerja melalui Kanwil setempat.

Sumber :

 Permenaker No.01/MEN/1979
 Permenaker No.02/MEN/1982
 Permenaker No.02/MEN/1980

11.6.Penyakit Akibat Kerja

Berikut jenis-jenis penyakit akibat kerja yang harus dilaporkan

No Jenis Penyakit Sifat Pekerjaan

1 Pneumokoniosis yang disebabkan Semua pekerjaan


debu mineral pembentuk jaringan yang bertalian
parut (silikosis, antrakolosis, pemaparan
asbestosis) dan siliko tuberkolosis terhadap penyebab
yang silikosisinya merupakan faktor yang bersangkutan
utama penyebab cacat atau
kematian.
2 Penyakit paru dan saluran idem
pernafasan (branko pulmoner) yang
disebabkan oleh debu logam keras
3 Penyakit paru dan saluran idem
pernafasan (brankko pulmoner) yang
disebabkan oleh debu kapas, vlas

73
henep dan sisal (bissinosis)
4 Asma akibat kerja yang disebabkan idem
oleh penyebab sentisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada
dalam proses pekerjaan
5 Alveolitis allergika yang disebabkan idem
faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6 Penyebab yang disebabkan oleh idem
bercylium atau persenyawaan yang
beracun
7 Penyakit yang disebabkan oleh idem
kadmium atau persenyawaan yang
beracun
8 Penyakit yang disebabkan oleh idem
fosfor atau persenyawaan yang
beracun
9 Penyakit yang disebabkan oleh krom idem
atau persenyawaan yang beracun
10 Penyakit yang disebabkan oleh idem
mangan atau persenyawaan yang
beracun
11 Penyakit yang disebabkan oleh idem
arsen atau persenyawaan yang
beracun
12 Penyakit yang disebabkan oleh raksa idem
atau persenyawaan yang beracun
13 Penyakit yang disebabkan oleh idem
timbal atau persenyawaan yang
beracun
14 Penyakit yang disebabkan oleh fluor idem
atau persenyawaan yang beracun
15 Penyakit yang disebabkan oleh idem
karbon disulfida
16 Penyakit yang disebabkan oleh idem
derifat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik
yang beracun
17 Penyakit yang disebabkan oleh idem
74
benzen atau molognya yang beracun
18 Penyakit yang disebabkan oleh idem
derivat nitro dan amina dari benzena
homolognya yang beracun
19 Penyakit yang disebabkan oleh idem
derivat nitro dan amina dari benzena

20 Penyakit-penyakit yang disebabkan idem


oleh alkohol-alkohol atau keton
21 Penyakit-penyakit yang disebabkan idem
oleh gas atau uap penyebab asfiksia
seperti: karbon monoksida, hydrogen
sianida, atau derivat-derivat yang
beracun, hydrogen sulfida
22 Kelainan pendengaran yang idem
disebabkan oleh kebisingan
23 Penyakit-penyakit yang disebabkan idem
oleh getaran mekanik (kelainan-
kelainan otot, urut, tulang
persendian, pembuluh darah tepi)
24 Penyakit-penyakit yang disebabkan idem
oleh pekerjaan dalam udara yang
bertekanan lebih
25 Penyakit-penyakit yang disebabkan idem
oleh radiasi yang mengion
26 Penyakit-penyakit yang disebabkan idem
oleh penyebab-penyebab fisik,
kimiawi atau biologis yang tidak
ternasuk golongan penyakit akibat
kerja lainnya
27 Kanker kulit epitelioma primer yang idem
disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasen, atau
persenyawaan-persenyawaan ,
produk-produk residu dari zat-zat ini.
28 Kanker paru-paru atau mesotelioma idem
yang disebabkan oleh asbes
29 Penyakit infeksi atau parasit yang  Pekerjaan
didapat dalam suatu pekerjaan kesehatan dan
75
laboratorium
 Pekerjaan
kesehatan
hewan
 Pekerjaan yang
bertalian dengan
binatang, hewan
mati atau
barang-barang
yang mungkin
telah mengalami
kontaminasi oleh
hewan mati
 Pekerjaan lain
yang
mengandung
risiko terjadinya
penyakit ini
30 Penyakit-penyakit yang disebabkan
oleh suhu tinggi atau suhu rendah
atau panas radiasi atau kelembaban
udara tinggi.

