Anda di halaman 1dari 20

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................... i

Kata Pengantar.................................................................................. ii

Daftar Isi............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang........................................................,,.............1
1.2. RumusanMasalah..................................,...............................2
1.3TujuanPenulisan.....................................................................2

BAB IITINJAUAN PUSAKA

2.1 Definisi Kepempinan..............................................................3


2.2 Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan.......................4
2.3 Pendekatan Sifat-Sifat Kepemimpinan...................................5
2.4 Pendekatan Perilaku Kepemimpinan......................................6

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Contoh Kasus kepemimpinan ........................ 8
3.2 Analisis Kasus.......................................................................9

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..........................................................................20

DAFTAR PUSTAKA......................................................................21
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Kepemimpinan Nahkoda
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik
dari pembaca agar saya agar dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang


Kepemimpinan Nahkoda dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Medan, 20 Maret 2019

Penyusun

ii

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kepemimpinanseseorangmenentukankeberhasilanperusahaandalammenca
paitargetnya.Tentunyatargetinimerupakanvisidanmisiyangingindicapaiolehperusa
haan.Selainitu,kinerjaperusahaanyangproduktifmencerminkangayakepemimpinans
eseorangdisuatulembagaatauperusahaan.Olehkarenaitu,suksesnyasuatuperusahaan
mencerminkansuksesnyapemimpindiperusahaantersebut.Gayakepemimpinanpimp
inanperusahaaninimempengaruhikualitaskinerjakaryawan,kerangkakinerjakaryaw
anhinggamencapaipeningkatankinerjakaryawan.

Terkaitdengangayakepemimpinanyangmengarahkepadakinerjapegawaiataukaryaw
an,senadadenganteoriyangdikemukakanolehStephenRobin(1996:40)mengenaicirii
mplisitseseorangyangdiidentifikasimenjadiseorangpemimpin.Padahakikatnyakepe
mimpinanadalahgaya,yangmenonjolkanpenampilansebagaipemimpin.Beberapateo
riyangmengidentifikasikepemimpinantersebutadalahsebagaiberikut:(a)TeoriCiri,y
aituteoriyangmencaricirikepribadian,sosial,fisik,atauintelektualyangmembedakanp
emimpindariyangbukanpemimpin.MenurutRobin,terdapatenamciriyangmembedak
anpemimpindanbukanpemimpin.Adapuncirinyaadalahambisidanenergi,hasratuntu
kselalumemimpin,kejujurandanintegritas(keutuhan),rasapercayadiri,kecerdasan,da
npengetahuanyangrelevandenganpekerjaan.Tetapiyangperludiingatadalahtidaksatu
pundariciriitumampumenjaminsuksesnyapemimpinkarenatergantungdarisituasilin
gkungansertaakibatnya.(b)TeoriPerilaku,teoriinimengemukakanbahwaperilakuyan
gspesifikataukhasmembedakanseorangpemimpindenganyangbukanpemimpinseper
tibicarakeras,bersemangat,otokratis,sukabergaul,karismatik,dinamis,perasaanterbu
kadanbisamengerti.(c)TeoriSituasionalHerseydanBlanchard,yaituteoriyangmemus
atkanperhatianpadakesiapanparapengikut

1.2. RUMUSAN MASALAH


 Apakah definisi dari kepemimpinan itu sendiri ?
 Bagaimana pendekatan studi, sifat dan perilaku kepemimpinan
nahkoda kepada anggota awak kapal yang bertugas ?
1.3. TUJUAN

Membahas definisi kepemimpinan nahkoda, kepemimpinan yang


efektif dan sifat-sifat dari kepemimpinan yang efektif, serta pembahasan
kasus atas kurang baiknya kepemimpinan nahkoda , hal apa yang dapat
dipelajari dan dianalisa dari kepemimpinannya dan situasi yang
dihadapinya

