Dokter Pembimbing :
Oleh :
Mengetahui,
Dokter Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. dr. Gustaaf A.E Ratag, MPH dr. Margareth R. Sapulete, M.Kes
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. i
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakaang……………………………………………………………………. 1
B. Tujuan Penyuluhan………………………………………………………………….1
C. Sasaran Penyuluhan…………………………………………………………………1
D. Metode Penyuluhan………………………………………………………………....1
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………9
LAMPIRAN.…………………………………………………………………………….…10
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak terjadinya konsepsi
hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari selama kehamilan dan 730
hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut periode emas (golden
periode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika tidak dimanfaatkan
dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen. Rentang 1000 hari awal
kehidupan yang harus menjadi perhatian ini bukan tanpa alasan. Selama ini dipahami
bahwa pertumbuhan anak yang berlangsung secara cepat terjadi pada masa-masa awal,
yaitu tahun pertama dan kedua usia anak. Namun, dalam kasus-kasus kekurangan gizi,
justru fakta menunjukkan bahwa penurunan status gizi terjadi pada periode ini. Ibu hamil,
ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun merupakan kelompok
sasaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan 1000 hari pertama manusia.
B. Tujuan Penyuluhan
Tujuan Umum
Membantu dalam menambah wawasan dan pengetahuan para calon ibu maupun ibu akan
pentingnya seribu hari kehidupan pertama pada anak sejak dalam kandungan di wilayah
kerja puskesmas Sario.
C. Sasaran Penyuluhan
Masyarakat yang datang memeriksakan diri di Puskesmas Sario serta petugas kesehatan yang
sedang bekerja di Puskesmas Sario.
D. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah dengan melakukan ceramah dan tanya
jawab.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Materi Penyuluhan
1. Definisi
Istilah 1.000 hari pertama kehidupan mulai diperkenalkan pada 2010 sejak
dicanangkannya gerakan scalling-up nutrition di tingkat global.Periode 1.000 hari
pertama kehidupan adalah masa yang paling krusial bagi anak. Terhitung sejak 270
hari selama dalam kandungan ibu, hingga 730 hari setelah anak lahir.
Periode tersebut amat penting karena pada masa ini otak mengalami tumbuh
kembang dengan pesat. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal, semua
kebutuhan dasarnya harus dipenuhi. Antara lain asupan nutrisi, kasih sayang,
stimulasi, imunisasi, serta kebersihan.Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam
periode 1.000 hari pertama kehidupan akan menimbulkan dampak bersifat
permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada
pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental, kecerdasan, dan
perilaku anak. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak pada
1.000 hari pertamanya, ibu perlu memperhatikan asupan makanannya. Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi anak 0-6 bulan.ASI
mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan anak seperti energi, protein, lemak,
vitamin dan mineral serta komponen probiotik untuk kesehatan saluran cerna. Saat
menginjak umur genap enam bulan, anak dapat diperkenalkan makanan
pendamping ASI, dan sejak berumur genap satu tahun, anak dapat diberikan
makanan padat dan susu pertumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan ini
memerlukan asupan gizi dari ibu, baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal
dari mobilisasi simpanan ibu. Bila pasokan gizi dari ibu ke bayi kurang, bayi akan
melakukan penyesuaian, karena bayi bersifat plastis (mudah menhyesuaikan diri).
Penyesuaian tersebut bisa melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran
organ dan tubuh yang lebih kecil, agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi.
Sayangnya sekali berubah, bersifat permanen, artinya bila perbaikan gizi dilakukan
setelah melewati kurun seribu pertama kehidupan, maka efek perbaikannya kecil,
sebaliknya bila dilakukan pada masa 1000 HPK, terutama didalam kandungan,
maka efek perbaikannya bermakna.
A. Kesimpulan
1. Penyakit Jantung Kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan struktural
ataupun fungsional jantung yang menyebabkan gangguan kemampuan pengisian
ventrikel dan ejeksi darah ke seluruh tubuh.
2. Manifestasi yang khas pada gagal jantung kongestif ialah dispnea, fatigue dan retensi
cairan yang menyebabkan edema paru dan edema perifer.
3. Diagnosis gagal jantung ditegakkan jika ada 2 kriteria mayor atau 1 kriteria major dan 2
kriteria minor.
4. Periksaan penunjang yang dianjurkan meliputi pemeriksaan laboratorium lengkap, EKG,
radiologi dan fungsi LV.
5. Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan secara non
farmakologis dan secara farmakologis.
6. Meskipun penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung telah sangat berkembang, tetapi
prognosisnya masih tetap jelek.
B. Rekomendasi
1. Perlu adanya peran masyarakat dan pemerintah untuk menjalankan program-program
yang telah dibuat dalam pengobatandan pencegahan Penyakit Jantung Kongestif
2. Dibutuhkan peran serta petugas kesehatan dalam pencegahan Penyakit Jantung Kongestif
di lingkungan masyarakat dengan melakukan pola hidup yang sehat dan peningkatan
pengetahuan kesehatan masyarakat mengenai Penyakit Jantung Kongestifmelalui
penyuluhan dan program-program kesehatan lainnya.
3. Mengubah gaya hidup menjadi gaya hidup yang lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. P R Marantz et al. 2012. The relationship between left ventricular systolic function and
congestive heart failure diagnosed by clinical criteria. Circulation Journal Of The
American Heart Association. Available from : http://circ.ahajournals.org
2. Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III ed.IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta
3. Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta
4. Nicholas J. Talley, Nimish Vakil. 2005. Guidelines for the Management of Dyspepsia,
Practice Parameters Committee of the American College of Gastroenterology. American
Journal of Gastroenterology
5. Djojodibroto R Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
6. McPhee S and Papadakis M A. 2008. Current Medical Diagnosis & Treatment 47th
Edition. Mc Graw Hill
7. Brashers V L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
8. Rani A A, dkk. 2009. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
9. Lelosutan S A R. 2009. Kapita Selekta Gastroentero-Hepatologi Ilmu Penyakit Dalam.
Sub SMF Gastrentero-Hepatologi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta. JC Institute. Jakarta