Anda di halaman 1dari 49

Benign Non Odontogenic Tumor (OSTEOMA )

PENDAHULUAN

Tumor dirongga mulut merupakan pertumbuhan dari berbagai jaringan didalam dan sekitar
mulut termasuk tulang, otot dan syaraf. Pertumbuhan ini dapat bersifat jinak (benigna) dan dapat
bersifat ganas (maligna). Meskipun jarang terjadi kanker yang ditemukan dalam mulut bisa
berasal dari bagian tubuh lainnya terutama paru-paru, payudara, dan prostate (2)

Tumor jinak yang tumbuh dirongga mulut mempunyai karasteristik tumbuh secara lambat,
setelah mencapai ukuran tertentu menetap dan tidak berkembang lagi. Tumor ini tumbuh
mendesak sel-sel normal tetapi tidak menginvasi dan tidak bermetastasis, namun lama kelamaan
akan bertambah besar sehingga mengganggu fungsi bicara, pengunyahan dan pernafasan.

Tumor jinak diklasifikasikan berdasarkan: (5)


1. Berasal dari jaringan epitel
Tumor yang berasal dari epitel adalah: Papilloma, Adenoma, Adenoma plemorfik
2. Berasal dari jaringan ikat
Tumor yang berasal dari jaringan ikat adalah: Fibroma, Periperial giant cell tumor, Central giant
cell tumor, Lipoma, Hemangioma, Lymphangioma, Chondroma, Osteoma
3. Berasal dari jaringan otot
Tumor yang berasal dari jaringan otot adalah: Leiomyoma, Granular cell myoblastoma
4. Berasal dari jaringan syaraf
Tumor yang berasal dari jaringan syaraf adalah: Traumatic neuroma, Neurofibroma, Pigmented
ameloblastoma

5. Berasal dari kelenjar ludah


Tumor yang berasal dari kelenjar ludah adalah: Pleomorphic adenoma, Papillary cystadenoma
lymphomatosum, Lympomatoid adenoma.
6. Tumor jinak ectodermal yang asalnya odontogenic
Termasuk didalamnya Enameloma, Ameloblastoma/Adamantinoma.

Tumor ganas rongga mulut berbeda dengan yang jinak, karena tumor ganas bersifat menginvasi
jaringan sekitar, berkembang sampai daerah endotel dan dapat bermetastase kebagian tubuh lain.
Tumor ganas rongga mulut tumbuh sangat cepat, sehingga deteksi dini serta tindakan
pencegahan sangat penting untuk mengatasi tumor ganas ini.

Tumor ganas rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel dan jaringan ikat. Tumor ganas
yang berasal dari jaringan epitel adalah: Carsinoma sel squamosa dan Carsinoma sel basal,
sedangkan yang berasal dari jaringan ikat adalah Fibrosarkoma.

DEFINISI
Benign Non Odontogenic Tumor merupakan tumor jinak yang berasal dari jaringan sekitar
rongga mulut dan bukan berasal dari epitel atau jaringan mesenchim yang membentuk gigi.
Tumor ini berasal dari jaringan non gigi, jadi sama dengan tumor pada umumnya.

Tumor jinak yang sifatnya non odontogenik yang sering menyerang rongga mulut adalah (7)
1. Ossifying fibroma
2. Fibrousdysplasia
3. Osteoblastoma
4. Osteoid osteoma
5. Chondroma
6. Osteoma
7. Central giant cell granulloma
8. Giant cell tumor
9. Idiopatic histiocytosis
10. Hameangioma of bone
11. Tori and exostoses
12. Coronoid hiperplasia

OSTEOMA

Osteoma adalah tumor jinak yang menyerang jaringan tulang, yang terbatas dengan karesteristik
dengan proliferasidari pada tulang kompak atau consellous dan umumnya pada endosteal atau
periosteal. Tumor ini bukan tumor yang umum pada rongga mulut.(5) Karena lesi ini kecil, tanpa
gejala (asimptomatik) dan perjalanannya lambat, jadi pada kenyataannya insinden yang terdapat
dirahang susah ditentukan. Osteoma sering ditemukan ditulang tengkorak dan tulang-tulang
muka. Osteoma yang luas dapat menyerang clavicula, pelvis dan jaringan tubula tulang (osteoma
periosteal). Osteoma jaringan lunak dapat terjadi dikepala, mata dan lidah atau dieksremitas.(1,7)
Insiden yang terjadi pada beberapa laporan osteoma lebih banyak terjadi pada wanita dari pada
pria ( dengan perbandingan 3:1). .(1,7)

Osteoma terbagi atas : (5)


1. Osteoma pada permukaan dalam (endosteal) dari pada kortek tulang dan ini disebut dengan
enostosisatau central osteoma
Terdiri dari tulang spongiosa dari pada tukang rahang. Pada rongent foto dapat dilihat sebagai
gambaran radio opak dengan batas jelas.
2. Osteoma dari periosteum (periosteal) dari cortical plate.
Tumor ini kadang-kadang dapat tumbuh menjadi besar sekali, dan dalam hal ini tindakan
pembedahan harus dilakukan sebab sangat mengganggu fungsi pengunyahan. Pada rongent foto
menunjukkan gambaran yang tidak begitu padat.
3. Eksostosisatau peripheral osteoma, adalah pertumbuhan tulang yang circumscribed yang
timbul diluar cortical plate.
Tumor ini benigna, tumbuh lambat sekali dan biasanya mulai tumbuh pada usia muda. Biasanya
terdapat pada daerah muskulus atau sambungan dua tulang.

Etiologi dan Patologi


Etiologi osteoma tidak diketahui, kebanyakan penyebab dari osteoma ini disebabkan oleh factor
trauma iritasi kronis, kelainan congenital dimana terjadi pertumbuhan tulang pada garis tengah
dari palatum, infeksi, kebiasaan-kebiasaan makan yang aneh seperti halnya orang yang
mengunyah tembakau bisa menyebabkan suatu keadaan hyperostosis dan perkembangan yang
tidak normal dari gigi. Tidak ada yang menunjukkan etiologi yang pasti terjadinya osteoma.(7)

Gambaran klinik

Umumnya osteoma jarang ditemukan dirongga mulut, dan apabila ditemukan dilaporkan bahwa
lebih banyak menyerang rahang bawah dari pada rahang atas. Ia mempunyai gejala klinik yang
sama seperti perjalanan tumor jinak pada umumnya, Osteoma dapat dapat di identifikasi pada
usia 20 sampai dengan 50 tahun, tetapi bisa juga ditemukan pada usia yang lebih muda atau
bahkan pada usia yang lebih tua. .Multipel osteoma dirahang sama seperti osteoma yang terjadi
di tulang-tulang panjang dan tulang tengkorak. .(7)

Adapun gambaran klinik dari osteoma adalah: (7)


• Asymptomatis
• Pertumbuhan lambat, sehingga pasien datang ke dokter sudah dalam keadaan yang lanjut.
Perabaan keras seperti tulang dan bertangkai.
• Tidak nyeri pada tumor.
• Tidak terjadi perubahan pada bentuk wajah kecuali jika lesi tersebut telah meluas dan
membesar .

Osteoma bisa terjadi di mandibula atau maxilla, sepanjang tulang-tulang wajah dan tulang-tulang
tengkorak, juga bisa terdapat dalam sinus-sinus paranasalis. Gejal-gejala yang menyertainya
adalah: sakit kepala, sinusitis yang berulang-ulang keluhan-keluhan opthalmologi.

Gambaran Radiologi

Gambaran osteoma pada medula tulang rahang densitas yang tinggi yang dikelilingi oleh
gambaran radioopak yang berbentuk bundar / lonjong dengan batas tegas. Ukurannya kurang
dari 2,5 cm Gambaran ini dapat ditemui sejak pertumbuhan dan sebelum adanya perluasan
korteks. (5,8)

Gambaran Histopatologi

Ada dua bentuk gambaran osteoma yaitu:


1. Compact osteoma
Dimana gambaran histologisnya merupakan jaringan tulang yang padat dan relative sedikit
osteosit.
2. Cancellous
Dimana ruang trabeculae tulang lebih lebar dengan cortex lamella tulang.

Diagnosis Banding
• Osteoma
• Osteoid osteoma
• Osteosarcoma

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.


Diagnosis definitive ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi dari jaringan yang
dicurigai.

Penatalaksanaan

Sebaiknya penanganan (terapi dan evaluasi) kasus osteoma yang membutuhkan koreksi yang
dilakukan oleh:
1. Ahli bedah mulut, karena membutuhkan koreksi akibat perluasan tumor kerongga mulut.
2. Ahli penyakit THT, bila dibutuhkan koreksi akibat perluasan kerongga hidung
Prognosa

1. Baik
2. Dilaporkan jarang terjadi kekambuhan.

Kesimpulan

Osteoma merupakan kelainan pada jaringan tulang yang bersifat jinak dan ditandai dengan
pertumbuhan jaringan secara perlahan lahan dalam waktu yang lama. Penyebab pasti belum
diketahui. Penatalaksanaannya dilakukan pembedahan dengan cara melakukan eksisi pada
daerah lesi yang terdapat osteoma.

DAFTAR RUJUKAN

1. Osteoma. Available from URL :http://www.bonetumor.org.


2. Kanker dan pertumbuhan lainnya di mulut. Available from URL:http://www.medicastore.com
3. Introduction : Osteoma. Available from URL
:http://www.wrongdiagnosis.com
4. Osteoid Osteoma. Available from URL :http://www.dental.mu.edu.com.
5. Drg.Sorimuda Harahap,dkk.buku kuliah Ilmu Bedah Mulut FKG-USU edisi ke-6
6. Odontogenic tumor. Available from URL :http://www.merckmedicus.com
7. Regezi JA, Sciubba J. OSTEOMA. In : Oral Pathology, Clinical Pathologic Correlations, 2 nd
Eds.WB Saunders Company : New York,1993;hal 407-409
8. Sjahriar R, Sukonto K,Iwan E.OSTEOMA.In : Radiologi Diagnostik,FK-UI Jakarta, 2001;hal
76-81

LAPORAN KASUS

STATUS ORANG SAKIT


Anamnesa Pribadi
Nama : A.S
Umur : 23 th
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Batak/Indonesia
Agama : Kristen
Alamat : Jl.Jahe XIII no 7 Perumnas Simalingkar
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan : SMU
Tanggal masuk RS : 27-04-2005
MR : 397983
Ruang : KGB kelas II

Anamnese Penyakit
KU :Benjolan pada rahang bawah
Telaah :Hal ini dialami OS sejak kurang lebih 4 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
timbul dibawah lidah pada dasar mulut perlahan dan semakin lama semakin besar. Benjolan
tidak disertai rasa nyeri.
Tidak terdapat keluhan-keluhan lain yang dialami OS
Riwayat keluarga/saudara pernah/sedang menderita penyakit yang sama tidak dijumpai.
RPT : Tidak ada
RPO : Tidak ada

PEMERIKSAAN FISIK
• Ekstra oral:
1. Keadaan umum : baik
Sensorium : composmentis
TD : 120/80 mmhg
Frek nadi : 80x/mnt
Frek pernafasan: 24x/mnt
Temperatur :37 C
2. Wajah
Inspeksi : simetris
3. Mata : t a k
4. Hidung : t a k

• Intra Oral
Inspeksi ada bawah lidah yaitu dimandibula diregio 31 sampai dengan 36 terdapat benjolan
dengan ukuran 4x3x3 cm, berwarna pucat
Palapasi ada perabaan dijumpai massa immobile, berbatas tegas, konsistensi keras dan
bertangkai, fluktuasi (-) nyeri tekan (-)

Gambar.1 Osteoma yang mengenai tulang mandibula

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Darah Rutin:
- Hb : 13,7 gr%
- Ht : 42,5 %
- Leukosit : 9000/mm3
- Trombosit : 275.000/mm3
- L E D :18 mm/jam
• Fungsi hati:
- Bilirubin total : 0,88mg/dl
- Bilirubin indirect : 0,16 mg/dl
- SGOT : 16 u/ml
- SGPT : 14 u/ml
- Alkali pospatase : 167 ui/ml
• Fungsi ginjal:
- ureum : 21mg/dl
- kreatinin : 0,96 mg/dl
- urin acid : 5,8 mg/dl
• KGD puasa : 72 mg/dl
• E K G : Dalam batas normal

PEMERIKSAAN RADIOLOGI
• Foto Thoraks : Dalam batas normal
• Dari radiografi dilakukan panoramic foto:
Terdapat gambaran yang lebih radioopak pada massa dan batasnya tegas dibanding dengan
jaringan sekitarnya.

PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI


Dilakukan tanggal 18 04 2005
Makroskopik iterima jaringan berukuran 4x3x3 cm, warn abu-abu,konsistensi keras.
Mikroskopis :Sediaan terdiri dari compact osteoma, dimana gambaran histologisnya merupakan
jaringan tulang yang padat dan relative sedikit osteosit. Selain itu juga ditemui cancellous,
dimana ruang trabeculae tulang lebih lebar dengan cortex lamella tulang. Tidak terlihat tanda-
tanda keganasan pada sediaan ini.
Kesimpulan : Osteoma

DIAGNOSA BANDING
1. Osteoma
2. Osteoid osteoma
3. Osteosarcoma

DIAGNOSA SEMENTARA: Osteoma

RENCANA : Extirpasi osteoma mandibula


Pelaksanaan ekstirpasi osteoma mandibula dilakukan pada tanggal 28 april 2005 pukul 13.30
WIB. Ekstirpasi osteoma mandibula ini dilakukan dibawah general anestesi dengan mengambil
jaringan sebesar 4x3x3 cm. Selanjutnya massa dikirim kebagian patologi anatomi RSPM untuk
dilakukan pemeriksaan histopatologi
Gambar operasi 1

Gambar operasi 2

Follow up post operasi (29-30 april 2005)


- KU : nyeri bekas operasi (+)
- TD : 120/80 mmhg
- HR : 80 x/mnt
- RR : 24x/mnt
- Temp : 37 C
Therapi : 1. IVFD RL 40 gtt/1
2. Lancep inj 1 gr / 8 jam
3. Tramadol inj 1 amp / 8jam
4. Transamin inj 500 1 amp / 8 jam

ANALISA KASUS DAN PEMBAHASAN

Tn AS, laki-laki, berumur 23 tahun masuk RSUPM tanggal 27 April 2005 dengan keluhan utama
benjolan pada rahang bawah.
Dari hasil pemeriksaan diperoleh data-data klinis yang penting sebagi berikut:
1. Anamnesa : Pembesaran massa tumor yang lambat (4 tahun), tidak nyeri, dan juga tidak
disertai gejala lainnnya.
2. Klinis : Teraba massa tumor yang immobil pada rahang bawah dengan batas tegas, konsistensi
keras dan bertangkai, fluktuasi (-), nyeri tekan (-).
3. Pemeriksaan radiologi: Dilakukan panoramic foto : terdapat gambaran yang lebih radioopak
pada massa dan batasnya tegas dibanding dengan jaringan sekitarnya.

