Tanggal diterima : 27 November 2014; Tanggal direvisi : 14 November 2016; Tanggal disetujui :
ABSTRACT
Land preparation may affect the infestation of pests and diseases. This study aimed to find out the dynamic of pests
and diseases infestation in the bambang lanang stand based on land preparation techniques. Land preparation was
done by total clearing, path clearing and circle clearing. Percentage attack and intensity attack of pests and
disesases were carried out over two years. Pest infestation was found by Graphium agamemnon L. (Papilionidae;
Lepidoptera), Sorolopha cumarotis (Tortricidae; Lepidoptera), and leaf minner. Diseases infestation was found by
Colletotrichum sp., Cercospora sp. and Curvularia sp. Pests and diseases infestations tended to go down on all land
preparation treatments, in line with the increase of plant age. The lowest plant damage was found in total clearing
treatment.
ABSTRAK
Penyiapan lahan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan serangan hama dan
penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika serangan hama dan penyakit pada tegakan bambang
lanang berdasarkan teknik persiapan lahan yang sudah dilakukan. Penyiapan lahan dilakukan dengan cara tebas
total, jalur dan cemplongan. Pengamatan persentase dan intensitas serangan hama penyakit dilakukan selama 2
tahun. Hama yang ditemukan adalah ulat daun Graphium agamemnon L. (Papilionidae; Lepidoptera), ulat pelipat
daun Sorolopha cumarotis (Tortricidae; Lepidoptera) dan ulat pengorok daun. Penyakit yang ditemukan adalah
bercak daun yang disebabkan Colletotrichum sp., Cercospora sp. dan Curvularia sp. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa serangan hama dan penyakit cenderung menurun pada semua perlakuan penyiapan lahan sejalan dengan
peningkatan umur tanaman. Perlakuan teknik penyiapan lahan secara total memiliki tingkat kerusakan tanaman
yang paling rendah.
139
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.13 No.2, Desember 2016, 139-155
kualitas kayu menurun bahkan dapat meng- hama ulat daun G. agamemnon pada tanaman
akibatkan kematian tanaman. Oleh karena itu, muda di lapangan dan serangan penyakit
keberadaan hama dan penyakit perlu diantisipasi Fusarium sp. dapat menyebabkan tanaman
sedini mungkin. gundul dan mati (Asmaliyah & Imanullah, 2012;
Bambang lanang (Michelia champaca Linn.) Asmaliyah et al., 2013). Oleh karena itu tindakan
merupakan salah satu jenis pohon unggulan lokal perlindungan terhadap tanaman bambang lanang
yang potensial untuk dikembangkan di Sumatera dari serangan hama dan penyakit penting
Bagian Selatan (Sumbagsel) dalam bentuk hutan dilakukan untuk mengantisipasi kerugian yang
tanaman, karena jenis ini merupakan jenis asli terjadi.
daerah Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) Faktor penyiapan lahan merupakan salah satu
dan mempunyai nilai kompetitif yang cukup faktor yang dapat mempengaruhi per-
tinggi, baik dalam pertumbuhan maupun nilai kembangan serangan hama dan penyakit serta
ekonominya (Winarno & Waluyo, 2007). Seperti kesehatan tanaman. Morris et al. (2010)
halnya jenis tanaman lainnya yang ditanam menyatakan bahwa pengolahan tanah merupakan
secara monokultur rentan terhadap berbagai bagian dari persiapan lahan yang menentukan
gangguan hama dan penyakit, contoh kasus kesehatan pertumbuhan tanaman dan kerentanan
serangan penyakit karat puru atau tumor tanaman terhadap agen perusak biotik dan
Uromycladium tepperianum Sacc. pada tanaman abiotik. Jactel et al. (2009), menyatakan bahwa
sengon (Falcataria moluccana (Niq) Barneby`& pengolahan tanah dengan membajak dapat
J.W Grimes) di pulau Jawa, telah menyebabkan mendukung penyebaran Heterobasidion
kerugian cukup besar karena banyak tanaman annosum (Fr.) Bref. dan Armillaria ostoyae
sengon yang mati (Charomaini & Ismail, 2008) (Romagnesi) Henrik pada pohon hutan. Namun
dan menurunkan produk kayu sengon secara penyiapan lahan dapat juga berfungsi mencegah,
besar-besaran (Rahayu, 2008). Serangan rayap menekan dan mengendalikan berkembangnya
Coptotermes curvignathus Holm. pada tanaman serangan hama dan penyakit (Mile, 2007; Hobbs
Acacia mangium Willd. di Sumatera, telah et al., 2008). Pengolahan tanah dapat meng-
menyebabkan kematian tanaman muda di hambat pertumbuhan populasi hama atau dapat
lapangan sebesar 10-50% pada tahun pertama membunuh langsung hama yang hidup dalam
penanaman dan serangan hama Hypsipyla tanah atau mencegah hama dalam tanah yang
robusta Moore pada tanaman mahoni (Swietenia dapat mengganggu tanaman (Untung, 2013) dan
macrophylla King) di Jawa Barat-Indonesia dan dapat mengurangi keberadaaan hama dan sisa-
Kerala-India sebanyak 70-90% tanaman mahoni sisa tanaman yang dapat menjadi pengganggu
terserang, yang mengakibatkan pembangunan (Prasetyo et al., 2014).
tanaman mahoni gagal (Nair, 2007). Tanaman Persiapan lahan merupakan bagian integral
bambang lanang juga tidak luput dari berbagai dari pembangunan tanaman hutan dengan tujuan
gangguan hama dan penyakit. untuk mendapatkan daya hidup tanaman yang
Hasil penelitian sebelumnya ditemukan tinggi dan pertumbuhan awal yang cepat. Teknik
adanya serangan hama dan penyakit pada penyiapan lahan yang dapat diaplikasikan untuk
tanaman bambang lanang di berbagai lokasi membangun suatu tegakan tanaman hutan adalah
hutan rakyat di Sumatera Selatan, baik pada teknik penyiapan lahan tanpa olah tanah, olah
tanaman muda maupun tegakan dewasa. tanah maksimum (sempurna) dan olah tanah
Beberapa jenis hama dan penyakit tersebut minimum (Wahyuningtyas, 2010). Teknik olah
adalah (1) hama ulat daun Graphium agamemnon tanah minimum merupakan teknik konservasi
L., ulat pelipat daun Sorolopha cumarotis, tanah yang mengupayakan gangguan mekanis
kumbang Aulexis sp. kepik, penyakit bercak daun terhadap tanah seminimum mungkin
yang disebabkan oleh patogen cendawan (Wahyuningtyas, 2010). Menurut Jayasumarta
Cercospora sp., Colletotrichum sp dan (2012), pengolahan tanah minimum adalah
Curvularia sp., (2) penyakit pembuluh hitam pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas
pada batang yang disebabkan oleh patogen sejajar kontur dengan cara, membuat lubang
cendawan Fusarium sp. Kerusakan akibat tanam dan pengolahan tanah seperlunya.
beberapa serangan hama dan penyakit tersebut Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
belum terlihat nyata pengaruhnya terhadap perkembangan serangan hama dan penyakit pada
pertumbuhan dan kualitas tanaman (Asmaliyah tanaman bambang lanang dan tingkat kerusakan
& Imanullah, 2012). Kerusakan akibat serangan tanaman pada berbagai teknik persiapan lahan.
140
Pengaruh Teknik Persiapan Lahan terhadap Serangan Hama Penyakit
pada Tegakan Bambang Lanang
Asmaliyah, Abdul Hakim Lukman dan Nina Mindawati
141
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.13 No.2, Desember 2016, 139-155
Tabel (Table) 2. Klasifikasi tingkat kerusakan daun yang disebabkan oleh penyakit (Classification level
of leaf damage caused by disease)
Tingkat kerusakan Tanda kerusakan yang terlihat pada daun Nilai
(Level damage) (Signs of damage on leaves) (Score)
Sehat (Healthy) - Tidak ada serangan atau daun sehat 0
Ringan (Light) - Intensitas kerusakan ≤ 10% 1
Agak berat (Rather heavy) - Intensitas kerusakan antara 10% < x ≤-25% 2
Berat (Heavy) - Intensitas kerusakan antara 25% < x ≤45% 3
Sangat berat (V ery heavy) - Intensitas kerusakan antara > 45% < x ≤75% 4
Gagal (Failed) - Intensitas kerusakan antara x > 75% 5
142
Pengaruh Teknik Persiapan Lahan terhadap Serangan Hama Penyakit
pada Tegakan Bambang Lanang
Asmaliyah, Abdul Hakim Lukman dan Nina Mindawati
Tabel (Table) 3. Persentase serangan dan intensitas serangan hama pada bambang lanang berdasarkan
teknik persiapan lahan (Percentage and intensity of pest attacks on bambang lanang
stand based on land preparation techniques)
Jenis hama (Pest species)
G. agamemnon S. cumarotis Leaf minner
Perlakuan Persen Intensitas Persen Intensitas Persen Intensitas
(Treatment) serangan serangan serangan serangan serangan serangan
(Attack (Attack (Attack (Attack (Attack (Attack
percentage) intensity) percentage) intensity) percentage) intensity)
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Perbersihan total 50,87 a 7,79 b 16,40 a 3,56 a 48,79 a 8,12 b
(Total clearing)
Pembersihan jalur 49,58 a 12,19 b 16,69 a 6,26 a 54,44 a 13,76 ab
(Strip clearing)
Cemplongan 51,00 a 22,37 a 3,77 b 4,47 a 33,23 a 19,60 a
(Circle clearing)
Keterangan (Remaks) : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada taraf
5% (Number followed by the sama letter showed no significant differences at 5% level)
Persentase serangan (%)
(Attack intensity)
Gambar (Figure) 1. Dinamika serangan hama G. agamemnon pada tanaman bambang lanang pada
berbagai teknik penyiapan lahan (Dynamics of pest infestation by G. agamemnon on
bambang lanang stand based on land preparaton techniques)
Persentase serangan (%)
(Attack percentage)
Gambar (Figure) 2. Dinamika perkembangan hama S. cumarotis pada tanaman bambang lanang pada
berbagai teknik penyiapan lahan (Dynamics of pest infestation by S. cumarotis on
bambang lanang stand based on land preparation techniques)
143
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.13 No.2, Desember 2016, 139-155
Hasil uji lanjut pada setiap waktu pengamatan pada penyiapan lahan secara cemplongan selalu
menunjukkan bahwa persentase serangan dan paling rendah dan cenderung berbeda nyata
intensitas serangan S. cumarotis antara perlakuan dengan perlakuan penyiapan lahan secara total
cenderung berbeda, tetapi pada perlakuan dan jalur, sebaliknya intensitas serangan ulat
penyiapan lahan secara cemplongan cenderung pengorok daun pada perlakuan penyiapan lahan
paling rendah dan berbeda nyata dengan secara total selalu paling rendah dan berbeda
perlakuan penyiapan lahan secara total dan jalur nyata dengan perlakuan penyiapan lahan secara
(Lampiran 1). jalur dan cemplongan (Lampiran 1).
(Attack intensity)
Gambar (Figure) 3. Dinamika serangan hama ulat pengorok daun pada tanaman bambang lanang pada
berbagai teknik penyiapan lahan (Dynamics of pest infestation by leaf minner on
bambang lanang stand based on land preparation techniques)
144
Pengaruh Teknik Persiapan Lahan terhadap Serangan Hama Penyakit
pada Tegakan Bambang Lanang
Asmaliyah, Abdul Hakim Lukman dan Nina Mindawati
lanjut menunjukkan bahwa rata-rata persentase cenderung berbeda nyata dengan perlakuan
serangan Colletotrichum sp. pada areal dengan penyiapan lahan secara jalur dan cemplongan
teknik penyiapan lahan secara total tidak berbeda (Lampiran2).
nyata dengan teknik penyiapan lahan secara jalur,
tetapi berbeda nyata dengan teknik penyiapan b. Cendawan Cercospora sp.
lahan secara cemplongan sedangkan intensitas
Trend perkembangan serangan patogen
serangan Colletotrichum sp. tidak berbeda nyata
Cercospora sp. pada setiap perlakuan penyiapan
antara semua teknik penyiapan lahan (Tabel 4).