76
BAB 12
PERSYARATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
KERJA

12.1. Umum

LINGKUNGAN LINGKUNGAN
PERSYARATAN
KERJA KERJA
KESEHATAN
PERKANTORAN INDUSTRI
Air bersih Kualitas air bersih memenuhi syarat
kesehatan (fisika, kimia, mikrobiologi &
radioaktif) sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

Suhu dan 18 – 28 oC 18 – 30 oC
Kelembaban 40% - 60% 65% -95%

Debu (selama 8 Jam)


 Total 0.15mg/m3 10 mg/ m3
 Asbes bebas 5 serat/ml 5 serat/ml
 Silica total - 50 mg/ m3
Pertukaran udara 0.283 m3/menit 0.283 m3/menit
Laju ventilasi 0.15 – 0.25 0.15 – 0.25
m/detik m/detik

Bahan Pencemaran
(mg/ m3)
- Asam Sulfida 1 28
- Amonia 17 35
- Karbon Dioksida - 9000
- Karbon Monoksida 29 115
- Nitrogen Dioksida 5.6 30
- Sulfur Dioksida 5.6 13

Pencahayaan di Minimal 100 lux Lihat bab 4.5


ruangan buku saku ini
77
Kebisingan di ruangan 85 dBA Lihat bab 4.3
buku saku ini
Radiasi medan listrik
Sepanjang hari 10 kV/m 10 kV/m
Waktu singkat sampai
2 jam 30 kV/m 30 kV/m

Radiasi Medan
Magnet Listrik (Tesla)
 Sepanjang hari 0,5 mT 0,5 mT
kerja
 Waktu singkat 5 mT 5 mT
sampai 2 jam

12.2. Toilet di Lingkungan Kerja Kantor & Industri

Karyawan Pria

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Karyawan Kamar Wastafel Jamban Peturasan
Mandi

S/d 15 1 2 1 2

26 – 50 2 3 2 3

51 – 100 3 5 3 5

 Setiap penambahan 40-100 karyawan harus ditambah 1 kamar


mandi, 1 jamban dan 1 peturasan
 Toilet untuk karyawan wanita terpisah dengan toilet karyawan
pria

78
Karyawan Wanita

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


Karyawan Kamar Wastafel Jamban
Mandi
S/d 20 1 2 1
21 – 40 2 3 2
41 – 70 3 5 3
71 – 100 4 6 4
101 – 140 5 7 5
141 - 180 6 8 6

Sumber:
Keputusan Menkes RI No. 1405/MENKES/SK/IX/2002

79
BAB 13
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

13.1. Definisi

P3K yaitu upaya memberikan pertolongan pertama secara


cepat dan tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain
yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau
cidera di tempat kerja.

13.2. Petugas P3K

Menurut Permenaker No.15/MEN/2008 tentang P3K di


tempat kerja, persyaratan petugas P3K yaitu ;

 Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan


 Sehat jasmani dan rohani
 Bersedia ditunjuk sebagai petugas P3K
 Memiliki pengetahuan dan ketrampilan dasar di
bidang P3K yang dibuktikan dengan sertifikat
pelatihan

13.3. Jumlah petugas P3K di tempat kerja

Jumlah petugas P3K ditetapkan berdasarkan klasifikasi


tempat kerja dan jumlah pekerja.

Klasifikasi Tempat Kerja Jumlah Pekerja Jumlah Petugas


P3K
Tempat kerja dengan 25 – 150 1 orang
potensi bahaya rendah > 150 1 orang tiap 150
orang atau kurang
Tempat kerja dengan = 100 1 orang
potensi bahaya tinggi > 100 1 orang tiap 100
orang atau kurang
80
13.4. Isi dan Jumlah Kotak P3K

No Isi Kotak A Kotak B Kotak C


Kotak (untuk 25 (untuk 50 (untuk
P3K orang orang 100
pekerja/ pekerja/ orang
kurang) kurang) pekerja/
kurang)
1 Kasa steril terbungkus 20 40 40
2 Perban (lebar 5 cm) 2 4 6
3 Perban (lebar 10 cm) 2 4 6
4 Plester (lebar 1,25 2 4 6
cm)
5 Plester cepat 10 15 20
6 Kapas (25 g) 1 2 3
7 Kain segitiga 2 4 6
8 Gunting 1 1 1
9 Peniti 12 12 12
10 Sarung tangan sekali 2 3 4
pakai
11 Masker 2 4 6
12 Pinset 1 1 1
13 Lampu senter 1 1 1
14 Gelas untuk cuci mata 1 1 1
15 Kantong Plastik Bersih 1 2 3
16 Aquades ( 100 ml 1 1 1
larutan saline)
17 Povidon Iodin (60 ml) 1 1 1
18 Alkohol 70% 1 1 1
19 Buku panduan P3K 1 1 1
20 Buku catatan 1 1 1
21 Daftar isi kotak P3K 1 1 1