BAB II

2.1. DEFINISI KEPEMIMPINAN


Menurut arti secara harfiah, pimpin berarti bimbing. Memimpin berarti
membimbing atau menuntun. Pemimpin merupakan orang yang
memimpin ataupun seorang yang menggunakan wewenang serta
mengarahkan bawahannya guna mengerjakan pekerjaan mereka untuk
mencapai tujuan tertentu dari organisasi. Seperti
manajemen,Kepemimpinan (leadership) telah didefinisikan dengan
berbagai cara yang berbeda oleh berbagai orang yang berbeda pula.
Beberapa definisi Kepemimpinan menurut para ahli yaitu :
a) Menurut Stoner, Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu
proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya.
b) Menurut Tead;Terry;Hoyt didalam Kartono,2003. Definisi
kepemimpinan menurutnya adalah sebuah kegiatan ataupun sebuah seni
untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja sama yang didasarkan
kepada kemampuan yang dimiliki oleh orang itu guna membimbing orang
lain didalam usaha mencapai berbagai tujuan yang ingin dicapai oleh
kelompok.
c) Menurut sudut pandang Young, kepemimpinan itu sebuah bentuk
dominasi yang didasari oleh kemampuan pribadi yang mampu untuk
mengajak ataupun mendorong orang lain untuk melakukan sesuatu yang
berdasarkan kepada penerimaan oleh organisasinya, dan mempunyai
keahlian yang khusus yang sesuai dengan situasi yang khusus pula.
Selain dapat memberikan pengarahan kepada para bawahan atau
pengikut, pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata
lain, para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang
harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bawahan dalam
menentukan cara bagaimana tugas itu dilaksanakan dengan tepat.

3
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan yang
dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain,kelompok dan
bawahan, kemampuan untuk mengarahkan tingkah laku orang lain,
mempunyai kemampuan ataupun keahlian khusus didalam bidang yang
diharapkan oleh kelompoknya guna mencapai tujuan dan
sasaran.Menyadari akan pentingnya peran seorang pemimpin dari
beberapa definisi diatas didalam sebuah usaha untuk mencapai tujuan
sebuah organisasi sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan ataupun
kegagalan yang dialami oleh sebagian besar organisasi ditentukan oleh
bagaimana kualitas kepemimpinan yang dipunyai oleh pihak yang
memimpin organisasi tersebut. Berhasil atau tidaknya organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan,tergantung kepada berbagai cara
yang dilakukan oleh pemimpin untuk memimpin organisasi itu

2.2PENDEKATAN-PENDEKATAN STUDI
KEPEMIMPINAN
Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi
sifat-sifat (traits) yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud
mengidentifikasi perilaku-perilaku (behaviors) pribadi dengan
kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai aggapan bahwa
seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan
perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi
kelompok apapun dimana ia berada.
Pemikiran dan penelitian sekarang mendasarkan pada pendekatan
ketiga,yaitu pandangan situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini
menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan
bervariasi dengan situasi tugas-tugas yang dilakukan.
Seperti hal ini yang dilakukan oleh nahkoda untuk mengakomodir para
anggota awak diatas kapal, bahwa dia mampu untuk layak sebagai
pemimpin diatas kapal

2.3. PENDEKATAN SIFAT-SIFAT KEPEMIMPINAN


§ Penelitian Awal Tentang Sifat-sifat Kepemimpinan
Berbagai studi perbandingan sifat-sifat penimpin cenderung lebih tinggi,
mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi, lebih ramah, dan lebih
percaya diri daripada yang lain dan mempunyai kebutuhan akan
kekuasaan lebih besar. Tetapi kombinasi sifat-sifat tertentu yang akan
membedakan antara pemimpin atau calon pemimpin dari pengikut, belum
pernah ditemukan. Sehingga timbul anggapan para peneliti sifat-sifat
kepemimpinan bahwa pemimpin dilahirkan, bukan dibuat, atau seseorang
itu dilahirkan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan
bagi seorang pemimpin.

§ Penemuan-penemuan lanjutan
Seorang peneliti Edwin Ghiselli dalam penelitian ilmiahnya telah
menunjukkan sifat-sifat tertentu yang tampaknya penting untuk
kepemimpinan efektif. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory


ability).
2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan.
3. Kecerdasan.
4. Ketegasan (decisiveness).
5. Kepercayaan diri.
6. Inisiatif.

Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan empat ciri atau sifat utama yang
mempunyai pengaruh terhadap kesuksesan kepemimpinan organisasi:

1. Kecerdasan.
2. Kedewasaan dan keluasan hubungan sosial.
3. Motivasi diri dan dorongan berprestasi,dan
4. Sikap-sikap hubungan manusiawi

2.4. PENDEKATAN PERILAKU KEPEMIMPINAN


§ Fungsi-fungsi kepemimpinan
Agar kelompok berjalan dengan efektif, seseorang harus melaksanakan
dua fungsi utama yaitu:

1. Fungsi-fungsi yang berhubungan dengan tugas (task related) atau


pemecahan masalah.
Ini menyangkut pemberian saran penyelesaian,informasi dan pendapat.
2. Fungsi-fungsi pemeliharaan kelompok (group maintenance) atau
sosial.
Fungsi ini mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok
berjalan lebih lancar,penengahan perbedaan pendapat,dan sebagainya.

§ Gaya-gaya kepemimpinan
Para peneliti telah mengidentifikasikan dua gaya kepemimpinan:

1. Gaya dengan orientasi tugas (task oriented)

Nahkoda berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara


tertutup untuk menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang
diinginkannya. Nahkoda dengan gaya kepemimpinan ini lebih
memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan
pertumbuhan anggota awak kapal itu sendiri

2. Gaya dengan orientasi karyawan (employee oriented)

Nahkoda berorientasi karyawan mencoba untuk lebih memotivasi


bawahan dibanding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota
kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberikan
kesempatan bawahan untuk berpartisipasi dalam pembuatan
keputusan,menciptakan suasana persahabatan serta hubungan-hubungan
saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota kelompok.

§ Tipe-tipe Kepemimpinan
Tiga tipe dasar sebagai bentuk-bentuk prosos pemecahan masalah dan
mengambil keputusan,adalah sebagai berikut:

a) Pemimpin Otokratis

Pemimpin yang bersifat otokratis memperlihatkan ciri-ciri sebagai


berikut:
Memberikan perintah-perintah yang selalu diikuti, menentukan
kebijaksanaan bawahan tanpa sepengetahuan mereka. Tidak memberikan
penjelasan secara terperinci tentang rencana yang akan datang, tetapi
sekedar mengatakan kepada anggotanya tentang langkah-langkah yang
mereka lakukan dengan segera dijalankan. Memberikan pujian kepada
mereka yang selalu mengikuti kehendaknya. Selalu jauh dengan anggota
sepanjang masa.

b) Pemimpin Demokratis

Pemimpin demokratis hanya memberikan perintah setelah mengadakan


musyawarah dahulu dengan para anggotanya dan mengetahui bahwa
kebijaksanaannya hanya dapat dilakukan setelah dibicarakan dan diterima
oleh anggotanya. Pemimpin tidak akan meminta anggotanya mengerjakan
sesuatu tanpa terlebih dahulu memberitahukan rencana yang akan mereka
lakukan. Baik atau buruk, benar atau salah adalah persoalan anggotanya
dimana masing-masing ikut serta dalam bertanggung jawab sebagai
anggotanya.

c) Pemimpin Liberal atau Laissez-Fair

Pemimpin liberal yaitu kebebasan tanpa pengendalian. Pemimpin tidak


memimpin atau mengendalikan sepenuhnya dan tidak pernah ikut serta
dengan bawahannya. Pemimpin tipe ini menyerahkan segala sesuatunya
kepada bawahan. Pemimpin dalam hal ini bersifat pasif, tidak ikut terlibat
langsung dalam komunikasi kelompok, tidak mengambil keputusan
apapun.

7
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 CONTOH KASUS KEPEMIMPINAN

1. Kasus : Capt Hadi Prakoso sebagai Nahkoda M.V


Gilang Purnama
Capt Hadi Prakoso telah menjadi nahkoda dalam M.V Gilang Purnama
kurang lebih 6 bulan. Capt Hadi bekerja pada perusahaan setelah dia
pensiun dari M.V Intan mas. Semangat kerja dikapal tersebut rendah sejak
dia bergabung dalam M.V Gilang Purnama. Beberapa dari anggota awak
kapal menunjukkan sikap tidak puas dan agresif.
Pada jam istirahat makan siang, Capt Hadi Prakoso bertanya kepada
Yudha Bakti , Chief Officer M.V Gilang Purnama, apakah dia mengetahui
tentang semangat kerja yang rendah dalam kapal M.V Gilang Purnama.
Capt Hadi Prakoso menjawab bahwa dia telah mendengar secara informal
melalui komunikasi “grapevine”, bahwa para anggota awak kapal M.V
Gilang Purnama merasa tidak senang dengan pengambilan semua
keputusan yang dibuat sendiri olehnya. Dia ( Capt Hadi Prakoso )
menyatakan, “selama saya berlayar menjadi nahkoda, saya membuat
semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan
saya untuk berbuat seperti itu.”

3.2. ANALISIS KASUS


§Tipe kepemimpinan

Tipe kepemimpinan yang digunakan oleh Capt Hadi Prakoso adalah tipe
kepemimpinan otoriter, yaitu tipe pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh.
Pada tipe kepemimpinan otoriter ini, pemimpin mengendalikan semua
aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin
dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama
maupun sasaran minornya.

Keuntungan dalam menggunakan tipe kepemimpinan otoriter : Bawahan


tidak perlu memikirkan apapun, bawahan cukup melaksanakan apa
yang diputuskan dari pemimpin.
Kelemahan dalam menggunakan tipe kepemimpinan otoriter : Semua
aspek kegiatan dikapal dikendalikan oleh pemimpin, sehingga apabila ada
suatu masalah dalam perusahaan tersebut semuanya hanya tergantung
pada pimimpin dan bawahan tidak boleh ikut campur dalam pengambilan
keputusan. Sehingga kurang adanya kerjasama dalam kapal tersebut.

Pebandingan motivasi bawahan Capt Hadi Prakoso Sekarang


sekarang dan dulu sewaktu di M.V Intan mas:

Dalammembentuk sebuah ikalan dikapal diperlukan kerjasama antara


pemimpindengan bawahan. Sehingga bawahan Capt Hadi Prakoso yang
sekarang ingin ikut dalam menuju pelayaran yang baik tersebut secara
bersama-sama agar tercapainya sebuah tujuan. Sedangkan bawahan Capt
Hadi Prakoso sewaktu di M.V Intan Mas merupakan anggota yang
memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi. Sehingga mereka
membutuhkan tipe kepemimpinan yang otoriter.

Apabila Capt Hadi Prakoso tidak dapat merubah gaya kepemimpinannya


kapal tersebut dapat mengalami kemunduran, apabila seorang pimimpin
hanya mengutamakan keputusan sendiri tanpa menerima saran dari
bawahan.
Saran saya, sebaiknya Capt Hadi Prakoso dapat merubah gaya
kepemimpinan otoriternya dengan gaya kepemimpinan demokratis, yaitu
gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para
bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan
sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis
pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung
jawab para bawahannya. Pada kepemimpinan demokrasi, anggota
memiliki peranan yang lebih besar.

9
Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran
yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut,
anggota yang menentukan.

Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah


yang dihadapinya. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang
memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Sehingga
Capt Hadi Prakoso akan mudah untuk mencapai tujuan kapal tersebut
apabila merubah gaya kepemimpinannya dengan gaya kepemimpinan
demokratis .

§ Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang dipakai Capt Hadi Prakoso adalah gaya dengan
orientasi tugas. Gaya kepemimpinan ini secara dominan berpengaruh
terhadap kinerja dan kepuasan kerja dan motivasi berprestasi anggota
awak tersebut. Seharusnya kepemimpinan Capt Hadi prakoso menerapkan
gaya kepemimpinan berorientasi karyawan lebih dominan di bandingkan
dengan gaya kepemimpinan berorientasi tugas agar dapat meningkatkan
motivasi berprestasi anggota awak. Dan lebih memperhatikan kepentingan
anggota awak juga untuk mencapai tujuan mereka.

2. Pak Rudi baru saja diangkat menjadi kepala sekolah sebuah SD swasta yang
baru 3 tahun beroperasi,Ia merasa senang sekali dengan promosi yang ia dapatkan
dan merasa percaya diri akan dapatmemimpin SD tersebut untuk dapat
berkembang. Namun baru 2 bulan memimpin ia mulai menghadapipermasalahan
yang terus berdatangan. Mulai dari komplain orang tua soal toilet, Kegiatan
pembelajaranyang dinilai tidak berkualitas, sarana yang tidak memadai serta
komunikasi dengan guru yang belumberjalan baik. Setiap kali ia menerapkan
kebijakan baru selalu saja ditanggapi dingin oleh staff.Pak Rudi berupaya
menjalankan tugasnya sebaik mungkin terutama ia fokuskan pada hal-hal
yangbersifat administratif. Setelah satu tahun ajaran ia memimpin sekolah belum
dirasakan perkembanganyang berarti. Komplain-komplain dari orang tua terus
berdatangan mengenai berbagai aspek yang adadi sekolah dan menyampaikan
tuntutan yang begitu tinggi terhadap sekolah. Komunikasi dengan staffpun belum
dapat berjalan dengan baik.Berdasarkan kasus di atas cobalah analisa apa yang
menjadi kelemahankepemimpinan Pak Rudi, Apasaran yang bisa anda berikan
agar Ia sebagai pemimpin sekolah dapat melaksanakan tugasnya denganefektif.

