Anda di halaman 1dari 7

PENGERTIAN AGAMA ISLAM

Ada dua sisi yang dapat kita gunakan untuk memahami pengertian agama Islam, yaitu sisi
kebahasaan dan sisi perisilahan. Kedua sisi pengertian tentang Islam ini dapat dijelaskan sebagai
berikut.

Dari segi kebahasaan Islam berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata salima yang mengandung arti
selamat, sentosa, dan damai. Dari kata salima selanjutnya di ubah menjadi bentuk aslama yang berarti
berserah diri masuk ke dalam kedamaian.

Senada dengan pendapat di atas, sumber lain mengatakan bahwa Islam berasal dari bahasa Arab,
terambil dari kata salima yang berarti selamat sentosa. Dari asal kata itu di bentuk kata aslama yang
artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh,
dan taat. Kata aslama itulah yang menjadi kata Islam yang mengandung arti segala yang terkandung
dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu, orang yang berserah diri, patuh, dan taat di sebut sebagai orang
Muslim. Orang yang demikian berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh
kepada Alloh Swt. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin di dunia dan akherat.

Dan dari pengertian kebahasaan ini, kita islam dekat dengan arti kata agama yang berarti
menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, dan kebiasaan. Senada dengan itu Nurcholis
Madjid berpendapat bahwa sikap pasrah kepada tuhan merupakan hakikat dari pengertian islam. Sikap
ini tidak saja merupakan ajaran Tuhan kepada hamba-Nya, tetapi ia di ajarkan oleh-Nya dengan di
sangkutkan kepada alam manusia itu sendiri. Dengan kata lain ia di ajarkan sebagai pemenuhan alam
manusia, sehingga pertumbuhan perwujudanya pada manusia selalu bersifat dari dalam, tidak tumbuh,
apalagi di paksakan dari luar, karena cara yang demikian menyebabkan Islam tidak otentik, karena
kehilangan dimensinya yang paling mendasar dan mendalam, yaitu kemurnian dan keikhlasan.

Dengan pendapat yang demikian itu, nurcholis madjid kelihatanya ingin mengajak pembaca untuk
memahami islam dari sisi manusia sebagai makhluk yang sejak dalam kandungannya sudah
mengatakan kepatuhan dan ketundukan kepada Tuhan, sebagaimana yang demikian itu telah
disyaratkan dalam surat Al-A’raf ayat 172.

‫ورهِم مِ ن آدَ َم بَنِي مِ ن َربُّكَ أ َ َخذَ َو ِإذ‬ ُ ‫علَى َوأَش َهدَهُم ذُ ِريَّت َ ُهم‬
ِ ‫ظ ُه‬ َ ‫ش ِهدنَا ۛ بَلَى قَالُوا ۖ ِب َر ِب ُكم أَلَستُ أَنفُ ِس ِهم‬
َ ۛ ‫ُكنَّا ِإنَّا ال ِقيَا َم ِة يَو َم تَقُولُوا أَن‬
‫عن‬ َ ‫غَافِلِينَ َهذَا‬

Pengertian Islam demikian itu, menurut Maulana Muhammad Ali dapat dapat di pahami dari
firman Alloh yang terdapat pada ayat 202 surat Al-Baqarah yang artinya, Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-
langkah saitan, sesungguhnya saitan itu musuh yang nyata bagimu. Dan juga dapat di pahami dari
ayat 61 surat Al-Anfal yang artinya: Dan jika mereka condong kepada perdamaiaan, maka
condonglah kepadanya dan bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Dialah tuhan yang maha
mendengar lagi maha mengetahui.

A. Ta’rif Al-Qur’an

1. Arti kata Qur’an dan apa yang di maksud dengan Al-Qur’an

“Qur’an” menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti
“bacaan” , asal kata qaraa. Kata Al-Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru
(dibaca). Kemudian di pakai kata Qur’an itu untuk Al-Qur’an yang di pakai sekarang ini. Adapun
definisi Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat yang di turunkan (di wahyukan)
kepada Nabi Muhammad Saw dan yang di tulis di mushaf dan di riwayatkan dengan mutawatir serta
membacanya adalah ibadah.

Dengan definisi ini, kalam Allah yang di turunkan kepada Nabi-nabi selain Nabi Muhammad Saw,
tidak di namakan Al-Qur’an seperti Taurat yang di turunkan kepada Nabi Musa as, atau Injil yang di
turunkan kepada Nabi ‘Isa as. Demikian pula kalam Allah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. yang membacanya tidak di anggap sebagai ibadah, seperti Hadits Qudsi, tidak pula di namakan
Al-Qur’an.

B. Nama-nama dan Sifat Al-Qur’an

1. Nama-nama al-quran

Allah memberi nama Kitab-Nya dengan Al-Qur’an yang berarti “bacaan”. Selain Al-Qur’an, Allah
juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, seperti :

Ø Al Kitaab atau Kitaabullah : merupakan synonim dari perkataan Al Qur’an, sebagaimana


tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 2 yang artinya : “Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya”

Ø Al Furqaan, artiya pembeda ialah yang membedakan yang benar dan yang sebagaimana
tersebut dalam surat Al Furqan ayat 1 yang artinya : “Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al
Furqan, kepada hamba-Nya.

Ø ayat 9 yang artinya : “sesungguhnya kamilah yang meurunkan “Adz-Dikir” dan


sesungguhnya kamilah penjaganya” .

Ø Hudan artinya petunjuk .terdapat dalam surat Annahl : 89 yaitu.

Terjemahnya: kami (allah) yang telah menurunkan kepada kamu (muhammad) ,jadi tibyaan bagi tiap
sesuatu, hudan, dan busyr bagi orang-orang yang berserah diri (berislam kepadanya). Surat al
furqan:89 atau 16.

Dari nama yang tiga tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah “Al-
Qur’an” . dan ada lagi beberapa nama ibagi Al-Qur’an. Ilahmam As Suyuthy dalam kitabnya Al Itqan,
menyebutkan nama-nama Al-Qur’an di antaranya Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.

2. Sifat-sifat al-qur’an

Allah telah menyatakan Al-Qur’an dengan beberapa sifat, di antaranya sebagai berikut :

× Nur (cahaya)

× Huda (petunjuk)

× Mubiin (menjelaskan atau menerangkan)

firman Allah SWT mengenai hal-hal ini,antara lain ialah:u


Terjemahnya; “sesungguhnya telah datang untukmu (umat islam) keterangan dari tuhan tuhanmu
dan telah kami menturunkan kepadamu nuur yang menerangi”. (an-niisa:174)

‫اس أَيُّ َها يَا‬


ُ َّ‫ورا إِلَي ُكم َوأَنزَ لنَا َربِ ُكم مِ ن بُرهَان َجا َء ُكم قَد الن‬
ً ُ‫ُمبِينًا ن‬

Terjemah Arti: Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu.
(Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang
(Al Quran).

× Mubarak (yang di berkati)

“Dan Alqur’an ini adalah kitab yang telah kami berkahi, membenarkan kitab-kitab yang di turunkan
sebelumnya….” (Al-An’am : 92)

‫ارك أَنزَ لنَاهُ ِكت َاب َو َهذَا‬ َ ‫علَى َوهُم ۖ ِب ِه يُؤمِ نُونَ ِباْلخِ َرةِ يُؤمِ نُونَ َوا َّلذِينَ ۚ َحولَ َها َو َمن القُ َرى أ ُ َّم َو ِلتُنذ َِر َيدَي ِه َبينَ الَّذِي ُم‬
ُ ‫صد‬
َ ‫ِق ُم َب‬ َ ‫ص ََلتِ ِهم‬
َ
ُ
َ‫يُ َحافِظون‬

Terjemah Arti: Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi;
membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada
(penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang
beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu
memelihara sembahyangnya.

× Busyra (kabar gembira)

“…yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadikan petunjuk serta berita gembira
bagi orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah : 97 ).

‫عد ًُّوا َكانَ َمن قُل‬


َ ‫علَى ن ََّزلَهُ فَإِنَّهُ ل ِِجب ِري َل‬ َّ ‫ص ِدقًا‬
َ َ‫ّللاِ ِبإِذ ِن قَل ِبك‬ َ ‫لِل ُمؤمِ نِينَ َوبُش َرى َو ُهدًى يَدَي ِه بَينَ ِل َما ُم‬

Terjemah Arti: Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman

× Al aziz (yang mulia)

“Mereka yang mengingkari az-zikr (Alquran) ketika Alquran datang kepada mereka, (mereka pasti
celaka). Alquran adalah kitab yang mulia.” (Fussilat: 41).

‫ع ِزيز لَ ِكت َاب َوإِنَّهُ ۖ َجا َءهُم لَ َّما بِالذِك ِر َكف َُروا الَّذِينَ إِ َّن‬
َ

Terjemah Arti: Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang
kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang
mulia.

× Nazir (pembawa peringatan)

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang
mengetahui, yang membawa khabar gembira dan yang membawa peringatan.” (Fusilat: 3–4).

ِ ُ‫ع َر ِبيًّا قُرآنًا آ َياتُهُ ف‬


‫صلَت ِكت َاب‬ َ ‫َيعلَ ُمونَ ِلقَوم‬

Terjemah Arti: Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum
yang mengetahui

× Majid (yang di hormati)

“Bahkan yang mereka dustakan itu adalah Alquran yang dihormati.” (Al-Buruj:21).

‫َم ِجيد قُرآن ه َُو بَل‬

Terjemah Arti: Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia,

C. Perbedaan Antara Al-Qur’an, Hadits, Hadits Qudsi, dan Hadits Nabawi

a) Al-Qur’an

ulama menyebutkan definisi Alquran yang mendekati maknanya dengan membedakan dari yang lain
dengan menyebutkan bahwa Alquran adalah kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada
Muhammad saw. yang pembacaannya merupakan ibadah, di turunkan secara mutawatir di awali
dengan Surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan Surat An-Nass. Dalam definisi kalam merupakan
kelompok jenis yang meliputi segala kalam. Dan, dengan menggabungkannya kepada Allah
(kalamullah) berarti tidak termasuk semua kalam manusia, jin, dan malaikat.

b) Hadits

Al-hadits adalah perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan, dan persetujuan dari Nabi Muhammad
SAW yang di jadikan landasan dalam syari’at islam dan menempati hukum islam yang kedua selain
Al-Qur’an.

c) Hadits Qudsi

Hadis qudsi adalah hadis yang oleh Rasulullah saw. disandarkan kepada Allah. Maksudnya,
Rasulullah saw. meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah. Maka, Rasulullah saw. menjadi
perawi kalam Allah ini dengan lafal dari Rasulullah saw. sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis
qudsi, dia meriwayatkannya dari Allah dengan disandarkan kepada Allah dengan mengatakan,
“Rasulullah saw. mengatakan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya,” atau ia
mengatakan, “Rasulullah saw. mengatakan, ‘Allah Taala telah berfirman atau berfirman Allah Taala’.

d) Hadits Nabawi

Hadis nabawi itu ada dua. Pertama, tauqifi. Yang bersifat tauqifi yaitu yang kandungannya diterima
oleh Rasulullah saw. dari wahyu. Lalu, ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya sendiri.
Bagian ini meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah, tetapi dari segi pembicaraan lebih
layak dinisbahkan kepada Rasulullah saw., sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yang
mengatakannya meskipun di dalamnya terdapat makna yang diterima dari pihak lain.

Kedua, taufiqi. Yang bersifat taufiqi yaitu yang disimpulkan oleh Rasulullah saw. menurut
pemahamannya terhadap Alquran, karena ia mempunyai tugas menjelaskan Alquran atau
menyimpulkannya dengan pertimbangan dan ijtihad. Bagian kesimpulan yang bersifat ijitihad ini
diperkuat oleh wahyu jika ia benar. Dan, bila terdapat kesalahan di dalamnya, turunlah wahyu yang
membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.

Dari sini, jelaslah bahwa hadis nabawi dengan kedua bagiannya yang tauqifi atau yang taufiqi dengan
ijtiihad yang diakui dari wahyu itu bersumber dari wahyu. Inilah makna dari firman Allah tentang
Rasul-Nya, “Dia (Muhammad) tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yang diucapkannya itu
tidak lain hanyalah wahyu yang diturunkan kepadanya.” (An-Najm: 3–4).

D. Pengertian Wahyu

Pengertian wahyu secara bahasa adalah bisikan, isyarat cepat, bisikan ke dalam hati, isyarat yang
sangat rahasia. Sedangkan menurut istilah wahyu adalah segala sesuatu yang datangnya dari Allah
yang secara langsung dihujamkan kedalam hati seorang hamba pilihan (nabi dan rasul).

Wahyu adalah petunjuk dari Allah yang di turunkan hanya kepada Nabi dan Rasul. Etimologinya
berasal dari kata kerja bahasa arab waha yang berarti memberi wangsit, mengungkap, atau memberi
inspirasi. Dalam syariat islam, wahyu adalah qalam kata atau pengetahuan dari Allah yang di
turunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Kata
“Wahyu” adalah kata benda, dan bentuk kata kerjanya adalah awha-yuhi, arti kata wahyu adalah
pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat.

Pengertian secara terminologis, pembertiahuan Allah SWT kepada hambanya yang terpilih
mengenai segala sesuatu yang ia kehendaki untuk di kemukakannya, baik berupa petunjuk atau ilmu.
Namun penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak terjadi pada manusia biasa.

E. Cara-Cara Turunnya Wahyu

berdasarkan Al-qur’an mengenai proses turunnya wahyu kepada Nabi dapat disimpulkan sebagai
berikut:

1. Wahyu disampaikan melalui mimpi Nabi Muhammad s.a.w.

2. Wahyu disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w dengan cara dibisikkan ke dalam
jiwanya. (Qs. Asy-Syura: 51-52)

3. Wahyu disampaikan dengan cara kedatangan malaikat yang menyerupai seorang laki-laki,
sebagaimana Jibril pernah datang kepada Nabi sebagai seorang laki-laki yang bernama Dihyah Ibn
Khalifah, seorang laki-laki yang tampan.
4. Wahyu datang kepada Nabi s.a.w., melalui Jibril yang memperlihatkan rupanya yang asli
dengan enam ratus sayap yang menutup langit.

5. Wahyu disampaikan oleh Allah dengan cara membicarakannya secara langsung kepada Nabi
s.a.w., di belakang hijab, baik dalam keadaan Nabi sadar atau sedang terjaga, sebagaimana di malam
Isra’, atau Nabi sedang tidur.

6. Israfil turun membawa beberapa kalimat dan wahyu sebelum Jibril datang membawa wahyu Al-
qur’an. Menurut ‘Amir Asy-Sya’by, Israfil menyampaikan kalimat dan beberapa ketetapan kepada
Nabi s.a.w., selama tiga tahun, sesudah itu, barulah Jibril datang membawa wahyu Al-qur’an.

7. Ketika Nabi Muhammad s.a.w., berada di atas langit pada malam Mi’raj, Allah s.w.t.,
menyampaikan wahyu-Nya kepada beliau tanpa perantara malaikat sebagaimana Allah pernah
berfirman secara langsung kepada Nabi s.a.w.