Keluhan benjolan pada rahang bawah yang dalami oleh OS empat tahun terakhir, tumbuh
perlahan, tanpa menunjukkan gejala, dan tidak terasa nyeri. Untuk menegakkan diagnosa,
dilakukan biopsi sehingga dari hasil biopsi tersebut dapat dilakukan tindakan defenitifnya. Dari
hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang keadaan pasien dalam batas normal.

Berdasarkan data klinis hasil pemeriksaan diatas (anamnesa,klinis dan radiology) dimungkinkan
OS menderita suatu tumor jinak dengan DD utama Osteoma, artinya sebagai diagnosa kerja
sementara. Untuk menegakkan diagnosa definitive perlu dilakukan biopsy untuk pemeriksaan
histopatologi.

Kesimpulan: Tn AS, laki-laki,23 tahun, datang ke RSUPM dengan data medis sebagai berikut:
secara klinis dijumpai benjolan yang immobile yang berbatas tegas pada bawah lidah di
mandibula (region 31 sampai dengan 36) sejak empat tahun yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri tekan (-), konsistensi keras, fluktuasi (-). Dari hasil PA ditemukan compact osteoma
dimana terdapat gambaran jaringan tulang yang padat relative sedikit osteosit. Selain itu juga
ditemukan gambaran concellus dimana ruangan trabeculae tulang lebih lebar dengan cortex
lamella tulang. Berdasarkan data ini dapat ditegakkan diagnosanya adalah “Osteoma”
Osteoma merupakan massa tumor jinak pada tulang yang proses pertumbuhannya lambat . Lesi
ini jarang dijumpai,tetapi dilaporkan bahwa lebih banyak dijumpai pada rahang bawah dari pada
rahang atas. Frekuensinya yang paling banyak terjadi pada wanita dari pada pria (3:1). Tumor ini
dijumapai pada lapisan tulang periosteal atau lapisan tulang endosteal.
Adanya riwayat pertumbuhan massa yang lambat, tidak disertai nyeri dan bersifat asimptomatis,
osteoma pada kasus ini adalah tumor jinak.

1. Kenapa pada kasus ini prognosanya baik?


Karena
a. Merupakan tumor jinak
b. Tumor belum mengganggu organ-organ lain
c. Aktivitas seperti mengunyah, menelan, dan berbicara tidak terganggu
2. Kenapa pada kasus ini dilakukan general anestesi?
Karena
a. lokasi tumor sulit untuk dilakukan pengangkatan
b. untuk mencegah komplikasi pada saat pembedahan seperti fraktur dan pembedahan

3. Kenapa pada kasus ini di DD osteosarcoma dan osteoidosteoma


Karena sama-sama menyerang tulang……

4. Kenapa pada kasus ini dilakukan ekstirpasi?


Karena : tumor sudah semakin membesar dan bisa mengganggu proses mengunyah, menelan dan
berbicara dari OS

5. Apa komplikasi yang mungkin terjadi pada saat operasi


a. Fraktur: mandibula, tulang pallatum, prossecus palatinus dasar hidung
b. Selain itu bisa terjadi perdarahan

6. Apa saran yang diberikan pada saat OS mau pulang dari RS setelah operasi
a. Istirahat, jangan bekerja dulu kurang lebih 3 hari
b. Untuk kebersihan mulut dianjurkan kumur-kumur pelan dengan air dingin yang sudah
dimasak atau obat kumur setelah 3 hari operasi dilakukan
c. Makanan harus dengan diet yang baik untuk memulihkan keadaan pasien
d. Kontrol stelah hari ke 3 OS pilang dari RS

7. Kenapa pada kasus anda diterapi dengan


a. RL:
berfungsi untuk mengganti cairan yang hilang pada waktu operasi
b. Lancep drip
Isinya sefotaksin yang merupakan golongan antibiotic cefalosporin generasi ketiga yang aktif
terhadap berbagai kuman gram positif maupun gram negatif
c. Tramadol
Analgetik kuat yang berguna untuk menghilangkan nyeri post operasi
d. Transamin
Isinya transamin acid yang mengandung anti koagulan yang berguna untuk menghentikan
perdarahan
8. Tehnik pelaksanaan operasi pada kasus ini, bagaimana?
a. Lakukan general anestesi
b. Insisi pada sepanjang mandibula
c. Buka mukoperios flap
d. Pembuangan massa tumor dengan pahat yang tajam
e. Tampon

Kelainan Pada Bibir, Mulut & Lidah DEFINISI


LUKA & PERTUMBUHAN LAINNYA DI MULUT
br> Setiap luka terbuka yang berlangsung selama 2 minggu atau lebih harus diperiksa oleh dokter gigi
atau dokter umum, terutama jika tidak menimbulkan nyeri.

Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di bibir atau pipi biasanya memiliki penyebab yang tidak terlalu
serius; bisa merupakan sariawan (canker sores) atau merupakan akibat dari tergigitnya bibir atau pipi
secara tidak sengaja.

Luka terbuka di dalam mulut seringkali berwarna putih, kadang dengan pinggiran yang berwarna merah.
Suatu luka terbuka bisa terbentuk jika penderita meletakkan aspirin diantara pipi dan gusi sebagai suatu
cara (yang salah) untuk mengurangi sakit gigi.

Luka di mulut bisa merupakan pertanda dari sindroma Behcet, yang juga menimbulkan luka pada mata
dan alat kelamin.

Suatu luka terbuka berwarna putih yang tidak menyebabkan nyeri (cangker) dan timbul di dalam mulut
atau di bibir dalam waktu 1-13 minggu setelah penderita menjalani oral sex (hubungan seksual melalui
mulut), bisa merupakan stadium awal dari sifilis.
Luka ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu.
1-4 bulan kemudian, suatu bercak putih (bercak berlendir, suatu pertanda lanjut dari sifilis yang tidak
diobati) juga bisa terbentuk di bibir atau di dalam mulut.
Luka terbuka (cangker) maupun bercak berlendir sangat menular, bahkan bisa ditularkan melalui
ciuman.
Dasar mulut merupakan tempat dimana sering ditemukannya kanker, terutama pada peminum alkohol
dan perokok usia pertengahan dan usia lanjut.
Berbagai jenis kista juga bisa terbentuk di dasar mulut. Kista ini seringkali harus diangkat melalui
pembedahan karena mengganggu penderita.

Lepuhan besar yang berisi cairan bisa timbul di bagian manapun dari mulut.
Biasanya merupakan akibat dari cedera atau berhubungan dengan suatu penyakit (misalnya pemfigus).
Beberapa penyakit virus (misalnya campak Jerman) juga bisa menyebabkan kelainan yang bersifat
sementara di dalam pipi, terutama pada anak-anak.

Infeksi yang menyebar dari pembusukan gigi bawah ke dasar mulut merupakan masalah yang serius.
Suatu infeksi yang sangat berat disebut angina Ludgwig, bisa menyebabkan pembengkakan hebat di
dasar mulut, yang bisa mendorong lidah ke atas sehingga menyumbat saluran pernafasan.
Jika hal ini terjadi, diperlukan penanganan darurat untuk membantu pernafasan penderita.

Jika seseorang sering menggigit bagian pipi sebelah dalam atau bagian dalam mulut berulang kali
mengalami luka, bisa tumbuh suatu fibroma karena iritasi.
Benjolan kecil, tegas dan tidak menimbulkan nyeri ini, bisa diangkat melalui pembedahan.

Kutil bisa menginfeksi mulut jika seseorang mengisap-isap kutil yang tumbuh di jari tangannya.
Jenis kutil lainnya (kondiloma akuminata) juga bisa ditularkan melalui oral sex.

Langit-langit Mulut (palatum).

Sialometaplasia nekrotisasi merupakan suatu luka menganga di permukaan langit-langit mulut yang
timbul secara tiba-tiba dalam 1-2 hari.
Kelainan ini sering meluas dan menakutkan, tetapi tidak menimbulkan nyeri.
Penyakit ini sering terjadi setelah daerah tersebut mengalami cedera (misalnya karena prosedur gigi)
dan akan mereda dalam waktu 2 bulan.

Suatu penonjolan tulang yang tumbuh secara lambat (torus) bisa timbul di pertengahan langit-langit
mulut..
Pertumbuhan ini sering terjadi dan tidak berbahaya.
Muncul selama masa pubertas dan menetap seumur hidup penderita.

Tumor di langit-langit mulut (baik ganas maupun jinak), seringkali terjadi pada usia 40-60 tahun.
Pada stadium awal hanya memiliki sedikit gejala: penderita merasakan adanya pembengkakan di langit-
langit mulut atau merasakan bahwa gigi bagian atas menjadi goyah.
Nyeri baru timbul beberapa waktu kemudian.

Pada sifilis stadium lanjut, suatu lubang (gumma) bisa timbul di langi-langit mulut.
PERUBAHAN WARNA DI MULUT

Jika seseorang menderita anemia, lapisan mulut tampak lebih pucat dibandingkan dengan yang normal
(berwarna pink kemerahan>)
Bila anemia teratasi, warnanya akan kembali normal.

Perubahan warna yang baru di dalam mulut harus diperiksa oleh dokter atau dokter gigi, karena bisa
merupakan pertanda dari penyakit kelenjar adrenal atau kanker (melanoma).
Daerah keputihan bisa timbul dimanapun di dalam mulut dan seringkali berasal dari sisa makanan yang
dapat disingkirkan.
Tetapi jika daerah tersebut tampak kasar dan menimbulkan nyeri, serta berdarah jika disentuh, mungkin
merupakan suatu infeksi jamur (thrush).

Daerah keputihan dalam mulut juga bisa merupakan penebalan lapisan keratin, daerah ini disebut
leukoplakia<.
Keratin merupakan suatu protein yang kokoh, yang dalam keadaan normal melindungi lapisan kulit
paling luar tetapi juga ditemukan dalam jumlah kecil pada lapisan mulut.
Kadang keratin dapat terbentuk dalam mulut, terutama pada perokok atau pemakai tembakau sedotan.

Daerah kemerahan dalam mulut (eritroplakia) bisa terjadi jika lapisan mulut menipis dan pembuluh
darah terlihat lebih jelas daripada biasanya.
Daerah kemerahan maupun daerah keputihan bisa merupakan non-kanker (jinak), prekanker maupun
kanker (ganas).

Penderita liken planus di pipi sebelah dalam atau di pinggir lidah, juga bisa memiliki ruam kulit yang
terasa gatal.
Liken planus bisa menyebabkan luka terbuka yang menimbulkan nyeri.

Bintik-bintik yang menyerupai butir-butir pasir yang kecil, yang dikelilingi oleh cincin kemerahan (bintik
Koplik), yang timbul di pipi sebelah dalam yang berhadapan dengan gigi belakang, merupakan pertanda
dari campak.
Langit-langit mulut.

Perubahan warna pada langit-langit mulut bisa disebabkan oleh iritasi atau infeksi.
Langit-langit mulut pada perokok yang mengisap pipa (cangklong), memiliki permukaan kasar yang
berwarna putih disertai bintik-bintik merah (langit-langit perokok).

Setelah seseorang melakukan oral sex (hubungan seksual melalui mulut) dengan mitra seksual pria, akan
timbul bintik merah kecil sebesar ujung peniti yang berasal dari pecahnya pembuluh darah (peteki) di
langit-langit mulut.
Bintik-bintik ini akan menghilang dalam beberapa hari.

Peteki juga merupakan pertanda dari kelainan darah atau mononukleosis infeksiosa.

Pertumbuhan berlebih yang berwarna merah di langit-langit mulut paling sering disebabkan oleh gigi
palsu yang tidak cocok atau gigi palsu yang terlalu lama tertanam dalam mulut.
Biasanya semua peralatan gigi yang bisa dibongkar-pasang, harus dilepaskan pada saat tidur,
dibersihkan dan direndam dalam secangkir air.

Pada penderita AIDS, bercak keunguan yang disebabkan oleh sarkoma Kaposi bisa timbul di langit-langit
mulut.

MASALAH PADA KELENJAR LUDAH

Sepasang kelenjar ludah yang terbesar terletak tepat di belakang sudut rahang, di depan telinga.
Dua pasang kelenjar yang lebih kecil terletak lebih dalam di dasar mulut.
Kelenjar ludah yang kecil-kecil tersebar di seluruh mulut.

Jika pengaliran ludah tidak mencukupi, mulut akan terasa kering.


Ludah memberikan perlindungan alami terhadap pembusukan gigi, sehingga kekurangan ludah bisa
menyebabkan terbentuknya kavitas (gigi karies).

Mulut yang kering dapat disebab oleh:


- terlalu sedikit minum
- bernafas lewat mulut
- mengkonsumsi obat tertentu
- penyakit yang mengenai kelenjar ludah (misalnya sindroma Sj?gren)
- usia lanjut.

Suatu saluran yang mengalirkan ludah bisa tersumbat oleh suatu pengendapan kalsium (batu kalsium).
Sumbatan ini menyebabkan ludah tidak dapat dialirkan dan kelenjar ludah mengalami pembengkakan.
Pembengkakan kelenjar ludah juga bisa mengalami infeksi karena bakteri.

Jika pembengkakan bertambah buruk sesaat sebelum waktu makan tiba atau jika penderita memakan
acar, penyebabnya sudah pasti adalah penyumbatan saluran.
Rasa asam dari acar merangsang pengaliran ludah, tetapi karena saluran tersumbat, maka saliva tidak
dapat dialirkan, sehingga pembengkakan bertambah buruk.

Kadang seorang dokter gigi bisa mendorong batu dengan menekan kedua sisi saluran.
Jika tidak berhasil, suatu alat serupa kawat halus bisa digunakan untuk menarik batu keluar.
Atau bisa dilakukan pembedahan untuk mengangkat batu.

Suatu cedera pada bibir bawah (misalnya karena tergigit) bisa melukai kelenjar ludah kecil dan
menyumbat pengaliran ludah.
Sebagai akibatnya, kelenjar akan membengkak dan membentuk suatu benjolan kecil dan lunak yang
berwarna kebiruan (mukokel).

Setelah beberapa minggu, benjolan biasanya akan menghilang dengan sendirinya, atau jika mengganggu
atau sering kambuh, bisa diangkat melalui pembedahan gigi.

Mumps (gondongan, infeksi bakteri) dan penyakit lainnya dapat menyebabkan pembengkakan pada
kelenjar ludah utama.
Pembengkakan juga bisa disebabkan oleh tumor kelenjar ludah baik yang jinak maupun ganas (biasanya
lebih padat dibandingkan pembengkakan yang disebabkan oleh infeksi).
Jika tumor bersifat ganas, kelenjar akan teraba keras seperti batu.
Peradangan dan infeksi kelenjar ludah sering disebabkan oleh batu yang menyumbat saluran ludah dan
lebih sering terjadi dibandingkan tumor.