3. Ibu Lidya baru saja diangkat menjadi kepala sekolah menggantikan kepala
sekolah lama yang pindahtugas. Kebetulan sekolah yang dipimpinnya ini
merupakan salah satu sekolah yang terkenal dan telahlama berdiri. Selama 10
tahun ke belakang sekolah ini sangat diminati oleh masyarakat
untukmenyekolahkan anak mereka disana. Hal yang unggul dari sekolah ini
adalah sarana pendidikannyayang lengkap, program-program intra maupun
ekstrakurikulernya yang berkualitas serta keberhasilansiswa diukur dari jumlah
yang lulus UNAS. Namun belakangan sekolah ini merasakan bahwa perluupaya
peningkatan kualitasnya seiring dengan persaingan yang makin ketat dengan
sekolah-sekolahlain. Permasalahan yang dirasakan Ibu Lydya cukup berat bahwa
ternyata sekolah perlu melakukanperbaikan diberbagai aspek agar dapat tetap
bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang terusberkembang.
Dapatkah anda memberikan saran strategi mengembangkan sekolahnya agar dapat
tetap unggul sertadapat memenuhi tuntutan masyarakat.

4. Seorang kepala sekolah swasta unggulan di sebuah kota besar. Sekolah yang
dipimpinnya ini sangatprogresif. Animo masyarakatpun sangat besar untuk
memasukan anaknya ke sekolah tersebut. Sangkepala sekolah adalah tipe orang
yang sangat bersemangat untuk terus belajar tentang manajemensekolah dan
penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas. Segala informasi yang ia dapatkan
baik darihasil mengikuti seminar, workshop, studi banding maupun saran2 dari
orang yang dinaggap suksesdalam memimpin sekolah telah diterapkan. Namun
Ketika melakukan evaluasi terhadap kinerjasekolahnya ia mendapatkan informasi
bahwa guru-guru merasa beban kerjanya terlalu beratdikarenakan kebijakan yang
dibuat oleh manajemen. Sang kepala sekolah merasa terkejut akankenyataan ini
dan perlu mendapatkan saran.
Saran apa yang anda akan berikan kepada kepala-kepala sekolah sekolah tersebut.

5. Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Budaya Etis


DalamMeningkatkan Mutu Sekolah di MA Bilingual BatuSecara teoritis, strategi
dapat dimaknai sebagai pendekatan yang dilakukan secara keseluruhan berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan demi mencapaitujuan bersama. Pada
tataran kajiannya strategi kepemimpinan etis meliputi: berpikirtentang
konsekuensi jangka panjang, rendah hati menyangkut kebaikan yang lebihbesar,
menetapkan standar etika yang tinggi dan bertindak sesuai dengan mereka
(dirinya), mereka mempengaruhi nilai-nilai etika organisasi melalui perilaku
mereka,berfungsi sebagai model peran bagi pengikut mereka, jujur dan dapat
dipercaya dalam menunjukkan integritas.

a. Berperan sebagai model atau contoh bagi bawahan


Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu menjadi contoh/teladan bagi
para tenga pendidik, kependidikan dan kepada para peserta didiknya. sebagai
contoh bagi masyarakat sekolahnya. Kepala sekolah MA Bilingual Batu selalu
terlibat secara aktif dalam mengawasi setiap pekerjaan yang dilakukan oleh para
stafnya dengan menerapkan standar etika yang dipegang teguh olehnya. Standar
etika yang dimaksudadalah etika agama, yang mencakup nilai-nilai yang dipegang
teguh seperti religius, kejujuran, disiplin, adil, tegas dan simpati.

b. Berjuang demi nasib bawahan


Sebagai balance dalam peningkatan mutu sekolah melalui kuwalitaspembelajaran
yang dimiliki, kepala sekolah MA Bilingual batu melakukan lobi-lobi kepada
pihak stakeholder dalam rangka memperhatikan nasib para bawahannya, terutama
bagi para tenaga pengajar tidak tetap. Semua upaya tersebut, dilakukan oleh
kepala sekolah MA Bilingual Batu agar kualitas belajar para peserta didiknya
menjadi lebih baik. Bagi kepala sekolah MA Bilingual Batu, cara yang paling
ampuh dalam mengatasi berbagai hambatan yang akan terjadi dikemudian hari
adalah mendialogkan berbagai persolan yang akan dihadapi sejak dini dengan
para bawahannya. Salah satu upaya yang dilakukan beliau yaitu membuat proses
pembelajaran dengan program pembelajaran yang sistematis, dalam upaya
menangani dimajukannya UN pada tgl 14 april 2016.

d. Menetapkan standar etika agama sebagai budaya etis


Salah satu strategi yang digunakan oleh kepala sekolah MA Bilingual Batu dalam
rangka meningkatkan mutu sekolahnya yaitu menetapkan standar etika
keagamaan. Standar tersebut dimaksudkan agar para tenaga pendidik dan
kependidikannya mampu memberikan teladan kepada para peserta didik.