81
13.5. Jumlah Pekerja/Buruh, Jenis Kotak P3K dan Jumlah
Kotak P3K

Jumlah Jenis Kotak P3K Jumlah Kotak P3K


pekerja/buruh tiap 1 unit kerja
Kurang dari 26 A 1 kotak A
orang
26 s.d. 50 orang B/A 1 kotak B atau,
2 kotak A
51 s.d. 100 orang C/B/A 1 kotak C atau,
2 kotak B atau,
4 kotak A atau,
1 kotak B & 2
kotak A
Setiap 100 orang C/B/A 1 kotak C atau,
2 kotak B atau,
4 kotak A atau,
1 kotak B & 2
kotak A

Keterangan :
1. 1 kotak B setara 2 kotak A
2. 1 kotak C setara 2 kotak B

82
BAB 14
KESELAMATAN MESIN, PERALATAN &
INSTALASI

14.1. Jadual Pengujian

Masa
No Obyek Peraturan
Sertifikat
1 Ketel Uap 2 Peraturan Uap 1930

2 Bejana Uap 2 Peraturan Uap 1930

3 Pemanas Air 2 Peraturan Uap 1930

4 Botol Baja 5 Per No.01/MEN/1982


Bejana
5 5 Per No.01/MEN/1982
Transport
Ketel Air
6 5 Peraturan Uap 1930
Panas
7 Ketel Minyak 5 Peraturan Uap 1930

8 Mobil Crane 2/1 Per No.05/MEN/1985

9 Crawler Crane 2/1 Per No.05/MEN/1985

10 Tower Crane 2/1 Per No.05/MEN/1985


Overhead
11 Traveling 2/1 Per No.05/MEN/1985
Crane
12 Gantry Crane 2/1 Per No.05/MEN/1985

13 Ban Berjalan 2/1 Per No.05/MEN/1985

14 Forklift 2/1 Per No.05/MEN/1985

15 Gondola 2/1 Per No.05/MEN/1985

83
Instalasi
16 2 Per No.02/MEN/1989
Penyalur Petir
Lift Barang &
17 1 Per No.03/MEN/1999
Orang

Catatan : 2/1 maksudnya sertifikat pengujian pertama


berlaku 2 tahun dan selanjutnya pengujian dilakukan setiap
tahun.

Sumber : Depnaker RI

14.2. Forklift

1. Sebelum digunakan, semua perlengkapan forklift


diperiksa terlebih dahulu oleh operator.
2. Forklift dengan motor bakar dilarang dijalankan pada
daerah yang terdapat bahaya kebakaran dan atau
peledakan dan ruang tertutup.
3. Sebelum membongkar dan memuat muatan, rem harus
digunakan, jika di atas tanjakan roda harus diganjal.
4. Dijalankan dengan kecepatan yang telah ditentukan.
5. Forklift harus dilengkapi dengan atap pelindung operator
dan bagian bergerak atau berputa diberi tutup pengaman.
6. Dalam keadaan berjalan garpu harus berjarak setinggi-
tinggiya 15 cm dari permukaan.
7. Bila mengendarai forklift di belakang kendaraan lainnya,
jarak forklift sekurang-kurang harus 10 meter dari forklift
di depannya.
8. Forklift sebelum digunakan harus diperiksa dan diuji
terlebih dahulu.
9. Untuk pengujian beban lebih, harus dilaksanakan 125%
dari jumlah beban maksimum yang diujikan.

