I. Pendahuluan
Spektroskopi atom adalah teknik untuk menentukan komposisi unsur analit
berdasarkan spektrum elektromagnetik atau massanya. Beberapa teknik analitik telah
tersedia, dan pemilihan yang tepat adalah kunci untuk mencapai hasil analisis yang akurat
dan andal. Seleksi yang tepat membutuhkan pemahaman dasar masing-masing teknik karena
tiap teknik memiliki kekuatan dan keterbatasan. Berikut akan dijelaskan gambaran umum
dasar-dasar teknik analisis:
a. FAAS (Flame Atomic Absorption Spectroscopy)
b. GFAAS (Grafit furnace atomic absorption spectroscopy)
c. AES (Atomis emision spectroscopy)
d. ICP-AES (Inductively Coupled Plasma Atomic Emission Spectroscopy)
e. ICP-MS (Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry)
II. Flame-AAS
Dalam Flame AAS, nyala api udara/asetilen atau nitrous oksida asetilen digunakan
untuk menguapkan pelarut dan memecah komponen dalm sampel menjadi komponen atom-
atom. Ketika sumber sinar dari lampu katoda ( dipilih berdasarkan elemen yang dianalisis)
melewati awan atom, atom yang sesuai menyerap sinar radiasi resonansi dari lampu katoda
sehingga menyebabkan atom tereksitasi. Transmisi sinar dari atom diukur oleh detektor untuk
menghitung konsentrasi elemen dalam sampel. Hubungan antara jumlah sinar yang diserap
dan konsentrasi analit dalam standar yang diketahui dapat digunakan untuk menentukan
konsentrasi sampel dengan bantuan kurva linier standar. Sumber cahaya yang biasanya
digunakan adalah lampu katoda berongga (HCL) atau lampu pelepasan muatan listrik tanpa
kabel (EDL).
Mekanisme kerja FAAS yaitu sampel dimasukkan sebagai aerosol ke dalam nyala
oleh sistem pengenalan sampel yang terdiri dari nebulizer dan spray chamber. Burner sejajar
sehingga sinar cahaya melewati api, kemudian cahaya diserap oleh atom. Keterbatasan utama
Flame AAS adalah sistem burner-nebulizer (perangkat pengambilan sampel) yang relatif
tidak efisien. Hanya sebagian kecil dari sampel yang mencapai nyala api.
Penggunaan temperatur limit nyala api pada flame aas untuk eksitasi atom dibatasi
pada maksimum 3000 °C (dengan sumber gas N2O/asetilen). Komponen logam alkali dan
banyak logam berat lain seperti timbal, kadmium, serta logam transisi seperti mangan, nikel
diatomisasi dalam flame AAS dengan efisiensi yang baik pada nyala api dan limit deteksi
pada rentang sub-ppm.
Namun, terdapat beberapa elemen seperti V, Zr, Mo dan boron yang tidak dapat
diatomisasi dengan baik pada nyala api. Hal tersebut karena terbatasnya temperatur
maksimum pada AAS, bahkan dengan penggunaan N2O/asetilen nyala api yang dihasilkan
tidak efisien untuk memecah molekul sampel menjadi atom logam tersebut. Sensitivitas
flame AAS untuk elemen tersebut kurang optimal dan disarankan penggunaan teknik lain.
Gambar 1. Gambar sederhana dari sistem Flame AAS (Perkin Elmer, 2006)
III. GF-AAS
Dalam Graphite Furnace Atomic Absorption (GFAA), sampel dimasukkan langsung
ke dalam tabung grafit, yang kemudian dipanaskan untuk menghilangkan komponen matriks
pelarut dan matriks utama dalam sampel kemudian suhu tinggi dalam tungku grafit
mengatomisasi sampel yang tersisa. Semua analit diatomisasi, dan atom dipertahankan di
dalam tabung (dan jalur sinar yang melewati tabung) untuk waktu yang lama sehingga
sensitivitas dan batas deteksi meningkat secara signifikan diatas Flame AA. Waktu analisis
Graphite Furnace lebih lama daripada Flame AAS, dan lebih sedikit elemen yang dapat
ditentukan menggunakan GFAA. Namun, peningkatan sensitivitas GFAA, dan
kemampuannya untuk menganalisis sampel yang sangat kecil, secara signifikan memperluas
kemampuan penyerapan atom. GFAA memungkinkan penentuan lebih dari 40 elemen dalam
volume sampel mikroliter dengan batas deteksi 100 hingga 1000 kali lebih baik daripada
sistem Flame AA.
V. ICP-AES
ICP-AES yaitu teknik analisis multielemen yang menggunakan inductively coupled
plasma untuk memecah sampel kedalam bentuk atom atau ionnya, mengeksitasi atom
tersebut sehingga menghasilkan emisi sinar pada panjang gelombang tertentu. Detektor
mengukur intensitas emisi sinar dan menghitung konsentrasi target elemen dalam sampel.
