KESEHATAN
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1 (SATU)
1. ATHIKA HANDAYANI
2. FARAH NAURAH ISMAIL
3. HENNI HUTAURUK
4. WANTI HARTININGSIH
Situasi saat ini berdasarkan Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2019,
di gedung ICE BSD, Serpong, pada Rabu (13/2/2019) angka kematian ibu berkisar 305
per 100.000 menurut Survei Angka Sensus(Supas) tahun 2015. Dari 14.640 total kematian
ibu yang dilaporkan hanya 4.999, berarti ada 9.641 yang tidak dilaporkan ke pusat. Dari
data tersebut, ada 83.447 kematian ibu di desa maupun kelurahan, sementara di Puskesmas
ada 9.825 kematian ibu, dan 2.868 kematian ibu di rumah sakit. Lebih jauh di paparkan,
dari laporan yang diterima pusat bisa dijabarkan tempat kematian ibu yang terjadi, adalah
di rumah sakit 77%, di rumah 15,6%, di perjalanan ke fasilitas pelayanan kesehatan 4,1%,
di fasilitas kesehatan lainnya 2,5% dan kematian ibu di tempat lainnya sebanyak 0,8%.
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Hal tersebut menilik
capaian penurunan AKI di beberapa negara Asean. AKI di negara-negara Asean sudah
menempati posisi 40-60 per 100 ribu kelahiran hidup. Sedangkan di Indonesia berdasarkan
Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 masih menempati posisi 305 per 100 ribu
kelahiran hidup. Hal ini berbeda jauh dengan Singapura yang berada 2-3 AKI per 100 ribu
kelahiran.
Penyebab kematian ibu sebagai berikut : akibat gangguan hipertensi sebanyak
33,07%, perdarahan obstetrik 27.03%, komplikasi non obstetric 15.7%, komplikasi
obstetric lainnya 12.04% infeksi pada kehamilan 6.06% dan penyebab lainnya 4.81%.
Sementara penyebab kematian neonatal tertinggi disebabkan oleh komplikasi kejadian
intraparum tercatat 283%, akibat gangguan respiratori dan kardiovaskular 21.3%, BBLR
dan premature 19%, kelhiran kongenital 14, 8%, akibat tetanus neonatorum 1,2%, infeksi
7.3% dan akibat lainnya 8.2%.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih menjadi masalah meski mengalami penurunan, nampaknya
AKI masih menjadi salah satu fokus utama pemerintah dalam mewujudkan
masyarakat Indonesia sehat.
Dari upaya ini outcomenya adalah derajat kesehatan yang optimal, pelindungan
finansial dan equity in financing serta pelayanan kesehatan yang responsive. Sementara itu,
strategi intervensi yang diterapkan melalui peningkatan akses pelayanan kesehatan
semesta, peningkatan kualitas pelayanan pemberdayaan masyarakat dan penguatan
tatakelola, yang diikuti oleh peningkatan kualitas pelayanan melalui AMP, dan juga sistem
informasi yang tersedia saat ini, seperti STBM smart, digitalisasi KIA dan e-PPGBM.
Tentu saja, semua ini harus didukung peran dinas kesehatan provinsi, kabupaten, dan juga
kota.
Peran-peran itu, seperti pembuatan regulasi dan desiminasi NSPK, perencanaan
penempatan dan distribusi SDM kesehatan, penguatan sistem jaringan rujukan, serta
penggerakan masyarakat dalam upaya penyelamatan ibu dan bayi baru lahir. Dengan
harapan, untuk di fasilitas pelayanan kesehatan, harus ada penjaminan ketersediaan SDM,
sarana, obat, alkes, dan vaksin. Memastikan pelayanan Ponek dan Poned, akreditasi dan
quality improvement yang berkesinambungan.
https://cimsa.or.id/assets/grocery_crud/texteditor/ckeditor4/kcfinder/upload/files/Policy%2
0Statement%20CIMSA%20Indonesia%202019%20-%20Maternal%20Health.pdf [01
Januari 2020]
http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021517-di-rakesnas-2019_-
dirjen-kesmas-paparkan-strategi-penurunan-aki-dan-neonatal [01 Januari 2020]