Karakteristik Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Budaya Etis Dalam


Meningkatkan Mutu SekolahSecara kebahasaan karakter ialah sifat-sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.Secara
teoritis Karakteristik kepemimpinan etis meliputi adil, respon kepada orang lain
(simpati), kejujuran, manusiawi, fokus pada team building, nilai dorong
pengambilan keputusan, mendorong inisiatif, teladan, nilai-nilai kesadaran,
toleransi untuk pelanggaran etika.
6. KASUS KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Tiga bulan lalu, tepatnya pada hari Kamis tanggal 5 Desember 2013, dunia
kehilangan seorang pemimpin besar, seorang pemimpin transformasional, Nelson
Mandela, mantan presiden pertama Republik Afrika Selatan yang dipilih secara
demokratis. Nelson Rolihlahla Mandela dilahirkan pada tanggal 18 Juli 1918.
Pejuang melawan ketidak-adilan. Untuk kurun waktu 200 tahun lamanya Afrika
Selatan diperintah oleh sebuah pemerintahan minoritas kulit putih.
Kemampuan Mandela untuk mengkonfrotir isu-isu menjadikannya presiden kulit
hitam Afrika Selatan yang pertama dalam sebuah pemilihan yang diselenggarakan
secara demokratis untuk pertama kalinya. Mandela juga diakui sebagai seorang
pembawa damai bagi sebuah bangsa yang telah dicabik-cabik oleh pertentangan
dan kekerasan rasial yang berlangsung berabad-abad lamanya. Masa muda.
Mandela tidak selalu merasa nyaman sebagai pusat perhatian umum. Pada waktu
berumur 20’an awal, Mandela merasa takut berbicara di depan publik. Namun dia
menyadari, bahwa apabila dia harus mempengaruhi orang – dan inilah hakikat
dari kepemimpinan – maka dia harus mampu mengatasi masalah rasa takut ini.
Mandela menghadapi rasa takutnya itu dan memaksa dirinya untuk berbicara dan
berpidato di depan kelompok-kelompok besar yang berkumpul guna
memperjuangkan kemerdekaan-sipil. Mandela memusatkan perhatiannya pada
masalah rasialisme dan melupakan rasa khawatirnya.
Tidak lama setelah itu Mandela sudah biasa terlihat berdiri di hadapan ribuan
orang banyak dan dia berbicara dengan berapi-api dan penuh kepercayaan-diri.
Mandela mengejar tujuan-tujuan sesuai dengan cita-cita yang ingin dicapainya,
tanpa mengenal lelah. Sebagai seorang muda, Mandela menyadari bahwa
pendidikan adakah kunci keberhasilan. “Walaupun tidak cemerlang pada waktu
menjadi murid sekolah dasar, secara bertahap dia berhasil memperbaiki diri,
bukan karena kecerdikan melainkan kekerasan kepala”, demikian tulis Mandela
sendiri. Mandela adalah orang pertama dari keluarganya yang berhasil belajar di
perguruan tinggi. Mandela studi hukum di universitas yang terkenal di Afrika
Selatan, yaitu Universitas Witwaterstrand. Dalam otobiografinya, Long Walk to
Freedom, Mandela mengungkapkan bahwa dia adalah keturunan “darah biru” di
wilayah Transkei di Afrika Selatan.
Ia memutuskan untuk melepaskan haknya guna menggantikan ayahnya sebagai
kepala suku Tembu agar dapat belajar hukum seperti dicatat di atas. Setelah lulus
sekolah hukum Mandela melihat di Afrika Selatan belum ada kantor pengacara
orang hitam – dengan demikian dia membuka kantor pengacara orang hitam yang
pertama di Johannesburg. Mandela menulis, “Untuk sampai ke kantor kami, kami
harus berjalan melalui kerumunan orang banyak di lorong-lorong, di tangga-
tangga dan dalam ruang tunggu kantor kami”. Melawan rasialisme secara
teroganisir. Untuk melawan rasialisme yang dilegalisir oleh pihak yang berkuasa,
pada tahun 1952 Mandela mempersatukan orang-orang berwarna kulit hitam
(negro), orang-orang keturunan India dan orang-orang yang berdarah campuran
dalam “Campaign for the Defiance of Unjust Laws” (Kampanye untuk menentang
hukum-hukum yang tidak adil). Untuk menjamin bahwa kampanye ini sampai
menarik perhatian dunia, dengan cermat sekali Mandela merencanakan sebuah
program dengan dua tahapan. “Pada tahapan pertama, sejumlah kecil sukarelawan
yang telah terlatih baik akan melanggar hukum-hukum tertentu yang telah dipilih
secara khusus di sejumlah kecil area di kota-kota”, kata Mandela. “Mereka akan
masuk ke dalam area-area terlarang tanpa izin, menggunakan berbagai fasilitas,
seperti WC, bagian-bagian dalam gerbong kereta, ruang-ruang tunggu dan pintu-
pintu masuk kantor pos, yang khusus diperuntukkan bagi orang-orang berkulit
putih. Dengan sengaja mereka akan berdiam dalam kota (yang khusus
diperuntukkan untuk orang-orang kulit putih) setelah jam malam”. Mandela
memang mengetahui bahwa orang-orang Afrika Selatan yang berkulit putih dapat
mencoba untuk mengabaikan orang-orang yang melakukan protes ini.
Untuk menjamin orang-orang kulit putih itu tidak mengabaikan mereka, maka
Mandela mengajarkan para pendukungnya bahwa perlu untuk mempraktekkan
“perlawanan massa, disertai dengan pemogokan-pemogokan”. Proses ini diulang-
ulangi dari daerah yang satu ke daerah yang lain untuk selama lima bulan
lamanya.
7. Presiden Uruguay, Jose Mujica
Tidak seperti presiden lain di dunia selama menjabat sebagai presiden Uruguay,
Mujica menolak tinggal di rumah dinasnya yang mewah. Ia memilih tinggal di
rumah miliknya di kawasan peternakan di luar kota Montevideo bersama istri dan
anjingnya yang memiliki tiga kaki. Mujica juga menyumbangkan 90 persen
gajinya sebagai presiden untuk kegiatan amal sosial. Alasannya, ia tidak
membutuhkan uang itu. Dia pun hanya mengendarai mobil Volkswagen Beetle
buatan tahun 1987 dan menolak menggunakan iring-iringan voorijder. Jumica
juga menolak ajakan kerja sama dengan Brazil yang akan menyediakan negaranya
dengan batu bara murah. Jumica menolak tawaran Brazil karena dirinya lebih
mementingkan lingkungan. Sebagai orang nomor satu di Uruguay, Jose Mujica
menginginkan adanya pemerataan kemakmuran di negaranya. Pemerintah juga
menyediakan pendidikan dan komputer gratis kepada setiap anak kecil. Pengaruh
Mujica, sebagai pemimpin dari negara yang hanya memiliki penduduk 3 juta jiwa
telah melampaui batasannya. Di negara yang haus akan alternatif, penemuan yang
dia dan koleganya lakukan telah menempatkan Uruguay sebagai negara yang
dapat dijadikan pelajaran dalam kreativitas dan perkembangan pemerintahan.
Mujica yang dijuluki presiden termiskin di dunia dianggap berhasil memperbaiki
masalah kemiskinan, pengangguran, dan pajak. Dia mengatakan, selama menjadi
presiden sejak 2010, dirinya telah menurunkan angka kemiskinan dari 37 persen
ke angka 11 persen. Berdasarkan data yang dikeluarkan World Bank,
Perekonomian Uruguay bertumbuh menjadi US $ 55 miliar, rata- rata meningkat
5,7 persen secara berturut-turut sejak tahun 2005. Uruguay berhasil
mempertahankan tren menurunkan rasio utang terhadap PDB- dari 100 persen
pada tahun 2003 menjadi 60 persen di tahun 2014. Menurunkan biaya utang, dan
mengurangi ketergantungan pada dolar- 80 persen pada tahun 2002 menjadi 50
persen di tahun 2014. Sayang, berdasarkan konstitusi Uruguay, ia tidak boleh
maju lagi sebagai presiden. Mujica resmi mengakhiri tugasnya pada 1 Maret 2015
setelah lima tahun menjalankan pemerintahannya.
8. Hartoyo Sebagai Manajer
Drs. Hartoyo telah menjadi manajer tingkat menengah dalam departemen
produksi suatu perusahaan kurang lebih 6 bulan. Hartoyo bekerja pada perusahaan
setelah dia pensiun dari tentara. Semangat kerja departemennya rendah sejak dia
bergabung dalam perusahaan. Beberapa dari karyawan menunjukkan sikap tidak
puas dan agresif.
Pada jam istirahat makan siang, hartoyo bertanya pada drs. Abdul hakim, ak,
manajer departemen keuangan, apakah dia mengetahui tentang semangat kerja
yang rendah dalam departemen produksi. Abdul halim menjawab bahwa dia telah
mendengar secara informal melalui komunikasi "grapevine", bahwa para
karyawan hartoyo merasa tidak senang dengan pengambilan semua keputusan
yang dibuat sendiri olehnya. Dia (hartoyo) menyatakan, "dalam tentara, saya
membuat semua keputusan untuk bagian saya, dan semua bawahan mengharapkan
saya untuk berbuat seperti itu."
Gaya kepemimpinan yang digunakan Hartoyo merupakan gaya Otoriter /
Otokratis. Adapun gaya kepemimpinan otoriter / otokratis memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin.
Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap waktu,
sehingga langkah-langkah yang akan dating selalu tidak pasti untuk tingkat yang
luas.
Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama setiap
anggota.
Pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam pujian dan kecamannya terhadap
kerja setiap anggota ; mengambil jarak dari partisipasi kelompok aktif kecuali bila
menunjukkan keahliannya.

