Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari, kita sering sekali menjumpai berbagai


macam orang dan tentu saja kesukaan setiap orang sangat berbeda. Begitu pula
hasrat seksual seseorang, setiap seseorang tentu saja memiliki hasrat seksual yang
berbeda – beda. Oleh sebab itu, tidak jarang sekali seseorang mengalami
gangguan seksual. Manusia senantiasa mengembangkan daya khayalnya untuk
menciptakanvariasi aktivitas demi mendapatkan kenikmatan seksual. Dari sinilah
timbul istilahkelainan seksual, meskipun ini bersifat subyektif karena apa yang
disebut kelainan bagi seseorang biasanya merupakan kegiatan normal bagi yang
lain.
Selain gangguan seksual, ada juga yang disebut dengan gangguan
preferensi seksual dimana orang itu akan mencapai kepuasan seksual dengan
melampiaskan hasrat seksualnya kesesuatu yang ia sukai. Ada beberapa gangguan
preferensi seksual seperti fetishisme, trasvestisme fetishistik, ekshibisionisme,
veyeurisme, pedofilia dan sadomasokisme.
Abnormalitas kejiwaan banyak ditemui kasusnya dalam
masyarakat,abnormalitas kejiwaan tidak kemudian menjadikan semua
penderitanya tidak bisadiajak berkomunikasi dengan orang lain atau layak
dimasukkan rumah sakit jiwa.Menurut Ulmann (Fausiah dan Widury, 2008)
Perilaku abnormal memiliki maknayang sama dengan gangguan perilaku,
gangguan mental/jiwa, sakit mental, dangangguan emosional. Terdapat banyak
kasus yang dapat dikategorikan sebagaiabnormalitas. Diantaranya adalah
gangguan seksualitas dan gangguankepribadian. Gangguan seksualitas terdiri dari
penyimpangan seksual (parafilia)dan gangguan disfungsi seksual.
Parafilia merupakan satu dari kelainan seksualyang boleh dibagi lagi kepada
beberapa subtype. Parafilia adalah istilah yangmenggambarkan seksual arousal

1
yang terjadi terhadap suatu objek, atau padasuatu situasi, atau pada seseorang
bukan disebabkan oleh stimulasi normal dan inidapat menimbulkan distress atau
masalah pada orang tersebut atau pasangannya,atau orang lain yang dilibatkan
daam hal ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian fetisisme


2. Apa saja jenis dan tingkatan pada fetisisme
3. Apa penyebab dan pengobatan fetisisme
4. Apa contoh kasus fetisisme

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian fetisisme


2. Mengetahui jenis dan tingkatan pada fetisisme
3. Mengetahui penyebab dan pengobatan fetisisme
4. Mengetahuicontoh kasus fetisisme

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fetishisme

Terdapat beberapa gangguan seksual, salah satunya ialah parafilia. Parafilia


berasal dari bahasa Yunani, para artinya “sisi lain” dan philos artinya “mencinta”.
Parafilia bias diartikan keterangsangan seksual (mencintai) terhadap stimulus
yang tidak biasa (sisi lain). Jadi parafilia adalah gangguan seksual yang ditandai
oleh khayalan seksual yang kuat yang biasanya berulang kali dan menakutkan
bagi seseorang.
Pada pembahasan ini, kita akan focus pada salah satu ketegori parafilia yaitu
fetisisme. Kata fetish berasal dari fétiche Perancis, yang berasal dari feitiço
Portugis ("mantra"), yang pada gilirannya berasal dari bahasa Latin facticius
("buatan") dan facere ("untuk membuat"). Fetish adalah sebuah objek diyakini
memiliki kekuatan supranatural, atau khusus, benda buatan manusia yang
memiliki kekuasaan atas orang lain. Pada dasarnya, fetisisme adalah atribusi dari
nilai yang melekat atau kekuatan suatu benda. Istilah "fetish erotis" dan "fetish
seksual" pertama kali diperkenalkan oleh Alfred Binet . Kadang-kadang, kata
fetish dapat dianggap sinonim untuk "fetish seksual" (misalnya, bila digunakan
dalam pornografi berdasarkan fetishes seksual).
Secara umum, fetishisme adalah ketertarikan seksual yang kuat dan berulang
terhadap objek yang tidak hidup. Dalam fetishisme fokus seksual adalah benda-
benda ( seperti sepatu, sarung tangan, pakaian dalam, dan stocking ) yang
berhubungan erat dengan tubuh manusia. Objek disebut fetish sedangkan
penderitanya disebut fetishis.
Menurut pedoman diagnostik PPDGJ-III (Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa), memberika arti fetishisme merupakan suatu
gangguan preferensi seksual dimana mengandalkan pada beberapa benda mati (no
n-living object) sebagai rangsangan untuk membangkitkan keinginan seksual

3
danmemberikan kepuasan seksual. Kebanyakan bedan tersebut (objek fetish)
yangdigunakan adalah ekstensi dari tubuh manusia, seperti pakaian, atau sepatu.
Gangguan ini hampir selalu ditemukan kepada laki-laki. Objek fetisisme
meliputi rambut, telingan, tangan, pakaian dalam, sepatu, parfum, dan objek sama
yang diasosiasikan lawan jenis. Beberapa fetishis memegang atau memakai objek
fetishisme, beberapa yang lain terangsang dengan membaui objek, menggosok-
gosoknya, atau melihat orang lain memakainya saat melakukan hubungan seksual.
Pada beberapa kasus, fetishis bahkan tidak memiliki hasrat untuk berhubungan
seksual dengan pasangannya, malah lebih memilih melakukan masturbasi dengan
objek fetishismenya.
Fetisisme melibatkan jenis perilaku kompulsif yang tampaknya diluar
kendali individu serta dapat menjadi sumber distress yang hebat dan masalah
pribadi. Meskipun beberapa fetishis menggabungkan perilaku fetishisme mereka
kedalam hubungan seksual dengan pasangan mereka yang menerima perilaku
tersebut, perilaku fetishme lebih sering mengganggu fungsi seksual yang normal.
Biasanya, gangguan ini dimulai pada masa remaja, walaupun pemujaan
mungkin telah diderita pada masa anak-anak. Jika telah diderita, gangguan
cenderung menjadi kronik. Aktivitas seksual mungkin diarahkan kepada pemujaan
itu sendiri (sebagai contohnya, masturbasi dengan atau kedalam sepatu), atau
pemujaan dapat digabungkan kedalam hubungan seksual (sebagai contohnya,
mengharuskan menggunaan sepatu bertumit tinggi).
Pengidap fetisisme mungkin akan melakukan pencurian, bahkan sampai
penyerangan untuk mendapatkan barang atau benda yang diinginkan. Barang yang
dicuri tidak begitu penting, biasanya pakaian dalam wanita. Umpamanya seorang
pemuda mengakui telah memasuki beberapa rumah dimana memasuki rumah itu
sendiri cukup untuk mendapatkan orgasme.
Pola pemuasan fetisisme biasanya menjadi pola yang dipilih hanya jika
seseorang mengalami maladjustment (ketidakmampuan menyesuaikan diri),
misalnya maladjustment yang berhubungan dengan perasaan keraguan akan
potensi dan kemaskulinitas seseorang, perasaan takut ditolak, dan perasaan
terhina. Dengan praktek dan penguasaan fetisitis terhadap benda-benda mati yang

4
melambangkan objek seksual yang diinginkan - seseorang pria merasa bisa
melindungi dan menutupi kekurangan dirinya.
Menurut Freud, pemujaan berperan sebagai simbol falus atau terjatuh karena
orang memiliki ketakutan kastrasi yang tidak disadari. Behaviorisme fetishisme
ditelusuri kembali kepengkondisian klasik dan muncul dengan banyak teori teori
khusus. Tema umum adalah bahwa ransangan seksual dan objek fetish disajikan
secara bersamaan, menyebabkan mereka harus terhubung dalam proses
pembelajaran. Karna pengkondisisan klasik tampaknya tidak mampu menjelaskan
bagaimana perilaku tanpa pengulangan apapun. Beberapa behavioris mengatakan
bahwa fetishisme merupakan hasil dari bentuk khusus dari pengkondisian, yang
disebut imprinting pengkondisian seperti ini terjadi selama waktu tertentu pada
anak usia dini, dimana orientasi sexual dicantumkan pada pikiran anak dan tinggal
disana selama sisa hidupnya.
Beberapa ahli saraf menunjukan fetishisme merupakan hasil dari lintas saraf
antara daerah tetangga di otak manusia. Sebagai contoh, pada tahun 2002 villa
Yanus S. Ramacandran menyatakan pemrosesan input sensoris wilayah dari kaki
terletak tepat disamping kawasan pengelolahan rangsangan seksual.

B. Jenis dan Tingkatan pada Fetisisme


1. Jenis Fetisisme
Fetisisme terdiri dari beberapa jenis yang dapat dibagi kepada
fetisismedan fetisisme transvestik. Selain itu, terdapat juga jenis-jenis
fetisisme lain seperti:
a. Agalmatophilia yaitu kegairahan seksual yang timbul terhadap manekin
atau patung.
b. Mechanophilia/mechaphilia yaitu kegairahan seksual yang timbul terhadap
mesin.
c. Psychrophilia yaitu kegairahan seksual yang timbul dari objek yang sejuk.
d. Salirophilia yaitu kegairahan seksual yang timbul terhadap tanah/kotoran.
e. Mucophilia yaitu kegairahan seksual yang timbul dari mucus.

5
f. Symorophilia yaitu kegairahan seksual yang timbul dengan
melihatkecelakaan.
g. Dendrophilia yaitu kegairahan seksual yang timbul oleh pokok-pokok.
h. Autonepiophilia yaitu kegairahan seksual yang timbul dengan
memakai pakaian anak.
i. Objectofilia merupakan kegairahanseksual yang didapat dari benda-benda
seperti bulu, balon, celana dalam perempuan, sepatu tumit tinggi,
karet, dan banyak lagi.
2. Tingkatan Fetisisme
Seperti yang telah disampaikan, fetishisme merupakan salah satu
kelainan seksual, dimana individu dalam melakukan aktifitas seksual
melibatkan barang-barang tertentu. Bila benda-benda yang menyertai aktifitas
tersebut tidak ada, maka individu tidak bergairah atau kehilangan libido
seksualnya.
Fetishisme pada umumnya dapat diterima pada masyarakat selama tidak
terjadinya kekerasan akibat pemaksaan salah satu pasangan. Pria akan
memberi objek-objek yang menjadi fantasinya untuk digunakan kepada
pasangannya, wanita kebanyakan tidak keberatan dengan aksesoris tersebut
selama tidak membuatnya tersiksa, hal lain juga dianggap sebagai variasi sex.
Namun fetishisme bisa menjadi suatu kelaian yang berbahaya bila perilakunya
mulai ekstrim, berikut ini ada beberapa tingkatan fetishisme menurut tingkatan
keparahan penyimpangannya:
1. Pemuja (Desires)
Ini adalah tahap awal, tidak terlalu berpengaruh atau tidak
menganggu pikiran. Contohnya adalah saat seorang pria mengidamkan
wanita dengan payudara yang besar, rambut pirang, atau berbibir tipis.
Namun bila pria ini tidak mendapatkan wanita yang diimpikan, dia tidak
akan terlalu mempermasalahkannya dan hubungan sexual dengan wanita
tetap berjalan dengan normal.

6
2. Pecandu (Cravers)
Ini adalah tingkatan lanjutan dari tingkatan awal. Pada tingkatan ini
psikologis orang ini membuat dirinya “amat membutuhkan” pasangan
dengan fetish tertentu yang didambakannya. Bila hal itu tidak terpenuhi,
akan mengganggu hubungan sexual dengan wanita, misalnya bila hasrat
sexual atau tidak tercapainya orgasme/klimaks.
3. Fetish tingkat menengah
Ini termasuk tingkat yang berbahaya, Fetishis akan melakukan
apapun demi mendapakan fetish yg dia inginkan dengan menculik,
menyiksa, atau hal-hal sadis lainnya. Hasrat seksual Fetishis ini hanya
akan terlampiaskan dengan seseorang yg memiliki bagian yg dia inginkan
tidak peduli itu lawan jenis atau sejenis.
4. Fetisis tingkat tinggi
Lebih sadis dari tingkat ketiga, pada tingkat ini seseorang tidak akan
peduli dengan hal lain di luar fetish-nya. Misal Fetish seseorang adalah
stocking wanita, maka dia tidak membutuhkan wanita itu, hanya
stockingnya saja. Dan yang lebih parah adalah bila Fetish seseorang adalah
bagian tubuh, dia hanya membutuhkan bagian tubuh orang itu saja dan
tidak peduli dengan orang yg memiliki bagian tubuh itu sendiri.
5. Fetisis Murderer
Pada tingkat ini memang sudah parah sekali. Seorang fetishisme rela
membunuh, memutilasi, demi mendapatkan fetish yang dia inginkan.
Penyakit psikologis ini bisa sembuh dengan terapi psikologis dan
pengobatan kejiwaan lainnya. Tergantung dari tingkat Fetishis itu sendiri.

C. Penyebab dan Pengobatan Fetisisme

1. Penyebab Fetisisme

Menurut American Psychiatric Association (APA), fetisisme merupakan


salah satu bentuk gangguan kejiwa. Karena fetitisme menyebabkan seseorang
menjadi terobsesi akan fetis. Tanpa fetis sesorang akan kehilangan hasrat
seksualnya. Para penderita fetisisme umunya juga melakukan berbagai cara

7
ekstrim untuk mendapatkan fetis guna mendapatkan kepuasan seksual, seperti
mencuri pakaian dalam wanita, mengenakan, mencium, mengelus-elus bahkan
menggosok-gosokkan pada alat kelaminnya. Mereka juga tidak segan-segan
melakukan eksploitasi bagian tubuh tertentu yang diinginkannya tanpa
memperdulikan bagian tubuh yang lain. Seperti menjambak rambut pasangan,
mengekspoitasi tubuh dan menyakiti pasangan.
Gangguan fetisisme ini terjadi karena adanya gangguan pada psikologis
penderita fetisisme itu sendiri. Namun sampai saat ini belum diketahui secara
pasti apa yang menyebabkan seseorang menderita fetisisme. Beberapa
penyebab yang kemungkinan bisa menyebabkan seseorang menderita
fetisisme antara lain:
a. Pengalaman masa lalu atau traumatik masa lalu akibat pelecehan seksual
b. Imitasi atau meniru orang lain yang melakukan fetishist
c. Rasa ingin tahu atau ketertarikan akan benda-benda miliki lawan jenis
d. Traumatik akibat tidak bisa melakukan hubungan seksual pada lawan jenis
e. Ketakutan akan kemampuan diri atau maskulinitas diri, potensi dan takut
ditolak dan mendapat penghinaan
f. Kekurang mampuan diri dalam pergaulan bebas
Itulah beberapa kemungkinan besar yang bisa menyebabkan seseorang
menderita fetisisme. Untuk mengatasi fetisisme sendiri sampai saat ini belum
ditemukan obat-obatan medis yang bisa digunakan untuk mengobati atau
menghilangkan gangguan kelainan seksual ini. Sampai saat ini bentuk
pengobatan yang dilakukan adalah dengan berkonsultasi dengan ahli
psikologis atau kejiwaan.
Fetishisme harus didiagnosis hanya apabila fetish merupakan sumber yangpaling
penting dari stimulasi seksual atau esensial untuk respons seksual yangmemuaskan. Fantasi
fetishistik adalah lazim, tetapi tidak menjadi suatugangguan kecuali apabila menjurus kepada
suatu ritual yang begitu memaksadan tidak semestinya sampai mengganggu hubungan
seksual danmenyebabkan penderitaan pada individu. Fetishisme terbatas hanya khususpada
pria. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa diIndonesia III
(PPDGJ III), kode yang sesuai untuk fetishisme adalah F65.0.Pelaku baru didiagnosa

8
menderita fetishisme apabila memiliki kepuasanseksual terhadap sesuatu sedikitnya 6 bulan.
Dalam hal ini pelaku biasanyamengalami tekanan jiwa secara klinis dan cenderung terisolir
dari kehidupansosial, pekerjaan, atau bidang fungsi penting lainnya dan bisa
membahayakanbaik dirinya maupun orang lain.
Adapun kriteria diagnostik untuk fetishisme menurut DSM-IV, Diagnosticand
Statistical Manual of Mental Disorders adalah:
a. Selama waktu sekurangnya 6 bulan terdapat khayalan yang merangsangsecara seksual,
dorongan seksual, atau perilaku yang berulang dan kuatberupa pemakaian benda-benda
mati (misalnya, pakaian dalam wanita)
b. Khayalan, dorongan seksual, atau perilaku yang menyebabkanpenderitaan yang
bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsisosial, pekerjaan, atau fungsi penting
lainnya.
c. Objek fetish bukan perlengkapan pakaian wanita yang digunakan pada
“crossdressing” (berpakaian lawan jenis) seperti pada fetishismetransvestik
atau alat-alat yang dirancang untuk tujuan stimulasi taktil padagenital, misalnya sebuah
vibrator

2. Pengobatan Fetisisme

Secara umum, penangana seseorang yang mengalami gangguan parafilia


adalah dengan terapi. Psikoterapi berorientasi tilikan adalah pendekatan yang
paling sering digunakan untuk mengobati parafilia. Pasien diberi kesempatan
untuk mengerti dinamikanya sendiri dan peristiwa-peristiwa yang
menyebabkan perkembangan parafilia. Psikoterapi juga memungkinkan pasien
kembali meraih harga dirinya dan memperbaiki kemampuan interpersonal dan
menemukan metoda yang dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan
seksual. Terapi kelompok juga beguna.
a. Terapi Kognitif
Terapi ini berupaya mengubah perilaku pasien tanpa perlu menganalisis bagaimana
dan penyebab timbulnya fetishisme itu. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa fetishisme
merupakan hasil kondisi atau penanaman kesan. Terapi ini tidak mampu mengubah
preferensi seks pasien, namun hanya bisa menekan akibat perilaku yang tak diinginkan. Satu

9
terapi yang mungkin dilakukan adalah pembentukan kondisi aversif, di mana pasien
dikonfrontasikan dengan fetishnya, dan secepat dimulainya rangsangan seks, dipaparkan
pada stimulus yang tidak menyenangkan. Dilaporkan bahwa pada saat lebih dini, stimuli
sakit berupa kejutan listrik telah digunakan sebagai stimulus aversif. Dewasa ini, stimulus
aversif yang umum dipakai adalah foto-foto yang menggambarkan hal yang tidak
menyenangkan seperti menyakiti alat kelamin. Variasi terapi ini adalah membantu
pembentukan kondisi aversif, di mana pasien dipaksa mengeluarkan gas abdominal (kentut)
sebagai stimulus aversif.
b. Psikoanalisis
Terapi psikoanalisis ini berupaya untuk menempatkan pengalaman trauma bawah
sadar yang menyebabkan awal timbulnya fetishisme. Dengan membawa pengetahuan
bawah sadar pada suara hati, lalu mendorong pasien mampu bekerja dengan traumanya
secara rasionald an emosional, ia akan terbebas dari masalahnya. psikoanalisis ini menangani
penyebabnya itu sendiri. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan pada analisis proses ini,
mencakup terapi bicara, analisis mimpi, dan terapi bermain. Mana metode yang akan dipilih
tergantung pada permasalahan itu sendiri, sikap dan reaksi pasien terhadap metode tertentu,
dan edukasi dan preferensi ahli terapi
c. Terapi Seks
Terapi seks adalah pelengkap yang tepat untuk pengobatan pasien yang
menderita disfungsi seksual tertentu dimana mereka mencoba melakukan
aktivitas seksual yang tidak menyimpang.
d. Terapi Perilaku
Digunakan untuk memutuskan pola parafilia apa yang dipelajari.
Stimuli yang menakutkan, seperti kejutan listrik atau bau menyengat, telah
dipasangkan dengan implus tersebut, yang selanjutnya menghilang. Stimuli
dapat diberikan oleh diri sendiri dan digunakan oleh pasien bilamana mereka
akan bertindak atas dasar implusnya.
e. Terapi Obat
Anti androgen, seperti cyproterone acetate di Eropa dan Medroxy
progesterone acetate (Depo-Provera) di Amerika Serikat, telah digunakan
secara eksperimental pada parafilia.

10
Psikoterapi berorientasi tilikan merupakan pendekatan terapi
yang berlangsung lama pasien memiliki kesempatan mengerti dinamik serta pe
ristiwayang menyebabkan parafilia timbul. Secara khusus, mereka menjadi
sadar akan peristiwa sehari-hari yang menyebabkan mereka melakukan impuls
mereka (seperti penolakan sebenarnya ataupun khayalan). Terapi ini
membantu menghadapi stress kehidupan dengan lebih baik dan meningkatkan
kapasitas untuk berhubungan dengan pasangan hidup. Psikoterapi juga
memungkinkan pasien memperoleh kembali kepercayaan dirinya, yang
selanjutnya akan memungkinkanmereka mendekati pasangan dengan cara
seksual yang lebih normal. Terapi seks merupakan tambahan yang tepat untuk
terapi pada pasien yang merupakan penderita disfungsi seksual spesifik ketika
mereka mencoba aktivitas seksual yang tidak menyimpang
Sedangkan untuk fetisisme sendiri, telah ada eksperimen untuk menguji
hipotesis dari fetisisme. Untuk menguji hipotesis pembelajaran ini (dalam
eksperimen yang akan dianggap tidak etis dengan standar saat ini), salah satu
kelompok peneliti melaporkan bahwa mereka dapat mengondisikan subjek
laki-laki untuk menjadi fetis (Rachman, 1966; Rachman & Hodgson, 1968).
Dalam salah satu penelitian tersebut, peneliti memperlihatkan kepada
subjek laki-laki gambar telanjang dari wanita yang hampir tak berbusana
(stimulus tak terkondisikan) dipasangkan dengan sepatu bot berbalut bulu
(stimulus yang dikondisikan) dan menggunakan suatu apparatus untuk
mengukur respons ereksi subjek laki-laki. Setelah mengulang-ulang
pemasangan gambar wanita dan sepatu bot (dan aksesoris kaki lainnya),
subjek laki-laki menjadi terangsang hanya dengan melihat aksesoris kaki
(stimulus terkondisikan). Menghilangkan perilaku ini kemudian dicapai
dengan secara berulang memperlihatkan sepatu dan bot tanpa gambar wanita.
Setelah itu, subjek kehilangan ketertarikan terhadap objek tersebut yang tidak
lagi memiliki asosiasi seksual.
Hal yang sama kontroversialnya dengan penelitian ini adalah
memberikan seorang model untuk melakukan treatmen terhadap fetisis dan
peneliti menyatakan bahwa extinction dan metode perilaku lainnya adalah

11
strategi treatmen yang efektif. Salah satu teknik tersebut adalah terapi aversif
yang dilakukan dengan memberi hukuman kepada fetisis, seperti memakan
obat penyebab muntah atau dihipnotis agar merasa muak saat melakukan
mastrubasi dengan objek fetisismenya.
Pengkondisian kembali orgasmik (orgasmic reconditioning) adalah
metode perilaku lainnya yang didasarkan pada proses belajar kembali. Dalam
prosedur untuk menangani parafilia ini, individu dipaksa untuk merangsang
dirinya dengan suatu fantasi terhadap objek yang tidak dapat diterima,
kemudian melakukan mastrubasi sambil melihat stimulus seksual yang tepat
seperti gambar pasangan dewasa. Jika rasangannya menurun, maka ia boleh
difantasi lagi dengan objek yang tidak dapat diterima, namun ia hanya boleh
mencapai orgasme saat focus pada stimulus yang dapat diterima. Pada saat itu,
individu diharapkan semakin berkurang ketergantungannya pada objek yang
tidak dapat diterima dan semakin meningkat kepuasan seksualnya saat
distimulasi dengan objek yang dapat diterima.

D. Contoh Kasus Fetisisme

Pria Ini Tepergok Masturbasi di Balik Jemuran Pakaian Dalam

Liputan6.com, Jakarta. Jemuran pakaian dalam wanita bisa menarik


perhatian pria. Itulah yang terjadi di Kampung Kenangan Batu, Subang Jaya,
Malaysia. Seorang pria asing malah bermasturbasi dan ejakulasi di jemuran
pakaian dalam wanita.
Keluarga yang mengalaminya tentu terkejut. Bahkan, para tetangga
membantu keluarga tersebut dan menangkap pria yang tertangkap basah sedang
beraksi di sore hari. Keluarga yang tak disebutkan identitasnya itu tidak
menyangka ada alasan di balik sulit keringnya jemuran pakaian mereka.
Subang Jaya OCPD Asst Comm Yahaya Ramli mengatakan pelapor, yang
identitasnya dirahasiakan, mendengar sepeda motor berhenti di depan rumahnya
sore hari. Pelapor yang berjenis kelamin pria itu mengintip dan melihat sepasang
kaki menuju ke tempat jemuran pakaian.

12
"Korban keluar untuk memeriksa dan melihat seorang pria gemuk
melakukan sesuatu di balik pakaian yang tergantung. Dia melihat apa yang dia
lakukan, "kata ACP Yahaya seperti dilansir TheStar.
Pelapor terkejut kemudian meminta bantuan sehingga tetangga berdatangan
mengelilingi pelaku. Pria pelaku yang merupakan sopir truk berusia 55 tahun itu
berlutut dan memohon dibebaskan. Namun, pelaku akhirnya diserahkan kepada
polisi. Si pelaku pun mengaku kepada polisi bahwa ia sudah datang tiga kali ke
rumah tersebut dan melakukan masturbasi di pakaian dalam wanita. Polisi
kemudian menjadikan beberapa pakaian dalam wanita itu sebagai bukti dan
menemukan noda air mani.
Pada kasus ini tak disebutkan alasan pria melakukan aksinya. Namun, ada
beberapa kelainan seksual aneh yang bisa orang lakukan.
Istilah itu sering dikenal dengan fetish. Fetish merupakan bentuk kelainan seksual
ketika orang-orang yang mendapatkan kepuasan seksual dari hal-hal seperti
benda, pakaian khusus, atau bagian tubuh tertentu.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fetishisme adalah ketertarikan seksual yang kuat dan berulang terhadap
objek yang tidak hidup. Dalam fetishisme fokus seksual adalah benda-benda (
seperti sepatu, sarung tangan, pakaian dalam, dan stocking ) yang
berhubungan erat dengan tubuh manusia. Objek disebut fetish sedangkan
penderitanya disebut fetishis.
Adapun jenis fetisisme yaitu: Agalmatophilia,
mechanophilia/mechaphilia, psychrophilia, salirophilia, mucophilia,
symorophilia, dendrophilia, autonepiophilia, dan objectophilia. Adapun
tingkatan fetisisme adalah: pemuja (desires), pecandu (cravers), fetish tingkat
menengah, fetisis tingkat tinggi dan fetisis murderer. Beberapa penyebab yang
kemungkinan bisa menyebabkan seseorang menderita fetisisme antara lain:
pengalaman masa lalu atau traumatik akibat pelecehan seksual, imitasi atau
meniru orang lain yang melakukan fetishist, rasa ingin tahu atau ketertarikan
akan benda-benda miliki lawan jenis, traumatik akibat tidak bisa melakukan
hubungan seksual pada lawan jenis, ketakutan akan kemampuan diri atau
maskulinitas diri, potensi dan takut ditolak dan mendapat penghinaan,
kekurang mampuan diri dalam pergaulan bebas. Pengobatan fetisisme dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain: terapi kognitif, psikoanalisis,
terapi seks, terapi perilaku dan terapi obat

B. Saran
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
termasuk jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini
dapat memberi manfaat khususnya kepada kami dan pembaca pada umumnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/69414557/FETISHISME
https://www.scribd.com/document/374532763/Paper-Fetishisme
https://www.academia.edu/30676047/GANGGUAN_FETISISME_
http://www.sehatfresh.com/terapi-untuk-pengidap-kelainan-seksual-fetisisme/
https://www.scribd.com/presentation/374532700/Ppt-Fetish
http://makalahpsikologi.blogspot.com/2010/01/gangguan-seksual.html

15

Anda mungkin juga menyukai