Sumber : Permenaker No.05/MEN/1985

84
14.3. Pesawat Angkat

Uraian Keterangan
Jenis - Keran angkat, gondola, keran
magnit, keran dinding, keran
sumbu putar
Tromol gulung - Garis tengah tromol sekurang-
kurangnya 30 kali diameter tali
baja
- Dilengkapi dengan flensa pada
ujungnya, minimal
memproyeksikan 2 ½ kali
diameter tali baja.
Tali Baja - Terbuat dari bahan baja
- Faktor keamanan minimal 3 ½
kali beban maksimum
- Tidak boleh ada sambungan
- Tidak boleh ada simpul, kusut,
berjumbai & terkupas
- Diberi pelumas
- Diperiksa pertama kali, sehari
sekali oleh operator & seminggu
sekali oleh tenaga ahli dari
perusahaan
Rantau Dilarang ;
- Dipukul, disilang, diplintir, ditarik
bila terhimpit beban
- Dijatuhkan dari suatu ketinggian
- Diberi beban kejut
Sling - Harus dari rantai, tali baja dan
tali serat yang memadai
- Sling cacat tidak boleh dipakai
Kait - Dari baja tempa yang
dipanaskan dan dipadatkan
85
- Dilengkapi kunci pengaman
Rem - Rem secara efektif dapat
mengerem suatu bobot tidak
kurang dari 1 ½ dari beban yang
diijinkan.
Operasional - Menaikkan, menurunkan dan
mengangkat muatan dilakukan
dengan sandi yang seragam &
dimengerti.
- Bila tidak bekerja sendiri, maka
operator bekerja sesuai
petunjuk pekerja lain yang
ditunjuk.
- Muatan harus diangkut vertikal
untuk menghindari ayunan
- Hindari mengangkat melalui
orang-orang
- Operator tidak boleh
meninggalkan peralatan dengan
muatan tergantung

14.4. Gondola

Uraian Keterangan
Tali baja - Tidak boleh ada penghalang
pada tali baja penggantungnya
- Kedudukan tali baja pada
alurnya
- Kelebihan tali baja yang berada
di atas tanah saat gondola
tergantung sekurang-kurangnya
1 m.
Mesin angkat - Kemampuan daya angkat mesin
sesuai dengan berat beban yang
86
diangkat.
- Gondola dilarang dimuati
melebihi muatan maksimum
yang diijinkan
- Beban maksimum meliputi berat
tali baja, orang, pelataran, mesin
angkat dan peralatan kerja
Pelataran - Dilarang diturunkan dengan
kejutan
- Konstruksi cukup kuat dan
aman
- Penggantian pelataran
dilakukan di lantai bawah
Motor Listrik - Harus dihubungtanahkan
- Besarnya tegangan listrik yang
digunakan tidak boleh melebihi
10% dari tegangan listrik yang
ditetapkan

Sumber : Permenaker No.05/MEN/1985

14.5. Instalasi Penyalur Petir (non radioaktif)

Uraian Keterangan
Bangunan yang - Bangunan terpencil/tinggi dan
menggunakan lebih tinggi dari bangunan
penyalur petir sekitarnya (menara,cerobong,
silo, antena pemancar)
- Bangunan yang menyimpan
barang sukar diganti (museum,
gedung arsip)
- Bangunan menyimpan bahan
yang mudah meledak/terbakar
- Gedung untuk kepentingan
87
umum (hotel, RS, sekolah, dl)
Penerima (air - Penerima memiliki tinggi
terminal) minimal 15 cm dari sekitarnya
- Penerima dapat berupa logam
bulat panjang dari tembaga,
hiasan pada
atap/tiang/cerobong dari logam,
atap-atap dari logam
Penghantar - Harus dipasang disekitar
Penurunan bangunan/sisinya sehingga
merupakan sangkar bangunan
- Jarak antar pemegang
penghantar penurunan min 1,5
meter
- Jarak penghantar penurunan
dengan atap bahan yang dapat
terbakar minimal 15 cm
- Dilarang memasang di dalam
atap bangunan
- Minimal mempunyai 2
penghantar penurunan
Pembumian/ - Dapat digunakan: tulang-tulang
elektroda Bumi baja, pipa-pipa logam, pipa-pipa
atau penghantar lingkar, pelat
logam yang ditanam
- Harus dipasang sampai
mencapai air air dalam bumi
- Panjang suatu elektroda bumi
tegak minimal 4 meter
- Elektroda bumi
mendatar/penghantar lingkar
harus ditanam minimal 50 cm
didalam tanah.
Pemeriksaan & - Instalasi harus diperiksa

88
Pengujian sebelum penyerahan
- Setelah ada perubahan /
perbaikan
- Secara berkala 2 tahun sekali
- Setelah ada kerusakan
Sumber: Permenaker No. 02/MEN/1989

