Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP

KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI


DI KECAMATAN GAMPING KABUPATEN
SLEMAN

SKRIPSI

Disusun oleh:
Islamiawati Satalam Sangaji
1610104445

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
ANALISIS DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP
KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI
DI KECAMATAN GAMPING KABUPATEN
SLEMAN
NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Sains Terapan
Program Studi Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:
Islamiawati Satalam Sangaji
1610104445

PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017

i
ii
ANALISIS DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP
KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI
DI KECAMATAN GAMPING KABUPATEN
SLEMAN1

Islamiawati Satalam Sangaji2, Sutarni Djufri3

INTISARI

Latar Belakang: Dampak dari pernikahan dini secara fisiologis adalah


keguguran (Abortus), persalinan premature, berat badan lahir rendah dan kelainan
bawaan, mudah terjadi infeksi, anemia kehamilan, dan kematian ibu. Studi
pendahuluan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Gamping, tercatat bahwa pada
Desa Balecatur sebagai desa dengan kasus pernikahan dini tertinggi pada tahun 2015
sampai dengan tahun 2016 dengan presentasi (27,7%), Banyuraden (22,4%),
Ambarketawang (21,8%), Nogotirto (18,03%) dan Trihanggo (17,4%).

Tujuan: Untuk mengetahui jumlah pernikahan dini pada remaja putri dan
untuk mengetahui apa saja dampak pada kesehatan reproduksi yang dialami oleh
ramaja putri akibat pernikahan dini di Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif.


Metode menginterpretasikan data-data yang di peroleh, kemudian secara sistematis
di interprestasikan ke dalam laporan hasil penelitian sesuai dengan keadaan
sebenarnya.

Hasil: Penelitian pada 4 informan didapatkan bahwa terdapat dampak


pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi remaja putri, yaitu faktor ekonomi,
keinginan sendiri dan faktor hamil diluar nikah, pada kehamilan terjadi hyperemesis
dan anemia, kondisi anak saat lahir terjadi BBLR dan tidak memperoleh ASI
Ekslusif.

Simpulan dan Saran: Jumlah populasi kasus wanita yang melakukan


pernikahan dini umur < 20 tahun sebanyak 73 orang (63,9%) dari jumlah pernikahan
dini yang terjadi di Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman pada tahun 2016.
Dampak pernikahan dini yaitu hamil diluar nikah, ekonomi dan berdampak pada
kesehatan remaja putri dan anak. Diharapkan remaja Putri yang kini telah menikah
dan telah memiliki anak agar tetap menjalankan perannya sebagai orang tua secara
maksimal dan selalu memperhatikan kesehatannya khusunya dalam kesehatan
reproduksinya.

Kata Kunci : Dampak Pernikahan Dini, Kesehatan Reproduksi

iii
THE ANALITICAL IMPACT OF EARLY MARRIAGE
TO REPRODUCTIVE HEALTH IN ADOLESCENT
GIRLS IN GAMPING SUB-DISTRICT OF SLEMAN1

Islamiawati Satalam Sangaji2, Sutarni Djufri3

ABSTRACT

Background: The impact of early marriage physiologically is miscarriage


(Abortus), premature labor, low birth weight and congenital abnormalities,
susceptible to infection, anemia during pregnancy, and maternal death. A preliminary
study at the Office of Religious Affairs of Gamping Sub-district record showed in
Balecatur Village as the village with the highest cases of early marriage from 2015 to
2016 with presentations (27.7%), Banyuraden (22.4%), Ambarketawang (21.8 %),
Nogotirto (18.03%) and Trihanggo (17.4%).

Objective: To find out the number of early marriages in adolescent girl and
to find out the impact to reproductive health experienced by adolescent girl due to
early marriage in Gamping District Sleman regency.

Method: This research used qualitative research design by interpreting the


obtained data and then systematically was interpreted into the research report in
accordance with the actual circumstances.

Result: Research on 4 sources obtained there were impacts of early marriage


to reproductive health of adolescent girl they were economic factor, self-desire and
pregnancy out of marriage, the occurrence of hyperemesis and anemia in pregnancy,
experiencing low birth weight of child and not getting exclusive breastfeeding.

Conclusions and Suggestions: The number of women implementing youth


marriage <20 years old were 73 people (63,9%) from the number of early marriage
that happened in Gamping District, Sleman Regency in 2016. The impact of early
marriage was pregnancy out of marriage, economic problem and impact on the health
of adolescent grils and children. It is expected that the adolescent grils who are now
married and have children to keep doing the role as parent as maximum as possible
and always pay attention to their health especially in reproductive health.