lahan dapat dilihat pada Gambar 5. Trend
Hasil uji lanjut pada setiap waktu penga-
perkembangan persentase serangan Cercospora
matan menunjukkan bahwa persentase serangan
sp. meningkat pada semua teknik penyiapan
Colletotrichum sp. pada perlakuan penyiapan
lahan. Trend perkembangan intensitas serangan
lahan seacra cemplongan paling rendah dan
menurun pada teknik penyiapan lahan secara
berbeda nyata dengan perlakuan penyiapan lahan
jalur dan cemplongan, sebaliknya pada teknik
secara jalur dan total, sebaliknya intensitas
penyiapan lahan secara total meningkat.
serangan Colletotrichum sp. pada perlakuan
Peningkatan persentase serangan paling tinggi
penyiapan lahan secara total paling rendah dan
Tabel (Table) 4. Persentase serangan dan intensitas serangan penyakit pada bambang lanang
berdasarkanteknik penyiapan lahan (Percentage and intensity of diseasesattack on
bambang lanangstand based on land preparation techniques)
Jenis patogen (Pathogents species)
Colletotrichum sp. Cercospora sp. Curvularia sp.
Perlakuan Persen Intensitas Persen Intensitas Persen Intensitas
(Treatment) serangan serangan serangan serangan serangan serangan
(Attack (Attack (Attack (Attack (Attack (Attack
percentag) intensity) percentag) intensity) percentag) intensity)
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Pembesihan total 41,80 a 13,36 a 42,37 a 10,34 a 10,72 a 5,71 a
(Total clearing)
Pembersihan jalur 30,56 ab 14,45 a 39,22 a 14,77 a 15,69 ab 10,53 a
(Strip clearing)
Cemplongan 20,32 b 17,57 a 38,86 a 28,67 b 22,83 b 20,76 b
(Circle clearing)
Keterangan (Remaks) : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata pada
taraf 5% (Number followed by the sama letter showed no significant differences at 5% level)
Intensitas serangan (%)
Persentase serangan (%)
(Attack percentage)
(Attack intensity)
Gambar (Figure) 4. Dinamika serangan Colletotrichum sp. pada bambang lanang pada berbagai teknik
penyiapan lahan (Dynamics of Colletotrichum sp. infestation on bambang lanang
stand based on land preparations techniques)
145
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.13 No.2, Desember 2016, 139-155
pada areal dengan teknik penyiapan lahan secara lahan secara total lebih rendah dibandingkan
total dan paling rendah terjadi pada penyiapan teknik penyiapan lahan secara jalur. Hasil uji
lahan secara jalur. Penurunan intensitas serangan lanjut menunjukkan bahwa persentase serangan
paling tinggi terjadi pada teknik penyiapan lahan dan intensitas serangan pada areal dengan
secara jalur. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa penyiapan lahan secara total paling rendah
rata-rata persentase serangan Cercospora sp. dibandingkan teknik penyiapan lahan lainnya,
paling rendah pada areal dengan penyiapan lahan tetapi tidak berbeda nyata dengan penyiapan
secara total dan tidak berbeda nyata dengan tek- lahan secara jalur dan berbeda nyata dengan
nik penyiapan lahan secara jalur tetapi berbeda penyiapan lahan secara cemplongan (Tabel 4).
nyata dengan teknik penyiapan lahan secara Hasil uji lanjut pada setiap waktu pengamatan
cemplongan. Rata-rata intensitas serangannya menunjukkan bahwa persentase serangan dan
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara intensitas serangan Curvularia sp. pada teknik
teknik penyiapan lahan (Tabel 4). penyiapan lahan secara total paling rendah dan
Hasil uji lanjut pada setiap waktu pengamatan berbeda nyata dengan perlakuan penyiapan lahan
menunjukkan bahwa perbedaan persentase secara jalur dan cemplongan (Lampiran 2).
serangan Cercospora sp. antara perlakuan
penyiapan lahan selalu berbeda, sebaliknya B. Pembahasan
intensitas serangan Cercospora sp. pada
1. Hama
perlakuan penyiapan lahan secara total
cenderung paling rendah dan berbeda nyata Hasil uji lanjut dan trend perkembangan
dengan perlakuan penyiapan lahan secara jalur hama, menunjukkan bahwa perlakuan teknik
dan cemplongan (Lampiran 2). penyiapan lahan secara total paling efektif dalam
menghambat perkembangan serangan hama
c. Cendawan Curvularia sp. dibandingkan teknik penyiapan lahan secara
jalur dan cemplongan yang berakibat pada
Trend perkembangan serangan patogen
penurunan dan rendahnya tingkat kerusakan
Curvularia sp. pada setiap perlakuan penyiapan
tanaman akibat serangan hama. Hal ini diduga
lahan dapat dilihat pada Gambar 6. Trend
disebabkan berkurangnya atau musnahnya
perkembangan persentase serangan dan
sumber makanan, tempat hidup sementara atau
intensitas serangan Curvularia sp. menurun pada
tempat berlindung atau tempat peletakan telur
teknik penyiapan lahan secara cemplongan,
serangga hama, karena teknik penyiapan lahan
sedangkan trend perkembangan persentase
secara total membuat gulma, rumput, semak dan
serangan dan intensitas serangan pada teknik
sisa-sisa tanaman hancur dan tidak tersedia.
penyiapan lahan secara total dan jalur mengalami
Gulma, rumput atau semak tersebut merupakan
peningkatan. Peningkatan persentase serangan
sumber nektar bagi imago hama, tempat hidup
dan intensitas serangan pada teknik penyiapan
hama sementara atau tempat peletakan telur atau
Persentase serangan (%)
(Attack intensity)
Gambar (Figure) 5. Dinamika serangan Cercospora sp. pada tanaman bambang lanang pada berbagai
teknik penyiapan lahan (Dynamics of Cercospora sp. infestation on bambang
lanangstand based on land preparationstechniques)
146
Pengaruh Teknik Persiapan Lahan terhadap Serangan Hama Penyakit
pada Tegakan Bambang Lanang
Asmaliyah, Abdul Hakim Lukman dan Nina Mindawati
(Attack intensity)
Bulan pengamatan (Month of observation) Bulan pengamatan (Month of observation)
Gambar (Figure) 6. Dinamika serangan Curvularia sp. pada tanaman bambang lanang pada berbagai
teknik penyiapan lahan (The development trend of attack percentage and attack
intensity of Curvularia sp. on bambang lanang in various of land preparations
system)
tempat bersembunyi dari lingkungan yang tidak serangga bermigrasi ke tempat lain yang sesuai
menguntungkan bagi serangga imago pada dan menguntungkan untuk kehidupan dan
umumnya (Untung, 2013), termasuk juga imago perkembangan serangga.
