Anda di halaman 1dari 9

Tugas Individu

Kesehatan Reproduksi












Perilaku Penyimpangan Sexual



Nama : Naomi Anggreani
NIM : 2012203223





Akademi Kebidanan Graha Ananda
Palu

Perilaku Penyimpangan Sexual

1. Ekshibisionisme
Definisinya adalah seseorang mendapatkan kepuasan seksual dengan memamerkan bagian
genitalnya sendiri kepada orang asing yang tidak mau melihatnya. Bagi seorang ekshibisionis,
kepuasan berasal dari reaksi orang lain, yang secara keliru diduga (oleh si penderita) sebagai
ekspresi kepuasan seksual.

Kepuasan seksual diperoleh penderita saat melihat reaksi terperanjat, takut, kagum, jijik, atau
menjerit dari orang yang melihatnya. Kemudian hal tersebut digunakan sebagai dasar untuk
fantasi masturbasi. Orgasme dicapai dengan melakukan masturbasi pada saat itu juga atau sesaat
kemudian.

2. Fetisisme
Berasal dari bahasa Portugis feitico, yang berarti sulapan atau sihir. Kata ini berarti
ketergantungan pada suatu bagian tubuh atau benda mati sebagai satu-satunya cara untuk
mendapatkan kegairahan seksual dan ejakulasi. Keadaan ini terutama ditemukan pada para pria.
Ciri utama fetisisme adalah penggunaan benda mati (fetisy) sebagai cara terpilih atau ekslusif
untuk mencapai kepuasan seksual.
Benda mati itu dapat berupa suatu bagian dari tubuh seorang wanita, seperti rambut kepala,
rambut kemaluan, kuku, pakaian dan benda lain milik seorang wanita seperti BH, kaos kaki,
syal, sepatu dan tas kulit. Pria mencapai kepuasan seksual dengan menyentuh benda-benda atau
bagian tubuh dari wanita yang menjadi sasaran nafsu seksualnya. Penyebab fetisisme antara lain
karena perasaan infantil dibarengi dengan rasa agresif. Sering sebagai akibat dari sifat asosial
dan dibayangi kecemasan menjadi impoten.
Benda-benda itu dibutuhkan untuk dapat membangkitkan nafsu seksualnya. Seorang fetis
dapat melanggra hukum karena tindak pidana pencurian, misalnya ia mencuri celana dalam atau
kutang dari jemuran (KUHP Pasal 362) atau melanggar KUHP pasal 1366 karena mengunting
rambut seorang wanita karena nafsu birahinya timbul ketika melihat rambut wanita yang
panjang. Fetisisme biasanya bersamaan dengan kleptomania.

3. Masochisme
Sadisme seksual dan masokisme. Sadisme mengambil nama dari Marquis de Sade (1740-
1814) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kenikmatan atau rangsangan seksual
yang diperoleh dengan menimbulkan nyeri atau menyiksa pasangannya. Semakin sakit, semakin
terangsang.

Masokisme nama pengarang terkenal lain tentang eksploitasi seksual, Leopold von Sacher-
Masoch (1836-1895) menggambarkan keinginan untuk mendapatkan nyeri dan kenikmatan
seksual dari siksaan atau hinaan (secara fisik atau verbal).

Penderita sadistik mendapatkan kepuasan seksual dari menimbulkan rasa sakit dan/atau
hinaan, sedangkan masokistik mendapatkan kepuasan seksual dari menerima rasa sakit dan/atau
hinaan. Aktivitas seksual sadomasokistik ditandai oleh teknik yang melibatkan dominasi dan
penyerahan ekstrim dan dengan memberi dan menerima siksaan. Sebagian besar penderita adalah
wanita. Disebut sadomasokistik karena pelakunya memiliki sisi sadistik dan masokistik dari
kepribadian mereka. Tetapi, walaupun banyak yang bertukar peran, masokistik lebih banyak dari
sadistik.

4. Sadisme
Istilah ini muncul pertama kali dari seorang bangsawan Perancis. Seseorang yang melakukan
tindakan sadistik biasanya dia akan merasakan kepuasaan yang amat sangat kalau orang tersebut
ketika melakukan hubungan seks dengan cara menyiksa, menganiaya dan menyakiti ( seperti
memukul, mencambuk) Orang yang seperti ini akan terus menerus mencari pasangan seks yang
sesuai dengan keinginannya. Tindakan sadistik ini pola-nya ada dua versi:

Pertama, seorang yang sadistik mempunyai pasangan seks yang memang pasangannya
juga menikmati cara berhubungan seperti itu artinya, dia engga merasa kalau secara fisik sudah
disakiti (dicambuk, dipukul, diikat dsb), bahkan orang tersebut merasakan juga kenikmatan
seksual dengan cara seperti tadi.

Kedua, seorang yang sadistik mempunyai pasangan seks yang memang dia merasakan
dirugikan dari tindakan tersebut, kalau yang ini sudah jelas ini masuk dalam tindak pidana. Terus
perlu kita ketahui bahwa kelainan ini bisa terjadi dalam perilaku pacaran yang dikenal dengan
dating rape, -sadisme bisa juga terjadi pada cewe-dimana perkosaan dapat terjadi kalo salah satu
pasangan memaksakan untuk menyalurkan hasrat seksualnya pada pasangannya tanpa
mempertimbangkan keberatan atau tidaknya tindakan tersebut.

5. Scoptophilia
Scopophilia atau scoptophilia , dari bahasa Yunani "cinta mencari", yang berasal kesenangan
dari melihat. Sebagai ungkapan seksualitas , mengacu pada seksual kesenangan yang berasal dari
melihat objek erotis: foto erotis, pornografi , tubuh telanjang , dll juga dapat digambarkan
sebagai keinginan intermiten menatap.
Istilah ini diperkenalkan untuk menerjemahkan Freud 's Schaulust , atau kesenangan dalam
melihat. Freud dianggap kesenangan dalam mencari untuk menjadi naluri parsial biasa di masa
kecil, yang mungkin diubah ke dalam minat pada seni, atau alternatif menjadi terpaku ke apa pria
Tikus disebut "pembakaran dan menyiksa rasa ingin tahu untuk melihat tubuh perempuan".

Freud berpikir bahwa penghambatan scopophilia dapat mengakibatkan gangguan sebenarnya
visi. analis lainnya telah menyarankan bahwa mungkin menyebabkan mundur dari benda konkrit
ke dalam dunia abstraksi.

Scopophilia dikembangkan dalam teori psikoanalisis Otto Fenichel , dengan referensi utama
untuk identifikasi . Fenichel menyatakan bahwa "seorang anak yang mencari tujuan libido ...
ingin melihat obyek untuk 'merasa bersama dengan dia'". Ia juga mengeksplorasi bagaimana
mencari bisa menggantikan bertindak pada mereka ingin menghindari rasa bersalah .

Jacques Lacan kemudian menarik pada Sartre teori 's dari tatapan untuk menghubungkan
scopophilia dengan ketakutan yang lain: "tatapan adalah obyek ini hilang dan tiba-tiba
mendirikan kembali dalam kebakaran malu, dengan pengenalan yang lain". Lacan istimewa
scopophilia dalam teorinya tentang bagaimana keinginan ditangkap oleh imajiner gambar yang
lain . analis Perancis lainnya telah menekankan bagaimana penemuan perbedaan seksual di masa
kecil, dan rasa yang menyertainya tidak mengetahui kemudian bahan bakar drive scopophilic.

6. Voyeurisme
Voyeurisme adalah sebuah kelainan jiwa, di dunia kedokteran dikenal sebagai istilah
skopofilia. Ciri utama voyeurisme adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara
diam-diam mengintip atau melihat seseorang yang berlainan jenis atau sejenis tergantung
orientasi seksual berbeda yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian atau melakukan
kegiatan seksual. Dari ini, penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual.

Bila penderita adalah seorang pria, wanita yang diintip pada dasarnya tak dikenal. Mengintip
menjadi cara eksklusif untuk mendapatkan kepuasan seksual. Anehnya, ia sama sekali tidak
menginginkan berhubungan seksual dengan wanita yang diintip. Cuma berharap memperoleh
kepuasan orgasme dengan cara masturbasi selama atau sesudah mengintip. Berbeda dengan
seseorang yang normal, penderita voyeurisme sudah terpuaskan tanpa harus melakukan
sanggama.

Voyeurisme tidak dapat dilekatkan kepada penggemar film dan pertunjukan porno, karena
para pemain film itu dengan sengaja menghendaki dan menyadari bahwa mereka akan ditonton
orang lain.

Voyeurism sejati tidak akan terangsang jika melihat seseorang yang tidak berpakaian di
hadapannya. Mereka hanya terangsang dengan melakukan pengintipan. Dengan mengintip
mereka mampu mempertahankan keunggulan seksual tanpa perlu mengalami risiko kegagalan
atau penolakan dari pasangan yang nyata.

7. Transvestisme
Transvestisme juga dikenal sebagai berpakaian lawan jenis (cross-dressing). Bagi sebagian
pria, transvestisme merupakan suatu aktivitas seksual di mana kepuasan emosional dan fisik
diperoleh dari menggunakan pakaian wanita. Salah besar jika menganggap transvestisme adalah
homoseksual. Sebagian besar adalah heteroseksual dengan kehidupan seks yang cukup
konvensional dan banyak yang menikah serta memiliki anak.

Pola pakaian lawan jenis cukup bervariasi. Sebagian transvestist menolak pakaian pria sama
sekali dan menggunakan pakaian wanita sepanjang waktu. Sebagian lagi hanya menggunakan
pakaian wanita kadang-kadang saja atau sering kali, sedangkan yang lain hanya memilih satu
jenis pakaian saja. Sebagian penderita transvestisme memiliki kepribadian ganda satu pria dan
satu wanita dan berpakaian lawan jenis untuk mengekspresikan kepribadian wanitanya
sementara pada dasarnya adalah maskulin.

Biasanya kelainan ini bermula sejak anak-anak atau remaja. Seperangkat pakaian yang
disukai dapat menjadi benda yang merangsang nafsu seksualnya. Awalnya dipakai pada saat
masturbasi, kemudian saat persetubuhan. Yang dikenakan mula-mula hanya terbatas cross-
dressing parsial (hanya mengenakan BH dan celana dalam), lama-kelamaan mengenakan pakaian
wanita lengkap, cross-dressing total. Yang terakhir dilakukan ketika si penderita mulai merasa
mampu berdikari, sekitar masa remaja sampai dewasa muda. Frekuensi kejadiannya makin lama
makin meningkat dan akhirnya menjadi kebiasaan.

Seiring dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual
melalui cara ini dapat berkurang atau bahkan hilang. Walaupun ada kalanya sejumlah kecil
transvestit muncul pada usia lebih lanjut, yang menghendaki mengenakan pakaian wanita dan
hidup sebagai wanita secara tetap.

Dalam kasus terakhir ini transvestisme berubah menjadi transeksualisme; penderita ingin
berganti kelamin, menjadi seperti lawan jenis, dan tidak lagi mendapat kepuasan seksual hanya
dengan cross-dressing.


8. Phedophilia
Istilah yang sering sekali kita dengar. Orang dewasa, terutama pria, yang mencari kontak
fisik dan seksual dengan anak-anak prapubertas yang tidak mau berhubungan dengan mereka.
Sekitar dua pertiga korban kelainan ini adalah anak-anak berusia 8 11 tahun. Kebanyakan
paedofilia menjangkiti pria, namun ada pula kasus wanita berhubungan seks secara berulang
dengan anak-anak. Kebanyakan kaum paedofil mengenali korbannya, misalnya saudara,
tetangga, atau kenalan. Kaum paedofil dikategorikan dalam tiga golongan yakni di atas 50 tahun,
20-an hingga 30 tahun, dan para remaja. Seremnya lagi, sebagian besar mereka adalah para
heteroseksual dan kebanyakan sudah menjadi ayah.

9. Bestility
Persetubuhan dengan hewan. Penyebabnya karena merasa kekurangan untuk melakukan
hubungan seks dengan manusia. Hal ini bisa terjadi pada pria dan wanita. Mislanya seorang
wanita yang memelihara anjing yang sangat disayanginya. Dia melatih anjingnya untuk menjilati
kelaminnya dan kemudian bersetubuh dengan anjing itu. Kepuasan seksualnya diperoleh dari
persetubuhan dengan anjingnya.
10. Zoophilia
adalah hubungan seksual antara manusia dengan binatang, contohnya manusia dengan kuda,
anjing, sapi, kambing, ayam, bebek, kucing, babi, simpanse. Jika bestialitas adalah sebutan untuk
aktivitas seksualnya, maka kecenderungan atau ketertarikan seksual manusia terhadap binatang
disebut zoofilia.
11. Nekrofilia
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang yang sudah menjadi mayat
/ orang mati.
12. Onani dan Masturbasi
Masturbasi, onani, atau rancap adalah perangsangan seksual yang sengaja dilakukan pada
organ kelamin untuk memperoleh kenikmatan dan kepuasan seksual. Perangsangan ini dapat
dilakukan tanpa alat bantu ataupun menggunakan sesuatu objek atau alat, atau kombinasinya.
Masturbasi merupakan suatu bentuk autoerotisisme yang paling umum, meskipun ia dapat pula
dilakukan dengan bantuan pihak (orang) lain.


Penyebab Perilaku Penyimpangan Sexual
Menurut Waskito (1993:29) penyebab penyimpangan seks pada remaja disebabkan oleh :
1) Faktor intern
- Kelainan fisik sejak lahir
- Kelainan pengaruh obat
- Problem emosional
2) Faktor ekstern
- Lingkungan keluarga
Pada saat ini di kota-kota besar terkadang dapat dikatakan bahwa keluarga kita pada umumnya
bahwa keluarga kita pada umumnya tidak sempat lagi memperhatikan kebutuhan remaja akan
penerapan moral dan pendidikan agama pada putra-putrinya, selain itu diakibatkan tidak
harmonisnya hubungan antara remaja dengan orang tua. Misalnya akibat broken home atau
orang tua tinggalnya berjauhan padahal pada saat tertentu remaja sangat membutuhkan orang tua
tetapi mereka tidak disisinya.
- Lingkungan sosial
Terjadi perubahan sosial dapat menyebabkan pergeseran nilai-nilai pada remaja. Perkenalan
remaja dengan seks sesungguhnya bukan sepenuhnya kesalahan mereka. Perkenalan tersebut
akibat dari lingkungan yang mendorong mereka tidak hanya mengenal seks tetapi sekaligus
mempraktekkan hubungan seks diluar nikah. Para remaja mungkin bisa memalingkan muka atau
mematikan TV, VCD yang menayangkan film dengan adegan kissing atau berkumpul di tepi
pantai. Adegan-adegan itu mereka saksikan hampir setipa hari pada saatnya mereka seharusnya
belajar dan beribadah.
- Lingkungan sekolah
Masalah seksual pada remaja mungkin terjadi karena kegagalannya sekolah formal untuk
mensosialisasikan nilai-nilai moral dan nilai-nilai agama yang akan membentuk disiplin para
remaja. Pada saat ini lembaga-lembaga pendidikan agaknya lebih banyak memusatkan muatan
pengajaran pada masalah IPTEK dan kurang memaksimalkan masalah-masalah moralitas.



Menurut Sarwono (1990:149) penyebab remaja melakukan penyimpangan perilaku seksual
antara lain:
1) Meningkatkan libido seksual
Kematangan organ kelamin mengakibatkan munculnya dorongan-dorongan seksual yang
menyebabkan menegangnya alat kelamin, sehingga untuk melepaskan ketegangan itu remaja
melakukan hubungan seksual. Dalam tubuh remaja diproduksi zat hormon kelamin yang
mempunyai pengaruh pada alat-alat kelamin sehingga timbul dorongan seksual pada remaja.
Perubahan-perubahan hormonal yang terjadi membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah
laku seksual tertentu.
2) Penundaan usia perkawinan
Taraf pendidikan yang semakin tinggi di masyarakat, maka semakin tertunda kebutuhan untuk
melaksanakan perkawinan misalnya belum menyelesaikan studi karena tuntunan orang tua,
belum mendapatkan pekerjaan yang jelas, hal ini dapat berakibat buruk jika seseorang yang
sudah waktunya menikah belum menikah. Di lain pihak terdapat norma sosial yang semakin
lama semakin menuntut persyaratan yang semakin tinggo untuk perkawinan, misalnya
pendidikan, pekerjaan dan batas usia minimum dalam menikah.
3) Tabu-larangan
Di kalangan masyarakat terutama orang tua seks masih dibicarakan secara sembunyi-sembunyi
dan sebagian lagi menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara
terbuka. Orang tua menganggap bahwa remaja akan mengetahui seks setelah mereka menikah
dan melarang membicarakan seks dengan siapapun.
4) Kurangnya informasi tentang seks
Dengan adanya teknologi yang canggih melalui media massa yang tidak terbendung akan
mengakibatkan pengaruh buruk bagi remaja seperti buku-buku cabul, blue film, melihat praktek
seksual dan lain-lain. Remaja dalam melihat teknologi yang canggih itu, ingin tahu dan mencoba
atau meniru apa yang dilihat dan didengarnya. Hal ini dikarenakan belum mengetahui masalah
seksual dari orang tuanya yang mempunyai pandangan bahwa seks itu tabu, sehingga mereka
mencari informasi seks secara sembunyi-sembunyi dan belum jelas kebenarannya.
5) Pergualan bebas
Adanya kecenderungan pergaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat
dengan tidak mematuhi aturan dan norma yang berlaku. Dengan mudah kita dapat melihat
perilaku penyimpangan seksual. Hal ini sebagai akibat berkembangannya peran dan pendidikan
wanita yang semakin sejajar dengan pria.
Pengobatan Perilaku Penyimpangan Sexual
1) Seseorang yang melakukan penyimpangan seks, secara umum ia mempunyai beban
psikologis yaitu merasa berdosa dan minder. Maka untuk penyembuhan ini si penderita bisa
menghubungi atau berkonsultasi dengan psikolog atau konselor di sekolah, karena konselor dan
psikolog tersebut akan menyembuhkan si penderita sampai dia tiak merasa terbebani dan timbul
percaya diri lagi dan juga tidak mengulangi lagi penyimpangan seks.
2) Sosiologis
Penyembuhan secara sosiologis cenderung mengarah psikologis namun yang menangani lain.
Kalau psikolog yang menangani atau konselor kalau disekolah penyembuhan sosiologis yang
menangani bisa orang tua, tokoh masyarakat atau pemuka agama. Mereka melakukan
penyembuhan secara psikis dengan menggodok pasien dengan kerohanian atau keagamaan
secara terus menerus sampai sembuh. Namun ada juga penyembuhan sosiologis yang
menyembuhkan penyakit fisik yaitu dengan pengobatan alternatif.
3) Medis
Pada umumnya orang yang melakukan penyimpangan seks akanterkena penyakit. Sedangkan
pada umunya terapi melalui medis menyangkut keadaan fisik seseorang yang terkena penyakit,
maka terapi medis ini langsung pada pengobatan yang dilakukan oleh dokter sampai sembuh.

Anda mungkin juga menyukai