Anda di halaman 1dari 13

Laporan Penyuluhan

1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN


Oleh :

Alfionita M. R. Lyo 16014101011


Senderina Malak 16014101132

Masa KKM 05 Desember 2016 – 15 Januari 2017

Dokter Pembimbing :

Dr. dr. Gustaaf A.E Ratag, MPH

dr. Margareth R. Sapulete, M.Kes

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2016
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dikoreksi dan disetujui laporan penyuluhan :

1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN

Oleh :

Alfionita M. R. Lyo 16014101011


Senderina Malak 16014101132

Masa KKM 05 Desember 2016 – 15 Januari 2017

Telah dilaksanakan pada tanggal 22 Desember 2016 di Puskesmas Sario

Mengetahui,

Dokter Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. Gustaaf A.E Ratag, MPH dr. Margareth R. Sapulete, M.Kes
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………. i
BAB I. PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakaang……………………………………………………………………. 1
B. Tujuan Penyuluhan………………………………………………………………….1
C. Sasaran Penyuluhan…………………………………………………………………1
D. Metode Penyuluhan………………………………………………………………....1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………….. 2


A. Materi Penyuluhan…………………………………………………………………. 2
1. Definisi ...………………………………………………………………………...3
2. Permasalahan dalam 1000 Hari pertama Kehidupan ……….…………………...3
3. Langkah-Langkah Untuk Memenuhi Nutrisi 1000 HPK……...………………....4
B. Perencanaan dan Persiapan……………..………………………………………….. 6
C. Evaluasi Keberhasilan Kegiatan…………………………………………………… 6
D. Indikator Keberhasilan Kegiatan…………………………………........................... 7
E. Hasil Evaluasi Program………….………………………………………………….7

BAB III. PENUTUP…………….......................................................................................... 8


A. Kesimpulan…….…………………………………………………………………... 8
B. Rekomendasi………………...……………………………………………………... 8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………9
LAMPIRAN.…………………………………………………………………………….…10
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seribu hari pertama kehidupan adalah periode seribu hari mulai sejak terjadinya konsepsi
hingga anak berumur 2 tahun. Seribu hari terdiri dari, 270 hari selama kehamilan dan 730
hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan. Periode ini disebut periode emas (golden
periode) atau disebut juga sebagai waktu yang kritis, yang jika tidak dimanfaatkan
dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen. Rentang 1000 hari awal
kehidupan yang harus menjadi perhatian ini bukan tanpa alasan. Selama ini dipahami
bahwa pertumbuhan anak yang berlangsung secara cepat terjadi pada masa-masa awal,
yaitu tahun pertama dan kedua usia anak. Namun, dalam kasus-kasus kekurangan gizi,
justru fakta menunjukkan bahwa penurunan status gizi terjadi pada periode ini. Ibu hamil,
ibu menyusui, bayi baru lahir dan anak usia di bawah dua tahun merupakan kelompok
sasaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan 1000 hari pertama manusia.

B. Tujuan Penyuluhan
Tujuan Umum
Membantu dalam menambah wawasan dan pengetahuan para calon ibu maupun ibu akan
pentingnya seribu hari kehidupan pertama pada anak sejak dalam kandungan di wilayah
kerja puskesmas Sario.

C. Sasaran Penyuluhan
Masyarakat yang datang memeriksakan diri di Puskesmas Sario serta petugas kesehatan yang
sedang bekerja di Puskesmas Sario.

D. Metode Penyuluhan
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah dengan melakukan ceramah dan tanya
jawab.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Materi Penyuluhan
1. Definisi