Ketika melakukan analisis ICP, sampel dipanaskan pada temperatur melebihi 10.000°C
sehingga elemen sampel yang tahan panas sekalipun dapat diatomisasi dengan afisiensi yang
tinggi. Limit deteksi untuk elemen-elemen yang dianalisis bisa lebih rendah dengan
instrumen ICP dibandingkan FAAS, yaitu pada retang 1-10 bagian per milyar (ppb).
Instrumen ICP terbagi 2 tipe yaitu radial dan aksial. Konfigurasi radial yaitu sumber
plasma keluar dari samping, melintasi saluran pusat pemancar plasma yang sempit. Sistem
terbarukan yaitu keluarnya sumber plasma ke saluran pemancar secara horizontal (dari atas
plasma) yang dikenal sebagai metode aksial. Tampilan aksial meningkatkan panjang jalur
plasma dan mengurangi sinyal latar belakang plasma, menghasilkan batas deteksi sebanyak
5-10x lebih rendah dibandingkan dengan konfigurasi radial. Instrument ICP dapat
menangkap lebih dari 60 elemen dalam satu analisis sampel dengan waktu hanya 1 menit,
tanpa pengurangan presisi atau limit deteksi
VI. ICP-MS
ICP-MS adalah teknik analisis multi elemen yang menggunaan sumber plasma ICP
untuk memecah sampel kedalam konstituen atom atau ionnya. Dalam ICP-MS, konstituen ion
yang terdeteksi bukan melainkan emisi sinar dari eksitasi atom. Ion-ion diekstraksi dari
plasma dan diteruskan ke spektrometer massa, di mana ion dipisahkan berdasarkan rasio
massa terhadap muatan atomnya (m/z) oleh penganalisa quadrupole atau magnetik.
Quadropole mass spectrometer adalah yang paling umum digunakan pada ICP-MS.
ICP-MS menyediakan informasi untuk setiap satuan massa atom (amu) atau Dalton.
Rasio massa ion terhadap muatannya, ditampilkan dengan satuan m / z pada daerah massa 3-
250 Dalton. Pengukuran rasio isotop sering digunakan untuk Pb dan U yang tidak memiliki
kelimpahan alami yang konstan, dan analisis sampel yang memiliki kelimpahan isotop yang
tidak alami.
Pengenceran isotop adalah metode spiking sampel dengan konsentrasi isotop murni
yang diketahui untuk dapat menentukan konsentrasi unsur yang sangat akurat. Syarat dari
teknik ini adalah elemen yang aan dianalisis harus memiliki lebih dari satu isotop.
Semua teknik AAS atau ICP digunakan pada area aplikasi yang hampir sama seperti
pada bidang lingkungan, pertambangan dan metalurgi, farmasi/bioteknologi, industri
semikonduktor, agrikultur, makanan, kimia/petrokimia, kesehatan dan klinis. Beberapa
aplikasi yang lebih cocok menggunakan teknik analisa ICP atau MS didasarkan pada jenis
elemennya contoh (logam tanah jarang secara umum dideteksi dengan quadrupole ICP-MS).
Tabel periodik dibawah ini membantu dalam memilik teknik yang tepat, namun perlu diingat
banyak overlaping teknik pada beberapa elemen
Sistem FAAS pada umumnya paling cepat pada proses persiapan alat dan running
sampel. FAAS dapat dioperasikan secara otomatis tetapi harus diawasi karena resiko
penggunaan gas yang mudah terbakar. Pengembangan metodenya mudah dan adanya metode
library yang luas. Sistem GFAAS terkadang lebih sulit proses persiapan alatnya karena
akurasi injeksi sampel yang dibutuhkan untuk hasil yang terbaik. Adanya batas penggunaan
tabung grafit memerlukan perawatan sistem sampling secara rutin.
Sistem ICP-AES mudah untuk disiapkan dan tidak harus selalu disesuaikan. Jika
terdapat gangguan spektra utama, pengembangan metode akan sulit namun, penggunaan
spektrometer resolusi tinggi akan meminimalisir masalah. Secara umum, pengembangan
metode ICP-AES relatif mudah meskipun metode library lebih sedikit dibandingkan AAS
dan GFAAS. ICP mampu dioperasikan secara otomatis tanpa selalu diawasi.
Sistem ICP-MS adalah yang paling mudah disiapkan untuk analisis rutin. Beberapa
bagian sistem (misalnya kerucut antarmuka) membutuhkan pemantauan untuk mencapai hasil
maksimal. Pengembangan metodenya perlu keahlian khusus pada high level. Sistem ICP-MS
dapat dioperasikan otomatis dan tanpa perlu diawasi.