Setiap pembengkakan kelenjar ludah memerlukan perhatian medis.


Untuk menentukan penyebabnya, bisa dilakukan biopsi terhadap jaringan kelenjar ludah.

PERUBAHAN PADA BIBIR

Bibir dapat mengalami perubahan dalam ukuran, warna dan permukaannya.


Beberapa dari perubahan ini adalah tidak berbahaya, misalnya bibir akan menipis pada orang tua.
Perubahan lainnya bisa menunjukkan suatu kelainan medis.

Ukuran Bibir.

Suatu reaksi alergi dapat menyebabkan pembengkakan bibir.


Reaksi ini dapat disebabkan oleh kepekaan terhadap makanan tertentu, obat-obatan, kosmetik atau
bahan iritan yang terdapat dalam udara.

Beberapa keadaan lainnya yang dapat menyebabkan pembengkakan bibir:


- Angioedema, suatu penyakit keturunan, menyebabkan serangan pembengkakan bibir yang berulang
- Eritema multiformis, luka bakar karena sinar matahari atau cedera.

Pembengkakan bibir hebat tertentu bisa dikurangi dengan suntikan kortikosteroid.


Untuk pembengkakan lainnya, jaringan bibir yang berlebihan bisa diangkat melalui pembedahan untuk
memperbaiki penampilan.
Sejalan dengan bertambahnya usia, bibir akan menipis.
Untuk alasan kosmetik, bibir yang menipis bisa diperlebar dengan menggunakan suntikan kolagen atau
suntikan lemak yang berasal dari bagian tubuh lainnya.

Warna & Permukaan Bibir.

Sinar matahari atau cuaca dingin dan kering dapat menyebabkan bibir terkelupas.
Demikian juga halnya dengan reaksi alergi terhadap lipstik, pasta gigi, makanan atau minuman.

Setelah penyebabnya dihilangkan, biasanya bibir akan kembali normal.


Kadang diberikan salep kortikosteroid untuk menghentikan pengelupasan.

Matahari juga dapat merusak, menyebabkan bibir menjadi keras dan kering, terutama bibir bawah.
Bintik-bintik merah atau putih yang transparan merupakan tanda-tanda kerusakan yang menigkatkan
resiko terjadinya kanker.
Kerusakan akibat sinar matahari ini dapat dikurangi dengan melindungi bibir dengan balsem bibir yang
mengandung tabir surya atau dengan menggunakan topi lebar untuk melindungi wajah dari sinar
matahari.

Frekels (bintik-bintik kecil berwarna kuning kecoklatan di kulit) dan makula melanotik (daerah
kecoklatan yang bentuknya tidak teratur) sering ditemukan di sekitar bibir dan menetap selama
bertahun-tahun.
Tanda ini tidak perlu dirisaukan.

Bintik-bintik kecil berwarna hitam kecoklatan yang tersebar bisa merupakan tanda dari penyakit usus
keturunan dimana pada lambung dan usus ditemukan polip (sindroma Peutz-Jeghers).

Sindroma Kawasaki bisa menyebabkan bibir kering dan pecah-pecah dan lapisan mulut menjadi
kemerahan.

Pada peradangan bibir (keilitis), sudut mulut terasa nyeri, mengalami iritasi, tampak merah, pecah-
pecah dan bersisik.
Jamur (thrush) bisa tumbuh di sudut mulut dan menimbulkan luka terbuka.
Keilitis bisa merupakan akibat dari kekurangan vitamin B riboflavin dalam makanan.

Lipatan kulit vertikal dan kulit yang teriritasi bisa timbul di sudut mulut jika gigi palsu tidak dapat
membuka rahang sebagaimana mestinya.
Hal ini dapat diatasi dengan mengganti atau menyesuaikan posisi gigi palsu.

Daerah yang menonjol atau suatu luka terbuka dengan tepian yang keras di bibir, bisa merupakan suatu
bentuk dari kanker kulit.
PERUBAHAN PADA LIDAH

Cedera adalah penyebab paling sering dari timbulnya rasa tidak nyaman di lidah.
Lidah memiliki banyak ujung saraf untuk nyeri dan raba dan jauh lebih peka terhadap nyeri
dibandingkan bagian tubuh lainnya.

Lidah sering tergigit secara tidak sengaja, tetapi segera membaik.


Tambalan atau gigi pecah yang tajam bisa menimbulkan kerusakan pada lidah.

Suatu pertumbuhan berlebih dari jonjot-jonjot normal di lidah bisa menyebabkan gambaran lidah
berambut.
Rambut ini bisa mengalami perubahan warna jika penderita merokok atau mengunyah tembakau,
memakan makanan tertentu atau tumbuh bakteri berwarna pada lidah.
Lidah juga akan tampak berambut setelah demam, setelah pengobatan antibiotik atau jika terlalu sering
menggunakan obat kumur peroksida.

Pangkal lidah bisa terlihat kehitaman jika seseorang menggunakan sediaan bismut untuk sakit maag.
Menyikat lidah dengan sikat gigi dapat menghilangkan perubahan warna tersebut.

Suatu selaput putih pada tepi lidah yang bila diusap menimbulkan perdarahan mungkin menunjukkan
suatu thrush.

Lidah yang kemerah-merahan bisa merupakan tanda dari anemia pernisiosa atau suatu kekurangan
vitamin.
Anemia karena kekurangan zat besi juga membuat lidah terlihat pucat dan licin (karena lidah kehilangan
jonjot-jonjotnya).

Gejala awal dari demam scarlet bisa merupakan perubahan warna lidah yang normal menjadi seperti
strawberi dan raspberi.

Bercak-bercak putih, bisa timbul pada demam, dehidrasi, sifilis stadium 2, trush, liken planus,
leukoplakia atau pernafasan melalui mulut.

Lidah licin dan kemerahan disertai nyeri merupakan pertanda dari pellagra, suatu jenis malnutrisi karena
kekurangan niasin dalam makanan.

Pada lidah geografis, beberapa daerah lidah tampak putih dan daerah lainnya tampak merah dan licin.
Daerah yang mengalami perubahan warna sepertinya berpindah-pindah selama beberapa tahun atau
seumur hidup pendeirta.
Hal ini biasanya tidak menimbulkan nyeri dan tidak memerlukan pengobatan.

Benjolan kecil di kedua sisi lidah biasanya tidak berbahaya, tetapi benjolan pada salah satu sisi lidah bisa
bersifat ganas.
Daerah kemerahan atau keputihan, luka terbuka atau benjolan di lidah tanpa sebab yang pasti, terutama
jika tidak menimbulkan nyeri, merupakan pertanda dari kanker dan harus diperiksa.
Sebagian besar kanker mulut tumbuh di tepi lidah atau di dasar mulut.
Kanker hampir tidak pernah tumbuh di pangkal lidah.

Luka terbuka di lidah bisa disebabkan oleh virus herpes simpleks, tuberkulosis, infeksi bakteri atau sifilis
stadium dini.
Luka terbuka juga bisa disebabkan oleh alergi atau penyakit sistem kekebalan.

Glossitis adalah suatu peradangan pada lidah (kemerahan, pembengkakan dan nyeri).

Glossodinia adalah suatu perasaan terbakar atau perasaan nyeri di lidah.


Biasanya tidak memiliki penampakan yang khusus atau penyebab yang jelas; tetapi mungkin disebabkan
oleh tekanan pada gigi oleh lidah, reaksi alergi atau bahan iritan (misalnya alkohol, bumbu dapur atau
tembakau).

Mengganti pasta gigi, obat kumur atau mengunyah permen karet dapat menghilangkan rasa nyeri.
Glosodinia kadang-kadang merupakan pertanda dari gangguan emosional atau penyakit mental.
Bisa diberikan obat anti cemas dosis rendah.
Tanpa memandang penyebabnya, keadaan ini biasanya akan menghilang dengan sendirinya.

Adeno Cystic Carsinomapada Rahang Atas(Laporan Kasus)

*Herman Hambali

*Staf Bedah Mulut & Makslofasial FKG Unpad/ RSHS Bandung, Staf Yayasan Pengelola
Pembina Celah Bibir dan Langit,

Staf Pengajar FKG Unpad Bandung dan Staf Penyakit Gigi dan Mulut FK Unpad/RSHS
Bandung

Abstrak

Adeno Cystic Carcinoma (ACC) merupakan karsinoma yang berasal dari kelenjar liur.Tumor
ini merupakan tumor ganas kelenjar liur minor yang paling sering terjadi, namun dapat pula
terjadi pada kelenjar liur mayor. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan
histopatologis melalui biopsi insisi. Penatalaksanaan kasus ini meliputi eksisi dengan batas luas
dan radioterapi setelah operasi sebesar 6000-7500 cGy. Tindakan eksisi yang dilakukan pada
palatum adalah hemimaksilektomi dengan batas tepi 3 cm dan ekstirpasi keseluruhan jaringan
spasia. Tulisan ini melaporkan seorang pasien laki-laki umur 47 tahun denganACC yang terdapat
di regio anterior rahang atas kiri, yang melalui pemeriksaan histopatologi (PB. 096277) diketahui
sebagai Adenoid cystic carcinoma a/r bukal region 26—28. Perawatan ACC dilakukan dangan
terapi bedah hemimaksilektomi, pasien dirawat selama 7 hari dengan proses penyembuhan
termasuk pembuatan gigi palsu.

Kata kunci : Adeno Cystic Carcinoma (ACC), Tumor kelenjar liur, hemimaksilektomi.

Adeno Cystic Carsinomaof Maxilla( Case Report).

Abstract

Adeno Cystic Carcinoma (ACC) is a carcinoma that derived from salivary gland. It is the
mostcommonminor salivary gland malignant carcinomas, but can also be found at major
one.Incisional biopsy is needed for defining diagnose. Management of this tumor including wide
excision and post operation radiotherapy with 6000-7500 cGy. Excision performed
with hemimaxillectomy with 3cm borders and total spatium extirpation. This case reports
malepatient, 47 years old, with ACC that is located at left anterior upper jaw. Former
histopathological finding (PB. 096277) shows ACC at buccal region of 26-28. Management of
this case is hemimaxillectomy, patienthadstayed at ward for 7 days and dischanges for further,
healing process including dental protese.

Keywords: Adeno Cystic Carcinoma (ACC), salivary gland tumor, hemimaxillectomy

Adeno Cystic Carsinomapada Rahang Atas(Laporan Kasus)

Pendahuluan

Adeno Cystic Carcinoma (ACC) merupakan karsinoma yang secara kiinis dan secara histologis
berasal dan glandula saliva. Secara klinis terkamuflase oleh ukurannya yang kecil dan
pertumbuhannya yang lambat, yang menutupi invasi subklinisnya yang luas dan
ditandai kemampuannya untuk metastase dini. Merupakan keganasan yang dikuatkan dengan
tingkat pertumbuhan tumor dan kemampuan metastasis adalah sifat tumor yang
independen. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan suatu pemeriksaan histopatologis melalui
biopsi insisi. Penatalaksanaan kasus ini memiliki banyak terapi. Salah satunya meliputi eksisi
dengan batas luas dan radioterapi setelah operasi sebesar 6000-7500 cGy. Tindakan eksisi yang
dilakukan pada palatum adalah hemimaksilektomi dengan batas tepi 3 cm dan ekstirpasi
keseluruhanjaringan spasia.

Hemimaksilektomi adalah pengangkatan secara bedah salah satu sisi rahang atas, meliputi
premaksila, maksila dan palatum durum. Biasanya dilakukan bersamaan dengan proses
pengangkatan neoplasma. Hemimaksolektomi berfungsi untuk menghilangkan jaringan atau
strukturakibat perluasan atau keterlibatandari suatukeganasan dalam rongga mulut..

Laporan Kasus
Tulisan ini melaporkan seorang pasien laki-laki umur 47 tahun datang ke Poli Bedah Mulut
RSHS pada tanggal 23 Maret 2009 dengan keluhan benjolan pada langit-langit. Anamnesa
benjolan diketahui sejak kurang lebih 14 hari sebelum masuk rumah sakit timbul pembengkakan
pada gusi rahang atas pada awalnya berupa benjolan kecil lama-kelamaan membesar. Bila
menyikat gigi gusi akan berdarah dan darah seperti berbusa. Gigi kadang kadang terasa sakit dan
mengeluarkan darah yang berbusa. 3 Bulan yang lalu pasien memiliki riwayat mencabut gigi 24
di RSHS. Riwayat penyakit umum: alergi obat ciprofloksasin dan asam mefenamat.

Pada pemeriksaan klinis status generalis dalam batas normal, sedang pada pemeriksaan generalis
ekstra oral tampak pembengkakan regio pipi kiri dengan ukuran 10x5x3 cm, terlokalisir, wama
sama dengan janingan sekitar, konsistensi keras, tidak ada fluktuasi, tidak ada nyeri tekan, suhu
afebris dan tidak terdapat ulkus. Perneriksaan intra oral terdapat pembengkakan pada regio
palatum sinistra dengan ukuran 10x5x3 cm dengan permukaan berbenjol-benjol, berwarna
merah, tidak terdapat ulkus, tidak ada fluktuasi, tidak ada nyeri tekan serta konsistensi kenyal.
Pada pemeriksaan foto panoramik terdapat gambaran radiolusen yang berbatas jelas meliputi
sinus dan alveolar gigi a/r 25, 26 dan 28.
Pasien didiagnosa klinis dengan Soft tissue tumor a/r palatum sinistra yang telah menginfiltrasi
tulang dan rongga sinus kiri suspect malignan. Rencana terapi dilakukan insisi biopsi dalam
anastesi umum pada tanggal 8 Oktober 2009. Hasil insisi biopsi didapatkan hasilPA no
PB096277 tanggal 22 oktober 2009 dengan kesimpulan Adenoid cystic carcinoma a/r bukal
region 26—28 dengan Dokter PA dr Ismet M Nur SpPA (K) MM.Rencanaperawatan selanjutnya
adalah dilakukan hemimaksilektomi dengan VC dalam anestesi umum.

Tanggal 22 November 2009 dilakukan hemimaksilektomi dengan anestesi umum. Kemudian


dilakukan tindakan aseptik ekstra oral dengan alkohol 70% dan betadine solution 10%, intraoral
dengan betadine 10%. Penutupan tubuh pasien dengan kain steril, kecuali daerah operasi.
Pemasangan kassa pack pada orofaring. Pembuatan pola insisi dengan methylene blue. Injeksi
hemostatik dengan adrenalin. Dilakukan insisi EO dengan blade dan kauter a/r dasar hidung
hingga sisi hidung sinistra sesuai pola insisi dan insisi IO dengan kauter dan vestìbulum ke
palatum sinistra sampai tuberositas maksilaris sinistra. Ekstraksi gigi 21. Pemotongan tulang air
palatum sinistra, pengambilan massa dan maksila sinistra. Kontrol perdarahan dengan penekanan
kassa, jahit dan kauter. Penghalusan tulang dan bagian yang tajam dengan bur fraser.
Pengambilan jaringan lunak untuk diperiksa VC batas: I.

