Anda di halaman 1dari 13

POLIURETAN

Mata Kuliah: Teknologi Eleokimia


Dosen Pembimbing: Dr. Ir. Renita Manurung, M.T.
Penyusun: Alief Luthfi Herfananda/ 170405012

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2019
PENDAHULUAN

Poliuretan adalah jenis polimer yang sangat unik dan luas pemakaiannya. Poliuretan
dibuat dengan mereaksikan molekul yang memiliki gugus isosianat dengan molekul yang
memiliki gugus hidroksil, sehingga jenis dan ukuran setiap molekul pembentuk akan
memberikan efek terhadap sifat poliuretan yang dihasilkan. Hal inilah yang menyebabkan
poliuretan menjadi salah satu polimer yang sangat fleksibel baik dalam sifat mekanik maupun
aplikasinya (Sutiani dkk.,2014)

Kualitas poliuretan ditentukan dari sumber poliol dari alam dan perbandingan
komposisi poliol dengan PEG yang digunakan (Sutiani, 2013). Sifat mekanik poliuretan
dapat diperoleh dengan mengubah perbandingan komposisi (-OH/NCO) dan jenis gugus
hidroksi dari poliol yang digunakan. Arniza et al., 2015 melakukan sintesis poliuretan dari
poliol hasil transesterifikasi minyak kelapa sawit (Noviyanti.,2018)

Pada dekade ini Poliuretan (PU) merupakan salah satu material yang paling populer di
dunia. Poliuretan adalah suatu divisi penting dari polimer sintetik yang sudah digunakan
secara luas dalam aplikasi biomedis dan berbagai industri khususnya industri kendaraan
bermotor (Rihayat.,2016)

Poliuretan memiliki banyak manfaat, yaitu sebagai busa tempat tidur, sofa, asesoris
mobil, serat, elastomer, dan pelapis (coating). Produk Poliuretan mempunyai bentuk yang
beragam yaitu dari plastik elastomer linier lembut sampai busa termoset yang keras dan kaku.
poliuretan dapat dijumpai pada berbagai bidang kehidupan. Di bidang otomotif, poliuretan
dapat dijumpai sebagai komponen kendaraan yang meliputi bagian eksterior dan interior
misalnya bumper, panel-panel body, dan tempat duduk. Di bidang kedokteran, poliuretan
digunakan sebagai bahan pelindung muka, kantung darah, dan bahan tabung. Selain itu,
poliuretan telah digunakan pula untuk furnitur, bangunan dan konstruksi, insulasi tank dan
pipa, pabrik pelapis, alat-alat olah raga, serta sebagai bahan pembungkus. Poliuretan
diturunkan dari dua jenis lignin, yakni lignin kraft, lignosulfonat dan molase. Salah satu
sumber yang memiliki potensi yang dapat menyamai kualitas bahan perekat sintetik yang
banyak digunakan dipasaran adalah perekat yang bahan asalnya dari lignin. Lignin
mempunyai sifat pertukaran ion karena adanya berbagai macam gugus fungsi yang
membuatnya menjadi substansi yang sangat aktif. Perbandingan poliuretan berupa poliol
yang berasal dari tumbuhan dengan poliol hasil sintesis dimana poliuretan yang poliol dari
tumbuhan lebih mudah hancur karena terjadi penurunan berat molekul yang lebih rendah.
(Sihotang.,2018)

Masalah yang timbul kemudian akibat peningkatan penggunaan poliuretan adalah


semakin bertumpuknya limbah poliuretan. Oleh karena itu dibutuhkan cara untuk
menanggulangi limbah poliuretan dengan cara menggunakan bahan alami sebagai sumber
poliol dalam pembuatan poliuretan (Sutiani.,2015)
PEMBAHASAN
JURNAL I : Sutiani.,2014
PEMANFAATAN SARI TEBU DAN JENIS PEG DENGAN VARIASI KOMPOSISI
TERHADAP SIFAT MEKANIK POLIURETAN

Sukrosa merupakan bahan polimer alam yang memiliki kereaktifan yang disebabkan
oleh gugus hidroksil yang dimilikinya. Pada umumnya semua senyawa yang memiliki lebih
dari dua gugus hidroksil permolekulnya dapat dijadikan sebagai sumber poliol. Adanya gugus
hidroksil pada sukrosa dapat menyebabkan senyawa ini mudah membentuk poliuretan bila
direaksikan dengan diisosianat.

Pembuatan perekat poliuretan dengan bahan alami sukrosa yang berasal dari sari tebu
pada dasarnya membuat polimer poliuretan yang merupakan reaksi polimerisasi kondensasi
antara sukrosa dari sari tebu sebagai sumber hidroksida dan MDI sebagai sumber diisosianat
serta PEG, baik PEG400, PEG600 maupun PEG1000 sebagai pengembang rantai.

Prosedur Penelitian :

Penelitian yang dilakukan adalah reaksi polimerisasi pembentukan poliuretan pada


temperatur kamar selama 15 menit dengan dialiri gas nitrogen. Dalam proses polimerisasi,
perbandingan PEG dengan MDI dibuat tetap yaitu 1:2, sedangkan perbandingan sukrosa dari
sari tebu dengan PEG dibuat bervariasi (1– 5). Pada tahap ini perekat poliuretan yang
dihasilkan dituangkan kedalam cetakan kotak aluminium. Kemudian dimasukkan ke dalam
oven dengan pengurangan tekanan pada suhu tertentu selama satu jam untuk menghilangkan
gas-gas yang timbul, kemudian dilakukan pemeraman dalam oven suhu 60oC-70oC selama
24 jam, kemudian didiamkan selama satu minggu pada suhu kamar. Hasil polimer ini
kemudian diuji/ dikarakterisasi sifat mekanik. Secara lebih jelasnya penelitian yang dilakukan
disajikan pada diagram alir seperti ditunjukkan Gambar 1.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sementara
bahwa proses pembentukan poliuretan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama
mencampurkan sari tebu dengan PEG kemudian diaduk sampai diperoleh larutan homogen
(larutan I). Tahap berikutnya mencampurkan larutan I dengan MDI, sampai diperoleh
campuran homogen. Proses pencampuran atau polimerisasi dilakukan pada temperatur kamar
selama 15 menit, dan dialiri dengan gas Nitrogen. Komposisi yang menghasilkan kekuatan
tarik, perpanjangan dan kekuatan lentur maksimal diperoleh pada perbandingan PEG1000 :
MDI : Sari tebu (1:2:2) sebesar sebesar 52,62 x 104 Kgf cm-2, 27,183%, dan 801,6 x 102 Kgf
cm-2.
JURNAL II : Sutiani.,2015
PEMANFAATAN MALTOSA DAN GLISEROL SEBAGAI SUMBER

POLIOL DALAM PEMBUATAN PEREKAT POLIURETAN

Dalam makalah ini dibahas tentang proses pembuatan perekat poliuretan dari bahan
alami maltosa dan gliserol sebagai sumber poliol dengan campuran polietilen glikol (PEG)
1000 dan diisosianat yang berupa 4,4-diphenylmethane diisosianat (MDI).Semua bahan
kimia yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber poliol, Gliserol dan Maltosa,
PEG1000 serta MDI dikarakterisasi terlebih dahulu dengan spektrofotometer IR untuk
penentuan gugus fungsi.Pembuatan poliuretan dilakukan dengan cara memvariasikan
komposisi sumber poliol, sedangkan perbandingan PEG : MDI dibuat tetap yaitu 1:3.Hasil
polimerisasi perekat poliuretan kemudian dikarakterisasi meliputi analisa gugus fungsi
dengan spektrofotometer IR, dan Uji sifat mekanik yang meliputi kuat tarik, perpanjangan,
dan kuat lentur.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini :

Maltosa,Gliserol, Polietilen Glikol 1000, Metilen Diisosianat, Dan Aquades

Prosedur Penelitian :

Sintesis poliuretan diawali dengan merangkai alat untuk proses polimerisasi.


Kemudian dilakukan pencampuransumber poliol (maltosa/gliserol)dengan variasi volume
sebanyak 1, 2 dan 3 mL dan PEG1000 sebanyak 1 gram serta MDI sebanyak 3 mL
dimasukkan ke dalam alat polimerisasi. Gas Nitrogen dialirkan selama proses reaksi
polimerisasi pembentukan poliuretan. Proses polimerisasi dilakukan selama 10 menit pada
suhu ruangan sehingga terbentuk padatan poliuretan.

Karakterisasi Poliuretan :

1. Uji Infra Merah

Menentukan background yang sesuai dengan kondisi ruangan kemudian lempeng tipis
poliuretan ditempelkan pada alat yang berbentuk seperti negatif film setelah itu diukur
spektra dari sampel. Sampel akan di scan yang berarti sinar infra merah akan melewati
sampel. Gelombang yang diteruskan oleh sampel akan ditangkap oleh detektor yang
terhubung ke komputer dan akan memberikan gambaran spektrum sampel poliuretan
tersebut. Struktur kimia dan bentuk dasar ikatan molekul serta gugus fungsional tertentu
sampel menjadi dasar bentuk spektrum yang akan diperoleh hasil analisanya.
2. Uji Tarik

Rangkai alat uji tarik diset sesuai dengan yang diperlukan. Kecepatan tarik 1 mm/menit,
kecepatan kertas 10 mm/menit dan beban maksimum variasi dari 1000 N, 400 N dan 200 N.
Spesimen kayu yang telah diolesi dengan poliuretan dijepitkan pada alat uji tarik, kemudian
alat dijalankan sampai kayu yang melekat terlepas dan data yang dihasilkan dicatat diatas
kertas.

3. Uji Kekuatan Lentur

Rangkai alat uji tekan sesuai dengan yang diperlukan, kemudian pembebanan diatur dengan
beban maksimum 200 N dan jarak sangga 12 cm. Skala beban pada mesin uji diatur agar
menunjukkan skala nol dan beban dibuat persisi di tengahtengah sampel uji. Kemudian
tombol pembebanan tekan dihidupkan (down) dan mesin akan bekerja, gerakan mesin secara
otomatis akan berhenti setelah sampel uji telah mencapai kelenturan maksimum dan data
yang tertera pada display dicatat.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Perekat poliuretan dapat dihasilkan dari campuran polietilen glikol (PEG) 1000, metilen
diisosianat (MDI) dan bahan alami seperti maltosa dan gliserol.

2. Semakin banyak volume sumber poliol yang ditambahkan maka kekuatan tarik, kekuatan
lentur dan perpanjangannya semakin menurun. Variasi volume sumber poliol terbaik pada
penelitian ini yaitu komposisi poliol:PEG:MDI adalah 1:1:3.

3. Poliuretan dari sumber poliol gliserol memiliki kekuatan tarik yang maksimum yaitu 47,3
x 104 N/m2 dengan % perpanjangan 38,9 % dan kekuatan lentur 828,1 x 104 N/m2.
JURNAL III : Rihayat.,2016
PEMBUATAN POLYURETHANE/BENTONIT/KITOSAN NANOKOMPOSIT

Material yang Digunakan :

Chitosan, Diisosianat toluene (TDI), Polyol berazaskan minyak sawit, Cetyl trimetyl
ammonium bromtontide (CTAB), Bentonit, AgNO3 0.1 N, Posfat-buffer saline (PBS),
Tripoliposfat (TPP), Larutan glutaraldehid (GA, 25% dalam H2O), Asam asetat, Natrium
cacodylate trihidrat, Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa, serta
bahan lainnya untuk menghidupkan bakteri, Nutrient Agar (Nutrient Broth).

Prosedur Penelitian :

1. Sintesa Poliuretan

Sintesa poliuretan mengunakan metode prepolimer yang mengunakan reaksi TDI dengan
poliol berazaskan minyak sawit tanpa menambahkan bahan lainnya (solven, katalis atau pun
activator) mengikuti prosedur berikut ini : Sejumlah Poliol dipanaskan pada suhu 80°C
dibawah tekanan vakum selama 1 jam. Dimasukkan TDI (Toluen Diisosianat) sedikit demi
sedikit, larutan diaduk selama 6 jam dengan kecepatan pengadukan tergantung dari
kekentalan larutan, semakin tinggi kekentalan maka semakin besar kecepatan pengadukan
yang diatur. Reaksi dihentikan setelah titik -NCO tercapai dan dilakukan pendinginan dan
poliuretan disimpan dalam gelas botol dibawah kondisi temperatur kamar. Selanjutnya
dianalisa dengan menggunakan FTIR untuk mengetahui gugus fungsinya.

2. Persiapan Bentonit Nanopartikel

Sejumlah 0.05 mol (18.2 gram) cetyl trimetyl ammonium bromtontide (CTAB) dan 250 mL
air distilat ditempatkan di dalam 500 mL beaker glass. Larutan ini kemudian dipanaskan pada
temperatur 80oC selama 1 jam. Selanjutnya 20 gram bentonit dan 500 mL air distilat diaduk
di tempat terpisah dalam beaker glass 1000 ml. Selanjutnya dispersi larutan bentonit
ditambahkan kedalam CTAB dan diaduk selama 1 jam. Selanjutnya bentonit terus dicuci
dengan distilat water. Selanjutnya filtrat dititrasi dengan 0.1 N AgNO3 sampai tidak terdapat
lagi klorida atau bromida. Kemudian bentonit ditempatkan untuk pengeringan pada oven
pada temperatur 60oC. Bentonit selanjutnya di saring dengan mengunakan sieve tray dengan
ukuran 100 μm untuk menghasilkan bentonit nanopartikel. Selanjutnya bentonit dianalisa
dengan menggunakan X-RD untuk mengetahui struktur kristal bentonit.

3. Persiapan Kitosan Nanopartikel

Sejumlah larutan tripoliposfat ditambahkan ke dalam larutan kitosan. Distirer dengan


kecepatan 1200 rpm untuk memperoleh emulsi kitosan. Ditambahkan asam asetat untuk
membuat emulsi kitosan pH 3,5 dengan hasilnya akan berupa suspensi kitosan. Selanjutnya
bentonit dianalisa dengan menggunakan X-RD untuk mengetahui struktur kristal kitosan.
4. Pembuatan Cat PU/B/CH Nanokomposit

PU/B/CH nanokomposit di campur didalam beaker glass dengan mengunakan alat pengaduk.
Di dalam prosedur ini sejumlah bentonit dan kitosan digunakan dengan mencampur di dalam
poliuretan masing-masing sebanyak 1, 3, 5 persen berat (wt%). Total berat yang digunakan
dalam setiap pencampuran adalah 40 gram. Sebagian dimasukkan ke dalam cetakan kaca dan
di curing pada temperature 95°C dibawah vakum (untuk tes bakteri). Selanjutnya dianalisa
struktur kimia cat PU/B/CH nanokomposit dengan menggunakan FTIR. Analisa struktur
kristal bentonit dan kitosan nanokomposit dengan menggunakan X-RD. Selanjutnya
ketahanan panas cat coating dianalisa dengan menggunakan TGA.

KESIMPULAN

Poliuretan dapat dibuat dari poliol minyak kelapa sawit dengan mereaksikannya dengan MDI.
Poliol disintesa dari minyak sawit melalui reaksi epoksidasi dan hidroksilasi dan poliol dari
minyak jarak pagar ini merupakan bahan yang dapat digunakan sebagai pelapis poliuretan.
Montmorillonit hasil isolasi dari bentonit melalui proses pengadukan, ultrasonik dan
pemanasan. Berdasrkan uji termal diperoleh bahwa pelapis poliuretan MKS-MMT
mengalami peningkatan panas dibandingkan dengan poliuretan Komersil.
JURNAL IV : Noviyanti.,2018
PROSES KONVERSI MINYAK GORENG BEKAS MENJADI POLIOL SEBAGAI
BAHAN BAKU BUSA POLIURETAN

Bahan dan Peralatan :

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain Minyak goreng bekas, Asam
formiat, asam peroksida, Toluene diisocyanate (TDI), PEG-400.

Sedangkan peralatan yang diperlukan antara lain rangkaian alat hidroksilasi minyak goreng
bekas, rangkaian alat polimerisasi poliuretan dan alat cetak poliuretan.

Prosedur Penelitian :

1. Proses hidroksilasi minyak goreng bekas (Tsaniyah dan Baruji, 2008)

Sebagai langkah awal, ukur volume minyak goreng bekas 300 mL, masukkan ke dalam labu
leher tiga. Kemudian nyalakan pemanas dan pengaduk, sehingga mencapai suhu 40 oC.
Tambahkan sejumlah Asam formiat 90% sebanyak 412 mL dan H2O2 50% sebanyak 38 mL
ke dalam labu leher tiga tersebut. Temperatur reaksi dipertahankan pada 40 oC dengan
mengatur termostat dan aliran pendingin dengan waktu reaksi selama 1,5 jam. Setelah reaksi
selesai, lakukan ekstraksi untuk memisahkan poliol dari campurannya. Masukkan campuran
hasil reaksi yang masih panas ke dalam labu pemisah dan tambahkan akuades ke dalamnya.
Lakukan pengocokan selama ± 3 menit. Diamkan hasil ekstraksi tersebut selama ± 30 menit
agar poliol terpisah dari air dan sisa reaktan. Lapisan yang berwarna kuning keruh di bagian
atas merupakan poliol dan lapisan putih keruh di bagian bawah merupakan campuran air dan
sisa reaktan. Pisahkan lapisan bawah dan lapisan atas. Poliol dicuci dengan akuades dua kali
dengan jumlah yang sama dengan proses pemisahan reaktan.

2. Polimerisasi pembentukan poliuretan (Rohaeti dan Suyanta, 2011)

Pembentukan poliuretan dilakukan dengan mereaksikan dengan polietilen glikol (PEG-400)


dan disimpan pada Erlenmeyer dan TDI juga disimpan pada erlenmeyer dan keduanya
dikondisikan pada suhu 25 oC ke dalam water bath yang dilengkapi thermometer dan
sirkulasi air. Selanjutnya, dilakukan pengadukan terhadap campuran reaksi selama 20 menit
sehingga diperoleh poliuretan precure. Kemudian poliuretan precure dituang di atas cetakan
dan dibiarkan mengeras. Poliuretan dikarakterisasi menggunakan FTIR, perhitungan massa
jenis dan nilai derajat penggembungan.

KESIMPULAN

Poliuretan dapat disintesis dari hasil polimerisasi poliol minyak goreng bekas dengan toluene
diisocyanate (TDI). Poliuretan yang terbentuk memiliki massa jenis sebesar 0,38 g/mL dan
nilai derajat penggembungan sebesar 13,21%.
JURNAL V : Sihotang.,2018
SINTESIS POLIURETAN MELALUI POLIMERISASI LIGNIN ISOLAT DARI SERBUK
KAYU JATI (Tectona Grandis L.f.) DENGAN TOLUENA DIISOSIANAT

Bahan dan Peralatan :

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk kayu jati diperoleh dari took
panglong Citra Jaya Medan-Sumatera Utara, benzene diisosianat, benzena, asamsulfat,
etanol, NaOH, asam asetat anhidrat, piridin.

Alat-alat yang dipergunakan berupa alat-alat kaca yang biasa dipergunakan di laboratorium,
alat-alat gelas, mixer, neracaanalitis, ayakan 80 mesh, seperangkat alat Scanning Electron
Microscopy-Energy Dispersive Spectroscopy (SEM-EDS).

Prosedur Penelitian :

1. Preparasi Lignin Isolat dari Serbuk Kayu Jati

Serbuk kayu jati dikeringkan dan digiling, hasil gilingan dalam bentuk serbuk dengan ukuran
80 mesh. Ekstraksi dan isolasi dilakukan dengan menggunakan metoda Klason. Prosedur
metoda Klason adalah : Menimbang 1 ± 0,1 gram contoh kayu.

Mengekstraksi contoh kayu dengan etanol : benzena dengan perbandingan 1:2 selama 8 jam.
Kemudian dicuci dengan etanol dan air panas lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC.

Memindahkan contoh kayu kedalam gelas piala 100 ml dan menambahkan asam sulfat 72%
sebanyak 15 ml. Penambahan dilakukan secara perlahan-lahan di dalam bak perendaman
sambil dilakukan pengadukan dengan batang pengaduk selama 2-3 menit.

Setelah terdispersi sempurna, menutup gelas piala dengan kaca arloji dan dibiarkan pada bak
perendaman selama 45 menit dan sekali-kali dilakukan pengadukan.

Aqudest sebanyak 300-400 ml dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 1000 ml dan contoh


dipindahkan dari gelas piala secara kuantitatif. Kemudian larutan diencerkan dengan aquadest
samapai volume 575 ml sehingga konsentrasi H2SO4 3%.

Larutan dipanaskan sampai mendidih dan dibiarkan selama 1 jam dengan pemanasan tetap
dan dapat digunakan pendingin balik.

Kemudian membiarkanya sampai endapan lignin mengendap sempurna.

Larutan didekantasi dan endapan lignin dipindahkan secara kuantitatif kecawan atau kertas
saring yang telah diketahui beratnya.

Endapan lignin dicuci sampai bebas asam dengan aquadest panas, kemudian diuji dengan
kertas pH universal.
1Cawan masir atau kertas saring beserta endapan lignin dikeringkan dalam oven dengan suhu
105ºC.

Untuk cara ini rendemen lignin dihitung :

2. Kadar Kemurnian Lignin (MetodaKlason)

Ke dalam gelas piala ukuran 100 ml dimasukkan sebanyak 0,5 gram lignin yang telah
dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC selama 4 jam. Kemudian dilarutkan dengan 15 ml
H2SO4 72% dengan perlahan-lahan dan sambil diaduk dengan batang pengaduk selama 2-3
menit. Menutup dengan kaca arloji dan biarkan selama 2 jam. Hasil reaksi dipindahkan dalam
labu erlenmeyer ukuran 500 ml. Diencerkan dengan aquadest sampai 400 ml, lalu direfluks
selama 4 jam. Endapan lignin yang terbentuk disaring dengan kaca masir yang terlebih
dahulu ditentukan beratnya dan dicuci dengan aquadest sampai bebas asam. Sampel
dikeringkan dalam oven pada suhu 105ºC dan ditimbang sampai berat konstan, kadar
kemurnian lignin dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini :

3. Penentuan Bilangan Hidrosi Pada Lignin

Analisis ini dilakukan terhadap isolat lignin yang diisolasi dari kayu jati. Adapun cara kerja
penentuan bilangan hidroksi adalah sebagai berikut :

Botol tahan tekanan dan panas disiapkan seperlunya untuk penentuan blanko dan sampel.

Dipipet 20 ml reagent asetilasi yang dibuat dengan mencampurkan 127 ml asam asetat
anhidrat dengan 1000 ml piridin.

Dua buah botol disiapkan untuk penentuan blanko dan kedalam botol lain dimasukkan
sejumlah sampel sebanyak 1 gram.

Botol-botol tersebut ditutup dan dikocok hingga sampel tersebut larut.

Masing-masing botol diletakkan pada posisi yang sesuai dalam penangas minyak pada suhu
98ºC selama 1 jam (diusahakan minyak yang ditambahkan dalam bath sesuai dengan tinggi
permukaan larutan dalam botol.

Botol – botol tersebut dikeluarkan dari bath dan dibiarkan hingga botol-botol itu dingin pada
temperatur kamar.
Bilas dengan hati-hati larutan pada penutup botol, dibilas pada dinding flask, sekitas 10-15ml
aquadest.

Pada masing-masing botol ditambahkan potongan es yang bersih hingga sekitar setengahnya.

Setelah selesai didinginkan, tambahkan 2-3 tetes larutan indikator PP dan dititrasi segera
dengan larutan NaOH yang terlebih dahulu distandarisasi hingga titik akhir titrasi yang
ditandai oleh larutan berwarna pink.

Mencatat volume NaOH yang digunakan pada titrasi.

Untuk menghitung jumlah OH dari suatu resin poliol dalam sampel mengikuti persamaan di
bawah ini :

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pembuatan poliuretan alam melalui
polimerisasi Toluena diisosianat (TDI) dengan Lignin Isolat dari serbuk kayu jati (Tectona
Grandis L.f) dan Polietilen glikol, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :Lignin
isolat hasil isolasi dari serbuk kayu jati (Tectona Grandis L.f) memiliki rendemen 23,84%,
kemurnian lignin sebesar 86% dan memiliki bilangan hidroksi 560 mmol/gr.
FLOWCHART PEMBUATAN POLIURETAN

Pembuatan Poliol

Poliol Dipanaskan

Ditambahkan
Toluen Diisosianat

Mencapai Titik
-NCO

Poliuretan

Anda mungkin juga menyukai