14.6. Lift

Uraian Keterangan
Klasifikasi Lift:
Sumber tenaga Lift listrik, hidrolik & mesin bertali
Penggunaan Lift penumpang, barang dan
servis
Instalasi/pemasan - Mendapat ijin tertulis dari
gan lift, pemakaian direktur/pejabat yang ditunjuk
& perubahan - Melampirkan penjelasan
teknis rencana teknis (mesin,
peralatan, pengamanan,
denah dll)
- Pemasangan oleh orang
berkompeten
Kapasitas angkut - Kapasitas ditentukan
lift berdasarkan kapasitas angkut
(kg) dibagi 65
- Kapasitas angkut harus
tertulis dalam sangkar
Kabel penarik - Rantai tidak boleh digunakan
sangkar sebagai kabel penarik sangkar
- Kabel terbuat dari baja &
mampu menahan beban
minimum 12 X kapasitas
angkut
89
- Diameter baja min 12 mm
(kec lift servis)
Sangkar lift - Harus dilengkapi dengan pintu
darurat
- Tinggi sangkar tidak boleh
kurang dari 2 meter
- Harus ada lampu darurat
dengan sumber tenaga
sumber lain
- Harus dilengkapi dengan rem
pengaman
- Dilengkapi dengan peralatan
tanda bahaya seperti: bel
listrik, telepon darurat dan
instruksi keadaan darurat
Pengujian - Harus dilakukan pengujian
setelah pemasangan ,
perubahan/perbaikan
sebelum digunakan

Sumber: Permenaker No. 05/MEN/1978

90
BAB 15
STATISTIK KECELAKAAN KERJA

Untuk kepentingan statistik kecelakaan maka dilakukan


perhitungan terhadap kumulasi kecelakaan yang telah terjadi
dan biasanya dilakukan dalam rentang waktu 1 tahun.

15.1. Frequency & Severity Rate

Menurut ILO & Permenaker No.03/MEN/98

FR/Frequency Rate =  Kecelakaan


------------------------ x 1000000
 Total Jam Kerja

SR/Severity Rate =  Hari Kerja yg Hilang


-------------------------------- x 1000000
 Total Jam Kerja

Catatan: 100000 = (50 minggu/th) x (40 jam seminggu) x 500 pekerja

Menurut OSHA (Occupational Safety and Health


Administration), USA

91
FR/Frequency Rate =  Kecelakaan
------------------------ x 200000
 Total Jam Kerja

SR/Severity Rate =  Hari Kerja yg Hilang


-------------------------------- x 200000
 Total Jam Kerja

Catatan: 200000 = (50 minggu/th) x (40 jam seminggu) x 100 pekerja

Berikut standar perhitungan hari hilang kerja (ILO &


Permenaker 03/MEN/1998)

TANGAN

92
93
15.2. Kecelakaan Nihil/Zero Accident Award

1. Penghargaan kecelakaan nihil diberikan kepada


perusahaan yang telah berhasil mencegah terjadinya
kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan
waktu kerja.

2. Perhitungan kehilangan waktu kerja akibat kecelakaan


dapat dirinci sebagai berikut;

a. Kehilangan waktu kerja dihitung berdasarkan


kenyataan tidak mampu bekerja dan untuk bagian
tubuh yang cacat selamanya dihitung berdasarkan
ketentuan yang berlaku.
b. Kehilangan waktu kerja diperhitungkan bila korban
kecelakaan kerja tidak dapat bekerja pada shift
berikut sesuai jadual.
c. Kehilangan waktu kerja tidak diperhitungkan selama
korban dalam proses medis dan jika ternyata korban
tidak dapat bekerja kembali,perhitungan kehilangan
waktu kerja seperti pada butir a.

3. Perhitungan jam kerja dapat diperinci sebagai berikut;

a. Semua jam kerja tenaga kerja perusahaan termasuk


kontraktor dan subkontraktornya.
b. Jam kerja pada butir a.) dinilai berdasarkan
pembagian unit-unit kerja yang merupakan tanggung
jawab/pengawasan masing-masing kepala unit kerja,
termasuk kontraktor dan subkontraktornya.

4. Kategori perusahaan yang akan mengikuti penghargaan


nihil kecelakaan ;

94
a. Perusahaan besar dengan tenaga kerja lebih dari
100 orang
b. Perusahaan menengah dengan tenaga kerja antara
50 sampai 100 orang
c. Perusahaan kecil dengan tenaga kerja kurang dari 50
orang.