Istilah 1.000 hari pertama kehidupan mulai diperkenalkan pada 2010 sejak
dicanangkannya gerakan scalling-up nutrition di tingkat global.Periode 1.000 hari
pertama kehidupan adalah masa yang paling krusial bagi anak. Terhitung sejak 270
hari selama dalam kandungan ibu, hingga 730 hari setelah anak lahir.
Periode tersebut amat penting karena pada masa ini otak mengalami tumbuh
kembang dengan pesat. Agar anak dapat tumbuh dan berkembang optimal, semua
kebutuhan dasarnya harus dipenuhi. Antara lain asupan nutrisi, kasih sayang,
stimulasi, imunisasi, serta kebersihan.Kebutuhan yang tidak terpenuhi dalam
periode 1.000 hari pertama kehidupan akan menimbulkan dampak bersifat
permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak tersebut tidak hanya pada
pertumbuhan fisik, tetapi juga pada perkembangan mental, kecerdasan, dan
perilaku anak. Untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak pada
1.000 hari pertamanya, ibu perlu memperhatikan asupan makanannya. Air Susu
Ibu (ASI) Eksklusif merupakan makanan terbaik bagi anak 0-6 bulan.ASI
mengandung nutrisi lengkap yang dibutuhkan anak seperti energi, protein, lemak,
vitamin dan mineral serta komponen probiotik untuk kesehatan saluran cerna. Saat
menginjak umur genap enam bulan, anak dapat diperkenalkan makanan
pendamping ASI, dan sejak berumur genap satu tahun, anak dapat diberikan
makanan padat dan susu pertumbuhan. Pertumbuhan dan perkembangan ini
memerlukan asupan gizi dari ibu, baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal
dari mobilisasi simpanan ibu. Bila pasokan gizi dari ibu ke bayi kurang, bayi akan
melakukan penyesuaian, karena bayi bersifat plastis (mudah menhyesuaikan diri).
Penyesuaian tersebut bisa melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran
organ dan tubuh yang lebih kecil, agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi.
Sayangnya sekali berubah, bersifat permanen, artinya bila perbaikan gizi dilakukan
setelah melewati kurun seribu pertama kehidupan, maka efek perbaikannya kecil,
sebaliknya bila dilakukan pada masa 1000 HPK, terutama didalam kandungan,
maka efek perbaikannya bermakna.

2. Permasalahan dalam 1000 Hari pertama Kehidupan


Bayi lahir prematur yang bisa menyebabkan anak gagal tumbuh, bayi lahir
cukup bulan tapi tidak mendapatkan ASI yang cukup, misalnya sudah diberikan
makanan padat sebelum 6 bulan, bayi usia 6-12 bulan tidak mendapatkan MP-
ASI yang cukup, misalnya hanya diberikan 1 jenis makanan saja dan bayi 13
bulan sampai 1.000 hari kehidupan, jika ia tidak mendapatkan gizi yang cukup
maka membuat daya tahan tubuh menurun sehingga berisiko kena infeksi.
Masalah jangka panjang mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1000
hari pertama kehidupan, mempunyai tiga resiko:
1. Resiko terjadinya penyakit tidak menular/ khronis, tergantung organ yang
terkena. Bila ginjal, maka akan menderita hipertensi dan gangguan ginjal,
bila pancreas maka akan beresiko penyakit diabetes tipe 2, bila jantung
akan beresiko menderita penyakit jantung, dst.
2. Bila otak yang terkena maka akan mengalami hambatan pertumbuhan
kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif.
3. Gangguan pertumbuhan tinggi badan, sehingga beresiko pendek/stunting.
Keadaan ini ternyata tidak hanya bersifat antar-generasi (dari ibu ke anak)
tetapi bersifat trans-generasi (dari nenek ke cucunya). Sehingga
diperkirakan dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun, artinya
resiko tersebut berasal dari masalah yang terjadi sekitar 100 tahun yang
lalu, dan dampaknya akan berkelanjutan pada 100 tahun berikutnya. Jika
1000 hari tersebut dibagi berdasarkan tahapan kehidupan anak, maka ada
5 titik kritis yang harus diperhatikan pada seorang anak ialah :
· Masih dalam kandungan = 270 hari
· Umur 0 – 6 bulan = 180 hari
. Umur 6 – 8 bulan = 80 hari
. Umur 8 – 12 bulan = 120 hari
. Umur 12 – 24 bulan = 360 hari

