Laporan Fistum Perkecambahan & Dormansi
Laporan Fistum Perkecambahan & Dormansi
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim
tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadimasalah karena produksi benih bermutu
masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna atau petani. Benih dari segi teknologi diartikan
sebagai organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang tersimpan dalam
wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi.
Keadaan hidup dari organisme dicirikan oleh pertambahan berat dan kekompleksannya
secara sistematik. Peristiwa ini dapat dibahas dalam pengertian proses pertumbuhan dan
perkembangan yang saling menjalin. Pertumbuhan, dalam arti terbatas, menunjuk pada penambahan
ukuran yang tidak dapat dibalik, yang mencerminkan pertambahan protoplasma. Perkembangan
diartikan pada diferensiasi, suatu perubahan dalam tingkat lebih tinggi yang menyangkut
spesialisasi dan organisasi secara anatomi danfisiologi (Harjadi, 1996).
Perkecambahan merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang
keluar menembus kulit biji (Salibury, 1985: 4160). Di balik gejala morfologi dengan permunculan
radikula tersebut, terjadi proses fisiologi- biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses
perkecambahan fisiologis.
Secara fisiologi, proses perkecambahan berlangsung dalam beberapatahapan penting
meliputi :
Absorbsi air dan Metabolisme pemecahan materi cadangan makanan
Transport materi hasil pemecahan dari endosperm ke embrio yang aktif bertumbuh
Proses-proses pembentukan kembali materi-materi baru
Respirasi
Pertumbuhan
Banyak faktor yang mengontrol proses perkecambahan biji, baik yang internal dan
eksternal. Secara internal proses perkecambahan biji ditentukan keseimbangan antara promotor dan
inhibitor perkecambahan, terutam asamgiberelin (GA) dan asam absisat (ABA). Faktor eksternal
yang merupkan ekologi perkecambahan meliputi air, suhu, kelembaban, cahaya dan adanya
senyawa-senyawa kimia tertentu yang berperilaku sebagai inhibitor perkecambahan (Mayer,
1975:46-43).
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau
bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal.
Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu.
Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan, atau kimiawi. Pada beberapa
jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen,
sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara
mengatasi dormansi tersebut.
II. Tujuan
Mengetahui pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji dan melihat pengaruh penipisan
kulit biji terhadap kemampuan biji berkecambah.
METODE PENELITIAN
0 2 4 6 8 10 12 14
Bobot (gram) 0,8 0,7 1,2 1,6 2,2 1,9 0,8 2,9
Radikula (cm) 0,6 3 5 2,5 8 13 5 9
Plumula (cm) 0,4 0,5 1,1
Daun (cm) 1,7 2,5 4 3,5 5,5
Epikotil 0,5 6 9
Hipokotil 4 6 9
Batang 11,5 20
0 2 4 6 8 10 12 14
Bobot (gram) 0,77 0,5 0,8 1,7 1,3 2,2 0 0,5
Radikula (cm) 0,5 3,5 3,5 5 3,5 8 0 6,5
Plumula (cm) 0,4 0,6 0,7
Daun (cm) 1,5 0 2 0
Epikotil 1 3,5 12
Hipokotil 10,5 14 17
Batang 7,5
100%
90%
% Pertumbuhan 80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
0 2 4 6 8 10 12 14
Hari
100%
80%
% Pertumbuhan
60%
40%
20%
0%
0 2 4 6 8 10 12 14
Hari
Percobaan dilakukan untuk melihat pengaruh cahaya terhadap perkecambahan biji dan
melihat pengaruh penipisan kulit biji terhadap kemampuan biji berkecambah. Percobaan
perkecambahan menggunakan biji Phaseolus vulgaris yang direndam terlebih dahulu selama
setengah jam kemudian biji tersebut di tanam di pot masing-masing pot diisi 10 biji yang kemudian
diletakan ditempat gelap dan tempat terang.
Kacang di tempat terang memiliki batang yang gemuk, sehat dan subur serta daun yang
hijau. Sedangkan batang kacang hijau di tempat gelap kelihatan kurus,
lemah, pucat, dan memiliki daun berwarna kuning. Hal ini disebabkan oleh hormon auksin. Fungsi
utama hormon auksin adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memacu pemanjangan sel di
daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin ini sangat peka terhadap cahaya matahari. Bila
terkena cahaya matahari, hormon ini akan terurai dan rusak. Pada keadaan yang gelap, hormon
auksin ini tidak terurai sehingga akan terus memacu
pemanjangan batang. Akibatnya, batang tanaman akan lebih panjang jika ditanam di tempat yang ge
lap tetapi dengan kondisi fisik tanaman yang kurang sehat, akar yang banyak dan lebat,
batangterlihat kurus tidak sehat, warna batang dan daun pucat serta kekurangan klorofil sehingga
daun berwarna kuning (etiolasi). Namun selain hormone auksin, air juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan.
Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya
sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap. Hal ini
disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari dan cahaya matahari
meningkatkan proses asimilasi yang terjadi pada daun kacang.
Pada percobaan ini, perbedaan panjang batang pada kecambah tempat gelap dan terang yaitu
kecambah tempat terang rata-rata pertambahan panjang batang cukup rendah karena hormon auksin
yang berperan dalam proses pemanjangan sel dihambat oleh cahaya matahari langsung,
dibandingkan kecambah tempat gelap yang memiliki rata-rata pertambahan panjang yang cukup
tinggi, hal disebabkan oleh hormon auksin yang bekerja efektif pada tempat gelapkarena tidak
dihambat oleh cahaya matahari. Sedangkan pada pertambahan panjang daun, kecambah di tempat
terang memiliki rata-rata pertambahan panjang daun yang cukup tinggi dibandingkan dengan pada
tempat gelap, hal ini disebabkan daun pada tempat terang cenderung menerima cahaya matahari
maksimal untuk proses asimilasinya sehingga memicu jumlah klorofil yang tinggidan akan
mempengaruhi luas bidang daun, sedangkan pada daun di tempat gelap tidak terjadi proses asimilasi
karena daunya tidak mengandung klorofil (etiolasi) disebabkan tidak mendapatkan cahaya matahari
yang cukup.
Berdasarkan hasil percobaan dapat diketahui bahwa biji saga (Abrus precatorius) termasuk
dalam biji yang mempunyai kulit keras (ciri-ciri biji tanaman kelompok leguminosae) sehingga sulit
untuk memecah masa dormansinya karena impermeabel terhadap air. Hal ini sesuai dengan
pernyataan yang menyatakan bahwa benih yang impermeabel terhadap air dikenal sebagai benih
keras(hard seed ). Benih keras (hard seeds) banyak dijumpai
pada benih leguminosae berukuran kecil. Benih keras gagal mengimbibisi air selama 2 atau 3
minggu, periode yang cukup untuk uji daya berkecambah. Pada benih keras tertentu sulit dibedakan
apakah penghambatan penyerapan air ataukah penghambatan mekanis untuk berkembangnya
embrio sebagai penyebab dormansi. Begitu juga pada biji flamboyan yang cukup keras, kasus yang
terjadipun sama.
Perlakuan yang diberikan kepada kedua biji yaitu dengan ddikikir sisi ujungnya dengan
harapan dapat memudahkan perkecambahan, menurut Dwidjoseputro (1985), perlakuan tersebut
diberikan agar kulit benih menjadi lebih mudah untuk menyerap air yang dibutuhkan untuk
berkecambah. perlakuan secara mekanis dapat diberikan pada benih yang bersifat ortodok untuk
menghilangkan dormansi akibat kulit benih, sehingga mempermudah peresapan air ke dalam benih.
Dengan demikian akan mempercepat perkecambahan benih. namun hasil yang didapat pada
praktikum tidak adanya pertumbuhan dari kedua jenis biji setelah 14 hari.
PENUTUP
V. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini tanaman kacang yang ditanam ditempat gelaptumbuh
lebih cepat dibanding yang ditempat terang, hal ini menunjukan adanya pengaruh cahaya
matahari terhadap perkecambahan. Kemudian pengaruh penipisan kulit pada biji yang
dorman kurang efektif untuk memecah biji yang dormansi.
DAFTAR PUSTAKA
Matondang I, et al. 2009. Penuntun praktikum fisiologi tumbuhan. Laboratorium Botani Fakultas
Biologi Universitas Nasional. Jakarta.
https://www.academia.edu/17309938/Ilmu_Tanaman__Fisiologi_Perkecambahan_dan_Dormansi_
Biji (diakses pada 30 Oktober 2019)
https://www.academia.edu/8972461/PERKEMBANGAN_KECAMBAH_DALAM_GELAP_DAN
_TERANG (diakses pada 30 Oktober 2019)
Gambar 1. Hasil pertumbuhan pada tempat terang dan gelap (kiri ke kanan)