5. Penghargaan kecelakaan nihil akan diberikan dengan


ketentuan sebagai berikut ;

a. Bagi perusahaan besar, tidak mengalami kecelakaan


kerja yang menghilangkan jam kerja berturut-turut
selama 3 tahun atau telah mencapai 6 juta jam kerja
tanpa kecelakaan yang menghilangkan waktu kerja.
b. Bagi perusahaan menengah, tidak mengalami
kecelakaan kerja yang menghilangkan jam kerja
berturut-turut selama 3 tahun atau telah mencapai 1
juta jam kerja tanpa kecelakaan yang menghilangkan
waktu kerja.
c. Bagi perusahaan besar, tidak mengalami kecelakaan
kerja yang menghilangkan jam kerja berturut-turut
selama 3 tahun atau telah mencapai 300 ribu jam
kerja tanpa kecelakaan yang menghilangkan waktu
kerja.

6. Penghargaan nihil kecelakaan bagi perusahaan sektor


konstruksi dapat diberikan dengan ketentuan;

a. Penghargaan diberikan kepada perusahaan


kontraktor utama yang telah selesai melaksanakan
pekerjaan tanpa kecelakaan kerja yang
menghilangkan jam kerja, dengan waktu pelaksanaan
kegiatan minimal 1 tahun.
b. Perusahaan subkontraktor merupakan pendukung
data bagi kontraktor utama.
95
c. Jika terjadi kecelakaan kerja baik pada perusahaan
kontraktor utama maupun subkontraktor maka
seluruh jam kerja yang dicapai menjadi nol secara
bersama.

Sumber : Surat Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan


Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan KEP
723/BW/2000

96
BAB 16
ALAT PELINDUNG DIRI

Alat pelindung diri atau APD adalah salah satu bentuk


pengendalian risiko terhadap cidera dan penyakit akibat kerja.
Terdapat beberapa jenis APD yang dapat dipilih tergantung
potensi bahaya yang ada.

16.1. Pelindung/Proteksi Kepala (Head Protection)

Pelindung kepala diberikan jika tenaga kerja dapat cidera


pada kepala akibat ;

a. Obyek yang membentur/menghantam kepala


b. Orang membentur suatu obyek/struktur
c. Kontak dengan sumber listrik

Menurut ANSI Z89.1-2003 tipe APD pelindung kepala (hard


head/safety helmet) berdasarkan rating insulasi terhadap
listrik:

Type Impact & Penetration Electrical Protection


Resistance
E Yes High Voltage
Conductors (up to
20.000 V)
G Yes Low voltage
Conductors (up to
2200 V)
C Yes Not designed to
electrical protection

97
16.2. Pelindung Mata dan Wajah (Eye & Face Protection)

Pelindung ini diberikan jika tenaga kerja dapat cidera pada


mata dan atau wajah akibat ;

a. Partikel yang terlempar/melayang


b. Percikan lelehan logam
c. Cairan bahan kimia
d. Uap bahan kimia
e. Sinar radiasi berbahaya
f. Darah atau cairan tubuh yang berbahaya/potensi infeksi

Menurut ANSI z87.1-2003 terdapat beberapa jenis alat


pelindung mata dan atau wajah antara lain;

a. Safety glasses
b. Safety goggles
c. Face shield
d. Welding helmet

98
16.3. Pelindung Pendengaran (Hearing Protection)

Pelindung jenis ini diberikan jika tenaga kerja terpajan dengan


sumber kebisingan di tempat kerja.
Jenis APD ini ada 2 yaitu ear plug dan ear muff.

Untuk jenis ear plug berdasarkan penggunaannya terbagi atas


jenis ear plug sekali pakai (disposable) dan yang permanen.

99
16.4. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung diri untuk pernafasan diberikan apabila tenaga


kerja terpajan dengan debu, gas, uap, mist dan fume dari
bahan kimia.

APD untuk perlindungan pernafasan terbagi menjadi dua yaitu


air purifying respirator dan air supllied respirator.

100
Tabel Klasifikasi Alat Pelindung Pernafasan

Air Purifying Repirator: Jenis

Mengunakan penyaring Non Powered (udara mengalir


/filter untuk menyaring melalui filter dengan bantuan tarikan
udara yang dihirup nafas oleh pemakai)
Powered (udara mengalir dengan
bantuan blower tersendiri)

Jenis berdasarkan filter yang


dipakai:
 Filter partikel
 Filter gas / uap
 Filter kombinasi keduanya

Air Supllied Respirator:

Menggunakan sumber
udara bersih yang
berasal dari kompresor
atau tabung yang berisi
udara bertekanan

101
16.5. Alat Pelindung Kaki (Foot Protection)

Alat pelindung diri untuk kaki diberikan apabila tenaga kerja


terpajan dengan sumber bahaya yang dapat mencederai kaki
karena;

a. Obyek yang dapat jatuh


b. Obyek yang tajam/berujung runcing
c. Kontak dengan listrik
d. Kontak dengan bahan kimia

Khusus untuk sepatu pengaman di Indonesia telah ditetapkan


standar nasional untuk pengujian produknya.

102
Daftar Nilai Ambang Batas (NAB)
Bahan Kimia

Nama Bahan NAB PSD/KTD Cata


Kimia tan
BDS mg/m3 BDS mg/m3
Air raksa sebagai - - -
Hg 0,025
Air raksa sebagai
senyawa organik
Aluminium
Debu logam 10
Serbuk pyro, Al 5
Uap las, Al 5
Garam larut, Al 2
Aluminium oksida 10
Ammonia 25 17 35 24
Ammonium - 10 - 20
Klorida
Ammonium - 10
Sulfamat
Anillin 2 Kulit
Antimon 0,5
Argon (c)
Arsen 0,01:A1
Asam Asetat 10 25 15 37
Asam Fluorida, 2,5
sebagai F
Asam Formiat 5 9,4 10 19
Asam Fosfat 1 3
Asam Klorida T5 T 7,5
Asam Sianida & T 4,7 T5
Garam Sianida
Asam Sulfat 1; A2 3; A2
Asam Sulfida 10 14 15 21
Asam Nitrat 2 5,2 4 10
Asam Peroksida 1; A3 1,4; A3
103
Nama Bahan NAB PSD/KTD Cata
Kimia tan
BDS mg/m3 BDS mg/m3
Asam Propianat 10 30
Asbestos
Amosit 0,5 serat/ml;A1
Kritosil 2 serat/ml;A1
Krosidolit 0,2 serat/ml;A1
Lain-lain jenis 2 serat/ml;A1
Asetelin (c)
Asetelin 1 14
Tetrabromida
Aseton 750 1780 1000 2380
Barium Sulfat 10
Benzen (Benzol) 10;A2 32;A2
Berrillium & 0,002:A2
Senyawanya
Boron Oksida 10
Boron Tribromida T1 T 10
Brom 0,1 0,66 0,2 1,3
1.3 Butadine 2;A2 4,4;A3
Butan 800 1900
DDT 1;A3
Debu biji-bijian 4
(jenis gandum)
Diazinon 0,1
Dibutil Fosfat 1 8,6
Dietanol Amine 0,4 2 Kulit
Dietil Amine 5 15 15 45 Kulit
Dietil Keton 200 705
Diisobutil Keton 25 145
Dimetil Amin 5 9,2 15 27,6
Dimetil Sulfat 0,1 0,52 Kulit
Dioksan 25 90 Kulit
Etanolamin 3 7,5 6 15
Etil Alkohol 1000 1880
(etanol)
Etil Amin 5 9,2 15 27,6
104
Nama Bahan NAB PSD/KTD Cata
Kimia tan
BDS mg/m3 BDS mg/m3
Etil Asetat 400 1440
Etil Benzen 100 434 125 543
Etil Bromida 5 22
Etil Butil Keton 50 234
Etil Klorida 100 264 Kulit
Etil Eter 400 1210 500 1520
Etil Format 100 303
Etilen Glikol T 100
Aerosol
Etilen Oksida 1;A2 1,8; A2
Etil Amil Keton 25 131
Fenil Eter 1 7 2 14
Fenol 5 19 Kulit
Fe 1
Ferum Oksida 5
Fluorida sebagai F 2,5
Formaldehid T 0,3; T
A2 3,37;A2
Fosfor Kuning 0,02 0,1
Fosgen 0,1 0,4
Gasolin 300 890 500 1480
Gliserin, mist 10
Grafit 2
Heksafluoro 0,1 0,68 Kulit
Aseton
Heksakloroetan 1;A3 9,7;A3 Kulit
Heksaklorobenzen 0,025;A3
Hidrazin 0,01 0,013
Hidrogen (c)
Helium (c)
Hidrogen 1 1,4
Peroksida
Iodine T 0,1 T 1,0
Isoamil Alkohol 100 361 125 452
Isoamil Asetat 100 532
105
Nama Bahan NAB PSD/KTD Cata
Kimia tan
BDS mg/m3 BDS mg/m3
Isobutil Alkohol 50 152
Isobutil Asetat 150 713
Isopropil Alkohol 400 983 500 1230
Isopropil Amin 5 12 10 24
Kadmium, Cd 0,01:A2
Kalsium 5
Hidroksida
Kalsium Karbonat 10
Kalsium Oksida 2
Kalsium Silikat 10
Kalsium Sulfat 10
Kaolin 2
Kapas (debu 0,2
katun)
Karbon Hitam 3,5
Karbon Dioksida 5000 9000 30000 54000
Karbon 25 29
Monoksida
Karbon Disulfida 10 31
Karbon 5;A2 31;A2 10;A2 63;A2
Tetraklorida
Kayu, debu 1;A1
Klorin 0,5 1,5 1 2,9
Klorin Dioksida 0,1 0,28 0,3 0,83
Kloroform 10;A3 49;A3
Kobalt, logam 0,002
Koper(tembaga)
Uap 0,2
Debu & mist 1

Koal, debu 2
LPG 1000 1800
Magnesit 10
Magnesium 10
Oksida
106
Nama Bahan NAB PSD/KTD Cata
Kimia tan
BDS mg/m3 BDS mg/m3
Mangan 0,2
Metan (c)
Metanol 200 262 250 328
Metil Amin 5 6,4 15 19
Metil Asetat 200 606 250 757
Metil Asitelin 1000 1640
Metil Bromida 5 19
Metil n-butil keton 5 20
Metil Etil Keton 200 590 300 885
Metil Isobutil 50 205 75 307
Keton
Metil Isosianat 0,02 0,047
Metomil 2,5
Mineral, serat 10;(e)
wool
Nikel 1
Nikotin 0,5
Nitrobenzen 1;A3 5;A3 Kulit
Nitrogen (c)
Nitrogen Dioksida 3 5,6 5 9,4
Nitrit Oksida 25 31
Nitrogliserin 0,05 0,46
Nitrotoluene 2 11
Nitrus Oksida 50 90
Oil mist, mineral 5
Oktan 300 1400 375 1750
Paraqut
Debu total 0,5
Pelarut karet 400 1590
(nafthan)
Pentakloropenol, 0,5
PCP
Perak, logam 0,1
Platin, logam 1

107
Nama Bahan NAB PSD/KTD Cata
Kimia tan
BDS mg/m3 BDS mg/m3
Potasium T2
Hidoksida
Propan (c)
Semen Portland 10 (e)
Sellulosa 10
Silika
Partikel Inhalebel 10 (e)
Partikel 3 (e)
Respirabel
Silika Gel 10
Silikon 10 (e)
Silika Kristalin
Kristabalit 0,05(j)
Kwarsa 0,1 (j)
Tridimit 0,05 (j)
Tripoli 0,1 (j)
Sodium Bisolfit 5
Starch (Kanji) 10
Stiren Monomer 50 213 100 426
Sulfur Dioksida 2 5,2 5 13
Sulfur 1000 5970
Heksafluorida
Talk (tidak 2 (j)
mengandung
asbes)
Terpentin 100 556
Timah itam, Pb 0,05
Timah Putih, 2
logam
Titanium Dioksida 10
Toluene 50 118 Kulit
Uranium 0,2; A1
Vinil Bromida 5; A2 22;A2

108
Nama Bahan NAB PSD/KTD Cata
Kimia tan
BDS mg/m3 BDS mg/m3
Zink Oksida
Uap 5 10
Debu 10 (e)

Catatan ;
A1 Terbukti karsinogen pada manusia
A2 Diperkirakan karsinogen pada manusia
A3 Karsinogen terhadap binatang
T Kadar Tertinggi
BDS Bagian dalamsejuta (ppm)
(c) Bahan kimia bersifat asfiksian
(e) Nilai partikulat yang dapat dihirup (total), tidak mengandung
asbes dan silika kristalin < 1%
(j) NAB untuk fraksi respirabel dari material partikulat

Sumber : Surat Edaran Menaker SE-01/MEN/1997 tentang


Nilai Ambang Batas Kimia

109

Anda mungkin juga menyukai