Medioantenior, II. Medioposterior, III. Posterior, IV. Lateral. Hecting a/r mukosa bukal sinistra.
Irigasi IO dengan saflon + NaCl 0,9% dan penekanan dengan kassa selama 5 menit. Pemotongan
massa 10 bagian posterior dengan kauter. Massa dimasukkan de dalam botol PA dan dikirim ke
lab PA. Aplikasi surgicel dan spongostan 10 serta hecting IO a/r palatum sinistra. Aplikasi kassa
kemicetin dan pengikatan dengan benang. Pemasangan booster dan obturator. Hecting EO.
Pembersihan daerah operasi.

Hasil frozen section:

Sayatan I; medioanterior: bebas masa tumor

Sayatan II; medioposterior: bebas masa tumor

Sayatan III ; posterior: bebas masa tumor

Sayatan IV; lateral : bebas masa tumor

Pasien di rawat di rumah sakit 7 hari dan rawat jalan, hari ke 10 post operasi pasien kontrol ke
poli Bedah Mulut dilakukan pembukaan booster dan dikonsul ke bagian prostodontia untuk
pembuatan obturator. Post operasi han ke 15 pasien insersi obturator, Pasien dirujuk ke bagian
radioterapi jadwal radioterapi tanggal 7-12-2009 ( hari ke 35 post operasi). Hari ke 45 post
operasi dan post radioterapi,pasien kontrol ke poli Bedah Mulut luka operasi baik dan tidak ada
keluhan. Lima bulan post operasi pasien control ke Bedah Mulut dan prostonsia dan bagian
prostodonsia akan dibuat protesa definitive di bagian Bedah Mulut rencana ekstaksi gangrene
radiks 14, 18 dan 46 1 tahun post radioterapi tanggal 25 januari 2011.

Hasil PA tanggal 2 November 2009 dinyatakan kesimpulan Adenoid cyst carcinoma a/r bukal
26-28. Kontrol Pasien 8 bulan post operasi keluhan tidak ada
Pembahasan

Adeno Cystic Carcinoma (ACC) adalah sejenis kanker kelenjar liur, biasa muncul pada kelenjar
parotis, tapi mungkin bisa muncul pada kelenjar submandibular atau kelenjar liur minor yang
melapisi mukosa dari saluran aerodigestive atas. Tumor parotis adalah tumor yang menyerang
kelenjar liur parotis.Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal
dari kelenjar liur submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya
perbedaan geografik dan suku bangsa, pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan,
penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.(Adams
LG, Gregory Masters, Beers MH)

Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah
25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari
seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas.(Adams LG, Gregory Masters, Beers MH)
Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan berbentuk
massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada kelenjar
parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi
akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan
aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi. Pencitraan
menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan
eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan
dengan derajat tertinggi. (Adams LG, Gregory Masters, Beers MH)

ACC sebelumnya dikenal sebagai Cylindromas,


adalahtumoryangtimbuldarikelenjarmukosa,terutama kelenjarliur minor. Tumor ini pertama
kalidijelaskan oleh Theodor Bilroth tahun1856. Theodor bilroth menyatakan gambaran histologis
berbentuk kompartemen yang panjang seperti “silinder” akhirnya diubah namanya menjadi
sebagai ACC. (Kaiser)

Tumor kelenjar liur baik itu jinak atau ganas akan muncul sebagai suatu massa berbentuk soliter,
berkembang diantara sel-sel pada kelenjar yang terkena. Pembesaran menyeluruh atau berulang
dari kelenjar yang terkena sepertinya akibat kalkulus atau peradangan dan pembesaran kelenjar
air liur global yang jarang dapat dilihat pada penyakit sistemik seperti diabetes mellitus,
myxoedema, sindroma Cushing, dan peminum alcohol. Pembesaran kelenjar parotis juga dapat
dilihat pada anorexia nervosa. Pasien dengan tumor jinak atau keganasan derajat rendah dapat
menampilkan gejala pertumbuhan massa yang lambat untuk beberapa tahun.(Legard, Beljy JL,
Berg JW).

ACC adalah tumor ganasyang biasa menyerang segala usia, perempuan dan laki-laki sama saja.
Dapat terjadi pada semua kelenjar, tetapi paling sering terjadi pada kelenjar submandibular atau
kelenjar liur minor. Akan tetapi walaupun pertumbuhan yang lambat, karakteristik pertumbuhan
ACC adalah infiltrative, invasi dan dapat bersifatrekuren. Tidak seperti keganasan kelenjar ludah
lain, ACC metastasizes jauh, cenderung melibatkan organ (paru-paru, tulang) dan kelenjar getah
bening lokal.
Secara histologist gambaran dari ACC adalahstruktur nya yang padat.Pola pertumbuhan yang
paling umum adalah berkisi, bentuk ini yang paling khas, gambaran bentuk mikroskopis nya
didominasi oleh beberapa struktur berkisi, terdiri dari epitel dan basal / myoepithelial sel. Inti
biasanya gelap, hyperchromatic dan angulated. Pada saat-saat dengan endapan yang berlebihan
gambaran mikroskopis nya terlihat seperti ruang-ruang yang buncit dengan hilangnya bentuk
kisi. Sel-sel tumor mungkin jarang dengan demikian dapat menyerupai lesi adenoma yang
pleomorphic. Pipa ini terdiri dari tubulus kecil dipenuhi satu atau dua jenis sel, lumen dan
abluminal tanpa atypia. Karena lunak secara sitologis tampilan mungkin berbeda untuk sel basal
adenoma, kecuali bentuk infiltrasi solid (basaloid) ini didominasi oleh lembaran padat besar sel-
sel tumor, kadang-kadang dengan comedo-seperti pusat nekrosis.

Gambar 13. A. ACC type Cribriform. Terlihat gambaran serlubang-lubang seperti ayakan,
multiple, yang tersusun dari sel-sel epitel basal. B. ACC type solid. Terlihat gambaran nodul-
nodul yang multiple

Pada gambar 13 dapat dilihat dalam massa padat sel-sel tumor, ada duct kecil seperti ruang
dikelilingi oleh lapisan tertentu sel epitel. Temuan terakhir ini bentuknya padat membedakan
bentuk atau varian ACC dari stadium lowgrade adenokarsinoma sel basal dan agresif basaloid
karsinoma sel skuamosa. Prognosis terburuk terlihat pada ACC bentuk padat atau solid. Namun
demikian, secara klinis lebih baik. Bentuk yang tidak menguntungkan lainnya adalah seringnya
reseksi ACC melibatkan margin dalam bedah spesimen, terutama sebagai hasil dari perluasan
perineuralinfiltrasi. Pada kasus yang sulitdimana terapinya denganeksisilengkapdan kombinasi
denganperawatan radioterapi. Yangpaling penting diferensial diagnosishistologis dari ACC
stadium low grade adalah polymorphous adenokarsinoma

Patogenesis

Untuk mengetahui patogenesis tumor kelenjar ludah, diperlukan pemahaman dan pengetahuan
mengenai embriologi dan ultrastruktur dari kelenjar ludah normal. Kelenjar ludah yang matur
mempunyai beberapa komponen yaitu daerah asinus, duktus interkalated, duktus striated dan
duktus ekskretori. Struktur asinus dilapisi oleh duktus interkalated yang mengeluarkan saliva ke
duktus striated dan akhirnya disekresikan oleh duktus ekskretori.

Beberapa peneliti berpendapat bahwa tumor kelenjar ludah berasal dari sel pada saluran kelenjar
ludah, sedangkan yang lain berpendapat bahwa sel interkalated dan sel asinar memiliki
kemampuan untuk terjadinya suatu tumor. Adanya sel myoepitel dalam komposisi dan
pertumbuhan sejumlah epitel pada tumor kelenjar ludah lebih meyakinkan pendapat ini.
Walaupun sel-sel ini bukan merupakan pertimbangan sebagai sel utama bagi asal-usul suatu
tumor kelenjar ludah, kecuali pada myoepitelioma yang berperan terjadinya tumor pada
pleomorfik adenoma, adenokistik karsinoma dll berasal dari duktus interkalated.Gambar 7,
(Suen, 1993 ;Sciubba, 2000)

Sel cadangan (reserve cell) duktus interkalated merupakan sumber regenerasi dari jaringan asiner
dan bagian paling ujung dari sistem duktus diperkirakan menjadi progenitor setiap tumor
kelenjar ludah. Telah disepakati bahwa sel luminal dan basal pada setiap tingkatan dari sistem
duktus, dan juga sel asiner mampu membentuk DNA dan mitosis, sehingga berpotensi untuk
terjadinya suatu tumor kelenjar ludah. (Suen, 1993;Sciubba,2000)

Klasifikasi

ACC terdiri dari dua type, yaitu type cribriform dan type solid. Secara histologist pada type
cribriform terlihat gambaran seperti ayakan struktur nya yang padat.Pola pertumbuhan yang
paling umum adalahberkisi, bentuk ini yang paling khas, gambaranbentuk mikroskopis nya
didominasi oleh beberapa struktur berkisi, terdiri dari epitel dan basal / myoepithelial sel. Inti
biasanya gelap, hyperchromatic dan angulated.

Pada saat-saat dengan endapan yang berlebihan gambaran mikroskopis nya terlihat seperti ruang-
ruang yang buncit dengan hilangnya bentuk kisi. Sel-sel tumor mungkin jarang dengan demikian
dapat menyerupai lesi adenoma yang pleomorphic. Pipa ini terdiri dari tubulus kecil dipenuhi
satu atau dua jenis sel, lumen dan abluminal tanpa atypia. Karena lunak secara sitologis tampilan
mungkin berbeda untuk sel basal adenoma, kecuali bentuk infiltrasi solid (basaloid) ini
didominasi oleh lembaran padat besar sel-sel tumor, kadang-kadang dengan comedo-seperti
pusat nekrosis.

Temuan terakhir ini bentuknya padat membedakan bentuk atau varian ACC dari stadium
lowgradeadenokarsinoma sel basal dan agresif basaloid karsinoma sel skuamosa. Prognosis
terburuk terlihat pada ACC bentuk padat atau solid.

Prosedur diagnostik

A.Pemeriksaan Klinis
1. Anamnesa
2.Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Radiologis (Atas Indikasi)

1.Rontgen foto polos

Rontgen foto madibula AP/Eisler, dikerjakan bila tumor melekat ke


tulang.Foto Sialografi,dibuatbilaadadiagnosabandingkistaparotis/ submandibula. Foto toraks ,
untuk mencari metastase jauh.

2.Imaging

CT scan/ MRl, pada tumor yang mobilitas terbatas, untuk rnengetahui luas ekstensi tumor
lokoregional. CT scan perlu dibuat pada tumor parotis lobus profundus untuk mengetahui
peluasan ke orofaring Sidikan Tc seluruh tubuh,padatumorganas untuk deteksi metastase jauh.

B.Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali fosfatase,
BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum etektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan
umum dan persiapan operasi

C.Pemeriksaan Patologi
1.Biopsi insisional
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
2.Biopsi eksisional
pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang operabeldilakukan eksisi luas
( minimal 1 cm dan batas tumor)
4.Pemeriksaan potong beku

Dikerjakan terhadap spesimen operasi pada biopsi eksisional yang dilakukan eksisi luas

Prosedur terapi

Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar liur ialah pembedahan. Radioterapi sebagai terapi
ajuvan pasca bedah diberikan hanya atas indikasi, atau diberikan pada karsinoma kelenjar liur
yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan sebagai ajuvan, meskipun masih dalam penelitian,
dan hasilnya masih belum memuaskan.

Tidak ada kemoterapi yang telah terbukti efektif sebagai modalitas terapi tunggal. Untuk
beberapa sub tipe histology, beberapa ahli menyarankan kombinasi antara kemoterapi dan
radiasi. Saat ini, penggunaan immunoterapi sedang dalam tahap
percobaan.Radioterapipascabedah diberikanpadatumorganaskelenjarliur dengan kriteria

1.Highgrade malignancy

2.Masih ada residu makroskopis atau mikroskopis

3.Tumormenempelpadasyaraf( n.fasialis,n.tingualis, n.hipoglosus, n. asesorius)

4.Setiap T3.T4

5.Karsinorna residif

6.Karsinoma parotis lobus profundus

Radioterapi sebaiknya dimulai 4-6 minggu setelah pembedahan untuk memberikan


penyembuhan luka operasi yang adekwat, terutama bila telah dikerjakan alih tandur syaraf.

-radioterapi lokal diberikan pada lapangan operasi meliputi bekas insist sebanyak 50 Gy dalam 5
minggu.

-Radioterapi regional/leher ipsilateral diberikan pada T3,T4, atau high grade malignancy
Prosedur follow up

Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut :

1. Dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bulan

2. Dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan

3. Setelah 5 tahun : setiap tahun sekali untuk seumur hidup

Pada follow up tahunan, penderita diperiksa secara lengkap, fisik, X-foto toraks, USG hepar, dan
bone scan untuk menentukan apakah penderita betul bebas dari kanker atau tidak

Pada follow up ditentukan :

1)Lama hidup dalam tahun dan bulan

2)Lama interval bebas kanker dalam tahun dan bulan

3)Keluhan penderita

4)Status umum dan penampilan

5)Status penyakit : (1) bebas kanker (2) residif (3) metastase (4) timbul kanker atau penyakit
baru 6)Komplikasi terapi 7)Tindakan atau terapi yang diberikan

Pada laporan kasus ini dilakukan terapi eksisi dengan batas luas dan radioterapi setelah operasi
sebesar 6000-7500 cGy. Tindakan eksisi yang dilakukan pada palatumadalah hemimaksilektomi
dengan batas tepi 3 cm dan ekstirpasi keseluruhan jaringan spasia.

Prinsip dan semua terapi ACC adalah sel tumor menyebar jauh diluar tampilan klinis atau batas
radiografik dan tumor ini tidak hanya menginvasi perineural tetapi menyebar secara
perineural.Namun, secara umum memerlukan eksisi dengan batas seluas mungkin
dan radioterapi setelah operasi 6000-7500 cGy. Pada palatum, dibutuhkan
hemimaksilektomi setidaknya 3 cm dan margin dan ekstirpasi keseluruhan jaringan spasia
pterigomaksilaris hingga ke basis tengkorak. Frozen section, tentunya dibutuhkan untuk margin
periferal, namun margin negatif pada midlevel bundel neurovaskular palatum mayor sebaiknya
tidak mengganggu ahli bedah untuk melakukan ekstirpasi komplit hingga ke basis
tengkorak, penyebaran perineural bukan merupakan ikatan solid sel tumor yang bermigrasi
hingga ke saraf. Memutuskan ikatan ini, disebut skip lesion mengakibatkan ekstirpasi
komplit diperlukan.

