Anda di halaman 1dari 10

Oleh

Akmal Sutja
FKIP Universitas Jambi

A. PENDAHULUAN

Kemajuan di bidang komunikasi dan media elektronika, tanpa disadari telah


menjadikan media elektronika sebagai "guru baru" dalam dunia pendidikan kita.
Siswa sekarang lebih tetarik mengguntit layar kaca, televisi atau internet
ketimbang ajakan membaca yang setiap hari didengungkan guru. KBM di kelas
kehilangan geregat; pesan-pesan yang disampaikan guru dalam KBM mudah
sekali terlupakan oleh siswa. Mereka lebih mudah bahkan cepat hafal bait demi
bait senandung artis ketimbang, sebuah rumus atau istilah ilmu pengetahuan.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, guru sekarang ini dituntut untuk bisa
mengemas KBM lebih apik dan menarik, sehingga dapat menghasilkan
kebermaknaan (meaning) yang menandingi media tersebut. Bila pengajaran
yang dikelola guru kalah menarik dari media, maka dalam otak siswa tidak
terbentuk melienasi, sebuah mekanisme syaraf otak dalam menyimpan
pengalaman atau informasi.

Upaya, mengembangkan KBM telah banyak diluncurkan, pemeintah


melalui CBSA, KBK dan sekarang dengan KTSP justru mengharapkan KBM
dikelola yang langsung memiliki dampak kepada kompetensi peserta didik.
Namun ajakan tersebut tidak secara mudah bisa diwujudkan di kelas, karena
masih dalam tataran konsep, dan tidak dilengkapi secara komprehensif wujud
praktiknya.

Untuk mengatasi hal yang demikian, penulis mencoba mengembangkan


suatu metode mengajar, yang disebut STRATEGI BEDAH NILAI sebagai sebuah
pilihan yang memungkinkan KBM memberi meaning langsung kepada kompetensi
siswa. Sedianya, strategi ini diperuntukkan untuk pendidikan budi pekerti, namun
dalam praktiknya ternyata sangat memungkinkan diterapkan dalam mengajarkan
mata pelajaran lain, PPkn, IPS, AGAMA , termasuk untuk IPA dan bahasa.

Bagaimana konsep dan aplikasi metode ini di kelas, maka berikut ini akan
dicoba menjelaskannya !
B. PENGERTIAN STRATEGI BEDAH NILAI
Apa maksudnya dan mengapa dinamai strategi Bedah Nilai? Adalah
pertanyaan yang harus dijelaskan terlebih dahulu. Pengajaran di sekolah tidak
terlepas dari pengembangan nilai, baik yang bersifat normatif maupun praksis
(kompetensi). Dinamai Bedah Nilai, karena dengan strategi ini menempatkan
guru beserta peserta didik bagaikan seorang dokter dalam suatu tim yang
tengah melaksanakan operasi (bedah); menyayat, membuka, menemukan, dan
kemudian membenahi dan memasang sesuatu alat atau mengangkat bagian
tertentu penyakit pasien dan akhirnya menjahit kembali bekas luka itu.

Meskipun KBM dirancang demi keperluan peserta didik, tetapi dalam


strategi ini tidak menempatkan peserta didik sebagai pasiennya, tetapi patnership
guru dalam mempelajari sesuatu nilai atau konsep.

Strategi ini merupakan pengembangan dari model kombinasi antara


teknik krarifikasi nilai dengan group investigation dari Bruce Joyce & Marsha
Weil (1999), namun strategi ini dimodivikasi untuk pengajaran klasikal maupun
individual, dengan cara mengembangkan kiat-kiat khusus. Sehingga akan
terlihat amat berbeda dengan group investigation itu. Strategi bedah nilai tidak
hanya sekedar menemukan, tetapi merekonstruksi dengan mengembangkan
konsep yang positif, yang di jadikan tujuan pembelajaran.

Strategi Bedah Nilai memungkinkan para guru untuk menggabungkannya


dengan berbagai metode konvensional, seperti ceramah, tanya jawab, serta
diskusi. Sehingga diharapkan strategi Bedah Nilai ini bisa jadi alternatif dalam
berbagai mata pelajaran lainnya di sekolah kita. Bilamana tidak memungkinkan
menjadi model, paling kurang diharapkan sebagai bahan perbandingan bagi guru
dalam menemukan strategi yang lebih tepat, sampai ditemukan bentuk
implementasi yang baik di kemudian hari.

