Anda di halaman 1dari 2

Pengertian Larutan Penyangga

Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah selama reaksi kimia
berlangsung. Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit
dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat.
Larutan penyangga tersusun dari asam lemah dengan basa konjugatnya atau oleh basa
lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi di antara kedua komponen penyusun ini disebut
sebagai reaksi asam-basa konjugasi.
Larutan penyangga atau larutan buffer atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat
mempertahankan nilai pH tertentu. Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan
penyangga ini seperti pH larutan penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit
asam kuat. Disamping itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi
suatu asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam
konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu
mempunyai sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya (Alexander ,2011).
Larutan buffer sering digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan
fase gerak pada KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling
sederhana tersusun atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat.
Sistem buffer yang umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung yang
digunakan untuk membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium hidroksida pada
asam asetat sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH yang paling efektif untuk
membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai pKa asam atau basa lemah yang digunakan
untuk membuat buffer. Sebagai contoh, nilai pKa asam asetat adalah 4,76 karenanya kisaran
pH buffer yang paling efektif adalah 3,76 hingga 5,76 (Rohman, 2007).
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan
kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan
buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus
diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang
mempunyai impak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, substrat, atau kofaktor (Riyadi,
2008). Keberadaan katalis buffer juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap laju pengerasan,
reaksi degradasi dan derajat pembentukan perekat MUF (Iswanto, 2011). Buffer juga dapat
digunakan dalam melihat rentang asam/basa, melalui diagram potensial-pH tidak dapat
mencakup seluruh daerah pH, karena terbatasi oleh trayek rentang pH sistem buffer.
Walaupun demikian, rentang pH 3,22-9,03 adalah salah satu daerah pH penting dalam kajian
korosi baja karbon, karena daerah itu meliput sebagian besar daerah peralihan korosi aktif ke
keadaan pasif (Bundjali, 2004).
Asam asetat dengan konsentrasi yang relatif tinggi memiliki kapasitas buffer yang
lebih besar, yang artinya bahwa dengan semakin banyak tersedianya ion asetat, akan
mendorong ion H+ untuk berikatan dengan ion asetat sehingga penurunan pH akibat ion H+
tidak terjadi. Dengan kapasitas buffer yang besar, pada kondisi larutan yang lewat jenuh,
partikel-partikel produk korosi dapat terbentuk lebih seragam. Partikel-partikel tersebut
mampu membentuk lapisan pelindung yang lebih rapat sehingga meminimalisi serangan spesi
korosif terhadap permukaan logam. Sebaliknya, pada kapasitas buffer yang rendah,
perbedaan pH antara sisi anodik dan katodik cukup tinggi. Tingginya perbedaan pH tersebut
menyebabkan perbedaan potensial antara sisi anodik dan katodik semakin tinggi sehingga
proses korosi berlangsung semakin cepat. Jadi, peningkatan konsentrasi asam yang melebihi
batas maksimum justru menghasilkan lapisan produk korosi yang lebih protektif karena laju
pertumbuhan dari lapisan pelindung yang terbentuk pada sistem dengan kapasitas
buffer tinggi lebih terkontrol dibandingkan di dalam sistem dengan kapasitas buffer yang
rendah (Santoso, 2011).
1. Larutan penyangga yang bersifat asam
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan
basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam
lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah
berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari
asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti
natrium (Na), kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Contoh yang biasa merupakan
campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam larutan.
2. Larutan penyangga yang bersifat basa
Larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk
mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya
berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa
lemah dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan
berlebih. Seringkali yang digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia
dan larutan amonium klorida.

Anda mungkin juga menyukai