Anda di halaman 1dari 2

Peradangan Peritoneum Parietal

Nyeri peradangan peritoneum parietal bersifat menetap dan tumpul serta terletak tepat di atas daerah
yang meradang, dengan lokasi yang tepat dapat ditentukan karena nyeri ini disalurkan oleh saraf somatik
yang mempersarafi peritoneum parietal. Intensitas nyeri bergantung pada jenis dan jumlah materi yang
memajan permukaan peritoneum dalam suatu periode waktu. Sebagai contoh, pelepasan mendadak
sejumlah kecil getah lambung yang asam dan steril ke dalam rongga peritoneum menimbulkan nyeri
yang jauh lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh feses er pH netral dan jelas ter- kontaminasi dalam
jumlah ya na. Getah pankreas yang banyak mengandung enzim aktiiemicu nyeri dan peradang- an yang
lebih hebat daripada empedu steril, yang tidak me- ngandung enzim poten, dalam jumlah yang sama.
Darah dan urin sering kali begitu ringan sehingga tidak terdeteksi jika kontak dengan peritoneum tidak
mendadak dan masif. Pada *kasus kontaminasi bakteri, seperti pada penyakit radang panggul (pelvic
inflammatory disease), nyeri sering berintensitas rendah di awal penyakit hingga perkembangbiakan
bakteri menyebabkan perluasan materi iritan.

Kecepatan materi iritan mengenai peritoneum juga penting. Perforasi tukak peptik dengan mungkin
menimbulkan gambaran klinis yang secara keseluruhan berbeda vare bergantung hanya pada kecepatan
getah lambung masuk ke rongga peritoneum.

Nyeri pada peradangan peritoneum hampir selalu bertambah kuat dengan tekanan atau perubain
tegangan peritoneum, baik yang ditimbulkan oleh palpasi ataupun gerakan, seperti batuk atau bersin.
Pasien dengan peritendis berbaring dengan tenang di tempat tidur, cenderung menghindari gerakan,
berbeda dari pasien dengan kolik, yang bisa terus-menerus menggeliat.

Gambaran khas lain iritasi peritoneum adalah spasme refleks tonik otot abdomen, yang terbatas pada
segmen tuour yang terlibat. Intensitas spasme otot tonik yang menyertal pe radangan peritoneum
bergantung pada lokasi proses radangan, kecepatan perkembangannya, dan integritas sistem saraf.
Spasme di atas perforasi apendiks retrosekum atau perforasi ulkus ke dalam kantong peritoneum minor
mungkin minimal atau tidak ada karena efek protektif visera di atasnya. Proses yang berlangsung
perlahan sering kali sangat me- ngurangi derajat spasme otot. Pada pasien lanjut usia yang lemah,
sensibilitasnya tumpul, sakit berat, atau pada pasien psikotik, kedaruratan abdomen yang mengancam
nyawa seperti perforasi ulkus mungkin menimbulkan nyeri atau spasme otot minimal atau yang tidak
terdeteksi.

Obstruksi Organ Berongga

Nyeri pada obstruksi organ abdomen berongga secara klasit diuraikan sebagai nyeri yang intermiten atau
kolik. Namun tidak adanya karakter kram sejati jangan sampai menyesatkan karena peregangan organ
berongga dapat menyebabkan nyeri menetap dengan hanya eksaserbasi yang sangat jarang. Lokasinya
tidak begitu terlokalisasi baik seperti nyeri akibat peradangan peritoneum parietal.

Nyeri kolik pada obstruksi usus halus biasanya pe- riumbilikus atau supraumbilikus dan tidak terlokalisasi
jelas. Seiring dengan semakin teregangnya us karena hilangnya
tonus otot, sifat kolik nyeri bisa berkurang. Ditambah dengan obstruksi strangulasi, nyeri bisa menyebar
ke daerah lumbal bawah jika terjadi tarikan pangkal mesenterium. Nyeri kolik pada obstruksi kolon
memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan pada usus halus dan sering terletak di daerah
infraumbilikus. Penyebaran nyeri ke lumbal sering terjadi pada obstruksi kolon.

Peregangan mendadak salveen empedu menimbulkan nyeri yang lebih menetap daripa sik; karena itu,
istilah kolik empedu menyesatkan. Pereg akut kandung empedu biasanya menyebabkan nyeri di kuadran
kanan atas disertai penyebaran ke daerah posterior kanan toraks atau ujung skapula kanan, dan
peregangan duktus koledokus sering menyebabkan nyeri di epigastrium yang menyebar ke daerah
lumbal atas. Namun sering terjadi variasi yang cukup besar sehingga pembedaan antara berbagai nyeri
ini mungkin mustahil dilakukan. Nyeri subskapula tipikal atau penyebaran ke lumbal sering kali tidak ada.
Pelebaran bertahap saluran empedu, misalnya pada karsinoma kaput pankreas, mungkin tidak
menimbulkan nyeri atau have menyebabkan sensasi tumpul (aching) ringan di epigas atau kuadran kanan
atas. Nyeri pada peregangar pankreatikus serupa dengan yang digambarkan pada peregnganduktus
koledokus, tetapi, selain itu, sering sekali ciperparah oleh keadaan berbaring dan mereda dalam posisi
tegak.

Refrensi : fauci S. Anthony. Harisson Gastroenterologi & Hepatologi. IKAPI. 2018. halaman 2-3

Anda mungkin juga menyukai