G. agamemnon, S. cumarotis dan serangga Kondisi ini sangat berbeda pada penyiapan
pengorok daun. Hasil pengamatan yang lahan secara jalur dan cemplongan dimana
dilakukan Lestari et al. (2015), menunjukkan gulma, rumput dan semak-semak selalu tersedia
bahwa kupu G. agamemnon selalu ditemukan disekitar tanaman sepanjang tahun. Oleh karena
terbang di sekitar rumput dan semak di kawasan itu populasi hama pada penyiapan lahan secara
Hutan Campuran Wana Wisata Alas Bromo, Jawa jalur dan cemplongan lebih tinggi yang
Tengah. Menurut Bariyah (2011), kupu-kupu berdampak pada tingginya tingkat kerusakan
yang sering terlihat mengunjungi tanaman tidak tanaman bambang lanang pada kedua penyiapan
hanya untuk mencari makanan berupa nektar atau lahan tersebut. Berlimpahnya sumber makanan,
serbuk sari tetapi juga untuk meletakkan telur dan tempat untuk berlindung atau tempat untuk
mencari tempat persembunyiannya. peletakan telur juga mempengaruhi tingkat
Ketersediaan tumbuhan inang sebagai pakan di kerusakan tanaman. Kondisi ini yang diduga
alam sangat menentukan keberlangsungan hidup menyebabkan tingkat kerusakan tanaman pada
kupu-kupu dari famili Papilionidae ini (Maulidia, penyiapan lahan secara cemplongan paling tinggi
2011). Dampak dari kondisi tersebut membuat dibandingkan dengan teknik penyiapan lahan
ketahanan hidup hama dan laju peningkatan secara jalur karena gulma, rumput dan semak
populasi hama menurun dan terhambat karena lebih banyak jenis dan populasinya dibandingkan
perkembangbiakannya terganggu. Hasil dengan teknik penyiapan secara jalur.
penelitian Manopo et al. (2013) dan Pratama et Faktor lain yang juga mendukung kondisi
al. (2015), menunjukkan bahwa areal tanaman tersebut adalah iklim mikro. Iklim mikro di
yang tidak dilakukan pembersihan atau sanitasi sekitar tanaman pada penyiapan lahan secara
dari gulma dan rumput lebih tinggi populasi total tidak menguntungkan untuk kehidupan dan
hamanya dibandingkan areal yang dilakukan perkembangan serangga hama karena diduga
pembersihan gulma, karena spesies gulma tingginya intensitas cahaya dan suhu serta
tertentu dapat dimanfaatkan sebagai tempat rendahnya kelembaban di areal tersebut. Kondisi
berlindung, tempat peletakan telur atau sebagai ini dapat menyebabkan sebagian besar kupu atau
sumber nektar bagi imago hama. Selanjutnya ulat, termasuk kupu G. agamemnon terhambat
Untung (2013), menyatakan bahwa teknik aktivitas terbangnya, kupu akan kehilangan
penyiapan lahan yang tepat dapat mengurangi keseimbangan tubuhnya ketika terbang karena
kesesuaian ekosistem bagi kehidupan serangga tidak dapat menggerakkan sayapnya secara
hama baik sebagai makanan, tempat hidup, optimal karena mengalami dehidrasi. Aktivitas
tempat peletakan telur dan untuk makan ulat juga terganggu, karena pada saat suhu
persembunyiannya, sehingga populasi serangga tinggi dan intensitas cahaya sangat tinggi, ulat
menurun karena banyak serangga yang mati atau hanya beristirahat dan bersembunyi untuk
147
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.13 No.2, Desember 2016, 139-155
melindungi dirinya dari terik matahari yang akan berada pada aras keseimbangan. Oleh karena itu
mengakibatkan dehidrasi, akibat dari kondisi ini keberadaan musuh alami penting untuk
perkembangan serangga menjadi terhambat dipertahankan dengan cara mengelola habitat
karena energi yang dibutuhkan tidak cukup untuk lahan, sehingga mendukung untuk kehidupan
pertumbuhan dan perkembangbiakan serangga, dan perkembangan musuh alami (Untung, 2013).
ketahanan hidup serangga dan laju peningkatan Kenyataan ini terlihat selama pengamatan dan
populasi menjadi menurun, yang berdampak pengumpulan data di lapangan banyak
pada penurunan tingkat kerusakan tanaman ditemukan serangga parasit dari jenis Apanteles
menurun pada generasi berikutnya (Maulidia, sp. (Braconidae; Hymenoptera) pada areal
2011). Kondisi ini juga akan menyebabkan kupu dengan penyiapan lahan secara total. Parasit
serangga bermigrasi ketempat lain untuk mencari Apanteles sp. banyak ditemukan pada ulat S.
tempat yang menguntungkan, akibatnya jumlah cumarotis yang saat itu populasinya sedang
populasi serangga pada penyiapan lahan secara berlimpah, terutama pada tahun kedua
total menjadi menurun dan berdampak pada pengamatan.
menurunnya tingkat kerusakan tanaman pada Keberadaan musuh alami diduga dipicu oleh
generasi berikutnya. meningkatnya jumlah populasi ulat yang
Faktor iklim mikro juga diduga mem- disebabkan melimpahnya ketersediaan pakan,
pengaruhi tingkat toleransi tanaman bambang berupa pucuk daun dan daun-daun muda tanaman
lanang terhadap serangan hama dan penyakit. bambang lanang yang cukup banyak pada waktu
Pengolahan tanah yang cocok dan tepat dalam musim hujan (Januari, April, Juli dan November
budidaya tanaman dapat mempengaruhi iklim 2013) (Lampiran 3). Kondisi cuaca keadaan
mikro sehingga menghasilkan tanaman yang mendung dan teduh di areal teknik penyiapan
sehat, kuat dan pertumbuhan yang optimal lahan secara total telah mendorong peningkatan
(Morris et al., 2010; Untung, 2013), sehingga populasi serangga hama dengan cepat yang
tanaman menjadi lebih mampu menahan ditunjukkan dengan tingginya persentase
serangan hama, akan lebih toleran terhadap serangan. Namun peningkatan tersebut tidak
serangan hama dan akan lebih cepat mengatasi berjalan terus karena musuh alami akan
kerusakan yang terjadi akibat serangan hama menekan, sehingga populasi kembali menurun,
dengan cara penyembuhan fisiologis lainnya yang berdampak pada rendahnya tingkat
(Untung, 2013) serta berkurangnya jumlah kerusakan tanaman (Untung, 2013). Kondisi ini
organisme hama dan penyakit (Jactel et al., juga yang terjadi pada penyiapan lahan secara
2009). Pertumbuhan tanaman bambang lanang jalur, selain lingkungan fisik yang memang
pada areal dengan teknik penyiapan lahan secara cukup menguntungkan untuk kehidupan dan
total paling optimal karena mendapatkan perkembangan serangga, banyaknya per-
penyinaran yang penuh yang sangat dibutuhkan tumbuhan pucuk-pucuk daun muda mendorong
tanaman bambang lanang yang termasuk jenis terjadinya peningkatan serangga hama tetapi
tanaman intoleran. Hasil pengamatan terhadap populasi kembali menurun karena adanya
pertumbuhan tanaman terlihat pertumbuhan penekanan oleh musuh alami. Selain itu
tanaman bambang lanang pada areal dengan keberadaan musuh alami di areal teknik
teknik penyiapan lahan secara total jauh lebih penyiapan lahan secara total diduga lebih sesuai
baik dibandingkan pada teknik penyiapan lahan untuk perkembangan serangga parasitoid yang
secara jalur dan cemplongan. Pertumbuhan membutuhkan temperatur tinggi untuk perkem-
tanaman bambang lanang pada penyiapan lahan bangbiakannya (Riyanto et al., 2011).
secara total mempunyai rata-rata tinggi sebesar Adanya peningkatan persentase serangan
2,65 m dengan diameter 4,28 cm pada penyiapan hama pada perlakuan penyiapan lahan secara
lahan secara jalur mempunyai rata-rata tinggi total diduga dipengaruhi oleh banyaknya
tanaman sebesar 2,04 m dengan diameter 2,17 cm pertumbuhan pucuk-pucuk muda dan daun-daun
dan rata-rata tinggi tanaman sebesar 0,82 m yang menyebabkan berlimpahnya sumber
dengan diameter 1,08 cm pada penyiapan lahan makanan bagi ulat dan tempat untuk peletakan
secara cemplongan. telur bagi kupu ketiga serangga hama tersebut.
Faktor lain yang juga diduga mendukung Pucuk-pucuk daun ini merupakan sumber
kondisi tersebut adalah faktor agen hayati, yaitu makanan dan tempat peletakan telur yang disukai
musuh alami. Musuh alami secara alami oleh ulat dan kupu S. cumarotis sedangkan daun-
memiliki peranan yang sangat penting dalam daun merupakan sumber makanan dan tempat
pengaturan populasi serangga hama agar tetap peletakan telur yang paling disukai oleh ulat dan
148
Pengaruh Teknik Persiapan Lahan terhadap Serangan Hama Penyakit
pada Tegakan Bambang Lanang
Asmaliyah, Abdul Hakim Lukman dan Nina Mindawati
kupu G. agamemnon dan serangga pengorok pucuk daun diikuti dengan adanya hujan, seperti
daun. Peningkatan pertumbuhan pucuk–pucuk yang terjadi pada penelitian ini. Colletotrichum
daun muda dan daun-daun muda ini diduga sp. merupakan cendawan patogen penyakit
dipengaruhi oleh curah hujan yang cukup tinggi bercak daun yang menyukai pucuk-pucuk muda
baik pada waktu pengamatan atau sebelum (flush) (Meliala, 2009). Faktor lain yang juga
pengamatan terutama pada tahun kedua mendukung peningkatan persentase serangan
pengamatan. Colletotrichum sp. adalah adanya luka karena
Banyaknya pertumbuhan pucuk-pucuk terbakar matahari yang terjadi pada daun-daun
muda ini yang diduga menyebabkan persentase muda bambang lanang akibat tingginya
serangan dan intensitas serangan S. cumarotis intensitas cahaya pada penyiapan lahan secara
pada penyiapan lahan secara cemplongan paling total yang memicu terjadinya infeksi.
rendah. Pertumbuhan tanaman bambang lanang Colletotrichum sp. merupakan cendawan parasit
pada penyiapan lahan secara cemplongan sangat lemah yang hanya dapat menginfeksi tanaman
terhambat, sehingga banyak tanaman yang mati yang lemah, terutama melalui luka-luka
atau tumbuh merana dan hanya sebagian kecil termasuk luka karena terbakar matahari (Meliala,
yang masih baik pertumbuhannya. Kondisi ini 2009). Kondisi ini berbeda dengan penyiapan
menyebabkan tanaman bambang lanang pada lahan secara jalur, yang mendorong tingginya
areal dengan penyiapan secara cemplongan tidak infeksi Colletotrichum sp. disebabkan hanya
terpilih sebagai makanan atau tempat peletakan karena banyaknya pucuk-pucuk muda yang
telur oleh ulat S. cumarotis yang membutuhkan sedang tumbuh. Infeksi yang terjadi pada
pucuk daun muda untuk makanannya dan tempat penyiapan lahan secara cemplongan disebabkan
meletakkan telur, sehingga hanya sebagian kecil lemahnya kondisi tanaman bambang lanang
saja tanaman yang terserang ulat tersebut yang karena pertumbuhan yang kurang optimal.
pucuk daun mudanya tumbuh. Kondisi ini Persentase serangan Colletotrichum sp.
berdampak pada rendahnya tingkat kerusakan pada perlakuan penyiapan lahan secara total
tanaman pada perlakuan penyiapan lahan secara paling tinggi, namun berdasarkan trend per-
cemplongan. kembangan menunjukkan persentase serangan
Kebanyakan serangga pemakan tumbuhan patogen Colletotrichum sp. menurun pada
(fitopag), pemilihan inang sebagai tempat untuk penyiapan lahan secara total. Hal ini menun-
peletakan telur dan makanan adalah hal yang jukkan bahwa teknik penyiapan lahan secara total
penting dan menjadi titik yang paling kritis untuk paling cocok dan tepat untuk budidaya tanaman
kelangsungan hidup. Fase peletakan telur bambang lanang. Pada tahun-tahun kedepan
merupakan fase kritis bagi serangga, sehingga serangan penyakit ini tidak akan menjadi
serangga dewasa atau imago harus menemukan permasalahan dalam budidaya tanaman bambang
inang yang paling sesuai untuk kelangsungan lanang.
hidup dan keturunannya. Oleh kerana itu, Rendahnya intensitas serangan pada
diperlukan nutrisi yang cukup sebagai sumber tanaman bambang lanang diduga disebabkan
energi bagi serangga untuk bereproduksi, daya bekerjanya sistem ketahanan tumbuhan karena
bertahan hidup, pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sehat, adanya luka atau terinfeksi
serangga (Falahudin et al., 2015). patogen (Meliala, 2009; Hanif et al., 2012).
Sesuai dengan pendapat Chadeganipour et al.
2. Penyakit (2010) dan Soesanto et al. (2011) bahwa sebaran
dan perkembangan penyakit daun di lapangan
Hasil uji lanjut dan trend perkembang
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar
penyakit, menunjukkan bahwa serangan
tanaman (iklim mikro) dan sifat genetik
penyakit bercak daun yang disebabkan oleh
pendukung ketahanan tanaman. Sifat genetik
patogen Colletotrichum sp. pada perlakuan
pertahanan tanaman dapat bekerja jika
penyiapan lahan secara total paling tinggi,
pertanaman sehat. Bekerjanya sistem ketahanan
sebaliknya intensitas serangannya paling rendah
tanaman dapat menyebabkan tanaman menjadi
dibandingkan penyiapan lahan secara jalur dan
lebih mampu menahan serangan penyakit, lebih
cemplongan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh
toleran dan lebih cepat mengatasi kerusakan yang
banyaknya pucuk-pucuk muda bambang lanang
terjadi akibat serangan penyakit dengan cara
yang sangat disukai oleh cendawan Colleto-
penyembuhan fisiologis lainnya serta ber-
trichum sp. Infeksi patogen Colletotrichum sp.
kurangnya patogen penyakit. Tanaman yang
akan semakin berat jika pembentukan pucuk-
sehat disebabkan iklim mikro di areal penyiapan
149
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.13 No.2, Desember 2016, 139-155
lahan secara total cocok atau sesuai untuk karena diprediksi akan menjadi masalah pada
budidaya bambang lanang. Salah satu bentuk tahun-tahun ke depan. Oleh karena itu tindakan
ketahanan tanaman dalam menekan perkem- pengendalian secara dini perlu dilakukan.
bangan patogen Colletotrichum sp. adalah Meningkatnya serangan patogen ini pada
dengan cara menggugurkan daun yang terserang perlakuan penyiapan lahan secara total diduga
lebih cepat, sehingga tidak menyebar pada daun- karena banyak daun tua pada tanaman bambang
daun yang sehat. Gugur daun tersebut terjadi lanang. Peningkatan jumlah daun akan semakin
karena terbentuknya lapisan absisi, salah satu banyak jika pertumbuhan tanaman optimal. Oleh
bentuk ketahanan atau pertahanan tumbuhan karena itu seiring dengan bertambahnya umur
inang terhadap serangan patogen. (Meliala, 2009; tanaman, jumlah daun pada tanaman bambang
Purwantisari & Hastuti, 2009). Kondisi ini lanang semakin banyak. Kondisi ini sangat
berdampak intensitas serangan Colletotrichum mendukung untuk perkembangan patogen
sp. menjadi turun dan rendah. Cercospora spp. dan Curvularia sp. karena
Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa menurut Apriyadi et al. (2013), insiden penyakit
intensitas serangan patogen Cercospora sp. dan Cercospora banyak terjadi pada daun-daun tua.
Curvularia sp. paling rendah terjadi pada Serangan Cercospora sp. dan Curvularia sp.
perlakuan penyiapan lahan secara total dan paling tinggi, tetapi dilihat dari trend
paling tinggi terjadi pada perlakuan penyiapan perkembangannya menurun. Hal ini diduga
lahan secara cemplongan. Tingginya persentase disebabkan oleh berkurang atau musnahnya
serangan dan intensitas serangan serangan daun-daun tua yang terserang kedua patogen
patogen Cercospora sp. dan Curvularia sp. pada tersebut karena gugur. Walaupun banyak
perlakuan penyiapan lahan secara cemplongan, menyerang tanaman-tanaman yang lemah, tetapi
diduga karena iklim mikro di sekitar tanaman perkembangannya tidak sampai meluas karena
mendukung untuk sebaran dan perkembangan jumlah daun tua semakin berkurang atau musnah,
patogen Cercospora sp. dan Curvularia sp. karena gugur (Meliala, 2008). Sebaliknya
Serangan Cercospora sp. dan Curvularia sp. serangan patogen Curvularia sp. paling rendah
terjadi sepanjang musim, tetapi lebih banyak pada penyiapan lahan secara total, tetapi trend
terjadi pada musim hujan, pada daun-daun tua, perkembangannya meningkat, walaupun sangat
semakin tua daun semakin rentan terhadap rendah. Kondisi seperti ini perlu diwaspadai,
serangan patogen ini. Serangan patogen dengan cara melakukan tindakan pengendalian
Cercospora sp. dan Curvularia sp. sangat dibantu secara dini, agar serangan tidak meningkat atau
oleh kelembaban udara yang tinggi, pemberian meluas. Salah satu cara pengelolaan patogen
peneduh yang terlalu rimbun, kondisi tanaman Cercospora sp., Curvularia sp. atau Colleto-
yang gelap. Pada lingkungan yang menguntung- trichum sp. agar tidak muncul atau tidak meluas
kan serangan patogen Cercopsora sp. dan adalah selalu mengusahakan agar pertumbuhan
Curvularia sp. dapat juga menyerang daun-daun tanaman selalu optimum atau mendekati
muda (Meliala, 2009). Kondisi ini terwakili di optimum. Oleh karena itu teknik penyiapan lahan
areal penyiapan lahan secara cemplongan dan secara total dalam budidaya bambang lanang
serangan patogen ini semakin meluas diduga merupakan cara yang dapat digunakan, sehingga
karena didukung dengan curah hujan yang tinggi menghasilkan pertumbuhan tanaman yang sehat,
yang terjadi pada saat pengamatan atau sebulan kuat dan produktif.
sebelum pengamatan (Lampiran 2 dan Lampiran
3).
Rendahnya tingkat kerusakan tanaman IV. KESIMPULAN DAN SARAN
akibat serangan patogen di areal penyiapan lahan
secara total, disebabkan tingginya intensitas A. Kesimpulan
cahaya yang dapat membunuh atau mematikan
Perkembangan serangan hama G. agamem-
sumber inokulum patogen Cercopspora sp. dan
non, S. cumarotis dan ulat pengorok daun cen-
Curvularia sp. yang sering bertahan di tanah
derung menurun pada berbagai teknik penyiapan
(Apriyadi, 2013). Namun jika dilihat dari trend
lahan seiring dengan bertambahnya umur
perkembangan persentase serangan dan
tanaman, namun tingkat kerusakan tanaman
intensitas serangan Cercospora sp. dan
akibat serangan hama pada teknik penyiapan
Curvularia sp. meningkat pada teknik penyiapan
lahan secara total paling rendah. Perkembangan
lahan secara total, walaupun peningkatannya
serangan patogen Colletotrichum sp. cenderung
rendah, keberadaan patogen ini perlu diwaspadai
150
Pengaruh Teknik Persiapan Lahan terhadap Serangan Hama Penyakit
pada Tegakan Bambang Lanang
Asmaliyah, Abdul Hakim Lukman dan Nina Mindawati
menurun pada perlakuan penyiapan lahan secara pakan di areal kampus Universitas Islam
total dan paling rendah intensitas serangannya Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.
sedangkan serangan patogen Cercospora sp. dan Skripsi: Program Studi Biologi Fakultas Sains
Curvularia sp. cenderung meningkat. Namun dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta.
persentase serangan dan intensitas serangan
patogen Cercospora sp. dan Curvularia sp. Charomaini, M. & Ismail, B. (2008). Indikasi awal
paling rendah pada perlakuan penyiapan lahan ketahanan sengon (Falcataria moluccana)
secara total dibandingkan perlakuan penyiapan provenan Papua terhadap jamur Uromy-
lahan secara jalur dan cemplongan. cladium pepperianum penyebab penyakit karat
tumor (Gall rust). Jurnal Pemuliaan Tanaman
Hutan, 2(2), 203-209.
B. Saran
Chadeganipour, M., Shadzi, S., Nilipour, S., &
Pembuatan hutan tanaman bambang lanang Ahmadi, G. (2010). Airborne fungi in isfahan
sebaiknya dibangun dengan cara penyiapan lahan and evaluation of allergenic responses of their
secara tebas total atau pada lahan terbuka untuk extracts in animal model. JJM, 3(4), 155-160.
mendapatkan pertumbuhan tanaman yang Falahudin, I., Rosa, E., & Mawar, E. (2015).
optimal dan beresiko rendah terhadap serangan Identifikasi serangga ordo Coleoptera pada
hama dan penyakit. tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) di
Desa Tirta Mulya kecamatan Makarti Jaya
kebupaten Banyuasin I. Jurnal Biota, 1(1), 9-
UCAPAN TERIMA KASIH 15
Hanif, A., Suryanto, D., & Nurwahyuni, I. (2012).
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pemanfaatan bakteri kitinolitik dalam meng-
semua pihak yang telah membantu pelaksanaan hambat pertumbuhan Curvularia sp. penyebab
penelitian ini, terutama kepada Bapak Sugandi penyakit bercak daun pada tanaman mentimun.
atas dukungan dan penyediaan tempat, sehingga Saintia Biologi, 1(1), 1-7.
penelitian ini dapat dilaksanakan. Penulis juga Hobbs, P.R., Sayre, K., & Gupta, R. (2008). The role
mengucapkan terima kasih yang sebesar- of conservation agriculture in sustainable
besarnya kepada Saudara Diana Febrianti, Rista agriculture. The Royal Society Publishing.
Novalina, Andika Imanullah, Nesti Andriani Philos. Trans. R. Soc. Lond. B. Biol. Sci.,
yang telah banyak membantu dalam pengam- 363(1491), 543-555.
bilan data di lapangan. Jactel, H., Nicoll, B.C., Branco, M., Gonzalez-
Olabarria, J.R., Grodzki, W., Langstrom, B.,
Moreira, F., Netherer, S., Orazio, C., Piou, D.,
DAFTAR PUSTAKA Santos, H., Schelhaas, H.J., Tojic, K., & Vodde,
F. (2009). The influences of forest stand
Apriyadi, A.R., Wahyuni, W.S., Supartini, V. (2013). management on biotic and abiotic risks of
Pengendalian penyakit patik (Cercospora damages. Annals of Forest Science, 66,
nicotianae) pada tembakau NA OOGST secara 701p1-701p18. www.afs-journal.org. Tanggal
in-vivo dengan ekstrak daun gulma kipahit akses 17 November 2016.
( Tithonia diversifolia ). Berkala Ilmiah
Pertanian, 1(2), 30-32. Jayasumarta, D. (2012). Pengaruh sistem olah tanah
dan pupuk P terhadap pertumbuhan dan
Asmaliyah, & Imanullah, A. (2012). Pengamatan produksi tanaman kedelai (Glycine max (L.)
serangan hama dan penyakit pada tanaman Merr). J. Agrium, 17(3), 148-154.
bambang lanang (Michelia champaca) pada
hutan rakyat di Sumatera Selatan. Prosiding Kementerian Kehutanan. (2014). Statistik kehutanan
Seminar Hasil Penelitian Balai Penelitian tahun 2013. Kementerian Kehutanan, Jakarta.
Kehutanan Palembang, 167-179. Lestari, D.F., Putri, R.D.A., Ridwan, M., &
Asmaliyah, Imanullah, A., Anggraeni, I., & Darwiati, Purwaningsih, A.D. (2015). Keanekaragaman
W. (2013). Penyakit pada tanaman Bambang kupu-kupu (Insekta; Lepidoptera) di Wana
lanang (Michelia champaca) dan daerah Wisata Alas Bromo, BKPH. Lawu Utara,
sebarannya di Sumatera Selatan. Prosiding Karanganyar, Jawa Tengah. Prosiding
Seminar Hasil Penelitian Balai Penelitian Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas
Kehutanan Palembang, 155-168. Indonesia, 1(6), 1284-1288.
Bariyah, K. (2011). Hubungan panjang probosis Manopo, R., Christina, L., Salaki, Mamahit, J.E.M &
kupu-kupu dengan preferensi jenis tanaman Senewe, E. ( 2013). Padat populasi dan
151
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.13 No.2, Desember 2016, 139-155
intensitas serangan walang sangit (Leptocorisa Purwantisari, S., & Hastuti, R.B. (2009). Isolasi dan
acuta Thunb.) pada tanaman padi sawah di identifikasi jemur indigenous rhizosfer
kabupaten Minahasa Tenggara. Cocos, 2(3), tanaman kentang dari lahan pertanian kentang
1-13. organik di desa Pakis, Magelang. BIOMA,
11(2), 45-53.
Meliala, C. (2009). Pengantar ilmu penyakit
tumbuhan. Gadjah Mada University Press, Rahayu, S. (2008). Penyakit karat tumor pada sengon.
Cetakan Pertama. Makalah Workshop Serangan Karat Tumor
pada Sengon. Balai Besar Penelitian
Mile, M.Y. (2007). Prinsip-prinsip dasar dalam
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
pemilihan jenis, pola tanam dan teknik
Yogyakarta, 1-6.
produksi agribisnis hutan rakyat (Basic
principle on species choice and production Riyanto, Herlinda, S., Irsan, C. & Umayah, A. (2011).
techniques of community forestry agribisnis). Kelimpahan dan keanekaragaman spesies
Info Teknis, 5(2), 1-6. serangga predator dan parasitoid Aphis
gossypii di Sumatera Selatan. J.HPT.Tropika,
Morris, N.L., Miller, P.C.H., Orson, J.H., & Froud-
11(1), 57-68.
Williams, R.J. (2010). The adoption of non-
inversion tillage systems in the United Soesanto, L., Mugiastuti, E., & Rahayuniati, R.F.
Kingdom and the agronomic impact on soil, (2011). Inventarisasi dan Identifikasi Patogen
crops and the environment-a review. Soil and Tular-tanah pada Pertanaman Kentang di
Tillage Research, 108(1), 1-15. Kabupaten Purbalingga. Jurnal Hortikultura,
21(3), 254-264.
Nair, K.S.S. (2007). Tropical forest insect pests,
ecology, impact and management. Cambridge Untung, K. (2013). Pengantar pengelolaan hama
University Press, 404 halaman. terpadu (edisi kedua). Cetakan Keenam.
Gadjah Mada University Press.
Prasetyo, R.H., Nugroho, A., & Moenandir, J. (2014).
Pengaruh sistem olah tanah dan berbagai mulsa Wahyuningtyas, R.S. (2010). Melestarikan lahan
organik pada pertumbuhan dan hasil pertanian dengan olah tanah konservasi. J. Galam, 4(2),
kedelai ( Glycine max (L.) Merr.) var. 81-96.
Grobogan. J.BDP., 1(6), 486-495.
Winarno, B., & Waluyo, E.A. (2007). Potensi
Pratama, S.A., Kaligis, J.B., & Rimbing, J. (2015). pengembangan hutan rakyat dengan jenis
Populasi dan persentase serangan hama tanaman kayu lokal. Prosiding Seminar Hasil-
penggerek batang (Ostrinia furnacalis Guene) hasil Penelitian Hutan Tanaman Balai
pada tanaman jagung manis (Zea mays Penelitian Kehutanan Palembang, 28-34.
saccharata Sturf) di kecamatan Tomohon
Utara Kota Tomohon. Cocos, 6(11), 1-12.
152
Lampiran (Appendix)1. Serangan hama pada berbagai teknik penyiapan lahan (Pests infestation based on land preparation techniques)
153
Lampiran (Appendix) 2. Serangan penyakit pada berbagai teknik penyiapan (Diseasesinfestation based on land preparation techniques)
154
Colletotrichum sp. Waktu pengamatan (Time of observation)
April 2012 Juli 2012 Oktober 2012 Januari 2013 April 2013 Juli 2013 Nov. 2013
Perlakuan (Treatment)
P (%) I (%) P (%) I (%) P (%) I (%) P (%) I (%) P (%) I (%) P (%) I (%) P (%) I (%)
Pembersihan total (Total clearing ) 36,30a 19,80a 51,16a 18,98a 56,07a 11,26c 41,76a 12,71c 54,77a 15,47c 39,51b 7,72b 13,03b 7,57 b
Pembersihan jalur (Path clearing) 6,12 c 5,84 c 26,19b 13,85b 43,72b 21,85b 39,32a 14,51b 26,88b 18,93a 52,59a 12,65a 19,09a 13,56a
Cemplongan (Circle clearing) 8,56 b 16,80b 8,56 c 16,80a 30,38c 26,58a 32,46b 25,98a 24,71b 17,12b 28,57c 11,19a 9,03 c 7,83 b
Keterangan (Remark): P: Persentase serangan (Attack percentage); I: Intensitas serangan (Attack intensity); angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak ada perbedaan yang
nyata pada taraf 5% (Numbere followed by the same letter showed no significant differences at 5% level)
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman
Vol.13 No.2, Desember 2016, 139-155
Tahun (Year) Hujan JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OCT NOP DES Jumlah
2012 CH 221 461 122 331 125 99 138 37 41 259 352 368 2.554
HH 12 21 10 19 10 4 7 3 4 15 16 22 143
2013 CH 460 365 602 241 348 61 391 93 172 255 248 408 3.644
HH 22 17 15 12 12 10 14 9 10 12 19 20 172
Sumber data (Source of data): Stasiun Klimatologi Kenten Palembang, BMKG
Keterangan (Remark) :
CH = Curah Hujan (Rainfall) (mm)
HH = Hari Hujan ( Rainy day) (hari)
Asmaliyah, Abdul Hakim Lukman dan Nina Mindawati
pada Tegakan Bambang Lanang
Pengaruh Teknik Persiapan Lahan terhadap Serangan Hama Penyakit
155