Prognosis

Prognosis pada tumor maligna sangat tergantung pada histology, perluasan lokal dan besarnya
tumor dan jumlah metastasis kelenjar leher. Jika sebelum penanganan tumor maligna telah ada
kehilangan fungsi saraf, maka prognosisnya lebih buruk. Ketahanan hidup 5 tahun kira-kira 5%,
namun hal ini masih tetap tergantung kepada histologinya. (Legard, Beljy JL, Berg JW, usa
2002)

Prognosis ACC tergantung pada berbagai faktor. Keseluruhan 5 – year survival rate sebesar
47%. Studi menunjukkan bahwa dalam kasus jenis histologis padat itu jatuh ke 21%
dibandingkan dengan jenis pipa dan berkisi yang memiliki ketahanan hidup 5 tahun sebesar 71%
(Djo Grand Peluru-Kaiser).

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi prognosis adalah perineural menyebar, metastasis jauh
dan lesi local yang berulang. Diagnosis dini dan pengobatan tumor tersebut sering terhalang oleh
faktor-faktor seperti: 1. Sebagian besar kasus yang ada selang waktu sekitar 6-12 bulan antara
onset gejala klinis dan presentasi. 2. Adenoide kistik metastasis karsinoma tetap diam untuk
waktu yang lama. 3. Invasi mikro tulang yang secara klinis dan radiologis mengakibatkan tidak
terdeteksi bahkan rekuren lokal setelah operasi. 4. Invividual sel sitologi dari aspirasi dapat
kadang-kadang muncul smirip jinak. Kasus kami memiliki presentasi klinis khas dari palatal
pembengkakan dengan karakteristik pola berkisi histologi. Pada FNAC smear kering bernoda
Mei Giemsa stain Grunwald ditemukan untuk menjadi lebih unggul daripada slide alkohol tetap
ternoda Papanicolaou noda. Magenta hialin yang khas gelembung-gelembung di lihat di MGG
noda yang nyaris tak terlihat dalam slide bernoda Papanicolau. Ciri khas lain dari kasus ini
adalah bahwa hal itu menunjukkan fulminating cepat kursus dalam jangka waktu hanya satu
setengah tahun.

KESIMPULAN

Adeno Cystic Carsinoma (ACC) merupakan karsinoma yang berasal dari kelenjar liur.Tumor
ini merupakan tumor ganas kelenjar liur minor yang paling sering terjadi, namun dapat pula
terjadi pada kelenjar liur mayor. Untuk menegakkan diagnosis pada kasus ini diperlukan
pemeriksaan histopatologis melalui biopsi insisi. Penatalaksanaan kasus ini meliputi eksisi
dengan batas luas dan radioterapi setelah operasi sebesar 6000-7500 cGy. Tindakan eksisi yang
dilakukan pada palatumadalah hemimaksilektomi dengan batas tepi 3 cm dan ekstirpasi
keseluruhan jaringan spasia. Tulisan ini melaporkan seorang pasien laki-laki umur 47 tahun
denganACC yang terdapat di regio anterior rahang atas kiri, yang melalui pemeriksaan
histopatologi (PB. 096277) diketahui sebagai Adenoid cystic carcinoma a/r bukal region 26—28.
Perawatan ACC dilakukan dangan terapi bedah hemimaksilektomi, pasien dirawat selama 7 hari
dengan perawatan yang biasa setelah operasi dan pulang dengan perbaikan.

Mayoritas ACC biasanya tumbuh lambat tumor dengan periode hidup berkepanjangan.
Gambaran rontgen yang menunjukkan sino-nasal luas massa dan tampak titik initally untuk
diagnosis karsinoma atau yang nasofaringeal bahkan olfactory neuroblastoma. ACC menjadi
langka, tidak dicurigai pada contoh pertama. Prognosis untuk dewasa dengan tumor parotis ganas
tergantung dari stadium dan ukuran tumor pada saat ditemukan, ada atau tidaknya paralisis saraf
fasialis, dan menunjukkan metastasis servikal. Patologi spesifik dari tumor penting dalam
memastikan harapan hidup dan prosedur operasi yang luas diperlukan. Keluhan awal dari nyeri
dalam beberapa penelitian menunjukkan tanda prognosis yang buruk. (Legard, Beljy JL, Berg
JW, usa 2002)
DAFTAR PUSTAKA

1.Adams LG, Boies RL, Paparella MM. Dalam: Buku Ajar Penyakit THT , Ed.6. Jakarta : EGC,
1997: 305-319

2.Gregory Masters, Bruce Brockstein. Dalam :Head and Neck Cancer. USA: Kluwer Academic
Publishers,2003: 158-161

3.Beers MH, Porter RS. Dalam: Merck Manual of Diagnosis and Theraphy, Ver.10.2.3. USA:
Merck Research Laboratories,2007

4.Susan, Standring. Dalam: Grays Anatomy: The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA:
Elsevier, 2005: 515-518

5.Grays Anatomy:The Anatomical Basis of Clinical Practice. USA: Elsevier, 2005: 515-518

6.Bate’s Guide To Physical Examination, hal. 115

7.Satish Keshav. Dalam: The Gastrointestinal System At A Glance. Australia: Blackwell Science
Ltd, 2004: 14-15

8.Leegard T, Lindeman H. Salivary gland tumours. Dalam: Clinical picture and treatment. Acta
Otolaryngologica, 1970; 263: 155–9

9.Belsy JL, Tachikawa K, Chihak RW, Yamamato T. Salivary gland tumours in atomic bomb
survivors. Hiroshima–Nagasaki. 1957–1970

10.Journal of the American Medical Association, 1972; 2/9: 804–68.

11.Berg JW, Hutter RVP, Foote FWJ. The unique association between salivary gland cancer and
breast cancer. Journal of the American Medical Association, 1968; 204: 771–7

12.Marx, Robert E. Stern, Diane. Oral and Maxillofacial Pathology: A Rationale fo Diagnosis
and Treatment.Quintessence Publishing Co, inc; Illinois; 2003. H. 550-3.

13.Peter JH, Joy E, Paul G. Anesthesia and Airway Management for Oral Cancer
and Microvascular Surgery, dalam: Maxillofacial Surgery. Peter Ward, Stephen A, Jarg Erich.
Edisi ke-2(l). Churchill Livingstone. London. 2007. H. 355-8.

TUMOR GANAS RAHANG ATAS


Rahang atas adalah bagian dari rongga mulut., nama lainnya adalah palatum. Diatas
rahang atas ada bagian yang disebut maksila, yang letaknya agak dipinggir hidung dibawah kulit
pipi.
Tumor ganas di rahang atas dapat berasal dari langit-langit atau palatum, bisa dari maksila, atau
juga bisa dari gusi rahang atas , maupun kulit mukosa pipi atas.

Secara umum penderita mengeluh adanya benjolan di dalam mulut di daerah rahang atas
dibawah pipi (di dalam rongga mulut).

Bila tumor berasal dari bagian lapisan mukosa atau selaput seperti kulit di langit-langit rahang
atas, biasanya tumor ini akan mudah berdarah karena sering tergesek saat makan, dan akan cepat
diketahui.

Namun bila tumor berasal dari bagian di belakang mukosa langit-langit, yang dapat berasal dari
jaringan ikat , atau berasal dari mukosa sinus maksilaris, maka gejalanya pada awalnya tidak
diketahui. Penderita merasakan adanya benjolan yang makin lama makin besar, namun kulit pipi
tetap baik dan tidak ada borok dan tidak berdarah, serta jarang disertai rasa sakit.

Karena tidak sakit dan tidak ada keluhan kecuali adanya benjolan, maka seringkali penderita
tidak berobat sesegera mungkin dengan akibat tumor akan berkembang terus hingga ukurannya
membesar dan memenuhi rongga mulut.

Pada keadaan seperti ini, tentunya pengobatannya menjadi lebih sulit.

Sebagai contoh, kedua kasus diatas, sudah demikian besar dan memenuhi rongga mulut dan
sudah mengganggu makan. Tentunya harus segera diberikan pengobatan yang tepat.

Cara mengobatinya

Penanganan tumor ganas rahang atas dimulai dengan menentukan diagnosis klinis kemudian
menetapan diagnosis pastinya dengan pemeriksaan histopatologi atau patologi anatomi (PA).
Setelah itu ditentukan stadiumnya yaitu seberapa besar tumor dan sudah menjalar atau infiltrasi
ke jaringan sekitarnya seberapa jauh, dengan pemeriksaan rontgen foto atau CT Scan. Dicari
juga apakah sudah menyebar jauh ke paru atau tempat lainnya.

Pengobatan yang utama tumor ganas rahang atas umumnya adalah operasi dengan mengangkat
seluruh tumor beserta seluruh rahang atas yang terkena, juga dengan maksila yang terkena atau
lazim disebut hemimaksilektomi dan rekonstruksi.

Bila mata sudah terkena , bila perlu bola mata harus diangkat.

Sebelum dilakukan operasi pada keadaan tertentu, dilakukan nafas buatan dari tenggorokan yaitu
trakheostomi untuk memudahkan pembiusan dan mencegah terjadinya sumbatan jalan nafas oleh
dokter spesialis THT.

Hal yang menjadi masalah setelah rahang atas , maksila dan tumor diangkat, tentunya penutupan
lukanya menjadi lebih sulit. Bila tidak ditutup, maka rongga mulut dan rongga hidung menjadi
berhubungan, dan bila makan atau minum maka makanan atau minuman.bisa tersedak ke hidung
dan saluran nafas.
Untuk menutup luka bagian dalam rahang atas, sebagai pengganti mukosa, maka dilakukan
operasi rekonstruksi dengan mengambil kulit dan bagian bawah kulit daerah dahi secukupnya
kemudian diputarkan dan dimasukkan ke dalam rongga bekas operasi rahang atas, berupa
forehead flap , dengan tetap mempertahankan pembuluh darah flap tersebut.

Flap adalah cangkok kulit dari daerah donor ke daerah penerima (resipien) yaitu daerah bekas
operasi yang akan ditutup, dengan tetap mempertahankan pembuluh darah sehingga masih ada
hubungan pendarahan antara donor dan penerimanya. Sedangkan skin graft adalah cangkok kulit
dari suatu daerah donor ke daerah penerima tanpa ada hubungan pendarahan diantara keduanya.

Luka di daerah dahi yang terbuka, ditutup dengan cangkok kulit dari kulit perut, berupa skin
graft (full tkickness skin graft ). Sementara luka di bagian dinding perut dapat dijahit primer.
Dengan demikian seluruh luka dapat ditutup.

Selanjutnya sebagai pengganti rahang dan gigi yang hilang akibat operasi dan menjadi cekung,
ditutup dengan suatu obturator atau protesa rahang dan gigi buatan yang dibuat oleh dokter
bedah mulut . Pencetakan protesa ini dapat dilakukan pada saat sesudah operasi, sedangkan
pemasangannya bisa langsung pada saat itu juga atau beberapa hari sesudahnya.

Setelah luka sembuh dan protesa rahang sudah dipasang , maka bentuk wajah dan rahang atas
akan tampak seperti keadaan normal. Penderita dapat makan dan minum seperti biasa dan dapat
melakukan aktivitas normal seperti biasa dalam keadaan sehat.

Operasi seperti ini bukanlah operasi yang mudah dan harus melibatkan berbagai disiplin ilmu.
Dokter ahli yang terlibat antara lain dokter bedah onkologi, dr. spesialis THT, dr. bedah mulut,
dr. spesialis mata, dr. bedah saraf, dr. anestesi, dr. bedah plastik (bila ada) , ditunjang oleh dr.
radiologi, dr. patologi anatomi, asisten anestesi dan asisten operasi.

Semua ahli ini bekerja sebagai tim, yaitu dibawah tim kanker rumah sakit.

Sebelum operasi, penderita disiapkan keadaan umumnya supaya optimal, didiskusikan langkah-
langkah yang akan dilakukan agar hasilnya menjadi baik.

Karena pada umumnya tumor ganas rahang umumnya tidak dapat dilakukan kemoterapi dan
relatif kurang reesponsif dengan radioterapi, maka kontrol ketat sesudah operasi harus dilakukan.

Sesudah penderita sembuh dari operasi harus rutin kontrol ke dokter sesuai jadwal yang
diberikan , untuk mengamati perbaikan atau penyembuhan luka dan menilai ada tidaknya
kekambuhan.

Bila terjadi kekambuhan maka sesegera mungkin harus ditangani, jangan menunggu sampai
besar sekali baru datang ke dokter.

Definisi
Kista adalah suatu kantong tertutup, berdinding membran yang berlapis epitel dan berisi
cairan/semicairan, tumbuh tidak normal di dalam rongga suatu organ.

Kista rongga mulut dibagi dalam beberapa kriteria, yaitu: (Archer)

I. Perkembangan:

1. Berasal dari gigi, yaitu kista periodontal, kista dentigerus, kista primordial, dan kista
odontogenik kalsifikan.

o Kista periodontal (dentoperiosteal, dentoalveolar radikular). Terbentuk dalam membran


periodontal dan lebih sering pada rahang atas anterior. Kista ini mengandung kolesterol dalam
cairan steril atau pus bila terinfeksi, dan gigi biasanya nonvital. Kista ini dapat pula terbentuk
karena sisa granuloma yang tertinggal setelah pencabutan gigi. Letaknya dapat di apeks, lateral,
atau sirkumferensial.

o Kista dentigerus (folikular). Kista ini timbul di sekitar gigi yang tidak erupsi atau anomali,
terbentuk setelah aposisi. Letak kista ini terhadap mahkota gigi adalah perikoronal, lateral, dan
sirkumferensial. Sering terdapat pada regio M3 bawah.

o Kista primordial (kista keratin). Kista ini terjadi karena perubahan, lamina dentalis sebelum
terjadi aposisi, sehingga pada gambaran radiografi tidak terdapat mahkota gigi. Dapat terjadi
unilokular atau multilokular, timbul di daerah gigi agenesis.

1. Bukan berasal dari gigi, yaitu tipe fisura seperti nasoalveolar, kista median, globulomaksilaris,
nasopalatinal, dan tipe brachial cleft seperti kista dermoid dan duktus tiroglosus.

o Kista nasopalatinal. Merupakan kista tipe fisura ysng paling banyak, berlokasi di kanalis
insisivus.

o Kista globulomaksilaris. Terletak pada rahang atas di antara insisivus lateral dan kaninus,
yaitu pertemuan antara prosesus globularis dan prosesus maksilaris. Pada pemeriksaan radiologi
terlihat gambaran radiolusen berbentuk buah pir, divergensi akar gigi insisivus dan kaninus.

o Kista nasoalveolar. Timbul dari epitel batas antara prosesus maksilaris dengan prosesus
nasalis lateral. Secara klinis terlihat muka atau hidung asimetris.

o Kista median. Terletak pada fisura mediana palatum, berasal dari sisa jaringan embrional.
Biasanya pada hasil foto rontgen terlihat kista berhimpitan dengan sinus paranasal.

II. Retensi:

1. Mukokel
Berasal dari kelenjar saliva minor tipe mukus. Terjadi karena mukus mengisi ruangan dalam
jaringan ikat dengan cara menembus dinding saluran kelenjar saliva (ekstravasasi). Secara klinis
terlihat adanya pembengkakan bulat berbatas jelas, dan berwarna bening kebiru-biruan.

1. Ranula

Berasal dari kelenjar saliva mayor sublingual. Ranula dasar mulut terjadi pada anterior kelenjar
sublingual dan plunging ranula terjadi pada posterosuperior kelenjar sublingual. Secara klinis
terlihat seperti perut kodok, menggembung dan berdinding tipis transparan kebiru-biruan, tidak
sakit, dan biasanya hanya satu sisi (asimetris).

III. Neoplastik: yaitu ameloblastoma

Kista rongga mulut tidak menimbulkan keluhan bila kecil, sedangkan jika besar akan
menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga timbul fenomena bola pingpong.
Bila terus membesar akan menembus tulang sehingga hanya ditutupi jaringan lunak. Pada
perabaan juga terdapat fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan terasa sakit dan timbul pus. Pada
foto rontgen tampak gambaran radiolusen dengan batas tegas, yaitu garis tipis radioopak.

Penatalaksanaan kista rongga mulut adalah dengan enukleasi, marsupialisasi, atau ekstirpasi.

Tumor Ganas Rongga Mulut

Tumor ganas rongga mulut berbeda dengan yang jinak karena menginvasi jaringan sekitar,
berkembang sampai daerah endotel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain. Tumor
ganas rongga mulut tumbuh sangat cepat, sehingga deteksi dini serta tindakan pencegahan
sangat penting untuk mengatasi tumor ganas ini. Pada stadium dini tidak ada gejala, tidak ada
tanda-tanda sakit ataupun perdarahan. Hati-hati terhadap lesi yang terus menetap selama dua
minggu atau lebih, terutama jika pasien tidak mengetahui sebab timbulnya lesi tersebut. Tumor
ganas rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel atau jaringan ikat. Tumor ganas yang
berasal dari epitel adalah karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal, sedangkan yang
berasal dari jaringan ikat adalah fibrosarkoma.

Karsinoma sel skuamosa adalah jenis keganasan yang paling sering terjadi dalam rongga
mulut, meliputi 95% dari seluruh kasus keganasan rongga mulut. Pada stadium dini tidak terasa
sakit dan tampak sebagai lesi ulserasi, fisur, atau keratosis yaag dapat diketahui dengan palpasi.
Daerah yang mempunyai frekuensi tinggi terhadap kelainan ini adalah lateral dan ventral lidah.
Jika bagian 2/3 posterior lidah dan dasar lidah sudah terkena, maka prognosis menjadi buruk
karena sulit mencapai daerah lesi dan lokasinya dekat dengan organ vital. Tindakan yang tepat
sangat diperlukan karena menurut data statistik 2/3 dari seluruh pasien tumor ini meninggal.
Adenokarsinoma merupakan tumor ganas yang biasanya terdapat pada kelenjar saliva minor
palatum dan cenderung menginvasi ke pembuluh limfe dan berinfiltrasi ke sumsum tulang
sekitarnya.

Fibrosarkoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan ikat yang dapat timbul dari
periosteum atau jaringan lunak. Biasanya fibrosarkoma merupakan lesi yang berdiferensiasi
sempurna, tumbuh lambat, invasi lambat, dan tidak bermetastasis, tetapi 1/5 kasus merupakan
fibrosarkoma yang anaplastik, tumbuh cepat, dan menginvasi daerah sekitarnya dengan
bermetastasis. Tumor ini jarang timbul di rongga mulut, biasanya terdapat di gingiva, palatum,
bibir, dan lidah. Jika tumor ini timbul di gingiva, maka tanda awalnya adalah tanggalnya gigi-
geligi. Prognosis bervariasi tergantung anaplasia dan lokasi tumor yang menentukan
keberhasilan operasi.
Diagnosis
Pada pemeriksaan klinis mulut jika tampak lesi putih, hiperkeratosis atau ulkus dan fisura yang
menetap selama dua minggu atau lebih, maka harus dilakukan biopsi untuk melihat ada tidaknya
perubahan ke arah keganasan. Daerah yang sering terjadi keganasan secara beurutan adalah tepi
lateral dan ventral lidah, bibir bawah, mukosa bukal, gingiva, palatum lunak, dan daerah tonsil.

Jika dicurigai terdapat keganasan, maka biopsi harus segera dilakukan. Sebelum biopsi, dapat
dilakukan pemeriksaan sitologi atau pewarnaan dengan toluidin biru.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien tumor ganas rongga mulut dilakukan dengan operasi, radiasi,
kemoterapi, atau kombinasi dua atau ketiganya, tergantung dari jenis tumor dan durasinya.
Keputusan tentang tindakan terbaik yang dapat dilakukan harus dibuat oleh seseorang yang
mempunyai keahlian khusus tentang keganasan leher dan kepala.

Tumor jinak dapat timbul dalam rongga mulut. Karakteristik tumor ini adalah tumbuh secara
lambat, setelah mencapai ukuran tertentu menetap dan tidak berkembang lagi. Tumor ini tumbuh
mendesak sel-sel normal tetapi tidak menginvasi dan tidak bermetastasis, namun kelamaan akan
bertambah besar sehingga mengganggu fungsi bicara, pengunyahan, dan pernapasan.

Tumor jinak diklasifikasikan berdasarkan asal sel, epitel atau sel jaringan ikat. Tumor dari sel
epitel adalah papiloma, adenoma, dan adenoma plemorfik, sedangkan yang berasal dari, sel
jaringan ikat adalah fibroma, osteoma, hemangioma, dan lipoma.

Papiloma adalah tumor jinak rongga mulut yang berasal dari sel epitel gepeng bertingkat.
Dapat terjadi pada mukosa palatum, pipi, lidah, dan bibir. Secara klinis terlihat sebagai suatu
massa berwarna merah jambu, berbentuk seperti kembang kol, dan berdiameter 0,1 sampai 1 cm.
Penatalaksanaan adalah eksisi.
Adenoma adalah tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjar saliva minor atau mayor.
Jarang timbul, biasanya terjadi pada kelenjar parotis, submaksila dan sublingual. Sel-sel pada
tumor ini masih memiliki fungsi sama dengan sel asalnya.

Adenoma pleomorfik adalah tumor jinak campuran yang berasal dari sel epitel dalam rongga
mulut, biasanya timbul di daerah palatum, kelenjar parotis, dan bibir. Biasanya asimtomatik,
kecuali bila tetdapat trauma. Secara klinis terlihat seperti fibroma, lipoma, atau mukokel, dan
paling sering timbul di daerah kelenjar parotis. Penatalaksanaannya adalah eksisi, di mana dapat
terjadi rekurensi bila eksisi tidak total.

Fibroma adalah tumor jinak rongga mulut ysng berisi fibroblas dengan bermacam-macam
tingkat perkembangan. Fibroma yang benar-benar disebabkan neoplasma jarang ditemukan
dalam rongga mulut, tapi biasanya ditemukan dalam rongga mulut akibat adanya iritasi kronik
sehingga terjadi hiperplasia sel.

Epulis didefinisikan sebagai tumor jinak jaringan ikat pada rongga mulut. Merupakan akibat
iritasi dan infeksi sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai neoplasma. Ada dua macam
epulis, yaitu epulis fibromatosa yang didominasi oleh jaringan ikat dan epulis gigantoselular
yang berisi sel-sel raksasa dan pembuluh darah. Epulis fibromatosa secara klinis terlihat
berwarna merah jambu seperti jaringan sekitarnya, permukaan halus, dan bertangkai. Epulis
gigantoselular secara kinis terlihat berwarna merah tua, permukaannya halus, dan mudah
berdarah bila terkena trauma. Penatalaksanaannya adalah eksisi.

Osteoma adalah tumor jinak rongga mulut yang berasal dari periosteum. Dalam rongga mulut
dapat tunggal atau multipel, bertangkai, dan bentuknya tidak teratur. Osteoma dapat lunak atau
keras, dan mukosa yang menutupinya terlihat tipis, pucat, dan asimtomatik. Pada pemeriksaan
radiografi terlihat massa radioopak. Eksisi baru dilakukan jika tumor telah mengganggu fungsi
bicara dan pengunyahan.

Hemangioma adalah tumor jinak rongga mulut dari endotel pembuluh darah. Tampak berlobus
dan terangkat, berwarna biru, merah, atau keunguan; dan pucat jika ditekan. Biasanya timbul di
lidah, mukosa bukal, dan bibir. Diklasifikasikan berdasar tipe pembuluh darah asal, yaitu
hemangioma kapiler dan hemangiorna kavernosus. Hemangioma kecil dapat dihilangkan
dengan eksisi secara hati-hati, sedangkan yang besar dihilangkan dengan larutan sklerotik atau
radiasi sehingga tumor menciut dan akhirnya dapat diangkat.

Lipoma adalah tumor jinak berisi sel-sel lemak yang dikelilingi stroma fibrosa. Secara klinis
lipoma mirip dengan fibroma, tapi lipoma berwarna kuning dan pada palpasi terasa lebih lembut.
Dapat ditemukan di dasar mulut, lidah, dan sekitar kelenjar saliva. Lipoma dapat tunggal atau
multipel dan dapat dihilangkan dengan eksisi.

Ameloblastoma adalah tumor jinak epitel yang bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak
berkapsul, berdiferensiasi baik. Berasal dari lamina dentalis atau unsur-unsurnya. Lebih dari 75%
kasus tumor terjadi di rahang bawah, khususnya di regio molar, dan sisanya terjadi akibat
adanya kista folikular. Walaupun pertumbuhannya lambat dan asimtomatik, tumor ini dapat
menjadi sangat besar, menyebabkan maloklusi dan efek deformitas wajah. Pada pungsi aspirasi
terdapat cairan merah coklat dan bila terinfeksi dapat menimbulkan fistula, nyeri, parestesia, dan
massa jaringan granulasi. Pada pemeriksaan radiografi tampak kista monolokular atau
multilokular dan yang khas pada ameloblastoma adalah ekspansi tulang ke arah bukal dan
lingual yang tampak pada foto oklusal. Penatalaksanaannya dengan reseksi rahang segmental
(hemireseksi) atau kuretase.

PENATALAKSANAAN
KANKER RONGGA MULUT

I. PENDAHULUAN
A. BATASAN
Kanker rongga mulut adalah kanker yang berasal dari mukosa atau kelenjar liur pada dinding
rongga mulut dan organ dalam mulut.
Batas-batas rongga mulut:
• Depan : tepi vermilion bibir atas dan bawah
• Atas : palatum durum dan molle
• Lateral : bukal kanan dan kiri
• Bawah : dasar mulut dan lidah
• Belakang : arkus faringeus anterior kanan kiri, dan uvula, arkus glossopalatinus kanan kiri, tepi
lateral pangkal lidah, papilla sirkumvalata lidah.
Ruang lingkup kanker rongga mulut meliputi daerah spesifik di bawah ini:
a. bibir
b. lidah 2/3 anterior
c. mukosa bukal
d. dasar mulut
e. ginggiva atas dan bawah
f. trigonum retromolar
g. palatum durum,
h. palatum molle
Tidak termasuk kanker rongga mulut ialah:
a. sarkoma dan tumor ganas odontogen pada maksila atau mandibula
b. sarkoma jaringan lunak dan syaraf perifer pada bibir atau pipi
c. karsinoma kulit bibir atau kulit pipi

B. EPIDEMIOLOGI
1. Insidens dan frekuensi relatif
Berapa besar insidens kanker rongga mulut di Indonesia belum kita ketahui dengan pasti.
Frekuensi relative di Indonesia diperkirakan 1,5-5% dari seluruh kanker. Insidens kanker rongga
mulut pada laki-laki yang tinggi terdapat di Perancis yaitu 13,0 per 100.000, dan yang rendah di
Jepang yaitu 0,5 per 100.000, sedangkan perempuan yang tinggi berada di India yaitu 5,8 per
100.000 dan yang rendah berada di Yugoslavia yaitu 2,0 per 100.000 (Renneker, 1988). Angka
kejadian kanker rongga mulut di India sebesar 20-25 per 100.000 atau 40% dari seluruh kanker,
sedangkan di Amerika dan di Eropa sebesar 3-5 per 100.000 atau 3-5 % dari seluruh
kanker.kanker rongga mulut paling serng mengenai lidah (40%), mulut (15%), dan bibir (13%).
2. Distribusi kelamin
Kanker rongga mulut lebih banyak terdapat pada laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 3/2-2/1
3. Distribusi umur
Kanker rongga mulut sebagian besar timbul pada usia diatas 40 tahun (70%).
4. Distribusi geografis
Kanker rongga mulut tersebar luas diseluruh dunia. Yang tinggi insidensnya di Perancis, India
sedang yang rendah di Jepang
5. Etiologi dan faktor resiko
Etiologi kanker rongga mulut adalah paparan dengan karsinogenik yang banyak terdapat pada
rokok dan tembakau.
Resiko tinggi mendapat kanker rongga mulut terdapat pada perokok, nginag/susur, peminum
alkohol, gigi karies, higiene mulut yang jelek.

II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI


A. TIPE HISTOLOGI
No. TIPE HISTOLOGI ICD. M
1. Squamous cell carc. 5070/3
2. Adenocarcinoma 8140/3
3. Adenoid cyst. Carc 8200/3
4. Ameloblastic carc 9270/2
5. Adenolymphoma 8561/3
6. Mal. Mixed tumor 8940/3
7. Pleomorphic carc 8941/3
8. Melanoma maligna 8720/3
9. Lymphoma maligna 9590/3-9711/3

Sebagian besar (±90%) kanker rongga mulut berasal dari mukosa yang berupa karsinoma
epidermoid atau karsinoma se skuamosa dengan differensiasi baik, tetapi dapay juga
berdifferensiasi sedang, jelek, atau anaplastik. Bila gambaran patologis menunjukan suatu
rabdomiosarkoma, fibrosarkoma, malignant fibrokistoma, ataupun jaringan tumor lunak lainnya,
perlu diperiksa dengan teliti apakah tumor tersebut benar tumor ganas rongga mulut (C00-C06)
ataukah suatu tumor ganas jaringan pipi, kulit, atau tulang yang mengadakan invasi ke rongga
mulut.

B. DERAJAT DIFERENSIASI
Derajat differensiasi
Grade Keterangan
G1 DIFFERENSIASI BAIK
G2 DFFERENSIASI SEDANG
G3 DIFFERENSIASI JELEK
G4 TANPA DIFFERENSIASI
ANAPLASTIK

C. LAPORAN PATOLOGI STANDART


Yang perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan patologis dari specimen operasi meliputi:
1. tipe histology tumor
2. derajat diferensiasi (Grade)
3. pemeriksaan TNM untuk menentukan stadium patologis (pTNM)

T : tumor primer
• ukuran tumor
• adanya invasi ke dalam pembuluh limfe/ darah
• radikalitas operasi
N : nodus regional
• ukuran kgb yang ditemukan
• level kgb yang positif
• jumlah kgb yang posiif
• invasi tumor keluar kapsul kgb
• adanya metastase ekstra nodul
M : metastas jauh

III. KLASIFIKASI STADIUM KLINIS


Menentukan stdium kanker rongga mulut dianjurkan memakai system TNMdari UICC 2002.
tatalaksana terpi sangat tergantung dari stadium. Sebagai ganti stadium untuk melukiskan
beratnya penyakit kanker dapat pula dipakai pola luas ekstensi penyakit.

Stadium karsinoma rongga mulut:


st T N M TNM KETERANGAN
0 Tis N0 M0 T0 Tidak ditemukan tumor
Tis Tu mor insitu
1 T1 N0 M0 T1 ≤ 2cm
T2 2-4cm
II T2 N0 M0 T3 ≥ 4cm
T4a

T4b
Bibir : infiltrasi tulang, n. Alveolaris inferior, dasar mulut dan kulit.
Rongga mulut: infiltrasi ke tulang, otot lidah(ekstrinsik/deep), sinus maksilaris,kulit
Infiltrasi musticator space, pterygoid plates, dasar tengkorak, a. Karotis interna
III T3 N0 M0
T1 N1 M0 N0 Tidak terdapat metastase regional
T2 N1 M0 N1 Kgb ipsilateral single, ≤ 3cm
T3 N1 M0 N2a Kgb ipsilateral singel, ≥ 3cm-6cm
N2b Kgb ipsilateral multipel, ≤ 6cm
IV A T4
TIAP T N0, N1, N2 M0
M0 N2C Kgb bilateral/kontralateral, ≤6cm
N3 Kgb > 6cm
IV B TIAP T N3 M0
IV C TIAP T TIAP N M1 M0 Tidak ditemukan metastase jauh
M1 Metastase jauh
LUAS EKSTENSI KANKER
NO. LUAS EKSTENSI
1. KANKER INSITU
2. KANKER LOKAL
3. EKSTENSI LOKAL
4. METASTASE JAUH
5. EKSTENSI LOKAL DISERTAI METASTASE JAUH

IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK


1. Pemeriksaan klinis
a. Anamnesa
Anamnesa dengan cara kuisioner kepada penderita dan keluarganya.
1. keluhan
2. perjalanan penyakit
3. factor resiko dan etiologi
4. pengobatan yang telah diberikan
5. bagaimana hasil pengobatan
6. berapa lama keterlambatan
b. Pemeriksaan fisik
• Status general
Pemeriksaan umum dari kepala hingga kaki
Tentukan tentang :
a. Penampilan
b. Keadaan umum
c. Metastase jauh
• Status lokalis
Dengan cara : inspeksi dan palpasi bimanual
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi dengan bantuan spatel
lidah dan penerangan dengan menggunakan lampu senter atau lampu kepala. Seluruh rongga
mulut dilihat mulai dari bibir sampai orofaring posterior. Perabaan lesi rongga mulut dilakukan
dengan memasukkan 1-2 jari ke salam rongga mulut. Untuk menentukan dalamnya lesi
dilakukan dengan perabaan bimanuil. Satu- dua jari tangan kanan atau kiri dimasukkan ke dalam
rongga mulut dan jari-jari tangan lainnyameraba lesi ari luar mulut.

Untuk dapat inspeksi lidah dan orofaring maka ujung lidah yang telah diberi kasa 2×2
inchdipegang dengan tangan kiri pemeriksa dan ditarik keluar rongga mulut dan diarahkan
kekanan dan kekiri untuk melihat permukaandorsal, vemtral, dan lateral lidah, dasar mulut, dan
orofaring. Inspeksi bisa lebih baik lagi jira menggunakan cermin pemeriksa.
Tentukan lokasi tumor primer, bagaimana bentuknya, berapa besar dalam sentimeter, berapa luas
infiltrasinya, bagaimana operabelitasnya.

• Status regional
Palpasi apakah terdapat pembesaran kelenjar getah bening leheripsilateral atau contra latera. Bila
ada pembesaran tentukan lokasinya, jumlahnya, ukurannya, dan mobilitassnya
2. pemeriksaan radiografi
a. X-foto polos
• X-foto mandibula AP, lateral, Eisler, panoramic, oklusal, dikerjakn pada tumor ginggiva
mandibula, atau tumor yang melekat pada mandibula
• X-foto kepala lateral, waters, oklusal, dikerjakan pada tumor ginggiva, maksila, atau tumor
yang melekat pada maksila
• X-foto Hap dikerjakan pada tumor palatum durum
• X-foto thorax, untuk mengetahui adanya metastase paru
b. Imaging (dibuat hanya atas indikasi)
• USG hepar untuk melihat metastase di hepar
• Ct-scan atau MRI untuk menilai luas ekstensi tumor lokoregional
• Scan tulang, kalau diduga ada metastase ke tulang
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin seperti: darah, urine, SGOT/SGPT, alkali fosfatase,
BUN/kreatinin, albumin, globulin, serum elektrolit, faal hemostasis, untuk menilai keadaan
umum dan persiapan operasi.
4. Pemeriksaan patologi
Semua penderita kanker rongga mulut atau diduga sebagai kanker rongga mulut harus diperiksa
patologis dengan teliti.
Specimen harus diambil dari biopsy tumor
Biopsy jarum halus (FNA) untuk pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada tumor primer atau
pada tumor metastase kelenjar getah bening leher.
Biopsy eksisi : bila tumor kecil, 1cm, atau kurang eksisi yang dkerjakan adalah eksisi luas seperti
tindakan opersi definitive (1cm dr tepi tumor)
Biopsy insisi : atau biopsy cakot ( punch biopsy) menggunakan tang alligator, bila tumor besar
atau inoperable.

Yang harus diperiksa dalam sediaan histopatologi ialah tipe, differensiasi, dan luas invasi dari
tumor.
Tumor besar yang diperkirakan operable :
Biopsy sebaiknya dikerjakan dengan anestesi umum dan sekaligus dapat dikerjakn eksplorasi
bimanual untuk menentukan luas infiltrtif tumor (staging)
Tumor besar yang diperkirakan inoperable:
Biopsy dikerjakan dengan anestesi blok local pada jarigan normal di sekitar tumor. (anestesi
infiltrasi pada tumor tidak boleh dilakukan untuk mencegah penyebaran sel kanker.
Macam diagnosis yang ditegakkan :
1. diagnosa pertama: gambaran makroskopis penyakit kankernya sendiri, yang merupakan
diagnosa klinis.
2. diagnosa komplikasi: penyakit lain yang diakibatkan oleh kanker itu.
3. diagnosa sekunder: penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kanker yang diderita,
tetapi dapat mempengaruhi pengobatan, atau prognosa
4. diagnosa patologi : gambaran mikroskopis dari kanker tersebut.

V. PROSEDUR TERAPI
Penanganan kanker rongga mulut sebaiknya dilakukan secara multidisiplin yang melibatkn
beberapa bidang spesialis, yaitu:
• Oncologic surgeon
• Plastic and reconstructive surgeon
• Radiation oncologist
• Medical oncologist
• Dentist
• Rehabilitation specialists
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penanganan kanker rongga mulut ialah dengan
eradikasi dari tumor, pengembalian fungsi dari rongga mulut serta aspek kosmetik/penampilan
penderita.
Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan macam terapi adalah :
a. umur penderita
b. keadaan umum penderita
c. fasilitas yang tersedia
d. kemampuan dokternya
e. pilihan penderita

Untuk lesi kcil T1-T2, tindakan operasi atau radiasi saja dapat memberikan angka kesembuhan
yang tinggi. Dengan catatan bahwa radioterapi saja pada T2 memberikan angka kekembuhan
yang cukup tinggi daripada tindakan operasi.
Untuk T3-T4 trapi kombinasi operasi dan radioterpi memberikan hasil yang lebih baik.
Pemberian neo-adjuvant radioterpi dan atau kemoterapi sebelum tindakan operatif dapat
diberikan pada kanker rongga locally advanced (T3-T4).
Radioterapi dapat diberikan secara interstitial atau eksternal, tumor yang eksofitik dengan ukuran
kecil akan lebih banyak berhasil daripada tumor yang endofitik dengan ukuran besar.
Peran kemoterapi pada penanganan kanker rongga mulut masih belum banyak, dalam tahap
penelitan, kemoterapi hanya dipakai sebagai neo-adjuvant preoperatif atau adjuvant post
operative untuk sterilisasi kemungkinan adanya mikrometastase.
Sebagai pedoman terapi untuk kanker rongga mulut:
ST T.N.M OPERASI RADIOTERAPI KEMOTERAPI
I T1N0M0 Eksisi radikal atau Kuratif, 50-70 Gy Tidak dianjurkan

II T2N0M0 Eksisi radikal Atau Kuratif, 50-70 Gy Tidak dianjurkan

III T3N0M0
T1,2,3N1M0 Eksisi radikal dan Post op 30-40 Gy (DAN) CT

IVA T4N0M0
TIAP T,N2M0 Eksisi radikal dan Post op 30-40 Gy
IVB TIAP T N3M0
-OPERABEL
-INOPERABEL Eksisi radikal dan Post op 30-40 Gy
Paliatif, 50-70 GY (DAN) CT
IVC TIAP T TIAP N M1 paliatif paliatif PALIATIF

RESIDIF LOKAL Operasi u/ residif post RT RT u/ residif post op CT


METASTASE Tidak dianjurkan Tidak dianjurkan CT
Karsinoma bibir
T1 : eksisi luas atau radioterapi
T2 : eksisi luas bila mengenai komisura, radioterapi akan memberikan kesembuhan dengan
fungsi dan kosmetik lebih baik
T3 : eksisi luas +deseksi suprahioid+radioterpi pasca bedah

Karsinoma dasar mulut


T1 : eksisi luas atau radioterapi
T2 : tidak lekat dengan periosteum → eksisi luas
Lekat dengan periosteum → eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T3,4 :eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi supraomohioid+ radioterapi pasca
bedah
Karsinoma lidah
T1,2 : eksisi luas dan radioterapi
T3,4 : eksisi luas + diseksi supraomohioid+ radioterapi pasca bedah

Karsinoma bukal
T1,2 : eksisi luas bila mengenai komisura, radioterapi akan memberikan kesembuhan dengan
fungsi dan kosmetik lebih baik
T3,4 : eksisi luas + diseksi supraomohioid+ radioterapi pasca bedah
Karsinoma ginggiva
T1,2 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
T3 : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal + diseksi supraomohioid+ radioterapi pasca
bedah
T4(Infiltrasi tulang/ cabut gigi setelah ada tumor) : eksisi luas dengan mandibulektomi marginal
+ diseksi supraomohioid+ radioterapi pasca bedah
Karsinoma palatum:
T1 : eksisi luas sampai periosteum
T2: eksisi luas sampai tulang dibawahnya
T3 : eksisi luas sampai tulang dibawahnya + diseksi supraomohioid+ radioterapi pasca bedah
T4 (infiltrasi tulang) : maksilektomi infrastruktural parsial/total tergantung luas lesi + diseksi
supraomohioid+ radioterapi pasca bedah
Untuk karsinoma rongga mulut T3,T4 penanganan N0 dapat dilakukan diseksi leher selektif atau
radioterapi regional pascabedah. Sedangkan N1 yang didapatkan pada setiap T harus dilakukan
diseksi leher radikal. Bila memungkinkan eksisi luas tumor primer dan diseksi leher tersebut
harus dilakukan secara end-blok.
Pemberian radioterapi regional pasca bedah tergantung hasil pemeriksaan patologis metastase
kelenjar getah bening tersebut(jumlah kelenjar getah bening yang positif metastase, penembusan
kapsul kelenjar getah bening/ekstra getah bening)

A. TERAPI KURATIF
Terapi kuratif untuk kanker rongga mulut diberikan pada kanker rongga mulut stadiumI,II,III.
1. Terapi utama
Terapi utama untuk stdium I dan II ialah operasi atau radioterapi yang masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sedangkan untuk stadium III, IV yang masih operable
ialah kombinasi antara operasi dengan radioterapi pasca bedah.
Pada terapi kuratif harus diperhatikan :
a. menurut prosedur yang benar, karena jika salah maka hasilnya tidak menjadi kuratif
b. fungsi mulut untuk bicara, minum, makan, menelan, bernafas tetap baik
c. kosmetis cukup untuk diterima
• operasi
Indikasi operasi :
1. kasus operabel
2. umur relatif muda
3. keadaan umum baik
4. tidak terdapat ko-morbiditas yang berat

Prinsip dasar operasi tumor rongga mulut:


1. pembukaan harus cukup luas untuk dapat melihat seluruhbtumor dengan ekstensinya
2. eksplorasi tumor, untuk menilai luas ekstensi tumor
3. eksisi luas tumor
a. tumor tidak menginvasi tulang, eksisi luas 1-2 cm diluar tumor
b. menginvasi tulang eksisi luas disertai reseksitulang yang terinvasi
4. diseksi KGB regional(RND = radical neck Disection atau modifikasinya), kalau terdapat
metastase KGB regional. Diseksi ini dikerjakan secara enblok dengan tumor primer jika
memungkinkan.
5. tentukan radikalitas opersi durante operasi dar tepi sayatan dengan pmeriksaan potong beku.
Kalau tidak radikal buat garis sayatan baru yang lebih luas sampai bebas tumor
6. rekonstruksi defak yang terjadi

• radioterapi
indikasi radioterapi :
1. kasus operabel
2. T1,2 tempat tertentu ( lihat diatas)
3. kanker pangkal lidah
4. umur relatif tua
5. ada ko-morbiditas yang berat
radioterapi dapat diberikan engan cara:
1. Teleterapi memakai ortovoltase, cobalt 60, Linec dengan dosis 5000-7000rads
2. Brakiterapi , sebagai booster dengan implantasi intratumoral, jarum irridium192 atau radium
224 dengan dosis 2000-3000rads
2. Terapi tambahan
a. radioterapi
Radioterapi tambahan diberikan pada kasus dengan terapi utamanya operasi.
1. radioterapi pasca bedah
diberikan pada T3 dan T4a setelah operasi, kasus yang tidak dapat dilakukan eksisi radikal,
radikalitas diragukan atau terjadi kontaminasi lapangan operasi dengan sel kanker.
2. radioterpi pre-bedah
radioterpi pre-bedah diberikan pada kasus yang operabilitasnya diragukan atau yang inoperabel.
b. operasi
operasi dilakukan pada kasus yang terapi utamanya radioterapi yang setelah operasi radioterapi
menjadi operabel atau timbul esidif setelah radioterapi
c. kemoterapi
kemoterapi dilakukan pada kasus kontaminasi lapangan operasi oleh sel kanker, kanker stadium
III atau IV atau timbul residif setelah operasi dan atau radioterapi.