3. Langkah-Langkah Yang Dilakukan Untuk Memenuhi Nutrisi 1000 Hari


Pertama Kehidupan
1. Pada masa pra kehamilan
 Berusaha mencapai dan mempertahankan berat badan yang
ideal
 Mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang
 Mengkonsumsi makanan sumber asam folat dan suplemen
asam folat selama 3 bulan prakehamilan
 Olahraga teratur
 Menghindari rokok, kafein dan minuman beralkohol
2. Pada masa kehamilan
 Memenuhi asupan kalori yang cukup untuk mendukung
peningkatan berat badannya dengan pola makan yang
seimbang. Ibu hamil tidak dianjurkan untuk mencoba
menurunkan berat badan atau menghindari peningkatan berat
badan yang normal. Kalaupun berat badan meningkat
terlampau cepat, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis
dan tidak menanganinya sendiri.
 Meningkatkan asupan zat besi. Pada ibu hamil kebutuhan zat
besi meningkat sebesar 200-300% untuk pembentukan plasenta
dan sel darah merah. Untuk memenuhinya dapat diasup baik
dari makanan maupun dari suplemen (karena kebutuhan
sebesar ini sulit dicapai hanya dari asupan makanan saja).
Sumber zat Besi contohnya daging, ayam, ikan, sayuran hijau,
serealia tumbuk, kacang-kacangan, hati sapi.
 Meningkatkan asupan asam folat. Asam folat ini berperan
dalam pembentukan sistem saraf dan sel-sel. Jika asupannya
kurang memadai dapat menimbulkan kelainan bawaan pada
bayi seperti: anenchepaly (lahir tanpa batok kepala), spina
bifida (tulang belakang tidak tersambung), anemia makrositik,
dan lain-lain. Untuk memenuhinya dapat diasup baik dari
sumber makanan dan suplemen. Sumber Asam folat contohnya
sayuran hijau, daging tanpa lemak, biji-bijian, kacang tanah,
jeruk.
 Meningkatkan asupan Kalsium. Kalsium berperan dalam
pembentukan gigi, tulang, hati, saraf dan otot pada bayi.
Sumber utama Kalsium adalah susu dan olahannya seperti :
whole milk, skimmed milk, yoghurt, keju, serta beberapa bahan
makanan nabati dalam sayuran hijau tua.
 Meningkatkan asupan Vitamin D. Vitamin D berperan dalam
meningkatkan penyerapan Kalsium dalam tubuh, mengurangi
resiko infeksi selama kehamilan, dan mengurangi
gejalapreeclampsia. Sumber vitamin D contohnya kuning telur,
susu dan olahannya, mentega.
 Memenuhi kebutuhan Yodium. Kekurangan Yodium selama
hamil mengakibatkan janin menderita hipotiroidisme yang
selanjutnya dapat berkembang menjadi kretinisme di kemudian
hari. Sumber Yodium contohnya makanan laut seperti ikan,
udang, kerang.
 Menghindari rokok, kafein dan minuman beralkohoL
 Cukup istirahat dan menjaga perasaan gembira

3. Pada masa kehidupan pertama bayi


 Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) segera setelah
melahirkan serta upayakan bayi mendapatkan kolostrum (ASI
yang pertama kali keluar dan berwarna jernih kekuningan).
 Berikan hanya ASI eksklusif selama 6 bulan pertama keidupan
bayi.
 Setelah bayi berusia 6 bulan berikan MP-ASI (Makanan
Pendamping ASI). Pada usia ini alat pencernaan bayi sudah
lebih matang untuk mencerna makanan non-ASI. Bahan
makanan yang digunakan untuk membuat MP-ASI ini
hendaknya merupakan bahan makanan yang biasa dimakan
dalam keluarga yang dibuat sesuai dengan kemampuan
mengunyah dan menelan bayi. dalam pembuatannya sebaiknya
hindari penambahan gula dan garam < 1 tahun. MP-ASI yang
ideal adalah yang mengandung: (1) makanan pokok (2) sayuran
dan kacang-kacangan, (3) lauk nabati, (4) lauk hewani, (5)
buah-buahan. Pada awal pengenalannya hendaknya bayi
dikenalkan pada makanan tunggal agar ia mengenal rasa asli
dari makanan tersebut dan untuk memudahkan evaluasi jika
muncul gejala alergi, secara bertahap berikan secara majemuk
dengan menyampurkan sejumlah bahan makanan.

B. Perencanaan dan Persiapan


Perencanaan
 Tempat Pelaksanaan : Ruang tunggu Puskesmas Sario
 Waktu Pelaksanaan : Kamis, 22 Desember 2016
Persiapan
 Media: Leaflet
 Materi penyuluhan yang akan diberikan sudah disiapkan dan akan disebarluaskan
dalam bentuk leaflet yang berisi gambar dan tulisan.