X. Biaya
Gambar 9. Limit deteksi dari berbagai teknik analisis elemen logam (Thermo Elemental,
2007)
XII. Presisi
Presisi adalah ukuran kekonsistenan hasil pengukuran. % RSD (Relative Standar
Deviasi) yang rendah pada hasil akhir menunjukkan tingkat kepercayaan hasil yang
tinggi.Presisi jangka pendek secera umum mengacu pada lama pengukuran 5-10 menit,
sedangkan presisi jangka panjang umumnya diukur selama beberapa jam pengoperasian,
Untuk teknik FAAS, presisi jangka pendek berada pada rentang 0,1-10%. Presisi
jangka panjang tergantung pada optik spektrometernya. Tipe double beam memiliki presisi
jangka panjang yang baik yaitu 1-2%, sedangkan optik single beam rentang presisinya lebih
kecil yaitu 5%
Pada GFAAS,sulitnya menginjeksi sampel dengan volume yang sangat kecil
menyebabkan presisi jangka pendek sekitar 0,5-5%. Presisi jangka panjangnya bergantung
pada tipe tabung yang digunakan dan kondisi alat
Presisi jangka pendek ICP-AES sekitar 0,1-2%, lebih baik dari teknik lain dan preisisi
jangka panjangnya 1-5%. Spektrometer simultan (pengukuran semua analit dalam sampel
dilakukan pada waktu yang sama) secara umum menghasilkan presisi jangka pendek dan
jangka panjang yang sangat baik dibandingkan sistem sequential ( pengukuran tiap analit
dilakukan satu persatu). Penggunaan standar internal dapat meningkatkan secara signifikan
presisi teknik sequential.
Presisi jangka pendek ICP-MS berada pada rentang 0,5-2% dan presisi jangka
panjangnya sekitar 4%. Penggunaan standar internal atau metode isotop dilution dapat
meningkatan presisi secara signifikan
I. Pendahuluan
Inductively Coupled Plasma (ICP) MS, secara luas digunakan sebagai Plasma Source
Mass Spectrometry (PS MS). ICP MS rutin digunakan untuk kebutuhan analisis berbagai
bidang misalnya Geokimia, lingkungan, natural science, industri (makanan, kimia,
semikonduktor, nuklir), kimia forensik dan arkeologi. Setelah peluncuran intrumentasi ICP
pertama secara komersial tahun 1983, teknik ini telah banyak berkembang. Beberapa
produsen memproduksi instrumen ICP yang reliable dan Robust dengan limit deteksi sangat
rendah (ppt) dan resolusi spektra yang tinggi (10000) untuk deteksi multielemen isotop.
Aplikasi secara umum dan kebutuhannya untuk menginvestigasi sejumlah kasus krisis
kesehatan ( seperti degenerasi saraf oleh metil merkuri, kerusakan otak oleh kompleks
organotimbal, keracunan arsen dalam air minum) menyebabkan perluasan aplikasi ICP dalam
penelitian life science karena sensitivitas deteksi heteroelemen dan kuantisasi yang mudah.
ICP-MS telah menjadi pilihan untuk metode spesiasi elemen logam, logam terkoordinasi,
elemen berikatan kovalen, metabolit metaloid dan organologam. Sejumlah besar protein
mengandung heteroelemen seperti S, P, Se yang mengikat logam (Zn, Fe, Mn, Cu, Ni, Mo,
Cr) mampu dideteksi secara kuantitatif oleh ICP-MS.
II. ICP-MS
ICP adalah standar sumber ion suhu tinggi yang banyak digunakan secara komersial
sebagai instrumentasi Plasma Source Mass Spectrometry (PS MS). Detail sumber ion dan
skema instrumen dapat dilihat pada gambar 1. ICP dioperasikan dengan suhu tinggi mencapai
5500°C. Pada operasi suhu rendah, ion plasma akan rusak dan terlepas dari ikatan kimianya.
Data yang diperoleh dari sumber ion plasma sesuai dengan total komponen elemen dalam
sampel. Kuantisasi multielemen analit berdasarkan standar multielemen tersertifikasi dan
certified references material (CRMs). Spektra massa pada ICP MS terdeteksi dari 5-250 m/z
yang dihasilkan dari multiple fragmentasi struktur dan massa molekul. Karakteristik unik
plasma yaitu memiliki kerapatan ion yang tinggi (Ar+ dan e-) sehingga pada kondisi suhu
tinggi, terjadi tumbukan antar partikelnya yang menyebabkan eksitasi elektron pada elemen
analit.
Sumber ion ICP jauh lebih rentan terhadap garam dan pelarut yang masuk bersama
sampel misalnya, konsentrasi garam 100 mmol / L. Garam dengan konsentrasi tersebut dapat
menyebabkan penyumbatan kerucut pada saluran sampel dan akhirnya menkontaminasi
instrumen. Namun, jika garam yang dimasukkan bersama sampel mengandung unsur volatil
yang terurai dalam plasma menjadi komponen gas, ratusan milimol per liter garam dapat
ditoleransi dan tidak ada kontaminasi instrumen terjadi. Untuk meminimalkan pengaruh
variabel matriks sampel, asam volatil ditambahkan dengan konsentrasi tinggi (0,1–1 mol / L
HNO3) ke dalam sampel. Efek matriks sampel jauh lebih besar pada sumber ion plasma
daripada jenis sumber ion lainnya. Matriks yang mempengaruhi respon pada ICP-MS (efek
asam, space charge effect, efek umum dari ion bersamaan, komponen organik pada
pembentukan aerosol) dapat diatasi dengan standar yang diadaptasi dengan matriks,
penambahan standar ke matriks atau isotop.
Gambar 10. Skema Alat ICP-MS (Amman, 2007)
Gambar 11. Prinsip Sistem Pengenal Sampel pada ICP-MS (Amman, 2007)
1. ETV – ICP – MS
Sistem pengenalan sampel elektrotermal vaporation (ETV) pada prinsipnya sama
dengan tungku karbon atau filamen metal yang digunakan untuk pemisahan analit secara
termal dari matriks komponen kemudian mendorongnya kedalam ICP-MS. Jumlah sampel
yang diinjeksikan biasanya 20-50 µL melalui autosmpler kedalam tabung grafit atau filamen
logam. Setelah sampel diinjeksi kemudian proses pengeringan, penguapan oleh pemanasan
rendah terjadi ditabung grafit. Material sampel teruapkan kedalam gas pembawa yang
melewati tungku selama siklus pemanasan. Uap analit terkondensasi dalam gas pembawa dan
masuk kedalam plasma untuk ionisasi
2. LA-ICP-MS
Laser Ablation (LA) ICP MS dengan beam laser mengarah pada permukaan sampel
menghasilkan partikel ringan. Partikel yang terablasi ditranfer ke sumber eksitasi sekunder
dari ICP-MS untuk proses digesti dan ionisasi massa sampel. Ion yang tereksitasi dalam
plasma torch masuk ke spektrofotometer massa untuk analisis elemen dan isotop.
3. Nebulization-ICP-MS
Nebulisasi adalah bagian instrumen untuk mengkonversi cairan menjadi spray ringan
menggunnakan gas tambahan untuk menghasilkan gaya tumbukan dengan cairan.
IV. Sistem Gabungan ICP-MS Dengan Teknik Pemisahann Untuk Deteksi Dan
Identifikasi Spesi Tertentu
Batas kadar asam dan garam yang tinggi dalam plasma membuat ICP sebagai detektor
elemen yang ideal untuk analisis spesiasi metode kromatografi seperti GC, HPLC dan CE.
Sistem liquid chromatography terhubung langsung ke nebuliser untuk injeksi aerosol sampel
ke plasma. Metode ini dibuat untuk analisis spesiasi elemen yang dibutuhkan berbagai
bidangilmu. Total analit dalam sampel yang dapat diidentifikasi ICP MS ditunjukkan oleh
gambar 3
Gambar 12. Teknik pemisahan yang terhubung dengan ICP MS (Amman, 2007)
Gas Chromatography (GC) jika digunakan tanpa penjerap-Cryo, akan langsung terhubung ke
tungku pemanas ICP. Cairan dari liquid chromatography dan elektroforesis kapiler (CE) akan
terhubung melalui nebulizer ke plasma.
Maurera, A. F. Pedro B, Alain P, Jose M, Cristina B, D, Omar B, Loïc S. 2019. Testing LA-
ICP-MS Analysis Of Archaeological Bones With Different Diagenetic Histories For
Paleodiet Prospect. Journal of Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology
534.109287
Jeong a,S. Hosub Lee a, Youn-Tae Kim a,b, Hye-On Yoon a. 2017. Development Of A
Simultaneous Analytical Method To Determine Arsenic Speciation Using HPLC-ICP-MS:
Arsenate, Arsenite, Monomethylarsonic Acid, Dimethylarsinic Acid, Dimethyldithioarsinic
Acid, And Dimethylmonothioarsinic Acid. Microchemical Journal 134. 295–300
Perkin Elmer. 2006. Atomic Spectroscopy - A Guide to Selecting the Appropriate Technique
and System. USA
Tyler, G. Jobin Yvon S.A.S. 2007. ICP-OES, ICP-MS and AAS Techniques Compared.
Horiba Group. Longjumeau, France