Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 8, Nomor 1, Januari 2019


Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

HUBUNGAN ANTARA BODY MASS INDEX DENGAN Q ANGLE :


STUDI PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Helen Malinda Kurniawan1, Amin Husni2, Edward KSL3
1
Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Ilmu Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH.,Tembalang-Semarang 50275,Telp. 02476928010
3
Staf Pengajar Ilmu Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH.,Tembalang-Semarang 50275,Telp. 02476928010

ABSTRAK
Latar Belakang: Mahasiswa Fakultas Kedokteran diduga mempunyai faktor risiko obesitas
atau overweight. Body Mass index adalah salah satu tolak ukur massa tubuh, dimana BMI
yang tinggi dapat meningkatkan beban sendi penopang tubuh. Beban art. genu yang
meningkat dapat menyebabkan instabilitas os. Patellae yang bermanifestasi pada peningkatan
q angle. Tujuan: Mengetahui korelasi antara Body Mass Index terhadap Q Angle. Metode:
Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel
sebanyak 64 mahasiswa usia 18-22 tahun Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling. Pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk menghitung BMI.
Dilakukan pengukuran q angle sampel dalam posisi duduk dan berdiri menggunakan
goniometer standar. Uji statistik menggunakan, uji Spearman dan uji Chi Square (signifikan
bila p<0,05). Hasil: Hubungan antara BMI dengan Q angle dalam posisi berdiri adalah
p<0,001 dan r=0,812 dan posisi duduk adalah p<0,001dan r=0,826. Hubungan antara jenis
kelamin dengan Q angle dalam posisi berdiri adalah p=0,424 dan r=0,099 dan posisi duduk
adalah p=0,434dan r=0,097. Kesimpulan: BMI berkorelasi signifikan positif sangat kuat
terhadap Q angle. Jenis kelamin tidak berhubungan dengan q angle.

Kata Kunci: Body Mass Index, Q Angle posisi berdiri, Q angle posisi duduk.

ABSTRACT
Background: Medical students are suspected to have obesity or overweight risk factor. The
body mass index is one of the body mass measurements, where a high BMI can increase the
load of joints that support the body. The increasing load of art. Genu can cause patellar
instability that manifests as increased q angle. Objective: To know the correlation between
BMI to Q Angle. Method: This was an observational analytic study with cross sectional
design. The sample was 64 students aged 18-22 years old from Faculty of Medicine,
Diponegoro University, Who met the exclusion and inclusion criteria. Sampling was done by
purposive sampling method. BMI for every students was calculated by using weight and
height. Q angle was obtained by measuring q angle in standing and sitting position using
standar goniometer. The data was analyzed using Spearman test and Chi Square test
(significant if p<0,05). Statistical analysis were conducted by computer program. Result:
Correlation between BMI to Q angle in standing position is p<0.001 and r=0.812 and in
sitting position is p<0.001 and r=0.826. Relationship between gender on Q angle in standing

222 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

position is p=0,424 and r=0,099 and in sitting position is p=0,434 and r=0,09. Conclusion:
BMI positively correlated to Q angle and was statistically significant. Gender is not
correlated to Q angle.

Keywords: Body Mass Index, Q Angle in standing position, Q angle in sitting position.

PENDAHULUAN lemak tubuh tinggi. Hal ini menyebabkan


Masalah kesehatan dapat terjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran
karena obesitas atau kelebihan berat badan. Universitas Diponegoro berisiko tinggi
Kecenderungan terjadinya obesitas dapat mengalami obesitas.6
disebabkan karena ketidakseimbangan pola Penelitian yang dilakukan pada
makan dengan aktifitas tubuh. Obesitas populasi berusia 30.6±5.98 tahun di India
tidak hanya berdampak pada medis,psikis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan q
maupun sosial,tetapi juga berhubungan angle yang signifikan pada sampel dengan
dengan kelangsungan hidup penderitanya.1 BMI normal dan obesitas. Q angle pada
Obesitas dianggap sebagai sinyal sampel dengan BMI overweight dan obese
pertama munculnya kelompok penyakit- terbukti lebih tinggi daripada sampel
penyakit non infeksi (Non Communicable dengan BMI normal. Massa tubuh yang
Diseases) yang banyak terjadi di negara tinggi meningkatkan beban yang harus
2,3
maju maupun negara berkembang. ditanggung oleh persendian terutama art.
Obesitas merupakan satu permasalahan patellofemoral.7
gizi di Indonesia. Berdasarkan Laporan Q angle atau Quadriceps angle
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada adalah sudut yang terbentuk dari
tahun 2013, prevalensi obesitas pada persimpangan dua garis yang melintang di
penduduk berusia ≥18 tahun berdasarkan bagian tengah os.patellae, yaitu garis yang
Body Mass Index (BMI) adalah 15,4%.4 ditarik dari spina ishiadica anterior
Riskesdas 2007 menemukan superior (SIAS) dan garis yang ditarik dari
prevalensi obesitas di Semarang sebesar tuberositas anterior tibiae ke pusat os.
18,9%.5 Hasil penelitian Daniel D. patellae.8
Ranggadwipa pada tahun 2014 Q angle yang tinggi menandakan
menunjukkan bahwa 35,72% mahasiswa peningkatan penarikan lateral
Fakultas Kedokteran Universitas m.quadriceps femoris pada os.patella
Diponegoro dikategorikan memiliki massa sehingga dapat menyebabkan PFPS.7 PFPS

223 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

adalah istilah yang digunakan untuk berusia 18-22 tahun dengan BMI dalam
abnormalitas patologi atau anatomi yang rentang 18-39,9 kg/m2 dan bersedia
menyebabkan rasa sakit pada bagian menjadi responden penelitian dengan
anterior art. patellofemoral. Q angle yang menandatangani informed consent. Kriteria
lebih besar diyakini dapat mengubah lokasi eksklusi penelitian ini adalah subjek
kontak dan tekanan pada art. dengan Intensitas olahraga ≥ 5 kali per
patellofemoral, mengakibatkan area pada minggu dengan total waktu ≥ 7 jam per
lutut mengalami tekanan berlebihan yang minggu, mempunyai gangguan anatomis
lama kelamaan menyebabkan degenerasi ekstremitas inferior, mempunyai gangguan
kartilago art. genu dan tidak dapat mobilitas tubuh, dan mempunyai kelainan
ditangani secara fisiologis.9 kongenital.
Risiko kejadian obesitas pada Subjek penelitian diambil dengan
masyarakat Indonesia dan kalangan metode purposive sampling berdasarkan
mahasiswa Fakultas kedokteran subjek yang menjadi mahasiswa tahun
Universitas Diponegoro sangat tinggi. Fakultas Kedokteran Universitas
Obesitas dapat menyebabkan PFPS. Hal Diponegoro dengan sampel minimal
tersebut menyebabkan penulis ingin sebesar 29 dengan mempertimbangkan
mengamati korelasi antara BMI dengan q proporsi drop out sebesar 10%. Diambil 2
angle pada Mahasiswa Fakultas kelompok yaitu kelompok dengan BMI
Kedokteran Universitas Diponegoro. normal (BMI 18,5-24,9 kg/m2 ) dan
kelompok dengan BMI tinggi (BMI 25-
METODE 39,9 kg/m2).
Bentuk penelitian ini adalah Variabel bebas dalam penelitian
observasional analitik dengan pendekatan ini adalah BMI, variabel terikat dalam
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan penelitian ini adalah q angle dalam posisi
di Fakultas Kedokteran Universitas berdiri dan q angle dalam posisi duduk,
Diponegoro Semarang dengan dan variabel perancu dalam penelitian ini
pengumpulan data dilakukan selama adalah jenis kelamin.
periode April– Juni 2018. Kriteria inklusi Pengambilan data dilakukan
penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas dengan mengukur BB menggunakan
Kedokteran Universitas Diponegoro timbangan digital dan TB menggunakan

224 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

stadiometer pada masing-masing subjek. menggunakan goniometer digital standar


Pengukuran BB dilakukan sebanyak 3 kali dengan ketelitian 0,001°.
dihitung rata-rata sebagai data yang akan Berdasarkan uji normalitas dara
dipakai untuk penghitungan BMI. numerik dengan uji Kolmogorov-Smirnov
Pengambilan data q angle didapatkan hasil data BMI dan q angle
dilakukan menggunakan goniometer digital tidak berdistribusi normal sehingga uji
standar yang dilakukan dalam posisi duduk korelasi antara BMI dengan q angle posisi
dan berdiri. Batas-batas os. patellae berdiri dan duduk adalah uji Spearman.
ditandai terlebih dahulu kemudian dicari Analisis bivariat juga dilakukan antara
titik tengah os. patellae.setelah itu ditarik variabel jenis kelamin dengan q angle
garis dari SIAS ke pusat os. patellae dan posisi duduk melebar dan menyempit dan
garis dari tuberositas tibiae ke pusat os. q angle posisi berdiri melebar dan
patellae. Sudut yang terbentuk dari dua menyempit dengan menggunakan uji chi
garis tersebut kemudian diukur square.

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik n (%) Rerata ± SB Min-Maks

Usia 19,50±1,11 18 - 22

Jenis Kelamin

Laki-laki 50%

Perempuan 50%

BMI (kg/m2) 26,1 ± 5,4 18,24 – 38,75


HASIL terendah 10,4° dan q angle tertinggi 17,9°.
Q angle posisi
Responden memiliki (˚) rata-rata
berdiriBMI Q13,64
angle±dalam
1,9 posisi 10,4
duduk± 17,9
memiliki rata-
sebesar 26,1 kg/m2 dengan BMI terendah rata 14,05° dengan q angle terendah 10,65°
Q angle posisi duduk(˚) 13,96 ± 1,88 10,65 ± 18,1
adalah 18,24 kg/m2 dan BMI tertinggi dan q angle tertinggi 18,1°.
38,75 kg/m2. Q angle dalam posisi berdiri Responden sejumlah 64 orang
memiliki rata-rata 13,6° dengan q angle dengan 32 orang berjenis kelamin laki-laki

225 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

dan 32 orang berjenis kelamin perempuan. bahwa BMI mempunyai hubungan yang
Kelompok responden dengan jenis bermakna terhadap Q angle dalam posisi
kelamin laki-laki yang memiliki Q angle duduk dengan koefisien korelasi positif
posisi berdiri normal adalah 20 orang dan sangat kuat. Korelasi positif mempunyai
Q angle dalam posisi berdiri tinggi 12 arti bahwa semakin tinggi BMI maka Q
orang. Kelompok responden dengan jenis angle dalam posisi berdiri akan semakin
kelamin laki-laki yang memiliki Q angle tinggi.
posisi duduk normal adalah 19 orang dan Uji Chi Square digunakan untuk
Q angle dalam posisi duduk tinggi 13 menganalisis hubungan antara variabel
orang.Kelompok responden dengan jenis nominal dengan variabel ordinal.Variabel
kelamin perempuan yang memiliki Q jenis kelamin terhadap Q angle dalam
angle posisi berdiri normal adalah 23 posisi berdiri mempunyai nilai p=0,424
orang dan Q angle posisi berdiri tinggi dan r=0,099.Variabel jenis kelamin
adalah 9 orang. Kelompok responden terhadap Q angle dalam posisi duduk
dengan jenis kelamin perempuan yang mempunyai nilai p=0,434 dan r=0,097. Hal
memiliki Q angle posisi duduk normal itu menunjukkan tidak terdapat hubungan
adalah 22 orang orang dan Q angle posisi bermakna antara jenis kelamin dengan q
duduk tinggi adalah 10 orang. angle dalam posisi berdiri maupun duduk
Variabel BMI terhadap Q angle (signifikan bila p<0,05).
dalam posisi berdiri mempunyai nilai
p<0,001 dan r=0,812. Hal itu menunjukkan
bahwa BMI mempunyai hubungan yang
bermakna terhadap Q angle dalam posisi
berdiri dengan koefisien korelasi positif
sangat kuat. Korelasi positif mempunyai
arti bahwa semakin tinggi BMI maka Q
angle dalam posisi berdiri akan semakin
tinggi.
Variabel BMI terhadap Q angle
dalam posisi duduk mempunyai nilai
p<0,001 dan r=0,826. Hal itu menunjukkan

226 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

Tabel 2. Hasil pengukuran Q angle

Tabel 3. Uji korelasi BMI terhadap Q angle berdiri

Tabel 4. Uji korelasi BMI terhadap Q angle duduk

Tabel 5. Uji korelasi jenis kelamin terhadap Q angle berdiri

Tabel 6. Uji korelasi jenis kelamin terhadap Q angle duduk

227 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

PEMBAHASAN menyebabkan peningkatan anterior pelvic


Hasil analisis bivariat BMI
tilt yang kemudian menyebabkan
terhadap q angle dalam posisi berdiri
penurunan sudut anteversi os. femoris.10
melalui uji korelasi spearman, didapatkan
Subjek dengan penurunan sudut
nilai p<0,01 dan r=0,812. Uji korelasi
anteversi os. femoris akan berjalan dengan
spearman antara BMI terhadap q angle
gaya intoeing gait sehingga akan
dalam posisi duduk didapatkan nilai
dikompensasi dengan peningkatan rotasi
p<0,01 dan r=0,826. Data menunjukkan
eksterna os. tibiae. Kompensasi tersebut
bahwa BMI mempunyai hubungan
juga akan dibantu oleh peningkatan gaya
bermakna terhadap q angle dalam posisi
tarik m. vastus lateralis sehingga
duduk maupun berdiri dengan korelasi
menyebabkan pergeseran resultan gaya
positif kuat untuk keduanya. Korelasi
kontraksi m. quadriceps femoris ke lateral.
positif mempunyai arti bahwa semakin
Pergeseran arah kontraksi m. quadriceps
tinggi BMI maka semakin tinggi pula q
femoris ke lateral menyebabkan penarikan
angle. Kondisi ini berbanding lurus dengan
os. patellae ke lateral. Hal ini
hipotesis awal penelitian yaitu terdapat
menyebabkan instabilitas os. patellae yang
hubungan bermakna BMI dengan Q angle
lama kelamaan dapat menyebabkan
baik dalam posisi duduk maupun berdiri.
degenerasi kartilago art. genu dan
Sesuai dengan hipotesis, hasil
menyebabkan PFPS.10,11
penelitian menunjukkan bahwa semakin
Q angle merefleksikan sudut
tinggi BMI maka semakin tinggi pula q
resultan vektor kontraksi m. quadriceps
angle. Q angle yang semakin tinggi
femoris. Shane S. (1995) melakukan
meningkatkan risiko terjadinya
penelitian dengan membandingkan
Patellofemoral Pain Syndrome. Hal ini
pengukuran q angle dengan resultan
disebabkan BMI sebanding dengan massa
vektor m. qudriceps femoris pada cadaver
trunkus dan lemak abdominal.10,11
dan didapatkan hasil resultan vektor m.
Semakin tinggi BMI maka semakin
quadriceps femoris lebih besar 3,9°
tinggi pula massa trunkus dan lemak
daripada pengukuran q angle. Hasil ini
abdominal. Hal ini menyebabkan
tergolong signifikan dan q angle dianggap
peningkatan lordosis pada vertebra lumbal
berguna secara klinis karena menggunakan
sehingga titik pusat gravitasi tubuh
patokan-patokan yang mudah ditemukan
bergeser ke anterior. Kondisi ini

228 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

pada manusia hidup (SIAS, os. patellae, lateral sehingga memberi kesan q angle
dan tuberositas tibiae).12 yang lebih rendah. Sebaliknya, pada
Berkaitan dengan cara pengukuran pengukuran q angle pada posisi duduk
q angle menggunakan goniometer standar, lebih akurat karena saat art. genu dalam
Mohammed Faisal (2015) melakukan posisi fleksi, os. patellae terletak dalam
penelitian yang membandingkan sulcus trochealis sehingga tidak
14
pengukuran q angle secara gonimetrik dan terdislokasi.
radiografi. Empat puluh lima subjek Hasil analisis bivariat jenis kelamin
penelitian dengan rerata usia 32,5 tahun terhadap q angle dalam posisi berdiri
melakukan pengukuran q angle dengan melalui uji korelasi chi square, didapatkan
menggunakan goniometer standar dan nilai p=0,424 dan r=0,099. Uji korelasi chi
kemudian menggunakan foto x polos. square antara jenis kelamin terhadap q
Perbedaan yang didapatkan pada kedua angle dalam posisi duduk didapatkan nilai
metode pengukuran adalah 0,1° yang p=0,434 dan r=0,097. Data menunjukkan
menandakan bahwa goniometer dapat bahwa tidak terdapat hubungan bermakna
digunakan untuk mengukur q angle secara antara jenis kelamin terhadap q angle
akurat seperti pengukuran q angle dengan dalam posisi berdiri maupun duduk.
13
teknik radiografi. Kondisi ini berbanding terbalik dengan
Uji korelasi Spearman antara BMI hipotesis awal penelitian yaitu terdapat
terhadap q angle dalam posisi duduk hubungan bermakna antara jenis kelamin
memiliki nilai r lebih mendekat angka 1 dengan q angle. Kondisi ini menunjukkan
daripada uji korelasi spearman antara BMI bahwa hipotesis awal penelitian ditolak.
terhadap q angle dalam posisi berdiri. Bhuva SJ (2015) menyatakan
Semakin besar nilai r (mendekati angka 1), bahwa perbedaan q angle antara
maka semakin erat hubungan kedua perempuan dan laki-laki disebabkan
variabel. Hal ini berarti hubungan antara perbedaan antropometri os. Pelvis. Salah
BMI dengan q angle dalam posisi duduk satu antropometri yang berpengaruh adalah
lebih erat daripada hubungan antara BMI lebar os. Pelvis. Hal ini berlawanan dengan
dengan q angle dalam posisi berdiri. RP Gresalmer (2015) yang menyatakan
Hal ini disebabkan pada posisi bahwa walaupun perempuan memang
berdiri os. patellae akan terdislokasi ke memiliki struktur os. Pelvis lebih lebar dari

229 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

laki-laki, letak SIAS pada perempuan tidak perempuan. Hal ini terbukti dimana
lebih lateral daripada laki-laki. Dengan Perempuan dan laki-laki dengan tinggi
kata lain, perempuan dan laki-laki yang sama memiliki q angle yang
memiliki distancia interspinosum yang cenderung sama pula.15 Penelitian ini tidak
kurang lebih sama. R. P. Gresalmer (2015) mengikutsertakan variabel tinggi badan
memberi contoh dimana apabila yang memungkinkan terdapat perbedaan q
perempuan memiliki SIAS lebih lateral angle antara laki-laki dan perempuan.
daripada laki-laki, maka tarikan m.
Quadriceps femoris pun akan semakin SIMPULAN DAN SARAN
lateral dan perempuan akan memiliki Simpulan
kejadian instabilitas patella setelah operasi Pada penelitian ini didapatkan
knee replacement yang lebih tinggi hubungan yang bermakna antara BMI
daripada laki-laki, dimana hal ini tidaklah dengan q angle pada posisi duduk maupun
benar.13,15 q angle pada posisi berdiri. Pada penelitian
R. P. Grelsamer (2005) juga ini tidak didapatkan hubungan yang
menjelaskan bahwa jarak yang jauh antara bermakna antara BMI dan jenis kelamin
pelvis dan os. patellae, relatif terhadap dengan q angle pada posisi duduk maupun
jarak os. patellae ke tuberositas tibiae, q angle pada posisi berdiri.
sehingga dibutuhkan perubahan SIAS yang Saran
besar supaya dapat berefek pada q angle. Pada penelitian ini didapatkan
Analisis trigonometri membuktikan bahwa hubungan antara BMI dengan Q Angle
pergeseran SIAS 2 cm ke lateral hanya sehingga perlu adanya edukasi kembali
akan memperlebar q angle sebanyak 2° kepada masyarakat akan pentingnya
pada subjek setinggi 168 cm. Perbedaan menjaga gaya hidup agar terhindar dari
SIAS 2 cm adalah perbedaan yang besar faktor risiko obesitas atau overweight dan
antara perempuan dan laki-laki dan jarang edukasi kepada masyarakat dengan BMI ≥
ditemukan.15 25 kg/m2 untuk memperhatikan pola
Sedikit perbedaan q angle antara makan dan gaya hidup agar memiliki BMI
perempuan dengan laki-laki dapat normal. Perlu juga diadakan penelitian
dijelaskan dengan fakta bahwa laki-laki lebih lanjut mengenai hubungan antara
cenderung lebih tinggi daripada BMI dengan Q Angle dengan

230 JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

memperhitungkan variabel BMI, posisi Leg-Heel Alignment, Tibial Torsion


pengukuran q angle, jenis kelamin, dan and Q Angle Amongst Normal,
tinggi badan. Overweight and Obese Individuals. Int
J of Physiother Res.2016.
DAFTAR PUSTAKA 8. Almeida GPL, França FJR,
1. Misnadierly. Obesitas Sebagai Magalhães MO, Burke TN, Marques
Faktor Risiko Berbagai AP. Q-angle in Patellofemoral Pain:
Penyakit.Jakarta : Pustaka Obor Relationship with Dynamic Knee
Populer;2007. Valgus, Hip Abductor Torque, Pain
2. Putri SR, Isti D. Obesitas sebagai and Function. Rev Bras Ortop
Faktor Resiko Peningkatan Kadar (English Ed).2016.
Trigliserida. Majority[Internet]. 9. Waryasz GR, McDermott AY.
2015.78-79. Patellofemoral pain syndrome (PFPS):
3. WHO. Global Status Report on A Systematic Review of Anatomy and
Noncommunicable Diseases. 2014. Potential Risk Factors. Dyn Med.
4. Laporan Nasional Riset Kesehatan 2008;7(1):1–14.
Dasar (Riskesdas) Tahun 2007. 10. Larson M. Evaluation of risk
Balitbangkes. 2007;54–5. factors associated with Patellofemoral
5. Kementrian Kesehatan Republik Pain Syndrome. ProQuest Diss
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar Theses.2014.
Tahun 2013. Departemen Kesehatan 11. Alfianto E. Besaran dan Vektor.
Republik Indonesia.2013. Research Gate.2016.
6. Ranggadwipa. Hubungan Aktivitas 12. Trepczynski A, Kutzner I,
Fisik dan Asupan Energi Terhadap Kornaropoulos E, Taylor WR, Duda
Massa Lemak Tubuh dan Lingkar GN, Bergmann G, et al.
Pinggang pada Mahasiswa Fakultas Patellofemoral Joint Contact Forces
Kedokteran Universitas Diponegoro. During Activities with High Knee
Semarang : Universitas Diponegoro. Flexion. J Orthop Res.
2014. 2012;30(3):408–15.
7. Heggannavar A, Battula L, 13. Jaiyesimi AO, Jegede OO.
Metgud S. A Correlation Between Influence of Gender and Leg

JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232

231
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL

Dominance on Q-angle Among Young 2012;46(6):416–9.


Adult Nigerians. Ibadan: AJPARS; 15. Grelsamer RP, Dubey A WC.
2009; 1: 18-23. Men and Women Have Similar Q
14. Kaya D, Doral MN. Is there any Angles: A Clinical and Trigonometric
relationship between Q-angle and Evaluation.NCBI.2005.
lower extremity malalignment?.

JKD : Vol. 8, No. 1, Januari 2019 : 222-232


232

Anda mungkin juga menyukai