8. Wahyu disampaikan dengan menyerupai suara lebah.

9. Wahyu disampaikan dengan menyerupai suara gemercikan lonceng, yakni Nabi mendengar
suara lonceng sangat keras sehingga beliau tidak kuat menahan gemercingannya. Menurut riwayat-
riwayat yang shahih, Nabi s.a.w., menerima wahyu yang datang dengan suara keras menyerupai suara
lonceng. Dengan sangat berat, ke luar peluh dari dahi Nabi s.a.w., meskipun ketika itu hari sangat
dingin. Bahkan unta yang sedang ditunggangi beliau menderum ke tanah. Pernah pula Nabi menerima
wahyu dengan cara yang sama, ketika itu karena beratnya, beliau letakkan pahanya di atas paha Zaid
bin Tsabit dan Zaid pun merasakan betapa beratnya paha Nabi s.a.w. (Subhi Shahih, 1985F.

1) Pengertian Wahyu, Ilham, Wangsit, dan Mimpi yang Benar

a. Wahyu

Pengertian wahyu secara bahasa adalah bisikan, isyarat cepat, bisikan ke dalam hati, isyarat yang
sangat rahasia. Sedangkan menurut istilah wahyu adalah segala sesuatu yang datangnya dari Allah
yang secara langsung dihujamkan kedalam hati seorang hamba pilihan (nabi dan rasul).

b. Ilham

Petunjuk Tuhan yg timbul di hati , pikiran (angan-angan) yg timbul dari hati atau bisikan hati , dan
sesuatu yg menggerakkan hati untuk menciptakan atau mengarang sesuatu yang possitive .

c. Wangsit

Wangsit dalam kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan kata kunci. Berdasarkan
wangsit yang diterima oleh seseorang dari Tuhan Yang Maha Esa itulah suatu organisasi penghayat
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa tumbuh dan berkembang. Wangsit sering pula
diistilahkan dengan ilham, petunjuk, sabda, tuntunan atau dhawuh (perintah) juga wisik (bisikan) gaib
dari tuhan yang maha esa untuk manusianya yang di kehendakiNya dan di beri petunjuk.

d. Mimpi yang Benar


Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan,
atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye
movement/REM sleep).

Mimpi terbagi menjadi dua bagian :

· Mimpi Baik

Yaitu mimpi yang dirasakan oleh si pemimpi berupa sesuatu yang baik bagi dirinya, bukan berupa
kesedihan, atau hal-hal yang dirasakan menyedihkan, membuat gundah dan gelisah

· Mimpi Buruk

yaitu mimpi yang dirasakan tidak baik oleh si pemimpi, biasanya mimpi yang menyebabkan rasa
sedih, takut, khawatir berlebihan, gundah dan gelisah.

2). Perbedaan Wahyu, Ilham, Wangsit dan Mimpi yang Benar

1. wahyu datangnya melalui kehadiran malaikat sedangkan ilham melalui penghunjaman


langsung oleh allah kepada yang di kehendakinya

2. wahyu diterima oleh manusia pilihan allah yang mengemban tugas kenabian atau kerosulan
,sedang ilham dapat di terima oleh siapapun, baik pada waktu pintu kenabian belum tertutup maupun
setelahnya

3 wahyu diturunkan dengan tujuan untuk kemaslahatan seluruh umat manusia atau umat tertentu,
sedangkan ilham hanya untuk kemaslahatan yang menerimanya dan tidak di bebani kewajiban untuk
manyampaikan pada orang lain

4. wahyu tidak dapat diminta kepada Allah agar di turunkan pada waktu tertentu ,sedangkan
ilham menurut sebagian ulama dapat dim inta kepada Allah melalui cara membersihkan diri dan
memprbanyak taqorub pada Allah

5. wahyu pintunya telah tertutup, bersamaan tugas kenabian yang di emban nabi Muhammad
SAW berakhir, sedangkan ilham pintuinya masih terbuka selama masih ada manusia dan berlaku
sepanjang masa

KESIMPULAN
Dari materi yang telah Saya uraikan di atas, dapat kita pahami bahwasanya Pendidikan Agama
islam itu mencakup berbagai macam keilmuan. Baik itu Al-Qur’an it sendiri maupun tentang Islam,
dan ilmu yang lainya yang dapat kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai