Jurnal Q Angle Dan Imt PDF
Jurnal Q Angle Dan Imt PDF
ABSTRAK
Latar Belakang: Mahasiswa Fakultas Kedokteran diduga mempunyai faktor risiko obesitas
atau overweight. Body Mass index adalah salah satu tolak ukur massa tubuh, dimana BMI
yang tinggi dapat meningkatkan beban sendi penopang tubuh. Beban art. genu yang
meningkat dapat menyebabkan instabilitas os. Patellae yang bermanifestasi pada peningkatan
q angle. Tujuan: Mengetahui korelasi antara Body Mass Index terhadap Q Angle. Metode:
Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel
sebanyak 64 mahasiswa usia 18-22 tahun Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling. Pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk menghitung BMI.
Dilakukan pengukuran q angle sampel dalam posisi duduk dan berdiri menggunakan
goniometer standar. Uji statistik menggunakan, uji Spearman dan uji Chi Square (signifikan
bila p<0,05). Hasil: Hubungan antara BMI dengan Q angle dalam posisi berdiri adalah
p<0,001 dan r=0,812 dan posisi duduk adalah p<0,001dan r=0,826. Hubungan antara jenis
kelamin dengan Q angle dalam posisi berdiri adalah p=0,424 dan r=0,099 dan posisi duduk
adalah p=0,434dan r=0,097. Kesimpulan: BMI berkorelasi signifikan positif sangat kuat
terhadap Q angle. Jenis kelamin tidak berhubungan dengan q angle.
Kata Kunci: Body Mass Index, Q Angle posisi berdiri, Q angle posisi duduk.
ABSTRACT
Background: Medical students are suspected to have obesity or overweight risk factor. The
body mass index is one of the body mass measurements, where a high BMI can increase the
load of joints that support the body. The increasing load of art. Genu can cause patellar
instability that manifests as increased q angle. Objective: To know the correlation between
BMI to Q Angle. Method: This was an observational analytic study with cross sectional
design. The sample was 64 students aged 18-22 years old from Faculty of Medicine,
Diponegoro University, Who met the exclusion and inclusion criteria. Sampling was done by
purposive sampling method. BMI for every students was calculated by using weight and
height. Q angle was obtained by measuring q angle in standing and sitting position using
standar goniometer. The data was analyzed using Spearman test and Chi Square test
(significant if p<0,05). Statistical analysis were conducted by computer program. Result:
Correlation between BMI to Q angle in standing position is p<0.001 and r=0.812 and in
sitting position is p<0.001 and r=0.826. Relationship between gender on Q angle in standing
position is p=0,424 and r=0,099 and in sitting position is p=0,434 and r=0,09. Conclusion:
BMI positively correlated to Q angle and was statistically significant. Gender is not
correlated to Q angle.
Keywords: Body Mass Index, Q Angle in standing position, Q angle in sitting position.
adalah istilah yang digunakan untuk berusia 18-22 tahun dengan BMI dalam
abnormalitas patologi atau anatomi yang rentang 18-39,9 kg/m2 dan bersedia
menyebabkan rasa sakit pada bagian menjadi responden penelitian dengan
anterior art. patellofemoral. Q angle yang menandatangani informed consent. Kriteria
lebih besar diyakini dapat mengubah lokasi eksklusi penelitian ini adalah subjek
kontak dan tekanan pada art. dengan Intensitas olahraga ≥ 5 kali per
patellofemoral, mengakibatkan area pada minggu dengan total waktu ≥ 7 jam per
lutut mengalami tekanan berlebihan yang minggu, mempunyai gangguan anatomis
lama kelamaan menyebabkan degenerasi ekstremitas inferior, mempunyai gangguan
kartilago art. genu dan tidak dapat mobilitas tubuh, dan mempunyai kelainan
ditangani secara fisiologis.9 kongenital.
Risiko kejadian obesitas pada Subjek penelitian diambil dengan
masyarakat Indonesia dan kalangan metode purposive sampling berdasarkan
mahasiswa Fakultas kedokteran subjek yang menjadi mahasiswa tahun
Universitas Diponegoro sangat tinggi. Fakultas Kedokteran Universitas
Obesitas dapat menyebabkan PFPS. Hal Diponegoro dengan sampel minimal
tersebut menyebabkan penulis ingin sebesar 29 dengan mempertimbangkan
mengamati korelasi antara BMI dengan q proporsi drop out sebesar 10%. Diambil 2
angle pada Mahasiswa Fakultas kelompok yaitu kelompok dengan BMI
Kedokteran Universitas Diponegoro. normal (BMI 18,5-24,9 kg/m2 ) dan
kelompok dengan BMI tinggi (BMI 25-
METODE 39,9 kg/m2).
Bentuk penelitian ini adalah Variabel bebas dalam penelitian
observasional analitik dengan pendekatan ini adalah BMI, variabel terikat dalam
cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan penelitian ini adalah q angle dalam posisi
di Fakultas Kedokteran Universitas berdiri dan q angle dalam posisi duduk,
Diponegoro Semarang dengan dan variabel perancu dalam penelitian ini
pengumpulan data dilakukan selama adalah jenis kelamin.
periode April– Juni 2018. Kriteria inklusi Pengambilan data dilakukan
penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas dengan mengukur BB menggunakan
Kedokteran Universitas Diponegoro timbangan digital dan TB menggunakan
Usia 19,50±1,11 18 - 22
Jenis Kelamin
Laki-laki 50%
Perempuan 50%
dan 32 orang berjenis kelamin perempuan. bahwa BMI mempunyai hubungan yang
Kelompok responden dengan jenis bermakna terhadap Q angle dalam posisi
kelamin laki-laki yang memiliki Q angle duduk dengan koefisien korelasi positif
posisi berdiri normal adalah 20 orang dan sangat kuat. Korelasi positif mempunyai
Q angle dalam posisi berdiri tinggi 12 arti bahwa semakin tinggi BMI maka Q
orang. Kelompok responden dengan jenis angle dalam posisi berdiri akan semakin
kelamin laki-laki yang memiliki Q angle tinggi.
posisi duduk normal adalah 19 orang dan Uji Chi Square digunakan untuk
Q angle dalam posisi duduk tinggi 13 menganalisis hubungan antara variabel
orang.Kelompok responden dengan jenis nominal dengan variabel ordinal.Variabel
kelamin perempuan yang memiliki Q jenis kelamin terhadap Q angle dalam
angle posisi berdiri normal adalah 23 posisi berdiri mempunyai nilai p=0,424
orang dan Q angle posisi berdiri tinggi dan r=0,099.Variabel jenis kelamin
adalah 9 orang. Kelompok responden terhadap Q angle dalam posisi duduk
dengan jenis kelamin perempuan yang mempunyai nilai p=0,434 dan r=0,097. Hal
memiliki Q angle posisi duduk normal itu menunjukkan tidak terdapat hubungan
adalah 22 orang orang dan Q angle posisi bermakna antara jenis kelamin dengan q
duduk tinggi adalah 10 orang. angle dalam posisi berdiri maupun duduk
Variabel BMI terhadap Q angle (signifikan bila p<0,05).
dalam posisi berdiri mempunyai nilai
p<0,001 dan r=0,812. Hal itu menunjukkan
bahwa BMI mempunyai hubungan yang
bermakna terhadap Q angle dalam posisi
berdiri dengan koefisien korelasi positif
sangat kuat. Korelasi positif mempunyai
arti bahwa semakin tinggi BMI maka Q
angle dalam posisi berdiri akan semakin
tinggi.
Variabel BMI terhadap Q angle
dalam posisi duduk mempunyai nilai
p<0,001 dan r=0,826. Hal itu menunjukkan
pada manusia hidup (SIAS, os. patellae, lateral sehingga memberi kesan q angle
dan tuberositas tibiae).12 yang lebih rendah. Sebaliknya, pada
Berkaitan dengan cara pengukuran pengukuran q angle pada posisi duduk
q angle menggunakan goniometer standar, lebih akurat karena saat art. genu dalam
Mohammed Faisal (2015) melakukan posisi fleksi, os. patellae terletak dalam
penelitian yang membandingkan sulcus trochealis sehingga tidak
14
pengukuran q angle secara gonimetrik dan terdislokasi.
radiografi. Empat puluh lima subjek Hasil analisis bivariat jenis kelamin
penelitian dengan rerata usia 32,5 tahun terhadap q angle dalam posisi berdiri
melakukan pengukuran q angle dengan melalui uji korelasi chi square, didapatkan
menggunakan goniometer standar dan nilai p=0,424 dan r=0,099. Uji korelasi chi
kemudian menggunakan foto x polos. square antara jenis kelamin terhadap q
Perbedaan yang didapatkan pada kedua angle dalam posisi duduk didapatkan nilai
metode pengukuran adalah 0,1° yang p=0,434 dan r=0,097. Data menunjukkan
menandakan bahwa goniometer dapat bahwa tidak terdapat hubungan bermakna
digunakan untuk mengukur q angle secara antara jenis kelamin terhadap q angle
akurat seperti pengukuran q angle dengan dalam posisi berdiri maupun duduk.
13
teknik radiografi. Kondisi ini berbanding terbalik dengan
Uji korelasi Spearman antara BMI hipotesis awal penelitian yaitu terdapat
terhadap q angle dalam posisi duduk hubungan bermakna antara jenis kelamin
memiliki nilai r lebih mendekat angka 1 dengan q angle. Kondisi ini menunjukkan
daripada uji korelasi spearman antara BMI bahwa hipotesis awal penelitian ditolak.
terhadap q angle dalam posisi berdiri. Bhuva SJ (2015) menyatakan
Semakin besar nilai r (mendekati angka 1), bahwa perbedaan q angle antara
maka semakin erat hubungan kedua perempuan dan laki-laki disebabkan
variabel. Hal ini berarti hubungan antara perbedaan antropometri os. Pelvis. Salah
BMI dengan q angle dalam posisi duduk satu antropometri yang berpengaruh adalah
lebih erat daripada hubungan antara BMI lebar os. Pelvis. Hal ini berlawanan dengan
dengan q angle dalam posisi berdiri. RP Gresalmer (2015) yang menyatakan
Hal ini disebabkan pada posisi bahwa walaupun perempuan memang
berdiri os. patellae akan terdislokasi ke memiliki struktur os. Pelvis lebih lebar dari
laki-laki, letak SIAS pada perempuan tidak perempuan. Hal ini terbukti dimana
lebih lateral daripada laki-laki. Dengan Perempuan dan laki-laki dengan tinggi
kata lain, perempuan dan laki-laki yang sama memiliki q angle yang
memiliki distancia interspinosum yang cenderung sama pula.15 Penelitian ini tidak
kurang lebih sama. R. P. Gresalmer (2015) mengikutsertakan variabel tinggi badan
memberi contoh dimana apabila yang memungkinkan terdapat perbedaan q
perempuan memiliki SIAS lebih lateral angle antara laki-laki dan perempuan.
daripada laki-laki, maka tarikan m.
Quadriceps femoris pun akan semakin SIMPULAN DAN SARAN
lateral dan perempuan akan memiliki Simpulan
kejadian instabilitas patella setelah operasi Pada penelitian ini didapatkan
knee replacement yang lebih tinggi hubungan yang bermakna antara BMI
daripada laki-laki, dimana hal ini tidaklah dengan q angle pada posisi duduk maupun
benar.13,15 q angle pada posisi berdiri. Pada penelitian
R. P. Grelsamer (2005) juga ini tidak didapatkan hubungan yang
menjelaskan bahwa jarak yang jauh antara bermakna antara BMI dan jenis kelamin
pelvis dan os. patellae, relatif terhadap dengan q angle pada posisi duduk maupun
jarak os. patellae ke tuberositas tibiae, q angle pada posisi berdiri.
sehingga dibutuhkan perubahan SIAS yang Saran
besar supaya dapat berefek pada q angle. Pada penelitian ini didapatkan
Analisis trigonometri membuktikan bahwa hubungan antara BMI dengan Q Angle
pergeseran SIAS 2 cm ke lateral hanya sehingga perlu adanya edukasi kembali
akan memperlebar q angle sebanyak 2° kepada masyarakat akan pentingnya
pada subjek setinggi 168 cm. Perbedaan menjaga gaya hidup agar terhindar dari
SIAS 2 cm adalah perbedaan yang besar faktor risiko obesitas atau overweight dan
antara perempuan dan laki-laki dan jarang edukasi kepada masyarakat dengan BMI ≥
ditemukan.15 25 kg/m2 untuk memperhatikan pola
Sedikit perbedaan q angle antara makan dan gaya hidup agar memiliki BMI
perempuan dengan laki-laki dapat normal. Perlu juga diadakan penelitian
dijelaskan dengan fakta bahwa laki-laki lebih lanjut mengenai hubungan antara
cenderung lebih tinggi daripada BMI dengan Q Angle dengan
231
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 8, Nomor 1, Januari 2019
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Helen Malinda Kurniawan, Amin Husni, Edward KSL