C. Evaluasi Keberhasilan Kegiatan


 Masyarakat dapat memahami pengertian 1000 HPK
 Masyarakat dapat memahami dampak 1000 HPK
 Mayarakat dapat memahami cara memenuhi Nutrisi 1000 HPK
D. Indikator Keberhasilan Kegiatan
Indikator Input:
 Puskesmas
 Dokter
 Petugas Kesehatan
Indikator Proses:
 Penyediaan sarana promosi kesehatan sesuai standar (leaflet, LCD projector)
 Mengupayakan pemberdayaan kelompok potensial dimasyarakat dibidang kesehatan.
 Memantau dan mengawasi jalannya kegiatan promosi kesehatan di wilayahnya.
Indikator Output:
 Perorangan: persentase faktor perilaku berisiko (pola hidup bersih dan sehat) belum
dinilai.
E. Hasil Evaluasi Program
Derajat Keberhasilan:
o Berhasil apabila ada penurunan angka kelahiran bayi dan tumbuh kembang anak yang
tidak sehat
o Belum berhasil jika masih banyak angka kelahiran bayi dan anak tidak sehat
Faktor Penunjang:
o Adanya upaya dokter atau petugas kesehatan lain untuk memberikan informasi
melalui penyuluhan.
o Masyarakat mengaplikasikan cara-cara pencegahan dampak 1000 HPK
Faktor Penghambat:
o Pemahaman yang masih kurang akibat ketidakpedulian masyarakat terhadap
kesehatan
o Kesadaran diri terhadap pola hidup yang sehat.
o Kurangnya dorongan dari keluarga dan lingkungan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penyakit Jantung Kongestif adalah kumpulan gejala klinis akibat kelainan struktural
ataupun fungsional jantung yang menyebabkan gangguan kemampuan pengisian
ventrikel dan ejeksi darah ke seluruh tubuh.
2. Manifestasi yang khas pada gagal jantung kongestif ialah dispnea, fatigue dan retensi
cairan yang menyebabkan edema paru dan edema perifer.
3. Diagnosis gagal jantung ditegakkan jika ada 2 kriteria mayor atau 1 kriteria major dan 2
kriteria minor.
4. Periksaan penunjang yang dianjurkan meliputi pemeriksaan laboratorium lengkap, EKG,
radiologi dan fungsi LV.
5. Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan secara non
farmakologis dan secara farmakologis.
6. Meskipun penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung telah sangat berkembang, tetapi
prognosisnya masih tetap jelek.

B. Rekomendasi
1. Perlu adanya peran masyarakat dan pemerintah untuk menjalankan program-program
yang telah dibuat dalam pengobatandan pencegahan Penyakit Jantung Kongestif
2. Dibutuhkan peran serta petugas kesehatan dalam pencegahan Penyakit Jantung Kongestif
di lingkungan masyarakat dengan melakukan pola hidup yang sehat dan peningkatan
pengetahuan kesehatan masyarakat mengenai Penyakit Jantung Kongestifmelalui
penyuluhan dan program-program kesehatan lainnya.
3. Mengubah gaya hidup menjadi gaya hidup yang lebih sehat.
DAFTAR PUSTAKA

1. P R Marantz et al. 2012. The relationship between left ventricular systolic function and
congestive heart failure diagnosed by clinical criteria. Circulation Journal Of The
American Heart Association. Available from : http://circ.ahajournals.org

2. Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III ed.IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta

3. Sudoyo A W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I ed.IV, Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, Jakarta

4. Nicholas J. Talley, Nimish Vakil. 2005. Guidelines for the Management of Dyspepsia,
Practice Parameters Committee of the American College of Gastroenterology. American
Journal of Gastroenterology
5. Djojodibroto R Darmanto. 2009. Respirologi (Respiratory Medicine). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta
6. McPhee S and Papadakis M A. 2008. Current Medical Diagnosis & Treatment 47th
Edition. Mc Graw Hill
7. Brashers V L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
8. Rani A A, dkk. 2009. Panduan Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta
9. Lelosutan S A R. 2009. Kapita Selekta Gastroentero-Hepatologi Ilmu Penyakit Dalam.
Sub SMF Gastrentero-Hepatologi Departemen Penyakit Dalam RSPAD Gatot Soebroto
Jakarta. JC Institute. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai