Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN MATERI Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) melalui

Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) Berbasis Zonasi

Tujuan PKP berbasis zonasi adalah Meningkatkan kompetensi siswa melalui pembinaan guru dalam
merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengevaluasi pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).
Manfaat program PKP
• Membiasakan guru untuk membuat pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat
tinggi mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaiannya
• Membiasakan siswa untuk berpikir tingkat tinggi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya
• Memberikan acuan kepada kepala sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik
• Memberikan acuan kepada pengawas sekolah dalam pelaksanaan supervisi akademik dan manajerial.
Tujuan zona PKP
• Mewujudkan pemerataan pendidikan yang berkualitas dan berkeadilan.
• Meningkatkan efisiensi dan efektifitas peningkatan kompetensi pembelajaran, di mana kegiatan
dilakukan secara terintegrasi dalam satu area wilayah dengan mempertimbangkan jarak, akses, dan
volume guru yang ikut serta.
• Memudahkan dalam melakukan pemetaan kompetensi, kinerja, serta aktivitas guru.
• Memudahkan dalam melakukan pembinaan terhadap program peningkatan kompetensi guru sesuai
dengan hasil pemetaan yang dilakukan.
• Memudahkan dalam melakukan supervisi dan koordinasi peningkatan kompetensi pembelajaran.

INTEGRASI PPK (Penguatan Pendidikan Karakter) DAN GLN (Gerakan Literasi Nasional) DALAM
PEMBELAJARAN BERBASIS HOTS
Religiositas
• Beriman dan Bertaqwa
• Menjalankan segala perintah-Nya
• Disiplin beribadah
• Bersih
• Peduli lingkungan lingkungan
• Memanfaatkan lingkungan dengan bijak
• Toleransi
• Saling enolong/menghormati
• Cinta damai
• Peduli sosial
Nasinalime
• Cinta tanah air
• Semangat kebangsaan
• Menghargai kebhinnekaan
• Demokratis
• Rela berkorban
• Taat hukum
Kemandirian
• Kerja keras (etos kerja)
• Kreatif dan inovatif
• Disiplin
• Tangguh
• Rasa ingin tahu dan menghargai prestasi
• Gemar membaca/pembelajar sepanjang hayat
Gotong royong
• Kerja sama
• Solidaritas
• Kekeluargaan
• Bersahabat/komunikatif
• Berorientasi pada kemaslahatan bersama
Integritas
• Kejujuran
• Keteladanan
• Tanggungjawab
• Antikorupsi
• Komitmen moral
• Cinta pada kebenaran

Literasi adalah kemampuan dalam menggunakan berbagai ketrampilan dalam kehidupan.

6 literasi dasar

a. Literasi baca tulis


Kemampuan memahami teks, audio, video dan gambar serta menuangkan ide dalam tulisan
b. Literasi numerasi
Kemampuan menginterprestasikan symbol dan angka serta informasi dalam bentuk grafik, table bagan
dan diagram.
c. Literasi sains
 Pemahaman terhadap fenomena alam disekitar dengan menggunakan metode berpikir inquiri
 Kemampuan untuk menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, menarik
kesimpulan dalam rangka memahami serta membuat keputusan yang berkenaan dengan alam.
 Seseorang disebut literat terhadap sains, jika memiliki kompetensi untuk:
1. Menjelaskan fenomena sains
2. Mengevaluasi & mendesain pengetahuan & keterampilan sains secara mandiri
3. Menginterpretasi data & bukti sains
d. Literasi finansial
 Kemampuan untuk mengolah keuangan
 Kemampuan untuk memahami bagaimana uang berpengaruh di dunia (bagaimana seseorang
mengatur untuk menghasilkan uang, mengelola uang, menginvestasikan uang dan menyumbangkan
uang untuk menolong sesama).
 Rangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, dan keterampilan
konsumen dan masyarakat sehingga mereka mampu mengelola keuangan dengan baik.
e. Literasi digital
 Kemampuan berkomunikasi melalui dunia digital dengan bijak
• Kecakapan (life skills) yang tidak hanya melibatkan kemampuan penggunaan perangkat teknologi,
informasi dan komunikasi semata, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, kemampuan dalam
pembelajaran, maupun memiliki sikap, berpikir kritis, kreatif, serta inspiratif sebagai kompetensi
digital.
f. Literasi budaya dan kewargaan
Pemahaman dan sikap terhadap keragaman budaya Indonesia juga pemahaman dan penerapan hak dan
kewajiban sebagai warga masyarakat.
Literasi dan ketrampilan berpikir tingkat tinggi
• Menghubungkan pengetahuan dengan pengalaman sebelumnya.
• Melakukan preview dan prediksi untuk meningkatkan pemahaman teks.
• Mengelola informasi dan menerapkan kerangka dan kategori yang bermaka.
• Mampu menggunakan pancaindra (melihat, mendengar, merasakan, membaui, atau mengecap)
gambaran yang disampaikan dalam teks tulis.
• Memantau pemahaman secara mandiri.
• Mengevaluasi teks secara kritis.
• Memberikan penilaian terhadap bentuk dan/atau isi teks.
• Menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari teks untuk situasi baru.

KONSEP DASAR HOTS


Keterampilan berpikir tingkat tinggi atau High Order Thinking Skill (HOTS) adalah proses berfikir kompleks
dalam menguraikan materi, membuat kesimpulan, membangun representasi, mengnalisis, dan membangun
hubungan dengan melibatkan aktivitas mental yang paling dasar. (Resnick:987)
Pembelajaran yang berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi adalah pembelajaran yang
melibatkan 3 aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu: transfer of knowledge, critical and creative
thinking, dan problem solving. Dalam proses pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi tidak
memandang level KD, apakah KD nya berada pada tingkatan C1, C2, C3, C4, C5, atau C6.
Aspek ketrampilan berpikir tingkat tinggi adalah
Transfer knowledge
Critical dan creative thingking
Pemecahan masalah

1. Transfer knowledge
Keterampilan berpikir sesuai dengan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang menjadi satu kesatuan
dalam proses belajar dan mengajar.
Ranah kognitif meliputi kemampuan dari peserta didik dalam mengulang atau menyatakan kembali
konsep/prinsip yang telah dipelajari dalam proses pembelajaran yang telah didapatnya.
Proses kognitif sesuai dengan level kognitif Bloom
LOTS
C1 (Mengingat): mengambil pengetahuan yang relevan dari ingatan
KKO (mengutip, menjelaskan, menyebutkan, mengidentifikasi, menunjukan,
menyatakan, menulis)
C2 (Memahami) : Membangun arti dari proses pembelajaran, termasuk komunikasi lisan, tertulis, dan
gambar
KKO (memperkirakan, menjelaskan, membandingkan, menghitung, mengasosiasi,
mencontohkan)
C3 (Mengaplikasikan) : Melakukan atau menggunakan prosedur di dalam situasi yang tidak biasa
KKO (mengurutkan, menentukan, menerapkan, menghitung,
mengklasifikasikan)
HOTS
C4 (Menganalisis) : Memecah materi ke dalam bagian-bagiannya dan menentukan bagaimana bagian
bagian itu terhubungkan antarbagian dan ke struktur atau tujuan keseluruhan
KKO (memecahkan, menganalisis, menyimpulkan, menelaah, memadukan)
C5 (Mengevaluasi) : Membuat pertimbangan berdasarkan kriteria atau standar
KKO ( Membandingkan, menilai, memprediksi, membuktikan)
C6 (Mencipta) : Menempatkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk keseluruhan
secara koheren atau fungsional; menyusun kembali unsur-unsur ke dalam pola atau
struktur baru
KKO (Mengumpulkan, mengabstraksi, mengategorikan, mengkreasikan,
membentuk, menghubungkan, merumuskan)
Dimensi pengetahuan
 Faktual adalah pengetahuan tentang eleman-elemen terpisah dan memiliki cirinya tersendiri,
meliputi pengetahuan tentang terminology (meliputi nama dan symbol-simbol verbal dan
nonverbal tertentu, contohnya kata-kata, angka, tanda dan gambar) dan pengetahuan yang
detail dan elemen yang lebih spesifik mengacu pada peristiwa-peristiwa, tempat-tempat, orang-
orang, tanggal dan sumber informasinya.
 Konseptual adalah pengetahuan tentang bentuk yang lebih kompleks dan terorganisasi,
mencakup klasifikasi dan kategori, prinsip, model, dan struktur
 Prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, mencakup
pengetahuan dalam hal keterampilan dan algoritmik, Teknik dan metode, dan model dan
struktur.
2. Critical dan creative thingking
Berpikir kritis merupakan proses dimana segala pengetahuan dan keterampilan dikerahkan dalam
memecahkan permasalahan yang muncul, mengambil keputusan, menganalisis semua asumsi yang
muncul dan melakukan investigasi atau penelitian berdasarkan data dan informasi yang telah
didapatkan sehingga menghasilkan informasi atau simpulan yang diinginkan
Elemen dasar tahapan keterampilan berpikir kritis, yaitu FRISCO (Fokus, Reason, Inference, Situation,
Clarity, Overview)
Berpikir kreatif dapat berupa pemikiran imajinatif, menghasilkan banyak kemungkinan solusi, berbeda,
dan bersifat lateral.
3. Problem Solving
Ketrampilan untuk dapat memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari
6 langkah untuk memecahkan masalah adalah menentukan masalah, mengeksplorasi masalah,
merencanakan masalah, melaksanakan rencana, memeriksa solusi, mengevaluasi.

KOMPETENSI KETERAMPILAN 4CS (CREATIVITY, CRITICAL THINKING, COLLABORATION, COMMUNICATION)

Pembelajaran abad 21 menggunakan istilah yang dikenal sebagai 4Cs (critical thinking, communication,
collaboration, and creativity). 4Cs adalah empat keterampilan yang telah diidentifikasi sebagai keterampilan
abad ke-21 (P21) yaitu keterampilan yang sangat penting dan diperlukan untuk pendidikan abad ke-21.
Creativity Thinking and innovation
Peserta didik dapat menghasilkan, mengembangkan, dan mengimplementasikan ide-ide mereka secara
kreatif baik secara mandiri maupun berkelompok.
Critical Thinking and Problem Solving
Peserta didik dapat mengidentifikasi, menganalisis, menginterpretasikan, dan mengevaluasi bukti-bukti,
argumentasi, klaim, dan data-data yang tersaji secara luas melalui pengkajian secara mendalam, serta
merefleksikannya dalam kehidupan seharihari.
Communication
Peserta didik dapat mengomunikasikan ide-ide dan gagasan secara efektif menggunakan media lisan, tertulis,
maupun teknologi.
Collaboration
Peserta didik dapat bekerja sama dalam sebuah kelompok dalam memecahkan masalah yang ditemukan

ANALISIS KOMPETENSI DASAR (KD)


Syaratnya:
1. Pahami dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakogitif
2. Pahami makna dari setiap tingkat kognitif pada taksonomi bloom (C1-C6)
3. Tidak berpatokan hanya pada Kata Kerja KD tetapi baca utuh deskripsi KD
Contoh :
KD 3.2 Menghubungkan ciri pubertas pada laki-laki dan perempuan dengan kesehatan reproduksi
Tingkat kompetensi KD adalah Menganalisis (C4)
Dimensi pengetahuan KD adalah KONSEPTUAL

Penentuan target KD
a. Tidak merubah deskripsi pada KD
b. Memisahkan setiap kompetensi/kata kerja yang ada pada KD
c. Memisahkan setiap materi pada KD (jika bukan satu kesatuan)
d. Memisahkan setiap proses pencapaian (jika tidak satu kesatuan)
e. Menuliskan target jika ada kata “dan/atau” menjadi target yang terpisah

Contoh :

KD 3.2 Menghubungkan ciri pubertas pada laki-laki dan perempuan dengan kesehatan reproduksi

Target KD :1. Menghubungkan ciri pubertas pada laki-laki dengan kesehatan reproduksi

1. Menghubungkan ciri pubertas pada perempuan dengan kesehatan reproduksi

PERUMUSAN INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI (IPK)

Ketentuan perumusan IPK


1. Indikator dirumuskan dari KD
2. Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur
3. Dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudah dipahami.
4. Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda
5. Hanya mengandung satu tindakan.
6. Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi & kebutuhan peserta didik, sekolah, masyarakat
dan lingkungan/daerah;
IPK dikategorikan menjadi yaitu IPK kunci, IPK pendukung, IPK pengayaan
IPK kunci
a. Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK (Urgensi, Keterkaitan, Relevansi, keterpakaian)
b. Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi minimal yang terdapat pada KD.
c. Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian standar minimal dari KD.
d. dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, sehingga kompetensi minimal yang harus dikuasai siswa tercapai berdasarkan tuntutan
KD mata pelajaran.
IPK Pendukung
a. Membantu peserta didik memahami indikator kunci.
b. Dinamakan juga indikator prasyarat yang berarti kompetensi yang sebelumnya telah dipelajarai siswa,
berkaitan dengan indicator kunci yang dipelajari.
IPK Pengayaan
a. mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari tuntutan kompetensi dari standar minimal KD.
b. tidak selalu harus ada.
c. dirumuskan oleh pendidik apabila potensi peserta didik memiliki kompetensi yang lebih tinggi dari dan
perlu peningkatan yang baik dari standar minimal KD.
Indikator kunci harus menjadi fokus perhatian guru dalam pelaksanaan penilaian karena indikator kuncilah yang
menjadi tolok ukur dalam mengukur ketercapaian kompetensi minimal peserta didik berdasarkan Kompetensi
Dasar. Dengan kata lain, indikator kunci adalah indikator yang harus diujikan kepada peserta didik (dinilai).
Sedangkan indikator pendukung dan indikator pengayaan dalam melakukan penilaian disesuaikan dengan
tingkat kebutuhan pemahaman peserta didik terhadap indikator kunci yang telah diberikan.

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN
1. Model Discovery Learning
Sintak pada Discovery learning
1) Pemberian rangsangan (stimulation)
 Peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan
untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.
 Stimulasi pada fase ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan
2) Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement)
Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis,
yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
3) Pengumpulan data (data collection)
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan
demikian peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba
sendiri dan sebagainya.
4) Pengolahan data (data processing)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi baik melalui wawancara, observasi,
dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5) Pembuktian (verification)
Peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil pengolahan data.
6) Menarik simpulan/generalisasi (generalization).
Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.
2. Model Problem Based Learning (PBL)
Sintaks PBL
a. Orientasi peserta didik pada masalah
Kelompok mengamati dan memahami masalah yang disampaikan guru atau yang diperoleh dari bahan
bacaan yang disarankan.
b. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Peserta didik berdiskusi dan membagi tugas untuk mencari data/bahan-bahan/alat yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah.
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Peserta didik melakukan penyelidikan (mencari data/referensi/sumber) untuk bahan diskusi kelompok.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Kelompok melakukan diskusi untuk menghasilkan solusi pemecahan masalah dan hasilnya
dipresentasikan/disajikan dalam bentuk karya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Setiap kelompok melakukan presentasi, kelompok yang lain memberikan apresiasi. Kegiatan dilanjutkan
dengan merangkum/ membuat kesimpulan sesuai dengan masukan yang diperoleh dari kelompok lain
3. Model Project Based Learning (PjBL)
Sintaks PjBL
a. Pertanyaan Mendasar
Mengajukan pertanyaan mendasar apa yang harus dilakukan peserta didik terhadap topik/ pemecahan
masalah.
b. Mendesain Perencanaan Produk
Peserta didik berdiskusi menyusun rencana pembuatan proyek pemecahan masalah meliputi
pembagian tugas, persiapan alat, bahan, media, sumber yang dibutuhkan
c. Menyusun Jadwal Pembuatan
Peserta didik menyusun jadwal penyelesaian proyek dengan memperhatikan batas waktu yang telah
ditentukan bersama.
d. Memonitor keaktifan dan perkembangan proyek
Peserta didik melakukan pembuatan proyek sesuai jadwal, mencatat setiap tahapan, mendiskusikan
masalah yang muncul selama penyelesaian proyek dengan guru.
e. Menguji hasil
Membahas kelayakan proyek yang telah dibuat dan membuat laporan produk/ karya untuk dipaparkan
kepada orang lain.
f. Evaluasi pengalaman belajar
Setiap peserta didik memaparkan laporan, peserta didik yang lain memberikan tanggapan, dan bersama
guru menyimpulkan hasil proyek.

Tekhnik penilaian pengetahuan

1. Tes tulis
Bentuk tes tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.
2. Tes lisan
Selain bertujuan mengecek penguasaan pengetahuan peserta didik (assessment of learning), tes lisan
terutama digunakan untuk perbaikan pembelajaran (asessment for learning). Tes lisan juga dapat
menumbuhkan sikap berani berpendapat, percaya diri, dan kemampuan berkomunikasi secara efektif.
Tes lisan juga dapat digunakan untuk melihat ketertarikan peserta didik terhadap materi yang diajarkan
dan motivasi peserta didik dalam belajar (assessment as learning).
3. Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik untuk mengukur dan/atau memfasilitasi
peserta didik memperoleh atau meningkatkan pengetahuan. Penugasan untuk mengukur pengetahuan
dapat dilakukan setelah proses pembelajaran (assessment of learning). Sedangkan penugasan untuk
meningkatkan pengetahuan diberikan sebelum dan/atau selama proses pembelajaran (assessment for
learning).

Hasil penilaian dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan dan perkembangan peserta didik. Di samping
itu hasil penilaian dapat juga memberi gambaran tingkat keberhasilan pendidikan pada satuan pendidikan.
Berdasarkan hasil penilaian, kita dapat menentukan langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar oleh pendidik

Tekhnik penilaian ketrampilan

1. Penilaian praktik
Penilaian praktik merupakan penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu
aktivitas sesuai dengan tuntutan kompetensi. Dengan demikian, aspek yang dinilai dalam penilaian
praktik adalah kualitas proses mengerjakan/melakukan suatu tugas.
2. Penilaian produk
Penilaian produk merupakan penilaian terhadap keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan yang dimiliki ke dalam wujud produk dalam waktu tertentu sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan baik dari segi proses maupun hasil akhir. Penilaian produk dilakukan terhadap kualitas
suatu produk yang dihasilkan.
3. Penilaian proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
4. Penilaian portofolio
Penilaian portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan karya atau dokumen peserta didik yang tersusun
secara sistematis dan terorganisasi, diambil selama proses pembelajaran dan digunakan oleh guru dan
peserta didik untuk menilai dan memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap
peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
5. Tekhnik lain
Pengukuran keterampilan dalam ranah berpikir abstrak (membaca, menulis, menyimak, dan
menghitung) dapat digunakan teknik lain seperti tes tertulis. Pada mata pelajaran matematika atau IPA,
untuk mengetahui kompetensi peserta didik menyelesaikan masalah yang terkait dengan konsep-konsep
dalam kedua mata pelajaran tersebut dapat dilakukan dengan tes tertulis. Pada mata pelajaran rumpun
bahasa, peserta didik menyusun berbagai jenis teks.

SOAL HOTS

Soal HOTS tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja, tetapi menggambarkan
kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah
(problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen
(reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

Soal yang termasuk Higher Order Thinking memiliki ciri-ciri:


1. transfer satu konsep ke konsep lainnya
2. memproses dan menerapkan informasi
3. mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda
4. menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah
5. menelaah ide dan informasi secara kritis

LEVEL KOGNITIF
1. Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)
Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami
(C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Terkadang soal-
soal pada level 1 merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat
mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau menyebutkan langkahlangkah (prosedur)
melakukan sesuatu. Namun soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS.
2. Aplikasi (Level 2)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi daripada level pengetahuan
dan pemahaman. Level kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan
(C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan pengetahuan faktual, konseptual,
dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan
pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual (situasi
lain). Bisa jadi soal-soal pada level 2 merupakan soal kategori sedang atau sukar, karena untuk menjawab soal
tersebut peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau
menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan
pada konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah
merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan,
menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.
3. Penalaran (Level 3)
Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal
pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan masalah-masalah
kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan
peserta didik untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan
menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta
didik untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan.
Sedangkan pada dimensi proses berpikir mengkreasi (C6) menuntut kemampuan peserta didik untuk merancang,
membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat,
memperindah, menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal
pada level 3 adalah menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan
(evaluasi), memprediksi dan merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru untuk memecahkan masalah
kontesktual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan
mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaikan soal-
soal level 3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antara lain: menguraikan,
mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji,
menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui,
menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan menggubah.

Anda mungkin juga menyukai