Keuntungan dari tipe otokratis yaitu pemimpin jenis otokratis biasanya sangat
perhatiaan terhadap efisiensi dan efektivitas kerja, tapi sayang meninggalkan
perhatian pada peran anak buah dalam satu kesatuan gerak guna keberhasilan
kepemimpinannya.

Kekurangannya dari tipe otokratis yaitu menerapkan komunikasi satu arah (one
way traffic of comunication), saran, pertimbangan, pendapat dari bawahan
tertutup sama sekali, lebih banyak kritik daripada memuji bawahan, dan
pengawasan kepada anak buah ketat sehingga membuat anak buahnya tidak puas
dan agresif.

Motivasi bawahan hartoyo di perusahaan sekarang kurang karena semua


keputusan diambil sendiri tanpa melibatkan bawahan sehingga kerjasama akan
terjalin secara kurang baik. Sedangkan motivasi bawahan hartoyo di tentara akan
semakin tinggi, karena seorang bawahan di tentara membutuhkan sebuah
keputusan dari komandonya yang tegas dan didikan yang disiplin juga.

2. Konsekuensi jika hartoyo tidak merubah gaya kepemimpinannya yaitu


karyawannya akan merasa kurang puas dan tidak nyaman dengan cara
kepemimpinan yang Otokratis.
Saran saya : Untuk merubah keadaan, seharusnya digunakan gaya kepemimpinan
yang Demokratis, mengapa menggunakan gaya ini? Alasannya, karena akan
terjadi interaksi atasan dengan bawahan yang akan menghasilkan nilai positif.
Contohnya : Seorang atasan menerima berbagai masukan dari karyawannya, yang
mungkin akan berdampak baik pada perusahaannya, sehingga diharapkan
perusahaan tersebut dapat berkembang dengan baik.

10
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1.KESIMPULAN
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa
manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Seorang
pemimpin adalah seorang yang mempunyai keahlian memimpin,
mempunyai kemampuan mengendalikan pendirian / pendapat orang atau
sekelompok orang tanpa menyatakan alasannya. Seorang pemimpin
adalah seorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi,
melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan
bersama.Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi perilaku orang
lain agar mau bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi itu
mengandung dua pengertian pokok yang sangat penting tentang
kepemimpinan.Untuk menerapkan manajemen dalam suatu organisasi
diperlukan adanya kepemimpinan yang ciri-cirinya berbeda dengan
kepemimpinan yang tidak untuk meraih mutu.Semakin tinggi kedudukan
pemimpin dalam organisasi maka semakin dituntut daripadanya
kemampuan berfikir secara konsepsional strategis dan makro.

11
DAFTAR PUSTAKA

 http://imahsoimah.blogspot.co.id/2013/01/kepemimpinan.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Nakhoda
 https://www.academia.edu/people/search?utf8=✓ &q=contoh+kasus+ke
pemimpinan
 ://www.academia.edu/5585153/3_contoh_studi_kasus_kepemimpinan
 PERFORMANCE_LEADERSHIP_KEPEMIMPINAN_STUDI_KASUS_PADA_PT_
UNILEVER_INDONESIATBK
 KEPEMIMPINAN_KEPALA_SEKOLAH_BERBASIS_BUDAYA_ETIS_DALAM_M
ENINGKATKAN_MUTU_SEKOLAH_Studi_Kasus_Di_MA_Bilingual_Batu
 Danim, Sudarwan. Kepemimpinan Pendidikan, : Kepemimpinan Jenius (IQ
+ EQ), Etika, Perilaku, Perilaku Motivasional, dan Mitos (Bandung:
Alfabeta, 2012
 ://lintangtejja.blogspot.com/2016/11/kepemimpinan-contoh-kasus-
kepemimpinan.html?m=1
 http://vennysya.blogspot.com/2016/11/contoh-kasus-berdasarkan-
kepemimpinan.html?m=1
 http://dimasmaulana1010.blogspot.com/2015/11/contoh-kasus-
kepemimpinan.html?m=1
11

Anda mungkin juga menyukai