Keyword : Impact of Early Marriage, Reproduction Health

iv
PENDAHULUAN (2016), pernikahan dini adalah

Remaja menurut World Health pernikahan yang dilakukan oleh

Organization (WHO) adalah periode pasangan ataupun salah satu

usia antara 10 sampai 19 tahun, pasangannya dikategorikan anak-anak

sedangkan perserikatan bangsa-bangsa atau remaja yang berusia 21 tahun.

(PBB) menyebutkan kaum muda Pernikahan dini di Indonesia

(youth) untuk usia antara 15 sampai 24 menduduki peringkat ke 37 di Dunia

tahun. Sementara ini, menurut The pada tahun 2010, hal ini berarti

Health Resources and Services Indonesia termasuk Negara dengan

Administrations Guideline Amerika presentase pernikahan dini tertinggi di

Serikat, rentang usia remaja adalah 11- Dunia, serta tertinggi ke dua di

21 tahun dan remaja akhir 18-21 tahun Association of South East Asia

(Kusmiran, 2014). Nations (ASEAN) setelah Kamboja

Pernikahan yang dilakukan (Departement of Economic and Social

harus mencapai kematangan usia agar Affairs, 2011). Berdasarkan Riset

tidak menimbulkan masalah Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013),

dikemudian hari. Menurut BKKBN diantara wanita usia 10-50 tahun,

(2016) menjelaskan usia normal untuk sebanayk 2,6% melakukan pernikahan

melakukan sebuah pernikahan pada dini pada usia 15 tahun dan 23,9%

laki-laki adalah 25 tahun dan pada pada usia 15-19 tahun (Kemenkes, RI,

perempuan adalah 21 tahun. Akan 2013).

tetapi saat ini telah muncul berbagai Jumlah pernikahan dini di

masalah dalam pernikahan dini.Salah Indonesia terutama di daerah pedesaan

satu masalah yang terjadi adalah masih tergolong tinggi pada tahun

pernikahan dini. Menurut BKKBN 2013 rasio pernikahan dini ialah 67

1
2

per 1.000 pernikahan (BKKBN, kecamatan Gamping pada bulan

2016). Menurut beberapa penelitian Januari-Desember 2016. Setelah

yang terdahulu ada banyak faktor yang dilakukan studi pendahuluan di Kantor

mempengaruhi terjadinya pernikahan Urusan Agama Kecamatan Gamping,

dini, diantaranya faktor budaya yang tercatat bahwa pada Desa Balecatur

ada di masyarakat setempat, sebagai desa dengan kasus pernikahan

rendahnya tingkat pendidikan, dan dini tertinggi pada tahun 2015 sampai

tingginya kemiskinan, karena dengan tahun 2016 dengan presentasi

pernikahan dini banyak terjadi pada (27,7%), Banyuraden (22,4%),

masyarakat yang ada budaya Ambarketawang (21,8%), Nogotirto

membenarkan adanya pernikahan usia (18,03%) dan Trihanggo (17,4%).

dini. Undang-Undang Perkawinan

Berdasarkan studi pendahuluan No. 1 Tahun 1974 ayat (1)

di Kantor Wilayah Kementrian menyatakan bahwa pernikahan di

Agama Provinsi Daerah Istimewa lakukan jika pihak pria sudah

Yogyakarta, pada bulan Januari- mencapai umur 19 tahun dan wanita

Desember 2016 tercatat Bantul (133 16 tahun dengan ketentuan harus ada

kasus), Sleman (99 kasus), Gunung ijin dari orang tua. Namun jika terjadi

Kidul (88 kasus), Kulon Progi (41 hal yang menyimpang dari Undang-

kasus), dan kota Yogyakarta (36 Undang tersebut misalnya karena

kasus). Sedangkan hasil studi adanya pergaulan bebas seorang

pendahuluan yang dilakukan di wanita hamil di luar pernikahan dan

Kementrian Agama Kabupaten wanita tersebut belum mencapai umur

Sleman, kecamatan yang paling tinggi 16 tahun dan pria belum mencapai

melakukan pernikahan dini adalah umur 19 tahun maka Undang-Undang


3

No. 1 Tahun 1974 masih dapat dilakukan di Kecamatan Gamping

memberikan kemungkinan dari batas Kabupaten Sleman, informan

umur yang telah di tetapkan yaitu sebanyak 4 yang merupakan remaja

dengan meminta dispensasi kepada putri yang menikah dini tahun 2016

pengadilan atau pejabat lain yang di dan telah memiliki anak

tunjuk oleh kedua orang tua dari pihak HASIL DAN PEMBAHASAN

wanita maupun pihak pria, hal ini Adapun hasil analisis dampak

berdasar pada pasal 7 ayat 2 Undang- pernikahan dini, yaitu :

Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1. Alasan Pernikahan Dini

1974.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

desain penelitian kualitatif.Metode Alasan remaja putri

menginterpretasikan data-data yang di menikah dinikarena beberapa faktor

peroleh dalam bentuk kalimat-kalimat, diantaranya faktor keinginan

kemudian secara sistematis di pribadi, faktor hamil diluarnikah

interprestasikan ke dalam laporan hasil dan faktor ekonomi. Hampir 80 %

penelitian sesuai dengan keadaan anak perempuan menghadapi

sebenarnya. Alasan menggunakan kekerasandalam rumah tangga

metode kualitatif untuk (dipukuli, ditamparatau terancam),

mengungkapkan pendapat setiap dan masalah kesehatan.

informan terkait masalah dalam Menurut penelitian Janna

penelitian.Selain itu untuk memahami (2012), menemukan bahwa

situasi sosial secara mendalam yang pernikahan dini yang terjadi pada
4

remaja perdesaan di Madura pada dalam perubahan respon tubuh

umumnya didorong oleh kondisi terhadap kehamilan.Keluhan

ekonomi keluarga dan rendahnya selama perempuan primigravida

tingkat pendidikan yang ditempuh menjalani kehamilan digambarkan

baik orangtua maupun remaja. dalam dua tema yakni tema

Keluarga dari kalangan status keluhan normal dan keluhan

ekonomi bawah dengan mayoritas patologis adapun keluhan

orangtua berpendidikan rendah patologis yang dialami adalah

secara sengaja menikahkan anak mual muntah berlebihan,

perempuannya pada usia muda agar keputihan, tekanan darah rendah,

dapat meringankan beban keluarga. dan anemia.

2. Masalah Yang Terjadi Saat Hamil 3. Kondisi Bayi Saat Lahir

Dan Bersalin

Berdasarkan hasil analisis

ada 2 informan yang melahirkan


Masalah kehamilan dan
bayi dengan BBLR dan 2
persalinan yang dihadapi
informan lainnya melahirkan bayi
informan ada beberapa untuk
dengan berat badan normal.Hal
kehamilan terjadinya anemia dan
ini menggambarkan pernikahan
hyperemesis.
dini dapat berdampak pada bayi
Berdasarkan hasil
yaitu BBLR (beran badan lahir
penelitian Gitayanti (2016),
rendah).
bahwa pengalaman kehamilan

pertama merupakan pengalaman


5

Bayi berat badan lahir 4. Pemberian Asi Ekslusif

rendah (BBLR) adalah bayi

dengan berat badan kurang dari

2500 gram tanpa memandang usia

gestasi. Berat lahir adalah berat Dari hasil penelitian yang

yang ditimbang dalam 1 jam dilakukan oleh peneliti di

setelah lahir. BBLR dapat terjadi Kecamatan Gamping Kabupaten

pada bayi kurang bulan (<37 Sleman DIY, didapatkan hasil

minggu) atau pada bayi cukup bahwa dari empat informan ada

bulan (IDAI, 2010). dua informan yang memberikan

Hal ini sesuai dengan ASI Ekslusif karena telah

penelitian Eny (2016), bahwa mengetahui pentingnya ASI

kejadian BBLR disebabkan oleh Ekslusif dan mendapat dukungan

beberapa faktor diantaranya umur dari keluarga, dan dua informan

ibu <20 tahun/>35 tahun dan tidak memberikan ASI Ekslusif,

sebagian besar (69,6%) ibu yaitu memberikan ASI dengan

melahirkan dalam kategori umur ditambahkan susu formula.

tidak aman, menyebabkan BBLR Berdasarkan hasil wawancara hal

premature (38,5%) dan BBLR ini dikarenakan kurangnya

dismatur (61,5%). Usia ibu pengetahuan informan tentang

kurang dari 20 tahun mempunyai ASI ekslusif.

peluang 1,27 kali untuk

melahirkan bayi dengan BBLR

dibanding kandengan usia ibu 20-

35 tahun.
6

5. Penggunaan KB Setelah Bersalin 6. Pengambilan Keputusan Dalam

Keluarga

Dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh peneliti di Didapatkan hasil bahwa


Kecamatan Gamping Kabupaten analisis yang diperoleh ada dua
Sleman DIY, didapatkan hasil tema pengambilan keputusan
bahwa dari semua informan 3 dalam keluarga yaitu keputusan
diantaranya telah menggunakan suami dan keputusan bersama.
KB yaitu jenis KB hormonal Keputusan bersama berdasarkan
suntik 3 bulan.Karna ke tiga ungkapan informan menyatakan
informan telah mendapatkan ikut dilibatkan dalam
informasi dari tenaga kesehatan, pengambilan keputusan dan
khususnya bidan tentang manfaat meminta pendapat ibu maupun
dan pentingnya menggunakan alat mertua dalam hal ini dapat
kontrasepsi. Dan 1 informan tidak disimpulkan adanya musyawarah
menggunakan KB karena bersama.
larangan suami atau tidak ada Pada kenyataannya dalam
dukungan dari suami untuk kehidupan berumah tangga ada
menggunakan KB, dengan alasan perbedaan peran antara suami dan
bahwa dalam agama islam istri. Menurut Sunaryo (2014),
dilarang menggunakan KB. peran istri pada pengambilan

keputusan lebih banyak

menentukan dalam urusan


7

keluarga, terutama dalam urusan Eny, Pemilu, K. 2016. Hubungan


Antara Umur dan Status Gizi
rumah tangga, sedangkan suami Ibu Berdasarkan Ukuran
Lingkar Lengan Atas Dengan
lebih banyak menentukan untuk Jenis BBLR Journals Volume
VII Nomor 1, Januari 2016
hal-hal yang berkaitan dengan ISSN: 2086-3098.

pemanfaatan pendapatan Secara Gitayanti, R. 2016. Pengalaman


Kehamilan Perempuan
tidak langsung adanya Primigravida dengan Riwayat
Menikah Usia Dini di Desa
keterlibatan istri dalam Baletbaru Kecamatan Sukowono
Kabupaten. Jember: Skripsi
pengambilan keputusan dalam Publikasi

kelaurga Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).


2010. Bayi berat lahir rendah.
SIMPULAN Dalam : standar pelayanan
medis kesehatan anak. Ed I.
Berdasarkan hasil dan Jakarta.

pembahasan dapat disimpulkan bahwa Jannah F. 2012. Pernikahan dini dan


implikasinya terhadap
pernikahan dini pada remaja putri kehidupan keluarga pada
masyarakat Madura (perspektif
yaitu hamil diluar nikah, ekonomi dan hukum dan gender).
Egalita.Vol.7 (No.1). (diunduh 5
berdampak pada kesehatan remaja September 2017). Diperoleh
dari:
putri yaitu dampak kesehatan pada http://ejournal.uinmalang.ac.id/i
ndex.php/egalita/article/view/21
remaja putri kehamilan dapat terjadi 13/p

hyperemesis dan anemia dan kondisi Kementrian Agama. 2016. Data


pernikahan Dini di Provinsi
anak saat lahir dapat terjadi BBLR dan DIY. Kementrian Agama DIY

dampak tidak memperoleh ASI Kementrian Agama. 2016. Data


pernikahan Dini di Kabupaten
Ekslusif. Sleman. Kementrian Agama
Kabupaten Sleman
DAFTAR PUSTAKA
Kusmiran, E. 2014.Kesehatan
BKKBN. 2016. Kajian Alasan Reproduksi Remaja dan
Pernikahan Dini di Indonesia di Wanita.Jakarta : Salemba
http://www.bkkbn.go.id/pernika Medika.
handinippt. Diakses pada
tanggal 29 September 2017 Sunaryo. 2014. Laporan Penelitian :
Pola Pengambilan Keputusan
8

dalam Keluarga Wanita Karier


di kota Malang. Pusat Studi
Wanita dan Kemasyarakatan
Lembaga Penelitian. Universitas
Muhamadiyah Malang : Skripsi
Publikasi

Undang-undang No. 1 tahun 1974


tentang perkawinan.

Anda mungkin juga menyukai