Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Fetihisme adalah kelainan seksual dimana seseorang menggunakan benda


mati untuk memperoleh kepuasan seksual. 1 Kejadian perilaku parafilia sering
sering memuncak pada usia diantara 15 dan 25 tahun dan menurun secara
bertahap. Lebih 50 persen parafilia memiliki awitan sebelum usia 18 tahun
Gangguan fetis dimulai saat remaja, walaupun fetis dapat terjadi pada masa
kanak-kanak.2 Gangguan ini terbatas hampir hanya pada laki-laki saja.. Menurut
freud, fetis berfungsi sebagai simbol falus pada orang dengan rasa takut tidak
disadari akan kastrasi. Teori pembelajaran yakin bahwa objeknya berkaitan
dengan stimulasi seksual pada usia dini. Diantara kasus-kasus parafilia yang
telah diidentifikasi secara legal, fetisisme jarang ditemukan. Orang dengan
perilaku fetisisme tidak banyak ditangkap dan salah disisi hukum.2 Dari 561
kasus penyimpangan seksual, hanya 3,4% yang didiagnosis fetisisme.3

Lima jenis intervensi psikiatri digunakan untuk menerapi orang dengan


parafilia: kendali eksternal (pengurangan dorongan seksual), terapi keadaan
komorbid, terapi perilaku kognitif, dan psikoterapi dinamik. Penjara adalah
mekanisme kendali eksternal untuk kejahatan seksual yang biasanya tidak berisi
kandungan terapi. Jika korban terdapat di dalam keluarga atau lingkungan kerja,
kendali eksternal datang dengan memberitahu penyedia, teman sebaya, atau
anggota keluarga dewasa lain untuk menasehati dan menghilangkan
kesempatan bagi pelaku untuk melakukan dorongan.2

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Fetihisme adalah kelainan seksual dimana seseorang menggunakan benda
mati untuk memperoleh kepuasan seksual. 1 Pada fetisisme fokus seksual adalah
pada objek seperti sepatu, sarung tangan, celana dalam, dan stoking yang secara
intim terkait dengan tubuh manusia. Fetis tentu dikaitkan dengan seseorang
yang terlibat erat dengan pasien selama masa kanak-kanak dan memiliki
kualitas yang berkaitan dengan orang yang dicintai, dibutuhkan atau bahkan
membuat trauma2

2.2 Epidemiologi

Kejadian perilaku parafilia sering sering memuncak pada usia diantara 15


dan 25 tahun dan menurun secara bertahap. Lebih 50 persen parafilia memiliki
awitan sebelum usia 18 tahun. Gangguan fetis dimulai saat remaja, walaupun
fetis dapat terjadi pada masa kanak-kanak.2 Gangguan ini terbatas hampir hanya
pada laki-laki saja. Menurut freud, fetis berfungsi sebagai simbol falus pada
orang dengan rasa takut tidak disadari akan kastrasi. Teori pembelajaran yakin
bahwa objeknya berkaitan dengan stimulasi seksual pada usia dini. Diantara
kasus-kasus parafilia yang telah diidentifikasi secara legal, fetisisme jarang
ditemukan.2,3 Orang dengan perilaku fetisisme tidak banyak ditangkap dan
salah disisi hukum.2 Dari 561 kasus penyimpangan seksual, hanya 3,4% yang
didiagnosis fetisisme.3

2
2.3 Etiologi
a. Faktor psikososial

Didalam model psikoanalitik klasik, orang dengan parafilia gagal


menyelesaikan proses perkembangan normal dalam penyesuaian heteroseksual.
Kegagalan menyelesaikan krisis, Oedipus mengidentifikasi aggressor ayah
(untuk laki-laki) atau aggressor ibu (untuk perempuan) menimbulkan
identifikasi yang tidak sesuai dengan orang tua dengan jenis kelamin berlawan
atau pilihan objek yang tidak tepat untuk penyaluran libido. Teori psikoanalitik
klasik berpegangan bahwa transeksualisme dan fetisisme transvetik adalah
gangguan karena keduanya mengidentifikasi diri dengan orang tua berjenis
kelamin berlawanan bukannya berjenis kelamin sama. Contohnya, seorang laki-
laki yang berpakaian seperti seorang perempuan diyakini mengidentifikasi diri
dengan ibunya. Fetisisme adalah suatu upaya menghindari kecemasan dengan
menggantikan impuls libido dengan objek yang tidak sesuai. 2

b. Faktor Biologis

Secara biologis dijelaskan bahwa penyebab terjadinya pafilia sangat


berkaitan dengan hormonal. Tingginya hormon androgen dapat menyebabkan
meningkatnya fantasi dan frekuensi terhadap seks.5 Beberapa studi
mengidentifikasi temuan organik abnormal pada orang dengan parafilia.
Diantara pasien yang dirujuk ke pusat medis besar, yang memiliki temuan
organik positif mencakup 74% pasien dengan kadar hormon abnormal, 27%
dengan tanda neurologis yang ringan atau berat 24% dengan kelainan
kromosom, 9% dengan kejang, 9% dengan dileksia, 4% dengan gangguan jiwa
berat, 4% dengan elektroensefalogram (EEG) abnormal, dan 4% dengan cacat
mental. Pertanyaan yang masih tidak terjawab adalah apakah kelaianan ini
menyebabkan minat parafilik atau merupakan temuan insidental yang tidak
memiliki relevansi dengan timbulnya parafilia.2

3
2.4 Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ - III adalah: 4
 Mengandalkan pada beberapa benda mati(non-living object) sebagai
rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual dan memberikanb
kepuasan seksual. Kebanyakan benda tersebut (object fetish) adalah
ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian atau sepatu
 Diagnosis ditegakkan apabila object fetish benar-benar merupakan
sumber yang utama dari rangsangan seksual atau penting sekali untuk
respon seksual yang memuaskan.
 Fantasi fetihistik adalah lazim, tidak menjadi suatu gangguan kecuali
apabila menjurus kepada suatu ritual yang begitu memaksa dan tidak
semestinya sampai menggangu hubungan seksual dan menyebabkan
bagi penderitaan individu.
 Fetihisme terbatas hampir hanya pada pria saja.

Kritera diagnostik untuk fetishisme menurut DSM IV :2

a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan


yang merangsang secara seksual,dorongan seksual, atau perilaku yang
berulang dan kuat berupa pemakaian benda-benda mati (misalnya
pakaian dalam wanita).
b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan atau fungsi penting lainnya.
c. Objek fetish bukan perlengkapan pakaian wanita yang digunakan pada
”cross Dressing”(berpakaian lawan jenis) seperti pada fetishisme
transvestik atau alat-alat yang dirancang untuk tujuan stimulasi taktil
pada genital (miasalnya sebuah vibrator).

4
2.5 Diagnosa Banding
1. Fetisisme Transvestik

Fetisisme Transvestik digambarkan sebagai khayalan dan dorongan


yang merangsang secara seksual untuk memakai pakaian dari jenis kelamin yang
berlawanan sebagai cara perangsangan dan tambahan terhadap masturbasi atau
hubungan seksual. Kriteria diagnostik untuk fetishisme transvestik ( DSM-IV )2

a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, pada laki-laki heteroseksual,


terdapat khayalan yang merangsang secara seksual, dorongan atau
perilaku seksual yang melibatkan pakaian berlawanan jenis.
b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis dan gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Pedoman Diagnostik Tranvetisme Fetihistik menurut PPDGJ – III 4

a. Mengenakan pakaian dari lawan jenis dengan tujuan pokok untuk


mencapai kepuasaan seksual
b. Gangguan ini harus dibedakan dari fetihisme (F65.0) dimana pakaian
sebagai objek fetish bukan hanya sekedar dipakai, tetapi juga untuk
menciptakan penampilan seorang dari lawan jenis kelaminya. Biasanya
lebih dari satu jenis barang yang dipakai dan seringkali suatu
perlengkapan yang menyeluruh, termasuk rambut palsu dan tat arias
wajah.
c. Transvetisme fetihistik dibedakan dari trasvetisme transsexual oleh
adanya hubungan yang jelas dengan bangkitnya gairah seksual dan
keinginan/hasrat yang kuat untuk melepaskan baju tersebut apabila
orgasme sudah terjadi dan rangsang seksual menurun.
d. Adanya riwayat transvetisme fetihistik biasanya dilaporkan sebagai
suatu fase awal oleh para penderita transeksualisme dan kemungkinan
merupakan suatu stadium dalam perkembangan transeksualisme.

5
2. Voyeurisme
Kriteria diagnostik untuk veyouriosme : 2
a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan, terdapat khayalan yang
merangsang secara seksual, dorongan seksual, atau perilaku yang
berulang dan kuat berupa mengamati orang telanjang yang tidak
menaruh curiga, sedang membuka pakaian, atau sedang melakukan
hubungan seksual.
b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosil,
pekerjaan, atau fingsi penting lainnya.

Pedoman Diagnostik Voyeurisme menurut PPDGJ – III 4

a. Kecenderungan yang berulang atau menetap untuk melihat orang yang


sedang berhubungan seksual atau berperilaku intim, misalnya
menanggalkan pakaian.
b. Hal ini biasnya menjurus kepada ransangan seksual dan masturbasi
yang dilakukan tanpa orang yang diintip menyadari

2.6 Pengobatan

Lima jenis intervensi psikiatri digunakan untuk menerapi orang dengan

parafilia: kendali eksternal (pengurangan dorongan seksual), terapi keadaan

komorbid, terapi perilaku kognitif, dan psikoterapi dinamik. Penjara adalah

mekanisme kendali eksternal untuk kejahatan seksual yang biasanya tidak berisi

kandungan terapi. Jika korban terdapat di dalam keluarga atau lingkungan kerja,

kendali eksternal dilakukan pada teman sebaya, atau anggota keluarga dewasa lain

untuk menasehati dan menghilangkan kesempatan bagi pelaku untuk melakukan

dorongan seksual.2

6
Terapi obat mencakup obat antipsikotik atau antidepresan, diindikasikan

untuk terapi skizofrenia atau gangguan depresif jika parafilia dikaitkan dengan

gangguan ini. Antiandrogen, seperti cypreterrone acetate di Eropa dan

mydroxyprogesteron acetate di Amerika Serikat, dapat mengurangi dorongan

perilaku seksual dengan menurunkan kadar testosterone serum sampai pada

konsentrasi dibawah normal. 2

Terapi perilaku kognitif digunakan untuk mengubah pola parafilik yang

dipelajari dengan mengubah perilaku untuk pelakunya dapat diterima secara social.

Intervensi nya mencakup pelatihan keterampilan social, edukasi seks, pembentukan

ulang kognitif (melawan dan merusak rasionalisasi yang digunakan untuk

menyokong pencarian korban lain), dan pembelajaran hal yang memicu impuls

parafilik sehingga stimulus dapat dihindari juga diberikan. Pada modifikasi latihan

perilaku aversif, pelaku direkam sedang melakukan parafilianya terhadap boneka,

parafilia kemudian dikonfrontasi oleh terapis dan suatu kelompok pelaku yang lain

yang menanyakan mengenai perasaan, pikiran, dan motif yang berkaitan dengan

tindakanya serta secara berulang mencoba memperbaiki distorsi kognitif dan

menunjukan kepada pasien mengenai tidak adanya empati terhadap korban. 2

Psikoterapi berorientasi tilikan merupakan pendekatan terapi yang

berlangsung lama pada pasien yang memiliki kesempatan mengerti dinamik serta

peristiwa yang menyebabkan parafilia timbul. Secara khusus, mereka menjadi sadar

akan peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka melakukan impuls mereka

(seperti penolakan sebenarnya ataupun khayalan). Terapi ini membantu

7
menghadapi stress kehidupan dengan lebih baik dan meningkatkan kapasitas untuk

berhubungan dengan pasangan hidup. Psikoterapi juga memungkinkan pasien

memperoleh kembali kepercayaan dirinya, yang selanjutnya akan memungkinkan

mereka mendekati pasangan dengan cara seksual yang lebih normal. Terapi seks

merupakan tambahan yang tepat untuk terapi pada pasien yang merupakan

penderita disfungsi seksual spesifik ketika mereka mencoba aktivitas seksual yang

tidak menyimpang. 2

2.7 Prognosis

Indikator prognostik yang baik mencakup adanya hanya satu parafilia,


intelegensi normal, tidak adanya penyalahgunaan zat, tidak adanya ciri kepribadian
antisosial nonseksual, dan adanya pelekatan orang dewasa yang berhasil.

8
KESIMPULAN

Fetihisme adalah kelainan seksual dimana seseorang menggunakan benda mati


untuk memperoleh kepuasan seksual.1 Etiologi dari fetisisme adalah faktor
psikososial dan faktor Biologis2. Fetisime dapat didiagnosa banding dengan fetisime
transvertik dan voyeurisme. Lima jenis intervensi psikiatri digunakan untuk
menerapi orang dengan parafilia: kendali eksternal (pengurangan dorongan
seksual), terapi keadaan komorbid, terapi perilaku kognitif, dan psikoterapi
dinamik. Indikator prognostik yang baik mencakup adanya hanya satu parafilia,
intelegensi normal, tidak adanya penyalahgunaan zat, tidak adanya ciri kepribadian
antisosial nonseksual, dan adanya pelekatan orang dewasa yang berhasil.2

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Manus Michelle, Hagreaves paul, Rainbow lee. Paraphilias: definition,


diagnosis, and treatment. 2013:1-6
2. Kaplan & Sadock. Buku ajar psikiatri klinis / Benjamin J. Sadock,
Virginia A. Sadock ; Profitasari, Tiara Mahatami Nisa (editor). 2th ed.
Jakarta : EGC;2010
3. Laws Richard dan Donohue William. Sexual Deviance. 2th ed. Theory,
assessment, and treatment (2nd ed.). New York.2018.pages 110
4. Maslim, R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan
DSM-5. Cetakan 2. Bagian Ilmu Kedokteran FK UNIKA Atma Jaya.
Jakarta: 2013
5. Wiederman Michele. Paraphilia and Fetishism.2003;11(3):318

10

Anda mungkin juga menyukai