3. terapi komplikasi
a. terapi komplikasi penyakit
Pada umumnya stadium I sampai II belum ada komplikasi penyakit, tetapi dapat menjadi
komplikasi karena terapi.
Terapinya tergantung dari komplikasi yang ada, misal:
1. nyeri; analgetik
2. anemia; hematinik
3. infeksi; antibiotik
4. dll
Terapi komplikasi terapi
1. komplikasi operasi; menurut jenis komplikasi
2. komplikasi radioterapi; menurut jenis komplikasi
3. komplikasi kemoterapi; menurut jenis komplikasi

4. terapi bantuan
Dapat diberikan nutrisi yang baik, vitamin, dsb
5. terapi sekunder
Kalau ada penyakit sekunder, diberikan terapi sesuai jenis penyakitnya
B. TERAPI PALIATIF
Terapi paliatif adalah untuk memperbaiki kualitas hidup penderrita dan mengurangi keluhannya
terutama untuk penderita yang tidak dapat disembuhkan lagi.
Terpi paliatif diberikan pada penderita kanker rongga mulut yang :
1. stadium IV yang telah menunjukkan metastase jauh
2. terdapat komordibitas yang berat dengan haprapan hidup yang pendek
3. terpi kuratif yang gagal
4. usia sangat lanjut

keluahan yang harus dipaliasi antara lain:


1. lokoregional
a. ulkus di mulut atau di leher
b. nyeri
c. sukar makan, minum, menelan
d. mulut berbau
e. anoreksia
f. fistula oro-kutan
2. sistemik
a. nyeri
b. batuk
c. sesak nafas
d. BB menurun
e. Sukar berbicara
f. Badan lemah
Terapi utama
1. tanpa meta jauh, radioterp dengan dosis 5000-7000rads, kalau perlu kombinasi dengan operasi
2. ada metastase jauh, kemoterapi
kemoterapi yang dapat dilakukan adalah
a. karsinoma epidermoid
obat-obat yang dapat dipakai: Cisplatin, methotrexate, bleomycin, Cyclophosphamide,
adryamycin dengan angka remisi 20-40 % misal:
a). Obat tunggal : metrotrexate 30 mg/m2 2xseminggu
b). Obat kombinasi: V : Vincristin : 1,5 mg/m2 hl
B : Bleomycin: 12 mg/m2 hl diulang tiap 2-3 minggu
M : Metrotrexate : 20 mg/m2 h3, 8

b. adenokarsinoma:
obat-obat yang dapat dipakai antara lain: Flourouracil, Mithomycin-C, Ciplatin, Adyamycin,
dengan angka remisi 20-30%. Misal:
a). Obat tunggal : Flourouracil
dosis permulaan : 500 mg/m2
dosis pemeliharaan : 20 mg/m2 tiap 1-2 minggu

b). Obat kombinasi:


F : flourouracil : 500 mg/m2 h1,8,14,28
A : adryamycin : 50 mg/m2 h1,21 diulang tiap 6 minggu
M : Metrotrexate : 10 mg/m2 h1
Terapi tambahan
Kalau perlu: operasi, kemoterapi, radiasi
Terapi komplikasi
1. nyeri; analgetik sesuai dengan ”Step Ladder WHO”
2. sesak nafas; trakeostomi
3. sukar makan; gastrostomi
4. infeksi; antibiotik
5. mulut berbau; obat kumur
6. dsb
Terapi bantuan
1. nutrisi yang baik
2. vitamin
Terapi sekunder
Jika terdapat penyakit sekunder maka terapinya sesuai penyakit yang bersangkutan

Leukoplakia/ Eritroplakia

Hitngkan factor penyebab


Sitologi eksfoliatif(papnicoleau)

Klas 1
klas II klas III klas IV Klas V
3bln
Ulangan sitologi biopsy
Bila 2x ulangan sitologi
Hasil tetap klas I -III

Suspek karsinoma rongga mulut, N0,M0

<> 1 CM

BIOPSI EKSISIONAL BIOPSI INSISIONAL


(EKSISI LUAS)
Ganas tdk ganas
GANAS TDK GANAS
Operable inoperable/meragukan eksisi
TDK RADIKAL
RADIKAL T1 T2 T3
Kemoth/ dan atau radoth/
Re-eksisi/ radioth/ eksisi luas eksisi luas lokal preoperatove
Radioth/local deseksi kgb leher
selektivadioth/lokoregional operabel inoperabel
` tdk radikal radikal radioth/lokoregional
+sitostatika
Re eksisi/ meta kgb (+) meta kgb (-)
radith lokal
radioth/lokoregio T low grade T high grede
+ sitostatika
Radioth local radioth/ lokoregional

VI. PROSEDUR FOLLOW UP


Jadwal follow up dianjurkan sebagai berikut :
1. dalam 3 tahun pertama : setiap 3 bln
2. dalam 3-5 tahun : setiap 6 bulan
3. setelah 5 tahun : setiap tahun s/d seumur hidup
pada follow up tahunan, penderita harus diperiksa secara lengkap, fisik, x-foto thorax, USG
hepar dan bone scan untuk menentukan penderita benar-benar terbebas dari kanker atau tidak.
Pada follow up ditentukan:
1. lama hidup dalam tahun atau bulan
2. lama interval bebas kanker dalam tahun dan bulan
3. keluhan penderita
4. status umum dan penampilan
5. status penyakit :
a. bebas kanker
b. metastase
c. residif
d. timbul kanker atau penyakit baru
6. komplikasi penyakit
7. tinakan atau terapi yang telah diberikan

PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER KULIT


Kanker kulit dibedakan menjadi kelompok melanoma dan kelompok non melanoma. Kelompok
non-melanoma dibedakan menjadi karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan karsinoma
adneksa kulit. Dalam penatalaksanaan kanker kullit harus pula diketahui lesi pra kanker antara
lain actinik keratosis, kerati acantoma, bowen’s disease, erytroplasia of Queyrat, xeroderma
pigmentosum.

PENATALAKSANAAN MELANOMA MALIGNA


I. PENDAHULUAN
Merupakan neoplasma maligna yang berasal dari sel melanosit, disamping pada kulit dapat pula
terjadi pada nukosa.
Dapat terjadi pada berbagai usia, terutama paling banyak pada usia 35-55 tahun, insidensi pada
pria=wanita.
Faktor resiko terjadinya melanoma maligna antara lain : congenital nevi > 5% dari luas
permukaan tubuh, riwayat melanoma sebelumnya, faktor keturunan, dysplasia nevi syndrom,
terdapat 5 nevi dengan diameter > 5 mm, terdapat 50 nevi berdiameter >2mm, riwayat terpapar
sinar matahari, terutama pada masa kanak-kanak, ras kulit putih, rambut berwarna merah, mata
berwarna biru, frecles/bintik-bintik kulit, tinggal didaerah tropis, psoralen sunscreen, xeoderma
pigmentosum.
Melanoma merupakan kanker kulit yang sangat ganas, dapat metastase luas dalam waktu singkat
melalui aliran limfe dan darah ke alat-alat dalam.
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI
1. Lentigo melanoma maligna (LMM)
2. superficial spreading Melanoma(SSM)
3. Nodular malgnant Melanoma (NMM)
4. Acral Lentigenous melanoma (ALM)
5. Melanoma yang tidak terklasifikasi
III. STADIUM KLINIS
AJCC EDISI 2002
TUMOR PRIMER (T)
Tx :Tumor primer tidak dapat diperiksa
T0 : tidak ditemukan tumor primer
Tis : melanoma insitu
T1 : melanoma dengan tebal ≤ 1,0mm atau tanpa ulserasi
T1a : melanoma dengan tebal ≤ 1,0mm, dan level II atau III tanpa ulserasi
T1b : melanoma dengan tebal ≤ 1,0mm, dan level IV atau V atau ada ulserasi
T2 : melanoma dengan tebal 1,01 – 2,0 mm, dengan atau tanpa ulserasi
T2a: melanoma dengan tebal 1,01 – 2,0 mm, tanpa ulserasi
T2b: melanoma dengan tebal 1,01 – 2,0 mm, dengan ulserasi
T3 : melanoma dengan tebal 2,01 – 4,0 mm, dengan atau tanpa ulserasi
T3a: melanoma dengan tebal 2,01 – 4,0 mm, tanpa ulserasi
T3b: melanoma dengan tebal 2,01 – 4,0 mm, dengan ulserasi
T4 : melanoma dengan tebal ≥ 4,0mm, dengan atau tanpa ulserasi
T4a: melanoma dengan tebal ≥ 4,0mm, tanpa ulserasi
T4b: melanoma dengan tebal ≥ 4,0mm, dengan ulserasi

KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (N)


Nx : Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa
N0 : tidak ada metastase kelenjar getah bening regional
N1 : metastase ke 1 kGB
N1a: metastase mikroskopis, occult secara klinis
N1b: metastase makroskopis tampak secara klinis
N2 : Metastase ke 2-3 KGB regional atau metastase intra limfatik regional tanpa metastase ke
KGB
N3 : metastase > 4 KGB regional, atau metastase kgb yang bersatu atau metastase in-transit atau
lesi satelit dengan metastase KGB regional

METASTASIS JAUH (M)


Mx : Metastase jauh tidak dapat diperiksa
M0 : tidak ditemukan metastase jauh
M1 : metastase jauh
M1a : metastase ke kulit, jaringan sub k T1a N0 M0
utan, atau ke KGB yang jauh
M1b : Metastase ke paru
M1c : Metastase ke tempat visceral lainnya atau metastase ke tempat manapun yang disertai
peningkatan kadar LDH (Lactic Dehydrogenase) serum

Stadium klinik Stadium histopatologik


Stadium 0
Stadium 1A
Stadium 1B

Stadium IIA

Stadium IIB

Stadium IIC
Stadium III

Stadium IV Tis N0 M0
T1a N0 M0
T1b N0 M0
T2a N0 M0
T2b N0 M0
T3a N0 M0
T3b N0 M0
T4a N0 M0
T4b N0 M0
Tiap T N1 M0
Tiap T N2 M0
Tiap T N3 M0
Tiap T tiap N M1
ST.0
St. 1A
St. 1B

St. IIA

St. IIB

St. IIC
St. IIIA

St. IIIB

St. IIIC

St. IV
pTis N0 M0
PT1a N0 M0
PT1b N0 M0
PT2a N0 M0
PT2b N0 M0
PT3a N0 M0
PT3b N0 M0
PT4a N0 M0
PT4b N0 M0
PT1-4a N1a M0
PT1-4a N2a M0
PT1-4b N1a M0
PT1-4b N2a M0
PT1-4a N1bM0
PT1-4a N2b M0
PT1-4a/b N2c M0
PT1-4b N1b M0
PT1-4b N2b M0
Tiap PT N3 M0
Tiap PT tiap N M1

Klasifikasi clark
Tingkat 1 : sel melanoma terletak diatas membrana basalis epidermis (insitu)
Tingkat 2 : invasi sel melanoma sampai ke lapisan papila dermis
Tingkat 3 : invasi sel melanoma sampai ke perbatasan antara lapisan papilaris dengan retikularis
dermis
Tingkat 4 : invasi sel melanoma sampai ke lapisan retikularis dermis
Tingkat 5 : invasi sel melanoma sampai ke lapisan jaringan subkutis

Klasifikasi Breslow
Golongan 1 : Kedalaman (ketebalan) tumor <> 1,5mm

IV. PROSEDUR DIAGNOSIS


Anamnesa
Keluhan utama : tahi lalat yang cepat membesar, tumbuh progresif, gatal, mudah berdarah, dan
disertai tukak

Pemeriksaan Fisik
• Tumor dikulit, berwarna coklat muda sampai hitam, bemtuk nodul, plaque, disertai luka
• Terkadang tidak berwarna
• Lesi bersifat : asimetris (tidak teratur) atau Border ( tepi tidak teratur), colour (bervariasi),
Diameter ( Umumnya > 6mm), Elevation ( Permukaaan tidak teratur)
• Pemeriksaan KGB regional
• Pemerikasaan ke metastase jauh ke paru dan hati
Pemerikasaan penunjang
1. radiologi
• Rutin : X foto Thorax, USG abdomen(hati, para aorta, para iliaca)
• Atas indikasi : X foto tulang di daerah lesi dan CT-scan
2. sitologi : FNA, inprint sitologi
3. patologi :
a. biopsi : jenis histologi dan differensiasi sel
b. pmx spesimen operasi:
• tumor primer : besar tumor, jenis histopatologi,derajat differensiasi sel, luas dan dalamnya
infiltrasi, radikalitas operasi
• nodus regional : jumlah kelenjar yang ditemukan dan yang positif, infasi tumor ke kapsul atau
ke ekstra nodul, tinggi level metastase
4. biopsi, prinsip harus komplit. Dilakukan biopsi terbuka oleh karena dibutuhkan informasi
mengenai kedalaman tumor, biopsi tergantung dari anatomical sitenya.
1). A. Bila diameter > 2Cm
B. bila secara anatomi sulit, (terutama didaerah wajah) dilakukan insisional biopsi
2). Bila <> 2 s/d 5 cm
T3: tumor dengan ukuran terbesar ≥ 5 cm
T4 : tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam, seperti kartilago, otot skelet dan tulang

N= KGB regional
Nx : KGB regional tidak dapat diperiksa
N0 : tidak ditemukan metastase KGB regional
N1 : Terdapat metastase KGB regional

M= metastase jauh
Mx : metastase tidak dapat diperiksa
N0 : tidak ditemukan metastase jauh
N1 : Terdapat metastase jauh

Stadium
Stadium 0 : Tis N0 M0
Stadium 1: T1N0M0
Stadium 2: T2/ T3 N0M0
Stadium 3: T4 N0 M0
Tiap T N1 M0
Stadium 4: Tiap T tiap N M0

IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK


1. ANAMNESA
Penderita mengeluh adanya lesi di kulit yang tumbuh menonjol, mudah berdarah, dan pada
bagian atasnya terdapat borok yang seperti bung kol.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Suatu lesi eksofitik, endofitik, infiltratif, tumbuh progresif, mudah berdarah dan pada bagian
akral terdapat ulkus dengan bau khas.
3 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. RADIOLOGI : Xfoto tulang didaerah lesi, CT-Scan, MRI atas indikasi
2. Biopsi u/ pmx. Histipatologi:
Lesi <> 2cm dilakukan biopsi insisiona

V. PROSEDUR TERAPI

LESI PRIMER SCC

OPERABEL INOPERABEL

TUBUH & CANTUS NASOLABIAL FOLD RADIOTERAPI


EKSTREMITAS PERIORBITAL, PERIAURIKULER

EKSISI LUAS
SAVETY MARGIN MMS
1-2 CM

Anda mungkin juga menyukai