C KARAKTERISTIK STRATEGI BEDAH NILAI


.
Strategi Bedah nilai dirancang dengan maksud agar pengajaran lebih
menarik minat siswa, lebih berkesan lama, bekaitan dengan khidupannya
sehingga memungkinkan terpakai dalam kehidupan sehari-hari. Strategi Bedah
Nilai memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Kegiatan belajar akan berlangsung secara natural, karena dimulai dari kondisi
yang dekat dengan kehidupan peserta didik
2. Mendorong peserta didik untuk terlibat dalam KBM secara total dalam
proses belajar mengajar, baik menyangkut perhatian, pikiran, perasaan,
pengalaman dan kebiasaannya.
12

3. Menempatkan pembelajaran terpusat kepada peserta didik dan


memposisikan guru betul-betul sebagai fasilitator
4. Mendorong terjadinya interakasi timbal balik dan multi arah; antara peserta
didik-guru, peserta didik-peserta didik atau kelompok dengan peserta didik.
5. Mendorong terciptanya pembudayaan kelas maupun sekolah untuk menjadi
tempat yang kondusif terhadap iklim belajar
6. Evaluasi pengajaran menggunakan berbagai instrumen yang memperhatikan
keseimbangan antara evaluasi proses dengan evaluasi hasil, termasuk
melibatkan peserta didik sendiri dalam mengevaluasi dirinya.

D. LANGKAH LANGKAH IMPLEMENTASI STATEGI BEDAH


NILAI

Dalam implementasi strategi bedah nilai ada 5 (lima) tahap yang dilalui;
yaitu 1) menyajikan prolem, 2) menggiring reaksi peserta didik, 3) analisis dan
pembahasan, 4) kerja kelompok atau Individual, serta 5) evaluasi

1. Menyajikan Problem

Guna mengembangkan kopetensi serta mendekatkan kegiatan belajar dengan


kehidupan peserta didik, strategi bedah nilai menuntut adanya problem yang
relevan dengan kompetensi dasar yang akan dikembangankan. Problem bisa
bersifat ceritera atau kasus, yang mengandung problema atau teka-teki.
Sumbernya bisa saja diambil dari koran, majalah, laporan atau rekayasa para
guru. Sifatnya bisa faktual, proyektif, historis, atau normatif. Syaratnya, problem
hendaknya menuntut setiap peserta didik untuk mengoperasikan pikiran,
melibatkan perasaan atau mengungkap pengalaman dan kebiasaannya.

Agar kasus tersebut benar-benar dirasakan menjadi sesuatu yang penting


bagi peserta didik, maka saat membacakan kasus atau ceritera guru dapat
melakukan berbagai alternatif di bawah ini.

a. Bacakan kasus atau ceritera dengan pelan-pelan setiap kalimat demi


kalimat dan beri peserta didik waktu untuk memahaminya
b. Pilihlah peserta didik untuk membacakan kasus atau ceritera, setelah
terlebih dahulu dibimbing agar bisa tenang atau tidak tergesa-gesa,
bahkan kalau dapat membaca dengan puitis
c. Untuk menghindari kejenuhan, guru dapat mengembangkan ceritera
menjadi sosiodrama
d. Agar terjadi variasi, guru dapat melakukan evaluasi diri sebagai pre-tes
dan setelah itu barulah penyajian problem.
2. Menggiring reaksi peserta didik

Agar peserta didik secara sungguh-sungguh dan suka rela memberikan


reaksi, tanggapan, atau respon terhadap problem yang disajikan, guru dapat
melakukan :

a. Meminta peserta didik menuliskan dalam satu lembar kertas atau


dalam buku latihan
b. Meminta peserta didik mengangkat tangan sebagai tanda setuju
terhadap reaksi atau tanggapan yang ditawarkan, dan kemudian
menghitung (tally) keseluruhan kelas.
c. Mengelompokkan peserta didik dalam dua posisi yang berbeda,
seperti memisahkan tempat duduk pada sisi kelas yang berbeda.antara
yang pro atau setuju dengan yang kontra atau tidak setuju
d. Meminta reaksi atau tanggapan langsung dari peserta didik dengan
menuliskan intinya di papan tulis.
e. Untuk mendorong agar seluruh peserta didik memberikan reaksi atau
tanggapannya, bisa dilakukan dengan teknik brainstorming yang
dapat mendorong munculnya reaksi atau tanggapan yang lebih
natural dan spontan di masa mendatang
f. Tampung semua tanggapan atau reaksi peserta didik meskipun keliru
atau sama dengan temannya. Hindari kondisi yang memungkinkan
peserta didik merasa terpojok.
g. Bila reaksi peserta didik diminta secara tertulis, maka bacakanlah
tanggapan atau jawaban dari peserta didik yang terpantau kurang
dalam observasi sebelumnya memiliki nilai rendah.

3. Analisis dan Pendalaman

Analisis dan pembahasan adalah inti dari kegiatan belajar yang sebenarnya.
Dengan strategi Bedah Nilai ini pada awalnya peserta didik bagaikan orang
luar dari problem yang dipersoalkan. Namun dengan adanya reaksi atau
tanggapannya terhadap problem, maka secara tidak kentara telah menyeret
problem itu menjadi bahagian dari perilakunya.

Dalam melakukan analisis dan pendalaman ini guru hendaknya menjaga


perhatian pserta didik dengan tetap menempatkan tanggapan terhadap
kasus sebagai fokus.
Disaat menganalisis dan pendalaman, guru akan dihadapkan dengan
berbagai tantangan pengelolaan kelas. Ada kemungkinan munculnya
gangguan terhadap kelas, bahkan mungkin terjadi kegaduhan yang
disebabkan interaksi antara guru-peserta didik, peserta didik dengan peserta
didik, atau kelompok peserta didik. Oleh sebab itu, hendaknya guru segera
mengambil posisi sebagai pemimpin kelas yang mengatur lalu lintas interaksi
diantara peserta didik.

Agar analisis serta pendalaman bisa diterima peserta didik, ada beberapa kiat
yang perlu diperhatikan

a. Mulailah analisis setelah seluruh peserta didik memberikan atau


mempunyai pilihan reaksi / tanggapan.
b. Mulai analisis atas reaksi atau tanggapan peserta didik yang keliru atau
salah, dan kemudian barulah analisis terhadap reaksi atau tanggapan
yang benar
c. Disaat membaca atau menganalisis materi, usahakan analisis dan
pendalaman dengan cara dialektika dengan menyajikan sebab akibat,
tepat-tidak, benar-salah, untung-rugi, atau positif negatinya suatu reaksi.
d. Giring kondisi dialektika tersebut ke dalam suasana empati dengan
mendorong peserta didik menempatkan diri pada sisi lawannya atau
orang lain.
e. Usahakan guru mengawasi setiap proses secara menyeluruh dan bila
terjadi sedikit gangguan harus segera melakukan kiat pengeloaan kelas
yang tepat, seperti gerak mendekat, diam atau senyap sesaat.
f. Usahakan tidak memberikan teguran kepada peserta didik apalagi marah
atau berkata kasar, tetapi jadikan kesempatan tersebut sebagai contoh
kematangan atau kecerdasan emosional guru.
g. Awasi atau jangan membiarkan peserta didik atau kelompok peserta didik
dipojokkan oleh peserta didik atau kelompok peserta didik lain.

4. Kerja Kelompok atau Individual

Segera setelah melakukan analisis peserta didik digiring untuk melakukan kerja
kelompok atau kerja mandiri sesuai dengan masalah atau LKS yang dirancang.
Kerja kelompok atau individual ini juga perlu diikuti dengan kegiatan penyajian di
depan kelas.

Untuk keberhasilan pelaksanaan kerja kelompok, guru perlu menyiapkan


pembahagian kelompok belajar peserta didik secara seimbang. Usahakan
anggota kelompok heterogen dari segi latar belakang, kemampuan atau
1
6

prestasinya, dan jumlahnya tidak terlalu besar, idealnya berada antara 5-9
orang.

Agar kerja kelompok berjalan lancar, guru dapat melakukan kiat-kiat dibawah ini.

a. Supaya mendapatkan kelompok belajar yang produktif maka pilihlah peserta


didik yang tepat menjadi pemimpin kelompok melalui sosiometri, atau minta
pertimbangan Konselor Sekolah
b. Siapkan Label atau Indentitas Kelompok. Label ini digunakan untuk
memudahkan guru mengatur atau mengarahkan lokasi atau tempat duduk
peserta didik secara berkelompok. Di pihak lain, label ini bisa mendorong
kekompakkan atau solidaritas peserta didik dalam kelompok.
c. Usahakan kelompok menuliskan atau melaporkan hasil kerja dalam sebuah
buku kerja (buku tulis atau LKS ), sehingga bisa dikembalikan kepada
kelompok setelah dinilai oleh guru. Buku ini juga dapat digunakan guru untuk
memberikan perintah atau tugas berikutnya serta komentar terhadap
kekurangan maupun keunggulan kelompok.
d. Temani peserta didik selama melakukan kerja kelompok dan kalau terjadi
kesulitan atau kesalahan kerja kelompok cepat lakukan interupsi atau
intervensi
e. Lakukan observasi kelas selagi peserta didik melakukan kerja kelompok ini
dengan mengisi lembaran observasi yang disipakan.

Begitu juga halnya dengan kerja individual. Untuk memaksimalkan kerja


individual, guru dapat melakukan kiat di bawah ini
a. Usahakan peserta didik mengerjakan tugas individual secara terus menerus
pada buku latihan khusus (buku tulis atau LKS) yang sama, karena sangat
bermanfaat melihat kemajuan mereka.
b. Temani peserta didik selama melakukan tugas individual dengan mendekati
tempat duduknya.
c. Beri dorongan serta bantuan bila ditemukan peserta didik yang mengalami
kesulitan mengerjakan tugasnya
d. Ambil dan lakukan observasi kelas selagi peserta didik melakukan tugas
indvidual ini.

Sebelum memulai kerja kelompok atau individual guru hendaknya mencermati


kelengkapan belajar yang dibutuhkan peserta didik, diantaranya adalah
ketersediaan buku teks untuk masing-masing peserta didik, buku kerja /latihan
yang bersifat kelompok, alat tulis seperti karton atau spidol.

Setelah kerja kelompok atau individual selesai dilaksanakan peserta didik, maka
upayakan ada waktu membahasnya secara klasikal. Kalau waktu tidak
memungkinkan, paling kurang dipilih secara acak untuk ditampilkan.
5. Evaluasi Kemajuan Belajar Individual

Agar pembelajaran berdampak positif terhadap pengembangan kompetensi


peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, serta memenuhi tuntutan sistem
penilaian, teori dan praktik, maka dapat melaksanakan evaluasi proses dan
evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan dengan menggunakan lembaran
observasi. Aspek yang dinilai bisa dikembangkan guru sesuai dengan tuntutan
kompetensi. Namun lembaran observasi hendaknya dibuat seringkas mungkin,
kalau bisa satu lembar, tetapi mencakup satu semester dan seluruh siswa. Untuk
pendidikan nilai (Pendidikan Agama, PPKn, atau Pendidikan Budi Pekerti)
hendaknya dilengkapi dengan evaluasi diri.

E. MENERAPKAN STRATEGI BEDAH NILAI SEBAGAI PTK

Untuk menentukan apakah model ini sebagai adalah trategi yang tepat digunakan
kepada siswa agar guru mendapat kepastian akan keunggulan trategi ini maka stategi
ini dapat diterapkan untuk berbagai mata pelajaran. Misalkan untuk pengembangakn
kompetensi di bidang tenggang rasa dalam PPKn misalnya, maka guru dapat
menerapkan strategi ini dengan memperhatikan langkah pelaksanaan PTK yang telah
dibicarakan sebelumnya, antara lain:
1. Merencanakan pembelajaran (Membuat skenasio pembelajaran sesuai dengan
langkah strategi pembelajaran ini serta menyiapkan lembaran pengamatan yang
diperlukan)
2. Melaksanakan pembelajaran ( mengamati siswa peserta didik; perhatian,
antausias, predisposisi, respons, aktivitas dan perubahan yang terjadi.
3. Mengevaluasi ( membandingkan perubahan yang disebabkan pembelajaran ini.
Seperti membandingkan predisposisi awal dengan akhir)
4. Melaksanakan refleksi seperti mengkaji faktor yang mendukung atau
menghambat baik dari sudut peserta didik, guru, maupun kondisi/suasana.
Sehingga ditemukan cara mengatasi untuk selanjutnya menjadi masukan pada
rencana siklus berikutnya.
SENARAI PUSTAKA

Dikdasmen: 2004. Model Pengintegrasian Budi pekerti ke dalam


Pendidikan Pancaila dan Kewarganegaraan untu Guru
SMU/SMK/MA . Jakarta: Bagian Proyek Pendidikan IMPTAQ,
Kewarganegaraan dan Budi Pekerti. Dirjen Dikdasmen
---------, 2004. Pedoman Khusus Kurikulum Muatan Lokal SMP/MTS ; Jambi:
Cv Giantira
Joyce, Bruce & Marsha Weil, 1999. Models of Teaching . Fifthy Ed. Boston Allyn
& Bacon
Sutja, Akmal. 2007. Pendidikan Budi pekerti Jilid 1, 2 dan 3 Jakarta.
Intermasa
Contoh MEMILIH RUMAH KOS

Seorang temanmu tengah bingung memilih tempat kos. Semula ia tinggal


bersama Pak De-nya, namun karena anak Pak De itu banyak, lagi pula harus naik
angkot, maka orang tuanya mengizinkannya untuk kost di rumah Tantenya. Maklum,
rumah Tantenya cukup besar dan ada 3 kamar yang kosong. Jaraknya dekat, tak
sampai 200 m dari sekolah, cukup jalan kaki, dan tak perlu biaya transportasi. Sehingga biaya
transportasi itu dapat digunakannya untuk tambahan uang jajannya.

Namun setelah dua minggu tinggal di sana, ia merasakan bahwa Tantenya serta anak-
anaknya sering memperlakukannya dengan tidak menyenangkan. Ia sering diminta bantuan
memasak, menyapu, mencuci, menggosok serta mengerjakan pekerjaan lainnya, layaknya seorang
pembantu. Ia dilarang keluar rumah, tidak dibolehkan berbicara dengan tetangga, dan tidak
diperkenan mengikuti atau mengadakan belajar kelompok di rumah itu.

Segala pekerjaan yang dilakukannya, sering kali dinilai salah. Kalau ia menyapu rumah
atau mencuci piring, misalnya, dibilang tidak bersih, dan bahkan disuruh cuci ulang kembali. Kalau
telat mematikan lampu, Tante itu langsung memarahinya.

Di rumah Pak De dulu, ia juga mengerjakan hal yang sama, mencuci, menyapu,
menggosok dan membantu apa saja pekerjaan untuk meringankan keluarga itu. Hanya, apapun yang
ia lakukan, tidak pernah dianggap salah. Kalau ia melakukan kesalahan serupa, telat atau lupa
mematikan lampu, Pak De ggitu lebih bijaksana seolah paham akan kesibukan atau kelelahannya.
Namun kalau ia tinggal di rumah Pak De ini, ia harus belajar di atas tempat tidurnya, karena tidak ada
meja belajar. Iapun harus berangkat satu jam lebih awal dari jam sekolah, dan satu jam pula terlambat
sampai di rumah.

Bila teman itu minta saranmu, Apakah yang akan kamu sarankan kepadanya?
Apakah sebaiknya ia kembali ke rumah Pak De atau tetap di rumah Tantenya ?
Sebab, orang tuanya hanya mengizinkan dua tempat kost itu.
======================================================
NORMA-NORMA YANG BERLAKU DALAM KEHIDUPAN, BERMASYARAKAT,
BERBANGSA, DAN BERNEGARA A. Hakikat Norma, Kebiasaan, Adat-istiadat dan
Peraturandalam Masyarakat B. Peranan Hukum dalam Kehidupan
Bermasyarakat,Berbangsa dan Bernegara Menetapkan Norma-norma,
Kebiasaan, Adat Istiadat, dan Peraturan yang Berlaku dalam Kehidupan
Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara
Asnawi Risma, guru bk 1. Semua masalah diserahkan ke bk, sehingga
kesulitan.surkani kompleks, prilaku takbisa dinilai.Indikator tertentu

Anda mungkin juga menyukai